Anda di halaman 1dari 65

ANALISIS PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL DALAM

MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN SISWA SMUN 1


MAKASSAR

‘’AN ANALYSIS OF SOCIAL MEDIA UTILIZATION IN


SUPPORTING LEARNING PROCESS OF SENIOR HIGHT
SCHOOL STUDENTS OF SMUN 1 MAKASSAR’’

WAODE SRIWAHYUNI R.,

P1400215312

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

i
ANALISIS PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL DALAM
MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN SISWA SMUN 1
MAKASSAR

Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Ilmu Komunikasi

Disusun dan Diajukan Oleh

WAODE SRIWAHYUNI R.,

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang Bertanda tangan dibawah ini,


Nama : WAODE SRIWAHYUNI R.,
Nim : P1400215312
Program Studi : Magister Ilmu Komunikasi
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul,

“ANALISIS PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL DALAM


MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN SISWA SMUN 1
MAKASSAR”
Adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan
pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain. Seluruh sumber yang
menjadi referensi dalam tesis ini telah saya sebutkan sesuai dengan
peraturan akademik yang berlaku dan dapat saya pertanggung
jawabkan. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan
bahwa sebagian atau seluruh tesis ini adalah milik orang lain, maka
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Demikian pernyataan ini saya buat secara benar-benar dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab.

Makassar, Agustus 2017

Yang menyatakan

WaOde SriWahyuni R.,

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya, Salam dan salawat senantiasa tercurah kepada

baginda Nabiyullah Muhammad SAW dan do’a sebagai ungkapan puji

syukur atas nikmat yang tiada terkira oleh Allah SWT, sehingga tesis ini

dapat selesai dengan baik tepat pada waktunya untuk memenuhi salah

satu persyaratan dalam rangka penyelesaian studi Magister pada Program

Studi Ilmu Komunikasi Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

Tesis ini saya persembahkan kepada kedua orang tua terkasih yaitu

Bapak La Ode Abdul Rachman dan Ibu Wa Ode Radiah serta

Saudara/Saudariku tersayang (K’Jimmy, K’Yanti, K’Santi, K’Dedi, K’Nova,-

K’Aan, Yuli) yang senantiasa memberikan do’a dan dukungannya kepada

penulis selama dalam proses menjalankan program magister Ilmu

Komunikasi sampai dengan penyelesaian studi ini.

Penulis menyadari, proses penulisan tesis ini tak akan terlaksana

tanpa dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab

itu pada kesempatan ini, ucapan terima kasih dan penghargaan yang

mendalam penulis haturkan kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde, M.Si selaku pembimbing I

dan Bapak Dr. Ir. Rhiza S. Sadjad, MS.EE selaku pembimbing II

v
yang telah memberikan arahan, bimbingan, dukungan, dan

bantuan kepada penulis.

2. Kepada Bapak Dr.H. Muhammad Farid, M.Si, Bapak Dr. Muh.-

Nadjib, M.Ed., M.Lib, dan Bapak Dr. H. Muhammad Iqbal Sultan,

M.Si selaku tim penguji, yang senantiasa memberikan arahan,

koreksi, dan saran dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Bapak/Ibu Tim Pengajar/ Seluruh Dosen Program Studi Ilmu

Komunikasi Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin yang

telah memberikan pengajaran berupa ilmu pengetahuan serta

dukungan dalam penyelesaian studi ini.

4. Kementerian Komunikasi dan Informasi (KOMINFO) yang telah

memberikan saya kesempatan menempuh pendidikan di

Universitas Hasanuddin Makassar.

5. Kepala BNP2TKI, Kepala LP3TKI dan Kepala TU LP3TKI Kendari

yang telah memberikan izin kepada saya untuk melanjutkan

pendidikan selama 2 (dua) tahun, serta seluruh staf pegawai

LP3TKI Kendari untuk suportnya selama persiapan melanjutkan

pendidikan pada program magister ini.

6. Kepala Sekolah dan Kepala Humas SMUN 1 Makassar yang telah

menjembatani saya selama proses penelitian berlangsung dan

dukungan Para informan yang telah bersedia meluangkan

waktunya sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

vi
7. Bapak/Ibu staf pegawai FISIP dan pengelola PPS Ilmu Komunikasi

Unhas yang telah banyak memfasilitasi pemrosesan administratif

dalam penyelesaian studi ini.

8. The Crew_Child’s (Anak-anakku tersayang) Azka, Baim, Hanun,

Zaki, Arya dan Alma yang menjadi pendorong semangat saya

untuk terus menimba ilmu pengetahuan, khususnya pada program

magister ilmu komunikasi ini dengan penuh kesungguhan.

9. Siti Mayasari Pakaya, S.Sos (Calon_M.IKom) dan Muh. Taufik

Akbar, ST (Calon_M.IKom) selaku teman seperjuangan yang

memberi semangat dan sumbangsih pemikirannya, Ibu

Rahmawati, SE. M.I.Kom dan Ibu Sukmawati, SH. M.I.Kom (selaku

pebimbing ¾ saya) juga sebagai teman diskusi yang telah

banyak membantu dalam proses penyelesaian tesis ini, Masawoy

selaku EO dan Adityar selaku Suhu Power Point yang telah banyak

mendukung persiapan seminar tesis ini.

10. Seluruh teman-teman seperjuangan Ilmu Komunikasi Pasca

Sarjana UNHAS angkatan 2015, khususnya K’Andi Surahmi, k’Andi

Miladiyah, K’Sri Agusmawati, K’Adliyah Efendi, Fatra, K’Vita,

Ummi’Riwayati, K’June, K’Rahma Aben, K’Imelda, Pak’Amen, Pak

Darwin, K’Niatullah, Pak Ahmat, Pak Joko, dan Pak Isam, terima

kasih tak terhingga atas waktu, ide, keceriaan, hikmah

pembelajaran dan inspirasi dalam kebersamaan selama ini.

vii
Kiranya tesis ini dapat bermanfaat khususnya sebagai Referensi

menambah khasanah pemahaman perihal Pemanfaatan Media Sosial yang

lebih terarahkan dalam Menunjang Proses Pembelajaran di SMUN 1

Makassar dan para pengguna media sosial lainnya. Dalam proses

penulisan tesis ini penulis berusaha memberikan yang terbaik ditengah

keterbatasan.

Makassar, Agustus 2017

WaOde SriWahyuni R.,

viii
ix
x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii

ABSTRAK ................................................................................................ iii

ABSTRACT .............................................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................. 10

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 10

D. Manfaat Penelitian ............................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 12

A. Teknologi Informasi Komunikasi .............................................. 12

B. Media Baru (New Media) .......................................................... 14

1. Konsep Media Baru (New Media) ........................................ 14

2. Karakteristik Media Baru (New Media) ................................ 16

C. Media Sosial ............................................................................. 23

1. Definisi Media Sosial .......................................................... 24

2. Karakteristik Media Sosial .................................................. 26

3. Fungsi Media Sosial ........................................................... 31

4. Tipe Media Sosial................................................................ 33

xi
D. Belajar ...................................................................................... 35

1. PengertianBelajar................................................................ 35

2. Belajar Sebagai Suatu Proses............................................. 36

3. Kemampuan Belajar ............................................................ 37

E. Teori Difusi Inovasi ................................................................... 38

F. Teori Uses and Gratifications .................................................... 40

G. Penelitian yang Relevan ........................................................... 42

H. Kerangka Pikir Penelitian .......................................................... 49

I. Definisi Operasional ................................................................... 52

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 53

A. Tipe Penelitian .......................................................................... 53

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................... 53

C. Subjek Penelitian ...................................................................... 54

D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 55

E. Teknik Analisis Data ................................................................ 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 59

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 59

B. Hasil Penelitian ......................................................................... 65

C. Pembahasan ........................................................................... 86

BAB V PENUTUP ................................................................................... 97

A. Kesimpulan ............................................................................... 97

B. Saran ........................................................................................ 99

DAFTAR PUSTAKA

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Dominasi Responden Menggunakan Internet .......... 7

Gambar 2. Bagan Teori Uses and Gratification ....................... 41

Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian ..................................... 51

Gambar 4. Model Analisis Interaktif Miles dan Hubberman .... 58

Gambar 5. Dokumentasi kisi-kisi materi ujian ......................... 95

Gambar 4. Model Analisis Interaktif Miles dan Hubberman .... 58

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Matriks Jenis Media Sosial Pilihan Informan.............. 76

Tabel 2. Matriks Cara Pemanfaatan Media Sosial dalam

Menunjang Proses Pembelajaran ......................................... 85

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era global

saat ini telah mengkondisikan hampir setiap orang dapat dengan mudah

mengakses internet. Dari orang tua, remaja, hingga anak kecil pun sudah

mengenal internet. Hal ini didukung dengan menjamurnya smartphone

dan paket internet/ provider yang berlomba-lomba menawarkan layanan

memadai dengan kapasitas akses yang cepat serta harga terjangkau.

Seiring perkembangan teknologi tersebut, masyarakat pun makin

ramah dengan berbagai situs media sosial yang berbasis internet seperti

Facebook, Blogger, Instagram, WhatsApp, Line, Google+ hingga Twitter

dan aplikasi media sosial lainnya. Dalam memanfaatkan media sosial

seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, yaitu dapat

mendatangkan manfaat atau keuntungan jika digunakan secara benar dan

dapat mendatangkan masalah serta pengaruh buruk jika digunakan

secara keliru. Sebagai contoh, media sosial tidak hanya dimanfaatkan

oleh para pengguna untuk berinteraksi dengan teman (komunikasi-

interpersonal), akan tetapi ada pula yang memanfaatkannya sebagai

media untuk menyampaikan informasi, memperoleh hiburan,

mempromosikan produk, sekedar menyampaikan aktivitas keseharian

1
2

(daily activity) dengan meng-upload gambar serta video, bahkan hanya

sekedar untuk mencurahkan isi hati pengguna di akun media sosial.

Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Rudiantara

(Menteri Komunikasi dan Informatika) yang menyatakan bahwa media

sosial memiliki dampak positif dan negatif. Contoh dampak positifnya

menurut Menkominfo setiap orang bisa bersosialisasi kepada banyak

orang dengan waktu yang efektif, sarana yang efektif untuk

memberitahukan sebuah informasi, atau dapat menjadi sarana

pendidikan. Selain itu, Rudiantara memaparkan dampak negatif media

sosial diantaranya yang bisa memicu kriminalitas, menghabiskan waktu

produktif untuk aktivitas sehari-hari misalnya update status bagi pelajar

dapat mengganggu proses belajar. Media sosial seakan menjadi sasaran

empuk bagi mereka yang ingin menebar kebencian dan kejahatan dengan

menyebarkan berita bohong alias hoax (http://kominfo.go.id/content/

detail/8435/menkominfo-gunakan-media-sosial-secara-cerdas/0/berita_

satker).

Akan tetapi selain pemanfaatan media sosial yang cenderung

bersifat hedonis serta dimanfaatkan secara menyimpang sebagaimana

yang sudah dijelaskan sebelumnya, pada kenyataannya media sosial juga

dapat memberi kontribusi positif dalam bidang pendidikan khususnya

sebagai media informasi yang memudahkan siswa memperoleh atau

mengakses informasi yang dibutuhkan serta turut menunjang proses

pembelajaran siswa.
3

Sejalan dengan hal tersebut, sebagaimana yang dijelaskan oleh

Sanjaya (2012) pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses

komunikasi yang melibatkan guru sebagai sumber informasi, pesan

pembelajaran atau yang kita kenal sebagai materi pelajaran, dan

penerima pesan itu sendiri yakni siswa. Konsep lama yang banyak

dipegang orang menganggap bahwa belajar adalah proses menambah

informasi. Seperti yang dijelaskan dalam American Heritage Dictionary

bahwa belajar adalah ‘’To gain knowledge, comprehension, or mastery

through experience study’’. Konsep ini memandang belajar adalah untuk

mendapatkan pengetahuan, pemahaman, atau penguasaan (materi

pelajaran) melalui pengalaman.

Salah satu keunggulan med ia sosial yaitu mempunyai karakteristik

yang disebut evolusi, revolusi dan kontribusi. Media Sosial disebut; (1)

evolusi karena dia menunjukkan perkembangan baru dari cara seseorang

berkomunikasi misalnya dengan e-mail, (2) revolusi, karena untuk pertama

kali dalam sejarah komunikasi, kita semua memiliki akses yang sangat

bebas, komunikasi dapat dilakukan secara instan dan mengglobal, dan (3)

sebagai kontribusi karena kehadiran media sosial dapat membedakan

kemampuan setiap orang untuk berbagi dan berkontribusi pesan kepada

sasaran (Schaefer dalam Liliweri 2015).

Selain itu, merujuk pada fungsinya menurut Kietzmann dalam

Liliweri (2015) media sosial itu ibarat ‘’sarang lebah’’ yang membentuk

kerangka jaringan yang terdiri dari ‘’blok-blok’’ yang berhubungan satu


4

sama lain yaitu; fungsi identity, conversations, sharig, presence,

relationships, reputation,dan groups-blok kelompok yang dalam media

sosial secara fungsional menunjukkan sejauh mana para pengguna dapat

membentuk komunitas, kelompok atau bahkan masyarakat baru. Jaringan

yang terbentuk tersebut akan menjadi lebih ‘’sosial’’ hanya jika melibatkan

makin banyak orang, dan lebih dari itu ‘’makin tinggi semangat

kebersamaannya’’.

Dari banyaknya situs jejaring sosial yang dapat dimanfaatkan

sebagai media pembelajaran untuk setiap orang antara lain WhatsApp,

Twitter, Instagram, Path, Blogger dan Facebook. Blogger misalnya

merupakan situs jejaring sosial yang berupa teks dokumen, gambar,

obyek media, dan data yang tersusun secara rapi yang dapat dilihat

melalui browser internet dan biasanya berisi catatan atau jurnal pribadi.

Manfaat blog antara lain yaitu, 1) Media interaktif diluar kelas. Misalnya

guru disebuah sekolah memposting materi pelajaran. Kemudian siswa

mengakses blog tersebut, siswa mengisi komen di blog lalu guru

menanggapinya, sehingga terjadi komunikasi antara guru dengan siswa.

2) Media untuk menyimpan file. Guru dapat menyusun dan meresume

materi pelajaran kemudian meng-updatenya ke blog. Dengan begitu,

siswa dapat belajar kapan saja tanpa dibatasi waktu dan tempat. 3) Media

untuk mendapatkan informasi. Guru dan siswa bisa mendapatkan

informasi melalui proses pencarian dengan search engine akan membuka


5

dan menambah wawasan guru dan siswa tentang dunianya dan dunia

ilmu pengetahuan.

Selain blog, twitter merupakan salah satu jejaring sosial yang

sedang gencar-gencarnya digandrungi masyarakat. Terlebih untuk remaja

yang tidak ingin ketinggalan zaman modern. Selain untuk menambah

teman atau link mereka, bisa menjadi sarana bisnis dan dimanfaatkan

sebagai media pembelajaran. Hal ini dapat tergolong ke dalam salah satu

e-learning. Dengan twitter misalnya, siswa bisa nge-tweet intisari dari

materi yang disampaikan gurunya di sekolah. Ini sama persis dengan

menulis dibuku catatan, hanya berbeda medianya saja. Setelah itu siswa

dapat berdiskusi dengan temannya dengan fitur-fitur yang ada di twitter

seperti hastag, reply, retweet, dan lain sebagainya. Misalnya #fisika untuk

berdiskusi tentang mata pelajaran fisika.

Selain itu, situs jejaring sosial seperti facebook juga dapat

membantu peserta didik dalam berinteraksi secara sosial dan akademik.

Facebook memungkinkan peserta didik berhubungan akrab dengan

pendidik dan siswa lain. Facebook menyediakan platform untuk

berinteraksi dan berbagi pengetahuan. Facebook juga menyediakan

fasilitas group untuk para siswa bergabung dan membahas berbagai topik,

berkolaborasi dan menggunakan aplikasi pendidikan untuk mengelola

aktivitas belajar.
6

Sebagaimana penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yuga

Nugraha Fadilah (2015) yang mengangkat tema penelitian dengan judul

Pemanfaatan Media Sosial Facebook Sebagai Penunjang Kegiatan

Pembelajaran Siswa SMK Negeri 4 Bandung, dari hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa pemanfaatan media sosial facebook dapat

digunakan sebagai penunjang kegiatan pembelajaran siswa SMK Negeri 4

Bandung. Selain itu, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Amy Julia

Alela Rachman (2012) dengan judul penelitian Pemanfaatan Situs Jejaring

Sosial Facebook sebagai Media Pembelajaran pada Mata Pelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi Siswa Kelas XI Yogyakarta

dan hasilnya menyatakan bahwa adanya perbedaan hasil belajar antara

kelas yang memanfaatkan Facebook dengan kelas yang tidak

memanfaatkan Facebook. Kedua penelitian sebelumnya itu menunjukkan

bentuk pemanfaatan media sosial dalam bidang pendidikan yang cukup

memberi kontribusi bagi para pelajar.

Berdasarkan data pengguna internet dalam waktu 12 bulan yang

diungkapkan oleh Gayatri (2016), hasilnya menunjukkan bahwa dominasi

responden menggunakan internet menduduki posisi tertinggi sebanyak

77% mengakses media sosial, 65 % mengakses konten pendidikan, 63%

mengakses game online, 49% mengakses youtube, sebagaimana yang

ditampilkan dalam gambar di bawah ini :


7

Gambar. 1 Dominasi responden menggunakan internet

The dominance of respondents used the internet in the


previous 12 months

Youtube 49%

Online games 63%

Education content 65%

Social media 77%

0% 20% 40% 60% 80%

Sementara itu, berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh

Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2016 perihal

perilaku pengguna internet Indonesia berdasarkan kabupaten/kota,

wilayah Sulawesi Selatan menduduki peringkat ketiga tertinggi setelah

wilayah pulau Jawa pada peringkat pertama dan Sumatera Utara pada

peringkat kedua. Adapun perilaku pengguna internet berdasarkan usia

antara 10-24 tahun merupakan usia pengguna internet tertinggi kedua

setelah pengguna dengan usia antara 25-34 tahun (http://www.apjii.or.id).

Berdasarkan data di atas nampak pengguna internet pada usia

sekolah cukup tinggi, dan hal inilah yang mendorong peneliti melakukan

penelitian terkait pengguna media sosial pada siswa sekolah khususnya

siswa SMU. Alasan peneliti memilih usia sekolah menengah umum

sebagai subjek yang akan diteliti, hal ini dikarenakan usia siswa SMU

termasuk dalam usia remaja yang menurut Budiargo (2015) sebagai masa

pembentukan identitas yang penting atau masa kritis, dan di sisi lain
8

remaja sekarang mendapat terpaan media cukup tinggi. Dalam hal ini,

peneliti ingin mengetahui bagaimana pemanfaatan media sosial kaitanya

dengan proses pembelajaran siswa dibandingkan dengan konten/tujuan

lainnya sebagai perwujudan dari terpaan Internet. Karena dari beberapa

informasi yang diperoleh, masih banyak siswa yang belum memanfaatan

media sosial ini dalam menunjang proses pembelajaran dan untuk itu

peneliti terdorong mengangkat tema penelitian perihal tersebut.

Di Makassar sendiri, banyak sekolah SMU Negeri dan SMU Swasta

yang dapat ditemui dengan menyediakan fasilitas wifi yang dapat

menunjang pembelajaran siswa. Salah satu diantaranya adalah SMUN 1

Makassar yang terletak di Jalan Gunung Bawakaraeng No.53 Gaddong,

Bontoala Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan yang menjadi lokasi

penelitian dilakukan.

