Oleh :
Silky Sabella M. (B91219128)
Sisca Dwi A. (B91219129)
Tiara Nauralita R. (B91219130)
Kelas A4
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag
Asisten Dosen 1 :
Ati’ Nursyafa’ah, M.Kom.I
Asisten Dosen II :
Baiti Rahmawati, M.Sos
8
PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2020
2
KATA PENGANTAR
i
Makalah ini masih jauh dari sempurna, mohon
kritikan, saran dan masukan. Kami berharap buku ini
bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi
perkembangan dakwah islam di masa mendatang.
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PERSUASI DAKWAH
1
Inadia Aristyavani, Persuasi Komunikasi dan Kebijakan Publik,
Cet 1 (Yogyakarta:Calpulis,2017), h.5
2
[Kegiatan simbolik dengan tujuan
memengaruhiinternalisasi atau penerimaan secara
sukarela pandangan baru atau pola perilaku melalui
pertukaran pesan.]
3
Dari definisi yang diberikan oleh Perloff dan ahli
lain tersebut bias diidentifikasi lima karakteristik utama
persuasi. Pertama, persuasi merupakan sebuah proses
simbolik. Kedua, persuasi adalah tindakan yang
disengaja untuk memengaruhi orang lain. Ketiga,
persuasi dilakukan lewat pengiriman transmisi pesan.
Keempat, perubahan yang dituju adalah mengubah sikap
atau perilaku. Kelima, persuasi membutuhkan pilihan
yang bebas.
4
Persuasi menggunakan paradigma lama jamannya Aris-
toteles, menekankan pada diri sumber (persuader)
sebagai factor utama efektivitas persuasi.
5
itu, dakwah persuasi harus dilakukan oleh orang-orang
yang memang memiliki pengetahuan dan keahlian.
B. Metode Persuasi
6
diyakinkan kepastiannya. Jadi, pembicara harus
tahu apa yang telah dikenal oleh pendengar
sebagai hal yang sudah pasti dan ini dipakai
sebagai loncatan.
2. Permovere, yaitu cara menggerakan perasaan dan
kemauan audiensi dengan jalan directe pathetiek,
yakni dengan kekuatan perasaan dan
keyakinannya, pembicara melahirkan kata
hatinya dengan penuh semangat yang menyala-
nyala. Di samping itu, juga dengan jalan in
directe pathetiek, yaitu dengan tidak
mengemukakan perasaan dan keyakinannya,
pembicara menggunakan kata-kata yang tegas
dan kuat untuk menggambarkan apa yang
dimaksud bersandar pada imajinasi pendengar.
3. Conciliare, yaitu cara menarik perhatian
pendengar terhadap isi ceramah dengan jalan :
7
c. Menggunakan sopan santun ceramah,
berbicara dengan tenang tetapi pasti,
dengan mengingat apa yang pantas dan
yang tidak pantas untuk disampaikan
kepada audiensi dengan aneka latar
belakang.
d. Memperhatikan cara-cara bicaranya
e. Menghias pokok pembicaraan yang
mestinya tidak begitu baik, tetapi perlu
dikemukakan, dengan kata-kata
sedemikian rupa hingga tidak
menyinggung perasaan halus audiensi.
8
5. Simbolik, yaitu cara memberi gambaran tentang
apa yang dimaksudkan dalam pesan ceramah
dengan Bahasa lambing. Pembicara harus berfikir
dan pembicara dengan gambaran lambang-
lambang yang telah dikenal oleh pendengar.
9
kata. Sensasi tentu saja harus digunakan dalam
batas-batas etika retorika.
2
Hasan Bisri, Ilmu Dakwah Pengembangan Masyarakat, (Surabaya:
UIN Sunan Ampel Pers, 2014) , h. 140
10
dakwah, obyeknya akan segera mengikuti seruan
dakwah jika telah dilaksanakan dengan
pendekatan dan metode yang tepat. Dengan
demikian, seorang pembicara tidak cukup
memiliki kemahiran dan teknik berceramah saja,
tetapi ia harus memiliki prestise. Sebab, pada
akhirnya yang menentukan berhasil atau tidaknya
ceramah ditentukan oleh percaya atau tidaknya
audiensi kepada pembicara. Kepercayaan
audiensi inilah yang menjadi dasar seluruh teknik
ceramah.
