1. Penindasan yang terus menerus terhadap pengikut Ali dan Bani Hasyim pada
umumnya.
2. Merendahkan kaum Muslimin yang bukan Bangsa Arab sehingga mereka tidak
diberi kesempatan dalam pemerintahan.
3. Pelanggaran terhadap Ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia dengan cara
terang-terangan4.
Oleh karena itu, logis kalau Bani Hasyim mencari jalan keluar dengan
mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Bani Umayyah. Gerakan ini
menghimpun;
a. Keturunan Ali (Alawiyin) pemimpinnya Abu Salamah;
b. Keturunan Abbas (Abbasiyah) pemimpinnya Ibrahim al-Iman;
c. Keurunan bangsa Persia pemimpinnya Abu Muslim al-Khurasany5.
Mereka memusatkan kegiatannya di Khurasan. Dengan usaha ini, pada tahun
132 H./750 M. tumbanglah Bani Umayyah dengan terbunuhnya Marwan ibn
Muhammad, khalifah terakhir Bani Umaiyah. Atas pembunuhan Marwan,
mulailah berdiri Daulah Abbasiyah dengan diangkatnya khalifah yang pertama,
yaitu Abdullah ibn Muhammad, dengan gelar Abu al-Abbas al-Saffah, pada tahun
132-136 H./750-754 M6.
Abdullah bin Muhammad alias Abul Al-Abbas diumumkan sebagai khalifah
pertama Dinasti Abbasiyah tahun 750 M. Dalam khutbah pelantikan yang
disampaikan di Masjid Kufah, ia menyebut dirinya dengan Al-Saffah (penumpah
darah) yang akhirnya menjadi julukannya. Hal ini sebenarnya menjadi permulaan
yang kurang baik diawal berdirinya dinasti ini, dimana kekuatannya tergantung
kepada pembunuhan yang ia jadikan sebagai kebijaksanaan politiknya7.
Kholifah Bani Abbasiyah berjumlah 37 kholifah yaitu:
1. Abul Abbas as-Shaffah (pendiri)
2. Abu Jafar Al Manshur
3. Abu Abdullah Muhammad Al Mahdi
(749-754 M)
(754-775 M)
(775-785 M)
6 Ibid,.
7 Ajid Thohir. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004
Periode keempat ini ditandai oleh kekuasaan Bani Saljuk dalam Daulah
Abbasiyah. Kehadirannya atas naungan khalifah untuk melumpuhkan kekuatan
Bani Buwaihi di Baghdad. Keadaan khalifah memang sudah membaik, paling
tidak karena kewibawannya dalam bidang agama sudah kembali setelah
beberapa lama dikuasai orang-orang Syiah.
e. Periode Kelima (590 H./1199 M.-656 H./1258 M.)
Telah terjadi perubahaan besar-besaran dalam periode ini. Pada periode
ini, Khalifah Bani Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu
dinasti tertentu. Mereka merdeka dan berkuasa, tetapi hanya di Bagdad dan
sekitarnya. Sempitnya wilayah kekuasaan khalifah menunjukkan kelemahan
politiknya, pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar menghancurkan
Bagdad tanpa perlawanan pada tahun 656 H./1256 M8.
B. Puncak Kejayaan Dinasti Abbasiyah
Peradaban dan kebudayaan islam tumbuh dan berkembang bahkan mencapai
kejayaan pada masa Abbassiyyah. Hal tersebut dikarenakan Dinasti Abbassiyyah
pada periode ini lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan islam
dari pada perluasan wilayah. Puncak kejayaan dinasti Abbassiyyah terjadi pada
masa khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809M) dan anaknya Al Mamun (813833M). Ketika Ar Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan
melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan dan luas
wilayahnya mulai dari Afrika Utara hingga ke India. Pada masanya, hidup pula
para Filsuf, pujangga, ahli baca Al quran, dan para Ulama di bidang Agama
didirikan perpustakaan yang di beri nama Baitul Hikmah, di dalamnya orang
dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
Kota Bagdad sebagai pusat intelektual terdapat beberapa pusat aktifitas
pengembangan ilmu antara lain Baitul Hikmah. Sebagai ibu kota Bagdad
mencapai puncaknya pada masa Harun Ar-Rasyid walaupun kota tersebut belum
50 tahun di bangun. Kemegahan dan kemakmurn tercermin dalam istana khalifah
yang luasnya sepertiga dari kota Bagdad yang berbentuk bundar dengan di
lengkapi beberapa banguna sayap dan ruang audiensi yang di penuhi berbagai
perlengkapan yang terindah, dengan demikian, dinasti Abbassiyyah dengan
pusatnya di Bagdad sangat maju sebagai pusat kota peradaban dan pusat ilmu
pengetahuan. Beberapa kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan dapat di
sebutka beberapa berikut:
Kontribusi ilmu terlihat pada upaya Harun Al-Rasyid dan putranya AlMakmun ketika mendirikan sebuah akademi pertama dilengkapi pusat peneropong
bintang, perpustakaan terbesar yang di beri nama Baitul Hikmah dan dilengkapi
pula dengan lembaga untuk penerjemahan.
8 Abu Suud, Islamologiy . Cet. I; Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2003. hal.
74-81
b) Kedokteran, pada masa ini dokter pertama yang terkenal adalah ibnu
Rabban Al-Tabari. Pada tahun 850 ia mengarang buku Firdaus Al-Hikmah.