Berdasarkan praobservasi yang peneliti lakukan saat berkunjung ke

SMUN 1 Makassar dan melakukan wawancara prapenelitian dengan salah

seorang guru yang juga merupakan Humas sekolah tersebut, diperoleh

informasi bahwa beberapa guru memanfaatkan media sosial seperti

WhatsApp dan Line untuk membagikan materi pelajaran dalam bentuk

power point dan video kepada para siswa. Oleh karena itu, peneliti ingin

mengetahui lebih lanjut bagaimana para siswa SMUN 1 Makassar

memanfaatkan media sosial tersebut dalam menunjang proses

pembelajarannya.
9

Adapun yang membedakan penelitian yang penulis lakukan dengan

penelitian sebelumnya antara lain adalah dari pemilihan lokasi yang diteliti

(lokus penelitian) sebagaimana yang telah peneliti jelaskan sebelumnya,

dan juga fokus permasalahan yang penulis teliti. Fokus penelitian antara

lain menitikberatkan pada alasan siswa (informan) dalam mengakses

media sosial tertentu, serta bagaimana mereka memanfaatkan media

sosial itu dalam menunjang proses pembelajaran berlandaskan teori uses

and gratification yang memiliki andil dalam fenomena ini.

Teori uses and gratifications milik Blumer dan Katz ini mengatakan

bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan

menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah

pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha

untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi

kebutuhannya. Artinya, teori uses and gratifications mengasumsikan

bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan

kebutuhannya (Nurudin, 2014).

Oleh karena itu, penulis mengangkat judul penelitian sebagai

berikut :

‘’Analisis Pemanfaatan Media Sosial dalam Menunjang Proses

Pembelajaran Siswa Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Makassar’’.


10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Apa yang menjadi alasan Siswa SMUN 1 Makassar menggunakan

media sosial tertentu dalam menunjang proses pembelajaran?

2. Bagaimana pemanfaatan media sosial dalam menunjang proses

pembelajaran oleh siswa SMUN 1 Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis alasan Siswa SMUN 1 Makassar menggunakan

media sosial tertentu dalam menunjang proses pembelajaran.

2. Untuk menganalisis bagaimana siswa SMUN 1 Makassar

memanfaatkan media sosial dalam menunjang proses pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat secara teoritis dan

praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Akademis, yaitu :

a. Secara teoritis diharapkan dapat memberikan masukan bagi

pengembangan ilmu komunikasi khususnya dalam bidang ilmu


11

komunikasi massa, sehingga dapat memberikan manfaat sebagai

sumbangan karya ilmiah terhadap mahasiswa ilmu komunikasi.

b. Kegunaan lainnya diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi

peneliti selanjutnya khususnya yang akan melakukan penelitian

dengan objek yang sama.

2. Kegunaan secara praktis, yaitu :

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para

informan untuk lebih meningkatkan pemanfaatan media sosial dalam

proses pembelajaran demi menunjang peningkatan mutu kualitas

pembelajaran yang efektif dan efisien.

b. Sedini mungkin informan memiliki landasan uses and gratification

dalam memanfaatkan media sosial dengan lebih terarah.


12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teknologi Informasi Komunikasi

Rogers dalam Sabar (2011) mengemukakan bahwa teknologi

adalah sebuah desain untuk tindakan instrumental yang dapat

mengurangi ketidakpastian (uncertainty) yang terjadi dalam hubungan

sebab akibat (cause-effect relationship) dalam mencapai suatu hasil yang

diharapkan. Dalam perkembangannya, teknologi menjadi desain

terpenting dalam kehidupan manusia untuk memperoleh informasi dan

berkomunikasi sebagai proses mencapai kepastian (certainty). Sehingga,

apa yang kini digunakan manusia dalam berkomunikasi dan memperoleh

informasi dalam skala besar dan tingkat jangkauan yang lebih luas

merupakan pengembangan teknologi yang disebut sebagai teknologi

informasi dan komunikasi (information and communication

technology/ICT).

Teknologi Informasi dan Komunikasi menurut Eric Deeson adalah

kebutuhan manusia didalam mengambil dan memindahkan, mengolah

dan memproses informasi dalam konteks sosial yang menguntungkan diri

sendiri dan masyarakat secara keseluruhan. Selanjutnya, Susanto

menjelaskan Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah media/ alat

bantu yang digunakan untuk transfer data baik itu untuk memperoleh

12
13

suatu data/ informasi maupun memberikan informasi kepada orang lain

serta dapat digunakan untuk alat berkomunikasi baik satu arah ataupun

dua arah dikutip dari www.komunikasipraktis.com.

Teknologi Informasi dan Komunikasi, adalah payung besar

terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses

dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi

informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala

hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu,

manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi

adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu

untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke

lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi

adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi

dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang

terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan

informasi antar media. Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan

antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat

lunak) dengan teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20.

Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang pesat melampaui

bidang teknologi lainnya. Hingga awal abad ke-21, TIK masih terus

mengalami berbagai perubahan dan belum terlihat titik jenuhnya

(Haryanto, 2008 dalam https://id.wikipedia.org/wiki/ Teknologi_Informasi

_Komunikasi).
14

B. Media Baru (New Media)

1. Konsep New Media

Media baru adalah konsep yang menjelaskan kemampuan media

yang dengan dukungan perangkat digital dapat mengakses konten kapan

saja, dimana saja sehingga memberi kesempatan bagi siapa saja baik

sebagai penerima/ pengguna untuk berpartisipasi aktif, interaktif, dan

kreatif terhadap umpan balik pesan yang pada gilirannya membentuk

komunitas/ masyarakat ‘’baru’’ melalui isi media (Liliweri: 2015).

Adapun definisi Media Baru menurut Lev Manovich dalam ‘The

New Media Reader’’ diungkapkan dalam delapan proposisi sebagai

berikut (Liliweri,2015) :

a. Media Baru versus Cyberculture –istilah ‘’media baru’’ dan

‘’siberkultur’’ sering dipakai secara bergantian. Media baru merupakan

sebuah paradigma dan objek budaya (digital untuk televisi analog,

iPhone), sedangkan siberkultur adalah beragam fenomena sosial yang

berkaitan dengan jaringan komunikasi internet seperti blog, online

multi – player game.

b. Media baru adalah media yang berbasis teknologi komputer sebagai

‘’platform’’ distribusi informasi melalui situs Web, Komputer

Multimedia, Blu-ray disk dan lain-lain.

c. Media baru merupakan media pertukaran data digital yang

dikendalikan oleh software.


15

d. Media baru merupakan campuran antara konvensi budaya yang

sudah ada dengan konvensi software. Kini media baru dapat dipahami

sebagai campuran antara konvensi budaya yang lebih tua dan

konvensi budaya baru dalam pengelolaan dan akses data yang

semuanya diproses melalui manipulasi. Jadi kata ‘’lama’’ dalam

‘’media lama’’ sebagai lawan dari ‘’media baru’’ menggambarkan kerja

media atas data yang sekaligus merepresentasikan realitas visual dan

pengalaman manusia, sedangkan kata ‘’baru’’ menunjukkan bahwa

data itu bersifat numerik.

e. Media baru adalah media yang menghasilkan estetika baru, karena

media baru menyediakan strategi untuk meningkatkan kualitas

estetika konten (bayangkan orang dapat memanipulasi foto dalam

banyak versi dengan perangkat lunak Adobe Photoshop). Artinya

media baru sangat bermanfaat untuk merekam momen penampilan

realitas, dan sekaligus mengubah kualitas data dari rekaman tersebut.

f. Media baru sebagai pemercepat eksekusi ‘’algoritma’’, artinya segala

algoritma yang sebelumnya dilakukan secara manual atau teknologi

lain seperti kalkulator maka kini eksekusi seperti itu harus berubah.

Hadirnya komputer yang menyediakan perangkat lunak perhitungan

(contoh: Excell) maka orang dapat memperbesar kapasitas,

mempercepat berbagai jenis perhitungan, karena itu komputer digital

modern dapat dipandang sebagai kalkulator cepat yang dapat

dikontrol secara sibernetik.


16

g. Media baru sebagai candra dimuka yang dapat mengendalikan

encoding informasi, media baru juga dipandang sebagai ‘’metamedia’’.

h. Media baru juga dapat dipandang sebagai gagasan artikulasi paralel

dari seni dan komputasi modern yang sejak akhir PD II disebut seni

‘’kombinatorik’’.

2. Karakteristik New Media

Terri Flew dalam bukunya An Instroduction, 2004 menyebutkan 20

(dua puluh) konsep kunci utama berkaitan dengan media baru yaitu:

a. Collective Intelligence (Kecerdasan Kolektif)

Kecerdasan kolektif adalah istilah yang digunakan oleh Levy (1997)

dan Kerckhove (1998), merujuk pada kapasitas kemampuan teknologi

informasi untuk meningkatkan pengetahuan sosial secara kolektif dengan

cara memperluas interaksi manusia yang memungkinkan adanya jaringan

komunikasi dengan menghasilkan pengetahuan baru dan kapasitas

sangat ditingkatkan untuk menyusun, menyimpan dan mengambil

pengetahuan tersebut melalui akses kolektif ke jaringan database.

b. Convergence (Konvergensi)

Konvergensi media merupakan hasil dari irisan tiga unsur new

media yaitu jaringan komunikasi, teknologi informasi, dan konten media.