11
kredibilitas komunikator. Kredibilitas
tersebut menyangkut kejujuran,
profesionalisme atau kompetensi,
dinamisme, dan objektivitas.
3. Seruan Rasa Takut. Memengaruhi sikap juga
bisa dilakukan dengan membangkitkan rasa
takut.
ِ ْلَوْ َكانَ فِي ِه َما آلِهَةٌ ِإاَّل هَّللا ُ لَفَ َس َدتَا ۚ فَ ُسب َْحانَ هَّللا ِ َربِّ ْال َعر
ش َع َّما
َصفُون
ِ َي
12
C. Faktor Keberhasilan Persuasi
13
e. Menggali kebutuhan terdalam sasaran dengan
bahasa hypnosis.
14
BAB II
EFEK DAKWAH
15
Efek (atsar) suatu dakwah, bukan hanya sekedar
umpan balik dan reaksi individu-individu sebagai
khalayak terhadap pesan yang dilontarkan oleh da’I atau
mubalig melalui media massa atau pidato. Akan tetapi
efek itu merupakan paduan sejumlah kekuatan yang
bekerja dalam masyarakat, dimana dai atau mubalig
sebagai komunikator dakwah hanya dapat menguasai
beberapa kekuatan saja, yaitu pesan atau isi, metode dan
media yang digunakan. Dai atau mubalig tidak mampu
mengontrol kekuatan lain yang berpengaruh pada diri
individu, seperti filter konseptual individu, kelompok
rujukan, pemimpin pendapat, dan pesan lain yang
bertentangan dengan dakwah.
16
dipengaruhi yang terdiri dari tiga komponen: Pertama,
apek kogintif (pengetahuan). Mad’u harus sampai pada
tingkat tahu dan paham tentang pesan dakwah yang
disampaikan. Kedua, aspek afektif (kesukaan). Tidak
sekadar tahu dan paham, mad’u juga menyukai pesan
dakwah yang diketahi atau diterimanya. Ketiga, aspek
konatif (perilaku). Setelah tahu dan suka, mad’u
mengamalkannya. gamalkannya. Banyak faktor yang
menentukan berdampak-tidaknya sebuah komunikasi
dakwah, antara lain kredibilitas sumber (credibility),
dalam hal ini kredibilitas da’i yang dipengaruhi sejumlah
faktor seperti pengetahuan atau pemahaman tentang
agama, latar belakang pendidikan, dan perilaku (akhlak)
serta rasionalitas dan ketepatan pesan dakwah yang
disampaikan.
17
menjadi Islami. Dampak tersebut terkait dengan tujuan
dakwah. Para ulama merumuskan tujuan dakwah secara
berbeda-beda, namun intinya sama, yakni terwujudnya
individu, kelompok, atau masyakarat yang menjadikan
Islam sebagai pedoman dalam menjalani kehidupannya,
sebagaimana ayat ”serulah manusia ke jalan Tuhanmu”
(QS. An-Nahl:125).
3
Prof. Dr. Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer, Cet 1
(Yogyakarta:Graha Ilmu,2011), h.177
18
merupakan ujung dari proses dakwah dalam paradigma
mekanitis. Sedang proses komunikasi atau dakwah
adalah hubungan rohaniah pesan dari saat mulai
dilontarkan hingga saat pesan itu diterima oleh
komunikan (mad’u). Efek (atsar) terjadi pada diri
komunikan atau khalayak (mad’u) dengan seluruh
aspeknya.
19
dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis efek dakwah
maka kemungkinan kesalahan strategi yang sangat
merugikan pencapaian tujuan dakwah akan terulang
kembali. Sebaliknya dengan menganalisis atsar dakwah
secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah
akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan
pada langkah-langkah berikutnya. Dengan demikian
strategi dakwah termasuk di dalam penentuan unsur-
unsur dakwah yang dianggap dapat ditingkatkan.
