DI SUSUN OLEH :
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmat Nya kepada saya, sehingga makalah singkat ini dapat saya
selesaikan tepat pada waktu nya sesuai yang di jadwalkan oleh Bapak
Dosen. Makalah ini berjudul “Latar Belakang Filosofis keluarnya UU
perfilman, kaitan antara UU Perfilman dan Media Penyiaran yang saya
susun dan saya kutip dari beberapa refrensi buku yang terbit secara legal
dan refrensi dari situs resmi oraganisasi perfilman. Banyak hal yang saya
dapat kan ketika menyusun makalah ini, mengetahui tentang perfilman dan
juga sejarah UU perfilman di Indonesia. Saya sangat menikmati dalam
penyusunan makalah ini yang dapat mendorong saya,dan juga teman teman
lain nya menjadi mahasiswa yang enerjik dan mengasah kemampuan untuk
mempunyai wawasan yang lebih luas lagi. Sebagian isi makalah ini memang
ada lahir nya dari pemikiran saya sendiri tetapi masih di bawah naungan
refrensi buku yang saya baca.
Saya berharap makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat bagi
kita semua yang membaca nya dengan seksama. Apabila ada kekurangan
dari makalah ini,baik secara penulisan bahasa, saran dan kritik adalah suatu
masukan bagi saya, karena saya adalah mahasiswa yang sedang belajar
untuk memperluas wawasan di bidang komunikasi. Di akhir kata saya
mengucapkan Terima Kasih yanbg sebesar-besar nya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 15
3.2 Saran...................................................................................................... 15
DAFTAR ISI............................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sistem pemerintahan di indonesia selalu bertujuan untuk menjaga
kestabilan negara, karena setiap negara memiliki sistem pemerintahan yang
berbeda, maka dari itu makalah ini di buat untuk membahas tentang latar
belakang keluarnya UU perfilman dan juga kaitan antara UU perfilman
dengan media. Dengan masuk sistem komunikasi visual atau broadcasting
televisi di indonesia, tentunya mengalami suatu perubahan pada sistem
pemerintahan, baik secara perekonomian,politik,budaya, dan sikap perilaku
sosial secara global.
1
Eva arifin,broadcasting to be broadcaster, jakarta,graha ilmu,2010, hal 36
1
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang perfilman dan dan kaitan nya dengan
media penyiaran diperlukan pokok pembahasan seperti berikut :
1.3 Tujuan
2
2
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun fungsi dan tugas Badan Sensor Film tetap menitik beratkan
pada upaya menghindarkan masyarakat dari pengaruh buruk film, dan
memperjelas eksistensi dan fungsi film. Memasuki awal tahun 1990
keinginan sebagian besar masyarakat agar dibenarkan adanya bebarapa
stasiun televisi swasta untuk mendampingi TVRI semakin tak terbendung
lagi. Mulai lah di giatkan persiapan dan penyelenggaraan jajak pendapat
tentang perlunya Undang Undang tentang Perfilman.
1. Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media
komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas
sinematografi dengan di rekam pada pita seluloid,pita video,piringan
2
Hidajanto,andi,dasar-dasar penyiaran,jakarta,kencana,2011,hal 248-250
3
video atau bahan penemuan teknologi lain nya dalam segala bentuk,jenis
dan ukuran yang dapat di pertunjukkan dan di tayangkan dengan sistem
proyeksi mekanik dan elektronik.
2. Perfilman adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan
pembuatan,jasa
teknik,pengeksporan,pengimporan,pengedaran,pertunjukan,dan
penayangan film.
3. Jasa teknik Film adalah penyediaan jasa tenaga profesi atau peralatan
yang diperlukan dalam proses pembuatan film serta usaha pembuatan
reklame film.
4. Sensor film adalah penelitian dan penilaian terhadap film dan reklame
film untuk menentukan dapat atau tidak nya sebuah film di pertunjukkan
atau ditayangkan kepada umum, baik secara utuh maupun peniadaan
bagian gambar atau suara tertentu.
3
Masyarakat indonesia menyadari bahwa banyak perubahan yang
perlu dilakukan untuk memperbaiki dunia perfilman kita,khusus nya yang
berkaitan dengan aspek etika dan moral dalam membuat dan
mempertunjukkan atau menayangkan film untuk umum. Ada perubahan
yang lebih mendasar lagi, kalau dulu orang harus pergi ke bioskop untuk
menonton film, dan kini film itu yang mendatangi penonton dimana pun dia
berada dengan menonton di layar televisi di rumah.
3
Hidajanto,andi,dasar-dasar penyiaran,jakarta,kencana,2011,hal 248-250
4
2.1.1 LAHIR NYA KPI (KOMISI PENYIARAN INDONESIA)
4
Dalam UU no.32 Tahun 2002 tentang penyiaran sangat jelas
menunjukkan nuansa demokratis di bandingkan dengan sebelum nya.
