Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan
petunjuk yang telah ditetapkan. Makalah yang berjudul “Pengertian, objek material dan
objek formal dan manfaat mempelajari filsafat”

Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dan serta informasi
dari berbagai sumber. Kami juga banyak mendapat dukungan dan saran-saran dari banyak
pihak. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian makalah ini masih jauh dari
sempurna, seperti pepatah mengatakan ”Tak ada gading yang tak retak”. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan agar dapat ditemukan suatu
hasil yang lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Duri, 15 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1

BAB IIPEMBAHASAN

1. Pengertian Filsafat .......................................................................................... 2

2. Objek Kajian Filsafat ...................................................................................... 3

3. Manfaat Filsafat Dakwah ............................................................................... 5

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ......................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat
memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan
tertib, akan kebenaran.
Bagi manusia, berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-
netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang
sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran. Filsafat hendaknya mengilhamkan
keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang
menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan, ras, dan keyakinan keagamaan
mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan.
Dalam mempelajari Filsafat banyak sekali Manfaat yang bisa kita ambil dan kita petik
guna untuk menjalani hidup yang sebaik-baiknya. diantaranya Fiillsafat membantu kita
unntuk berfikir lebih Kritis dalam hal apapun. Didalam Filsafat dakwah juga banyak sekali
hal-hal yang dikaji dan dipelajari secara kritis dan mendalam. Sebagai mana ilmu lain filsafat
juga memiliki berbagai macam cabang-cabangya. Mempelajari filsafat adalah salah satu hal
yang menarik dan banyak diminati oleh orang-orang, terutama mereka yang ingin mecari
kebenaran. Oleh karna itu penulis menyusun makalah ini guna untuk mengenal dan
mempelajari filsafat, objek kajian serta manfaat mempelajari filsafat Dakwah.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Pengertian Filsafat Dakwah?


2. Jelaskan Objek kajian Filsafat Dakwah (Formal & Material)?
3. Manfaat mempelajari Filsafat Dakwah?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Filsafat

Secara garis besar Filsafat dapat dikatakan sebuah pandangan hidup seseorang atau
sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.
Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam
memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan
menyeluruh dengan segala hubungan. Filsafat mengambil peran penting karena dalam filsafat
kita bisa menjumpai pandangan-pandangan tentang apa saja (kompleksitas, mendiskusikan
dan menguji kesahihan dan akuntabilitas pemikiran serta gagasan-gagasan yang bisa
dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan intelektual). Selanjutnya Pengertian filsafat dapat
ditinjau dari dua segi yaitu pegertian filsafat secara Bahasa dan pengertian filsafat secara
istilah.
Ciri-ciri Berfikir filsafat adalah berfikir segala sesuatu yang ada, berfikir yang
konsepsional mendasar dan menyentuh esensi yang difikirkan. Ciri-cirinya yaitu
a) Metodis, menggunakan metode cara yang lazim digunakan oleh para filosof dalam proses
beerfikir filsafat.
b) Sistematis, yaitu dalam berfikir masing-masing unsur berkaitan satu sama lain secara
teratur dalam satu keseluruhan.
c) Koheren, yaitu dalam berfikir unsur-unsur tidak boleh mengandung uraian yang
bertentangan satu sama lain, namun juga membuat uraian yang logi.
d) Rasional, yaitu harus berdasarka pada kaiadah berfikir yang benar (logis)
e) Konprehensif, yaitu berfikir secara menyeluhruh.
f) Radikal, yaitu berfikir secara mendalam samapai pada akar persoalannya
g) Universal, yaitu muatan kebenarannya sampai pada tingkat umum universal (secara
keseluruhan)
h) Bebas, yaitu samapai kebatas-batas yang berada diluar pemikiran, yakni bebas dari
prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, religius (pemikiran filsafat ini dibarat).
i) Bertanggung jawab, yaitu seorang yang berfilsafat adalah orang yang berfikir sekaligus
bertanggung jawab terhadap hasil pemikirannya paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri.
Filsafat sangat dibutuhkan manusia untuk mengatasi segala persoalan yang muncul
dalam kehidupan, termasuk persoalan-persoalan dakwah. Dengan filsafat, seluruh pertanyaan
hidup mengenai arti, isi dan makna dari segala sesuatu yang dilihat dan dialami dapat
ditemukan jawabannya. Hal ini telah di implementasikan Nabi Muhammad SAW dalam
aktivitas dakwahnya.

