Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PERADABAN ISLAM PADA

MASA DINASTI ABBASIYAH

MAKALAH
PERADABAN ISLAM PADA MASA
DINASTI ABBASIYAH
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang turun dari Allah SWT di daerah Arab. Yang dibawa
oleh Nabi Muhammad SAW. Islam muncul pada awal abad ke 7. Islam mulai
berkembang di Mekah. Selanjutnya Islam mengalami perkembangan dengan
perluasan wilayah ke Madinah. Disanalah dibentuk semacam pemerintahan yang
berdasarkan konstitusi yang disebut piagam Madinah.

Islam bukanlah sekedar agama yang membawa nilai-nilai religius. Tapi Islam
juga membawa sebuah peradaban. Dimulai dari masa Rasulullah kemudian
dilanjutkan pada masa kepemimpinan Kulafaur Rasyidin. Saat itulah Islam mulai
memberi pengaruh kepada dunia, karena para khalif ah sudah melakukan perluasan
wilayah keluar daerah Arab. Setelah masa Kulafaur Rasyidin muncullah daulah Bani
Umayyah dan Abbasiyah.
Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat saat kepemimpinan Bani
Abbasiyah. Sehigga peradaban Islam memberi pengaruh yang besar ke pada dunia
saat itu. Pada saat itu para Khalifah melakukan ekspansi besar -besaran ke daerah
Asia, Afrika sampai Eropa. Para sejarawan menyebut saat itu dengan “The Golden
Age”. Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang peradaba n,
ilmu pengetahuan, politik dan pemerintahan, sains dan teknologi. Di makalah ini
akan kami paparkan mengenai politik, perkembangan peradaban, sains dan
teknologi pada masa Bani Abbasiyah serta kemunduranya.

B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan dalam latar belakang, maka kami rumuskan rumusan
masalah dalam makalah ini, diantaranya:
1. Bagaimanakah sejarah bediri, para khalifah, masa kejayaan peradaban Dinasti
Abbasiyah?
2. Bagaimanakah faktor faktor yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah?
C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah SPI, di samping itu agar kita dapat mengetahui:
1. Sejarah bediri, para khalifah, masa kejayaan peradaban Dinasti Abbasiyah.
2. Faktor faktor yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah.

BAB II
PERADABAN ISLAM PADA MASA
DINASTI ABBASIYAH

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah


Pemerintahan Dinasti Abbasiyah dinisbatkan kepada Al -Abbas, Paman
Rasulullah, sementara khalifah pertama dari pemerintahaan ini adalah
Abdullah Ash-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul
Muthalib.
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, Abul Abbas Ash -
Shafah, dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Dinasti Abbasiyah
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, yaitu selama 524 tahun, dari tahun
132-656 H (750-1258 M). berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai
kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh Bani Hasyim (Alawiyun)
setelah meninggalnya Rasul dengan mengatakan bahwa yang berhak untuk berkuasa
adalah keturunan Rasulullah dan anak -anaknya.
Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang
merupakan pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan
tersendiri dalam memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga
paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muthalib.
Kota Humaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah seorang pimpinannya
bernama Al-Imam Muhammad bin Ali yang merupakan peletak dasar –dasar
berdirinya Dinasti Abbasiyah. Ia menyiapkan strategi perjuangan menegakkan
kekuasaan atas nama keluarga Rasulullah. Para penerang dakwah Abbasiyah
berjumlah 150 orang di bawah para pimpinannya yang berjumlah 12 orang dan
puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.
Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang
sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi, Imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang
berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh khalifah
Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahi m akhirnya tertangkap oleh
pasukan Dinasti Umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya diekskusi.
Ia mewasiatkan kepada Abul Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika tahu
bahwa ia akan terbunuh, dan memerintahkan untuk pindah ke Kufah. sedangkan
pemimpin propaganda dibebenarkan kepada Abu Salamah. Segeralah Abul Abbas
pindah dari Humaimah ke Kufah diiringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain
seperti Abu Ja’far, Isa bin Musa, dan Abdullah bin Ali, Penguasa Umayyah di
Kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukkan oleh Abbasiyah dan diusir ke
Wasit. Abu Salamah selanjutnya berkemah di Kufah yang telah ditaklukkan pada
tahun 132 H. Abdullah bin Ali, salah seorang paman Abul Abbas diperintahkan
untuk mengejar khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad bersama
pasukannya yang melarikan diri, di mana akhirnya dapat dipukul di dataran rendah
Sungai Zab. ([1] )

