Anda di halaman 1dari 13

DINASTI ABBASIYAH

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Pemerintahan Dinasti Abbasiyah dinisbatkan kepada Al-Abbas, Paman Rasulullah, sementara khalifah
pertama dari pemerintahaan ini adalah Abdullah Ash-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin
Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib.

Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H / 750 M, Abul Abbas Ash-Shafah, dan sekaligus sebagai
khalifah pertama. Kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam kurun waktu yang panjang, yaitu selama 524
tahun, dari tahun 132-656 H (750-1258 M). Bani Hasyim (Alawiyun) setelah meninggalnya Rasulullah
dengan mengatakan bahwa yang berhak untuk berkuasa adalah Rasulullah dan anak-domba.

Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah adalah tiga poros utama yang merupakan pusat kegiatan, antara satu
dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan perannya untuk menegakkan kekuatan
keluarga paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muthalib.

Kota Humaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah seorang pemimpinnya bernama Al-Imam Muhammad
bin Ali yang merupakan peletak dasar -dasar berdirinya Dinasti Abbasiyah. Ia mengatur strategi perjuangan
menegakkan kendali atas nama keluarga Rasulullah. Para penerang dakwah Abbasiyah ditangkap 150 orang di
bawah para pimpinannya yang ditangkap 12 orang dan pimpinan puncaknya adalah Muhammad bin Ali.

Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan
tetapi, Imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya
diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya ditangkap oleh pasukan
Dinasti Umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya diekskusi. Ia mewasiatkan untuk Abul Abbas
untuk memindahkan kedudukannya, kompilasi tahu itu akan terbunuh, dan dipindahkan untuk pindah ke Kufah.
Sementara pemimpin propaganda dibebujui untuk Abu Salamah. Segeralah Abul Abbas pindah dari Humaimah ke
Kufah diiringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain seperti Abu Ja'far, Isa bin Musa, dan Abdullah bin Ali,
Penguasa Umayyah di Kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukkan oleh Abbasiyah dan dibawair ke Wasit.

B. Khalifah-Khalifah Dinasti Abbasiyah

Bani Abbas mewarisi Emperius dari Bani Umayyah. Bani Umayyah yang besar, dan Abbasiyah yang
pertama memanfaatkannya. Kembali Umayyah oleh Abbasiyah ini di dalam kepemimpinan masyarakat Aku
membanting lebih dari yang diharapkan untuk menggantikan dinasti. Ia merupakan revolusi Prancis, dan revolusi
Rusia dalam sejarah Barat. Ash S haffah Pindah Ke Ambar, Sebelah barat sungai Eufrat Dekat Baghdad. Ia
menggunakan sebagian besar dari masa pemerintahan untuk menyebarkan para pemimpin Arab yang
tahumembantu Bani Umayyah. Ia mengusir mereka kecuali Abdurrahman, yang tidak lama kemudian mendirikan
Dinasi Bani Umayyyah di Spanyol. Ash-Shaffah juga me m utuskan untuk menghabisi nyawa beberapa orang
pembantu Bani Umayyah.

Kekhalifahan Ash-Shaffah hanya bertahan selama 4 tahun, Sembilan bulan. Ia wafat pada tahun 136 H
di Abar, satu kota yang telah dijadikan tempat kedudukan pemerintahan. Ia meninggal tidak lebih dari 33 tahun
bahkan ada yang mengatakan berumur Ash- S haffah kompilasi meninggal dunia adalah 29 tahun.
Selama pemerintahan Dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahannya berbeda-beda, para sejarawan membagi
4 periode.

1. Masa Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya Daulah Abbasiyah tahun 132 H (750) sampai meninggalnya
Khalifah Al-Watsiq 232 H (847).

2. Masa Abbasiyah II, yaitu mulai khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 232 H (847) sampai berdirinya Daulah
Buwaihiyah di Baghdad pada tahun 334 H (946).

3. Masa Abbasiyah III, yaitu berdirinya Dinasti Buwaihiyah tahun 334 H (946 M) sampai masuknya kaum
Saljuk ke tahun 447 (1055).

4. Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya orang-orang Saljuk ke Baghdad tahun 447 H (1055) sampai jatuhnya
Baghdad ke tangan Bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656 H (1258 M).

C. Nama-Nama Khalifah Daulah Abbasiyah

Sebelum Abu Ja'far As-S haffah meninggal, ia sudah mewasiatkan siapa penggantinya, yakni saudaranya, A bu
Ja'far, kemudian Isa Bin Musa, keponakannya. Si batang, putuskan putra mahkota, ikuti cara Dinasti U mayyah.

1. Abul Abbas as-Saffah ( Pendiri ) 746-754 M

2. Abu Ja'far A l-Manshur 754-775 M

3. Abu Abdullah Muhammad Al-Mahdi 775-785 M

4. Abu Muhammad Musa al-Hadi 785-786 M

5. Abu Ja'far Harun ar-Rasyid 786-809 M

6. Abu Musa Muhammad Al-Amin 809-813 M

7. Abu Ja'far Abdullah al-Makmun 813-833 M

8. Abu Ishaq Muhammad Al-Mu'tashim Billah 833-842 M

9. Abu Ja'far Harun Al-Watsiq 842-847 M

10. Abu Fadl Ja'far Al-Mutawakkil 847-861 M

11. Abu Ja'far Harun Muhammad Al-Muntashir 861-862 M

12. Abu Abbas Ahmad Al-Musta'in 862-866 M

13. Abu Abdullah Muhammad Al-Mu'taz 866-869 M

14. Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi 869-870 M

15. Abul Abbas Ahmad Al-Mu'tamid 870-892 M


16. Abul Abbas Ahmad Al-Mu'tadhidh 892-890 M

17. Abul Muhammad Ali Al-Mu'tafi 902-905 M

18. Abul Fadl Ja'far Al-Muqtadir 905-932 M

19. Abu Mansur Muhammad Al-Qahir 932-934 M

20. Abul Abbas Ahmad Al-Radhi 934-940 M

21 Abu Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi 940-944 M

22. Abul Qasim Abdullah Al-Mustakfi 944-946 M

23. Abul Qasim Al-Fadl Al-Muthi'ilah 946-974 M

24. Abul Fadl Abdul Karim Al-Thai 974-991 M

25. Abul Abbas Ahmad Al-Qadir 991-1030 M

26. Abul Ja'far Abdullah Al-Qayyim 1030-1075 M

27. Abul Qasim Abdullah Al-Muqtadi 1075-1094 M

28. Abul Abbas Ahmad Al-Mustazhir 1094-1118 M

29. Abu Mansur Al-Fadl Al-Mustarsyid 1118-1135 M

30. Abu Ja'far Al-Mansur Ar-Rasyid 1135-1136 M

31. Abu Abdullah Muhammad Al-Muktafi 1136-1160 M

32. Abul Mudzafar Al-Mustanjid 1160-1170 M

33. Abu Muhammad Al-Hasan Al-Mustadh i 1170-1180 M

34. Abu Al-Abbas Ahmad An-Nashir 1180-1225 M

35. Abu Nasr Muhammad Azh-Zhahir 1225-1226 M

36. Abu Ja'far Al-Mustanshir 1226-1242 M

37. Abu Ahmad Abdullah Al-Musta'shim Billah. 1242-1258 M

Pada masa Mongol dapat menaklukkan Baghdad tahun 656 H / 1258 M, ada seorang pangeran yang menang
atas Abbasiyah yang lolos dari kemenangan dan mendapat kekhalifaan dengan gelar khalifah yang hanya
berkuasa di bidang di bawah kekuasaa kaum Mamluk di Kairo, tanpa kekuasaa duniawi yang bergelar sultan.
Jabatan yang hilang kompilasi diambil oleh Sultan Salim Turki Usmani kompilasi memerintah mesir pada tahun
1517 M. dengan demikian, hilanglah kekhalifaan Abbasiyah selama-lamanya. ( [3] )

Para khalifah Bani Abbasiyah yang ada di Mesir adalah sebagai berikut:

1. Al-Mustanshir II 1261 M

2. Al-Hakim 1262 - 1302 M

3. Al-Mustakfi I 1302 - 1340 M

4. Al-Wathiq I 1340 - 1341 M

5. Al-Hakim II 1341 - 1352 M

6. Al-Mu'tadid I 1352 - 1362 M

7. Al-Mutawakkil I 1362 - 1383 M

8. Al-Wathiq II 1383 - 1386 M

9. Al-Mu'tasim 1386 - 1389 M

10. Al-Mutawakkil I (kembali berkuasa) 1389 - 1406 M

11. Al-Musta'in 1406 - 1414 M

12. Al-Mu'tadid II 1414 - 1441 M

13. Al-Mustakfi II 1441 - 1451 M

14. Al-Qa'im 1451 - 1455 M

15. Al-Mustanjid 1455 - 1479 M

16. Al-Mutawakkil II 1479 - 1497 M

17. Al-Mustamsik 1497 - 1508 M

18. Al-Mutawakkil III 1508 - 1517 M

D. Masa Kejayaan Peradaban Dinasti Abasiyyah

Peradaban dan budaya Islam tumbuh dan berkembang bahkan mencapai kejayaannya pada masa Abbasiyyah. Hal
ini berkaitan dengan dinasti Abbasiyyah pada periode awal yang lebih menekankan pembinaan dan pembangunan
Islam dari pada wilayah kemenangan, demikian pula halnya dengan pengembangan untuk pengembangan filsafat
dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Disini terletak perbedaan antara D inasti Umayyah dan D inasti Abbasiyyah.

Puncak kejayaan dinasti Abbasiyyah terjadi pada masa khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dan melintasi al
-Makmun (813-833 M). Ketika al-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah,
keamanan terjamin ada pemberontakan, dan luasnya wilayah mulai dari A frika utara hingga ke India.

Di masanya berkembang ilmu pengetahuan agama seperti ilmu al-Qur'an, Qiraat, Hadis, Fiqh, ilmu kalam, bahasa
dan sastra. Salah satu karya sastra yang sangat fenomenal di masa itu adalah Alf Lailah W a L ailah (seribu
satu malam). Disamping itu berkembang pula ilmu filsafat, logika, metafisika, matematika, astronomi, musik,
kedokteran, jabar, aritmatika, geografi, dan kimia. Karena kecintaannya terhadap ilmu, maka didirikanlah
perpustakaan sekaligus lembaga ilmu pengetahuan yang diberi nama Baitul Hikmah , di mana orang dapat
membaca, menulis dan berdiskusi.

Ilmu-ilmu umum masuk ke dalam Islam melalui terjemahan dari bahasa Yunani, Persia dan India. Pada masa al-
Makmun, ia mengumpulkan kembali yang dikumpulkan dan dikumpulkan untuknya buku-buku karya bangsa,
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa arab, lalu dikumpulkan di Baitul Hikmah. Di ANTARA penerjemah
Yang Masyhur Adalah Hunain bin Ishak, Seorang K risten Nestorian Yang Banyak menerjemahkan buku-buku
yunani kedalam bahasa A rab. Ia menerjemahkan kitab Republick dari Plato, dan kitab Katagori, Metafisika,
Magna Moralia dari Aristoteles. Lalu ada al-Hajaj bin Yusuf bin Matr telah menerjemahkan untuk al-Makmun
beberapa buah buku karya Euclides dan buku Ptolemy. Dipercayai pada zamannya, lahir filsafat dari Arab yang
terkenal seperti al-Kindi dan ahli astronomi al-Khawarizmi yang menyusun persamaan astronomi berdasarkan
ilmu Y unani dan India.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan lembaga pendidikan di masa D inasti Abbasiyah paling tidak ditentukan oleh
dua hal yaitu:

1. Terjadi asimilasi antara bahasa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dulu mengalami perkembangan
dalam bidang ilmu pengetahuan. Bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra.
Bangsa India terlihat dalam bidang ilmu kedokteran, matematika, dan astronomi. Sementara pengaruh Yunani
masuk melalui terjemahan-terjemahan di berbagai bidang, terutama filsafat.

