Anda di halaman 1dari 12

ISLAM PADA MASA DINASTI ABBASIYAH

Kelahiran Daulah Abbasiyah


Secara kronologis, nama Abbasiyah menunjukkan nenek moyang dari Al-Abbas, Ali
bin Abi Thalib dan Nabi Muhammad. Hal ini menunjukkan kedekatan pertalian
keluarga antara Bani Abbas dengan nabi. Itulah sebabnya kedua keturunan ini
sama-sama mengklaim bahwa jabatan Khalifah harus berada di tangan mereka.
Keluarga Abbas mengklaim bahwa setelah wafatnya Rasulullah merekalah yang
merupakan penerus dan penyambung keluarga Rasul. Dinasti Abbasiyah didirikan
oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas.
Kekuasaannya Dinasti ini sangat panjang yaitu tahun 132 H/750 M-656 H/1258 M.
Sejarah kemunculan Dinasti Abbasiyah bermula ketika pada saat itu masih Pada
masa pemerintahan Dinasti Umayyah, Bani Abbas telah melakukan usaha perebutan
kekuasaan, karena menurut keyakinan Bani Abbasiyah keturunan Bani Umayyah
tidak berhak menjadi imam atau khalifah, yang berhak adalah keturunan dari Ali
Bin Abi Thalib, sedangkan bani umayyah bukan berasal dari keturunan Ali Bin Abi
Thalib. Serta Dinasti Umayyah yang di pimpin oleh Raja terakhirnya yaitu Marwans
terlalu menghiraukan masalah-masalah keagamaan. Bani Abbas telah mulai
melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa khalifah Umar bin Abdul Aziz
berkuasa. Penyeranggan terhadap bani umayyah di dasari oleh :
1. Penindasan yang terus menerus terhadap pengikut Ali dan Bani Abbasiyah pada
umumnya.
2. Merendahkan kaum muslimin yang bukan Bangsa Arab sehingga mereka tidak
diberi kesempatan dalam pemerintahan.
3. Pelanggaran terhadap Ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia secara terangterangan.
Gerakan itu didahului oleh saudara-saudara dari Bani Abbas, seperti Ali bin
Abdullah bin Abbas, Muhammad serta Ibrahim al-Imam, yang semuanya mengalami
kegagalan yang disebabkan kuatnya Dinasti Umayyah. Akan tetapi Bani Abbasiyah
dapat menumbangkan kekuatan Dinasti Umayyah ketika kaum Abbasiyah
bersepakat untuk menyusun rencana penyerangan terhadap raja Marwan dan
rencana itupun berhasil, Marwan dapat dibunuh oleh Salah salah satu pengikut Bani
Abbasiyah di desa Bunsir, Mesir.
Peta Wilayah Islam
Pada masa daulah Bani Abbasiyah ini wilayah islam sangat luas,meliputi wilayah
yang dikuasai oleh Bani Umayyah antara lain Saudi Arabia, Yaman Utara, Yaman
Selatan, Oman, Uni Emirat, Arab, Quait, Iraq, Iran, Yordania, Palestina (Israel),
Libanon, Mesir, Libia, Tunisia, az-Zajair, Maroko, Spanyol, Afganistan, Pakistan.
Sikap politik daulah Abbasiyah berbeda dengan daulah Bani Umayyah sebab dalam
daulah Bani Abbasiyah pemegang kekuasaan lebih merata,bukan hanya dipegang
oleh bangsa Arab,tetapi lebih demokratis melihat bahwa kekuasaan itu harus
dibagi-bagi dalam segala kekuatan masyarakatnya,maka bangsa Persia juga diberi
kekuasaan begitu juga bangsa Turki dan lainnya.