B. Khalifah-Khalifah Dinasti Abbasiyah


Bani Abbas mewarisi Emperius dari Bani Umayyah. Mereka memungkinkan
dapat mencapai hasil lebih banyak karena landasannya telah dipersiapkan oleh Bani
Umayyah yang besar, dan Abbasiyah yang pertama memanfaatkannya. Penggantian
Umayyah oleh Abbasiyah ini di dalam kepemimpinan masyarakat Islam lebih dari
sekedar penggantian dinasti. Ia merupakan revolusi Prancis, dan revolusi Rusia di
dalam sejarah Barat. Ash- Shaffah pindah ke Ambar, sebelah barat sungai Eufrat
dekat Baghdad. Ia menggunakan sebagian besar dar i masa pemerintahan untuk
memerangi para pemimpin Arab yang ketahuan membantu Bani Umayyah. Ia
mengusir mereka kecuali Abdurrahman, yang tidak lama kemudian mendirikan
Dinasi Bani Umayyyah di Spanyol. Ash-Shaffah juga memutuskan untuk
menghabisi nyawa beberapa orang pembantu Bani Umayyah.
Kekhalifahan Ash-Shaffah hanya bertahan selama 4 tahun, Sembilan bulan. Ia
wafat pada tahun 136 H di Abar, satu kota yang telah dijadikan sebagai tempat
kedudukan pemerintahan. Ia berumur tidak lebih dari 33 tahun bahkan ada yang
mengatakan umur Ash-Shaffah ketika meninggal dunia adalah 29 tahun.
Selama pemerintahan Dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahannya
berbeda-beda, para sejarawan membagi 4 periode.
1. Masa Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya Daulah Abbasiyah tahun 132 H (750)
sampai meninggalnya Khalifah Al-Watsiq 232 H (847).
2. Masa Abbasiyah II, yaitu mulai khalifah Al -Mutawakkil pada tahun 232 H (847)
sampai berdirinya Daulah Buwaihiyah di Baghdad pada tahun 334 H (946).
3. Masa Abbasiyah III, yaitu berdirinya Dinasti Buwaihiyah tahun 334 H (946 M)
sampai masuknya kaum Saljuk ke tahun 447 (1055).
4. Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya orang -orang Saljuk ke Baghdad tahun 447 H
(1055) sampai jatuhnya Baghdad ke tangan Bangsa Mongol di bawah pimpinan
Hulagu Khan pada tahun 656 H (1258 M). ([2] )

