Anda di halaman 1dari 19

DINASTI

ABBASIYYAH
132 – 656 H /
750 – 1258 M
Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Diah Mukminatul Hasimi, M.E.Sy

Kelompok 6
Icen Kelintinas 2151030173

Nadia Oktaviani 2151030066

Rahmad Akbar 2151030274


DINASTI ABBASIYYAH (132–656 H / 750–1258 M

01 02
Pendirian Dinasti
Abbasiyyah Pola Pemerintahan
Dinasti Abbasiyyah

03 04
Ekspansi Wilayah Peradaban Islam pada
Dinasti Abbasiyyah Masa Dinasti Abbasiyyah
01
Pendirian Dinasti
Abbasiyyah
Pendirian Dinasti Abbasiyyah

Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M oleh Abu Abbas Ash-shaffah, dan sekaligus
sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Bani Abbas melewati rentang waktu yang sangat panjang,
yaitu lima abad dimulai dari tahun 132-656 H/750-1258 M. Berdirinya pemerintahan ini dianggap
sebagai kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh bani Hasyim (alawiyun)
setelah meninggalnya Rasulullah dengan mengatakan bahwa yang berhak berkuasa adalah
keturunan Rasulullah dan anak-anaknya.

Gerakan oposisi terhadap Bani Umayyah dikalangan orang syi'ah dipimpin oleh Muhammad Bin
Ali, ia telah di bai'ah oleh orang-orang syi'ah sebagai imam. Tujuan utama dari perjuangan
Muhammad Bin Ali untuk merebut kekuasaan dan jabatan khalifah dari tangan Bani Umayyah,
karena menurut keyakinan orang syi'ah keturunan Bani Umayyah tidak berhak menjadi imam atau
khalifah, yang berhak adalah keturunan dari Ali Bin Abi Thalib, sedangkan bani umayyah bukan
berasal dari keturunan Ali Bin Abi Thalib.

Pada awalnya golongan ini memakai nama Bani Hasyim, belum menonjolkan nama Syi'ah atau
Bani Abbas, tujuannya adalah untuk mencari dukungnan masyarakat. Bani Hasyim yang tergabung
dalam gerakan ini adalah keturunan Ali Bin Abi Thalib dan Abbas Bin Abdul Muthalib. Keturunan
ini bekerjasama untuk menghancurkan Bani Umayyah.
Pendirian Dinasti Abbasiyyah

Pada tahun 132 H/ 750 M Abu Abbas Abdullah bin Muhammad diangkat dan di bai'at menjadi
khalifah setelah pasukannya yang dipimpin oleh Abdullah bin Ali berhasil mengalahkan
pasukan Marwan bin Muhammad.

Setelah Abu Abbas resmi menjadi khalifah ia tidak lagi mengambil Damaskus sebagai pusat
pemerintahan tetapi ia memilih Kuffah sebagai pusat pemerintahannya, dengan beberapa
pertimbangan sebagai berikut:

● Para pendukung Bani Umayyah masih banyak yang tinggal di Damaskus.

● Kota Kuffah jauh dari Persia, walaupun orang-orang Persia merupakan tulang punggung
Bani Abbas dalam menggulingkan Bani Umayyah.

● Kota Damaskus terlalu dekat dengan wilayah kerajaan Bizantium yang merupakan
ancaman bagi pemerintahannnya, akan tetapi pada masa pemerintahan khalifah Al-Mansur
(754-775 M ) dibangun kota Baghdad sebagai ibu kota Dinasti Bani Abbas yang baru.
02
Pola
Pemerintahan
Dinasti
Abbasiyyah
Pola Pemerintahan Dinasti Abbasiyyah
Selama dinasti Bani Abbasiyah berdiri pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan pola pemerintahan itu, para
sejarawan biasanya membagi kekuasaan Bani Abbasiyah pada empat periode:

01 Masa Abbasiyyah I
(132 H/750 M-232 H/847 M)

Masa ini diawali sejak Abu Abbas menjadi khalifah dan berlangsung selama satu abad hingga meninggalnya
khalifah Al-Watsiq. Periode ini dianggap sebagai zaman keemasan Bani Abbasiyah. Hal ini disebabkan karena
keberhasilannya memperluas wilayah kekuasaan. Wilayah kekuasaannya membentang dari laut Atlantik hingga
sungai Indus dan dari laut Kaspia hingga ke sungai Nil.

Pada masa ini ada sepuluh orang khalifah yang cukup berprestasi dalam penyebaran Islam mereka adalah
khalifah Abu Abbas ash-shaffah(750-754 M), Al-Mansyur ( 754-775 M), Al-Mahdi (775-785 M), Al-Hadi (785-
786 M), Harun Al-Rasyid (786-809 M), Al-Amin (809 M), AlMa'mun (813-833 M), Ibrahim (817 M), Al-
Mu'tasim (833-842 M), dan Al-Wasiq (842-847 M).
Pola Pemerintahan Dinasti Abbasiyyah

02 Masa Abbasiyyah II
(232 H/847 M-334 H/946 M)

Periode ini diawali dengan meninggalnya khalifah Al-Wasiq dan berakhir ketika keluarga Buwaihiyah bangkit
memerintah. Sepeninggal Al-Wasiq, Al-Mutawakkil naik tahta menjadi khalifah, masa ini ditandai dengan
bangkitnya pengaruh Turki.

