Anda di halaman 1dari 32

MATA KULIAH DOSEN

PENGAMPU
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I ZULAMRI, MA

MAKALAH
POLA DAN PERUBAHAN KEPRIBADIAN

BKI IV KI A

KELOMPOK 2

LIKA WIDIAWATI 11840222709

MIANTI SUSANTI 11840222761

MUHIBATUL MA’RUFI 11840222578

KONSENTRASI BIMBINGAN KARIR DAN INDUSTRI


PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa di ucapkan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala,


berkat taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pola dan Perubahan Kepribadian” guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Kepribadian I.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini


masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kami selaku penulis
mengharapkan masukan dan kritikan dari semua pihak terkait dengan relevansi
makalah ini agar bisa menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

Selanjutnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan


manfaat bagi kami selaku penulis. Kami juga berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Pekanbaru, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar.....................................................................

Daftar Isi...............................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................

A. Latar Belakang........................................................

B. Rumusan Masalah..................................................

C. Tujuan Penulisan....................................................

BAB II PEMBAHASAN.............................................................

A. Pola dan Perubahan kepribadian............................


B. Awal Berbentuknya Karakteristik Kepribadian.......
C. Faktor-aktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Kepibadian............................................................

BAB III PENUTUP...................................................................

A. Kesimpulan............................................................

B. Saran.....................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kepribadian adalah gambaran cara seseorang bertingkah laku terhadap lingkungan


sekitanya, yang terlihat dari kebiasaan berfikir, sikap dan minat, serta pandangan hidupnya
yang khas untuk mempunyai keajegan.

Karena dalam kehidupan manusia sebagai individu ataupun makhluk social,


kepribaian senantiasa mengalami warna-warni kehidupan.Ada kalanya senang, tentram, dan
gembira.Akan tetapi pengalaman hidup membuktikan bahwa manusia juga kadang-kadang
mengalami hal-hal yang pahit, gelisah, frustasi dan sebagainya.Ini menunjukan bahwa
manusia mengalami dinamika kehidupan.

Kepribadian sangat mmencerminkan perilaku seseorang. Kita bisa tahu apa yang
sedang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan dpengalamn diri kita sendiri.
Hal ini karena dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Oleh karena itu kita
membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku diri
sendiri dan orang lain. Kita harus memahami definisi kepribadian serta bagaiman kepribadian
itu terbentuk.Untuk itu kita membutuhkan teori-teori tingkah laku, teori kepribadian agar
gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari.

Mempelajari kepribadian merupakan hal yang menarik karena dinamika pengetahuan


mengenai diri kita sendiri secara otomatis akan bertambah. Hal ini karena hakikatnya
manusia adalah yang ada dan tumbuh berkembang dengan kepribadian yang menyertai setiap
langkah dalam hidupnya.

3
B. Rumusan masalah

1. Apa pola dan perubahan kepribadian ?

2. Bagaimana awal terbentuknya karakteristik kepribadian?

3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian ?.

C. Tujuan

1. memahami pola dan perubahan kepribadian


2. memahami bagaimana terbentuknya karakteristik kepribadian
3. dan menetahui apa apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. POLA DAN PERUBAHAN KEPRIBAIAN


1. Pola dan Perubahan Kepribadian

POLA KEPRIBADIAN

Psikologi kepribadian mengambil dan menyatukan apa-apa yang dipelajari


psikologi umum dan perkembangan psikologi sebagai bahan penelaahan lebih
lanjut. Dalam psikologi kepribadian dipelajari bagaimana kaitan antara ingatan
atau pegamatan dalam perkembangan, bagaimana kaitan antara pengamatan
dengan penyesuaian diri pada individu dan seterusnya(Koswara,1991).1
Elizabeth B.Hurlock (1986) mengemukakan bahwa pola kepribadian
merupakan suatu penyatuan struktur yang multidimensi yang terdiri atas “self
concept” sebagai inti atau pusat gravitasi kepribadian dan “traits” sebagai struktur
yang mengintegrasikan kecendrungan pola-pola respon. Masing-masing pola itu
dibahas berikut ini.
a. Self Concept
Self-concept ini dapat diartikan sebagai: (a) persepsi, keyakinan, perasaan,
atau sikap sesseorang tentang dirinya; (b) kualitas pensifatan individu tentang
dirinya; dan (c) suatu system pemaknaan individu dan pandangan orang lain
tentang dirinya.
Konsep Diri (Self-concept) ini memiliki tiga komponen, yaitu: (a)
perceptual atau physical self-concept, citra seseotang tentang penampilan dirinya
(kemenarikan tubuh atau bodinya), seperti: kecantikan, keindahan, atau kemolekan
tubuhnya; (b) conceptual atau psychological self-concept, konsep seseorang
tentang kemampuan (keunggulan) dan ketidakmampuan (kelemahan) dirinya, dan
masa depannya, serta meliputi kualitas penyesuaian hidupnya: honesty, self-
confidence, independence, dan courage; dan (c) attitudinal, yang menyangkut
perasaan seseorang tentang dirinya, sikapnya terhadap keberadaan dirinya sekarang
dan masa depannya, sikapnya terhadap keberhargaan, kebanggaan, dan
kepenghinaannya. Apabila seseorang sudah masuk masa dewasa, komponen ketiga
1
Harmaini,dkk, Psikologi Kepribadian, (Pekanbaru:Al-Mujtahaddah Press,2014),
hlm.1