C. Nama-Nama Khalifah Daulah Abbasiyah


Sebelum Abu Ja’far As-Shaffah meninggal, ia sudah mewasiatkan siapa
penggantinya, yakni saudaranya, Abu Ja’far, kemudian Isa Bin Musa,
keponakannya. Sistem pengumuman putra mahkota itu mengikuti
caraDinasti Umayyah.
1. Abul Abbas as-Saffah (Pendiri) 746-754 M
2. Abu Ja'far Al-Manshur 754-775 M
3. Abu Abdullah Muhammad Al-Mahdi 775-785 M
4. Abu Muhammad Musa al-Hadi 785-786 M
5. Abu Ja’far Harun ar-Rasyid 786-809 M
6. Abu. Musa Muhammad Al-Amin 809-813 M
7. Abu Ja’far Abdullah al-Makmun 813-833 M
8. Abu Ishaq Muhammad Al-Mu'tashim Billah 833-842 M
9. Abu Ja’far Harun Al-Watsiq 842-847 M
10. Abu Fadl Ja’far Al-Mutawakkil 847-861 M
11. Abu Ja’far Harun Muhammad Al -Muntashir 861-862 M
12. Abu Abbas Ahmad Al-Musta'in 862-866 M
13. Abu Abdullah Muhammad Al-Mu'taz 866-869 M
14. Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi 869-870 M
15. Abul Abbas Ahmad Al-Mu'tamid 870-892 M
16. Abul Abbas Ahmad Al-Mu'tadhidh 892-890 M
17. Abul Muhammad Ali Al-Mu'tafi 902-905 M
18. Abul Fadl Ja’far Al-Muqtadir 905-932 M
19. Abu Mansur Muhammad Al-Qahir 932-934 M
20. Abul Abbas Ahmad Al-Radhi 934-940 M
21. Abu Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi 940-944 M
22. Abul Qasim Abdullah Al-Mustakfi 944-946 M
23. Abul Qasim Al- Fadl Al-Muthi'ilah 946-974 M
24. Abul Fadl Abdul Karim Al-Thai 974-991 M
25. Abul Abbas Ahmad Al-Qadir 991-1030 M
26. Abul Ja’far Abdullah Al-Qayyim 1030-1075 M
27. Abul Qasim Abdullah Al-Muqtadi 1075-1094 M
28. Abul Abbas Ahmad Al-Mustazhir 1094-1118 M
29. Abu Mansur Al-Fadl Al-Mustarsyid 1118-1135 M
30. Abu Ja’far Al-Mansur Ar-Rasyid 1135-1136 M
31. Abu Abdullah Muhammad Al-Muktafi 1136-1160 M
32. Abul Mudzafar Al-Mustanjid 1160-1170 M
33. Abu Muhammad Al-Hasan Al-Mustadh i 1170-1180 M
34. Abu Al-Abbas Ahmad An-Nashir 1180-1225 M
35. Abu Nasr Muhammad Azh-Zhahir 1225-1226 M
36. Abu Ja’far Al-Mustanshir 1226-1242 M
37. Abu Ahmad Abdullah Al-Musta'shim Billah. 1242-1258 M

Pada masa Mongol dapat menaklukkan Baghdad tahun 656 H/1258 M, ada
seorang pangeran keturunan Abbasiyah lolos dari pembunuhan dan meneruskan
kekhalifaan dengan gelar khalifah yang hanya berkuasa di bidang keagamaan di
bawah kekuasaa kaum Mamluk di Kairo, Mesir tanpa kekuasaa duniawi yang
bergelar sultan. Jabatan itu hilang ketika diambil oleh Sultan Salim Turki Usmani
ketika menguasai mesir pada tahun 1517 M. dengan demikian, hilan glah kekhalifaan
Abbasiyah selama-lamanya. ([3] )
Para khalifah Bani Abbasiyah yang ada di Mesir adalah sebagai berikut:
1. Al-Mustanshir II 1261 M
2. Al-Hakim 1262-1302 M
3. Al-Mustakfi I 1302-1340 M
4. Al-Wathiq I 1340-1341 M
5. Al-Hakim II 1341-1352 M
6. Al-Mu'tadid I 1352-1362 M
7. Al-Mutawakkil I 1362-1383 M
8. Al-Wathiq II 1383-1386 M
9. Al-Mu'tasim 1386-1389 M
10. Al-Mutawakkil I (kembali berkuasa) 1389-1406M
11. Al-Musta'in 1406-1414 M
12. Al-Mu'tadid II 1414-1441 M
13. Al-Mustakfi II 1441-1451 M
14. Al-Qa'im 1451-1455 M
15. Al-Mustanjid 1455-1479 M
16. Al-Mutawakkil II 1479-1497 M
17. Al-Mustamsik 1497-1508 M
18. Al-Mutawakkil III 1508-1517 M