Setelah Al-Mutawakkil meninggal dunia, para jendral yang berasal dari Turki berhasil mengontrol pemerintahan.
Ada empat khalifah yang dianggap hanya sebagai simbol pemerintahan dari pada pemerintahan yang efektif,
keempat pemerintahan itu adalah Al-Muntasir (861-862 M ), Al-Musta'in (862-866 M), AlMu'taz (866-896 M),
dan Al-Muhtadi (869-870 M). Masa pemerintahan ini dinamakan masa disintegrasi, dan akhirnya menjalar
keseluruh wilayah sehinngga banyak wilayah yang memisahkan diri dari wilayah Bani Abbas dan menjadi
wilayah merdeka seperti Spanyol, Persia, dan Afrika Utara.
Pola Pemerintahan Dinasti Abbasiyyah

03 Masa Abbasiyyah III


(334 H/946 M -447 H/1055 M)

Masa ini ditandai dengan berdirinya Dinasti Buwaihiyah, yaitu Pada masa ini jatuhnya Khalifah Al-Muktafi (946 M)
sampai dengan khalifah Al-Qaim (1075 M). Kekuasaaan Buwaihiyah sampai ke Iraq dan Persia barat, sementara itu
Persia timur, Transoxania, dan Afganistan yang semula dibawah kekuasaan Dinasti Samaniah beralih kepada Dinasti
Gaznawi. Kemudian sejak tahun 869 M, dinasti Fatimiyah berdiri di Mesir.

Kekhalifahan Baghdad jatuh sepenuhnya pada suku bangsa Turki. Untuk keselamatan, khalifah meminta bantuan
kepada Bani Buwaihiyah. Dinasti Buwaihiyah cukup kuat dan berkuasa karena mereka masih menguasai Baghdad yang
merupakan pusat dunia islam dan menjadi kediaman Khalifah.

Pada akhir Abad kesepuluh, kedaulaulatan Bani Abbasiyah telah begitu lemah hingga tidak memiliki kekuasaan diluar
kota Baghdad. Kekuasaan Bani Abbasiyah berhasil dipecah menjadi dinasti Buwaihiyah di Persia (932-1055 M),
dinasti Samaniyah di Khurasan (874-965 M), dinasti Hamdaniayah di Suriah (924-1003 M), dinasti Umayyah di
Spanyol (756-1030 M), dinasti Fatimiyah di Mesir (969- 1171 M), dan dinasti Gaznawi di Afganistan (962-1187 M
Pola Pemerintahan Dinasti Abbasiyyah

04 Masa Abbasiyyah IV
(447 H/1055 M -656 H/1258 M )

Masa ini ditandai dengan ketika kaum Seljuk menguasai dan mengambil alih pemerintahan
Abbasiyah. Masa seljuk berakhir pada tahun 656 H/1258 M, yaitu ketika tentara mongol
menyerang serta menaklukkan Baghdad dan hampir seluruh dunia Islam terutama bagian timur.
03
Ekspansi
Wilayah Dinasti
Abbasiyah
Ekspansi Wilayah Dinasti Abbasiyah

Pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah, luas wilayah kekuasaan Islam semakin bertambah, meliputi wilayah yang
telah dikuasai Bani Umayyah, antara lain Hijaz, Yaman Utara dan Selatan, Oman, Kuwait, Irak, Iran (Persia),
Yordania, Palestina, Lebanon, Mesir, Tunisia, Al-Jazair, Maroko, Spanyol, Afganistan dan Pakistan, dan meluas
sampai ke Turki, Cina dan juga India.

Khalifah Al-Manshur berusaha menaklukan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari
pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Di antara usaha-usaha tersebut adalah merebut
benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia, dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara, bala
tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosporus.
 
Di pihak lain, dia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama genjatan senjata 758-765 M, Bizantium
membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut
Kaspia, Turki di bagian lain Oksus dan India.
04
Peradaban Islam
pada Masa Dinasti
Abbasiyyah
Peradaban Islam pada Masa
Dinasti Abbasiyyah

Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang,
khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada zaman ini, umat Islam telah
banyak melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan, yaitu melalui upaya penterjemahan
karya-karya terdahulu dan juga melakukan riset tersendiri yang dilakukan oleh para ahli.
Kebangkitan ilmiah pada zaman ini terbagi di dalam tiga lapangan, yaitu: kegiatan menyusun buku-
buku ilmiah, mengatur ilmu-ilmu Islam dan penerjemahan dari bahasa asing.
 
