Oleh :
Silky Sabella M. (B91219128)
Sisca Dwi A. (B91219129)
Tiara Nauralita R. (B91219130)
Kelas A4
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag
Asisten Dosen 1 :
Ati’ Nursyafa’ah, M.Kom.I
Asisten Dosen II :
Baiti Rahmawati, M.Sos
2
Makalah ini masih jauh dari sempurna, mohon
kritikan, saran dan masukan. Kami berharap buku ini
bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi
perkembangan dakwah islam di masa mendatang.
Kelompok 10
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Pustaka
4
BAB 1
PERSUASI DAKWAH
5
harfiah berarti hal membujuk, hal mengajak, atau hal
meyakinkan (Efendy 1991:103).
1
Inadia Aristyavani, Persuasi Komunikasi dan Kebijakan Publik,
Cet 1 (Yogyakarta:Calpulis,2017), h.5
6
[Kegiatan simbolik dengan tujuan
memengaruhiinternalisasi atau penerimaan secara
sukarela pandangan baru atau pola perilaku melalui
pertukaran pesan.]
7
Dari definisi yang diberikan oleh Perloff dan ahli
lain tersebut bias diidentifikasi lima karakteristik utama
persuasi. Pertama, persuasi merupakan sebuah proses
simbolik. Kedua, persuasi adalah tindakan yang
disengaja untuk memengaruhi orang lain. Ketiga,
persuasi dilakukan lewat pengiriman transmisi pesan.
Keempat, perubahan yang dituju adalah mengubah sikap
atau perilaku. Kelima, persuasi membutuhkan pilihan
yang bebas.
8
Persuasi menggunakan paradigma lama jamannya Aris-
toteles, menekankan pada diri sumber (persuader)
sebagai factor utama efektivitas persuasi.
9
itu, dakwah persuasi harus dilakukan oleh orang-orang
yang memang memiliki pengetahuan dan keahlian.
B. Metode Persuasi
10
diyakinkan kepastiannya. Jadi, pembicara harus
tahu apa yang telah dikenal oleh pendengar
sebagai hal yang sudah pasti dan ini dipakai
sebagai loncatan.
2. Permovere, yaitu cara menggerakan perasaan dan
kemauan audiensi dengan jalan directe pathetiek,
yakni dengan kekuatan perasaan dan
keyakinannya, pembicara melahirkan kata
hatinya dengan penuh semangat yang menyala-
nyala. Di samping itu, juga dengan jalan in
directe pathetiek, yaitu dengan tidak
mengemukakan perasaan dan keyakinannya,
pembicara menggunakan kata-kata yang tegas
dan kuat untuk menggambarkan apa yang
dimaksud bersandar pada imajinasi pendengar.
3. Conciliare, yaitu cara menarik perhatian
pendengar terhadap isi ceramah dengan jalan :
11
c. Menggunakan sopan santun ceramah,
berbicara dengan tenang tetapi pasti,
dengan mengingat apa yang pantas dan
yang tidak pantas untuk disampaikan
kepada audiensi dengan aneka latar
belakang.
d. Memperhatikan cara-cara bicaranya
e. Menghias pokok pembicaraan yang
mestinya tidak begitu baik, tetapi perlu
dikemukakan, dengan kata-kata
sedemikian rupa hingga tidak
menyinggung perasaan halus audiensi.
12
5. Simbolik, yaitu cara memberi gambaran tentang
apa yang dimaksudkan dalam pesan ceramah
dengan Bahasa lambing. Pembicara harus berfikir
dan pembicara dengan gambaran lambang-
lambang yang telah dikenal oleh pendengar.
13
kata. Sensasi tentu saja harus digunakan dalam
batas-batas etika retorika.
2
Hasan Bisri, Ilmu Dakwah Pengembangan Masyarakat, (Surabaya:
UIN Sunan Ampel Pers, 2014) , h. 140
14
dakwah, obyeknya akan segera mengikuti seruan
dakwah jika telah dilaksanakan dengan
pendekatan dan metode yang tepat. Dengan
demikian, seorang pembicara tidak cukup
memiliki kemahiran dan teknik berceramah saja,
tetapi ia harus memiliki prestise. Sebab, pada
akhirnya yang menentukan berhasil atau tidaknya
ceramah ditentukan oleh percaya atau tidaknya
audiensi kepada pembicara. Kepercayaan
audiensi inilah yang menjadi dasar seluruh teknik
ceramah.