Selanjut nya UU ini juga menyebutkan bahwa sistem penyiaran jaringan
pasal 31 sebagai alternatif bagi lembaga penyiaran swasta (LPS) untuk
memperluas jangkauan siaran nya.Pada tanggal 28 desember 2002 DPR
membahas tentang UU no.32 pasal 7 yang berbunyi bahwa perlu di bentuk
nya satu lembaga independen yang mengatur hal-hal mengenai penyiaran,
yaitu KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). Selanjut nya pada pasal 7 ayat 2
dinyatakan bahwa KPI adalah lembaga independen yang setara dengan
lembaga negara seperti DPR,MA,BPK,dll. Beberapa Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang berfungsi memperkuat tugas media massa dalam
mendukung pembangunan. Beberapa BUMN ini antara lain :
4
Hidajanto,andi,dasar-dasar penyiaran,jakarta,kencana,2011,hal 248-250
5
2.1.2 PERAN MEDIA
5
Peran media memiliki pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan
masyarakat yang bisa membentuk karakter bangsa secara luas dan sangat
cepat. Maka fungsi media dalam leyanan publik antara lain memberi
informasi,sarana pendidikan,hiburan,alat kontrol,dan perekat sosial. Akibat
dari perkembangan teknologi yang semakin pesat undang undang penyiaran
mengalami perubahan terutama undang undang perfilman yang telah di
sahkan secara resmi yaitu Undang undang Republik Indonesia no 33 tahun
2009 tentang Perfilman.
5 www.BPI.or.id
6
6
2.2 Kaitan UU perfilman dengan Media penyiaran
6
Hidajanto,andi,dasar-dasar penyiaran,jakarta,kencana,2011,hal 53-56
7
7
Menurut Fungsi dalam jaringan, berarti dari status dalam jaringan secara
operasional sehari-hari, yang di klasifikasikan sebagai :
7
Hidajanto,andi,dasar-dasar penyiaran,jakarta,kencana,2011,hal 53-56
8
2.2.1 UNDANG UNDANG PERFILMAN DI SAH KAN
8
Media penyiaran tentu sangat berkaitan erat dengan UU perfilman karena
kita tahu perfilman di Indonesia ini sangat berkembang pesat karena adanya
media penyiaran seperti Radio dan Televisi. Sebagaimana yang tertulis pada
UU no 32 tahun 2002 pasal 3 tentang penyiaran yang berbunyi ;
8
Hidajanto,andi,dasar-dasar penyiaran,jakarta,kencana,2011,hal 53-56
9
9
2.2.2 REGULASI PENYIARAN
I. Model Otoriter
Tujuan dalam model ini lebih sebagai upaya menjadikan penyiaran sebagai
alat negara, radio dan televisi sedemikian rupa di arahkan untuk mendukung
kebijakan pemerintah dalam melestarikan kekuasaan. Ciri khas dalam model
ini adalah kuatnya lembaga sensor terutama yang menyangkut perbedaan.
Hal ini sebagai konsekuensi keberbedaan yang di pandang sebagai sesuatu
yang tak berguna dan cenderung tidak bertanggung jawab, karena kadang
kala bersifat subjektif.
9
Muhamad mufiq,komunikasi regulasi penyiaran,jakarta,kencana,2005,hal 70-71
10
IV. Model Barat Liberal
Secara umum sama dengan model barat paternalistik, hanya berbeda dengan
fungsi media komersial nya. Disamping sebagai penyedia informasi dan
hiburan media juga memiliki fungsi mengmbangkan hubungan yang penting
dengan aspek aspek lain yang mendukung independensi ekonomi dan
keuangan.
10
V. Demokratis Participan Model
10
Muhamad mufiq,komunikasi regulasi penyiaran,jakarta,kencana,2005,hal 71-73
11
Sebagai watchdog bagi independensi penyiaran dari pengaruh
pemerintah dan kekuatan modal
Memberikan masukan terhadap penunjukan jajaran
kepemimpinan lembaga penyiaran publik
Berperan sebagai penyelidik dan komisi komplain
11
Sudah banyak penelitian yang mengelaborasi relasi reformasi
dengan tuntutan demokratisasi media. Pada masa reformasi muncul desakan
untuk mengamandemenkanUU No.24 Tahun 1997 tentang penyiaran.
Rezim orde baru menerapkan sistem pengendalian dan sensor atas nama
persatuan nasional, dan juga sering kali menjalankan kontrol ketat terhadap
media yang secara faktual merupakan sensor untuk mengarahkan informasi
yang diberikan kepada publik sesuai apa yang di kehendaki oleh rezim
soeharto, dan juga mencegah penggunaan media massa untuk dapat di
gunakan sebagai instrumen kritik ata ketidak setujuan atas kebijakan rezim.
11
Muhamad mufiq,komunikasi regulasi penyiaran,jakarta,kencana,2005,hal 94 -
102
12
pembahasan RUU penyiaran pun terhenti. Dan sekitar satu tahun kemudian
yakni pada tanggal 19 maret 2002, pemhbahasan RUU penyiaran di mulai
lagi. Dengan membentuk suatu lembaga penyiaran independen yaitu KPI.
Ketua KPI juga di angkat langsung oleh presiden atas usul DPR RI pada
tahun 2002.
12
Dengan lahirnya UU Penyiaran tahun 2002 di katakan bahwa ;
Untuk mempertemukan berbagai kepentingan, agar berbagai kepentingan
tersebut dapat bertemu dalam suatu lingkaran. Dan lingkaran tersebut
bernama kepentingan publik. Apakah itu masyarakat,kelompok politik,yang
memandang media sebagai alat penting,dan juga pemerintah yang
berkepentingan terhadap media untuk mensosialisasikan kebijakan.
12
Muhamad mufiq,komunikasiregulasi penyiaran,jakarta,kencana,2005,hal102-112
13
13
2.2.4 DILEMA KPI
13
Muhamad mufiq,komunikasi regulasi penyiaran,jakarta,kencana,2005,hal 164-
170
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
15
DAFTAR ISI
www.bpi.or.id
16