Anda di halaman 1dari 17

PENGANTAR EKONOMI ISLAM

“PRODUKSI DALAM EKONOMI ISLAM”


Dosen Pegampu : Zulaikha, M.E

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4

1. ADAN WAHYU PRATAMA 2151030112


2. EKA KHOIRIAH 2151030028
3. LISTYA OKTRIASATI 2151030054
4. RAHMAD AKBAR 2151030274

AKUNTANSI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan limpahan nikmat dan karuniannya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Produksi Dalam Ekonomi
Islam” dengan lancar tanpa suatu halangan apapun. Penyusunan makalah ini
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Islam yang
diampu oleh Ibu Zulaikha, M.E.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan
kekeliruan didalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa
maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran
positif dari para pembaca. Demikian apa yang dapat penulis sampaikan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun yang membacanya.

2
Daftar Isi

Judul ...........................................................................................................1

Kata Pengantar ...........................................................................................2

Daftar Isi .....................................................................................................3

Bab I Pendahuluan......................................................................................4

A. Latar Belakang ...................................................................................4


B. Rumusan Masalah ..............................................................................4
C. Tujuan Masalah...................................................................................5

Bab II Pembahasan ....................................................................................6

A. Pengertian Produksi Dalam ekonomi Islam........................................6


B. Tujuan Dan Motivasi Produksi Dalam Islam .....................................8
C. Prinsip Produksi Dalam Ekonomi Islam ............................................9
D. Produksi Yang Diharamkan Dalam Ekonomi Islam ........................11

Bab III Penutup.........................................................................................16

A. Kesimpulan.......................................................................................16

Daftar Pustaka ..........................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Dalam kerangka kehidupan ekonomi, aktivitas produksi
merupakan elemen penting yang sangat menentukan bagi pemenuhan
kebutuhan hidup manusia. Bahkan barangkali tak salah bila kemudian ia
menjadi urat nadi dalam semua level kegiatan ekonomi. Sebab tanpa diawali
proses produksi, kegiatan konsumsi, distribusi ataupun perdagangan barang dan
jasa tidak akan pernah ada. Secara umum, produksi merupakan proses untuk
menghasilkan suatu barang dan jasa atau proses peningkatan utility (nilai) suatu
benda. Dalam istilah ekonomi, produksi merupakan suatu siklus kegiatan-
kegiatan ekonomi untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu dengan
memanfaatkan faktor-faktor produksi dalam jangka waktu tertentu.

Namun seiring dengan laju pergerakan zaman yang terus berjalan menuju
titik kompleksitasnya, semakin tampak di hadapan mata bagaimana tuntutan
kehidupan telah mendorong hampir seluruh umat manusia, khususnya para
pelaku kegiatan ekonomi, untuk terus bergelut secara lebih ekstrim dalam upaya
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari sini kemudian muncul sebuah anomi
sosial yang mengakibatkan berubahnya cara pandang manusia dalam melihat,
memahami dan menjalankan orientasi hidupnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Produksi Dalam Ekonomi Islam?

2. Apa Tujuan dan Motivasi Produksi Dalam Islam?

3. Bagaimana Prinsip Produksi Dalam Ekonomi Islam?

4. Apa Saja Produksi yang Diharamkan Dalam Ekonomi Islam?

4
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Pengertian Produksi Dalam Ekonomi Islam

2. Mengetahui Tujuan dan Motivasi Produksi Dalam Islam

3. Mengetahui Prinsip Produksi Dalam Ekonomi Islam

4. Mengetahui Produksi yang Diharamkan Dalam Ekonomi Islam

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Produksi Dalam Ekonomi Islam


Kegiatan produksi dalam perspektif ekonomi Islam adalah terkait dengan
manusia dan eksistensinya dalam aktivitas ekonomi, produksi merupakan
kegiatan menciptakan kekayaan dengan pemanfaatan sumber alam oleh
manusia. Berproduksi lazim diartikan menciptakan nilai barang atau menambah
nilai terhadap sesuatu produk, barang dan jasa yang diproduksi itu haruslah
hanya yang dibolehkan dan menguntungkan (yakni halal dan baik) menurut
Islam (Mohamed Aslam Haneef, 2010).
Produksi tidak berarti hanya menciptakan secara fisik sesuatu yang tidak
ada, melainkan yang dapat dilakukan oleh manusia adalah membuat barang-
barang menjadi berguna yang dihasilkan dari beberapa aktivitas produksi,
karena tidak ada seorang pun yang dapat menciptakan benda yang benar-benar
baru. Membuat suatu barang menjadi berguna berarti memproduksi suatu
barang yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta memiliki daya jual yang
yang tinggi (Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, 2014)
Produksi dalam ekonomi Islam merupakan setiap bentuk aktivitas yang
dilakukan untuk mewujudkan manfaat atau menambahkannya dengan cara
mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi yang disediakan Allah SWT sehingga
menjadi maslahat, untuk memenuhi kebutuhan manusia, oleh karenanya
aktifitas produksi hendaknya berorientasi pada kebutuhan masyarakat
luas.Sistem produksi berarti merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari
prinsip produksi serta faktor produksi.