15
kredibilitas komunikator. Kredibilitas
tersebut menyangkut kejujuran,
profesionalisme atau kompetensi,
dinamisme, dan objektivitas.
3. Seruan Rasa Takut. Memengaruhi sikap juga
bisa dilakukan dengan membangkitkan rasa
takut.
ِ ْلَوْ َكانَ فِي ِه َما آلِهَةٌ ِإاَّل هَّللا ُ لَفَ َس َدتَا ۚ فَ ُسب َْحانَ هَّللا ِ َربِّ ْال َعر
ش َع َّما
َصفُون
ِ َي
16
Purnawan EA (2002:22-50) menjelaskan agar
persuasi dapat berlangsung sukses harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a. Availability dan relevance, bila kedua hal
tersebut ada, secara konsisten dapat diramalkan
bahwa perilaku seseorang didorong oleh
sikapnya.
b. Memahami kondisi berfikir sasaran atau
menentukan strategi pendekatan. Ada dua macam
proses berfikir, heuristic dan systematic. Karena
ada dua macam proses berfikir, persuasi yang
digunakan juga harus disesuaikan.
c. Memahami naluri dan reaksi spontan sasaran,
pada umumnya orang selalu dalam keadaan
heuristic dan mudah dibujuk.
d. Attribution dan sequential request, taktik
pendekatan untuk memperoleh “ya !”
e. Menggali kebutuhan terdalam sasaran dengan
bahasa hypnosis.
17
Cicero, Quintilian dan banyak lagi. Konsepnya nyaris
sama, persuader haruslah orang yang bermoral baik, etis,
espert dan rasional.
BAB II
EFEK DAKWAH
18
perbuatan yang berasal dari sahabat atau tabi'in yang
pada perkembangan selanjutnya dianggap sebagai hadits,
karena memiliki ciri-ciri sebagai hadits (Abuddin Nata,
1998: 363).
19
kemungkinan kesalahan strategi dakwah yang bisa
merugikan tujuan dakwah dapat terulang kembali.
20
Secara umum, dampak komunikasi dakwah
adalah terjadinya perubahan dari tidak beriman menjadi
mukmin, non-Muslim menjadi Muslim, pengingkaran
menjadi kepatuhan, kemaksiatan menjadi kebaikan,
kemunkaran jadi kebaikan, pelaku maksiat menjadi rajin
beribadah, ringkasnya dari kehidupan tidak Islami
menjadi Islami. Dampak tersebut terkait dengan tujuan
dakwah. Para ulama merumuskan tujuan dakwah secara
berbeda-beda, namun intinya sama, yakni terwujudnya
individu, kelompok, atau masyakarat yang menjadikan
Islam sebagai pedoman dalam menjalani kehidupannya,
sebagaimana ayat ”serulah manusia ke jalan Tuhanmu”
(QS. An-Nahl:125).
3
Prof. Dr. Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer, Cet 1
(Yogyakarta:Graha Ilmu,2011), h.177
21
dan implementasinya akan dipaparkan secara khusus
dalam proses terjadinya efek (atsar) dalam bab ini.
4
Moh.Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Cet 6 (Jakarta:Kencana,2017), h.395
22
Atsar (efek) sering disebut dengan feed back
(umpan balik) dari proses dakwah ini sering kali
dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i.
Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah
disampaikan maka selesailah dakwah. Padahal, efek
sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah
dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis efek dakwah
maka kemungkinan kesalahan strategi yang sangat
merugikan pencapaian tujuan dakwah akan terulang
kembali. Sebaliknya dengan menganalisis atsar dakwah
secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah
akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan
pada langkah-langkah berikutnya. Dengan demikian
strategi dakwah termasuk di dalam penentuan unsur-
unsur dakwah yang dianggap dapat ditingkatkan.