Konvergensi media mengusung pada konsep penyatuan berbagai layanan

informasi dalam satu piranti informasi membuat satu gebrakan digitalisasi

yang tidak bisa dibendung lagi arus informasinya. Informasi berkembang


17

dengan sangat cepat dan tanpa ada batas yang bisa menghalangi individu

terkena terpaan arus informasi tersebut (exposure). Media konvensional,

misalnya media cetak, bukan tidak mungkin akan mati di masa mendatang

nanti akibat dari kebutuhan informasi yang semakin cepat dari individu-

individu yang tidak mungkin bisa dipenuhi oleh media cetak akibat

keterbatasan yang dimiliki media cetak. Ketika semua orang berbondong-

bondong untuk memilih media digital yang lebih efisien untuk

mendapatkan informasi, secara otomatis segala macam bentuk periklanan

juga akan beralih ke media digital karena tuntutan dari konsumen tersebut.

c. Creative Industries (Industri Kreatif)

Istilah industri kreatif lahir dari peluang yang selalu ada untuk

menghubungkan kreativitas dan kekayaan melalui produk dan pelayanan

yang baru, yang dikembangkan dan didistribusikan untuk teknologi

informasi dan komunikasi (TIK).

d. Cyber Space (Ruang Cyber/ Maya)

Adalah kiasan yang menggambarkan latar sosial yang muncul dari

ruang representative dan komunikasi. Umumnya muncul dalam ruang

komputer yang didistribusikan secara meningkat melalui jaringan yang

kompleks dan kental.


18

e. Digital Capitalism (Dijital Kapitalisme)

Sebagai ekonomi baru yang menandai konsolidasi dan intensifikasi

(intensitas) hubungan kapitalis dalam skala global yang mana informasi

diubah menjadi property intelektual melalui hak cipta digital.

f. Digital Copyright/ Creative Commons (Hak Cipta Dijital)

Hal yang signifikan dari media baru adalah cara dimana digitalisasi

sebagai proses teknologi yang telah menyalin, mendistribusikan pengguna

kembali dan pemberian tujuan kembali untuk semua macam isi media

yang lebih sederhana dan lebih cepat.

g. Digital Devide (Pembagian Dijital)

Adalah didefinisikan sebagai akses dan pengguna khusus internet

berdasarkan jenis kelamin, pendapatan, ras dan lokasi. Istilah ini penting

dalam konteks globalisasi.

h. Globalisation (Globalisasi)

Adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan dan

menjelaskan proses yang saling berkaitan seperti kenaikan perusahaan

multi nasional, produksi internasional, perdagangan dan sistem keuangan,

arus komunikasi internasional, gerakan global dari semua masyarakat

yang berbeda budaya, perkembangan hukum internasional, gerakan

sosial global, perkembangan organisasi pemerintah internasional,

organisasi non pemerintah dan konflik-konflik global.


19

i. Hype

Ciri yang muncul dari perkembangan internet dan popularitas media

teknologi media digital adalah kapasitas mereka untuk menghasilkan hype

mengenai bagaimana teknologi mengubah sesuatu khususnya untuk

menjadi lebih baik.

j. Information Overload (Kelebihan Informasi)

Internet telah memberikan jutaan pengguna di seluruh dunia, akses

yang tidak terbatas mengenai informasi apapun. Internet diperkirakan

menghasilkan sekitar 30 miliar halaman web diseluruh dunia pada bulan

februari 2007 (Bautell 2007) sedangkan Wikipedia pada akhir tahun 2006

memiliki lebih dari 1,5 juta entri dalam bahasa inggris saja, namun

ketersediaan begitu banyak informasi dan peningkatan kecepatan yang

mana informasi bisa dikirimkan ke pengguna, menghasilkan masalah

informasi yang berlebihan.

k. Interactivity (Antar Aktivitas)

Interaktif pada umumnya dipandang sebagai fitur media baru,

meskipun ada perdebatan tentang maknanya. Hal ini biasanya disajikan

sebagai fitur media baru yang membedakan mereka dari ‘’media lama’’

hanya bisa menawarkan konsumsi yang pasif.


20

l. Knowledge Economy (Pengetahuan Ekonomi)

Diklaim pada abad 21 dengan adanya kenaikan pengetahuan

ekonomi yang menjadi peran penting yang dimainkan oleh informasi

teknologi dan pembelajaran kreasi kekayaan dan persaingan ekonomi.

m. Networks (Jaringan)

Fokus dari jaringan dan menjaring media baru berada pada 3

tingkat, pertama, internet sebagai jaringan teknis atau jaringan dari

jaringan global, kedua, pentingnya jaringan sosial yang menegaskan

hubungan antara manusia dengan lembaga, ketiga, jaringan sosial teknis

yang menghasilkan morfologi sosial baru dalam masyarakat kita.

n. Participation (Partisipasi)

Dalam istilah media baru, partisipasi adalah konsep yang

digunakan dalam tiga cara, pertama dalam konteks pembagian digital

yang merujuk pada ketidaksamaan dalam akses ke media baru dan

kesempatan untuk menggunakan TIK sebagai pengguna, pekerja,

masyarakat atau konsumen, kedua, property khusus media baru bersifat

lebih terbuka dan interaktif dibandingkan teknologi komunikasi tradisional,

ketiga, merujuk pada budaya yang bersifat partisipatif yang dikembangkan

oleh media baru dihubungkan dalam proses yang lebih luas, demokratis,

akses media dan penggunaan industri kreatif.


21

o. Remediation (Pemulihan/ Perbaikan)

Adalah salah satu cara berfikir tentang hubungan antara bentuk-

bentuk media yang tidak ada dalam istilah di media lama ke media baru.

Contohnya: web camera, web blogs adalah contoh dalam media baru.

p. Security and Surveillance (Keamanan dan Pengawasan)

Internet telah menghasilkan informasi baru dan masalah sosial

yang bersifat pribadi dan pembuangan email, perkembangan virus

komputer dan bentuk-bentuk kejahatan online seperti penipuan cyber dan

pencurian identitas. Empat elemen penting dalam pengawasan

masyarakat akibat timbulnya penggunaan ICT adalah untuk menandai dan

menempatkan masyarakat didalam kegiatan yang lebih baik dari tahap

yang lebih rendah yaitu penipuan kekayaan, pencurian dan kejahatan di

jalan, aksi teroris yang berskala besar.

q. Speed (Kecepatan)

Media baru membuat kita melakukan hal-hal lebih cepat, kegiatan-

kegiatan seperti mentransfer uang antar bank, mendaftarkan perkuliahan

atau membeli tiket pesawat bisa diselesaikan dalam hitungan menit.

r. Ubiquity (Keanekaragaman)

Dalam konteks media baru keanekaragaman merujuk pada

perkembangan alat-alat digital, kepadatan dan antar hubungan jaringan

serta banyaknya bentuk penggunaan media baru yang dikaitkan dalam

semua aspek kehidupan setiap hari.


22

s. User-generated Content/ User-Ied Innovation (Content/Isi yang

menghasilkan pengguna/inovasi yang menghasilkan pengguna)

Dalam satu tahap semua isi internet menghasilkan pengguna,

fenomena isi yang menghasilkan pengguna merujuk pada cara-cara

pengguna baik remediator dan penghasil isi media baru berinteraksi dalam

bentuk-bentuk partisipasi yang berskala besar dalam ruang media digital

seperti game online dengan pemain yang banyak. Inovasi yang

menghasilkan pengguna adalah pengguna yang memiliki prodak dan

pelayanan baik secara lembaga maupun individu.

t. Virtuality (Kenyataan)

Salah satu ciri dari media baru adalah untuk memungkinkan

bentuk-bentuk interaksi melalui komunikasi yang bermedia komputer yang

terpisah dalam ruang dan waktu dan memiliki pencapaian global melalui

jaringan dijital. Internet juga mengembangkan perkumpulan arus

komunikasi dari satu ke satu contohnya email, dari satu ke banyak

contohnya website dan banyak ke banyak contohnya ruang online

interaktif yang bersifat waktu nyata antara pengirim dan penerima

komunikasi dan antara produsen dan konsumen isi media.

Sehubungan dengan hal tersebut, ciri-ciri media baru yang

membedakan dengan media massa lainnya menurut Vera (2016) adalah

sebagai berikut :
23

a. Kemampuan untuk mengatasi kurangnya waktu dan kurangnya ruang,

meskipun terbatas dengan ukuran layar, waktu unduh, kapasitas

server, dan lain-lain.

b. Fleksibilitas: media baru dapat menyajikan berbagai bentuk informasi

yang berupa kata, gambar, audio, video, dan grafis.

c. Immediacy: media baru dapat menyampaikan informasi dengan

segera, seiring peristiwa berlangsung. Mencakup berbagai aspek

berita pada waktu bersamaan.

d. Hypertextuality: media baru dapat menghubungkan satu format

informasi dengan format dan sumber informasi lain melalui hyperlink.

e. Interaktivitas: media baru memiliki sistem komunikasi manusia mesin.

f. Multimediality: tidak seperti media tradisional, media baru dapat berisi

berbagai jenis media pada platform tunggal.

g. Biaya lebih murah: dibandingkan dengan media lain, produksi

halaman web memerlukan biaya yang murah dan ramah lingkungan.

h. Perpanjangan akses: kita bisa mendapatkan akses ke sumber-sumber

web atau media baru dimanapun kita berada.

C. Media Sosial

Media sosial merupakan sarana interaksi antara sejumlah orang

melalui ‘’sharing’’ informasi dan ide-ide melalui jaringan internet untuk


24

membentuk semacam komunitas virtual (Ahlqvist, dkk dalam Liliweri,

2015).

Media sosial merupakan ‘’sekelompok aplikasi berbasis internet

yang dibentuk berdasarkan ideologi dan teknologi Web 2.0 yang

memungkinkan orang secara mobile dapat menciptakan dan bertukar

konten, disebut user generated content (Kaplan, dkk dalam Liliweri 2015).

1. Definisi Media Sosial

Cohen dalam Liliweri (2015) mengatakan definisi media sosial terus

berubah/ berkembang seiring dengan perkembangan penggunaan media

sosial itu sendiri. Hal ini lantaran didukung oleh fakta bahwa media sosial

berkaitan dengan teknologi dan platform yang memungkinkan pembuatan

konten pada web interaktif sehingga terjadinya kolaborasi dan pertukaran

pesan secara bebas antara para pengguna.

Mengingat sifat dinamis media sosial ini maka Cohen menampilkan

beberapa ‘’makna definisi’’ media sosial sebagai berikut :

a. Media sosial adalah media yang tidak bicara tentang apa yang orang

lakukan atau orang katakan tetapi tentang apa yang orang lakukan

dan katakan ‘’bersama-sama’’ tentang sesuatu di dunia dan

dipertukarkan ke seluruh dunia, atau media yang dapat

mengkomunikasikan sesuatu pada saat yang sama ke segala arah

karena dukungan oleh teknologi digital (Michelle Chmielewski).