D. Masa Kejayaan Peradaban Dinasti Abasiyyah


Peradaban dan kebudayaan Islam tumbuh dan berkembang bahkan mencapai
kejayaannya pada masa Abbasiyyah. Hal tersebut dikarenakan dinasti Abbasiyyah
pada periode awal lebih menekankan pembinaan dan kebudayaan Islam dari pada
perluasan wilayah, serta menyiapkan landasa n bagi perkembangan filsafat dan ilmu
pengetahuan dalam Islam. Disini letak perbedaan pokok antara Dinasti Umayyah
dan Dinasti Abbasiyyah.
Puncak kejayaan dinasti Abbasiyyah terjadi pada masa khalifah Harun al -
Rasyid (786-809 M) dan anaknya al-Makmun (813-833 M). Ketika al-Rasyid
memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan
terjamin meski ada pemberontakan, dan luas wilayahnya mulai dari Afrika utara
hingga ke India.
Di masanya berkembang ilmu pengetahuan agama seperti ilmu al -Qur’an,
Qiraat, Hadis, Fiqh, ilmu kalam, bahasa dan sastra. Salah satu karya sastra yang
sangat fenomenal di masa itu adalah Alf Lailah Wa Lailah(seribu satu malam).
Disamping itu berkembang pula ilmu filsafat, logika, metafisika, matematika,
astronomi, musik, kedokteran, al- jabar, aritmatika, geografi, dan kimia. Karena
kecintaannya terhadap ilmu, maka didirikanlah perpustakaan sekaligus lembaga
ilmu pengetahuan yang diberi nama Baitul Hikmah, di dalamnya orang dapat
membaca, menulis dan berdiskusi.
Ilmu-ilmu umum masuk ke dalam Islam melalui terjemahan dari bahasa
Yunani, Persia dan India. Pada masa al -Makmun, beliau memerintahkan supaya
dibeli dan dikumpulkan untuknya buku -buku karya bangsa asing, kemudian
diterjemahkan kedalam bahasa arab, lalu dikumpulkan d i Baitul Hikmah. Di antara
penerjemah yang masyhur adalah Hunain bin Ishak, seorang Kristen Nestorian yang
banyak menerjemahkan buku-buku Yunani kedalam bahasa Arab. Ia menerjemahkan
kitab Republick dari Plato, dan kitab Katagori, Metafisika, Magna Moralia dari
Aristoteles. Lalu ada al-Hajaj bin Yusuf bin Matr telah menerjemahkan untuk al -
Makmun beberapa buah buku karya Euclides dan buku Ptolemy.Sehingga pada
zamannya itulah lahir filosof Arab yang terkenal seperti al -Kindi dan ahli astronomi
al-Khawarizmi yang menyusun ringkasan astronomi berdasarkan ilmu Yunani dan
India.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan lembaga pendidikan di masa Dinasti
Abbasiyah paling tidak ditentukan oleh dua hal yaitu:
1. Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bangsa -bangsa lain yang lebih
dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Bangsa Persia
banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra. Bangsa India terlihat
dalam bidang ilmu kedokteran, matematika, dan astronomi. Sedangkan pengaruh
Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan di berbagai bidang ilmu, terutama
filsafat.
2. Gerakan penerjemahan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama,pada masa
khalifah al-Manshur hingga Harun al-Rasyid. Buku-buku yang banyak
diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantiq. Fase
kedua, pada masa al-Makmun hingga tahun 300 H. Buku -buku dalam bidang filsafat
dan kedokteran adalah yang paling banyak diterjemahkan. Fase ketiga, berlangsung
setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembua tan kertas. Selanjutnya
bidang-bidang ilmu lainnya yang diterjemahkan semakin meluas.
Dengan demikian, Dinasti Abbasiyah dengan pusatnya di Baghdad sangat
maju sebagai pusat peradaban dan pusat ilmu pengetahuan. Berikut daftar beberapa
kemajuan yang berhasil dicapai pada masa Dinasti Abbasiyyah:
1. Bidang Agama.
a. Fiqh:
Para tokoh bidang fiqih dan pendiri mazhab, antara lain:
1) Imam Abu Hanifah (700-767 M).
2) Imam Malik (713-795 M).
3) Imam Syafi’i (767-820 M).
4) Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M).
b. Ilmu Tafsir:
Para tokoh bidang ilmu Tafsir, antara lain:
1) Ibnu Jarir Al-Tabari
2) Ibnu Atiyah al-Andalusi
3) Abu Muslim Muhammad bin Bahar Isfahani.
c. Ilmu Hadis:
Para tokoh ilmu Hadis, antara lain:
1) Imam Bukhari
2) Imam Muslim
3) Ibnu Majah
4) Abu Dawud
5) Imam al-Nasa’i
6) Imam Baihaqi.
d. Ilmu Kalam:
Para ahli ilmu kalam (teologi), antara lain:
1) Imam Abu Hasan al-Asy’ari (260 H/873 M - 324 H/935 M).
2) Imam Abu Mansur Muhammad ibn Mahmud Al -Maturidi (w. 333 H/944 M).
3) Zamakhsyari (w. 528 H), tokoh Mu’tazilah sekaligus pengarang kitab Tafsir al-
Kasysya
e. Ilmu Bahasa:
Diantara ilmu bahasa yang berkembang pada masa dinasti Abbasiyyah adalah
ilmu Nahwu, ilmu Sharaf, ilmu Bayan, ilmu Badi’, dan ilmu Arudh. Bahasa Arab
dijadikan bahasa ilmu pengetahuan, di samping alat komunikasi antar bangsa,
tokohnya antara lain:
1) Imam Sibawaih (w. 183 H), karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1.000 halaman.
2) Abu Zakaria al-Farra (w. 208 H), kitab Nahwunya terdiri dari 6.000 halaman
lebih.
2. Bidang Umum.
a. Filsafat
Para filusuf Islam kala itu antara lain:
1) Abu Ishaq al-Kindi (809-873 M), karyanya lebih dari 231 judul.
2) Abu Nasr al-Farabi (961 M), karyanya lebih dari 12 buku. Dijuluki al-Mua’llimuts
Tsani ( the second teacher), guru kedua, sedang guru pertama bidang filsafat adalah
Aristoteles.
3) Ibnu Sina, terkenal dengan Avicenna (980 -1037 M), menghidupkan kembali
filsafat Yunani aliran Aristoteles dan plato.
4) Ibnu Tufail (w. 581 H), penulis buku novel filsafat Hayy binYaqzan.
5) Al-Gazali (1058-1111 M), dijuluki Hujjatul Islam. Karyanya antara lain: Maqasid
al-Falsafiyyah, Tahafut al-falsafiyyah, danIhya Ulumuddin.
6) Ibnu Rusyd dikenal dengan Averros (1126 -1198 M), seorang filosof, dokter, dan
ulama. Karyanya antara lain: Mabadi al-Falsafiyyah, Tahafut al-Tahafut al-
Falsafiyyah, al-Kuliah fi al-Tib , dan Bidayah al-Mujtahid.
b. Ilmu Kedokteran.
Diantara ahli kedokteran ternama saat itu adlah:
1) Ibnu Sina (Avicenna), karyanya yang terkenal adalah al-Qanun fi al-Tib tentang
teori dan praktik ilmu kedokteran serta membahas pengaruh obat -obatan. Kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa, Canon of Medicine.
2) Abu Bakar ar-Razi (Rhazez) (864-932 M) dikenal sebagai “ Galien Arab”. Tokoh
pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles, penulis buku
mengenai kedokteran anak.