a. Pengertian Filsafat Dakwah secara Bahasa


Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari
bahasa Arab “‫”فلسفة‬, yang juga diambil dari bahasa Yunani yaitu philosophia. Dalam bahasa
ini (Yunani), kata philosophia merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia =
persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga dalam arti harafiahnya
adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda
juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa
Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah atau filsafat disebut “filsuf”.
Kata dakwah adalah derivasi dari bahasa Arab “Da’wah”. Kata kerjanya da’aa yang
berarti memanggil, mengundang atau mengajak. Ism fa’ilnya (pelaku) adalah da’I yang
berarti pendakwah. Di dalam kamus al-Munjid fi al-Lughoh wa al-a’lam disebutkan makna
da’I sebagai orang yang memangggil (mengajak) manusia kepada agamanya atau mazhabnya.
Merujuk pada Ahmad Warson Munawir dalam Ilmu Dakwah karangan Moh. Ali Aziz
(2009:6), kata da’a mempunyai beberapa makna antara lain memanggil, mengundang, minta
tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong, menyebabkan,
mendatangkan, mendoakan, menangisi dan meratapi. Dalam Al-Quran kata dakwah
ditemukan tidak kurang dari 198 kali.

b. Pengertian Filsafat Dakwah secara istilah


Menurut istilah, filsafat adalah ilmu istimewa yang menjawab masalah-masalah yang
tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalah tersebut
termaksuk masalahh yang berada diluar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Dalam arti praktis filsafat mengandung arti alam berfikir/alam pikiran, sedangkan berfilsafah
ialah berfikir secara mendalam atau radikal atau dengan sungguh–sungguh sampai keakar-
akarnya terhadap suatu kebenaran atau dengan kata lain berfilsafat mengandung arti mencari
kebenaran atas sesuatu.
Dakwah adalah kegiatan atau usaha memanggil orang muslim maupun non-muslim,
dengan cara bijaksana, kepada Islam sebagai jalan yang benar, melalui penyampaian ajaran
Islam untuk dipraktekkan dalam kehidupan nyata agar bisa hidup damai di dunia dan bahagia
di akhirat. Singkatnya, dakwah, seperti yang ditulis Abdul Karim Zaidan, adalah mengajak
kepada agama Allah, yaitu Islam.
Adapun pengertian filsafat dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari secara
kritis dan mendalam tentang dakwah (tujuan dakwah, mengapa diperlukan proses komunikasi
dan transformasi ajaran dan nilai-nilai islam dan untuk mengubah keyakinan, sikap dan
perilaku seseorang khas islam) dan respon terhadap dakwah yang dilakukan oleh para da’i
dan mubalig, sehingga orang yang didakwahi dapat menjadi manusia-manusia yang baik
dalam arti beriman, berakhlak mulia seperti yang diajarkan oleh islam.

2. Objek Kajian Filsafat

Sebelum menginjak pada pembahasan objek kajian ilmu filsafat dakwah, supaya lebih
jelas kita mengulangi permasalahan tentang objek kajian Filsafat, kemudian Objek kajian
Dakwah dan akhirnya diintegrasikan antara keduanya membentuk objek kajian Filsafat
Dakwah. Namun sebelum ke objek kajian, kita ketahui terlebih dahulu apa pengertianya.
Objek kajian dalam keilmuan maupun filsafat adalah objek formal dan objek material. Objek
material adalah lapangan penyelidikan suatu cabang ilmu, sedangkan objek formal adalah
sudut tertentu yang menentukan suatu macam ilmu dan membedakan antara ilmu satu dengan
lainnya. Demikianlah objek kajian filsafat dakwah menurut beberapa tokoh:

a. Objek Kajian Material


Menurut Drs. Suisyanto, Objek material filsafat dakwah adalah segala sesuatu yang
ada dan mungkin ada yang berkaitan dengan dakwah, baik yang berkaitan dengan ajaran
dakwah maupun perbuatan manusia yang berhubungan dengan dakwah.
Menurut Andy Dermawan dkk, objek material filsafat dakwah adalah manusia, Islam,
Allah dan lingkungan dunia. Dengan filsafat dakwah dijelaskan proses interaktif manusia
yang menjadi subjek (da’i) dan objek (mad’u) dalam proses dakwah, Islam sebagai pesan
dakwah di lingkungan dunia di mana manusia akan mengamalkan dan menerapkan ajaran dan
nilai keislaman serta Allah yang menurunkan Islam dan memberikan takdirnya yang
menyebabkan terjadinya perubahan tindakan, keyakinan dan sikap.
Menurut Dr. H. Nur Syam, objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada atau
mungkin ada, maka objek formalnya adalah pemikiran atau keterangan sedalam-dalamnya
tentang objek material tersebut. Objek material filsafat dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu
Hakikat Tuhan, hakikat manusia dan hakikat alam semesta.