Periode Pemerintahan
1. Periode Pertama (132 H/750 M 232 H/847 M) Dasar pemerintahan Bani
abbasiyah dibangun oleh Abu Abbas Al-Saffah dan Abu Jafar al-Mansur. Pada
periode awal Aapemerintahan Dinasti Abasiyah masih dipengaruhi oleh Persia
sehingga menekankan pada kebijakan perluasan daerah.
2. Periode kedua (232 H/847 M. 334 H/945 M.) Kebijakan Khalifah al-Mukasim
(833-842 M.), untuk memilih anasir Turki dalam ketentaraan kekhalifahan Abasiyah
dilatar belakangi oleh adanya persaingan antara golongan Arab dan Persia, pada
masa al-Makmun dan sebelumnya. Faktor-faktor penting yang menyebabkan
kemunduran Bani Abbasiyah pada periode ini adalah; Pertama, luasnya wilayah
kekuasaan yang harus dikendalikan, sementara komunikasi lambat. Kedua,
profesionalisasi tentara menyebabkan ketergantungan kepada mereka menjadi
sangat tinggi. Ketiga, kesulitan keuangan karena beban pembiayaan tentara sangat
besar.
3. Periode ketiga (334 H./945 M.-447 H./1055 M.) Posisi Bani Abasiyah yang berada
di bawah kekuasaan Bani Buwaihi merupakan ciri utama periode ketiga ini.
Keadaan Khalifah lebih buruk ketimbang di masa sebelumnya, lebih-lebih karena
Bani Buwaihi menganut aliran Syiah. Akibatnya kedudukan Khalifah tidak lebih
sebagai pegawai yang diperintah dan diberi gaji.
4. Periode keempat (447 H/1055 M 590 H/1199 M) Periode keempat ini ditandai
oleh kekuasaan Bani Saljuk dalam Daulah Abbasiyah. Kehadirannya atas naungan
khalifah untuk melumpuhkan kekuatan Bani Buwaihi di Baghdad. Keadaan khalifah
memang sudah membaik, paling tidak karena kewibawannya dalam bidang agama
sudah kembali setelah beberapa lama dikuasai orang-orang Syiah.
5. Periode kelima (590 H/1199 M 656 H/1258 M) Pada periode ini, Khalifah Bani
Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu dinasti tertentu. Mereka
merdeka dan berkuasa, tetapi hanya di Bagdad dan sekitarnya. Sempitnya wilayah
kekuasaan khalifah menunjukkan kelemahan politiknya, pada masa inilah tentara
Mongol dan Tartar menghancurkan Bagdad tanpa perlawanan pada tahun 656
H./1256 M.

KHALIFAH-KHALIFAH DINASTI ABBASIYAH


Para khilafah Bani Abbasiyah berjumlah 37 khalifah, mereka adalah:
1) Khalifah Abu Abas al-Saffah (750-754 M.)
2) Khalifah Abu Jakfar al-Mansur (754-775 M.)
3) Khalifah al-Mahdi (775-785 M.)
4) Khalifah al Hadi (775-776 M.)
5) Khalifah Harun al-Rasyid (776-809 M.)
6) Khalifah al-Amin (809-813 M.)
7) Khalifah al-Makmun (813-633 M.)
8) Khalifdah al-Mutasim (833-842 M.)

9) Khalifah al-Wasiq ( 842-847 M.)


10) Khalifah al-Mutawakkil (847-861 M.)
11) Khalifah al-Muntashir (861-862 M)
12) Khalifah al-Mustain (862-866 M)
13) Khalifah al-Mutaz (866-869 M)
14) Khalifah al-Muhtadi (869-870 M)
15) Khalifah al-Mutamid (870-892 M)
16) Khalifah al-Mutadid (892-902 M)
17) Khalifah Ali al-Muktafi (902-905 M)
18) Khalifah al-Muqtadir (905-932 M)
19) Khalifah al-Qahir (932-934 M)
20) Khalifah ar-Radi (934-940 M)
21) Khalifah al-Muttaqi (940-944 M)
22) Khalifah al-Mustaqfi (944-946 M)
23) Khalifahal-Muti (946-974 M)
24) Khalifah at-Thai (974-991 M)
25) Khalifah al-Qadir (991-1031 M)
26) Khalifah al-Qaim (1031-1075 M)
27) Khalifah al-Muqtadi (1075-1094 M)
28) Khalifah al-Mustadzir (1094-1118 M)
29) Khalifah al-Mustarsyid (1118-1135 M)
30) Khalifah al-Mansyur ar-Rasyid (1135-1136 M)
31) Khalifah al-Muqtafi (1136-1160 M)
32) Khalifah al-Mustanjid (1160-1170 M)
33) Khalifah al-Hasan al-Mustadi (1170-1180 M)
34) Khalifah an-Nasir (1180-1225 M)
35) Khalifah az-Zahir (1225-1226 M)
36) Khalifah al-Mansur al-Mustansir (1226-1242 M)
37) Khalifah al-Mutashim Billah (1242-1258 M)
KHALIFAH YG TERKENAL PADA MASA DINAST ABBASIYAH
1. Abu al-Abbas al-Saffah
Prestasi: a. Membunuh Raja Marwan (Raja terakhir dalam dinasti Ummayah)
b. Pendiri Dinasti Abbasiyah
c). Perluasan wilayah Dinasti Abbasiyah
d). Menumpas kaum-kaum yg membangkang sehingga dia sangat
dihormati dan disegani.
2. Abu Jafar al-Mansyur
a). Membantu dalam rencana pembunuhan Raja Marwan
b). Memindahkan ibukota ke Baghdad.
c). senantiasa menang di dalam peperangan baik memadamkan kerusuhan
maupun dalam menghadapi serangan musuh.

d). Gerakan membangun ilmu secara besar-besaran dirintis pada khalifah


ini.
e). Ia menarik banyak ulama dan para ahli dari berbagai daerah untuk
datang dan tinggal di Bagdad.
f). Masa sepuluh tahun terakhir pemerintahan al Mansur itu adalah masa
aman dan damai dan kemakmuran yang melimpah hingga seluruh perhatian
tertuju pada negeri tersebut.
3. Al- Mahdi
1.

Dia membangun gedung-gedung sepanjang jalan menuju Makkah.

2.
Masjid Agung di Madinah diperbesar tetapi menghapus nama khalifah bani
Umayyah, Walid dari dinding masjid itu dan mengganti dengan namanya.
3.
Membangun tempat pelayanan pos antara Makkah dan Madinah kemudian
Yaman yang berfungsi sebagai tempat pembayaran ongkos perjalanan tiap mil.
4.
Membuat benteng di beberapa kota khususnya Rusafa di bagian Baghdad
Timur

4. Harun Al-Rasyid
Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan
Harun Ar-Rasyid, seorang khalifah yang taat beragama, shalih, dermawan,
hampir bisa disamakan dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis dari Bani
Umayyah. Jabatan khalifah tidak membuatnya terhalang untuk turun ke
jalan-jalan pada malam hari, tujuannya untuk melihat keadaan rakyat yang
sebenarnya. Ia ingin melihat apa yang terjadi dan menimpa kaum lemah
dengan mata kepalanya sendiri untuk kemudian memberikan bantuan. Pada
masa itu, Baghdad menjadi mercusuar kota impian 1.001 malam yang tidak
ada tandingannya di dunia pada abad pertengahan. Daulah Abbasiyah pada
masa itu, mempunyai wilayah kekuasaan yang luas, membentang dari Afrika
Utara sampai ke Hindukush, India. Kekuatan militer yang dimilikinya juga
sangat luar biasa. Khalifah Harun Ar-Rasyid mempunyai perhatian yang
sangat baik terhadap ilmuwan dan budayawan. Ia mengumpulkan mereka
semua dan melibatkannya dalam setiap kebijakan yang akan diambil
pemerintah. Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid, hidup juga seorang cerdik
pandai yang sering memberikan nasihat-nasihat kebaikan pada Khalifah,
yaitu Abu Nawas. Nasihat-nasihat kebaikan dari Abu Nawas disertai dengan
gayanya yang lucu, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Khalifah
Harun Ar-Rasyid. Suasana negara yang aman dan damai membuat rakyat
menjadi tenteram. Bahkan pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid sangat
sulit mencari orang yang akan diberikan zakat, infak dan sedekah, karena
tingkat kemakmuran penduduknya merata. Setiap orang merasa aman untuk
keluar pada malam hari, karena tingkat kejahatan yang minim. Kaum
terpelajar dan masyarakat umum dapat melakukan perjalanan dan

penjelajahan di negeri yang luas itu dengan aman. Masjid-masjid, perguruan


tinggi, madrasah-madrasah, rumah sakit, dan sarana kepentingan umum
lainnya banyak dibangun pada masa itu. Khalifah Harun Ar-Rasyid juga
sangat giat dalam penerjemahan berbagai buku berbahasa asing ke dalam
bahasa Arab. Bahasa Arab ketika itu merupakan bahasa resmi negara dan
bahasa pengantar di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan bahkan menjadi
alat komunikasi umum. Karena itu, dianggap tepat bila semua pengetahuan
yang termuat dalam bahasa asing itu segera diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab.
MASA KEEMASAN DINASTI ABBASIYAH
Masa-masa kejayaan Daulah Abbasiyah Dinasti Abbasiyah, memberikan
kemajuan bagi kelangsungan agama Islam, sehingga masa Dinasti Abbasiyah
ini dikenal dengan The Golden Age of Islam. Khilafah di Bagdad yang
didirikan oleh al-Mansur mencapai masa keemasannya mulai dari al-Mansur
sampai Wathiq, dan yang paling jaya adalah periode Harun dan puteranya,
Mamun. Istana khalifah Harun yang identik dengan megah dan penuh
dengan kehadiran para pujangga, ilmuwan, dan tokoh-tokoh penting dunia.
Pada masa pemerintahan Harun tercatat buku legendaris cerita 1001 malam.
Di samping itu, berkembang pula ilmu filsafat, logika, metafisika,
matematika, ilmu alam, geografi, astronomi, musik, kedokteran, dan kimia.
Adapun kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh Dinasti Abbasiyah ialah
sebagai berikut:
1. Gerakan penerjemahan Pelopor gerakan penerjemahan pada awal
pemerintahan daulah Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansyur yang juga
membangun Ibu kota Baghdad. Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai
sejak Daulah Umayyah, upaya untuk menerjemahkan dan menskrinsip
berbahasa asing terutama bahasa yunani dan Persia ke dalam bahasa arab
mengalami masa keemasan pada masa Daulah Abbasiyah. Para ilmuan diutus
ke daerah Bizantium untuk mencari naskah-naskah yunani dalam berbagai
ilmu terutama filasafat dan kedokteran. Sedangkan perburuan manuskrip di
daerah timur seperti Persia adalah terutama dalam bidang tata Negara dan
sastra. Pada awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama
dalam bidang astrologi, kimia dan kedokteran. Kemudian naskah-naskah
filsafat karya Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan. Dalam masa
keemasan, karya yang banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pramatis
seperti kedokteran. Naskah astronomi dan matematika juga diterjemahkan
namun, karya-karya berupa puisi, drama, cerpen dan sejarah jarang
diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang bermanfaat dan dalam hal
bahasa, arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat maju. - Baitul
hikmah Baitul hikmah merupakan perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat
pengembagan ilmu pengetahuan.
- Pada masa harun ar-rasyid Institusi ini bernama Khizanahal-Hikmah
(Khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat
penelitian.

- Pada masa al-mamun Lembaga ini dikembangkan sejak tahun 815 M dan
diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah, yang dipergunakan secara lebih
maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari
Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia dan India. Direktur
perpustakaannya seorang nasionalis Persia dan ahli pahlewi, Sahl Ibn Harun.
Di bawah kekuasaan Al-Mamun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga
sebagai pusat kegiatan study dan riset astronomi dan matematika.
2. Dalam bidang filasafat Di zaman khalifah Harun al- Rasyid (786-809 H)
adalah zaman yang gemilang bagi Islam. Zaman ini kota Baghdad mencapai
puncak kemegahannya yang belum pernah dicapai sebelumnya, Harun
sangat cinta pada sastrawan, ulama, filosof yang datang dari segala penjuru
ke Baghdad. Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan
yang sangat luas seperti logika, geometri, astronomi, dan musik yang
dipergunakan untuk menjelaskan pemikiran abstrak, garis dan gambar, gerak
dan su ibn Ishaq al-Kinemasa abbasiyah seperti Yakub ibn Ishaq al-KinlFarabi, Ibn Bajah, Ibnu Tufaildan Ibn Rushd menjelaskan pemikiranpemikirannya dengan menggunakan contoh, metamor, analogi, dan
gambaran imajinatif.
3. Dalam bidang hukum Islam Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid, hidup
para ahli baca Al-Quran, dan para ulama di bidang agama. Karya pertama
yang diketahui adalah Majmu al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122 H/740 M)
yang berisi tentang fiqh Syiah Zaidiyah. Hakim agung yang pertama adalah
Abu Hanifah (w.150/767). Meski diangap sebagai pendiri madzhab Hanafi,
karya-karyanya sendiri tidak ada yang terselamatkan. Dua bukunya yang
berjudul Fiqh al Akbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan
Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya terselamatkan karena
ditulis oleh para muridnya.
4. Perkembangan Ekonomi Ketika Ar-Rasyid memerintah, negara dalam
keadaan makmur dan kekayaan melimpah. Ekonomi imperium Abbasiyah
digerakkan oleh perdagangan. Sudah terdapat berbagai macam industri
seperti kain linen di mesir, sutra darisyiria dan irak, kertas dari samarkand,
serta berbagai produk pertanian seperti gandum dari mesir dan kurma dari
iraq. Hasil-hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai
wilayah kekuasaan Abbasiyah dan Negara lain. Karena industralisasi yang
muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung lagi. Selain itu,
perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari
Nubia dan Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat
penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang
di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan
erdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan
dunia.
5. Dalam bidang Peradaban Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak
peradaban Islam. Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka
mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan dengan mendatangkan
naskah-naskah kuno dari berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk

kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di dunai Islam. Para


ulama muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama
maupun non agama juga muncul pada masa ini. Pesatnya perkembangan
peradaban juga didukung oleh kemajua ekonomi imperium yang menjadi
penghubung dunua timur dan barat. Stabilitas politik yang relatif baik
terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan
peradaban Islam.
6. Ilmu Tashawuf Dalam bidang ilmu Tashawuf juga muncul ulama-ulama
yang terkenal pada masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah. Imam AlGhazali sebagai seorang ulama sufi pada masa Daulah Bani Abbasiyah
meninggalkan karyanya yang masih beredar sampai sekarang yaitu buku Ihya'
Al-Din, yang terdiri dari lima jilid. Al-Hallaj (858-922 M) menulis buku
tentang Tashawuf yang berjudul Al-Thawasshin, Al-Thusi menulis buku allam'u fi al-Tashawuf, Al-Qusyairi (W. 465 H) dengan bukunya al-risalat alQusyairiyat fi il'm al-Tashawuf.
7. Ilmu Matematika Terjemahan dari bahasa asing ke bahasa Arab
menghasilkan karya dibidang matematika. Diantara ahli matematika islam
yang terkenal adalah Al-Khawarizmi, adalah seorang pengarang kitab AlJabar wal Muqabalah (ilmu hitung) dan penemu angka Nol. Tokoh lainnya
adalah Abu Al-Wafa Muhammad Bin Muhammad Bin Ismail Bin Al-Abbas
terkenal sebagi ahli ilmu matematika.
8. Ilmu Farmasi Di antara ahli farmasi pada masa Bani Abbasiyah adalah
Ibnu Baithar, karyanya yang terkenal adalah Al-Mughni (berisi tentang obatobatan), jami' al-mufradat al-adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan
makanan bergizi).
9. Ilmu Kedokteran Pada mulanya Ilmu Kedokteran telah ada pada saat Bani
Umayyah, ini terbukti dengan adannya sekolah tinggi kedokteran Yundisapur
dan Harran. Dinasti Abbasiyah telah banyak melahirkan dokter terkenal
diantaranya sebagai berikut: a. Hunain Ibnu Ishaq (804-874 M) terkenal
sebagai dokter yang ahli dibidang mata dan penerjema buku-buku dari
bahasa asing ke bahasa Arab. b. Ar Razi (809-1036 M) terkenal sebagai
dokter yang ahli di bidang penyakit cacar dan campak. Ia adalah kepala
dokter rumah sakit di Baghdad. Buku karangannya di bidang ilmu kedokteran
adalah Al-Ahwi. c. Ibnu Sina (980-1036), yang karyanya yang terkenal adalah
Al- Qanun Fi At-Tibb dan dijadikan sebagai buku pedoman bagi Universitas di
Eropa dan negara-negara Islam. d. Ibnu Rusyd (520-595 M) terkenal sebagai
dokter perintis di bidang penelitian pembuluh darah, penyakit cacar, dll.
SEBAB RUNTUHNYA DINASTI ABBASIYAH
Kehancuran Daulah Abbasiyah Sejak periode pertama, sebenarnya banyak
tantangan dan gangguan yang dihadapi Dinasti Abbasiyah. Beberapa gerakan
politik yang merongrong pemerintah dan mengganggu stabilitas muncul
dimana-mana, baik gerakan dari kalangan intern Bani Abbas sendiri maupun
dari luar. Namun, semuanya dapat diatasi dengan baik. keberhasilah
penguasa Abbasiyah mengatasi gejolak dalam negeri makin memantapkan
posisi dan kedudukan mereka sebagai pemimpin yang tangguh. Kekuasaan

benar-benar berada ditangan khalifah. Keadaan ini sangat berbeda dengan


periode sesudahnya. Setelah periode pertama berlalu, para khalifah sangat
lemah. Mereka berada di bawah pengaruh kekuasaan yang lain.
Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang
dicapai dinasti Abbasiyah pada periode pertema telah mendorong para
penguasa untuk hidup mewah, bahkan cenderung mencolok. Setiap khalifah
cenderung ingin lebih mewah dari pendahulunya. Kehidupan mewah
khalifah-khalifah ini ditiru para hartawan dan anak-anak pejabat.
kecenderungan bermewah-mewah, ditambah kelemahan khalifah dan faktor
lainnya menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi
miskin. Kondisi ini memberi peluang kepada tentara professional asal Turki
yang semula diangkat oleh khalifah Al-Mutashim untuk mengambil alih
pemerintahan. Usaha mereka berhasil, sehingga kekuasaan sesungguhnya
berada di tangan mereka, sementara kekuasaan bani Abbas di dalam
khalifah Abbasiyah yang didirakannya mulai pudar dan ini merupakan awal
dari keruntuhan dinasti ini, meskipun setelah itu usianya masih bertahan
lebih dari 400 tahun. Faktor lain yang menyebabkan peran politik bani Abbas
menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan. Pada masa
pemerintakah bani Abbas, perebutan kekuasaan seperti itu juga terjadi,
terutama di awal berdirinya. Akan tetapi, pada masa-masa berikutnya,
seperti terlihat pada periode kedua dan seterusnya, meskipun khalifah tidak
berdaya, tidak ada usaha untuk merebut jabatan khalifah dari tangan bani
Abbas. Yang ada hanyalah usaha merebut kekuasaan dengan membiarkan
jabatan khalifah tetap dipegang bani Abbas. Hal itu terjadi karena khalifah
sudah dianggap sebagai jabatan keagamaan yang sakral dan tidak bisa
diganggu gugat lagi. Sedangkan kekuasaan dapat didirikan di pusat dan di
daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam bentuk dinasti-dinasti kecil
yang merdeka. Karena gejolak yang terus-menerus terjadi di kubu bani
Abbas dan di luar bani Abbas, akhirnya tentara Turki berhasil merebut
keuasaan tersebut. Ditangan merekalah khalifah bagaikan boneka yang tak
bisa berbubat apa-apa. Bahkan, merekalah yang memilih dan mejatuhkan
khalifah sesuai dengan keinginan politik mereka. Dan akhirnya, setelah
keuasaan berada di tangan orang-orang Turki pada periode ke-dua, pada
periode ketiga (334H945-4447H/1055M) Daulat Bani Abbasiya berada di
bawah kekuasaan bani Buwaih. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat
bahwa apabila khalifah kuat, para menteri cenderung berperan sebagai
kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa
mengatur roda pemerintahan. Adapun terlihat gejala runtuhnya dinasti
abbasiyah yakni ketika masa kekhalifahaan Al-Mutawakkil (847-861 M),
karena merupakan khalifah yang lemah dalam hal kepemimpinan apabila di
bandingkan dengan al-Watsiq. Khalifah yang baru ini mulai menyingkirkan
orang-orang keturunan Turki, tetapi tidak terlaksanakan dengan sempurna
karena keturunan Turki ini telah bangkit memberontak menentangnya,
bersama-sama dengan anaknnya Al-Mansur dan berhasil membunuhnya.
Sejak inilah mulai terlihat gejala runtuhnya dinasti abbasiyah. setelah alMutawakkil wafat karena di bunuh oleh orang-orang Turki, maka orang-orang

Turki dapat merebut kekuasaannya dengan cepat. Merekalah yang memilih


dan mengangkat khalifah sesuai dengan kehendak mereka, kekuasaan tidak
lagi di tangan bani abbas, meskipun mereka tetap memegang jabatan
khalifah. Masa tersebut adalah zaman kelemahan dan kemunduran bagi
khalifah-khalifah Bani Abbasiyah. Setelah itu tenara turki lemah dengan
sendirinya, di daerah-daerah muncul tokoh-tokoh kuat yang kemudian
memerdekakan diri dari kekuasaan pusat, mendirikan dinasti-dinasti kecil.
Menurut beberapa literatur, ada beberapa sebab keruntuhan daulah
Abbasiyah, yaitu:
Menurut beberapa literatur, ada beberapa sebab keruntuhan daulah Abbasiyah,
yaitu:
1. Faktor Internal
a. Mayoritas Khalifah Abbasiyah periode akhir lebih mementingkan urusan
pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara.
b. Luasnya wilayah kekuasaan kerajaan Abbasiyah, sementara komunikasi pusat
dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di
kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
c. Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab
dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka.
d. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada
mereka sangat tinggi.
e. Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama.
f. Merajalelanya korupsi di kalangan pejabat
2. Faktor Eksternal
a. Perang salib yang sedang berlangsung beberapa gelombang dan menelan
banyak korban.
b. Penyerbuan tentara Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan yang
menghancurkan Baghdad hingga rata dengan tanah. Jatuhnya Baghdad pada
tahun 1258 ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri kekuasaan khilafah
Bani Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran
politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan
peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut
pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulaghu Khan
tersebut. Kemudian, muncul Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di
Turki, dan kerajaan Mughal di India.

Tambahan:
Bidang Imaterial :
Kemajuan yang dicapai dinasti Abbasiyah mencakup ilmu agama, filsafat dan
sain (Harun Nasution, 2001:65-69). Ilmu agama yang dikembangkan pada masa ini
mencakup:
a. Ilmu Hadits

Tokohnya: Al-Bukhori dengan kitabnya al-Jami al-Shahih dan Tarikh al-Kabir, Muslim
dengan kitabnya Shahih Muslim, Ibnu Majjah, Abu Dawud, al-Tirmidzi, dan al-Nasai.
b. Ilmu Tafsir
Tokohnya: Ibnu Jarir Ath Thabari dengan karyanya Jami al-Bayan fi Tafsir al- Quran
sebagai pegangan pokok bagi mufassir hingga sekarang, Abu Muslim Muhammad
Ibn Bahar al-Ashfahani dengan tafsirnya Jamiut Tawil, Ar-Razy dengan tafsirnya AlMuqthathaf.
c. Ilmu Fiqih
Tokohnya: Abu Hanifah dengan kitabnya Musnad al-Imam al-Adhom atau Fiqh alAkbar, Malik dengan kitabnya al-Muwatha, Syafii dengan kitabnya al-Um dan alFiqh al-Akbar fi al-Tauhid, dan Ibn Hambal dengan kitabnya al-Musnad.
d. Ilmu Tasawuf atau Mistisisme Islam
Tokohnya: Abu Bakr Muhammad al-Kalabadi dengan karyanya al-Taarruf li Mazhab
Ahl al-Tasawuf, Abu Nasr as-Sarraj al-Tusi dengan karyanya al-Luma, Abu Hamid
al-Ghazali dengan karyanya Ihya Ulum al-Din, dan Abu Qasim Abd al-Karim alQusyairi dengan karyanya Maqamat. Tokoh lainnya, Zunnun al-Misri, Abu Yazid alBustami, Husain Ibn Mansur al-Hallaj, dsb.
e. Ilmu Kalam atau Theologi
Tokohnya seperti Washil bin Atha, Ibn al-Huzail, al-Allaf, dll dari golongan
Mutazilah, Abu al-Hasan al-Asyari dan al-Maturidi dari ahli sunnah.
f. Ilmu Tarikh atau Sejarah
Tokohnya: Ibn Hisyam (abad VIII), Ibn Sad (abad IX), dll.
g. Ilmu Sastra
Tokohnya: Abu al-Farraj al-Isfahani dengan karyanya Kitab al-Aghani, al-Jasyiari
dengan karyanya Alfu Lailah wa Lailah di pertengahan abad X. h. Ilmu agama
lainnya seperti ilmu al-Qoriah, ilmu Bahasa, dan Tata Bahasa. Di antara ilmu yang
menarik pada masa dinasti Abbasiyah adalah Filsafat. Ilmu ini berasal dari Yunani
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, bahkan juga buku-buku yang
berasal dari Persia maupun Spanyol. Dari gerakan ini muncul para filosof Islam,
seperti:
a. Al-Kindi (185-260 H/801-873 M)
Al-Kindi lahir di Kufah, karyanya sekitar 270 buah yang dikelompokkan oleh ibn
Nadim dan al-Qifti menjadi 17, yaitu: filsafat, logika, ilmu hitung, globular, musik,
astronomi, geometri, sperikal, medis, astrologi, dialektika, psikologi, politik,240
meteorology, dimensi, benda-benda pertama, dan spesies tertentu logam dan kimia.
b. Al-Razi (251-313 H/865-925 M)
Nama latinnya adalah Rhazes, lahir di Rayy dekat Teheran. Buku-buku filsafatnya
antara lain: Al-Tibb al-Ruhani, Al-shirat al-Falsafiyyah, Amarat Iqbal al-Daulah, Kitab
al-Ladzdzah, Kitab al-Ilm al-Ilahi, dll.
c. Al-Farabi (258-339 H/870-950 M)

Di Barat dikenal dengan nama Alpharbiu, lahir di Wasij (suatu desa di Farab/
Transoxania). Selain seorang filosof, ia juga ahli dalam bidang logika, matematika,
dan pengobatan. Dalam bidang fisika, ia menulis kitab al-Musiqa. Di antara karyanya
adalah: al-Tanbih ala Sabil al-Saadat, Ihsha al-Ulum, al-Jam bayn Ray alHakimayn, Fushush al-Hikam, dll.
d. Ibn Sina (370-428 H/980-1037 M)
Nama latin Ibn Sina adalah Avicenna, lahir di Afsyana (dekat Bukhara). Selain ahli
filsafat dan kedokteran, beliau juga
memiliki karya dalam bidang logika,
matematika, astronomi, fisika, mineralogy, ekonomi, dan politik. Karyanya antara
lain: Kitab al-Syifa, Kitab al-Nadjat, Al-Isyarat wat-Tanbihat, Al-Hikmat alMasyriqiyyah, dll.
e. Al-Ghazali (455-507H/1059-1111 M)
Beliau bergelar hujjatul Islam, lahir di Ghazaleh dekat Tus di Khurasan. Karyanya
antara lain: Al-Munqidz min ad-Dlalal, Tahafut al-Falasifah, Ihya Ulumuddin, Qawaid
al-Aqaid, Misykat al-Anwar, dll.
f. Ibn Rusyd (520-595 H/1126-1198 M)
Di Barat namanya Averroes, lahir di Cordova. Bukunya yang terpenting ada empat:
Bidayatul Mujtahid, Faslul Maqal fi ma baina al-Hikmati was Syariat min al- Ittisal,
Manahij al-Adillah fi Aqaidi Ahl al-Millah, dan Tahafut at-Tahafut.
g. Ibn Bajjah (w. 533 H/1138 M)
Beliau lahir di Saragossa dan karyanya berupa risalah antara lain: Al-Ittisal, alWada, Tadbir al-Mutawahhid, dll.
h. Ibn Tufail (506-581 H/1110-1185 M)
Beliau lahir di Granada. Karangannya tentang filsafat, fisika, metafisika, kejiwaan
dan sebagainya tidak sampai kepada kita kecuali satu yaitu risalah Hay bin Yaqzhan.
Kemajuan sains pada masa dinasti Abbasiyah didukung oleh Science Policy,
yakni antara lain dengan didirikannya akademi, sekolah dan observatorium (lembaga
ilmiah yang
melakukan penelitian dan pengajarannya sekaligus) di samping
perpustakaan. Dengan kebijakan tersebut menimbulkan kemajuan-kemajuan dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti:
a. Kedokteran
Tokohnya: Al-Razi dengan karyanya al-Hawi, Ibn Sina dengan karyanya al-Qanun fi
al-Tibb (Canon of Medicine) dan Materia Medica yang memuat 760 obat-obatan.
b. Ilmu Kimia
Tokohnya: Jabir Ibn Hayyan yang berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan
tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan menggunakan obat
rahasia. Ia mengetahui cara membuat asam belerang, asam sendawa, dan aqua
regia yang dapat menghancurkan emas dan perak.Ia juga memperbaiki teori
aristoteles mengenai campuran logam.241
c. Astronomi

Tokohnya: Al-Biruni dengan kitabnya al-Hind dan al-Qanun al-Masudi fi al-Haia wa


al-Nujum, Nasiruddin Tusi menyusun tabel astronomi Ilkanian, Ibn Yunus membuat
perbaikan tabel astronomi dan Hakemite Tables, Moh. Targai Ulugh Begh (cucu
Timur Lenk) menyusun kitab al-Zij al-Sulthani al-Jadid yang berisi 1018 bintang.
d. Matematika
Tokohnya yang populer adalah al-Khawarizmi yang menemukan angka 0 (aljabar)
pada abad IX. Angka 1-9 berasal dari angka-angka Hindu di India.
e. Optik
Tokohnya adalah Ali al-Hasan ibnul Haitsam yang dikenal Alhazen, menulis sebuah
buku besar tentang optic Optical Thesaurus, mengoreksi teori Euclid dan Ptolemy.
Ia juga mengembangkan teori pemfokusan, pembesaran, dan inversi dari bayangan.
f. Fisika
Tokohnya Abdul Rahman al-Khazini, menulis kitab Mizanul Hikmah (The Scale of
Wisdom) tahun 1121 M.
g. Geografi
Tokohnya: Zamakhsyari (w.1144) seorang Persia, menulis kitabul Amkina wal Jibal
wal Miyah (The Book of Places, Mountains and Waters), Yaqut menulis Mujamul
Buldan (The Persian Book of Places) tahun 1228, Al-Qazwini menulis Ajaib alBuldan (The Wonders of Lands), dll.
h. Sains lainnya
Seperti Botani (Abd Latif), Antidote/penawar racun (Ibn Sarabi), Trigonometri (Jabir
ibn Aflah), dan Musik (Nasiruddin Tusi, Qutubuddin, Asy- Syirazi, dan Safiuddin).

Anda mungkin juga menyukai