5
ini juga terkait dengan aspek-aspek: keyakinan, nilai-nilai, idealita, aspirasi, dan
komitmen terhadap way of life hidupnya.
Dilihat dari jenisnya, Konsep Diri (Self-concept) ini terdiri atas beberapa jenis, yaitu:
1) The Basic Self-concept. Jane menyebutnya “real-self”, yaitu konsep
seseorang tentang dirinya sebagaimana adanya. Jenis ini meliputi : persepsi
seseorang tentang penampilan dirinya, kemampuan dan
ketidakmampuannya, peranan dan status dalam kehidupannya, dan nilai-
nilai, keyakinan, serta aspirasinya.
2) The Transitory Self-concept. Ini artinya bahwa seseorang memiliki “self-
concept” yang pada suatu saat dia, memegangnya, tetapi pada saat lain dia
melepaskannya. “self-concept” ini mungkin menyenangkan tapi juga tidak
menyenangkan. Kondisinya sangat situasional, sangat dipengaruhi oleh
suasana perasaan (emosi), atau pengalaman yang lalu.
3) The Social Self-concept. Jenis ini berkembang berdasarkan cara individu
mempercayai orang lain yang mempersepsi dirinya, baik melalui perkataan
maupun tindakan. Jenis ini sering juga dikatakan sebagai “mirror image”.
Contoh: jika kepada seorang anak dikatakan secara terus-menerus bahwa
dirinya “naughty” (nakal), maka dia akan mengembangkan konsep dirinya
sebagai anak yang nakal. Perkembangan konsep diri sosial seseorang
dipengaruhi oleh jenis kelompok sosial dimana dia hidup, baik keluarga,
sekolah, teman sebaya, atau masyarakat. Jersild mengatakan bahwa apabila
seorang anak diterima, dicintai, dan dihargai oleh orang-orang yang berarti
baginya (yang pertama orang tuanya, kemudian guru, dan teman) maka
anak akan dapat mengembangkan sikap untuk menerima dan menghargai
dirinya sendiri. Namun apabila orang-orang yang berarti (signifant others)
itu menghina, menyalahkan, dan menolaknya, maka anak akan
mengembangkan sikap-sikap yang tidak menyenangkan bagi dirinya
sendiri.
4) The Ideal Self-concept. Konsep diri ideal merupakan persepsi seseorang
tentang apa yang diinginkan mengenai dirinya, atau keyakinan tentang apa
yang seharusnya mengenai dirinya. Konsep diri ideal ini terkait dengan citra
fisik maupun psikhis. Pada masa anak terdapat diskrepansi yang cukup
renggang

6
antara konsep diri ideal dengan konsep diri yang lainnya. Namun
diskrepansi itu dapat berkurang seiring dengan berkembangnya usia anak
(terutama apabila seseorang sudah masuk usia dewasa).

Perkembangan Konsep Diri (Self-concept) dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti


tertera pada gambar berikut ini.

Ekspresi
orang tua
Dinamika Dalam
keluarga Kondisi fisik

Status sosial Kematangan


ekonomi Self- biologis
keluarga concept

Efek media
Pengalaman massa
keyakinan
beragama Tuntutan
sekolah

b. Sifat-sifat (Traits)
Sifat-sifat (Traits) ini berfungsi untuk mengintegrasikan kebiasaan, sikap,
dan keterampilan kepada pola-pola berpikir, merasa, dan bertindak. Sementara konsep
diri berfungsi untuk mengintegrasikan kapasitas-kapasitas psikologis dan prakarsa-
prakarsa kegiatan. Sifat-sifat (Traits) dapat diartikan sebagai aspek atau dimensi
kepribadian yang terkait dengan karakteristik respon atau reaksi seseorang yang relatif
konsisten (ajeg) dalam rangka menyesuaikan dirinya secara khas. Dapat diartikan juga
sebagai kecenderungan yang dipelajari untuk mereaksi rangsangan dari lingkungan.

7
Deskripsi dan definisi Sifat-sifat (Traits) di atas menggambarkan bahwa
Sifat-sifat (Traits) merupakan kecenderungan-kecenderungan yang dipelajari untuk
(a) mengevaluasi situasi dan (b) mereaksi situasi dengan cara-cara tertentu.

Setiap Sifat-sifat (Traits) mempunyai tiga karakteristik: (a) Uniqueness,


kekhasan dalam berperilaku, (b) likeableness, yaitu bahwa trait itu ada yang disenangi
(liked) dan ada yang tidak disenangi (unliked), sebab traits itu berkontribusi kepada
keharmonisan atau ketidakharmonisan, kepuasan atau ketidakpuasan orang yang
mempunyai traits tersebut. Traits yang disenangi seperti: jujur, murah hati, sabar,
kasih sayang, peduli, dan bertanggung jawab. Sedangkan yang tidak disenangi seperti:
egois, tidak sopan, ceroboh, pendendam, dan kejam/bengis. Sikap seseorang terhadap
traits ini merupakan hasil belajar dari lingkungan sosialnya; dan (c) consistency,
artinya bahwa seseorang itu diharapkan dapat berperilaku atau bertindak secara ajeg.

Sama halnya dengan “Konsep Diri (Self-concept)”, “Sifat-sifat (Traits)” pun


dalam perkembangannya dipengaruhi oleh faktor hereditas dan belajar. Faktor yang
paling mempengaruhi adalah (a) pola asuh orang tua, dan (b) imitasi anak terhadap
orang yang menjadi idolanya. Beberapa trait dipelajari secara “trial and error”,
artinya belajar anak lebih bersifat kebetulan, seperti perilaku agresif dalam mereaksi
frustasi. Contohnya: anak menangis sambil membanting pintu kamarnya, gara-gara
tidak dibelikan mainan yang diinginkannya. Apabila dengan perbuatan agresifnya itu,
orang tua akhirnya membelikan mainan yang diinginkan anak, maka anak cenderung
akan mengulangi perbuatan tersebut. Demikian terjadi pada orang dewasa bersikap
kurang percaya kepada orang lain sehingga menunjukkan perilaku suka protes seperti
“unjuk rasa” sambil berperilaku brutal terhadap ketidakpuasan manajerial perusahaan
atau menuntut kenaikan gaji kepada perusahaan. Para pengunjuk rasa melakukan aksi
protes dengan cara brutal tersebut apabila pada akhirnya dipenuhi oleh perusahaan
maka cara-cara protes demikian akan diulang-ulang untuk mengintimidasi para
pengambil kebijakan.

