Sejarah Islam berisi nama-nama besar yang membantu penyebaran agama ini di dunia.
Nama-nama ini jugalah yang membantu peradaban Islam menjadi salah satu yang terbesar.
Salah satunya adalah Daulah Abbasiyah yang kadang disebut Abbasids. Dikutip dari
tulisan Prestasi Abbasiyah dalam Bidang Peradaban dari Hj Betti Megawati, MAg, dinasti ini
memiliki 37 khalifah.
Dari ke-37 nama tersebut, Khalifah Abbasiyah yang terkenal jasanya memajukan ilmu
pengetahuan adalah Khalifah Al-Makmun. Ia menjadikan Bagdad sebagai pusat ilmu
pengetahuan, kebudayaan, perdagangan, dan peradaban Islam di dunia selama berabad-abad.
Daulah Bani Abbasiyah mencapai puncak kejayaan pada masa Khalifah Harun Ar-
Rasyid, yang memimpin antara 786-809.
Selain itu, berikut nama-nama khalifah yang berhasil membawa Bani Abbasiyah menuju
masa gemilang.
1. Al-Mahdi (775-785)
2. Al-Hadi (775-786)
3. Harun Ar-Rasyid (786-809)
4. Al-Makmun (813-833)
5. Al-Mu'tashim (833-842)
6. Al-Watsiq (842-847)
7. Al-Mutawakkil (847-861)
Kekhalifahan Bani Abbasiyah mulai mengalami keruntuhan setelah sekutu mereka, yaitu
Persia, menginginkan sebuah dinasti dengan staf dari negaranya. Oleh sebab itu, bermunculan
berbagai dinasti yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Abbasiyah di Bagdad.
Selain itu, Bani Abbasiyah juga mulai mengalami krisis ekonomi karena pendapatan
mereka yang terus menurun sementara pengeluaran meningkat. Disusul kemudian terjadinya
Perang Salib, yang berlangsung selama beberapa waktu dan menelan cukup banyak korban jiwa
serta menimbulkan kerugian yang besar.
Dalam kondisi yang lemah, Kekhalifahan Abbasiyah diserang oleh bangsa Mongol yang
berkekuatan sekitar 200.000 tentara. Akhirnya, pada 1258, Bani Abbasiyah runtuh setelah tidak
mampu membendung kekuatan bangsa Mongol.
Dalam sejarah Islam dunia, Abbasiyah adalah salah satu dinasti terbesar dengan hasil
peradaban yang mengagumkan. Namun tahukah kalian dari mana asal-usul garis keturunan
Dinasti Abbasiyah ini?
Garis keturunan Dinasti Abbasiyah berasal dari Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdu
Manaf. Ia yang merupakan keturunan yang masih tersisa di antara saudara-saudaranya yang
berjumlah banyak. Syaikh Muhammad Al-Khudari menjelaskannya dalam bukunya berjudul
“Bangkit dan Runtuhnya Daulah Abbasiyah”.
“Akan tetapi jumlah terbesar dan membentuk kelompok besar berasal dari putranya; Al-
Abbas dan Abu Thalib,” ungkap Muhammad Al-Khudari.
Masing-masing dari kedua Rumah Nasab tersebut merajut sejarah panjang dan penuh
kehormatan di antara sejarah umat Islam. Rumah Nasab yang bertama adalah Al-Abbas bin
Abdul Muthallib.
Ibunya bernama Natilah binti Janab dari An-Namr bin Qasith salah satu kabilah Rabi’ah
bin Nazzar yang lahir tiga tahun sebelum peristiwa Al-Fil (penyerangan Ka’bah oleh tentara
gahah), sehingga ia lebih tua tiga tahun dibanding usia Rasulullah.
Al-Abbas merupakan salah saorang tokoh terkemuka dari Bani Hasyim yang cerdas. Ia
adalah sahabat dekat Abu Sufyan Shakhr bin Harb.
Ketika Islam datang, Al-Abbas merupakan salah satu tokoh yang tulus membantu
perjuangan Rasulullah. Dialah orang yang mengendalikan urusan Rasulullah bersama kaum
Anshar ketika berhijrah.“Rasulullah sangat mencintai dan menghormatinya. Oleh karena itulah,
para khalifah mengikuti jejak, sikap dan perlakuan beliau sesudahnya terhadapnya. Al Abbas
meninggal dunia pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan pada hari Jumat tanggal 26 Rajab,
tahun 32 H, dalam usia 62 tahun dan dimakamkan di pemakaman Al-Baqi’,” ungkap Al-Khudari.
Al-Abbas sendiri mempunyai beberapa anak dan yang tertua adalah Al-Fadhl. Anaknya
yang lain adalah Abdullah, Ubadillah, Abdurrahman, Qatsam, Ma’bad dan Ummu Habibah.
Ibunda mereka adalah Lubabah bin Al-Harits bin Huzn dari Bani Hilal bin Amir dari Qais Ailan.
Sebagaimana diketahui Abdullah bin Al-Abbas ini adalah putra kedua dari Al-Abbas bin
Abdullah Muthalib yang dilahirkan dua tahun sebelum hijrah. Ketika Rasulullah meninggal,
Abdullah bin Abbas berusia tiga belas tahun.