c. Matematika
Terjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab, menghasilkan karya -
karya dalam bidang matematika. Di antara ahli matematika yang terkenal adalah al -
Khawarizmi. Al-Khawarizmi adalah pengarang kitab al-Jabar wal Muqabalah (ilmu
hitung), dan penemu angka nol. Sedangkan angka lain: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0
disebut angka arab karena diambil dari Arab. Sebelumnya dikenal angka Romawi I,
II, III, IV, V dan seterusnya. Tokoh lain adalah Abu al -Wafa Muhammad bin
Muhammad bin Ismail bin al-Abbas (940-998) terkenal sebagai ahli ilmu
matematika.
d. Farmasi
Di antara ahli farmasi pada masa dinasti Abbasiyah adalah ibnu Baithar,
karyanya yang terkenal adalah al-Mughni (berisi tentang obat-obatan), Jami al-
Mufradat al-Adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan makanan bergizi).
e. Ilmu Astronomi
Kaum muslimin mengkaji dan menganalisis berbagai aliran ilmu astronomi
dari berbagai bangsa seperti Yunani, India, Persia, Kaldan, dan ilmu falak Jahiliah.
Di antara ahli astronomi Islam adalah:
1) Abu Mansur al-Falaki (w. 272 H). karyanya yang terkenal adalah Isbat al-
Ulum dan Hayat al-Falak.
2) Jabir al-Batani (w.319 H). al-Batani adalah pencipta teropong bintang pertama.
Karyanya yang terkenal adalah kitab Ma’rifat Mathiil Buruj Baina Arbai al -Falak.
3) Raihan al-Biruni (w.440). karyanya adalah al-Tafhim li awal as-Sina al-Tanjim.
f. Geografi
Dalam bidang geografi umat Islam sangat maju, karena sejak semula bangsa
Arab merupakan bangsa pedagang yang biasa menempuh jarak jauh untuk berniaga.
Di antara wilayah pengembaraan umat Islam adalah umat Islam mengembara ke
Cina dan Indonesia pada masa-masa awal kemunculan Islam.

