Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya merupakan keturunan
Abbas bin Abdul Mutholib, paman Rasululullah.
Nama Abbasiyah berasal dari kata Al-Abbas dan Abbas itu adalah nama seorang keturunan
Bani Hasyim.
Berdirinya Daulah Abbasiyah dilatar belakangi oleh terjadinya kekacauan dalam kehidupan
bernegara Daulah UmayyahTerdapat tiga kota utama yang menjadi pusat kegiatan untuk
menegakkan kekuasaan Daulah Abbasiyah, yaitu kota Al-Humaymah sebagai pusat
perencanaan; kota Kufah sebagai kota penghubung dan kota Khurasan sebagai kota gerakan
praktis.
Pemimpin gerakan ini adalah Al-Imam Muhammad bin Ali, Ibrahim Al-Imam, Abu Muslim Al-
Khurasani, Abdullah bin Muhammad (Abul Abbas As-Saffah)
Khalifah Marwan II tewas dalam pertempuran di Busir, wilayah Al- Fayyum, tahun 132
H/750 M dan berakhirlah kekuasaan daulah Umayyah.
Nama lengkap Abul Abas As-Saffah adalah Abdullah bin Muhammad bin Ali bin
Abdullah bin Abbas, dilahirkan di Hamimah pada tahun 104 H. Ibunya bernama Rabtah binti
Abaidullah Al-Haritsi dan ayahnya adalah Muhammad bin Ali, pemimpin adalah gerakan
Abbasiyah. Abdullah bin Muhammad mendapat gelar As-Saffah, yang berarti pengalir darah
dan pengancam siapa saja yang membangkang. Maksudnya adalah pengancam dan
mengalirkan darah bagi pihak yang menentang.
Abul Abbas adalah seorang yang bermoral tinggi dan mempunyai loyalitas sehingga
beliau disegani dan dihormati oleh kerabat-kerabatnya. Beliau memiliki pengetahuan yang
luas, pemalu, budi pekerti yang baik dan dermawan. Menurut as-Sayuti, Abul Abbas As-
Saffah ialah manusia yang paling sopan dan selalu menepati janji tepat pada waktunya. Pada
3 Rabiul Awal 132 H dibaiat menjadi khalifah pertama Daulah Bani Abbasiyah dan berpusat
di Kuffah. Dua tahun kemudian pada tahun 134 H, meninggalkan Kufah menuju daerah
Anbar (kota Kuno di Persia), dan menjadikannya pusat pemerintahan.
Khalifah pada periode ini: Abu As-Shaffah (750-754M), Abu Ja’far Al-Mansur (754-775M),
Al-Mahdi (775-785M/158-169H), Al-Hadi(785-786M/169-170H), Harun Ar-Rasyid (786-
809M/170-193H), Al-Amin (809-813M/193-198H), Al-Ma’mum (813-833M/198-218H),
Al-Mu’tasin (833-842M/218-227H, Al-Wasiq (842-847M/227-232H).
Periode I disebut periode pengaruh Persia I karena pemerintahan bani Abbas banyak
dipengaruhi keluarga Barmakhi dari persia.
Periode II: periode pengaruh Turki I. karena tentara Turki sangat mendominasi
pemerintahan.
a. Khalifah hanya simbol di istana Bagdad. Orang Turki ikut campur tangan dalam pergantian
khalifah.
b. Mulai terjadi disintegrasi, banyak daerah yang memisahkan diri dan menjadi wilayah yang
merdeka seperti Andalusia Spanyol, Persia, dan Afrika Utara.
Khalifah pada periode ini: Al-Muktafi (944-946M), Al-Muti (946-974M), At-Ta’i (974-991M),
Al-Qadir(991-1031M), Al-Qaim (1031-1075M).