2. Gerakan penerjemahan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur hingga
Harun al-Rasyid. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantiq.
Fase kedua, pada masa al-Makmun hingga tahun 300 H. Buku-buku dalam bidang filsafat dan kedokteran
adalah yang paling banyak diterjemahkan. Fase tiga, berlangsung setelah tahun 300 H, sebagian besar setelah
pembuatan pembuatan kertas. Selanjutnya bidang-bidang ilmu lain yang diperbarui semakin meluas.

Dengan demikian, D inasti Abbasiyah dengan pusatnya di Baghdad sangat maju sebagai pusat peradaban dan
pusat ilmu pengetahuan. Berikut daftar beberapa kemajuan yang berhasil dicapai pada masa D inasti Abbasiyyah:

1. Bidang Agama.

Sebuah. Fiqh:

Para tokoh bidang fiqih dan pendiri mazhab, antara lain:

1) Imam Abu H anifah (700-767 M).


2) Imam Malik (713-795 M).

3) Imam Syafi'i (767-820 M).

4) Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M).

b. Ilmu Tafsir:

Para tokoh bidang ilmu Tafsir, antara lain:

1) Ibnu Jarir Al-Tabari

2) Ibnu Atiyah al-Andalusi

3) Abu Muslim Muhammad bin Bahar Isfahani.

c. Ilmu Hadis:

Para tokoh ilmu Hadis, antara lain:

1) Imam Bukhari

2) Imam Muslim

3) Ibnu Majah

4) Abu Dawud

5) Imam al-Nasa'i

6) Imam Baihaqi.

d. Ilmu Kalam:

Para ahli ilmu kalam (teologi), antara lain:

1) Imam Abu Hasan al-Asy'ari ( 260 H / 873 M - 324 H / 935 M) .

2) Imam Abu Mansur Muhammad ibn Mahmud Al-Maturidi (w. 333 H / 944 M).

3) Zamakhsyari (w. 528 H), tokoh Mu'tazilah sekaligus pengarang kitab Tafsir al-Kasysya

e. Ilmu Bahasa:

Diantara ilmu bahasa yang berkembang pada masa dinasti Abbasiyyah adalah ilmu Nahwu, ilmu Sharaf, ilmu
Bayan, ilmu Badi ', dan ilmu Arudh. Bahasa A rab dijadikan bahasa Ilmu Pengetahuan, di Samping alat
communication antar bangsa, tokohnya ANTARA lain:

1) Imam Sibawaih (w. 183 H), karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1.000 halaman.
2) Abu Zakaria al-Farra (w. 208 H), kitab Nahwunya terdiri dari 6.000 halaman lebih.

2. Bidang Umum.

Sebuah. Filsafat

Para filusuf I slam kala itu antara lain:

1) Abu Ishaq al-Kindi (809-873 M), karyanya lebih dari 231 judul.

2) Abu Nasr al-Farabi (961 M), karyanya lebih dari 12 buku. Dijuluki al-Mua'llimuts Tsani (guru kedua),
guru kedua, sedang guru pertama bidang filsafat adalah Aristoteles.

3) Ibnu Sina, terkenal dengan Avicenna (980-1037 M), menghidupkan kembali filsafat Yunani aliran
Aristoteles dan plato.

4) Ibnu Tufail (w. 581 H), penulis buku novel filsafat Hayy bin Y aqzan.

5) Al-Gazali (1058-1111 M), dijuluki Hujjatul Islam. Karyanya antara lain: Maqasid al-Falsafiyyah, Tahafut
al-falsafiyyah, dan Ihya Ulumuddin.

6) Ibnu Rusyd dikenal dengan Averros (1126-1198 M), seorang filosof, dokter, dan ulama. Karyanya antara
lain: Mabadi al-Falsafiyyah, Tahafut al-Tahafut al-Falsafiyyah, al-Kuliah fi al-Tib, dan Bidayah al-Mujtahid.

b. Ilmu Kedokteran.

