Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KOMUNIKASI VISUAL

NARATIVE THEORY

Oleh : Muhammad Rizal Rakay Indramayapanna Rian Arif R Ricky Putra S Satria Dharmatama 0811223117 0811223053 0811223131 0811223055 0811220036

Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Brawijaya


2011

TEORI NARATIF

Suatu gambaran / image menggambarkan suatu realita yang benar-benar ada di dunia nyata. Dengan menggunakan theori Seymour Chatman (1978) tentang wacana narrative (narative discourse), teori ini menjelaskan tentang bagaimana hubungan cerita dari maksud pengarang dan penangkapan pembaca sebaik narator dan naratee menuliskan didalam penggambaran sebuah tampilan (image). Dalam perkembangan dari teori ini, terdapat berbagai ekspresi penggambaran yang ditayangkan melalui program televisi, film, fotografi, website, dan juga komik untuk menggambarkan bagaimana bentuk kebudayaan ini menggunakan pembawaan dari hal yang nyata (reality) untuk menjelaskan maksud mereka. Pada akhirnya teori ini membahas tentang personal naratif dan bagaimana bentuk cerita (storytelling) menjadi sebuah alat yang berguna untuk menginterpretasikan subyektifitas seseorang seperti yang ada di kehidupan sosial, insttitusi, dan kebudayaan. identitas

Sebuah logika naratif Sebuah penceritaan / storytelling, merupakan suatu kebiasaan manusia yang sangat universal. Walter Fisher (1984, 1987) mengungkapkan kita harus membentuk konsep kita sendiri sebagai Homo narrens. Semua orang di dunia ini selalu bercerita. Kita membuat akun fiksi dan kita bercerita akan sesuatu yang benar-benar terjadi. Kita mendengarkan cerita kehidupan pribadi seseorang, dan kita membaca karangan dongeng imajinasi dari seseorang. Kita mengalamicerita yang disampaikan secara visual, musikal dan melalui bahasa tubuh dan gerakan. Didalam pandangan yang lain, cerita juga dapat dikatakan sebagai jalan untuk berbicara pada diri sendiri. Para peneliti dari beragam pengalaman yang mendalam memberikan testimony kepada suatu ide bahwa kita adalah seorang spesies pencerita. Antropologis Victor Turner menyimpulkan, sebagai contoh, bahwa kita harus mengakui bahwa narative menjadi aktivitas kebudayaan yang universal, diwujudkan di setiap pokok/inti dari kehidupan sosial paradigma naratif fisher adalah naratif mengemukakan keyakinan bahwa manusia adalah seseorang pencerita dan bahwa pertimbangan akal ini, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita. Manusia lebih mudah terbujuk oleh sebuah cerita yang bagus

daripada argument yang baik. logika naratif mengkonsepkan bahwa manusia adalah pencerita dan manusia mengalami kehidupan dalam suatu bentuk narasi. Logika narasi lebih dipilih dibandingkan logika tradisional yang digunakan dalam argumentasi. Logika narasi (logika dari pemikiran yang luas), menyatakan bahwa orang menilai kredibilitas pembicara melalui apakah ceritanya runtut (mempunyai koherensi) dan terdengar benar (mempunyai ketepatan). Paradigma naratif memungkinkan sebuah penilaian demokratis terhadap pembicara karena tidak ada seorang pun yang harus dilatih secara khusus agar mampu menarik kesimpulan berdasarkan konsep koherensi dan kebenaran. Struktur Naratif Seorang pembuat teori mengkonseptualisasikan penceritaan sebagai pembuat strategi, mereka tertarik pada perpindahan pemahaman untuk menginvestigasi karakter dari bagaimana makna dibuat. Pembuatan teori fokus pada pertanyaan tentang struktur narative seperti: bagaimana kita mengetahui ketika kita ada diawal pembuatan narative tentang realitas? Tentang Apa fenomena narative yang membuat cerita agak baik daripada essay atau puisi? Apa komponen yang sesuai untuk narative? Percobaan untuk menjawab pertanyaan ini mendefinisikan banyaknya kerja pada teori narative. Pada pendekatan awal tentang bentuk narative datang dari Aristotle fokus kepada plot sebuah cerita prinsip utama. Dia mengkarakterisasinya sebagai keseluruhan disusun untuk hubungan sebab terdiri dari awalan, tengah, dan akhiran. Kita sering berbicara tentang keseluruhan ini sebagai kurva dramatis atau struktur sebab (causal) membuat situasi awal, termasuk perkenalan atau eksposisi dan moment

inciting, diikuti oleh keruntutan rising action (aksi naik) dan komplikasi masalah sampai puncak krisis poin. Titik Puncak dinilai posisi tidak ada jalan kembali dalam causal sequence (runtutan sebab) pada tanggung jawab yang sama, pendekatan dramaturgical menghargai runtutan makna ini sebagai level proces yang Kenneth Burke (1970) mengkarakterisasi seperti polusi, kesalahan, kemurnian, dan keselamatan. Sebuah cerita bermulai dengan aksi yang merusak peraturan atau penilaian dari sistem, atau polusi. Proses dramatik berlanjut dengan aksi yang membuat kesalahan dengan menuduh orang kerusakan polusi. yang bertanggung jawab atas