25

b. Media sosial adalah pergeseran cara kita mendapatkan informasi

melalui cara lama --seperti membaca koran sambil minum kopi di pagi

hari, menelepon kawan dari rumah---ke komunikasi dengan cara baru

yang dimana kita menciptakan jaringan sosial untuk menemukan

orang-orang dengan minat yang sama dan membangun persahabatan

dengan mereka (Gini Dietrich).

c. Media sosial adalah media yang mengubah pasar media dari

komunikasi monologis menjadi komunikasi dialogis, ini terjadi karena

di media sosial menyediakan platform online bagi pengguna untuk

berpartisipasi aktif secara interaktif. Media sosial membantu orang

untuk memahami apa yang orang katakan tentang merek, produk atau

layanan tertentu. Melalui media sosial maka para pengguna dapat

berpartisipasi aktif interaktif secara terbuka untuk menyampaikan,

menerima dan mendiskusikan ide-ide baru sebagai dasar pembuatan

keputusan bisnis yang lebih baik. (Sally Falkow).

d. Media sosial merupakan platform yang memungkinkan para pengguna

web berinteraksi dan berpartisipasi dalam pembuatan konten lalu

berkomentar sesuai dengan keberadaan mereka maupun masyarakat

umum. Contoh ‘’Wikipedia’’ sebagai media sosial yang dengan teknik

komunikasi web dan mobile sangat mudah diakses dan scalable telah

mengubah komunikasi menjadi semacam dialog interaktif.

e. Dalam arti luas, media sosial merupakan salah satu bentuk platform

online dimana para pengguna dapat memindahkan konten yang


26

bersumber dari WordPress, Sharepoint, Youtube, Facebook. Dalam

artian sempit, media sosial meliputi saluran user-generated content

yang memandang media sosial sebagai teknologi sosial. Contoh,

Youtube, Facebook, dan Twitter adalah media sosial sedangkan

Wordpress, Sharepoint, dan Lithium adalah teknologi sosial (Joe

Cothrel).

2. Karakteristik Media Sosial

Semua manusia mempunyai kebutuhan untuk terhubung dan

berinteraksi dengan satu sama lain. Media sosial sebagai media

komunikasi dikembangkan untuk membantu orang untuk memenuhi

kebutuhan itu. Kehadiran media sosial membuat manusia dapat berbagi

perspektif, wawasan, pengalaman, dan opini yang satu dengan yang lain

melalui Blog, Wiki, papan pesan, dan video. Di sini partisipasi dari

komunitas orang-orang dan masyarakat pada umumnya telah memberikan

dorongan bagi pemenuhan kebutuhan dimaksud, dan lebih jauh dari itu

membentuk jaringan media sosial.

Pertama, karakteristik media sosial sebagai ‘’media baru’’ dapat

dibandingkan dengan media lama; (1) orang dapat berkomunikasi secara

dialogis dengan media sosial sebagai media baru dan mulai mengabaikan

komunikasi yang monologis, (2) para pengguna media sosial adalah

individu, atau individu yang mewakili komunitas, kelompok atau

organisasi, (3) inti dari media sosial adalah kejujuran dan transparansi,
27

(4) semua media sosial umumnya lebih merupakan faktor penarik dan

daripada faktor pendorong, dan (5) media sosial mengemban tugas

distribusi konten bukan sentralisasi konten.

Kedua, ketika dunia bisnis memanfaatkan media sosial sebagai

penghubung dengan pengguna maka para pengguna internet selalu

mengajukan pertanyaan pertama ‘’siapa pemilik konten?’’ Pertanyaan ini

muncul dan harus dijawab melalui pemahaman tentang lima hal yang

berbeda dari media sosial, yaitu; (1) media sosial sebagai alat strategis

untuk mengungkapkan wawasan bisnis, (2) media sosial bertindak

sebagai pengendali yang mengendalikan ‘’percakapan’’ sekitar merek

tertentu, (3) media sosial berfungsi sebagai ‘’’marketing’’ karena

memberikan nilai tambah dari suatu produk, (4) media sosial merupakan

proses untuk merawat para pelanggan, dan (5) media sosial mengubah

organisasi dari yang semula tertutup ke suatu situasi yang transparan

sehingga memengaruhi harapan para pelanggan (Adam Kleinberg).

Ketiga, dari segi aplikatif maka media sosial mempunyai beberapa

karakteristik, bahwa media sosial :

1) Meliputi berbagai format konten termasuk teks, video, foto, audio, PDF

dan Power Point, artinya para pengguna dapat memilih variasi media

sosial dalam rangka pembentukan konten.

2) Memungkinkan interaksi yang melintasi satu atau lebih platform

melalui social sharing, e-mail, dan berbagi feed.


28

3) Melibatkan berbagai tingkat keterlibatan peserta yang dapat membuat

komentar atau mengintai melalui jaringan media sosial.

4) Memfasilitasi peningkatan kecepatan dan luasnya penyebaran

informasi.

5) Menyediakan komunikasi one-to-one,one-to-many, and many-to-

many.

6) Memungkinkan komunikasi dilakukan secara real time atau

asynchronous dari waktu ke waktu.

7) Sebagai ‘’device indifferent’’ dengan bantuan komputer (termasuk

laptop dan netbook), tablet (termasuk iPads, iTouch dll) dan Ponsel

(khususnya smartphone).

8) Memperluas keterlibatan pengguna untuk bersama-sama menciptakan

peristiwa secara real-time, juga untuk memperluas interaksi online/

offline atau menambah acara secara live online.

Keempat, dari segi keunggulan maka media sosial mempunyai

karakteristik yang disebut evolusi, revolusi dan kontribusi. Media Sosial

disebut; (1) evolusi karena dia menunjukkan perkembangan baru dari cara

seseorang berkomunikasi misalnya dengan e-mail, (2) revolusi, karena

untuk pertama kali dalam sejarah komunikasi, kita semua memiliki akses

yang sangat bebas, komunikasi dapat dilakukan secara instan dan

mengglobal, dan (3) sebagai kontribusi karena kehadiran media sosial

dapat membedakan kemampuan setiap orang untuk berbagi dan

berkontribusi pesan kepada sasaran (Mark W.Schaefer).


29

Kelima, berdasarkan beberapa karakteristik tersebut di atas maka

para ahli strategi media sosial merumuskan secara akademis karakteristik

media sosial, yaitu:

1) Engaging. Media sosial mempunyai karakter ‘’melibatkan’’, karena dia

tidak saja berorientasi pada layanan bagi pelanggan tetapi melibatkan

pelanggan untuk melayani orang lain, saling melayani di antara

pelanggan. Dengan ‘’melibatkan’’ maka setiap orang yang

menggunakan media sosial dapat berbagi cara terbaik untuk

memenuhi keinginan dan kebutuha mereka. Dalalm dunia bisnis,

media sosial tidak saja dijadikan sebagai ajang promosi produk tetapi

dia memberikan nilai sosial bagi para pengguna, pelanggan dan

konsumen untuk berbagi cara memenuhi kebutuhan sosial.

2) Empati. Komunikasi sosial yang efektif memerlukan kemampuan

untuk menempatkan diri dalam hati dan benak orang lain. Seorang

komunikator yang berempati adalah seseorang yang mempunyai

kemampuan menyediakan peluang bagi orang lain untuk menemukan

dirinya sendiri. Media Sosial selalu mencoba dan terus mencoba untuk

menempatkan orang lain sebagai bagian terutama dari komunikasi

saya. Media Sosial menempatkan saya sebagai seorang komunikator

untuk tidak menjadikan diri saya sebagai ‘’I’’ dan mengatakan ‘’You’’

kepada orang lain, media sosial mengajarkan satu nilai empati dengan

orang lain karena dia menghubungkan ‘’I’’ dan ‘’You’’ ke dalam ‘’We’’.
30

3) Trustworthy. Simaklah raksasa ritel Walmart, perusahaan global

sekelas itu, setelah mengalami beberapa masalah dalam bidang

pemasaran, masih terus belajar untuk memahami masalah mereka

dan menyelesaikannya melalui pemanfaatan media sosial. Walmart

kemudian bangun kembali menjadi besar karena menerapkan inti dari

media sosial yaitu, kejujuran, transparansi, dan orisinalitas.

4) Unique. Media Sosial itu unik. Keunikan media sosial itu terletak pada

‘’kebersamaan’’ antara sumber dan penerima dalam membentuk

konten. Media Sosial menerapkan strategi komunikasi sesungguhnya

karena dia memberikan atau menambahkan ‘’nilai tambah’’ pada

konten demi membaharui dan memberi isi pada gagasan yang

dipercakapkan. Salah satu akibatnya adalah para sumber dan

penerima dalam komunikasi bermedia sosial telah menciptakan

sebuah media menjadi ‘’media sosial’’, atau mengubah ‘’ media sosial’’

menjadi ‘’lebih sosial’’.

5) Analytical. Media sosial mendorong sesama pengguna untuk

bersama-sama berpikir tentang sesuatu ide secara analitis. Pemikiran

analitis itu disadari sepenuhnya tidak dihasilkan oleh seorang

pengguna saja tetapi bersama-sama dengan pengguna lain melalui

proses diskusi, dialog, debat yang alot untuk menghasilkan suatu ‘’ide

sementara’’ yang disepakati. Disebut ‘’ide sementara’’ karena media

sosial tidak pernah berhenti diskusi, dialog, dan debat karena selalu

membaharui ide-ide ke arah yang mendekatkan kebenaran tertentu.