Tokoh lainnya adalah Al-Razi, Al-Farabi, dan Ibnu Sina.
c) Ilmu kimia. Bapak ilmu kimia Islam adalah Jabir ibnu Hayyan (721-815
M). Sebenarnya banyak ahli kimia Islam ternama lainnya seperti Al-Razi,
Al-Tuqrai yang hidup pada abad ke-12 M.
d) Sejarah dan geografi. Pada masa Abbasiyah sejarawan ternama abad ke-3
H adalah Ahmad bin Al-Yakubi, Abu Jafar Muhammad bin Jafar bin Jarir
Al-Tabari. Kemudian, ahli ilmu bumi yang masyhur adalah ibnu
Khurdazabah.
4. Perkembangan Politik dan Administrasi
Sejarah telah mengukir bahwa pada masa Dinasti Abbasiyah, umat Islam
benar-benar berada di puncak kejayaan dan memimpin peradaban dunia saat
itu. Masa pemerintahan ini merupakan golden age dalam perjalanan sejarah
peradaban Islam, terutama pada masa Khalifah Al-Makmun.
Pada masa pemerintahan Abbasiyah periode I, kebijakan-kebijakan politik
yang dikembangkan antara lain:
a. Memindahkan ibukota negara dari Damaskus ke Bagdad
b. Memusnahkan keturunan Bani Umayyah
c. Merangkul orang-orang Persia, dalam rangka politik memperkuat diri,
Abbasiyah memberi peluang dan kesempatan yang besar kepada kaum
mawali.\
d. Menumpas pemberontakan-pemberontakan
e. Menghapus politik kasta9.
5. Bidang Ekonomi
a. Perdagangan dan industri
Segala usaha di tempuh untuk memajukan perdagangan dengan
memudahkan jalan-jalanya, seperti di bangun sumur dan tempat
peristirahatan di jalan-jalan yang dilewati oleh kafilah dagang, dibangun
armada-armada dagang, dan di bangun armada-armada untuk melindungi
pantai negara dari serangan bajak laut. Serta membetuk suatu badan khusus
yang bertugas mengawasi pasaran dagang, mengatur ukuran timbangan,
menentukan harga pasaran (mengatur politik dagang) agar tidak terjadi
penyelewengan.
b. Pertanian dan perkebunan
Kota-kota administratif seperti Basrah, Khufah, Mosul, dan al-Wasit
menjadi pusat usaha-usaha pengembangn pertanian dan rawa-rawa di sekitar
Kuffah di keringkan dan di kembangkan menjadi kawasan pertanian yang
subur. Untuk menggarap daerah-daerah pertanian tersebut di datangkanlah
buruh tani dalam jumlah yang besar dari Afrika Timur guna menciptakan
ekonomi pertanian dan perkebunan yang intensif. Di samping itu usaha
9 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. hlm 48.
siapa yang diangkat jadi Khalifah. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas
sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang
Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada
periode ketiga (334-447), dan selanjutnya beralih kepada Dinasti Seljuk,
bangsa Turki pada periode keempat (447-590H)13.
2. Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil Yang Memerdekakan Diri
Wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama hingga masa
keruntuhan sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti
Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki dan India. Walaupun dalam
kenyataannya banyak daerah yang tidak dikuasai oleh Khalifah, secara riil,
daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaaan gubernur-gubernur
bersangkutan. Hubungan dengan Khalifah hanya ditandai dengan
pembayaran upeti14.
Ada kemungkinan penguasa Bani Abbas sudah cukup puas dengan
pengakuan nominal, dengan pembayaran upeti. Alasannya, karena Khalifah
tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk, tingkat saling percaya di
kalangan penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah dan juga
para penguasa Abbasiyah lebih menitik beratkan pembinaan peradaban dan
kebudayaan daripada politik dan ekspansi15. Selain itu, penyebab utama
mengapa banyak daerah yang memerdekakan diri adalah terjadinya
kekacauan atau perebutan kekuasaan di pemerintahan pusat yang dilakukan
oleh bangsa Persia dan Turki16. Akibatnya propinsi-propinsi tertentu di
pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas. Dinasti yang
lahir dan memisahkan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah
Abbasiyah, di antaranya adalah:
Yang berkembasaan Persia: Thahiriyyah di Khurasan (205-259 H),
Shafariyah di Fars (254-290 H), Samaniyah di Transoxania (261-389 H),
Sajiyyah di Azerbaijan (266-318 H), Buwaihiyyah, bahkan menguasai
Baghdad (320-447).
Daftar Pustaka
Badri Yatim. 1993. Sejarah Peradaban Islam . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Abu Suud. 2003. Islamologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
M. Abdul Karim.2007. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam. Yogyakarta:
Pustaka Book Publisher.
Musyrifah Sunanto. 2003. Sejarah Islam Klasik . Bogor: Prenada Media.
Ajid Thohir. 2004. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Nur Chami.2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
https://youchenkymayeli.blogspot.sg/2012/06/kemunduran-dan-kehancurandinasti.html
Philip K. Hitti. 2008. History Of The Arabs, Terj. R. Cecep Lukman Yasin.
Jakarta: Serambi.
Ira puspito Rini. 2002. Sepintas Sejarah Islam. Yokyakarta: Ikon Teralitera
Ahmad al-Usyairy.2003. Attarikh al-Islami, terj. Samson Rahman. Jakarta: Akbar