20
ۗ ي ُْؤتِي ْال ِح ْك َمةَ َم ْن يَ َشا ُء ۚ َو َم ْن ي ُْؤتَ ْال ِح ْك َمةَ فَقَ ْد أُوتِ َي خَ ْيرًا َكثِيرًا
ِ ۗ يَ َّذ َّك ُر ِإاَّل أُولُو اأْل َ ْلبَا
ب َو َما
21
Efek (atsar) suatu dakwah, bukan hanya sekedar
umpan balik dan reaksi individu-individu sebagai
khalayak (mad’u) terhadap pesan yang dilontarkan oleh
dai atau mubalig melalui media massa atau pidato. Akan
tetapi efek itu merupakan paduan sejumlah kekuatan
yang bekerja dalam masyarakat, dimana dai atau
mubalig sebagai komunikator dakwah hanya dapat
menguasai beberapa kekuatan saja, yaitu pesan atau isi,
metode dan media yang digunakan.
22
Hati, berupa suara atau bisikan yang menyenangkan.
Meskipun pemikiran berfungsi sebagai pijakan inti
perbuatan, ia selalu diperoleh dari hati dengan rasa
senang dan reaksi positifnya. Artinya perbuatan terwujud
saat akal telah seakat dengan suatu pemikiran, lalu
mengalir ke hati.
5
Jalaludin Rahmat, Retorika Modern: Sebuah Kerangka Teori dan
Praktek Berpidato, (Bandung: Akademika, 1982), hal. 269
23
yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati,
yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau
kebiasaan berperilaku.
6
Jalaluddin Rahmat, Komunikasi, Bandung ,PT Remaja
Rosdakarya,2003 , hlm. 220-221
24
selektif sehingga media massa sangat
mempengarui pembentukan citra tentang
lingkungan sosial yang timpang,bias,dan tidak
cermat.
25
mengorganisasikan bagian-bagian dari
pengetahuan yang diperolehnya, dengan harapan
pengetahuan dan pengalaman yang tidak teratur
dapat tersusun rapi dan merupakan kebulatan
yang dapat dikuasai dan dipahami.
26
4. Yang dilanjutkan melalui
menyempurnakan, dan mencocokkan
hasil pemecahan.
27
Dalam komunikasi persuasif, Efek afektif dapat
diketahui melalui sikap yang diberikan mad’u
terhadap pesan yang disampaikan oleh da’i.
28
merealisasikan pesan yang di sampaikan sang
pendakwah. merupakan akibat yang timbul pada
diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan
atau kegiatan. Merupakan juga suatu bentuk efek
dakwah yang berkenaan dengan pola tingkah
laku mitra dakwah dalam merealisasikan pesan
dakwah yang telah diterima dalam kehidupan
sehari-hari.7 Dakwah tidak akan pernah sia-sia
jika di sampaikan dengan baik dan cara yang
benar. Tanpa kekerasan dan pemaksaan. Jiwa
yang tenang dan terarah akan membawa
perubahan yang signifikan terhadap pola pikir
yang sebelumnya salah menjadi benar. Jika
dakwah telah menyentuh aspek behavioral, yaitu
telah dapat mendorong manusia melakukan
secara nyata ajaran-ajaran islam sesuai pesan
dakwah, maka dakwah dapat dikatakan berjalan
dengan baik, dan inilah merupakan tujuan final
dari dakwah itu. Keberhasilan Efek Behavioral
ini dapat diketahui ketika tindakan yang
dilakukan mad’u sesuai dengan pesan yang
7
Moh.Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Cet 6 (Jakarta:Kencana,2017), h.391
29
disampaikan oleh seorang da’i. Rahmat
Natawijaya mengungkapkan bahwa : “Tingkah
laku itu dipengaruhi oleh kognitif yaitu factor-
faktor yang dipahami oleh individual melalui
pengamatan adanya tanggapan, efektif yaitu
yang dirasakan oleh individual melalui
tanggapan dan pengamatan dan dari perasaan
itulah timbul keinginan-keinginan dalam yang
bersangkutan.” Dari pendapat tersebut dapat
diambil pemahaman bahwa seseorang akan
bertindak dan bertingkah laku setelah orang itu
mengerti dan memahami apa yang telah diketahui
itu kemudian masuk dalam perasaannya dan
kemudian timbullah keinginan untuk bertindak
atau bertingkah laku. Jadi, perbuatan atau
perilaku seseorang itu pada hakikatnya, adalah
perwujudan dari perasaan dan pikirannya.
Adapun dalam hal ini perilaku yang diharapkan
adalah perilaku positif seusai dengan ajaran islam
baik bagi individu maupun masyarakat.