Anak juga belajar (memahami) bahwa traits atau sifat-sifat dasar tertentu
sangat dihargai (dijunjung tinggi) oleh semua kelompok budaya secara universal,
seperti: kejujuran, respek terhadap hak-hak orang lain, disiplin, tanggung jawab, dan
sikap apresiatif.

8
PERUBAHAN KEPRIBADIAN

Sejalan dengan perkembangan fisik dan mental kepribadian akan mengalami


perubahan, hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya :
1) Faktor fisik : gangguan otak, kurang gizi, mengkonsumsi obat-obat
terlarang dan gangguan organik (karena kecelakaan atau sakit)
2) Faktor lingkungan sosial budaya : situasi politik, ekonomi, keamaanan
individu dan kelompok yang menyebabkan rasa cemas, stress dan masalah
sosial
3) Faktor diri sendiri : tekanan emosional (frustasi berkepanjangan) proses
identifikasi atau imitas (meniru)2
2. Awal Terbentuknya Karakterisik Kepribadian
1. Pengertian karakteristik
Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu
(intelektual, sosial, emosional, dan etika). Individu yang berkarakter baik
adalah seseorang yang berusaha melakukan hal yang terbaik. Adapun
pengertian yang lain, Karakteristik adalah sesuatu yang membuat kita
dalam membedakan dari seseorang atau sesuatu, karakteristik di
definisikan sebagai kualitas atau sifat.
Menurut para ahli :
 Wyne
Menurut Wyne, karakter menandai cara teknis maupun cara
yang di gunakan untuk memfokuskan terhadap penerapan dari
nilai-nilai kebaikan ke dalam sebuah tingkah laku dan juga
tindakan.
 Alwisol
Menurut Alwisol, karakter merupakan penggambaran dari
tingkah laku yang di lakukan dengan cara memperlihatkan serta
menonjolkan nilai, baik itu benar maupun salah secara implisit
 Gulo W

2
Yusuf, Syamsu & juntika Nurihsan.Teori Kepribadian. (Bandung : pt remaja
rosdakarya, 2011

9
Menurut Gulo W, karakter adalah sebuah kepribadian yang bisa
di lihat dari titik moral maupun tolak etis, misalnya seperti
kejujuran seseorang.
1. Pengertian kepribadian
Kata kepribadian pada dasarnya di artikan sebagai suatu
kebiasaan dan sikap yang bersifat tetap serta menjadi karakteristik
dalam diri seseorang misalnya, jujur, rajin, dan tekun. Kepribadian
menentukan bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bertindak
dalam kehidupan sehari-hari . kepribadian anak yang baik into
merupakan hasil dari sosialisasi yang sempurna.
Menurut para ahli :
 Alexandera (1964)
Kepribadian “penyesuaian (adjustment)” dapat di artikan suatu
respon individu, baik yang bersifat behavioral maupun mental dalan
upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan
emosional , frustasi dan konflik, dan memelihara keharmonisan antara
pemenuhan kebutuhan tersebur dengan tuntutan (normal) lingkungan.
 Koentjaraningrat
Kepribadian adalah beberapa ciri watak yang di perlihatkan
seseorang secara lahir, konsisten dan konsekuen. Melalui proses
sosialisasi, kepribadian seseorang individu dapat terbentuk dalam
bertingkah laku, sehingga individu memiliki identitas khusus yang
berbeda dengan orang lain.
 George Herbert Mead
Kepribadian manusia terjadi melalui perkembangan diri.
 Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dan seorang individu
dengan system kecendrungan tertentu yang berinteraksi dengan
serangkaian situasi.
2. Nilai-nilai pembangun karakter
a. Religious
Setiap orang pasti memiliki kepercayaan terhadap sesuatu yang
transenden. Kepercayaan ini ada yang mengambil bentuk agama dan ada

10
juga yang mengambil bentuk keyakinan non-agama. Orang yang mengaku
anti-tuhan sekalipun sesungguhnya juga memiliki suatu kepercayaan
terhadap hal-hal yang transenden. Orang komunis yang katanya anti tuhan,
pada kenyataannya juga memercayai sesuatu yang “di samakan” dengan
Tuhan. Ideology komunis sendiri seolah menjadi tuhan karena mereka
mendewakan dan memosisikan layaknya agama.
Agama sendiri, mengikuti penjelasan intelektual muslim
Nurcholish Madjid, bukan hanya kepercayaan kepada yang ghaib dan
melaksanakan ritual-ritual tertentu. Agama adalah keseluruhan tingkah
laku manusia yang terpuji, yang di lakukan demi memperoleh ridha Allah,
Agama, dengan kata lain, meliputi keseluruhan tingkah laku manusia
dalam hidup ini, yang tingkah laku itu membentuk keutuhan manusia
berbudi luhur(ber-akhlaq karimah), atas dasar percaya atau iman kepada
Allah dan tanggung jawab pribadi di hari kemudian. Dalam hal ini agama
mencakup totalitas tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari
yang di landasi dengan iman kepada Allah, sehingga seluruh tingkah
lakunya berlandaskan keimanan dan akan membentuk akhlak karimah
yang terbiasa dalam pribadi dan perilaku nya sehari-hari.
Dengan demikian, menjadi jelas bahwa nilai religius merupakan
nilai pembentuk karakter yang sangat penting, artinya manusia berkarakter
adalahh manusia yang religious.
1. Orang tua
Penanaman nilai religious ini menjadi tanggung jawab orang tua
dan sekolah . Menurut ajaran Islam, sejak anak belum lahir sudah
harus di tanamkan nilai-nilai agama agar si anak kelak menjadi
manusia yang religious. Saat anak telah lahir, penanaman nilai
religious juga harus lebih intensif lagi. Di keluarga, penanaman nilai
religious di lakukan dengan menciptakan suasana yang memungkinkan
terinternalisasinya nilai religious dalam diri anak-anak. Selain itu
orang tua juga harus menjadi teladan yang utama agar anak-anaknya
menjadi manusia yang religious.
2. Sekolah
Ada banyak strategi yang dapat di lakukan untuk menanamkan
nilai religious ini :