Di antara tokoh ahli geografi yang terkenal adalah:


1) Abul Hasan al-Mas’udi (w.345 H/956 M), seorang penjelajah yang m engadakan
perjalanan sampai Persia, India, Srilanka, Cina, dan penulis buku Muruj al-Zahab
wa Ma’adin al-Jawahir.
2) Ibnu Khurdazabah (820-913 M) berasal dari Persia yang dianggap sebagai ahli
geografi Islam tertua. Di antara karyanya adalah Masalik wa al-Mamalik, tentang
data-data penting mengenai sistem pemerintahan dan peraturan keuangan.
3) Ahmad el-Yakubi, penjelajah yang pernah mengadakan perjalanan sampai ke
Armenia, Iran, Mesir, Maghribi, dan menulis buku al-Buldan.
4) Abu Muhammad al-hasan al-Hamadani (w.334 H/946 M), karyanya berjudul Sifatu
Jazirah al-Arab.
g. Sejarah
Masa dinasti Abbasiyah banyak muncul tokoh -tokoh sejarah. Beberapa tokoh
sejarah antara lain:
1) Ahmad bin Ya’kubi (w.895 M) karyanya adalah al-Buldan(negeri-negeri), al-
Tarikh (sejarah).
2) Ibnu Ishaq.
3) Abdullah bin Muslim al-Qurtubah (w.889 M), penulis buku al-Imamah wa al-
Siyasah, al-Ma’arif, Uyunul Ahbar, dan lain-lain.
4) Ibnu Hisyam.
5) Al-Tabhari (w.923 M), penulis buku kitab al-Umam wa al-Muluk.
6) Al-Maqrizi
7) Al-Baladzuri (w.892 M), penulis buku -buku sejarah.
h. Sastra
Dalam bidang sastra, Baghdad merupakan kota pusat seniman dan sastrawan.
Para tokoh sastra antara lain:
1) Abu Nuwas, salah seorang penyair terkenal dengan karya cerita humornya.
2) Al-Nasyasi, penulis buku alfu lailah wa lailah (the Arabian night), adalah buku
cerita sastra Seribu satu Malam yang sangat terkenal dan diterjemahkan ke dalam
hamper seluruh bahasa dunia.