31

3. Fungsi Media Sosial

Menurut Kietzmann dalam Liliweri (2015) menerangkan fungsi

media sosial itu ibarat ‘’sarang lebah’’ yang membentuk kerangka jaringan

yang terdiri dari ‘’blok-blok’’ yang berhubungan satu sama lain, sebagai

berikut :

a. Identity-identitas sebagai sebuah blok dari media sosial merinci

bagaimana para pengguna mengungkapkan identitas diri dia di

tengah-tengah koneksi dengan pengguna lain. Beberapa informasi

penting tentang identitas adalah, nama, usia, jenis kelamin, profesi,

dan lokasi.

b. Conversations adalah blok yang berisi aktivitas pengguna

berkomunikasi dengan pengguna lain. Banyak situs media sosial

yang dirancang untuk memfasilitasi percakapan antarpersonal

maupun antara personal dengan kelompok atau komunitas lain. Ada

beberapa alasan orang melakukan percakapan, misalnya sekedar

‘’tweet, blog’’ atau menampilkan diri melalui ‘’facebook’’ untuk

menyampaikan status, mencari informasi tentang orang lain. Dalam

‘’percakapan’’ inilah para pengguna dapat mendapatkan kawan baru,

membangun harga diri, menemukan cinta, menyajikan ide-ide baru,

atau mendorong diskusi tentang topik yang sedang hangat

dibicarakan dalam masyarakat.

c. Sharing-media sosial membantu para pengguna melakukan ‘’sharing’’

yakni melakukan distribusi pesan, menerima pesan, dan bertukar


32

pesan, bahkan lebih penting dari itu di mana para pengguna

melakukan ‘’sharing’’ atas pesan untuk mendapatkan ‘’konten’’ dalam

makna bersama. Karena itu maka istilah ‘sosial’ dalam ‘’media sosial’’

selalu disiratkan sebagai pertukaran pesan antara manusia secara

online.

d. Presence-media sosial berfungsi untuk menyadarkan kita tentang

kehadiran para pengguna baik sebagai pribadi maupun sebagai

individu dari mana pengguna berasal. Presensi dalam media sosial

berfungsi menjelaskan posisi seseorang, ‘’inilah -saya, saya adalah...

saya ada di sini... Anda siapa? Anda ada di mana? Apakah saya bisa

berkoneksi dengan Anda?’’. Media sosial berfungsi membantu para

pengguna agar mereka membuka akses dengan mudah melalui dunia

maya dan sepakat untuk berkomunikasi secara langsung.

e. Relationships-Blok hubungan menunjukkan sejauh mana pengguna

dapat berhubungan dengan pengguna lain. Dengan ‘’berhubungan’’

berarti bahwa dua atau lebih pengguna memiliki beberapa bentuk

hubungan yang membawa mereka untuk berkomunikasi, berbagi

objek sosialitas, bertemu, atau hanya berkenalan, dan mendaftarkan

identitas satu sama lain sebagai teman.

f. Reputation-blok yang menunjukkan sejauh mana pengguna dapat

mengidentifikasi status sosial orang lain, termasuk menyatakan status

diri mereka sendiri. Reputasi dapat memiliki arti yang berbeda pada

platform media sosial. Dalam kebanyakan kasus, reputasi berkaitan


33

dengan masalah kepercayaan, dan dalam kasus teknologi informasi

kebanyakan media sosial masih menentukan kriteria yang sangat

kualitatif, misalnya apakah perangkat keras atau lunak yang tersedia

secara otomatis menjamin kepercayaan di antara para pengguna.

g. Groups-blok kelompok dalam media sosial secara fungsional

menunjukkan sejauh mana para pengguna dapat membentuk

komunitas, kelompok atau bahkan masyarakat baru. Jaringan yang

terbentuk tersebut akan menjadi lebih ‘’sosial’’ hanya jika melibatkan

makin banyak orang, dan lebih dari itu ‘’makin tinggi semangat

kebersamaannya’’.

4. Tipe Media Sosial

Beberapa tipe utama media sosial yang dijelaskan dalam Liliweri

(2015) bahwa media sosial itu mengintegrasikan teknologi, interaksi

sosial, dan penciptaan informasi melalui connect online. Melalui media

sosial, orang atau sekelompok orang menciptakan, mengorganisasikan,

meng-edit, memberikan komentar, dan meng-share-kan konten semunya

dalam proses untuk mencapai misi tertentu. Berikut ini beberapa contoh

dari media sosial (lihat KOMPASIANA, 26 March 2013) adalah sebagai

berikut :

a. Wikis, Website yang membolehkan siapa saja untuk mengisi atau

mengedit informasi di dalamnya, berlaku sebagai sebuah dokumen

atau database komunal. Misalnya Wikipedia.


34

b. Blog, merupakan bentuk terbaik dari media sosial, berupa jurnal

online, dengan pemuatan tulisan (postingan) terbalik, yaitu tulisan

terbaru ada di halaman terdepan.

c. Microblog, situs jejaring sosial dikombinasi blog, yang memberikan

fasilitas bagi penggunanya untuk mengirimkan ‘’update’’ secara online

melalui SMS, pesan instan, e-mail, atau aplikasi. Contohnya Twitter.

d. Konten, komunitas yang mengorganisir dan berbagi isi jenis tertentu.

Misalnya : Flickr untuk foto-foto, Youtube untuk video, SlideShare

untuk presentasi, kompasiana untuk tulisan, Scribd untuk dokumen,

instagram untuk foto.

e. Situs Jejaring Sosial, aplikasi/ situs yang mengizinkan dan memberi

fasilitas kepada penggunanya untuk membangun halaman web pribadi

dan kemudian terhubung dengan teman-temannya untuk berbagi

konten dan komunikasi. Contohnya : MySpace, Facebook, Linkendln,

dan Bebo.

f. Virtual Game World, dunia virtual, di mana mengreplikasikan

lingkungan 3D, di mana user bisa muncul dalam bentuk avatar yang

diinginkan untuk berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia

nyata. Contohnya game online.

g. Virtual Social World, dunia virtual di mana penggunanya merasa hidup

di dunia virtual, sama seperti virtual game world mengarahkan

pengguna berinteraksi dengan orang lain. Bagi penggemar Virtual


35

Social World ternyata lebih bebas menikmati kehidupan dunia nyata,

contohnya Social life.

h. Podcasts, berupa file-file audio dan video yang tersedia atau dapat

diakses dengan cara berlangganan (subscribe) e-mail, melalui Apple

iTunes.

i. Forum, sebuah area untuk diskusi online, seputar topik dan minat

tertentu. Forum sudah ada jauh sebelum media sosial popular yang

menjadi elemen yang kuat dan populer di kalangan komunitas online.

Contoh : kaskus, forum komas, forum viva.

j. Integrasi media sosial, Sebuah situs yang mengintegrasikan semua

media untuk satu aktivitas sehingga tidak perlu repot untuk posting di

beberapa media.

D. Belajar

1. Pengertian Belajar

Esensi yang dianggap oleh masing-masing ahli mungkin dapat

sama, tetapi dalam memberikan formula batasannya sukar untuk

mencapai kesamaan yang mutlak. Cukup banyak definisi mengenai

belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli. Seperti yang dikemukakan

oleh Skinner dalam Walgito (2010) yang menyatakan bahwa ‘’Learning is

a process of progressive behaviour adaptation’’. Dari definisi tersebut

dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi


36

perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa sebagai akibat dari

belajar adanya sifat progresivitas, adanya tendensi ke arah yang lebih

sempurna atau lebih baik dari keadaan sebelumnya.

Pengertian belajar menurut Lyle, dkk dalam Mustaqim (2008);

‘’Learning as a relatively permanent change in behaviour traceable to

experience and practice’’ artinya belajar adalah perubahan tingkah laku

yang relatif tetap yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan.

Sejalan dengan hal tersebut, sebagaimana yang dijelaskan oleh

Sanjaya (2012) pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses

komunikasi yang melibatkan guru sebagai sumber informasi, pesan

pembelajaran atau yang kita kenal sebagai materi pelajaran, dan

penerima pesan itu sendiri yakni siswa. Konsep lama yang banyak

dipegang orang menganggap bahwa belajar adalah proses menambah

informasi. Seperti yang dijelaskan dalam American Heritage Dictionary

bahwa belajar adalah ‘’To gain knowledge, comprehension, or mastery

through experience study’’. Konsep ini memandang belajar adalah untuk

mendapatkan pengetahuan, pemahaman, atau penguasaan (materi

pelajaran) melalui pengalaman.

2. Belajar Sebagai Suatu Proses

Para ahli melihat belajar itu sebagai suatu proses. Prosesnya

sendiri tidak menampak, yang tampak adalah hasil dari proses. Karena
37

belajar merupakan suatu proses, maka dalam belajar adanya masukan,

yaitu yang akan diproses dan adanya hasil dari proses tersebut. Apabila

hal ini digambarkan, maka akan didapati skema sebagai berikut:

Masukan(input) Proses Hasil (output)

Dari bagan tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar merupakan

sesuatu yang terjadi dalam diri individu yang disebabkan karena latihan

atau pengalaman, dan hal ini menimbulkan perubahan dalam perilaku. Ini

berarti bahwa proses belajar merupakan intervening variable yang

merupakan penghubung atau pengkait antara independent variable

dengan dependent variable. Seperti yang digambarkan oleh Hergenhahn

dan Olson dalam Walgito (2010), sebagai berikut:

independent intervening dependent


variable variable variable

Experience Learning Behavioral Changes

Dengan demikian akan jelas bahwa proses belajar itu sendiri

terdapat dalam diri individu yang belajar, yang kemudian menghasilkan

perubahan dalam perilakunya (Walgito, 2010).

3. Kemampuan Belajar

Kemampuan lain yang dimiliki manusia terkait dengan teori kognitif

sosial adalah ‘’kemampuan belajar’’ (vicarious capacity), yaitu kemampuan

untuk belajar dari sumber lain tanpa harus memiliki pengalaman secara
38

langsung. Kemampuan ini biasanya mengacu pada penggunaan media

massa, baik secara positif maupun negatif. Kemampuan mengamati

memungkinkan orang belajar berbagai hal positif dan bermanfaat dengan

cara membaca media cetak atau menonton televisi yang menunjukkan

berbagai perilaku yang bersifat mendukung masyarakat (pro-sosial).