b. Objek kajian Formal


Menurut Drs. Suisyanto objek formal filsafat dakwah adalah usaha untuk
mendapatkan pemahaman yang sedalam-dalamnya sesuai dengan akal budi manusia tentang
segala sesuatu yang berkaitan dengan penyampaian ajaran Islam kepada umat Islam dengan
cara mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya baik secara praktis maupun teoritis.
Menurut Andy Dermawan dkk, objek Formal filsafat dakwah adalah mempelajari
bagaimana hakikat dakwah.
Menurut Dr. H. Nur Syam, objek Formal filsafat adalah pemikiran secara radikal akan objek
material tersebut.
Objek kajian dakwah adalah hubungan interaksional antara subjek dakwah dengan
Objek dakwah dengan menggunakan metode, materi, dan media dakwah tertentu untuk
mencapai tujuan dakwah. Sehingga secara proposional dapat dinyatakan dalam proposisi,
sebagai berikut:
 Subjek dakwah tertentu berhubungan dengan religiositas objek dakwah.
 Media dakwah tertentu berhubungan dengan religiositas objek dakwah.
 Metode dakwah tertetnu berhubungan dengan religiositas objek dakwah.
 Materi dakwah tertentu berhubungan dengan religiositas objek dakwah.

Objek kajian dakwah adalah setiap bentuk dari proses merealisasikan ajaran Islam
pada kehidupan manusia melalui strategi, metode, dan sistem yang relevan dengan
mempertimbangkan aspek religio-politik-kultural-sosio dan psikologis umat manusia.
Setelah mendalami masalah objek kajian filsafat dan objek kajian dakwah, sekarang
kita dapat mengintegrasikan antara keduanya yaitu objek kajian filsafat dakwah. Objek studi
filsafat dakwah adalah pemikiran mendalam dan radikal, logis dan sistematis tentang proses
usaha merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan umat manusia dengan melalui strategi,
metode, dan sistem yang relevan dengan mempertimbangkan dimensi religio-politik-kultural-
sosio-psikologis umat manusia.
3. Manfaat Filsafat Dakwah

Manfaat filsafat dakwah adalah berguna untuk menentukan para da’I agar mampu
memahami ajaran islam secara radikal, sampai keakar-akarnya sehingga menemukan
kebenaran yang hakiki. Para da’I mampu menjelaskan bahwa islam universal, tidak
bertentangan logika dan akal sehat. Dengan demikian ajaran islam disampaikan tidak hanya
diterima secara dokmatis dan absolut semata, tetapi juga melalui kerangka fikiran yang
rasional yang mampu memberikan arti penting dalam menyadari otoritas diri sebagi makhluk
yang berdimensi dalam memahami diri dan hak miliknya.

Tujuan filsafat dakwah adalah memberikan pemahaman yang bersifat universal


tentang suatu ajaran islam secara mendalam, mendasar dan radikal sampai keakar-akarnya,
sehingga akhirnya dapat membawa pada kebenaran yang hakiki, kebenaran hakiki tersebut
terimplementasikan dalam sikap keseharian sebagai orang islam. Dengan demikian filsafat
dakwah juga memberikan kontribusi keilmuan dengan mempertajam metodologi dan
pendekatan sehingga para da’I mampu melihat realitas umat secara tajam dan santun.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Objek dakwah adalah orang-orang yang dijadikan sasaran untuk menerima dakwah
yang sedang dilakukan oleh da’i. Keberadaan objek dakwah yang sering kita kenal dengan
mad’u, yang sangat heterogen baik ideologi, pendidikan, status sosial, sosial,, kesehatan dan
sebagainya
Secara ringkas ruang lingkup filsafat dakwah paling tidak meliputi empat hal yang
selalu punya kaitan erat. Yaitu:
a. Manusia sebagai pelaku (subyek) dakwah dan manusia sebagai penerima (obyek) dakwah.
b. Agama Islam sebagai pesan atau materi yang harus disampaikan, diimani serta diwujudkan
dalam realitas (diamalkan) di masyarakat.
c. Allah yang menciptakan manusia dan alam, sebagai Rab yang memelihara alam dan
menurunkan agama Islam serta menentukan terjadinya proses dakwah. Dan
d. Lingkungan, yaitu alam (bumi dan sekitarnya) tempat terjadinya proses dakwah.
Manfaat filsafat dakwah adalah berguna untuk menentukan para da’I agar mampu
memahami ajaran islam secara radikal, sampai keakar-akarnya sehingga menemukan
kebenaran yang hakiki. Para da’I mampu menjelaskan bahwa islam universal, tidak
bertentangan logika dan akal sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Yuyun Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, (Jakartra: Yayasan Obor Indonesia dan Leknas
LIPI, 1982)
H. A. Mustafa. 1997: Filsafat Islam, Pustaka Setia, Bandung.

A. Heri Hermawan, M Ag, Yaya Sunarya, M,pd. 2011: Filsafat Islam, Insan Mandiri,
Bandung.
V

Anda mungkin juga menyukai