E. Dinasti-Dinasti Yang Memerdekakan Diri Dari Baghdad


Dalam bidang politik, disintegrasi sebenarnya sudah mulai terjadi pada akhir
zaman Umayah. Sebagaimana diketahui, wilayah kekuasaan bani Umayyah mulai
dari awal berdirinya sampai masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas
wilayah kekuasaan Islam. Hal ini berbeda dengan masa Dinasti Abbasiyah.
Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui oleh Islam di wilayah Spanyol dan Afrika
Utara, kecuali Mesir. Bahkan dalam kenyataannya, banyak wilayah tidak dikuasai
khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur -
gubernur provinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khalifah ditandai dengan
pembayaran upeti.
Ada kemungkinan bahwa para khalifah Bani Abbasiyah sudah cukup puas
dengan pengakuan nominal dari provinsi-provinsi tertentu, dengan pembayaran
upeti. Alasannya, pertama, mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk membuat
mereka tunduk kepadanya. Kedua, penguasa bani Abbas lebih menitikberatkan
pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi.
Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan
kebudayaan Islam daripada persoalan politik itu, beberapa provinsi tertentu di
pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbasiyah.
Adapun dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada
masa khalifah Abbasiyah, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Thahiriyah di Khurasan, Persia (820 -872 M)
2. Safariyah di Fars, Persia (868 -901 M)
3. Samaniyah di Transoxania (873 -998 M)
4. Sajiyyah di Azerbaijan (878-930 M)
5. Buwaihiyah, Persia (932-1055 M)
6. Thuluniyah di Mesir (837-903 M)
7. Ikhsidiyah di Turkistan (932-1163 M)
8. Ghazwaniyah di Afghanistan (962 -1189 M)
9. Dinasti Saljuk (1055-1157 M)
10. Al-Barzuqani, Kurdi (990-1095 M)
11. Abu Ali, Kurdi (990-1095 M)
12. Ayyubiyah, Kurdi (1167-1250 M)
13. Idrisiyah di Maroko (788-985 M)
14. Aghlabiyah di Tunisia (800-900 M)
15. Dulafiyah di Kurdistan (825-898 M)
16. Alawiyah di Tabiristan (864-928 M)
17. Hamdaniyah di Aleppo dan Musil (929 -1002 M)
18. Mazyadiyah di Hillah (1011-1150 M)
19. Ukailiyah di Mausil (996-1095 M)
20. Mirdasiyah di Aleppo (1023-1079 M)
21. Dinasti Umayyah di Spanyol
22. Dinasti Fatimiyah di Mesir
Dari latar belakang dinasti tersebut, tampak jelas adanya persaingan
antarbangsa terutama antara Arab, Persia, dan Turki. Di samping latar belakang
kebangsaan, dinasti-dinasti itu juga dilatarbelakangi paham keagamaan, ada yang
berlatar belakang Syi’ah, dan ada pula yang Sunni.

F. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kemunduran Dinasti Abbasiyah


Kebesaran, keagungan, kemegahan, dan gemerlapnya Baghdad sebagai pusat
pemerintahan dinasti Abbasiyah seolah -olah hanyut dibawa sungai Tigris, setelah
kota itu dibumihanguskan oleh tentara Mongol di bawah Hulaggu Khan pada tahun
1258 M. semua bangunan kota termasuk istana emas tersebut dihancurkan pasukan
Mongol, meruntuhkan perpustakaan yang merupakan gedung ilmu, dan membakar
buku-buku yang ada di dalamnya. Pada tahun 1400 M, kota ini diserang pula oleh
pasukan Timur Lenk, dan pada tahun 1508 M oleh tentara Kerajaan Safawi.
Menurut W. Montgomery Watt, bahwa beberapa factor yang m enyebabkan
kemunduran pada masa daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut.
1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara komunikasi pusat
dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di
kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintah sangat rendah.
2. Dengan profesionalisme angkatan berse njata, ketergantungan khalifah kepada
mereka sangat tinggi.
3. Keuangan Negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk bayaran tentara
sangat besar. Pada saat kekuasaan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa
pengiriman pajak ke Baghdad.