Setelah mencapai kemenangan di medan perang, tokoh-tokoh tentara membukakan jalan kepada
anggota-anggota pemerintahan, keuangan, undang-undang dan berbagai ilmu pengetahuan untuk
bergiat di lapangan masing-masing. Dengan demikian munculah pada zaman itu sekelompok
penyair-penyair handalan, filosof-filosof, ahli-ahli sejarah, ahli-ahli ilmu hisab, tokoh-tokoh agama
dan pujangga-pujangga yang memperkaya perbendaharaan bahasa Arab.
Peradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyyah
Adapun bentuk-bentuk peradaban Islam pada masa daulah
Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut:

a Kota-Kota Pusat Peradaban


Di antara kota pusat peradaban pada masa dinasti Abbasiyah adalah Baghdad dan Samarra. Baghdad merupakan ibu
kota negara kerajaan Abbasiyah yang didirikan Kholifah Abu Ja’far Al-Mansur (754-775 M) pada tahun 762 M.
Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan. Ke kota inilah para
ahli ilmu pengetahuan datang beramai-ramai untuk belajar.
Sedangkan kota Samarra terletak di sebelah timur sungai Tigris, yang berjarak +60 km dari kota Baghdad. Di
dalamnya terdapat 17 istana mungil yang menjadi contoh seni bangunan Islam di kota-kota lain.

b Bidang Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan pada masa Daulah Bani Abbasiyah terdiri dari
ilmu naqli dan ilmu ‘aqli. Ilmu naqli terdiri dari Ilmu Tafsir,
Ilmu Hadits Ilmu Fiqih, Ilmu Kalam, Ilmu Tasawwuf dan
Ilmu Bahasa.
Adapaun ilmu ‘aqli seperti: Ilmu Kedokteran, Ilmu Perbintangan,
ilmu Kimia, Ilmu Pasti, Logika, Filsafat dan Geografi.
Peradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyyah
Adapun bentuk-bentuk peradaban Islam pada masa daulah
Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut:

c Bangunan Tempat Peribadatan dan Pendidikan


Di antara bentuk bangunan yang dijadikan sebagai lembaga pendidikan adalah madrasah. Madrasah yang
terkenal saat itu adalah Madrasah Nizamiyah, yang didirikan di Baghdad, Isfahan, Nisabur, Basrah,
Tabaristan, Hara dan Musol oleh Nizam al-Mulk seorang perdana menteri pada tahun 456 – 486 H. selain
madrasah, terdapat juga Kuttab, sebagai lembaga pendidikan dasar dan menengah, Majlis Muhadhoroh
sebagai tempat pertemuan dan diskusi para ilmuan, serta Darul Hikmah sebagai perpustakaan.
 
Di samping itu, terdapat juga bangunan berupa tempat-tempat peribadatan, seperti masjid. Masjid saat itu
tidak hanya berfungsi sebagai tempat pelaksanaan ibadah sholat, tetapi juga sebagai tempat pendidikan
tingkat tinggi dan takhassus. Di antara masjid-masjid
tersebut adalah masjid Cordova, Ibnu Toulun, Al-Azhar dan lain sebagainya.
Peradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyyah
Adapun bentuk-bentuk peradaban Islam pada masa daulah
Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut:

d Bangunan Tempat Peribadatan dan Pendidikan


Pada masa Abbasiyah I (750-847 M), kekuasaan kholifah sebagai kepala negara sangat terasa sekali dan benar
seorang kholifah adalah penguasa tertinggi dan mengatur segala urusan negara. Sedang masa Abbasiyah II 847-946
M) kekuasaan kholifah sedikit menurun, sebab Wazir (perdana mentri) telah mulai memiliki andil dalam urusan
negara. Dan pada masa Abbasiyah III (946-1055 M) dan IV (1055-1258 M), kholifah menjadi boneka saja, karena
para gubernur di daerah-daerah telah menempatkan diri mereka sebagai penguasa kecil yang berkuasa penuh. Dengan
demikian pemerintah pusat tidak ada apa-apanya lagi.
 
Dalam pembagian wilayah (propinsi), pemerintahan Bani Abbasiyah menamakannya dengan Imaraat, gubernurnya
bergelar Amir/ Hakim. Imaraat saat itu ada tiga macam, yaitu ; Imaraat Al-Istikhfa, Al-Amaarah Al-Khassah dan
Imaarat Al-Istilau. Kepada wilayah/imaraat ini diberi hak-hak otonomi terbatas, sedangkan desa/ al-Qura dengan
kepala desanya as-Syaikh al-Qoryah diberi otonomi penuh.
 
Selain itu, dinasti Abbasiyah juga telah membentuk angkatan perang yang kuat di bawah panglima, sehingga kholifah
tidak turun langsung dalam menangani tentara. Kholifah juga membentuk Baitul Mal/ Departemen Keuangan untuk
mengatur keuangan negara khususnya. Di samping itu juga kholifah membentuk badan peradilan, guna membantu
kholifah dalam urusan hukum.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai