b. Karakteristik E-Learning
1) suplemen (tambahan)
2) komplemen (pelengkap)
3) substitusi (pengganti)
e. Manfaat E-Learning
1) Pengurangan biaya
2) Fleksibilitas. Dapat belajar kapan dan dimana saja, selama
terhubung dengan internet.
3) Personalisasi. Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan
belajar mereka.
4) Standarisasi. Dengan e-learning mengatasi adanya perbedaan
yang berasal dari guru, seperti : cara mengajarnya, materi dan
penguasaan materi yang berbeda, sehingga memberikan
standar kualitas yang lebih konsisten.
5) Efektivitas. Suatu studi oleh J.D Fletcher menunjukkan bahwa
tingkat retensi dan aplikasi dari pelajaran melalui metode e-
learning meningkat sebanyak 25 % dibandingkan pelatihan yang
menggunakan cara tradisional
6) Kecepatan. Kecepatan distribusi materi pelajaran akan
meningkat, karena pelajaran tersebut dapat dengan cepat
disampaikan melalui internet.
g. Keterbatasan E-Learning
h. Kendala-Kendala
B. Evaluasi Pembelajaran
Tidak lazim dan sayang rasanya bila model pembelajaran
yang diberikan sangat inovatif, tapi cara penilaiannya masih biasa-
biasa saja. Karena tes tradisional cenderung hanya mengukur
kemampuan kogitif peserta didik saja dan terkadang hasil tes
tersebut tidak murni (bila peserta didik menyontek). Padahal, dalam
pembelajaran inovatif peserta didik dituntut untuk lebih berproses
secara aktif dalam pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran merupakan usaha-usaha terarah,
terencana, dan sistematis untuk meneliti proses pembelajaran.
Objek evaluasinya antara lain tujuan pembelajaran, perencanaan
dan pengelolaan pembelajaran, serta penyelenggaraan evaluasi
hasil belajar.
Evaluasi dikatakan penting karena mempunyai tujuan utama
sebagai berikut (Gronlund, 2003) :
1. Feedback untuk peserta didik, dengan adanya evaluasi yang
dilakukan secara berkala peserta didik menjadi tahu kelebihan
dan keterbatasannya dalam memahami materi. Sebisa mungkin,
feedback yang diberikan kepada peserta didik harus serinci
mungkin, agar mereka dapat menilai apakah hasil yang mereka
dapat memang karena kemampuan/pemahamannya atau hanya
sekedar suatu kebetulan.
2. Feedback untuk guru, fungsi evaluasi terpenting bagi pengajar
adalah untuk menilai seberapa efektifkah pembelajaran yang
telah ia laksanakan ? Apakah peserta didik mampu menyerapnya
?
3. Informasi untuk orang tua, hasil dari tes yang telah dilaksanakan
peserta didik menghasilkan skor yang dapat menggambarkan
kemampuan mereka terhadap materi. Kumpulan-kumpulan
angka tersebut dapat menginformasikan orang tua
bagaimanakah kemampuan anaknya di sekolah.
4. Informasi untuk seleksi, biasanya skor yang didapat dari setiap
evaluasi adalah untuk membuat keputusan/seleksi apakah
peserta didik tersebut perlu remedial materi sampai dengan
keputusan apakah peserta didik perlu tinggal kelas atau tidak ?
5. Informasi untuk akuntabilitas. Biasanya nilai/skor yang didapat
siswa dapat digunakan pula untuk mengevaluasi guru,
performansi sekolah oleh pihak-pihak terkait.
6. Evaluasi sebagai insentif, maksudnya evaluasi dapat berfungsi
sebagai hadiah atas segala usaha yang telah dilakukan oleh
peserta didik.
Telah disampaikan sebelumnya bahwa model pembelajaran
yang inovatif harus dinilai secara inovatif pula. Penilaian tersebut
biasa dikenal dengan asesmen. Alasan mengapa pengajar
menggunakan asesmen, karena asesmen dapat :
1. Mendiagnosis kelebihan dan kelemahan peserta didik
2. Memonitor kemajuan belajar peserta didik
3. Memberikan grade pada peserta didik
4. Memberikan batasan bagi efektivitas pengajaran
5. Mengevaluasi guru
6. Meningkatkan kualitas pengajaran
Berhubung penilaian/asesmen banyak ragamnya, maka
penjabarannya dibatasi hanya pada asesmen autentik dan asesmen
portofolio.
1. Asesmen Autentik
Adalah asesmen hasil belajar yang menuntut peserta didiknya
dapat menunjukkan hasil belajar berupa kemampuan dalam
kehidupan nyata, bukan sesuatu yang dibuat-buat atau yang hanya
diperoleh di kelas, tetapi tidak dikenal dalam kehidupan sehari-
hari. Jadi, dalam hal ini peserta didik bukan memilih atau menjawab
jawaban dari sederet kemungkinan jawaban yang sudah tersedia.
Asesmen autentik sering disamakan dengan asesmen kinerja dan
sebaliknya.
Asesmen kinerja setidak-tidaknya harus memiliki 3 (tiga) cirri
utama, yaitu (Zainul, 2005) :
a. Multi kriteria, kinerja peserta didik harus dinilai dengan penilaian
lebih dari satu kriteria. Misalkan kemampuan peserta didik dalam
berbahasa Inggris harus memiliki dasar penilaian dari aspek
aksen, sintaksis, dan kosa kata.
b. Standar kualitas yang spesifik (dalam artian tidak ambigu dan
jelas), masing-masing kriteria kinerja peserta didik dapat dinilai
secara jelas dan eksplisit dalam memajukan evaluasi kualitas
kinerja peserta didik.
c. Adanya judgement penilaian, asesmen kinerja membutuhkan
penilaian yang bersifat manusiawi untuk menilai bagaimana
kinerja siswa dapat diterima secara nyata (real).