30
Efek dakwah yang diharapkan kepada manusia
dan kehidupannya meliputi semua jenis efek dalam
komunikasi manusi, yaitu efek kognitif yaitu
pengertian dan pemahaman tentang islam sebagai
agama atau peraturan hidup yang berasal dari Tuhan
yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW,
Efek afektif yaitu beriman dengan sikap penyerahan
diri secara mutlak kepadanya atau islam, dan efek
behavioral yaitu beramal shaleh. Dengan ketiga jenis
efek yang ditimbulkan oleh dakwah itu, akan
terwujud kualitas manusia sutuhnya dan manusia
mencapai martabat yang tinggi, serta memiliki
kehidupan yang islami damai, selamat, bahagia dan
sejahtera.
31
A : Attention (perhatian)
I : Interest (minat)
D : Desire (hasrat)
D : Decision (keputusan)
A : Action (kegiatan)
32
Menurut Severin dan Tankard Jr. (2005:177)
bahwa sikap yang diharapkan dari proses persuasi pada
dasarnya merupakan tendensi kita terhadap suatu objek
atau rasa suka atau tidak suka kepada objek tersebut.
Sikap itu memiliki tiga komponen, yaitu Komponen
Afektif (kesukaan atau perasaan terhadap suatu objek),
Komponen Kognitif (Keyakinan terhadap suatu objek)
dan Komponen Perilaku (tindakan) terhadap objek.
33
Dalam ilmu komunikasi, efek (atsar) juga dipahami
sebagai akibat atau dampak dari suatu pesan kepada
penerima. Efek (atsar) komunikasi antarpersonal dalam
bentuk percakapan atau dialog yang bersifat tatap muka
(face to face communication) dapat langsung diketahui
ataua diprediksi. Sedangkan efek (atsar) komunikasi
massa terutama yang melalui media massa , sukar
diketahui karena efek (atsar) yang terjadi pada diri
khalayak akan merupakan resultante dari semua
kekuatan pengaruh yang bekerja pada diri khalayak.
Meskipun demikian efek (atsar) dalam bentuk Opini
Publik dapat diukur dari waktu ke waktu.
34
Ketiga efek (atsar) tersebut merupakan juga efek
(atsar) dakwah yang terwujud pada diri individu-individu
khalayak dakwah yang menjadi sasaran (mad’u), yaitu
kualitas beriman, berilmu, dan beramal shaleh.
35
melalui berbagai jenis komunikasi terutama melalui
pidato dan media massa akan membentuk citra dan opini
public pada diri khalayak tentang dakwah dan islam.
36
atau setengah-setengah. Seluruh komponen system
(unsur-unsur) dakwah harus dievaluasi secara
komprehensif. Bahkan, evaluasi akan lebih baik jika
melibatkan beberapa pendakwah lain, para tokoh
masyarakat dan para ahli. Pendakwah harus inklusif
(memakai sudut pandang orang lain) disamping
pekerjaannya dengan menggunakan ilmu. Jika evaluasi
tersebut telah menghasilkan keputusan, maka segera
diikuti tindakan korektif (teliti).
37
disampaikan. Rousydy (1989 : 335-337) menetapkan hal
– hal yang harus dievaluasi sebagai berikut :
a. Prinsip pergerakan
38
maka dari itu pendakwah setidaknya menggerak-
gerakan tangannya dan kepalanya agar pendengar
tertuju kepadanya.
b. Prinsip pengulangan
39
6. Tingkah Laku. Tahap terakhir dari proses ini
ialah mitra dakwah melaksanakan benar-benar
tingkah laku sesuai dengan harapan pendakwah.
Isi pesan yang disampaikan dapat berhasil atau
tidaknya ditentukan dengan penilaian:
40
6. Bahwa pendengar rela berkorban untuk
membela kebenaran isi pesan.
8
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Cet 6 (Jakarta: Kencana, 2017), hh.
396-398
41
Sebagaimana hambatan-hambatan dalam
komunikasi, juga terjadi dalam hambatan-hambatan
dalam komunikasi dakwah itu meliputi :
42
5. Prasangka. Merupakan hambatan yang paling
berat terhadap kegiatan komunikasi dakwah.
Dalam prasangka emosi memaksa seseorang
untuk menarik kesimpulan atas dasar prasangka
tanpa menggunakan logika.
43
4. Hambatan Ekologis. Disebabkan oleh gangguan
lingkungan terhadap proses berlangsungnya
komunikasi jadi datangnya dari lingkungan.
44
Islam, masyarakat Islami itu terwujud di kota Madinah
--Darul Islam pertama di muka bumi saat itu-- yang
kemudian berkembang ke wilayahwilayah sekitarnya.
Karakter masyarakat Islami pada masa Nabi Saw ini,
antara lain dilukiskan dalam al-Quran, yaitu keras/tegas
terhadap orang kafir, kasihmengasihi sesama Muslim,
dan taat beribadah mengharap ridha Allah; selalu
bertobat, beribadah, menegakkan amar ma'ruf nahyi
munkar dan memelihara hukum-hukum Allah; beriman
dan sebagian menjadi penolong bagi sebagian yang lain
(QS. Al-Fath:29, At-Taubah:71, 112). Munawir Sjadzali
dalam Islam dan Tata Negara (1990) ”merekam”
eksistensinya masyarakat Islami di Madinah itu tercipta
berkat fondasi kuat yang dibangun Nabi Saw. Batu-batu
dasarnya diletakkan oleh Piagam Madinah (Dustur
Madinah) sebagai landasan bagi kehidupan bernegara
untuk masyarakat majemuk:
45
dengan anggota komunitas-komunitas lain,
didasarkan atas prinsip-prinsip: (a) bertetangga
baik; (b) saling membantu dalam menghadapi
musuh bersama; (c) membela mereka yang
teraniaya; (d) saling menasihati; dan (e)
menghormati kebebasan beragama.
BAB III
46
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persuasif merupakan sifat mempengaruhi satu
orang kepada orang lain. Seorang da’I atau pendakwah
harus memiliki sifat tersebut. Karena, seorang da’I atau
pendakwah past menginginkan mad’u dapat merasakan
efek dari apa yang didakwahkan.
Secara umum, dampak komunikasi dakwah
adalah terjadinya perubahan dari tidak beriman menjadi
mukmin, non-Muslim menjadi Muslim, pengingkaran
menjadi kepatuhan, kemaksiatan menjadi kebaikan,
kemunkaran jadi kebaikan, pelaku maksiat menjadi rajin
beribadah, ringkasnya dari kehidupan tidak Islami
menjadi Islami. Dampak tersebut terkait dengan tujuan
dakwah.
B. Saran
Sebagai pendakwah hendaknya kita menguasai
dalam hal persuasi. Agar mad’u yang kita ajak dapat
mendapatkan efek positif dari dakwah tersebut. Seorang
pendakwah, harus melakukan sifat persuasive secara
sungguh-sunguh dan tdak boleh melenceng dari ajaran
47
pokok Islam. Agar atsar dari dakwah tersampaikan
dengan baik.
48
DAFTAR PUSTAKA
49
Hariyanto, “Relasi Kredibilitas Da’I dan Kebutuhan
Mad’u dalam Mencapai Tujuan Dakwah.”
Tasamuh, vol. 16, no. 2, 2018, 2555-3667
Ilaihi. Wahyu dkk, Komunikasi Dakwah, Surabaya, IAIN
Sunan Ampel Press, 2013.
50
Academic Journal For Homiletic Studies, vol. 11,
no. 2, 2017, 1693-0843
Pirol, Abdul. Komunikasi Dan Dakwah Islam. Di
https://books.google.co.id/ ( di akses 05 Februari
2020)
Ridla, Rosyid dkk. Pengantar Ilmu Dakwah.
Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru. 2017.
51
Tanthowi, Djawahir dkk. Manajemen Dakwah. Di
https://books.google.co.id / (Di akses 12 Februari
2020)
Usman Jasad Abdul Halik, “Bentuk Dakwah di
Facebook.” Jurnal Diskursus Islam, vol. 04, no.
1, 2016, 2338-5537
Wahid, Abdul. Gagasan Dakwah : Pendekatan
Komunikasi antarbudaya. Di
https://books.google.co.id / (Di akses 13 Februari
2020)
Yudi Perbawaningsih, “Komunikasi Efektif dan Faktor
Penentu Efektivitas Persuasi.” Jurnal
Kependidikan, vol.01, no. 1, 2003, 1267-0854
52