11
1. Pengembangan kebudayaan religious secara rutin dalam hari-hari
belajar biasa.
2. Menciptakan lingkungan lembaga pendidikan yang mendukung dan
dapat menjadi laboratorium bagi penyampaian pendidikan agama.
3. Pendidikan agama tidak hanya di sampaikan secara formal dalam
pembelajaran dengan materi pelajaran agama.
4. Menciptakan situasi atau keadaan religious . Tujuan nya adalah
untuk mengenalkan kepada peserta didik tentang pengertian dan tata
cara pelaksanaan agama dalam kehidupan sehari-hari .
5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengekspresikan diri, menumbuhkan bakat, minat, dan kreativitas,
pendidikan agama dalam keterampilan dan seni, seperti membaca
Alqur-an, adzan, sari tilawah .
6. Menyelenggarakan berbagai macam perlombaan seperti cerdas
cermat untuk melatih dan membiasakan keberanian, kecepatan, dan
ketetapan menyampaikan pengetahuan dan mempraktikkan materi
pendidikan agama islam.
7. Di selenggarakan aktivitas seni, seperti seni suara, seni music, seni
tari, atau seni kriya.
b. Jujur
Secara harfiah jujur berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak
curang. Jujur merupakan nilai penting yang harus di miliki setiap
orang.
Nilai jujur penting untuk di tumbuh kembangkan sebagai karakter
karena sekarang ini kejujuran semakin terkikis. Jika ketidakjujuran
telah menjadi system, masa depan bangsa ini akan suram. Kondisisnya
mungkin memang sudah parah, tetapi perjuangan akan pentingnya
jujur harus terus menerus di perjuangkan. Semua pihak yang memiliki
kesadaran akan pentingnya kejujuran harus berusaha semaksimal
mungkin untuk menambahkan nilai kejujuran kepada setiap orang,
khususnya anak didik. Sebab jika tidak, kehidupan bangsa ini akan
menghadapi masa depan yang suram. Sebuah Negara akan mampu
berdiri kukuh manakala warga masyarakatnya memiliki karakter.

12
Langkah awal yang bisa di lakukan tidak harus di mulai dari hal
besar. Aspek kecil dan sederhana justru memiliki peranan yang besar
untuk membangun kesadaran terhadap nilai jujur ini . bagi orang tua,
sifat jujur harus di tanamkan dalam perilaku sehari-hari. Jika melihat
anak melakukan ketidak jujuran , orang juga jangan langsung
memarahi, gunakan metode yang tepat dan efektif . misalnya dengan
mengajak nya diskusi atau menggunakan metode sokrates (pertanyaan
kritis), misalnya “berbohong itu baik, atau tidak menurut kamu?”.
Kemudian setelah melakukan dialog orang tua juga bisa
menyimpulkan dan menjelaskan apa yang telah di lakukan , bahwa itu
tindakan tidak jujur dengan gaya bicara pelan, santun, dan bisa
menembus ke jantung pemahaman dan kesadaran anak. Pola semacam
ini juga dapat di lakukan oleh guru di sekolah.
Mengajarkan sifat jujur tidak hanya dengan penjeasan lisan semata
tapi juga teladan yang baik, orang tua dan guru juga dapat
menggunakannya dengan metode cerita.

c. Toleransi
Toleransi berarti sikap membiarkan ketidaksepakatan dan tidak
menolak pendapat, sikap, ataupun gaya hidup yang berbeda dengan
pendapat, sikap, dan gaya sendiri.
Toleransi lahir dari sikap menghargai diri sendiri (self esteem)
yang tinggi. Kuncinya bagaiaman semua pihak memersepsi dirinya dan
orang lain. Toleransi tidak tumbuh dengan sendirinya , di butuhkan
usaha secara serius dan sitematis agar toleransi bisa menjadi kesadaran.
Sikap ini seharusnya di pupuk sejak usia dini . sekali lagi, peran orang
tua dan guru sangat menentukan bagi terbentuknya nilai tolernasi
dalam diri seorang nak.
d. Disiplin
Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan
suatu system yang mengharuskanorang untuk tunduk kepada
keputusan, perintah, dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain
disiplin adalah, sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah di
tetapkan tanpa pamrih. Disiplin tidak bisa terbangun secara instan . Di

13
butuhkan proses panjang agar disiplin menjadi kebiasaan yang
melekat kuat dalam diri seorang anak. Oleh Karena itu penanaman
disiplin harus di lakukan sejak dini. Jika sejak dini sudah di tanamkan
disiplin, mereka akan menjadikannya sebagai kebiasaan dan bagian
dari dirinya.
Hasil disiplin memang menyakitkan untuk jangka pendek, tetapi
sesungguhnya menguntungkan untuk jangka panjang.
Dalam konteks pembelajaran di sekolah, ada beberapa bentuk
kedisiplinan.
1. Hadir di ruangan tepat pada waktunya
2. Tata pergaulan di sekolah
3. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
4. Belajar di rumah
e. Kerja keras

Tidak ada keberhasilan yang bisa di capai tanpa kerja keras.


