Anda di halaman 1dari 13

Mata Kuliah Dosen Pembimbing

Akhidah Akhlak Listiawati, M.A.

Makalah
Sifat – Sifat Muslahil Bagi Allah SWT.

Disusun
oleh :

ALFANDO TRI ALDA (11840211176)


ARI SEAFANNY (11840222779)
SAFIRA TAZKIYAH (11840222012)

BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul ”Sifat Mustahil
Bagi Allah SWT.”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Pekan Baru, 22 Oktober 2018

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sifat Mustahil Bagi Allah SWT ........................................................ 3


1. Adam = Tiada .............................................................................. 3
2. Huduts = Ada yang mendahului ................................................ 3
3. Fana = Musnah............................................................................ 3
4. Mumatsalatu lil hawaditsi = Ada yang menyamai .................. 4
5. Ihtiyaju lighairihi = Memerlukan yang lain ............................. 4
6. Ta’adud = Berbilang ................................................................... 4
7. Ajzun = Lemah ............................................................................ 5
8. Karahah = Terpaksa ................................................................... 5
9. Jahlun = Bodoh ........................................................................... 6
10. Mautun = Mati ............................................................................ 6
11. Shamamun = Tuli........................................................................ 6
12. Ama = Buta .................................................................................. 6
13. Bakamun = Bisu .......................................................................... 7
14. Kaunuhu ‘ajiyan = Zat yang lemah .......................................... 7
15. Kaunuhu karihan = Zat yang terpaksa .................................... 7
16. Kaunuhu jahilan = Zat yang sangat bodoh .............................. 8
17. Mayyitan = Zat yang mati ......................................................... 8
18. Kaunuhu ashamma = Zat yang tuli........................................... 8
19. Kaunuhu ‘ama = Zat yang buta ................................................ 8
20. Kaunuhu abkama = Zat yang bisu ........................................... 8

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN .................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mengenal Allah itu hukumnya fardhu 'ain bagi tiap-tiap mukmin. Apabila
seseorang itu tidak mengenal Allah, segala amal baktinya tidak akan sampai
kepada Allah Swt. Mengenal Allah dapat kita lakukan dengan cara memahami
sifat-sifat-Nya. Kita tidak dapat mengenal Allah melalui zat-Nya, karena
membayangkan zat Allah itu adalah suatu perkara yang sudah di luar batas
kesanggupan akal kita sebagai makhluk Allah. Kita hanya dapat mengenal
Allah melalui sifat-sifat-Nya. Tahukah kamu tentang sifat-sifat Allah Swt.?
Sifat-sifat Allah terdiri atas tiga sifat, yaitu sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat
jaiz.1
Allah adalah tuhan yang wajib diimani oleh makhluk-nya.Untuk
menumbuhkan keimanan tentunya kita perlu mengenal Allah.Dalam ayat-ayat
Alqur’an, Allah tidak diperkenalkan sebagai sesuatu yang bersifat materi. Jika
dijelaskan dengan sifat materi berarti Ia berbentuk dan dibatasi oleh tempat.
Padahal, Allah adalah Tuhan yang tidak memerlukan sesuatu. Allah adalah
Tuhan yang memiliki keagungan tidak terbatas.
AL-Qur’an juga tidak memperkenalkan Allah sebagai zat nonmaterial
yang tidak dapat diberi sifat atau digambarkan dalam kenyataan sehingga sulit
untuk dijangkau oleh akal manusia. Jika Allah diperkenalkan dengan cara ini
tentu hati manusia tidak akan tenteram dan yakin karena akalnya tidak dapat
memahami hakikat-Nya.
Al-Qur’an ternyata menempuh cara pertengahan yaitu memperkenalkan
sifatsifat Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, Allah antara lain
dikenal dengan sifat dan asma Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Hidup,
Maha Berkehendak, Maha Menghidupkan, dan Mematikan, serta Yang
bersemayam di atas Arsy. Seluruh penjelasan tersebut akanmengantarkan kita
pada pengenalan

1
file:///E:/Pendidikan-Agama-Kelas-4-Sepetember.pdf

1
yang dapat terjangkau oleh akal. Namun demikian AL-Qur’an juga tetap
menyatakan bahwa tidak ada yang serupa dengan Allah.2

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu sifat mustahil bagi Allah ?
b. Apa arti dari sifat mustahil Allah ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui sifat mustahil bagi Allah
b. untuk mengetahui arti dari sifat mustahil Allah

2
http://dhikair.blogspot.co.id/2013/10/makalah-sifat-wajib-allah.html

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sifat Mustahil Bagi Allah SWT


