Dosen Pengampu
Disusun oleh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah “Peran Stereotip dalam Etika dan Filsafat
Komunikasi”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar -besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada bapak
dosen Dr. Yasir, M.Si yang telah membimbing saya dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kami pribadi dan untuk para
pembaca makalah ini. Terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN ......................................................................................2
2.1 Pengertian dan ruang lingkup etikan filsafat komunikasi .................2
2.2 Pengertian Steorotip ..........................................................................3
2.3 Faktor penyebab timbulnya Steorotip ................................................5
2.4 Peran steorotip terhadap komunikasi .................................................6
2.5 .............................................................................................................
BAB III
PENUTUP ...............................................................................................7
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dan ruang lingkup etika
filsafat komunikasi.
2. Untuk mengetahui dan memahami Pengertian stereotip
3. Untuk mengetahui dan memahamtor penyebab timbulnya stereotip
BAB II
PEMBAHASAN
Sekurangnya terdapat tiga isu filosofis dalam studi komunikasi, yakni isu-
isu yang berkenaan dengan epistemologi (issues of epistemology), isuisu ontologi
(issues of ontology), dan isu-isu aksiologi (issues of axiology)
Ontologi adalah cabang filsafat yang berhubungan dengan alam, atau dalam
pengertian yang lebih sempit, alam benda-benda yang biasanya ingin kita ketahui.
Sebenarnya, epistemologi dan ontologi bergandengan tangan karena konsepsi kita
tentang pengetahuan tergantung pada bagian pikiran kita tentang alam yang dapat
diketahui. Dalam ilmu-ilmu sosial, ontologi berhubungan, sebagian besar, dengan
alam eksistensi manusia, dan dalam komunikasi mereka berpusat pada alam
interaksi sosial manusia. Isu-isu ontologis penting karena cara seorang penyusun
teori mengonseptualisasikan komunikasi tergantung, sebagian besar, pada cara
mengukur bagaimana komunikator dipandang. Seluruh teori komunikasi dimulai
dengan asumsi tentang makhluk, dan isu-isu pada area ini merefleksikan
ketidaksepakatan mengenai alam pengalaman manusia. Isu-isu ontologis itu
adalah:
Di dalam menghadapi fenomena budaya yang ada di tanah air ini, kita
perlu memberi informasi yang benar tentang berbagi hal yang berkaitan dengan
ras, suku, agama, dan antar agama. Seringkali, keberadaan individu dalam suatu
kelompok telah dikategorisasi. Menurut Myers (dalam Hanurawan & Diponegoro,
stereotip adalah suatu bentuk keyakinan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu
kelompok tentang atribut personal yang ada pada kelompok tertentu. Menurut
Sherif & Sherif dalam Sobur, stereotip adalah kesepakatan di antara anggota-
anggota kelompok terhadap gambaran tentang kelompok lain berikut anggota-
anggotanya. Kecendrungan dari seseorang atau kelompok untuk menampilkan
gambar atau gagasan yang keliru (false idea). Menurut A. Samovar & E. Porter
(dalam Mulyana, stereotip adalah persepsi atau kepercayaan yang dianaut
mengenai kelompok atau individu berdasarkan pendapat dan sikap yang lebih
dulu terbentuk. Narwoko & Suyanto stereotip adalah pelabelan terhadap pihak
atau kelompok tertentu yang selalu berakibat merugikan pihak lain dan
menimbulkan ketidakadilan.
3. Sekolah
4. Masyarakat
Masyarakat memberikan steorotip anak melalui sikap mereka dalam
memandang apa yang telah disediakan untuk anak laki-laki dan perempuan
mengidentifikasi dirinya. Perempuan cenderung memerlukan bantuan dan laki-
laki pemecah masalah.
5. Media Massa
Melalui penampilan pria dan wanita yang sering terlihat di Tv maupun
Koran. Tidak hanya frekuensi yang lebih banyak terhadap laki-laki daripada
perempuan tetapi jga pada jenis-jenis pekerjaan yang ditampilkan laki-laki banyak
dan lebih bergengsi daripada perempuan.
3. Fungsi transmisi nilai adalah fungsi media untuk menyebarkan nilai, ide
dari generasi satu ke generasi yang lain.
Konten media dalam semua bentuk berita, hiburan dan iklan terkait dengan
stereotip. Stereotip tidak merupakan alat untuk mengkonstruksi realitas untuk
kemudian disebarkan kepada audiensnya. Hal ini dikarenakan stereotip
merupakan alat bagi individu untuk memahami lingkungan sekitar dan pada saat
yang sama media merupakan jendela bagi individu untuk melihat dunia luar.
Dengan demikian, media merupakan institusi yang memiliki kemampuan untuk
menyeleksi symbol dan image untuk kemudian meniadakan aspek lain.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saguni, Fatimah. “Pemberian Stereotype Gender”. Jurnal Muswa IAIN Palu 6.2
(2014): 195-224.