Pada level kemurnian, pencarian dilakukan untuk melarikan dari permasalahan dan sebabnya, dan pada akhirnya pada level keselamatan, level akhir solusi (resolusi) sebagai sistem kembalinya runtutan. Aristotle menyatakan bahwa setiap cerita harus mempunyai enam bagian: Plot Character, pilihan kata (Diction), pemikiran (Thought), Spectacle dan lagu (Fergusson,1961, p.62). walaupun elemen plot, character dan membangun object dari cerita, elemen dari pilihan kata dan lagu, menjadi bahasa kedalam ritme, harmoni, dan masuknya lagu, membentuk medium di topologi Aristotle (ferguson,1961,pp.61-62). Ini adalah plot atau keseluruhan dari hubungan causal (sebab) pembentukan awalan, tengah dan akhiran, yang membuat cerita sebagai cerita dan bukan yang lain. Dalam kata lain, plotatau kejadian runtut dengan maknasebagai prinsip utama dari naratif dan yang lainnya adalah perlengkapan cerita. Karakter dan setting bisa berubah, media yang bermacam-macam bisa digunakan dan gaya penyampaian akan berbeda, walaupun kita mengetahui cerita sebagai cerita karena runtut narative dengan makna ditransfer dari satu set dari peralatan cerita ke yang lainnya. Struktur Deskripsi dan Struktur Literal Frye (1957) mendiskriminasi antara apa yang diceritakan. Apa isinya, dan bagaimana mengungkapkan atau bagaimana bentuk ceritanya, ia menyebutnya struktur naratif deskriptif dan struktur literal. Frye mendiskusikan struktur deskripsi cerita sebagai bagian yang meniru (walaupun tidak di rekam) kejadian nyata dunia. Untuk hampir setiap manusia, bagian dari cerita yang mensimulasi kejadian nyata dunia mungkin mencakup ide kita tentang naratif. Ini adalah bagian dari yang kita ketahui sebagai cerita dunia dari karakter, setting, dan aksi apakah mencangkup melalui tampilan yang kita lihat atau kita buat. Struktur literal harfiah Sebuah cerita bukanlah sesuatu yang kita bisa gambarkan. Ketika kita menerapkan cara berpikir naratif visual, kita melihat bagaimana bahasa bias telah mempengaruhi konsepsi kita dari penggambaran dan bagaimana kita berpikir tentang visual / gambar itu sendiri. Struktur Diskursif Chatman (1978) mulai dengan gagasan bahwa bercerita mengandaikan perjumpaan seorang teller dan pendengar, meskipun sifat dari hubungan komunikasi tersebut sangat kompleks bahkan ketika menceritakan dan mendengarkan secara tatap muka. Dengan hubungan dalam pikiran teller-pendengar, Chatman mengusulkan kerangka kerja dari

diskursif "tokoh" sebagai cara untuk berbicara tentang sifat-sifat abstrak atau mendasarinya Struktur diskursif berkaitan apakah sebuah cerita mengatakan secara langsung atau melalui teks, walaupun ketika cerita diberitahu melalui teks, maka kehidupan nyata penulis dan kehidupan nyata penonton hanya dapat dikomunikasikan secara tersirat.
ANALISIS NARATIF: CERITA SEBAGAI OBJEK STUDI

Pada bagian ini teori naratif bisa juga disebut sebagai jalan penataan pikiran. Analisis naratif adalah metodologi yang digunakan untuk mempelajari logika naratif yang menceritakan tentang perilaku manusia. analisis naratif ditemukan di berbagai lintas disiplin yang luas penelitian interpretif termasuk studi sastra formal dalam humaniora, personal narasi dalam antropologi kontemporer dan studi feminis, berita, iklan dan hiburan di media massa dan kajian budaya, serta analisis tingkat masyarakat dari pelayanan umum kampanye, pembuatan kebijakan publik, dan proses kelembagaan di politik dan studi sosial. Analisis Narasi menyesuaikan dengan berbagai jenis bahan narasi karena emphasizes bentuk peran dalam menyampaikan makna. Hal ini memungkinkan struktur naratif yang akan dipelajari dari berbagai perspektif analitik. KURANG MATERI YANG INI Kesimpulan Asumsi Paradigma Naratif 1. Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencerita. 2. Keputusan mengenai harga diri dari sebuah cerita didasarkan pada pertimbangan yang sehat. 3. Pertimbangan yang sehat ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya, dan karakter. 4. Rasionalitas didasarkan pada penilaian orang mengenai konsistensi dan kebenaran sebuah cerita. 5. Kita mengalami dunia sebagai dunia yang diisi dengan cerita, dan kita harus memilih dari cerita yang ada. Konsep Kunci dalam Pendekatan Naratif Beberapa konsep kunci yang membentuk inti dari kerangka pendekatan naratif, yaitu:

1. Narasi, adalah deskripsi verbal atau nonverbal apapun dengan urutan kejadian yang oleh para pendengar diberi makna. 2. Rasionalitas naratif, adalah standar untuk menilai cerita mana yang dipercayai dan mana yang diabaikan. 3. Koherensi, adalah konsistensi internal dari sebuah naratif. Tiga tipe konsistensi dalam koherensi, yaitu: Koherensi structural, berpijak pada tingkatan dimana elemen-elemen dari sebuah cerita mengalir dengan lancar. Koherensi material, merujuk pada tingkat kongruensi antara satu cerita dengan cerita lainnya yang sepertinya berkaitan dengan cerita tersebut. Koherensi karakterologis, merujuk pada dapat dipercaya karakter-karakter didalam sebuah cerita. 4. Kebenaran, adalah reliabilitas dari sebuah cerita. 5. Logika dengan pertimbangan yang sehat, adalah seperangkat nilai untuk menerima suatu cerita sebagi benar dan berharga untuk diterima: memberikan suatu metode untuk menikai kebenaran. Hal ini berarti bahwa pertimbangan yang sehat manapun setara dengan yang lainnya: ini berarti bahwa apapun yang mendorong orang untuk percaya sebuah naratif tergantung pada nilai atau konsepsi yang baik.

Anda mungkin juga menyukai