Kerja keras melambangkan kegigihan dan keseriusan mewujudkan
cita-cita. Sebab, hidup yang yang di jalani dengan kerja keras akan
memberikan nikmat yang semakin besar manakala mencapai
kesuksessan. Kerja keras ini penting sekali di tengah budaya instan
yang semakin mewabah dalam berbagai bidang kehidupan. Namun
demikin, membangun spirit kerja keras ternyata tidak mudah. Godaan
terbesar berasal dari dalam diri sendiri, khususnya rasa malas. Disiplin
dan pemaksaan diri merupakan kunci utama dari kerja keras. Pertama-
tama memang akan terasa sulit, tetapi tidak ada di dunia ini suatu
prestasi yang di dapatkan tanpa kerja keras.

Makna kerja keras, yaitu kita harus bekerja lebih banyak dari
pada orang lain, lebih produktif, dan menghasilkan lebih banyak dari
pada orang lain. Jika orang bekerja 8 jam sehari, kita harus bekerja
lebih dari itu. Jika orang datang ke kantor jam8 atau jam 9 pagi, kita
harus datang lebih pagi dan mulai bekerja.

14
f. Kreatif

Orang kreatif adalah orang yang tidak bisa diam, dalam arti
selalu berusaha mencari hal baru dari hal-hal yang telah ada. Lahirnya
kreativitas tidak selalu mulus. Hal baru kadang memang mengejutkan
orang lain. Orang lain sering tidak siap menghadapi perubahan.
Mereka merasa terganggu sehingga acapkali memberikan respons yang
sifatnya negative. Tidak hanya itu, kerja kreatif pun kadang di
acuhkan, di tertawakan, dan di abaikan. Bahkan, ada yang baru di akui
nilainya ketika penggagasnya telah tiada.

Kondisi semacam ini terjadi karena orang kreatif memiliki


kemampuan imajinasi yang tinggi. Imajinasi memang sangat penting
artinya untuk memunculkan hal baru yang berbeda. Manusia yang
kurang menghargai imajinasi biasanya juga kurang meghargai produk
kreativitas. Anak-anak sejak dini sudah harus di biasakan untuk
menghasilkan pemikiran dan karya baru. Orang tua dan guru jangan
sampai menghalangi atau bahkan mematikan produk kreatif anak-anak
ini.

g. Mandiri
Kemandirian tidak otomatis tumbuh dalam diri seorang anak.
Mandiri pada dasarnya merupakan hasil dari proses pembelajaran yang
berlangsung lama. Mandiri tidak selalu berkaitan dengan usia. Bisa
saja seorang anak sudah memiliki sifat mandiri karena proses latihab
atau karena factor kehidupan yang memaksanya untuk menjadi
mandiri. Tetapi tidak jarang seorang yang sudah dewasa, tetapi tidak
juga bisa hidup mandiri . Ia selalu tergantung kepada orang lain.
Pentingnya kemandirian harus mulai di tumbuhkembagkan ke
dalam diri anak sejak usia dini. Pribadi sukses biasanya telah memiliki
kemandirian sejak kecil. Mereka terbiasa berhadapan dengan banyak
hambatan dan tantangan. Sifat mandiri yang memungkinkan mereka
teguh menghadapi berbagai tantangan sehingga akhirnya menuai
kesuksesan. Pribadi mandiri ini sesuai dengan perkataan Sayyidina Ali,
“Inilah aku, bukan inilah orangtuaku”.

15
h. Demokratis
Demokrasi merupakan gabungan dari kata demos yang berarti
rakyat dan kratos yang berarti kekuasaan atau undang-undang.
Pengertian yang di maksud dengan demokrasi adalah kekuasaan atau
undang-undang yang berakar kepada rakyat. Dengan demikian rakyat
memegang kekuasaan tertinggi. Dalam masyarakat demokratis, semua
masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh
pendidikan . Tujuan pendidikan dalam suatu Negara yang demokratis
adalah membebaskan anak bangsa dari kebodohan, kemiskinan, dan
berbagai “perbudakan” lainnya. Pendidikan demokrasi sebagai upaya
sadar untuk membentuk kemampuan warga Negara berpartisipasi
secara bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
sangat penting. Menurut John Dewey, sekolah merupakan miniature
masyarakat demokratis.
Ada beberapa prinsip yang dapat di kembangkan untuk
menumbuhkembangkan spirit demokrasi.
1. Menghormati pendapat orang lain
2. Berbaik sangka terhadap pendapat orang lain
3. Sikap fair terhadap pendapat orang lain
i. Rasa ingin tahu

Manusia merupakan mahluk yang memiliki akal . Akal


menajdi nilai lebih manusia di bandingkan mahluk lainnya,. Akal
pula yang memungkinkan manusia mengembangkan
kehidupannya secara dinamis. Akal mendorong rasa ingin
terhadap segala hal. Di sebabkan dorongan rasa ingin tahu
tersebut, manusia sejak usia dini cenderung untuk terus
mempertanyakan berbagai hal yang memang belum di ketahui dan
di pahami, baik yang di amati atau di pikirkan.