1. Adam = Tiada
Sifat mustahil yang pertama adalah Adam yang berarti tiada. Sifat
ini kebalikan dari wujud yang artinya ada.
Dalil naqli yang menunjukkan adanya Allah Ta’ala, yakni:
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy .
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,
dan matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya.
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci
Allah, Tuhan semesta alam.”(QS.Al-Araf : 54)
“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari
dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah
mengatur urusan, menjelaskan tanda-tanda , supaya kamu meyakini
pertemuan dengan Tuhanmu.” (QS. Ar-Ra’d : 2)
2. Huduts = Ada yang mendahului
Hudust berarti ada yang mendahului, merupakan lawan kata dari
qidam. Tidak mungkin ada yang mendahului keberadaan Allah Azza wa
Jalla. Dialah yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Tentunya
Pencipta sudah pasti lebih dahulu dari apa-apa yang diciptakanNya.
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin,
dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.Al-Hadid: 3)
3. Fana = Musnah
Allah Ta’ala tidak mungkin musnah. Sebaliknya, Dia bersifat kekal
selama-lamanya3. Dijelaskan dalam Al-Quran:

3
Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi, Kitab Tijan As-Darari , ( Lampung: Mutiara ilmu 2010)

3
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah
Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rahman:
26-27)
“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. BagiNya-lah segala
penentuan, dan hanya kepadaNya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-
Qasas: 88)
4. Mumatsalatu lil hawaditsi = Ada yang menyamai
Allah Ta’ala adalah dzat yang menciptakan segala sesuatu di bumi
dan alam semesta. Dialah yang Maha Agung. Tidak mungkin ada sesuatu
yang menyamai atau menandingiNya. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-
Quran:
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dialah yang
Maha Mendengar dan Melihat.”. (QS. Asy-Syura: 11)
5. Ihtiyaju lighairihi = Memerlukan yang lain
Allah Ta’ala tidak memerlukan yang lain. Dia mampu mewujudkan
dan mengatur segalanya secara sempurna tanpa bergantung pada
siapapun.4 Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran:
“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu
adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta.” (QS. Al-Ankabut:
6)
“Dan katakanlah segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak
dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula
hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan
pengagungan yang sebesar-besarnya.” (QS. Al-Isra: 111)
6. Ta’adud = Berbilang
Ta’adud adalah kebalikan dari wahdaniyah yang berarti tunggal.
Allah itu Maha Esa. Tidak mungkin berbilang atau berjumlah lebih dari
satu. Allah Ta’ala tidak memiliki sekutu, tidak beranak dan tidak
diperanakan. Bukti keesaan Allah tertuang dalam kalimat syahadat dan
juga ayat Al-Quran yang artinya:

4
Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi, Kitab Tijan As-Darari , ( Lampung: Mutiara ilmu 2010)

4
“Katakanlah ‘Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada
pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.’” (QS.
Al-Ikhlas: 1-4)
“Sekiranya ada di langit dan di bumi Tuhan-tuhan selain Allah,
tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang
mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al-Anbiya:
22)
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; Tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Maha Pemuurah lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 163)
7. Ajzun = Lemah
Ajzun berarti lemah, merupakan lawan kata dari dari qudrat yang
artinya berkuasa. Jadi Allah tidak mungkin bersifat lemah. Sebaliknya
Allah Azza wa Jalla Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada yang bisa
melampui kekuasaan Allah Ta’ala.
Dalam Al-Quran dijelaskan:
“Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap
kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan
bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki,
niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka.
Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS.Al Baqarah: 20)
8. Karahah = Terpaksa
Allah tidak memiliki sifat terpaksa. Sebaliknya Allah Maha
Berkehendak atas segala sesuatu. Tidak ada yang bisa melawan ataupun
menandingi kehendak dari Allah Ta’ala5. Sebagaimana dijelaskan dalam
Al-Quran:
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu
hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.” (QS.
Yasiin: 82)

5
Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi, Kitab Tijan As-Darari , ( Lampung: Mutiara ilmu 2010)