Diantara ahli medis ternama saat itu adlah:

1) Ibnu Sina (Avicenna), karyanya yang terkenal adalah al-Qanun fi al-Tib tentang teori dan praktik ilmu
kedokteran serta membahas pengaruh obat-obatan. Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa, Canon of
Medicine.

2) Abu Bakar ar-Razi (Rhazez) (864-932 M) dikenal sebagai "Galien Arab". Tokoh pertama yang
membedakan antara penyakit cacar dengan campak, penulis buku tentang kedokteran anak.

c. Matematika

Terjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab, menghasilkan karya-karya dalam bidang matematika. Di
antara ahli matematika yang terkenal adalah al-Khawarizmi. Al-Khawarizmi adalah pengarang kitab al-Jabar
wal Muqabalah (ilmu hitung), dan penemu angka nol. Sedangkan angka lain: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0 disebut
sebagai angka arab karena diambil dari A rab. Sebelumnya dikenal sebagai angka I, II, III, IV, V dan seterusnya.
Tokoh lainnya adalah Abu al-Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin al-Abbas (940-998) terkenal
sebagai ahli ilmu matematika.

d. Farmasi
Di antara ahli farmasi pada masa dinasti Abbasiyah adalah ibnu Baithar, karyanya yang terkenal adalah al-
Mughni (berisi tentang obat-obatan), Jami al-Mufradat al-Adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan makanan
bergizi).

e. Ilmu Astronomi

Kaum muslimin mengkaji dan menganalisis berbagai aliran astronomi dari berbagai bangsa seperti Yunani, India,
Persia, Kaldan, dan ilmu falak Jahiliah. Di antara ahli astronomi Islam adalah:

1) Abu Mansur al-Falaki (w. 272 H). karyanya yang terkenal adalah Isbat al-Ulum dan Hayat al-Falak .

2) Jabir al-Batani (w.319 H). al-Batani adalah pencipta teropong bintang pertama. Karyanya yang terkenal
adalah kitab Ma'rifat Mathiil Buruj Baina Arbai al-Falak.

3) Raihan al-Biruni (w.440). karyanya adalah al-Tafhim li awal as-Sina al-Tanjim.

f. Geografi

Dalam bidang geografi umat, saya membanting sangat maju, karena sejak dahulu bangsa Arab merupakan bangsa
pedagang yang biasa bepergian jauh untuk berniaga. Di antara wilayah pengembaraan umat saya membanting
umat saya membanting ke Cina dan Indonesia pada masa-masa awal kemunculan Islam.

Di antara tokoh ahli geografi yang terkenal adalah:

1) Abul Hasan al-Mas'udi (w.345 H / 956 M), seorang penjelajah yang melakukan perjalanan sampai
Persia, India, Srilanka, Cina, dan penulis buku Muruj al-Zahab wa Ma'adin al-Jawahir.

2) Ibnu Khurdazabah (820-913 M) diterima dari Persia yang dianggap sebagai ahli geografi I slam diterima.
Di antara karyanya adalah Masalik wa al-Mamalik, tentang data-data penting tentang s saya batang
pemerintahan dan peraturan keuangan.

3) Ahmad el-Yakubi, penjelajah yang pernah mengadakan perjalanan sampai ke Armenia, Iran, Mesir,
Maghribi, dan menulis buku al-Buldan.

4) Abu Muhammad al-hasan al-Hamadani (w.334 H / 946 M), karyanya berjudul Sifatu Jazi r ah al-Arab.

g. Sejarah

Masa dinasti Abbasiyah banyak muncul tokoh-tokoh sejarah. Beberapa tokoh sejarah antara lain:

1) Ahmad bin Ya'kubi (w.895 M) karyanya adalah al-Buldan (negeri-negeri), al-Tarikh (sejarah).

2) Ibnu Ishaq.

3) Abdullah bin Muslim al-Qurtubah (w.889 M), penulis buku al-Imamah wa al-Siyasah, al-Ma'arif,
Uyunul Ahbar, dan lain-lain.
4) Ibnu Hisyam.

5) Al-Tabhari (w.923 M), penulis buku kitab al-Umam wa al-Muluk.

6) Al-Maqrizi

7) Al-Baladzuri (w.892 M), penulis buku-buku sejarah.

h. Sastra

Dalam bidang sastra, Baghdad merupakan kota pusat seni dan sastrawan. Para tokoh sastra antara lain:

1) Abu Nuwas, salah seorang penyair yang terkenal dengan karya cerita humornya.

2) Al-Nasyasi, penulis buku alfu lailah wa lailah (malam Arab), adalah buku cerita sastra Seribu Satu Malam
yang sangat terkenal dan diterjemahkan ke dalam hamper seluruh bahasa dunia.

E. Dinasti-Dinasti Yang Memerdekakan Diri Dari Baghdad

Dalam bidang politik, disintegrasi sebenarnya sudah mulai terjadi pada akhir zaman Umayah. Berdasarkan
kewenangan, wilayah kekuasaan bani Umayyah mulai dari awal berdirinya sampai masa depan keruntuhannya,
sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini berbeda dengan masa D inasti A bbasiyah.
Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diterima oleh I slam di wilayah Spanyol dan Afrika Utara, kecuali Mesir.
Lebih dari itu, banyak wilayah tidak dikuasai khalifah. Secara real, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan
gubernur-gubernur provinsi yang didukung. Hubungannya dengan khalifah ditandai dengan pembayaran upeti.

Ada kemungkinan bahwa para khalifah Bani Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari
provinsi-provinsi tertentu, dengan pembayaran upeti. Alasannya, pertama , mungkin para khalifah tidak cukup
kuat untuk membuat mereka mendukung. Kedua, penguasa bani Abbas lebih menitikberatkan pembinaan
peradaban dan pembangunan demi politik dan ekspansi.

Akibat dari perdebatan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan peradaban Islam dari perundingan itu,
beberapa provinsi tertentu peralihan lepas dari genggaman penguasa Bani Abbasiyah.

Saat dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khalifah Abbasiyah, diaman
adalah sebagai berikut.

1. Thahiriyah di Khurasan, Persia (820-872 M)

2. Safariyah di Fars, Persia (868-901 M)

3. Samaniyah di Transoxania (873-998 M)


4. Sajiyyah di Azerbaijan (878-930 M)

5. Buwaihiyah, Persia (932-1055 M)

6. Thuluniyah di Mesir (837-903 M)

7. Ikhsidiyah di Turkistan (932-1163 M)

8. Ghazwaniyah di Afghanistan (962-1189 M)

9. Dinasti Saljuk (1055-1157 M)

10. Al-Barzuqani, Kurdi (990-1095 M)

11. Abu Ali, Kurdi (990-1095 M)

12. Ayyubiyah, Kurdi (1167-1250 M)

13. Idrisiyah di Maroko (788-985 M)

14. Aghlabiyah di Tunisia (800-900 M)

15. Dulafiyah di Kurdistan (825-898 M)

16. Alawiyah di Tabiristan (864-928 M)

17. Hamdaniyah di Aleppo dan Musil (929-1002 M)

18. Mazyadiyah di Hillah (1011-1150 M)

19. Ukailiyah di Mausil (996-1095 M)

20. Mirdasiyah di Aleppo (1023-1079 M)

21 Dinasti Umayyah di Spanyol

22. Dinasti Fati m iyah di Mesir

Dari latar belakang belakang dinasti tersebut, tampak jelas persaingan antarbangsa utama antara Arab, Persia,
dan Turki. Di samping latar belakang kebangsaan, dinasti-dinasti juga dilatarbelakangi paham agama, ada yang
berlatar belakang Syi'ah, dan ada pula yang Sunni.

F. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kemunduran Dinasti Abbasiyah

Kebesaran, keagungan, kemegahan, dan gemerlapnya Bagdad sebagai pusat pemerintahan dinasti Abbasiyah
sebagai-olah hanyut dibawa sungai Tigris, setelah kota yang dibumihanguskan oleh tentara Mongol di bawah
Hulaggu Khan pada tahun 1258 M. perpustakaan yang merupakan gedung ilmu, dan buku-buku yang ada di
dalamnya. Pada tahun 1400 M, kota ini diserang oleh pasukan Timur Lenk, dan pada tahun 1508 M oleh
tentara Kerajaan Safawi.

* Menurut W. Montgomery Watt, faktor bahwa beberapa Yang m e nyebabkan kemunduran PADA masa daulah
Bani Abbasiyah Adalah sebagai berikut.

1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara k komunikasi pusat dengan daerah sulit
dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di antara para penguasa dan pelaksana pemerintahan
sangat rendah.

2. Dengan profesionalisme angkatan berse n jata, bergantung khalifah kepada mereka sangat tinggi.

3. Keuangan Negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk bayaran tentara sangat besar. Pada
saat pemerintahan militer menurun, khalifah tidak sanggup meminta pengiriman pajak ke Baghdad.

Sedangkan menurut DR. Badri Yatim, MA di antara hal yang menyebabkan kemunduran daulah Bani
Abbasiyah adalah sebagai berikut.

1. Persaingan antar bangsa

Khilafah Abbasiyah didirikan oleh bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan
dilatarbelakangi oleh persamaan nasib golongan kedua itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Dih sama-sama
tertindas. Setelah dinasti Abbasi y ah berdiri, Bani Abbasiyah tetap mempertahankan persekutuan itu. Pada
masa ini persaingan antarbangsa menjadi pemicu untuk saling berkuasa. Kecenderungan masing-masing bangsa
unutk memenangkan kekuasaan yang telah diperoleh sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri.

2. kemerosotan Ekonomi

Khilafah Abbasiyah juga mengubah kemunduran di bidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang
politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang
masuk lebih besar dari pada yang keluar, jadi B aitul M al penuh dengan harta. Setelah khilafah menghabiskan
periode kemunduran, pendapatan Negara menurun, dan dengan demikian terjadi kemerosotan di bidang ekonomi.

3. Konflik keagamaan

Fanatisme terkait erat dengan diskusi kebangsaan.

Pada periode Abbasiyah, konflik agama muncul menjadi isu yang dikirim terjadi. Berbagai aliran keagamaan
seperti Mu'tazilah, Syi'ah, Ahlus sunnah, dan kelompok-kelompok lain menjadikan pemerintahan Abbasiyah
membutuhkan kesulitan untuk mempersatukan berbagai agama yang ada.

4. Munculnya dinasti-dinasti kecil sebagai akibat perpecahan sehingga s ial yang berkepanjangan.

5. Perang Salib
Perang salib merupakan sebab dari eksternal umat I banting. Perang Salib yang sedang berlangsung Konsentrasi
dan perhatian pemerintahan Abbasiyah terpecah belah untuk mengeluarkan tentara.

6. Serangan Bangsa Mongol (1258 M)

Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam yang menyebabkan kekuatan Islam menjadi lemah,
ditambah dengan serangan Hulagu Khan dengan pasukan Mongol yang biadab menyebabkan kekuatan Abbasiyah
menjadi lemah dan berbalik menuju kekuatan Mongol.

G. Akhir Kekuasaan Dinasti Abbasiyah

Akhir dari kekuasaan dinasti Abbasiyah adalah kompilasi Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol yang
dipimpin oleh Hulagu Khan, 656 H / 1258 H. Hulagu Khan adalah saudar a Kubilay Khan yang berkuasa di
Tiongkok hingga Asia Tenggara, dan kawan-kawan Mongke Khan yang menugaskannya untuk mencari tempat
tinggal -wilayah sebelah barat dari Cina ke pangkuannya. Bagdad dibumi hanguskan dan diratakan dengan
tanah. Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir dengan pengambilalihan, al-Mu'tashim Billahulihan, buku-buku
yang terkumpul di Baitul Hikmah dibakar dan ditebang di Sungai Tigris, ganti warna air sungai ini agar jernih
besih jadi hitam kelam karena lunturan buku itu.

Dengan demikian, lenyaplah Dinasti Abbasiyah yang memiliki peran penting dalam percaturan budaya dan
peradaban saya membanting yang gemilang.

Anda mungkin juga menyukai