Munculnya rasa ingin tahu tidak terjadi begitu saja . Ada


factor tertentu yang memengaruhinya, antara lain susunan system
saraf sentral yang berpusat di otaknya, di samping system saraf
periferi yang ada pada seluruh tubuhnya. Di tinjau dari perspektif

16
psikologis, otak manusia juga harus senantiasa di latih secara terus
menerus sehingga memiliki ketajaman .

j. Semangat kebangsaan
Semangat kebangsaan penting menjadi nilai pembentuk
karakter karena meneguhkan arti dan makna penting sebagai warga
negara. Persaingan antar bangsa bersifat sangat ketat. Masing-masing
berusaha keras untuk unggul dalam kompetisi.
Secara praktis, ada beberapa langkah yang dapat di lakukan untuk
meningkatkan semangat kebangsaan.
1. Mempertinggi tingkat pendidikan
2. Mengusahakan agar generasi muda dapat mengumpulkan informasi
sebanyak mungkin
3. Mempertebal iman dan pengalaman agama.

k. Cinta tanah air


Anak-anak sekarang lebih akrab dengan power rangers, ultramen,
dan sejenisnya. Tidak hanya itu, banyak juga yang kurang memahami
arti dan signifikansi mencintai tanah air. Kebanggan justru di tujukan
kepada produk budaya asing, bukan produk budaya sendiri.
Salah satu implikasi dari perkembangan ini ialah adanya tarikan
yang kuat antara kehendak setiap komunitas untuk mempertahankan
identitasnya di satu pihak dengan dorongan untuk ikut serta dalam
arena global.

l. Menghargai prestasi
Prestasi merupakan hasil capaian yang di peroleh melalui
kompetisi. Oleh karena itu, tidak semua orang bisa meraih
prestasi.
Beberapa cara yang dapat di lakukan guru untuk
membangkitkan motivasi siswa agar berprestasi :
1. Jangan segan-segan memberikan pujian kepada siswa yang
melakukan sesuatu yang baik, meskipun hal itu tidak begitu
berarti.

17
2. Kurangilah kecaman atau kritik yang dapat mematikan
motivasi siswa.
3. Ciptakan persaingan yang sehat di antara siswa.
4. Ciptakan kerja sama antar siswa.
5. Berikan umpan balik kepada siswa atas hasil pekerjaannya.

m. Bersahabat
Dalam pembangunan karakter, hal semacam ini harus
mendapatkan perhatian secara serius. Jangan sampai anak-anak
kita tumbuh menjadi manusia yang arogan, sok, dan tidak
menghargai yang lainnya. Membangun hubungan dengan orang
lain sangat di pengaruhi oleh pola komunikasi yang di gunakan.

n. Cinta damai
Sikap mudah bermusuhan sebagaimana yang di lakukan oleh
para pelajar yang suka tawuran membawa diri mereka ke jurang
kehancuran karena ia memicu spasme (penyempitan) pembuluh
koroner di jantung. Budaya damai harus terus di
tumbuhkembangkan dalam berbagai aspek kehidupan. Harus ada
kemauan dari berbagai pihak untuk membangun secara sistematis
cinta damai menjadi budaya yang mengakar dalam kehidupan.

o. gemar membaca
Manusia berkarakter adalah manusia yang selalu gigih mencari
pengetahuan. Lewat membaca karakter seseorang akan semakin
arif karena merasa bahwa pengetahuannya selalu kurang. Selalu
ada banyak hal yang belum di kuasai sehingga tidak menjadikan
dirinya orang sombong. Pentingnya membaca sejak dini ini tidak
hanya berdasarkan asumsi semata, tetapi telah menjadi bahan
penelitian para ahli. Jalaludin Rakhmat mengatakan bahwa bagi
anak-anak, membaca mengembangkan perbendaharaan kata dan
koneksi-koneksi baru pada system auditifnya.

18
p. Pantang menyerah
Kemajuan sebuah bangsa hanya bisa di peroleh jika
masyarakatnya tahan banting, kerja keras, tidak menyerah, tekun,
berulang kali gagal tetapi tidak patah semangat, dan selalu
berusaha menemukan hal-hal baru yang bermanfaat. Harus ada
teladan dari pihak guru, biokrasi pendidikan, dan semua pihak
yang berkaitan dengan dunia pendidikan.

q. Peduli lingkungan
Manusia merupakan mahluk sosial. Manusia berkarakter adalah
manusia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, baik
lingkungan sosial maupun lingkungan fisik.

r. Peduli sesame
Berhubungan dengan sesama manusia senatiasa penuh
dinamika. Tidak jarang terjadi perbedaan . Munculnya konflik dan
kekerasan yang belakangan banyak terjadi di berbagai daerah di
Indonesia menunjukkan bagaiamana perbedaan tidak di jadikan
sebagai potensi untuk membangun kekayaan khazanah hidup.
Oleh karena itu, perbedaan harus dijadikan sebagai sarana untuk
memperkaya kehidupan.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian


Kepribadian manusia merupakan sesuatu yang kompleks. Ada yang
menjelaskan kepribadian sebagi sebuah puzzle. Karen untuk menjelaskan
kepribadian harus menggunakan berbagai teori untuk dapat menjelaskan secara
lengkap dan tuntas. Schultz (2005) merumuskan faktor yang berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian, yaitu : faktor Genetik atau hereditas, faktor
lingkungan, faktor pengasuh orang tua, faktor perkembangan , faktor kesadaran ,
dan faktor ketidaksadaran.
1. Faktor Genetik atau Hereditas
Beberapa teori kepribadian yang menjelaskan faktor Hereditas adalah:

19
a. Eysenck membagi dimensi kepribadian mengenai psikotisme,
neurotiksme, dan ekstraversi (yang semula di kembangkan oleh jung).
b. Costa dan Mc Crae membagi lima faktor model kepribadian yaitu :
neurotikisme, extraversi, keterbukaan terhadap penggalaman,
kepersetujuan dan kehati-hatian.
c. Tiga tempramen dari buss dan plomin, yaitu : emosionalitas, aktivitasdan
sosiolitas.

Pendekatan sifat yang menekankan dmpak dari hereditas masih di anggap


vital sampai hari ini, meskipun terus di lakukan penelitian hingga saat ini, ada
kecenderungan bahwa penelitian ke depan tetap akan menghasilkan kesimpulan
bahwa kepribadian di pengaruhi oleh bbawaan.