Sedangkan menurut DR. Badri Yatim, M.A. di antara hal yang menyebabkan
kemunduran daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut.
1. Persaingan antara bangsa
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh bani Abbas yang bersekutu dengan orang -
orang Persia. Persekutuan dil atarbelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu
pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama -sama tertindas. Setelah dinasti
Abbasiyah berdiri, Bani Abbasiyah tetap mempertahankan persekutuan itu. Pada
masa ini persaingan antarbangsa menjadi pemicu untuk saling berkuasa.
Kecenderungan masing-masing bangsa unutk mendominasi kekuasaan sudah
dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri.
2. kemerosotan Ekonomi
Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang ekonomi
bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama,
pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan pemerintah yang kaya. Dana yang masuk
lebih besar dari pada yang keluar, sehingga Baitul Mal penuh dengan harta. Setelah
khilafah mengalami periode kemunduran, pendapatan Negara menurun, dan dengan
demikian terjadi kemerosotan dalam bidang ekonomi.
3. Konflik keagamaan
Fanatisme keagamaan terkait erat dengan persoalan kebangsaan.
Pada periode Abbasiyah, konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra
sehingga mengakibatkan terjadi perpecahan. Berbagai aliran keagamaan seperti
Mu’tazilah, Syi’ah, Ahlus sunnah, dan kelompok -kelompok lainnya menjadikan
pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan untuk mempersatukan berbagai faham
keagamaan yang ada.
4. Munculnya dinasti-dinasti kecil sebagai akibat perpecahan so sial yang
berkepanjangan.
5. Perang Salib
Perang salib merupakan sebab dari eksternal umat Islam. Perang Salib yang
berlangsung beberapa gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi dan
perhatian pemerintahan Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara Salib
sehingga memunculkan kelemahan-kelemahan.
6. Serangan Bangsa Mongol (1258 M)
Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam menyebabkan kekuatan
Islam menjadi lemah, apalagi serangan Hulagu Khan dengan pasukan Mongol yang
biadab menyebabkan kekuatan Abbasiyah menjadi lemah dan akhirnya menyerah
kepada kekuatan Mongol.
G. Akhir Kekuasaan Dinasti Abbasiyah
Akhir dari kekuasaan dinasti Abbasiyah ialah ketika Baghdad dihancurkan
oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan, 656 H/1258 H. Hulagu
Khan adalah seorang saudara Kubilay Khan yang berkuasa di Cina hingga ke Asia
Tenggara, dan saudara Mongke Khan yang menugaskannya untuk mengembalikan
wilayah-wilayah sebelah barat dari Cina ke pangkuannya. Baghdad dibumi
hanguskan dan diratakan dengan tanah. Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir
dengan keluarganya, al-Mu’tashim Billah dibunuh, buku-buku yang terkumpul di
Baitul Hikmah dibakar dan dibuang di Sungai Tigris sehingga berubahlah warna air
sungai tersebut yang jernih besih menjadi hitam kelam karena lunturan tinta yang
ada pada buku-buku itu.
Dengan demikian, lenyaplah Dinasti Abbasiyah yang telah memainkan peran
penting dalam percaturan kebudayaan dan peradaban Islam yang gemilang.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas, yang telah kami bahas. Maka kami
mengambil kesimpulan, yaitu sebagai berikut :
Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya, maka dapatlah ditarik
kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :
1. Dinasti Abbasiyah melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah. Dinamakan Abbasiyah,
karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al -Abbas paman Nabi
Muhammad saw.. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn
Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam
rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H. (750 M.) s. d. 656 H. (1258 M.).
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda -beda
sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
2. Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, Umat Islam banyak mengalami
kemajuan yang sangat pesat, di antaranya dalam bidang administrasi, agama, sosial,
ilmu pengetahuan, dan pemerintah.
3. Kemunduran Dinasti Abbasiyah disebabkan oleh banyak faktor, baik yang sifatnya
internal maupun yang sifatnya eksternal.

B. Saran
Alhamdulillah kelompok kami telah menyelesaikan tugas tepat pada
waktunya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami, k hususnya bagi
pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan,
maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang dapat membangun kami ke
depannya agar lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Munir, Amin . 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah .
Abdul, Karim. 2007. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam . Yogyakarta: Pustaka Book Publisher .
Badri, Yatim. 1993. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada .

[1] . Amin, Samsul Munir. Sejarah peradaban islam. 2010: hal 138-141
[2] . hasjmy. sejarah kebudayaan islam. 1993: hal 213
[3] . Amin, Samsul Munir. Sejarah peradaban islam. 2010. Hal. 143

Anda mungkin juga menyukai