Namun sebaliknya, orang juga dapat menyaksikan dan belajar perilaku

negatif yang ditolak masyarakat (anti-sosial) melalui media yang mereka

konsumsi (Morissan, 2013).

E. Teori Difusi Inovasi

Difusi inovasi adalah pemikiran yang melihat bahwa media massa

berkontribusi atas seluruh pembaruan dan inovasi yang berkembang

dalam masyarakat. Difusi inovasi akan sangat dipengaruhi oleh

kemampuan masyarakat memahami dan menyadari masalah kemajuan

dalam masyarakat itu sendiri. Dengan memanfaatkan kekuatan media

massa sampai pada taraf tertentu, proses komunikasi juga melibatkan

jaringan antarpribadi yang akan memperkuat tingkat adopsi seseorang

atas sesuatu inovasi (Vera,2016).

Definisi difusi dari Rogers (1995) adalah ‘’The process by which an

innovation is communicated througt certain channels overtime among the

members of a social system’’ (proses di mana suatu inovasi

dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu

diantara para anggota suatu sistem).


39

Empat tahap proses difusi inovasi adalah sebagai berikut.

1. Pengetahuan; kesadaran individu akan adanya inovasi dan

pemahaman tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi.

2. Persuasi; individu-individu membentuk sikap setuju atau tidak setuju

terhadap inovasi.

3. Keputusan; individu terlibat dalam aktivitas yang membawa pada

suatu pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi.

4. Konfirmasi; individu akan mencari pendapat yang menguatkan

keputusan yang telah diambilnya, namun ia dapat berubah dari

keputusan yang telah diambil sebelumnya jika pesan-pesan mengenai

inovasi yang diterimanya berlawanan satu sama lain.

Tahapan dalam proses difusi inovasi tersebut menurut Rogers

(1995), media massa terlihat lebih efektif pada tahap pengetahuan.

Sedangkan tahap selanjutnya lebih efektif menggunakan saluran

komunikasi antarpribadi.

Penjelasan tersebut serupa dengan yang diungkapkan oleh Rogers

(1995) mengenai tahapan individu untuk dapat mengadopsi teknologi baru

yang meliputi awareness, interest, evaluation, trial, dan adoption. Proses

tersebut kemudian mengotak-kotakkan masyarakat ke dalam beberapa

segmentasi yang membedakan satu dan lainnya berdasarkan keputusan

yang mereka ambil terhadap inovasi yang ditemui. Terdapat lima

segmentasi dalam masyarakat dalam kaitannya dengan waktu yang

diperlukan untuk dapat menggunakan teknologi seperti yang dikemukakan


40

oleh Ryan dan Gros (dalam Vera, 2016) yaitu; Innovators, Early adopters,

Early majority, Late majority, dan Laggards.

F. Teori Uses and Gratifications

Herbet Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang

mengenalkan teori ini. Teori uses and gratifications (kegunaan dan

kepuasan) ini dikenalkan pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses on

Mass Communication: Current Perspectives on Gratification Research.

Teori uses and gratifications milik Blumer dan Katz ini mengatakan bahwa

pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan

media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang

aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari

sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya.

Artinya, teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna

mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya (Nurudin,

2014).

Studi tentang pendekatan kegunaan dan kepuasan menganggap

bahwa nilai, minat, hubungan sosial, serta peranan sosial merupakan

unsur-unsur yang dapat memengaruhi khalayak menerima apa yang

mereka lihat serta dengar secara efektif. Secara sederhana model ini

dapat diartikan sebagai gambaran yang dirancang untuk mewakili

kenyataan (Alimuddin, 2014).


41

Teori uses and gratifications lebih menekankan pada pendekatan

manusiawi dalam melihat media massa. Artinya, manusia itu mempunyai

otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Blumer dan Katz

percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk

menggunakan media. Sebalikya, mereka percaya bahwa ada banyak

alasan khalayak untuk menggunakan media. Menurut pendapat teori ini,

konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana

(lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media

itu akan berdampak pada dirinya.

Teori ini juga menyatakan bahwa media dapat mempunyai

pengaruh jahat dalam kehidupan. Penggunaan teori ini bisa dilihat dalam

kasus selektivitas musik personal. Kita menyeleksi musik tidak hanya

karena cocok dengan lagunya, tetapi juga untuk motif-motif yang lain,

misalnya untuk gengsi diri, kepuasan batin, atau sekedar hiburan

(Nurudin, 2014). Teori Uses and Gratification beroperasi dalam beberapa

cara yang bisa dilihat dalam bagan dibawah ini :

Gambar.2 Bagan Teori Uses and Gratification

Kebutuhan Sumber pemuasan


Lingkungan Pemuasan
Khalayak: kebutuhan yang
Sosial : Media (fungsi) :
1. Kognitif berhubungan
1. Ciri-ciri 1. Pengamatan
2. Afektif dengan non media :
demografis lingkungan
3. Integratif 1. Keluarga, teman-
2. Afiliasi 2. Diversi/
personal teman.
kelompok hiburan
4. Integratif 2. Komunikasi
3. Ciri-ciri 3. Identitas
sosial interpersonal.
personal
5. Pelepasan 3. Hobi
4. Hubungan
ketegangan 4. Tidur
sosial

Penggunaan Media
Massa :
1. Jenis-jenis media
SK, majalah, radio,
TV dan film.
2. Isi media
3. Terpaan media
4. Konteks sosial dan
terpaan media
42

G. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang disertakan hampir relevan dengan

penelitian penulis yaitu :

1. Dea Anggraeni Utomo, Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen

Petra Surabaya (2013) Motif Pengguna Jejaring Sosial Google+ di

Indonesia.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana motif para

pengguna jejaring sosial Google+ di Indonesia, karena Google+

merupakan salah satu jejaring sosial baru yang muncul di dunia dan

memiliki lonjakan pengguna yang sangat tinggi. Motif yang diteliti

adalah motif pengguna masyarakat Indonesia dalam menggunakan

jejaring sosial Google+ dengan menggunakan teori Uses and

Gratification. Indikator yang digunakan meliputi: hubungan sosial,

berbagi identitas, foto, isi (content), investigasi sosial, berselancar di

jejaring sosial dan memperbaharui status. Sedangkan metode

penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif pada 100

pengguna jejaring sosial Google+ di Indonesia, dengan menggunakan

teknik non probability accidential sampling. Hasil penelitian

menunjukan bahwa motif pengguna jejaring sosial Google+ cukup

tinggi, terutama pada indikator memperbaharui status dan hubungan

sosial, dimana motif tertinggi tersebut pada pegawai swasta dan

pelajar/ mahasiswa. Selain itu ditemukan sebuah kesimpulan bahwa

dari pengguna jejaring sosial Google+ motif tertinggi adalah untuk


43

memperbaharui status dimana mereka mampu menyatakan eksistensi

dirinya serta mendapatkan informasi melalui stream dalam Google+

2. Amy Julia Alela Rachman (2012) Pemanfaatan Situs Jejaring Sosial

Facebook sebagai Media Pembelajaran pada Mata Pelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi Siswa Kelas XI

Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar

pada mata pelajaran TIK kelas XI SMAN 1 Depok Sleman Yogyakarta

antara kelas yang memanfaatkan situs jejaring sosial Facebook

sebagai media pembelajaran dengan kelas yang tidak memanfaatkan

situs jejaring sosial Facebook. Selain itu untuk mengetahui respon

siswa dan kendala yang dihadapi ketika menggunakan situs jejaring

sosial Facebook sebagai media penunjang pembelajaran. Metode

penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi eksperimen.

Instrumen penelitian berupa tes dan non tes. Instrument tes berupa

soal pretest dan posttest sebanyak 30 soal pilihan ganda dengan

kompetensi dasar penggunaan perangkat lunak pembuat desain grafis

aplikasi Adobe Photoshop. Instrumen nontes berupa kuesioner

(angket) sebanyak 24 butir pernyataan dan 1 pertanyaan terbuka.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMAN 1 Depok

Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 34 siswa

untuk kelas eksperimen dan 38 siswa untuk kelas kontrol.

Peningkatan hasil belajar siswa pada penelitian ini diukur dengan


44

menggunakan data gain yang kemudian dilakukan uji statistik melalui

uji perbedaan dimana sebelumnya telah dilakukan perhitungan uji

normalitas dan uji homogen. Respon dan kendala siswa terhadap

pemanfaatan situs jejaring sosial Facebook sebagai media

pembelajaran didapat melalui kuesioner melalui table kategori

kecenderungan masing-masing variabel ada rerata skor. Hasil

penelitian menunjukan adanya perbedaan hasil belajar antara kelas

yang memanfaatkan Facebook dengan kelas yang tidak

memanfaatkan Facebook. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji hipotesis

Mann Whitney yang menghasilkan data sig. 0,00 < 0,05, maka sesuai

kriteria uji, Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil analisis rerata skor

kuesioner menunjukan rata-rata tiap butir soal 3,0 artinya responden

menyetujui bahwa terdapat manfaat dalam penggunaan Facebook

sebagai media pembelajaran, namun respon siswa terhadap

pemanfaatan situs jejaring sosial Facebook cenderung rendah yaitu

pada interval 54.227 ≤ x < 61.18 sebanyak 13 siswa, hal ini

disebabkan masih terdapat beberapa kendala diantaranya, 59 %

siswa mengeluhkan mengenai masalah pulsa dan perangkat

handphone, 25 % siswa memiliki kendala mengenai waktu, 10 %

siswa mempermasalahkan koneksi internet dan sisanya mengeluhkan

mengenai sistem pembelajaran menggunakan Facebook yang dirasa

masih perlu banyak adaptasi.


45

3. Yulita, Rustiyarso dan Bambang Genjik Program Studi Pendidikan

Sosiologi FKIP Untan, Pontianak (2014) Analisis Pemanfaatan Media

Jejaring Sosial Berbasis Komputer dalam Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa di SMPS.

Judul dalam penelitian ini adalah Analisis Pemanfaatan Media Jejaring

Sosial Berbasis Komputer dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa di kelas VIII SMP Kristen Immanuel 2 Sungai Raya. Masalah

dalam penelitian ini adalah Pemanfaatan Media Jejaring Sosial

Berbasis Komputer dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di

kelas VIII SMP Kristen Immanuel 2 Sungai Raya. Dengan sub-sub

masalah yaitu : (1) Bagaimana pemanfaatan media jejaring sosial

berbasis komputer pada siswa kelas komputer VIII saat ini (2)

Bagaimana hasil belajar siswa kelas VIII (3) Bagaimana pemanfaatan

media jejaring sosial berbasis komputer dengan hasil belajar siswa

kelas VIII SMP Kristen Immanuel 2 Sungai Raya. Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif. Bentuk

penelitian yang digunakan adalah Deskriptif. Teknik pengumpulan

data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan

pedoman observasi, pedoman wawancara dan dokumentasi. Peneliti

mengambil kesimpulan bahwa Pemanfaatan media jejaring sosial

berbasis komputer yang bertanggung jawab oleh siswa dan digunakan

sebagai media teknologi yang efektif untuk menyampaikan atau


46

mengirimkan materi pembelajaran sehingga suasana belajar lebih

akomodatif dan menyenangkan sehingga mampu meningkatkan

kualitas dan hasil belajar khususnya pada siswa kelas VIII SMP

Kristen Immanuel 2 Sungai Raya. Ada beberapa saran yang

disampaikan dalam penelitian ini yaitu sekolah maupun institusi

pendidikan perlu mengadopsi/ menggunakan metode belajar aktif

(namun tetap terkendali) untuk memanfaatkan aplikasi teknologi

internet khususnya media jejaring sosial berbasis komputer seperti

Facebook, Twitter agar dapat dijadikan media pembelajaran secara

optimal dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Perlunya orang tua

mengetahui penggunaan media jejaring sosial sehingga mereka dapat

memberikan pemahaman yang baik berkenaan dengan pemanfaatan

media jejaring sosial berbasis komputer yang dilakukan oleh anak

mereka. Sehingga kasus-kasus kejahatan yang sering terjadi melalui

penyalahgunaan media jejaring sosial yang dilakukan oleh oknum

yang tidak bertanggung jawab seperti penculikan gadis dibawah umur

(pelajar), penipuan, perkosaan dan sebagainya dapat dihindarkan.

4. Yuga Nugraha Fadilah (2015) Pemanfaatan Media Sosial Facebook

sebagai Penunjang Kegiatan Pembelajaran Siswa SMK Negeri 4

Bandung.

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang

semakin pesat mendorong orang-orang harus memanfaatkannya

secara baik dan efektif. Dalam bidang pendidikan, teknologi internet


47

bisa dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran salah satunya

menggunakan media sosial Facebook. Pada penelitian ini betujuan

untuk mengetahui pemanfaatan media sosial Facebook dapat

menunjang kegiatan pembelajaran siswa. Identifikasi masalah pada

penelitian ini dilakukan pada siswa yang menggunakan facebook di

kelas X Teknik Instalasi Tenaga Listrik 2 di SMK Negeri 4 Bandung

dan dilakukan pada mata pelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik

(DPL) semester genap sub bahasan Rangkaian RLC dan

Kemagnetan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum

pemanfaatan media sosial facebook berjalan dengan baik. Hal

tersebut diperoleh melalui temuan penelitian, diantaranya dari hasil uji

validasi media oleh ahli media diperoleh dengan kategori kriteria skor

baik. Hasil tahapan umpan balik pada siswa untuk mengetahui

tanggapan pemanfaatan media sosial facebook sebagai penunjang

kegiatan pembelajaran berdasarkan analisis data angket diperoleh

dengan kategori kriteria skor baik. Hasil rata-rata analisis

perbandingan pada penelitian menghasilkan prestasi belajar siswa

saat semester genap dengan memanfaatkan media sosial facebook

lebih tinggi dari prestasi belajar siswa saat semester ganjil yang belum

memanfaatkan media sosial facebook. Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa pemanfaatan media sosial facebook dapat

digunakan sebagai penunjang kegiatan pembelajaran siswa SMK

Negeri 4 Bandung.
48

5. Kurniawan Sabar (2011) Penggunaan Web (E-Learning) dalam

Proses Pembelajaran Bahasa Inggris di Briton International English

School Makassar.

Penelitian ini bertujuan mengetahui 1) peran dan fungsi multimedia

center di Briton International English School Makassar dalam

penunjang proses pembelajaran Bahasa Inggris, 2) nilai tambah yang

diperoleeh siswa dari penggunaan Web (E-Learning) melalui multi

media center dalam penunjang proses pembelajaran Bahasa Inggris

di Briton International English School Makassar. Penelitian ini

dilaksanakan di Kantor Pusat Briton International English School

Makassar yang bertempat di Jl.Lasinrang. Metode penelitian yang

digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data diperoleh melalui rekaman

wawancara dengan 7 orang informan, observasi kelas, dokumentasi,

dan studi pustaka. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data

model interaktif Miles dan Huberman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran multimedia center di Briton

IES Makassar adalah sebagai fasilitas penunjang silabus

pembelajaran Bahasa Inggris di Briton IES. Fungsinya adalah sebagai

sarana untuk mengakses Web (E-Learning), sebagai sarana

pembelajaran yang lebih menarik dan interaktif karena lebih

mendekatkan siswa dengan perangkat teknologi informasi dan

komunikasi untuk pembelajaran Bahasa Inggris, serta berfungsi

sebagai sarana berkumpul dan diskusi bagi siswa. Siswa memperoleh


49

nilai tambah dengan menggunakan Web (E-Learning) melalui

multimedia center. Pertama, siswa mendapatkan banyak informasi

dan bahan belajar, yang terkini (up to date) dengan mudah, cepat dan

lebih detail (jelas). Kedua, siswa mendapatkan informasi dari bahan

belajar dalam berbagai format media baik dalam bentuk teks, gambar,

dan video yang menarik bagi mereka. Ketiga, keterampilan berbahasa

Inggris para siswa dapat berkembang khususnya keterampilan

reading, writing, vocabulary, dan grammar. Keempat, siswa lebih aktif

dan bersemangat dalam proses belajar karena terlibat langsung dalam

proses mendapatkan informasi dan bahan belajar yang dibutuhkan

dalam pembelajaran Bahasa Inggris.

H. Kerangka Pikir

Berangkat dari pemikiran teori difusi inovasi yang melihat bahwa

media massa berkontribusi atas seluruh pembaruan dan inovasi yang

berkembang dalam masyarakat. Difusi inovasi akan sangat dipengaruhi

oleh kemampuan masyarakat memahami dan menyadari masalah

kemajuan dalam masyarakat itu sendiri. Dengan memanfaatkan kekuatan

media massa sampai pada taraf tertentu, proses komunikasi juga

melibatkan jaringan antarpribadi yang akan memperkuat tingkat adopsi

seseorang atas sesuatu inovasi (Vera,2016), dalam hal ini inovasi

pemanfaatan media sosial dalam menunjang proses pembelajaran.


50

Media sosial sebagai media komunikasi merupakan produk media

baru yang dikembangkan untuk membantu orang dalam memenuhi

kebutuhan itu. Kehadiran media sosial membuat manusia dapat berbagi

perspektif, wawasan, pengalaman, dan opini yang satu dengan yang lain

melalui Blog, Wiki, papan pesan, video dan lain sebagainya. Di sini

partisipasi dari komunitas orang-orang dan masyarakat pada umumnya

telah memberikan dorongan bagi pemenuhan kebutuhan dimaksud, dan

lebih jauh dari itu membentuk jaringan media sosial.

Begitu banyak aplikasi media sosial dengan beragam fitur yang

ditawarkan bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu

dengan lainnya, terkait keuntungan dan kerugian yang menyertai

kehadirannya. Sebagaimana yang umum diketahui perihal penggunaan

media sosial selama ini banyak digunakan hanya sekedar untuk mencari

informasi melalui twitter, kemudian menyampaikan kegiatan yang mereka

lakukan melalui facebook atau path. Hal ini kemudian dapat menimbulkan

masalah ketika pengguna media sosial di kalangan pelajar hanya

ditujukan untuk mengekalkan gaya hidup hedonisme semata, serta

digunakan sebagai ruang untuk menebar kebencian ‘’hate speech’’ dan

berita bohong ‘’hoax’’. Sementara itu, masih banyak fasilitas media sosial

dengan beragam fitur yang dapat digunakan sebagai sarana penunjang

proses pembelajaran namun belum begitu difungsikan. Di sinilah peran

uses and gratification dalam pemanfaatan jenis dan konten media sosial

yang akan digunakan, agar lebih terarah pemanfaatannya untuk


51

peningkatan atau mengoptimalkan kemampuan siswa dalam proses

pembelajaran.

Teori uses and gratifications milik Blumer dan Katz ini mengatakan

bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan

menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah

pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha

untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi

kebutuhannya. Dalam hal ini para siswa (informan) memiliki kebebasan

memilih jenis media sosial dari sekian banyak aplikasi media sosial yang

tersedia, berdasarkan asas manfaat yang dianggap lebih memberi

kontribusi dalam menunjang proses pembelajarannya. Secara eksplisit,

kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan seperti skema di bawah

ini:

Gambar.3 Kerangka Pikir Penelitian

Siswa SMUN 1 Makassar

Indikator Pemanfaatan Media Sosial:


- Durasi; - Frekuensi;
- Intensitas; - Jenis Media Sosial;

Belajar sebagai
Teori Uses and Gratification Teori Difusi Inovasi
Suatu Proses
Difusi Inovasi
Indikator Pemanfaatan Media Sosial
dalam Menunjang Proses Pembelajaran :
- Format Konten Media Sosial
- Tema Mata Pelajaran yang diakses

Anda mungkin juga menyukai