23
unsur dakwah harus dievaluasi secara total guna
efektifitas yang menunjang keberhasilan tujuan dakwah.
ۗ ي ُْؤتِي ْال ِح ْك َمةَ َم ْن يَ َشا ُء ۚ َو َم ْن ي ُْؤتَ ْال ِح ْك َمةَ فَقَ ْد أُوتِ َي خَ ْيرًا َكثِيرًا
ِ ۗ يَ َّذ َّك ُر إِاَّل أُولُو اأْل َ ْلبَا
ب َو َما
24
proses ini dapat terlaksana dengan baik, maka terciptalah
suatu mekanisme perjuangan dalam bidang dakwah.
25
Akal, berupa keyakinan tentang suatu tindakan. Jika
tidak manusiawi bersumber dari perasaan yang berpusat
pada hatinya, maka yang mengerankan perasaan itu
adalah pikiran. Karena pikiran adalah pinjakan pertama
untuk bertindakan sejauh mana keyakinan akal terhadap
sesuatu, berarti sejauh itu pula pengaruhnya pada persan.
26
Terdapat juga tiga proses perubahan perilaku
menurut Jalaludin Rahmat (1982: 269), 5yaitu Efek
Kognitif, yaitu yang berkaitan dengan perubahan pada
apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak.
Efek Afektif, yaitu timbul apabila terdapat perubahan
pada apa yang berhubungan dengan dirasakan,
disenangi, atau dibenci khalayak. Efek Behavioal, yaitu
yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati,
yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau
kebiasaan berperilaku.
5
Jalaludin Rahmat, Retorika Modern: Sebuah Kerangka Teori dan
Praktek Berpidato, (Bandung: Akademika, 1982), hal. 269
27
respon kognitif adalah pikiran yang dimiliki
individu sebagai reaksi terhadap sebuah pesan
persuasive. Efek kognitif juga berkaitan dengan
pembentukan dan perubahan citra. 6Citra adalah
gambaran tentang realitas atau dapat dikatakan
sebagai dunia menurut persepsi kita.Karena
media massa melaporkan dunia nyata secara
selektif sehingga media massa sangat
mempengarui pembentukan citra tentang
lingkungan sosial yang timpang,bias,dan tidak
cermat.
6
Jalaluddin Rahmat, Komunikasi, Bandung ,PT Remaja
Rosdakarya,2003 , hlm. 220-221
28
kognitif dapat tercapai apabila pesan yang
disampaikan sesuai dengan kebutuhan mad’u.
29
2. Mencari dan mengumpulkan fakta-fakta
yang dianggap memiliki sangkut paut
dengan pemecahan masalah.
30
penerimaan. Dalam Komunikasi persuasif, efek
Afektif dapat diketahui melalui sikap yang
diberikan mad’u terhadap pesan yang
disampaikan oleh da’i. Pada tahap atau aspek ini
pula penerima dakwah dengan pengertian dan
pemikirannya terhadap pesan dakwah yang telah
diterimanya akan membuat keputusan untuk
menerima atau menolak pesan dakwah.107
Dalam komunikasi persuasif, Efek afektif dapat
diketahui melalui sikap yang diberikan mad’u
terhadap pesan yang disampaikan oleh da’i.
31
yang marah, mencaci, bahkan ada yang
mendukung. Beberapa sikap diatas lah yang
dinamakan efek afektif, menunjukan melalui
perbuatan.
32
dakwah telah menyentuh aspek behavioral, yaitu
telah dapat mendorong manusia melakukan
secara nyata ajaran-ajaran islam sesuai pesan
dakwah, maka dakwah dapat dikatakan berjalan
dengan baik, dan inilah merupakan tujuan final
dari dakwah itu. Keberhasilan Efek Behavioral
ini dapat diketahui ketika tindakan yang
dilakukan mad’u sesuai dengan pesan yang
disampaikan oleh seorang da’i. Rahmat
Natawijaya mengungkapkan bahwa : “Tingkah
laku itu dipengaruhi oleh kognitif yaitu factor-
faktor yang dipahami oleh individual melalui
pengamatan adanya tanggapan, efektif yaitu
yang dirasakan oleh individual melalui
tanggapan dan pengamatan dan dari perasaan
itulah timbul keinginan-keinginan dalam yang
bersangkutan.” Dari pendapat tersebut dapat
diambil pemahaman bahwa seseorang akan
bertindak dan bertingkah laku setelah orang itu
mengerti dan memahami apa yang telah diketahui
itu kemudian masuk dalam perasaannya dan
kemudian timbullah keinginan untuk bertindak
33
atau bertingkah laku. Jadi, perbuatan atau
perilaku seseorang itu pada hakikatnya, adalah
perwujudan dari perasaan dan pikirannya.
