Anda di halaman 1dari 16

TEORI KOMUNIKASI

FIRMAN AGUNG

B50120190

Te o r i K o m u n i k a s i
DRAMATISM
TEORY

2
Dramatisme (Kenneth Burke)Teori dramatisme adalah teori yang mencoba memahami tindakan kehidupan
manusia sebagai drama. Dramatisme, sesuia dengan namanya, mengonseptualisasikan kehidupan sebagai
sebuah drama, menempatkan suatu focus kritik pada adegan yang diperlihatkan oleh berbagai pemain. Seperti
dalam drama, adegan dalam kehidupan adalah penting dalam menyingkap motivasi manusia. Dramatisme
memberikan kepada kita sebuah metode yang sesuai untuk membahas tindakan komunikasi antara teks dan
khalayak untuk teks, serta tindakan di dalam teks itu sendiri.Drama adalah metafora yang berguna bagi ide-ide
Burke untuk tiga alasan: (1) drama menghasilkan cakupan yang luas, dan Burke tidak membuat klaim yang
terbatas; tujuannya adalah untuk berteori mengenai keseluruhan pengalaman manusia. Metafora dramatis
khususnya berguna dalam menggambarkan hubungan manusia karena didasarkan pada interaksi atau dialog.
(2) drama cenderung untuk mengikuti tipe-tipe atau genre yang mudah dikenali: komedi, musical, melodrama
dan lainnya. Burke merasa bahwa cara kita membentuk dan menggunakan bahasa dapat berhubungan dengan
cara drama manusia ini dimainkan. (3) drama selalu ditujukan pada khalayak. Drama dalam hal ini bersifat
retoris. Burke memandang sastra sebagai “peralatan untuk hidup”, artinya bahwa literature atau teks berbicara
pada pengalaman hidup orang dan masalah serta memberikan reaksi untuk menghadapi pengalaman ini.
Dengan demikian, kajian dramatisme mempelajari cara-cara dimana bahasa dan penggunaannya berhubungan
dengan khalayak.

D R A M AT I S M S T O R Y
A S U M S I D R A M AT I S M

1. Manusia adalah hewan yang menggunakan symbol. Beberapa hal yang dilakukan manusia dimotivasi oleh
naluri hewan yang ada dalam diri kita dan beberapa hal lainnya dimotivasi oleh symbol-simbol. Dari
semua symbol yang digunakan manusia yang paling penting adalah bahasa.

2. Bahasa dan symbol membentuk sebuah system yang sangat penting bagi manusia. Sapir dan Whorf (1921;
1956) menyatakan bahwa sangat sulit untuk berfikir mengenai konsep atau objek tanpa adanya kata-kata
bagi mereka. Jadi, orang dibatasi (dalam batas tertentu) dalam apa yang dapat mereka pahami oleh karena
batasan bahasa mereka. Ketika manusia menggunakan bahasa, mereka juga digunakan oleh bahasa
tertentu. Ketika bahasa dari suatu budaya tidak mempunyai symbol untuk motif tertentu, maka pembicara
yang menggunakan bahasa tersebut juga cenderung untuk tidak memiliki motif tersebut. Kata-kata,
pemikiran, dan tindakan memiliki hubungan yang sangat dekat satu sama lain.

3. Manusia adalah pembuat pilihan. Dasar utama dari dramatisme adalah pilihan manusia. Hal ini ada
keterikatannya dengan konseptualisasi akan agensi (agency), atau kemampuan actor sosial untuk bertindak
sebagai hasil pilihannya.
K O N S E P K U N C I D R A M AT I S M

Substansi, sifat umum seseorang sebagaimana digambarkan oleh dirinya sendiri maupun orang
lain.Identifikasi, keadaan di mana diantara dua orang terdapat ketumpangtindihan pada substansi
masing-masing.Konsubstansiasi, usaha meningkatkan ketumpangtindihan satu sama lain dengan
membuat permohonan retoritis.
NARATIF PARADIGMA TEORY
Lets Dive in

6
N A R AT I F PA R A D I G M A T E O R Y

Teori Komunikasi : Paradigma Naratif (Walter Fisher)Paradigma naratif mengemukakan keyakinan bahwa
manusia adalah seseorang pencerita dan bahwa pertimbangan akal ini, emosi, dan estetika menjadi dasar
keyakinan dan perilaku kita. Manusia lebih mudah terbujuk oleh sebuah cerita yang bagus daripada argument
yang baik. Paradigm naratif mengkonsepkan bahwa manusia adalah pencerita dan manusia mengalami
kehidupan dalam suatu bentuk narasi.Logika narasi lebih dipilih dibandingkan logika tradisional yang
digunakan dalam argumentasi. Logika narasi (logika dari pemikiran yang luas), menyatakan bahwa orang
menilai kredibilitas pembicara melalui apakah ceritanya runtut (mempunyai koherensi) dan terdengar benar
(mempunyai ketepatan). Paradigm naratif memungkinkan sebuah penilaian demokratis terhadap pembicara
karena tidak ada seorang pun yang harus dilatih secara khusus agar mampu menarik kesimpulan berdasarkan
konsep koherensi dan kebenaran.
A S U M S I PA R A D I G M A N A R AT I F

1. Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencerita.

2. Keputusan mengenai harga diri dari sebuah cerita didasarkan pada “pertimbangan yang sehat”.

3. Pertimbangan yang sehat ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya, dan karakter.

4. Rasionalitas didasarkan pada penilaian orang mengenai konsistensi dan kebenaran sebuah
cerita.

5. Kita mengalami dunia sebagai dunia yang diisi dengan cerita, dan kita harus memilih dari
cerita yang ada.
K O N S E P K U N C I PA R A D I G M A

Beberapa konsep kunci yang membentuk inti dari kerangka pendekatan naratif, yaitu:

1. Narasi, adalah deskripsi verbal atau nonverbal apapun dengan urutan kejadian yang oleh para pendengar diberi
makna.

2. Rasionalitas naratif, adalah standar untuk menilai cerita mana yang dipercayai dan mana yang diabaikan.

3. Koherensi, adalah konsistensi internal dari sebuah naratif. Tiga tipe konsistensi dalam koherensi, yaitu:

• Koherensi structural, berpijak pada tingkatan dimana elemen-elemen dari sebuah cerita mengalir dengan lancar.

• Koherensi material, merujuk pada tingkat kongruensi antara satu cerita dengan cerita lainnya yang sepertinya
berkaitan dengan cerita tersebut.

• Koherensi karakterologis, merujuk pada dapat dipercaya karakter-karakter didalam sebuah cerita.

4. Kebenaran, adalah reliabilitas dari sebuah cerita.

5. Logika dengan pertimbangan yang sehat, adalah seperangkat nilai untuk menerima suatu cerita sebagi benar dan
berharga untuk diterima: memberikan suatu metode untuk menikai kebenaran. Hal ini berarti bahwa pertimbangan
yang sehat manapun setara dengan yang lainnya: ini berarti bahwa apapun yang mendorong orang untuk percaya
sebuah naratif tergantung pada nilai atau konsepsi yang baik.
RHETORIC
TEORY
L E T ’ S D I V E I N

10
Teori Komunikasi : Retorika (Aristoteles)Teori retorika berpusat pada pemikiran mengenai retorika, yang
disebut Aristoteles sebagai alat persuasi yang tersedia. Maksudnya, seorang pembicara yang tertarik untuk
membujuk khalayknya harus mempertimbangkan tiga bukti retoris: logika (logos), emosi (pathos) dan
etika/kredibilitas (ethos). Khalayak merupakan kunci dari persuasi yang efektif, dan silogisme retoris, yang
memandang khalayak untuk menemukan sendiri potongan-potongan yang hilang dari suatu pidato, digunakan
dalam persuasi. Sehingga, dapat diambil kesimpulan bahwa teori retorika adalah teori yang yang memberikan
petunjuk untuk menyusun sebuah presentasi atau pidato persuasive yang efektif dengan menggunakan alat-alat
persuasi yang tersedia.
R H ETO R I C TEO RY
ASUMSI RETORIKAL

Pembicara yang efektif harus mempertimbangkan khlayak mereka. Asumsi ini menekankan bahwa hubungan
antara pembicara – khlayak harus dipertimbangkan. Para pembicara tidak boleh menyusun atau menyampaikan
pidato mereka tanpa mempertimbangkan khalayaknya, tetapi mereka harus berpusat pada khalayak. Dalam hal
ini, khalayak dianggap sebagai sekelompok besar orang yang memiliki motivasi, keputusan, dan pilihan dan
bukannya sebagai sekelompok besar orang yang homogeny dan serupa. Asumsi ini menggarisbawahi definisi
komunikasi sebagai sebuah proses transaksional. Agar suatu pidato efektif harus dilakukan analisis khalayak
(audience analysis), yang merupakan proses mengevaluasi suatu khalayak dan latar belakangnya dan
menyusun pidatonya sedemikian rupa sehingga para pendengar memberikan respon sebagaimana yang
diharapkan pembicara.2. Pembicara yang efektif menggunakan beberapa bukti dalam presentasi mereka.
Asumsi ini berkaitan dengan apa yang dilakukan pembicara dalam persiapan pidato mereka dan dalam
pembuatan pidato tersebut. Bukti-bukti yang dimaksudkan ini merujuk pada cara-cara persuasi yaitu: ethos,
pathos dan logos. Ethos adalah karakter, intelegensi, dan niat baik yang dipersepsikan dari seorang pembicara.
Logos adalah bukti logis atau penggunaan argument dan bukti dalam sebuah pidato. Pathos adalah bukti
emosional atau emosi yang dimunculkan dari para anggota khalayak.
Kanon Retorika merupakan tuntunan atau prinsip-prinsip yang harus diikuti oleh pembicara agar pidato
persuasive dapat menjadi efektif, yaitu:1. Penemuan (invention), didefinisikan sebagai konstruksi atau
penyusunan dari suatu argument yang relevan dengan tujuan dari suatu pidato. Dalam hal ini perlu adanya
integrasi cara berfikir dengan argumen dalam pidato. Oleh karena itu, dengan menggunakan logika dan bukti
dalam pidato dapat membuat sebuah pidato menjadi lebih kuat dan persuasive. Hal yan membantu penemuan
adalah topic. Topik (topic) adalah bantuan terhadap yang merujuk pada argument yang digunakan oleh
pembicara. Para pembicara juga bergantung pada civic space atau metafora yang menyatakan bahwa
pembicara memiliki “lokasi-lokasi” dimana terdapat kesempatan untuk membujuk orang lain.2. Pengaturan
(arrangement), berhubungan dengan kemampuan pembicara untuk mengorganisasikan pidatonya. Pidato secara
umum harus mengikuti pendekatan yang terdiri atas tiga hal: pengantar (introduction), batang tubuh (body),
dan kesimpulan (conclusion). Pengantar merupakan bagian dari strategi organisasi dalam suatu pidato yang
cukup menarik perhatian khalayak, menunjukkan hubungan topic dengan khalayak, dan memberikan bahasan
singkat mengenai tujuan pembicara. Batang tubuh merupakan bagian dari strategi organisasi dari pidato yang
mencakup argument, contoh dan detail penting untuk menyampaikan suatu pemikiran. Kesimpulan atau epilog
merupakan bagian dari strategi organisasi dalam pidato yang ditujukan untuk merangkum poin-poin penting
yang telah disampaikan pembicara dan untuk menggugah emosi di dalam khalayak.

KANON RETORIKA
3. Gaya (style), merupakan kanon retorika yang mencakup penggunaan bahasa untuk menyampaikan ide-ide
didalam sebuah pidato. Dalam penggunaan bahasa harus menghindari glos (kata-kata yang sudah kuno dalam
pidato), akan tetapi lebih dianjurkan menggunakan metafora (majas yang membantu untuk membuat hal yang
tidak jelas menjadi lebih mudah dipahami). Penggunaan gaya memastikan bahwa suatu pidato dapat diingat
dan bahwa ide-ide dari pembicara diperjelas

4. Penyampaian (delivery), adalah kanon retorika yang merujuk pada presentasi nonverbal dari ide-ide
pembicara. Penyampaian biasanya mencakup beberapa perilaku seperti kontak mata, tanda vocal, ejaan,
kejelasan pengucapan, dialek, gerak tubuh, dan penampilan fisik. Penyampaian yang efektif mendukung kata-
kata pembicara dan membantu mengurangi ketegangan pembicara.

5. Ingatan (memory) adalah kanon retorika yang merujuk pada usaha-usaha pembicara untuk menyimpan
informasi untuk sebuah pidato. Dengan ingatan, seseorang pembicara dapat mengetahui apa saja yang akan
dikatakan dan kapan mengatakannya, meredakan ketegangan pembicara dan memungkinkan pembicara untuk
merespons hal-hal yang tidak terduga.

KANON RETORIKA
1. Retorika forensic (forensic rhetoric), berkaitan dengan keadaan dimana pembicara mendorong timbulnya
rasa bersalah atau tidak bersalah dari khalayak. Pidato forensic atau juga disebut pidato yudisial biasanya
ditemui dalam kerangka hukum. Retorika forensic berorientasi pada masa waktu lampau.

2. Retorika epideiktik (epideictic rhetoric), adalah jenis retorika yang berkaitan dengan wacana yang
berhubungan dengan pujian atau tuduhan. Pidato epideiktik sering disebut juga pidato seremonial. Pidato
jenis ini disampaikan kepada publik dengan tujuan untuk memuji, menghormati, menyalahkan dan
mempermalukan. Pidato jenis ini berfokus pada isu-isu sosial yang ada pada masa waktu sekarang.

3. Retorika deliberative (deliberative rhetoric), adalah jenis retorika yang menentukan tindakan yang harus
dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan oleh khalayak. Pidato ini sering disebut juga dengan pidato
politis. Pidato deliberative berorientasi pada masa waktu yang akan datang.

JENIS-JENIS RETORIKAL
THANK YOU

FIRMAN AGUNG B50120190

TEORI KOMUNIKASI

Anda mungkin juga menyukai