Anda di halaman 1dari 5

REVIEW JURNAL

Nama Reviewer : Khanifatuz Zahro


NIM : 223206030040
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Institusi : Pascasarjana UIN KHAS Jember

Judul Asli Teacher Matter: An Examnition of Student-Teacher Relationships,


Attitudes Toward Bullying, and Bullying Behavior
Judul dalam Bahasa Indonesia Permasalahan Guru: Pemeriksaan Hubungan Siswa-Guru, Sikap
Terhadap Bullying, dan Perilaku Bullying
Nama Penulis Cixin Wang, Susan M.Swearer, Paige T. Lembeck, Adam Collins, dan
Brandi Berry.
Tempat Penerbit Universty of Nebraska Lincoln
Penerbit Journal of Applied School Psychology
Tahun 2015
Link Download https://digitalcommons.unl.edu/edpsychpapers

Latar Belakang Masalah Penindasan atau bullying adalah fenomena huungan sosial yang banyak
terjadi di sekolah seluruh dunia. Penindasan ini dapat menimbulkan
kerugian dan penderitaan bagi remaja baik fisik, psikologis, social,
maupun pendidikan. Karakter dari bullying itu seperti pengulangan
perilaku, niat untuk menyakiti, dan ketidak seimbangan antara mereka
yang melakukan intimidasi dan mereka yang menjadi korban. Menurut
studi nasional yang dilakukan di Amerika Serikat sebanyak 27,8%
sampai 41% anak-anak dan remaja terlibat dalam bullying. Dalam
penelitian, keterlibatan tersebut terkait penyebab kesulitan psikologis,
kesulitan akademik, gejala depresi, kecemasan, harga diri rendah,
bahkan ide percobaan bunuh diri. Oleh karena itu dalam hal ini penting
memeriksa hubungan interpersonal dan faktor sosio-kognitif terkait
bullying untuk memahami hubungan antara siswa dan guru untuk
mencegah perilaku bullying.
Tujuan Penelitian 1. Untuk menguji apakah remaja yang memiliki sikap pro-bullying
adalah siswa yang mem-bully orang lain dalam artian apakah ada
perbedaan kelompok (gender, kelas, status sebagai
pengganggu/korban) dalam ubungan siswa-guru, keterlibatan
dalam perundungan, dan sikap terhadap perundungan?
2. Untuk menguji apakah sikap pro-bullying menengahi hubungan
siswa-guru dan perilaku bullying siswa.
- Apakah sikap terhadap intimidasi menengahi/memediasi
hubungan antara hubungan siswa-guru dan perilaku
intimidasi?
- Apakah efek mediasi berbeda menurut sub kelompok
(pengganggu dan korban pengganggu)?
- Apakah gender memoderasi hubungan antara siswa-guru
dan perilaku bullying?
Landasan Teoritis 1. Teori social-ekologis Bronfenbrenner (1979) yang menyoroti faktor
kontekstual yang kompleks dalam perkembangan manusia, di mana
individu dan lingkungan berinteraksi untuk mempengaruhi perilaku.
Lingkungan tersebut terdiri dari beberapa sistem, termasuk
mikrosistem atau lingkungan sosial terdekat (seperti keluarga),
mesositem atau interaksi antara struktur dalam mikrosistem,
ekosistem atau lingkungan sosial yang mempengaruhi
perkembangan secara tidak langsung (misalnya teman), dan
makrosistem (seperti norma sosial).
2. Teori disorganisasi sosial Shaw dan McKay (1942) yang di
dalamnya mengaitkan antara perilaku menyimpang dengan kota-kota
yang tidak terorganisir secara sosial, hancurnya institusi, dan tidak
adanya hubungan positif dan kooperatif dalam masyarakat.
3. Teori kontrol sosial Hirschi (1969) yang mengatakan bahwa
tindakan nakal terjadi ketika ikatan individu dengan masyarakat itu
lemah atau rusak.
4. Teori dari Gilligan (198), Karniol, Grosz dan Schorr (2003)
mengemukakan bahwa perbedaan sosialisasi peran gender selama
masa kanak-kanak, yang mana anak perempuan diajarkan untuk
lebih berorientasi relasional, yang membuat mereka berusaha lebih
keras dalam merawat dan menjaga hubungan.
Metode Penelitian Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian survey.
Dalam hal ini survey yang dilakukan dibagi beberapa macam, antara
lain:
1. Bully Survey-Student Version (BYSS) dari Swearer (2001) adalah
survey empat bagaian yang menanyakan siswa mengenai
pengalaman mereka, persepsi, dan sikap terhadap intimidasi dan
viktimisasi. Dalam survei ini menggunakan dua skala yaitu:
a. The Verbal and Physical Bullying Scale-Perpetration (VPBS)