Adapun dalam hal ini perilaku yang diharapkan
adalah perilaku positif seusai dengan ajaran islam
baik bagi individu maupun masyarakat.
34
Effendi (1983: 304) mengatakan, para ahli
komunikasi sama-sama berpendapat bahwa untuk
hasil komunikasi yang maksimal sebaiknya
meggunakan pendekatan A-A Procedure (from
Attention to Action Prosedure). Pendekatan ini
adalah penyerdehanaan dari suatu proses yang
disingkat AIDDA yaitu :
A : Attention (perhatian)
I : Interest (minat)
D : Desire (hasrat)
D : Decision (keputusan)
A : Action (kegiatan)
35
akan mempunyai kemampuan untuk melakukan
perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikan
melalui mekanisme daya Tarik jika pihak komunikan
merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya, atau
merasa adanya kesamaan antara komunikator
dengannya. Dengan demikian, komunikan bersedia
untuk taat pada pesan yang di komunikasikan oleh
komunikator.
36
(proses objektif), dan berubah (proses sensomotorik).
Dijelaskan pula proses perubahan tersebut adalah :
37
Efek (atsar) sangat penting sekali artinya dalam
proses komunikasi, terutama bagi dakwah yang berisi
ajakan atau panggilan untuk berbuat baik, melakukan
kebajikan dan mencegah kemunkaran (al-khayr, amr
maruf dan nahi munkar) berdasarkan ajaran islam. Efek
(atsar) akan merupakan suatu ukuran tentang
keberhasilan atau kegagalan suatu proses komunikasi
atau proses dakwah.
38
rendah dari itu, ialah jika individu-individu khalayak
hanya menerima pesan dakwah dan melaksanakannya,
tetapi tidak menganjurkan atau mengajak individu-
individu lain.
39
kegiatan peningkatan iman seseorang atau kelompok.
Ketika dakwah telah dilakukan oleh seseorang
pendakwah dengan pendekatan, strategi, metode, pesan
dan menggunakan media tertentu, maka pasti akan
timbul respon dan efek pada mitra dakwah yang
menerimanya.
40
termasuk ihtiar insani, yaitu usaha maksimal untuk
suatu tujuan sebelum berserah diri tawakkal) akan hasil
usahanya kepada Allah.
41
sifat-sifat lebih menonjol, misalnya karna
pergerakan atau pengulangan.
a. Prinsip pergerakan
b. Prinsip pengulangan
42
dapat memahami apa yang dikomunikasikan
dengan baik.
4. Tunduk pada pesan pembicara. Tahap keempat
pada proses persuasi adalah sejauh mana audiensi
dan patuh kepada isi pesan yang telah dipahami.
5. Penahanan dalam ingatan. Jika audiensi telah
menaruh minat dan tunduk pada pesan dakwah,
maka pertanyaan berikutnya adalah sejauh mana
mereka menahan dalam ingatan mereka.
43
3. Bahwa pendengar sudah paham dan
sependapat dengan pembicara.
8
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Cet 6 (Jakarta: Kencana, 2017), hh.
396-398
44
Banyak hal yang bisa menjadi factor kegagalan
dalam berkomunikasi, khususnya komunikasi dakwah,
baik dilihat dari segi da’inya sebagai pelaku komunikasi,
maupun dari segi non manusia, misalnya pesan, media,
informasi dan lingkungan tempat komunikasi dakwah
berlangsung. Rintangan komunikasi dimaksudkan ialah
adanya hambatan yang membuat proses komunikasi
tidak dapat berlangsung sebagaimana harapan
komunikator dan penerima.
45
mad’u yang berbeda dan segara. Sebab pada
dasarnya setiap manusia memiliki interest yang
berbeda.
4. Motivasi. Motivasi ini terlihat dari sudut mad’u,
bukan dari da’i artinya motivasi dapat dikatakan
sebagai penghambat dalam komunikasi dakwah,
jika motivasi mad’u mendatangi aktivitas dakwah
bersifat negative maka hasil yang didapatkan
juga tidak akan baik.
5. Prasangka. Merupakan hambatan yang paling
berat terhadap kegiatan komunikasi dakwah.
Dalam prasangka emosi memaksa seseorang
untuk menarik kesimpulan atas dasar prasangka
tanpa menggunakan logika.
46
2. Hambatan Sematis. Hambatan ini menyangkut
Bahasa yang digunakan komunikator sebagai
“alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaan-
nya pada komunikan.
3. Hambatan Mekanis. Hambatan yang dijumpa
pada media yang dipergunakan dalam
melancarkan komunikasi.
4. Hambatan Ekologis. Disebabkan oleh gangguan
lingkungan terhadap proses berlangsungnya
komunikasi jadi datangnya dari lingkungan.
47
Presepsi Sosial, posisi social, dan proses belajar social.
Sedangkan factor eksternal dapat disebabkan oleh dalam
member penguatan kepada sasarannya.
48
Madinah) sebagai landasan bagi kehidupan bernegara
untuk masyarakat majemuk:
49
BAB III
PENUTUP
50
DAFTAR PUSTAKA
51
Rahkmat. Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung, PT
Remaja Rosdakarya, 2003
52
Yudi Perbawaningsih, “Komunikasi Efektif dan Faktor
Penentu Efektivitas Persuasi.” Jurnal
Kependidikan, vol.01, no. 1, 2003, 1267-0854
Mahmud, Ali Abdul Halim. Dakwah Fardiyah. Di
https://books.google.co.id/ ( di akses 05 Februari
2020 )
Pirol, Abdul. Komunikasi Dan Dakwah Islam. Di
https://books.google.co.id/ ( di akses 05 Februari
2020 )
Faizah, dkk. Psikologi Dakwah. di
https://books.google.co.id/ ( di akses 08 Februari
2020 )
Suciati. Psikologi Komunikasi. Di
http://books.google.co.id/ (di akses 10 Februari
2020)
Suhandang, Kustandi. Strategi Dakwah. Di
https://webadmin.ipusnas.id/ipusnas/publications/b
ooks/22378/ ( Di akses 10 Februari 2020)
Suhandang, Kustandi. Ilmu Dakwah : Perspektif Komunikasi.
Dihttps://webadmin.ipusnas.id/ipusnas/publicatio
ns/books/22364/ ( Di akses 10 Februari 2020)
Ridla, Rasyid dkk. Pengantar Ilmu Dakwah. Di
https://books.google.co.id/ (Di akses 10 Februari
2020)
Syamsul, Asep. Komunikasi Dakwah. Di
https://books.google.co.id/ (Di akses 12 Februari
2020)
53
Taufik, Tata. Dakwah Era Digital. Di
https://books.google.co.id / (di akses 12 Februari
2020)
Tanthowi, Djawahir dkk. Manajemen Dakwah. Di
https://books.google.co.id / (Di akses 12
Februari 2020)
Abdullah, Muhammad Qadaruddin. Pengantar Ilmu
Dakwah. Di https://books.google.co.id / (Di
akses 13 Februari 2020)
Wahid, Abdul. Gagasan Dakwah : Pendekatan
Komunikasi antarbudaya. Di
https://books.google.co.id / (Di akses 13
Februari 2020)
Budi, Rayudaswati. Pengantar Ilmu Komunikasi. Di
https://books.google.co.id / (Di akses 13
Februari 2020)
Maulana, Herdiyan. Psikologi Komunikasi Persuasi. Di
https://books.google.co.id / (Di akses 16
Februari 2020)
Masduki. Filosofi Dakwah Kontemporer. Di
https://books.google.co.id / (Di akses 16
Februari 2020)
54