2. Asesmen Portofolio
Asesmen portofolio adalah asesmen yang terdiri dari
kumpulan hasil karya peserta didik (bisa berasal dari asesmen
autentik) yang disusun secara sistematik, sehingga menunjukkan
dan membuktikan upaya, hasil, proses, dan kemajuan (progress)
belajar yang dilakukan peserta didik dalam jangka waktu tertentu.
Portofolio bisa bertindak hanya sebagai koleksi/kumpulan
hasil karya peserta didik, tetapi bisa juga bertindak sebagai
asesmen. Hal yang harus diperhatikan, jika kita ingin menggunakan
portofolio sebagai instrument asesmen adalah :
a. Hendaknya memiliki kriteria penilaian yang jelas
b. Informasi atau hasil karya yang didokumentasikan dapat berasal
dari semua orang yang mengetahui peserta didik secara baik,
seperti : guru, rekan sesama siswa, guru mata pelajaran lain,
dan sebagainya
c. Dapat terdiri dari berbagai bentuk informasi, seperti : karangan,
hasil lukisan, skor tes, foto hasil karya, dll
d. Kualitas portofolio harus senantiasa ditingkatkan dari waktu ke
waktu berdasarkan hasil karya yang memenuhi kriteria
e. Setiap mata pelajaran mungkin mempunyai bentuk portofolio
yang sangat berbeda dengan mata pelajaran lainnya
f. Harus terbuka bagi orang-orang yang secar langsung
berkepentingan dengan hasil karya, seperti : guru, sekolah,
orang tua siswa, dan siswa itu sendiri.
Setiap portofolio yang digunakan sebagai instrumen asesmen
hasil belajar, secara langsung dapat dijadikan landasan
pengembangan kegiatan pembelajaran berikutnya. Dengan
demikian, portofolio dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan
bagi pengajar maupun peserta didik.
Pada dasarnya asesmen portofolio memiliki 3 (tiga) prinsip,
yaitu koleksi, seleksi, dan refleksi. Dalam implementasinya ketiga
prinsip tersebut memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan
antara yang satu dengan yang lainnya.
Langkah-langkah yang harus dilalui dalam
mengimplementasikan asesmen portofolio, yaitu :
a. Tahap persiapan
1) Mengidentifikasi atau menetapkan tujuan pembelajaran yang
akan diases dengan asesmen portofolio
2) Menjelaskan kepada peserta didik bahwa akan dilaksanakan
asesmen portofolio untuk mengases tujuan tertentu atau
keseluruhan tujuan pembelajaran
3) Menjelaskan bagian mana dan seberapa banyak kinerja dan
hasil karya yang secara minimal harus tercantum atau
disertakan dalam portofolio, dalam bentuk apa, dan
bagaimana kinerja atau hasil kerja itu akan diases
4) Menjelaskan bagaimana hasil karya tersebut harus disajikan
b. Tahap pelaksanaan
1) Guru mendorong dan memotivasi peserta didik
2) Guru melakukan pertemuan secara rutin dengan peserta didik
guna mendiskusikan proses pembelajaran yang akan
menghasilkan karya peserta didik, sehingga setiap langkah
peserta didik dapat memperbaiki kelemahan yang mungkin
terjadi
3) Memberikan umpan balik secara berkesinambungan kepada
peserta didik
4) Memamerkan keseluruhan hasil karya yang disimpan dalam
portofolio bersama-sama dengan karya keseluruhan peserta
didik yang menjadi peserta mata pelajaran tersebut
c. Tahap penilaian
1) Menegakkan kriteria penilaian yang akan dilakukan bersama-
sama atau partisipasi peserta didik
2) Kriteria yang disepakati diterapkan secara konsisten, baik
oleh pengajar atau peserta didik
3) Arti terpenting dari tahap penilaian ini adalah self-
assessment yang dilakukan oleh peserta didik, sehingga
peserta didik menghayati dengan baik kekuatan dan
kelemahannya
4) Hasil penilaian dijadikan tujuan baru bagi proses
pembelajaran berikutnya.
C. Kesimpulan
Model pembelajaran dan evaluasi saling terkait satu sama
lain. Model pembelajaran yang dilaksanakan akan semakin baik,
bila dalam pengimplementasiannya selalu memperhatikan hasil
evaluasi yang telah dilakukan. Jadi bisa dikatakan, evaluasi hadir
salah satunya untuk menilai keberhasilan model pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
Model pembelajaran yang baik adalah yang dapat
mengakomodir dan mengaktifkan peserta didik (yang heterogen),
baik dari segi fisik maupun intelektualitasnya. Begitu juga dengan
cara penilaiannya, diharapkan menggunakan instrumen yang tidak
hanya mengukur potensi kognitifnya saja.
D. Daftar Pustaka
Anonymous. Pengenalan pembelajaran secara kontekstual.
http://myschoolnet.ppk.kpm.my/bhn_pnp/modul_psv/09konte
kstual.pdf. Diakses pada 23 Februari 2008 pada 12.57.
__________. Pembelajaran secara kontekstual.
http://219.94.96.174/sainsmath2002/pedagogi
%20ubahsuai/Kontekstual.pdf . Diakses 23 Februari 2008
pada 1.18 pm.
http://www.wahanakom.com/infotek/elearning.htm, dikunjungi 10
Juli 2006.
http://www1.bpkpenabur.or.id/jurnal/04/085-097.pdf, dikunjungi
10 Juli 2006
Zainul, Asmawi & Agus Mulyana. Tes dan Asesmen di SD. Jakarta :
Universitas Terbuka, 2005.