6
7
B. Tujuan Dan Motivasi Produksi Dalam Islam

Dalam Islam memproduksi sesuatu bukanlah sekadar untuk dikonsumsi


sendiri atau dijual ke pasar. Dua motivasi tersebut belumlah cukup, Islam pada
prinsipnya menekankan kegiatan produksi yang tidak hanya berhenti pada
fungsi ekonominya saja tetapi juga harus bisa sejalan dengan fungsi sosial,
sehingga untuk mencapai fungsi sosial kegiatan produksi harus mencapai
surplus.Hal ini sesuai dengan kutipan surat Al Hadid 57:7

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah


sebagiandari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka
orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari
hartanya memperoleh pahala yang besar”

Melalui konsep tersebut, kegiatan produksi harus bergerak di atas dua


garis optimalisasi. Tingkat optimal pertama adalah mengupayakan berfungsinya

sumber daya insani ke arah pencapaian kondisi full employment, dimana semua
orang bekerja dan menghasilkan suatu karya kecuali mereka yang udzur syar’i
seperti sakit dan lumpuh. Optimalisasi yang kedua adalah memproduksi
kebutuhan primer (dharuriyyat), sekunder (hajiyyat) dan tersier (tahsiniyyat)
secara proporsional, sehingga tidak saja harus halal tetapi juga harus baik dan
bermanfaat (thayyib).

8
Pendapat lain yang mejelaskan mengenai tujuan produksi dalam
perspektif Islam adalah menyediakan barang dan jasa yang memberikan
mashlahah maksimum bagi konsumen. Secara lebih spesifik, tujuan kegiatan
produksi adalah meningkatkan kemashlahatan yang bisa diwujudkan dalam
berbagai bentuk, diantaranya adalah:
a. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan moderat
b. Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya
c. Menyiapkan persediaan barang dan jasa di masa depan
d. Pemenuhan sarana bagi kegiatan social dan ibadah kepada Allah.

C. Prinsip Produksi Dalam Ekonomi Islam

Prinsip produksi dalam Islam berarti menghasilkan sesuatu yang halal


yang merupakan akumulasi dari semua proses produksi mulai dari sumber
bahan baku sampai dengan jenis produk yang dihasilkan baik berupa barang
maupun jasa. Prinsip yang terdapat dalam sistem ekonomi Islam dapat
dirangkum dalam empat prinsip, yaitu tauhid, keseimbangan, kehendak bebas,
dan tanggung jawab.
1. Tauhid
Prinsip tauhid melahirkan prinsip-prinsip yang menyangkut segala
aspek kehidupan dunia dan akhirat (M. Quraish Shihab, 2006). Ketika
seseorang mengesakan dan menyembah Allah Swt. Hal itu akan
berimplikasi pada adanya niat yang tulus bahwa segala pekerjaan yang
dikerjakan adalah dalam rangka beribadah kepada Allah SWT karena
pada dasarnya segala sesuatu bersumber serta kesudahannya berakhir
pada Allah Swt. Prinsip tauhid dalam ekonomi Islam dapat terlihat pada
gambar berikut:

9
2. Keadilan dan Keseimbangan
Prinsip keadilan merupakan landasan untuk menghasilkan seluruh
kebijakan dalam kegiatan ekonomi sehingga berdampak positif bagi
pertumbuhan dan pemerataan pendapatan dan kesejahteraan seluruh
lapisan masyarakat. Prinsip keseimbangan mencerminkan kesetaraan
antara pendapatan dan pengeluaran, pertumbuhan dan pendistribusian dan
antara pendapatan kaum yang mampu dan yang kurang mampu (Abuddin
Nata, 2014)

3. Kehendak Bebas
Ajaran Islam berkeyakinan bahwa Allah SWT. memiliki
kebebasan mutlak dalam berkehendak, begitupun dengan manusia yang
memiliki hak untuk memilih apa yang akan diperbuatnya bahkan dalam
mengambil pekerjaan atau memanfaatkan kekayaannya, setiap orang
diberikan kebebasan dengan cara yang ia sukai (Afzalur Rahman, 2000).
10
Namun demikian, manusia yang baik adalah manusia yang mampu
menggunakan kebebasan itu dalam rangka penerapan tauhid dan
keseimbangan dalam hidupnya (M. Quraish Shihab, 2006).

4. Tanggung Jawab

Dalam prinsip ekonomi Islam, kebebasan yang diberikan pada setiap


orang untuk berbuat sesuatu dalam mengambil pekerjaan apapun atau
memanfaatkan kekayaan dengan cara yang ia sukai tentunya harus tetap
bertanggungjawab terhadap apa yang menjadi pilihannya (M. Quraish
Shihab, 2006).

D. Produksi Yang Diharamkan Dalam Ekonomi Islam


Produksi sendiri sangat berkaitan erat dengan bekerja, yaitu satu aktifitas
yang di lakukan secara sungguh-sungguh dengan cara mengeluarkan seluruh
potensinya untuk mencapai tujuan yang artinya jika seseorang mempunyai
keinginan ternetu maka hendaklah ia untuk bersungguh sungguh agar supaya
keinginan tersebut dapat di capai bukan dengan cara bermalas malasan ataupun
meminta minta yang sesuai dengan hadist nabi Muhammad SAW (Isnaini
harahap,2015,50)
Artinya : "dari Abu Hurairah RA berkata, Rasul SAW bersabda : Barang siapa
meminta minta harta pada orang lain dalam rangka untuk memperbanyak
(hartanya), sesungguhnya ia meminta bara api, maka hendaklah ia
mempersedikit atau memperbanyaknya" (HR.Muslim)

11
Produksi-produksi yang dilarang itu ialah antara lain:
1. Investasi harta dengan cara yang membahayakan masyarakat
Islam mengharamkan produksi yang hanya mementingkan
kepentingan pribadi dan dan membahayakan orang lain atau umum.
Kepentingan masyarakat lebih tinggi dan lebih penting daripada
kepentingan pribadi. Terminology yang menyatakan bahwa perhatian
terhadap kepentingan pribadiakan menciptakan keharmonisan untuk
kepentingan umum tidak selamanya benar. Di negara-negara yang
menganut system individualis,terdapat banyak persoalan yang
megindikasikan adanya ketidak pedulian anggota masyarakat dengan
kondisi sosialnya. Motivasi yang melatar belakangi hal tersebut ialah
lebih dikarenakan semangat untuk mewujudkan keuntungan bagi mereka
sendiri. Tidak jarang, kepentingan individu diikuti dengan timbulnya
kerusakan bagi orang lain. Produksi dan keuntungan dengan cara
eksploitasi tipudaya, eksploitasi kebutuhan, dan menimbulkan bahaya
bagi kaum miskin dengan cara apapun di haramkan.

2. Riba
Dalam agama islam telah mengharamkan riba, karena dalam riba
sendiri terdapat hal yang membahayakan masyarakat dan ekonomi.
Resiko ekonomi menunjukan bahwa riba mediasi yang tidak cocok bagi
kegiatan ekonomi berdasarkan beberapa alasan:
Bunga yang dihasilkan oleh pelaku riba tidak dihasilkan dengan
cara produksi, melainkan diambil dari harta orang lain atau dari sumber
masyarakat tanpa di dahului oleh proses produksi.

12
3. Jual beli tidak jelas
Yang di maksud dengan hal ini ialah jual beli ini mengandung
unsur bahaya dan resiko. Kerelaan sebagai unsur penting dalam jual beli
tidak terdapat dalam transaksi ini. Hal ini dikarenakan kejelasan terhadap
benda tidak pernah ada. Kerelaan hanya mungkin terjadi terhadap benda
yang telah di ketahui dan terindentifikasi. Di karenakan kerelaan dalam
transaksi ini tidak akan dapat tercapai, maka transaksi jual beli tidak di
perbolehkan, ketidakjelasan dalam tramsaksi jual beli ini menyiratkan
adanya sesuatu yang meragukan, padahal salah satu persyaratn jual beli
adalah barang itu dapat di identifikasi.

4. Investasi pungutan pajak untuk menghasilkan uang


Islam menjaga konsistensi manusia pada semua fase hidupnya
sekaligus memperhatikan kemuliaan moral dalam tingkah laku manusia.
Manusia hendaknya bersikap jujur, khususnya pihak penguasa, hal ini di
tunjukkan untuk menjaga kemurniaan dalam mencari harta berdasarkan
aturan agama, walaupun saat ini tidak sedikit pemimpin atau pejabat yang
menggunkan wewenangnya untuk menimbun harta.

5. Pencurian
Pencurian adalah mengambil harta orang lain dengan cara
tersembunyi dan memindahkan dari tempat asalnya. Allah SWT
mengharamkan sumber pendapatan dengan cara mencuri dan Allah
menjadikannya sebagai harta haram. Sebagaimana firman Allah SWT:
"wahai orang-orang beriman janganlah kamu memakan harta di antara
kamu dengan cara batil"

13
6. Perampasan
Yang artinya menguasai harta orang lain secara illegal. Kaum
muslimin telah sepakat bahwa perbuatan ini adalah haram sesuai firman
Allah yang artinya "hai orang orang beriman. Janganlah kalian memakan
harta benda di antara kamu dengan cara batil levuali dengan perniagaan
yang terdapat kerelaan di antara kamu." (QS.Annisa 29) (Hasyiah ibnu
abiding,1996,326)

7. Upah pekerjaan yang haram di laksanakan


Seperti halnya masakwin zina dan tips bagi dukun. Mencari harta
dengan cara menjual minuman keras, bangkai, babi, dan berhala tidak di
halalkan sebagaimana hadis yang di riwayatkan oleh jabir RA. Yang
menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya
"Sesungguhnya Allah dan Rasulnya mengharamkan jual beli minuman
keras, bangkai,babi, dan berhala." (HR.Bukhari dan Muslim)

8. Suap
Ialah pemberian sesuatu kepada hakim atau orang lain agar
memutuskan hukum sesuai sesuaian dengan yang diinginkan. Hukum
suap sendiri ialah haram. Pengharaman ini ditunjukan untuk menjaga
masyarakat dari timbulnya kerusakan dan penganiayaan hukumtanpa hak
atau untuk menegakan keadilan.

9. Menimbun/Spekulan.
Menimbun ialah menahan komoditas yang di butuhkan masyarakat
dari sirkulasi pasar dalam satu masa tertentu agar harganya naik. Setelah
naik, barang tersebut baru dijual kepasaran. Penimbunan sendiri
merupakan bagian dari perbuatan haram, sesuai dengan sabda Nabi SAW

14
yang artinya: "Hendaklah seseorang tidak menimbun kecuali ia adalah
orang yang bersalah." (HR.Muslim dan Abu Daud dan Ahmad).

10.Perjudian
Yaitu setiap permainan antara dua kelompok atau lebih yang akan
memunculkan kerugian bagi salah satu pihak dan keuntungan di salah
satu pihak yang lain.baik berdasarkan kesepakatan atau kemujuran.
Hukum dari judi ini sendiri ialah haram.
Hikmah dari pengharamanya ialah:
Judi menjadikan manusia bergantung kepada kemujuran dan lamunan
kosong, bukan dengan kerja keras, kesungguhan, dan derasnya aliran
keringat.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Prinsip produksi dalam Islam berarti menghasilkan sesuatu yang
halal yang merupakan akumulasi dari semua proses produksi. Prinsip
produksi dalam ekonomi Islam bertujuan untuk kemaslahatan dan
kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga kegiatan produksi harus
dilandasi nilai-nilai Islam dan sesuai dengan maqashid al-syari‟ah. Tidak
memproduksi barang/jasa yang bertentangan dengan penjagaan terhadap
agama, jiwa, akal, keturunan dan harta, prioritas produksi harus sesuai
dengan prioritas kebutuhan yaitu dharuriyyat, hajyiyat dan tahsiniyat,
kegiatan produksi harus memperhatikan aspek keadilan, sosial, zakat,
sedekah, infak dan wakaf, mengelola sumber daya alam secara optimal,
tidak boros, tidak berlebihan serta tidak merusak lingkungan, distribusi
keuntungan yang adil antara pemilik dan pengelola, manajemen dan
karyawan.
Dalam hubungannya antara perusahaan dengan tenaga kerja
sebagai kompensasi atau imbalan atas jasa kerja yang diberikannya dalam
proses memproduksi barang atau jasa maka diberlakukan upah sebagai
bentuk imbalan dan insentif hasil kerja. Sistem pengupahan tersebut dapat
dikelompokkan menjadi sistem upah waktu, sistem prestasi (potongan)
atau satuan produk, sistem upah borongan, sistem upah bonus. Islam
memberikan pandangan untuk selalu memberitahutkan sistem serta
besaran upah yang akan diberikan kepada setiap tenaga kerja, bahkan
Islam mengharuskan perusahaan untuk tidak menunda-nunda pembayaran
upah tersebut.

16
Daftar Pustaka

https://media.neliti.com/media/publications/70513-ID-produksi-dalam-
perspektif-ekonomi-islam.pdf

https://ejournal.iainu-kebumen.ac.id/index.php/lab/article/view/235

https://www.merdeka.com/quran/al-hadid/ayat-7

https://www.kompasiana.com/moh72083/5c8f491b95760e092a28a5b2/m
engenal-lebih-dekat-produksi-yang-di-haramkan-dalam-ekonomi-islam

17

Anda mungkin juga menyukai