Anda di halaman 1dari 19

RETORIKA

DRAMATISME
PARADIGMA KELOMPOK 7
NARATIF Disusun oleh:
1. Tania Adzra Athirah / 19419141001
2. Aulia luthfi Hanifa/ 19419141044
3. Fariz Reyhan S. / 19419144008
4. Nadhifta Nuhani / 19419144015
5. Lolita Paramesti N. / 19419144021
6. Aulia Gusti Devina / 17419144028
RETORIKA
1. Komunikasi yang terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan
pembicaraannya kepada audiens.

2. Teori ini bertujuan untuk mempersuasi orang lain.

3. Aristoteles berpendapat bahwa suatu komunikasi akan berjalan apabila


ada 3 unsur utama komunikasi yaitu pembicara (speaker), pesan (message),
dan pendengar (audience).
ASUMSI
Teori Retorika dari Aristoteles ini memiliki dua asumsi sebagai berikut:

1. Pembicara yang efektif harus mempertimbangkan khalayak mereka

2. Pembicara yang efektif menggunakan beberapa bukti dalam persentasi


mereka
Bukti – bukti yang dimaksudkan oleh Aristoteles pada asumsi kedua ini
merujuk pada cara – cara persuasi,yang terdapat dalam tiga bukti, yaitu :
1.Ethos adalah karakter pembicara.
2.Logos adalah bukti logis yang digunakan dalam sebuah pesan
3.Pathos adalah bukti emosional yang dimunculkan dari para pendengar.
KANON RETORIKA
Kanon merupakan tuntunan atau prinsip – prinsip yang harus diikuti oleh pembicara
agar pesan persuasif dapat menjadi efektif, yaitu :
• Penemuan : Konstruksi atau penyusunan dari suatu argumen yang relevan dengan
tujuan dari suatu pesan.
• Penyusunan : Kemampuan pembicara untuk mengorganisasikan pesannya.
• Gaya : Penggunaan bahasa untuk menyampaikan ide dalam cara tertentu.
• Ingatan : Menyimpan penemuan, pengaturan dan gaya di dalam pikiran
pembicara.
• Penyampaian : Presentasi non verbal dari ide – ide seorang pembicara.
JENIS RETORIKA
1.Retorika Forensik : keadaan ketika pembicara mendorong munculnya rasa
bersalah atau tidak bersalah dari pendengar.
2.Retorika Epideiktik : wacana yang berhubungan dengan pujian atau
tuduhan.
3.Retorika Deliberatif : saat pembicara harus menentukan suatu tindakan
yang harus diambil, sesuatu yang harus atau tidak boleh di lakukan oleh
khalayak.
DRAMATISME
• Hidup layaknya memahami sebuah drama.
• Sebagaimana dalam sebuah teater, kehidupan membutuhkan adanya seorang
aktor, sebuah adegan, beberapa alat untuk mendukung terciptanya adegan
itu, dan adanya tujuan.
• Manusia menggunakan simbol dalam lingkungan sosialnya.
A S U M S I-ASUMSI I

Manusia = hewan yang menggunakan symbol


-Apa yang individu lakukan dimotivasi insting hewani
-Apa yang kita lakukan direpresentasikan di dalam bentuk simbol
Bahasa dan simbol membentuk sistem penting bagi manusia
-Apa wacana yang disampaikan, narasi yang diceritakan dan simbol
elemen penting dalam diri manusia
Manusia membuat pilihan-pilihan
-Pilihan komunikator untuk bertindak sesuai apa yang diinginkan
Pentad” as a tools for analyze symbolic activity in
Dramatism context
Scene / adegan

Latar belakang atau setting secara umum, situasi di mana


agen/aktor melakukan suatu tindakan. Keberadaan manusia
tidak bisa lepas dari kondisi alam.
Agent/agen

Seseorang atau orang-orang yang menampilkan tindakan. Agen tidak saja


dapat dipandang secara individual atau personal, tetapi dapat merupakan
superperson. Agen juga memiliki atribut yang melekat dalam diri seperti
struktur, status, konsep diri, ego, dan kesadaran.
Act/aksi

Manusia bertindak merespon pada lingkungan yang terus


berubah.
Agency/agensi

Instrumen yang digunakan manusia untuk mencapai tujuan.


Mengedepankan prinsip-prinsip kegunaan dan prinsip-prinsip
keinginan.
Purpose/tujuan

Apa yang ingin dicapai, direalisasikan, dan dipenuhi.


PARADIGMA NARATIF
• Manusia diciptakan sebagai makhluk pencerita disini diceritakan
bahwa manusia selau memiliki alur dalam ceritanya .
• Kehidupan manusia itu berbentuk narasi.
• Perilaku manusia di pengaruhi oleh akal dan pikiran serta emosi kita
dan juga estetika.
• Logika narasi itu dalam kita melakukan alur sebuah cerita yang kita
buat harus meyakinkan orang yang mendengarkan cerita kita.

Contoh nya : Fifi bercerita ke nadif ,nadif mendengarkan nya bahwa


cerita yang di ceritakan oleh fifi sesuai atau tidak dengan
pengalamannya dulu atau nilai-nilai yang dimiliki nadif.
ASUMSI-ASUMSI
PARADIGMA NARATIF
 Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencerita.
 Keputusan mengenai esensi sebuah cerita didasarkan pada
“Pertimbangan sehat”.
 “Pertimbangan sehat” ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya, dan
karakter.
 Penilaian orang mengenai konsistensi dan kebenaran sebuah cerita.
 Individu mengalami dunia yang diisi dengan cerita dan kita harus
memilih dari cerita yang ada.
KONSEP KONSEP DALAM PARADIGMA NARATIF

• Cerita yang dimiliki alur ceritanya harus sama.


• Dalam komunikasi verbal dan non verbal cerita yang kita buat harus
memiliki urutan makna yang bisa dimengerti semua orang.
Ketika kita dalam suatu rapat organisasi kalau kita tidak mengerti sama
apa yang bakal dibahas kita bakal ngantuk menguap atau bosen
mendengarkannya.
NARASI
RASIONAL NARATIF
• Standar kita dalam mencerita kan seseuatu pengalaman yang pernah kita rasakan
apakah cerita itu dapat dipercaya sama orang /atau malah meragukan orang yang
mendengar cerita kita.
• Koherensi = cerita yang kita buat harus konsisten dan saling berhubungan
1. Koherensi struktural= alur cerita yang dibuat sama tidak berubah- rubah
2. Koherensi material = hubungan antara satu cerita sama cerita yang lain harus tetap
sama
3. Koherensi karakterologis = mungkin karakter orang baik selanjutnya akan baik juga
THANK YOU
T E R I M A K A S I H

Anda mungkin juga menyukai