Berapapun banyak jumlah sifat yang ada, pendekatan ginetik berpendapat


bahwa kepribadian sepenuhnya di tentukan oleh bawaan. Meskipun dalam
kenyataan predisposisi genetik di penggaruhi oleh lingkungan sosial terutama
pada masa anak anak.

2. Faktor lingkungan
Alfred Adler menjelaskan dalam bentuk pengaruh urutan kelahiran,.
Menurutnya, kepribadian di penggaruhi oleh posisi kelahiran dalam keluarga,
situasi sosial, dan pengasuhan sebagai fungsi dari perluasan perbedaan usia antara
saudara kandung. Perbedaan lingkungan rumah akan memberikan pengaruh
kepada perbedaan kepribadian.
Karen Hornay menggatakan bahwa kebudayaan dalam periode waktu
tertentu memberikan penggaruh terhadap kepribadian. Horney pun menyoroti
perbedaan lingkungan sosial di antara anak laki laki dan perempuan.
Erich Fromm percaya bahwa pengaruh kekuatan dan kejadian masa
lampau memberi penggaruh yang lebih luas dalam kepribadian seseorang.
Allport dan Cattell setuju dengan penting nya faktor lingkungan terhadap
pembentukan kepribadian. Menurutnya meskipun faktor genetik merupakan dasar
kepribadian, tetapi linggungan sosiallah yang membentuk bahan dasar tersebut
yang menjadi produk akhir. Sedangkan cattel berpendapat bahwa faktor hereditas
adalah faktor pentin pembentuk kepribadian, tetapi faktor llingkungan yang
akhirnya memberi penggaruh dalam perluasan kepribadian.

20
Erik Erikson berpendapat bahwa delapan tahapan perkembangan
bersumber dari pembawaan. tetapi lingkungan lah yang yang menentukan cara
untk tahapan yang berbasis genetik di capai.
Maslow dan Rogers menyatakan bahwa aktualisasi diri adalah sesuatu
yang bersifat dari dalam, tetapui mereka mengakui bahwa fakto lingkungan akan
mendorong atau sebaliknya menghambat kebutuhan aktulisasi diri.
Perubahan hidup yang biasa, periode awal kelahiran dan pengasuhan,
standar sosial an sikap, suka tidak suka, juga akan berpengaruh terhadap
kepribadian.
Dari penjelasan di atas kami menyimpulkan bahwa sanggat lah tidak
mungkin untuk menolak kenyataan bahwa perbedaan lingkungan dan sosial akan
berpengaruh terhadap kepribadian seseorang.

3. Faktor belajar
Faktor belajar merupakan aspek penting dalam setiap aspek perilaku.
Semua kekuatan lingkungan dan sosial yang membentuk kepribadian ditentukan
oleh belajar. Setiap fase dalam kepribadian yang di warisi dapat di modifikasi, di
kacaukan, di cegah, di tumbuh-suburkan, melalui proses belajar.
Pada dasarnya, sesuatu yang di pelajjaari sejk klahirran an masa kanak-
kanak, melalui kontrol dapat merubah kehidupan di kemudian hari.

4. Faktor pengasuhan
Menurut freud faktor pegasuhan sebagai faktor yang sanggat
berpengauh kepada pembentukan kepribadian anak.
Allport dan Cattel juga menggakui faktor orang tua dalam
pembentukan kepribadian. Menurutnya perasaan aman merupakan kondisi
yanng sangat penting bagi perkembangan kepribadian, Cattel melihat bahwa
masa bayi merupakan periode penting dalam pembentukan kepribadian, dan
perilaku orang tua dan saudara kandung akan membentuk karakter anak.
Maslow berpendapat bahwa peran orang tua sanggat penting dalam
memenuhi kebutuhan fisiologis dan rasa aman pada tahun pertama kehidupan.
Carl Rogers berpendapat bahwa pemberian penghargaann positif tidak
bersyarat merupakan tanggung jawab orang tua.

21
Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat pemakalah simpulkan
bahwa faktor pengasuan sanggat mempengaruhi kepribadian seseorang,
misalnya jika seorang anak di besarkan oleh orang tua yang autoritatif ( hangat
tapi tegas terhadap pengasuhan anak) maka anak tersebut akan menjadi lebih
kompeten dan matang di bandingkan dengan nak yang di asuh oleh orang tua
yang pasif, kasar, dan tidak peduli.

5. Faktor Perkembangan
Menurut freud kepribadian di bentuk dan menetap pada usia 5 tahun
dan akan sulit berubah sesudah usia itu. Banyak yang setuji jika masa kanak-
kanak merupakan periode penting dalam pembentukan kepribadian, tetapi juga
percaya bahwa kepribadian akan terus berkembang setelah melalui masa
kanak-kanak dan mungkinn sepanjang hayat. Dan beberapa ahli teori
berpendapat bawa perkembangan kepribadian berlangsung pada masa dewasa.
Jung, Cattel, Maslow, dan Erikson menyaatakan periode usia tengah baya
sebagai periode perubahan kepribadian yang mayor.
Helson , Jones dan Kwan (2002) yang melkukan penelitian selama 40
th terhadap ribuan orang yang memeiliki sko dominan dan independen.
Mereka menemukan bahwa kepribadian terus beruubah dan berkembang
setelah usia 20 th, dan puncak nya di capai pada usia tenggah baya,
Mc Adam (1994) berpendapat bahwa perkembangan kepribadian pada
masa dewasa dapat di jelaskan dalam tiga tingkat yaitu: kecendrungan sifat,
perhatian personal, dan narasi hidup.
Menurut pemakalah kepribadian seseorang akan terus berkembang jika
seseorang tersebut masih belajar, dan lingkungan juga akan mempengaruhi,
jadi menutu kalian kapan kah perkembangan kepribadian itu ??