dengan 10 item yang menilai intimidasi fisik, verbal, dan
relasional.
b. The Bullying Attitudes Scale adalah skala dengan 13 item yang
menilai sikap terhadap bullying.
2. The School Climate Survey Revised Edition-Elementary and Middle
School Version (SCS-ESV) dari Emmons, Haynes, dan Comer
(2002) yaitu ukuran yang dirancang untuk menilai iklim sekolah
melalui laporan siswa. Adapun 6 dimensi yang diukur antara lain:
a. Keadilan
b. Ketertiban dan disiplin
c. Keterlibatan orang tua
d. Berbagi
e. Hubungan antar pribadi siswa
f. Hubungan siswa-guru
Teknik Analisis Data 1. Tes analisis varians (ANOVAs) yaitu untuk menguji perbedaan
kelompok (kelas, gender, dan status pengganggu/korban) dalam
hubungan siswa-guru, sikap positif terhadap intimidasi, dan
keterlibatan dalam intimidasi.
2. Uji Kesetaraan Levene
Subyek dan Obyek Penelitian Subyek Penelitian : 123 siswa kelas enam, 174 siswa kelas tujuh, dan
138 siswa kelas delapan. (total 247 perempuan dan 188 laki-laki)
Obyek Penelitian : 3 Sekolah Menengah di Midwestern di Amerika
Serikat
Hasil Penelitian 1. Berdasarkan respon siswa terhadap The Bully Survey-Student
Version, peserta dikelompokkan menjadi lima status yaitu:
pengganggu, korban pengganggu, korban, pengamat, atau tidak
terlibat dalam bullying.
2. Di antara 435 siswa, 47 (10,8%) diidentifikasi sebagai siswa
pembohong, 114 (26,2%) sebagai korban, 121 (27,8%) sebagai
korban pengganggu, 100 (23,75%) adalah pengamat, 36 (8,3%)
adalah siswa yang tidak terlibat dalam bullying, dan 17 siswa tidak
diklasifikasikan dalam kelompok manapun karena mereka terlibat
dalam bullying/menjadi korban kurang dari “sekali per bulan” dan
tidak termasuk kriteria penelitian dalam aspek pengulangan untuk
keterlibatan bullying/korban.
3. Hasil ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kelas yang
signifikan pada hubungan siswa dengan guru mereka, namun tidak
ada perbedaan gender. Tes post-hoc LCD menunjukkan:
- Siswa kelas enam melaporkan hubungan siswa-guru secara
signifikan lebih positif daripada siswa kelas tujuh dan siswa
kelas delapan.
- Anak laki-laki terlibat dalam intimidasi fisik sedikit lebih banyak
dari pada perempuan, namun perbedaan gender itu
tidaksignifikan. Selain itu tidak ada perbedaan kelas atau gender
mengenai bullying verbal/relasional.
- Kelompok pengganggu maupun kelompok penindas memiliki
hubungan siswa-guru yang secara signifikan lebih buruk
daripada semua kelompok lainnya.
4. Penelitian ini mengidentifikasi bahwa pelaku intimidasi dan korban
intimidasi tampaknya merupakan sekelompok siswa yang
mengalami hubungan yang kurang positif dengan guru mereka,
cenderung tidak menikmati sekolah, dan memiliki sikap positif
terhadap intimidasi, yang dapat berkontribusi pada perilaku
intimidasi mereka.
5. Setelah mengontrol pengaruh sekolah dan kelas dengan
memasukkan kelas dan dua variabel dummy sekolah sebagai
variabel bebas dalam regresi, hasil penelitian menunjukkan bahwa
sikap pro-intimidasi secara parsial memediasi hubungan antara
hubungan siswa-guru dan intimidasi fisik serta intimidasi
verbal/relasional.
6. Efek mediasi untuk kelompok pengganggu atau kelompok korban
adalah tidak signifikan dalam artian hubungan siswa-guru tidak
memprediksi intimidasi fisik atau verbal/relasional di kedua
kelompok.
7. Terdapat efek dalam mediasi antara sikap pro-intimidasi pada
hubungan antara siswa-guru dan intimidasi, dalam artian kognisi
seperti sikap dapat dipengaruhi oleh hubungan siswa-guru. Hasil ini
menjadi penting karena bermanfaat untuk pencegahan terjadinya
intimidasi atau bullying dan upaya intervensi.
8. Secara khusus, hasil menunjukkan bahwa remaja cenderung tidak
terlibat dalam tindakan intimidasi ketika mereka memiliki ikatan
yang aman dan hubungan positif dengan guru mereka yang
merupakan orang dewasa yang penting dalam hidup mereka.
Kelebihan Penelitian 1. Secara keseluruhan penelitian ini menarik karena membahas tentang
fenomena yang sering terjadi di sekolah yaitu tentang bullying,
selain itu hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan untuk mencegah
tindakan intimidasi/bullying di sekolah.
2. Penelitian ini secara jelas menyebutkan landasan teori yang
digunakan sehingga pembaca dapat memperoleh gambaran tentang
hubungan teori yang digunakan untuk menganalisis lebih lanjut
terhadap hasil penelitian yang secara khusus menggunakan
pendekatan kuantitif dengan jenis penelitian survey.
3. Dalam pembahasannya, penelitian ini benar-benar mengkaji
penelitian terdahulu yang juga berhubungan dengan bullying
sehingga penelitian ini mampu membantah, memberikan perbedaan
dan persamaan secara jelas melalui hasil penelitiannya.
4. Lebih menarik lagi penelitian ini juga secara terang-terangan
menyebutkan keterbatasan dalam penelitiannya sendiri yang mana
hal ini dapat bermanfaat untuk peneliti selanjutnya yang hendak
meneliti tentang bullying seperti arahan untuk lebih lanjut meneliti
sampel yang ada di sekolah pedesaan/perkotaan.
Kekurangan Penelitian 1. Dalam penelitian ini yang khususnya dilakukan di Amerika Serikat
yang memiliki banyak ras/etnis masih belum mampu mengeneralisir
seluruh sekolah di Amerika Serikat karena sampel yang dimiliki
71% adalah siswa sekolah menengah.
2. Penelitian ini walaupun dapat dikatakan akurat namun belum banyak
melaporkan tentang intimidasi terselubung seperti intimidasi dalam
lingkungan sosial (pengucilan) dan intimidasi dunia maya yang
mungkin tidak terdeteksi oleh guru dan orang tua.
Diskusi/Rekomendasi  Dalam penelitian ini untuk menghentikan intimidasi di kalangan
remaja, maka program pencegahan dan intervensi perlu menargetkan
konteks social di mana siswa menghabiskan sebagian besar jam
mereka. Selain itu, perlu menciptakan linkungan sekolah yang aman
terhadap perilaku bullying yang dapat dimulai dari lingkungan
belajar di sekolah, kebijakan sekolah tentang bullying, ataupun
evaluasi iklim sekolah. Pentingnya hubungan antara siswa-guru juga
memiliki peran yang penting dalam mencegah tindakan intimidasi di
sekolah, hal ini diharapkan interaksi antara siswa dan guru menjadi
positif, kemudian siswa dapat menganggap guru mereka sebagai
orang yang peduli, mendukung, dan adil. Intervensi juga dapat
membantu guru untuk lebih responsif terhadap kebutuhan kognitif
dan emosional siswa.
 Jika dikaitkan dengan Al-Qur’an dan Hadist, intervensi lain yang
dapat dilakukan untuk mencegah tindakan bullying yang marak
terjadi di sekolah adalah pendidikan dari keluarga, lebih-lebih Ibu
sebagai madrasatul ula. Kemudian dalam surat Luqman ayat 12
sampai 19 juga tersirat suatu sistematika bagaimana mendidik anak
melalui beberapa asas pendidikan, yaitu:
1. Asas pendidikan Tauhid, yang mana dalam hal ini mencakup
ma’rifat (mengenal) Allah, meng-Esa-kan Allah, mensyukuri
ni’mat-Nya, menanamkan keyakinan bahwa akhirat itu ada dan
setiap perbuatan baik ataupun buruk akan diminta pertanggung
jawaban.
2. Asas pendidikan Akhlak, hal ini penting karena dengan
pendidikan akhlak seseorang akan tahu bagaimana bersikap baik
kepada orang tua, teman sebaya, teman yang lebih tua ataupun
yang lebih muda, dan juga akhlak kepada masyarakat yang ada
di lingkungan tempat tinggalnya.
3. Asas pendidikan sholat, hal ini dikarenakan sholat adalah
pangkal dari segala amal ibadah yang lain. Bahkan ada yang
menyebutkan bahwa karakter seseorang dapat dilihat dari
bagaimana seseorang tersebut melakukan sholat.
4. Asas pendidikan amar ma’ruf dan nahi munkar, dengan ini setiap
orang akan bersifat konstruktif, saling mengingatkan dalam
ketakwaan, berlomba-lomba dalam kebaikan sehingga tercipta
persaudaraan atau ukhuwah yang harmonis.
5. Asas pendidikan ketabahan dan kesabaran, karena dalam
menjalani bahtera kehidupan dan menggapai cita-cita yang
diinginkan tidak luput dari ujian dan penderitaan yang harus
dihadapi dengan tabah, pantang menyerah, dan selalu
memasrahkan segala urusan lewat do’a kepada Allah.
6. Asas pendidikan sosial kemasyarakatan, mencakup larangan dan
nasihat agar tidak berlaku sombang1.

1
Umar Hasyim, Cara Mendidik Anak Dalam Islam, (Surabaya:PT. Bina Ilmu, 1985), 143.

Anda mungkin juga menyukai