5
“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika
Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha
Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.”(QS. Hud: 107)
9. Jahlun = Bodoh
Mustahil bagi Allah Ta’ala bersifat bodoh. Dia menciptakan alam
semesta dengan segala isinya begitu sempurna. Dia tidak membutuhkan
bantuan siapapun. Dan dialah yang Maha Kaya lagi Maha Mengetahui.
10. Mautun = Mati
Allah tidak akan mati. Dia bersifat kekal. Terus-menerus mengurus
makhluknya Tanpa tidur dan tidak letih sedikitpun. Dijelaskan dalam Al-
Quran:
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak
mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya.” (QS. Al-Furqon: 58)
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia
Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak
mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di
bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya.
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka. Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan
apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi dan Allah
tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Allah Maha Tinggi lagi
Maha Besar.” (QS. Al-Baqarah: 255)
11. Shamamun = Tuli
Mustahil Allah bersifat Tuli. Allah Ta’ala adalah Tuhan yang Maha
Mendengar. Pendengaran Allah meliputi segala sesuatu.
“Katakanlah cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu.
Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi.” (Al-Ankabut : 52).
12. Ama = Buta
Allah Ta’ala juga tidak buta. Dia Maha Melihat Segala Sesuatu. Tak
ada satu hal pun yang luput dari pengelihatanNya6.

6
Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi, Kitab Tijan As-Darari , ( Lampung: Mutiara ilmu 2010)

6
“Dan Allah Maha Melihat atas apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-
Hujarat: 18)
“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis
kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak
pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan
jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS.Asy-syuro: 11)
13. Bakamun = Bisu
Allah Ta’ala tidaklah Bisu. Allah berkata dan berfirman dengan
sangat sempurna. Tak ada bisa mengalahkan keindahan firman Allah
Ta’ala. Dan salah satu Nabi yang pernah berbicara langsung dengan Allah
adalah Nabi Musa.
“Dan ada beberapa rasul yang telah Kami kisahkan mereka
kepadamu sebelumnya, dan ada beberapa rasul (lain) yang tidak Kami
kisahkan mereka kepadamu. Dan kepada Musa Allah ‘telah berfirman
secara langsung.” (QS. An-Nisa’: 164)
14. Kaunuhu ‘ajiyan = Zat yang lemah
Mustahil Allah bersifat lemah. Allah Ta’ala adalah pencipta alam
semesta dan segala isisnya. Dia Maha Kuasa atas semua hal.
“Sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena
dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka
kebenaran. Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah
mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah 109)
15. Kaunuhu karihan = Zat yang terpaksa
Allah Ta’ala bukanlah dzat yang terpaksa. Dia Maha Berkehendak
atas segala sesuatu. Hanya berfirman “kun fa yakun” maka jadilah apa
yang dikehendaki oleh Nya7.

7
Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi, Kitab Tijan As-Darari , ( Lampung: Mutiara ilmu 2010)

7
“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika
Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha
Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” (QS.Hud: 107)
16. Kaunuhu jahilan = Zat yang sangat bodoh
Mustahil Allah adalah dzat yang bodoh. Allah Maha Mengetahui dan
Melihat apa-apa yang ditampakkan atau disembunyikan.
17. Mayyitan = Zat yang mati
Allah tidak mati. Allah bersifat kekal, tidak musnah dan tidak binasa.
Dia tidak pernah tidur. Selalu mengawasi hamba-hambaNya setiap saat.
18. Kaunuhu ashamma = Zat yang tuli
Mustahil Allah bersifat tuli. Allah adalah Tuhan yang Maha
Mendengar. Pendengaran Allah tak terbatas dan meliputi segala sesuatu.
19. Kaunuhu ‘ama = Zat yang buta
Allah Maha Melihat, tidaklah buta. Dia Maha Sempurna dengan
seluruh keagunganNya.
20. Kaunuhu abkama = Zat yang bisu
Allah bukanlah dzat yang bisu. Allh berfirman dan firmanNya
tertuang dalam kitab-kitab suci yang diturunkan lewat para nabi8

8
Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi, Kitab Tijan As-Darari , ( Lampung: Mutiara ilmu 2010)

8
BAB III
PENUTUP

Dari Pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kita harus mengetahui sifat
– sifat Allah SWT. Dimana ada beberapa sifat Allah Yaitu Wajib, Mustahil, dan
Jaiz dimana sifat sifat ini harus kita ketahui. Dan salah satunya dalam pembahsan
kami yaitu sifat mustahil bagi Allah SWT. Allah adalah tuhan yang sangat mulia,
dan esa dimana ia menciptakan mahluk – mahluknya baik itu Malaikat, Iblis,
Manusia, Hewan, bahkan tumbuhan. Artinya kita sebagai hambanya sudah
seharusnya mengimani dan patuh terhadap perintah Allah SWT.

9
DAFTAR PUSTAKA

 Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi, Kitab Tijan As-Darari,


Lampung: Penerbit Mutiara ilmu 2010
 file:///E:/Pendidikan-Agama-Kelas-4-Sepetember.pdf
 http://dhikair.blogspot.co.id/2013/10/makalah-sifat-wajib-allah.html

Anda mungkin juga menyukai