6. Faktor kesadaran
Hampir semua teori kepribadian, secara implisit dan eksplisit,
menjelaskan proses kesadaran. Kecuali Frued dan Jung yang memfokuskan
pada ketidaksadaran.
Allport percaya bahwa orang yang bukan neurotik, kesadarann akan
berfungsi dengan cara rasional, peduli, dan mampu mengontrol kekuatan yang
memotivasinya. Rogers brfikir bahwa orang pada dasarnya rasional, di kuasai

22
oleh kesadaran presepsi dari dalam dirinya dan pengalaman dunianya. Maslow
juga mengakui peran ksadaran, dia menemukan kebutuhan kognitif yuntuk
mengetahui dan memahami.

7. Faktor ketidaksadaran
Freud memperkenalkan kepada kita mengenai dunia tidak sadar,
gudang kesuraman dari ketakutan paling gelap kita, konflik-konflik, kekuatan
yang berpengaruh pada pemikiran sadar. Para ahli psikologi menemukan
beberapa bukti yang mndukung teori freud bahwa pemikiran dan memori di
tekan ke dalam ketidaksadaran, dan represi tersebut di level ketidaksadaran.3

Dalam buku Teori Kepribadian karya syamsul yusuf dan juntika


Nurihsan menggaris besari bahwa aktor yang mempengaruhi kepribadiian itu
ada dua yaitu faktor Hereditas dan Faktor lingkungan.

1. Faktor genetika (pembawaan)


Pada masa konsepsi, seluruh bawaan hereditas individu di bentuk dari
23 kromosom dari ibu, dan 23 kromsom dari ayah. Dalam 45 kromosom
tersebut terddapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat sifat fisik dan
pisikis/mental individu yang yang menentukan potensi-potensi
hereditasnya.
Pengaruh gen terhadap kepribadian, tidak secara langsung karena di
pengaruhi gen secara langsung adalah : kualitas sistem syaraf,
keseimbangan biokimia tubuh, dan struktur tubuh.
Cattel dkk. Mengemukakan bahwa “kemampuan belajar dan
penyesuaian diri individu di batasi oleh sifat-sifat yang inheren dalam
organisme individu itu sendiri”. Misalnya kapasitas fisik, dan kapastas
intelektual. Meskipun begitu batas-batas perkembangan kepribadian,
bagaimana pun lebih besar di pngaruhi oleh lingkungan.
2. Faktor lingkungan
a. Keluarga
Keluarga merupakan aspek utama dalam pembbentukan
kepribadian anak. Kenapa?? Karena: 1) keluarga merupakan kelompok
3
Dede Rahmat Hidayat. psikologi kepribadian.(Bogor: Ghalia indonesi, 2015) hal 16

23
sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak. 2) anak lebih
banyak menghabiskan aktu bersama keluarga. 3)para keluarga
merupakan “significan people” bagi pembentukan kepribadian anak.
Dari keluargalah anak pertama kali melakukan interaksi dan
belajar mencontoh apa yang di lakukan oleh orang-orang terdekatnya.
Jika anak di berikan kasih sayang cinta dan pola asuh yang tepat maka
kepribadian anak akan berkembang secara baik namun jika anak di asuh
oleh orang tua yang keras atau broken home maka perkembangan
kepribadian anak tersebu cenderung mengalami distorsi atau mengalami
kelainan dalam penyesuaian diri.
b. Kebudayaan
Kluckhohn berpendapat bahwa kebudayaan
meregulasi(mengatur) kehidupan kita di mulai dari lahir sampai mati,
baik didasari maupun tidak disadari. Kebudayaan mempengaruhi kita
untuk mengikuti pola-pola perilaku tertentu yang telah di buat orang
lain untuk kita.
Setiap kelompok masyarakat memiliki adat istiadat, tradisi,
atau kebudayaan yang khas. Kebudayaan yang ada mempengaruhi
kepribadian seseorang.
c. Sekolah
Lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kepribadian anak.
1). Iklim emosional kelas
2). Sikap dan prilaku guru
3). Disiplin
4). Prestasi belajar
5). Penerimaan Teman Sebaya.4

4
Syamsu Yusuf & juntika Nurihsan.Teori Kepribadian.(Bandung : pt remaja rosdakarya, 2011) hal 19

24
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
pola kepribadian merupakan suatu penyatuan struktur yang multidimensi yang
terdiri atas “self concept” sebagai inti atau pusat gravitasi kepribadian dan “traits”
sebagai struktur yang mengintegrasikan kecendrungan pola-pola respon.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu: faktor fisik,
lingkungan, diri sendiri. Dan ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian yaitu: faktor herditas, faktor lingkungan, faktor sekolah, faktor
kebudayaan.

25
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat ,Dede Rahmat.2015. psikologi kepribadian, Bogor: Ghalia indonesi.
Hartati, Netty Dkk. 2003. Islam dan Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.
Harmaini. 2014. Psikologi Kepribadian. Pekanbaru: Al-Mujtahadah
Press
Ngainun naim.2012. Character building. jogjakarta: ar-ruz media.
Yusuf ,Syamsu & juntika Nurihsan.2011. Teori Kepribadian.Bandung : pt remaja
rosdakarya
.

26
REFERENSI

Syamsu yusuf & juntika Nurihsan, Teori Kepribadian, (Bandung : pt remaja rosdakarya,
2011

27
Dede Rahmat Hidayat, psikologi kepribadian, (Bogor: Ghalia indonesi, 2015) hal 16

28
Hartati, Netty Dkk. 2003. Islam dan Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.

Ngainun naim. Character building. (jogjakarta: ar-ruz media.2012)

29
Harmaini. 2014. Psikologi Kepribadian. Pekanbaru: Al-Mujtahadah
Press

30

Anda mungkin juga menyukai