Periode III disebut periode pengaruh Persia kedua. Karena Daulah Buwaihi sangat berperan
dalam kebijakan khalifah.
c. Kondisi poltik sangat tidak stabil, karena adanya perebutan jabatan “Amirul Umara”. Diantara
para penguasa daulah Buwaihi.
d. Para khalifah kehilangan legitimasi keagamaannya Posisi sebagai khatib Shalat Jum’at
diserahkan kepada daulah Buwaihiyah (Syi’ah), sedangkan Abbasiyah pengaruh Turki
berfaham Sunni.
Periode IV disebut periode pengaruh Turki kedua. Karena Daulah Saljuk memegang peranan
penting dalam pemerintahan.
Pada periode V, Masa ini bebas dari pengaruh daulah lain, tetapi kekuasaannya hanya
efektif dikota Bagdad saja. Daulah Abbasiyah runtuh 1258 M, karena serangan tentara
Mongol dipimpin Hulagu Khan.
1. Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur (136-158 H/754-775 M), Pendiri Kota Baghdad
a. Khalifah kedua Bani Abbasiyah
b. Putera Muhammad bin Ali bin Abdullah ibn Abbas bin Abdul Muthalib, lahirkan di Hamimah
101 H. Ibunya Salamahal-Barbariyah (dari suku Barbar).
b. Bentuk lembaga protokoler negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara disamping
membenahi angkatan bersenjata
c. Muhammad ibn Abd Al-Rahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara.
d. Merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Cappadocia, dan Cicilia 756-758 M.
e. Membangun hubungan diplomatik dengan wilayah di luar jazirah Arabia. Seperti: membuat
perjanjian damai dengan kaisar Constantine V, berhasil menjadikan kerajaan Bizantium
membayar upeti tahunan, mengadakan kerjasama dengan Raja Pepin dari Prancis.
Latar belakang dipilihnya kota Bagdad sebagai ibu kota daulah Abbasiyah:
a. Lahir di Ray bulan Pebruari 763 M/145 H. Ayahnya Al-Mahdi dan ibunya Khaizurran.
b. Gurunya: Kasai Nahvi dan Yazidi (belajar membaca Al-Qur’an), Imam Malik (mendalami Hadits).
d. Kebijakannya:
1) Gerakan penerjemahan karya kuno Yunani dan Persia. Penerjemah terkenal: Yahya bin
Abi Manshur, Qusta bin Luqa, Sabian bin Tsabit bin Qura, dan Hunain bin Ishaq (Abu Zaid
Al-Ibadi).
3) Dibangun Majlis Munazharah (pusat kajian agama). muncul ahli Hadis Imam Bukhori &
sejarawan al-Waqidi.
4) Penaklukan wilayah. Wilayah Islam terbentang dari Pantai Atlantik di Barat hingga
Tembok Besar Cina di Timur. Pulau Kreta (208 H/ 823 M), dan Pulau Sicily (212 H/ 827
M).
Ada dua faktor penyebab keruntuhan Daulah Abbasiyah, faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor internal lebih banyak berperan sebagai penyebab kehancuran Daulah Abbasiyah diantaranya
;
b. Periode awal Daulah Abbasiyah berkuasa menghasilkan kemakmuran dan kemewahan hidup di
kalangan penguasa. Kondisi ini mendorong generasi khalifah berikutnya untuk hidup lebih
mewah dari khalifah sebelumnya, hal ini menyebabkan pemborosan uang kas negara.
c. Konflik keluarga Daulah Abbasiyah yang berujung pada perebutan kekuasaan. Pada periode
kedua kekhalifahan Daulah Abbasiyah, perebutan kekuasaan nampak jelas. Pada periode ini,
hanya empat khalifah yang meninggal secara wajar. Selebihnya para khalifah ada yang
meninggal diracun, dibunuh, dan diturunkan paksa.
d. Meningkatnya konflik keagamaan. Konflik antara kelompok Sunni-Syiah sejak masa khalifah Ali
bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan tidak pernah selesai hingga masa Daulah
Abbasiyah.
e. Melemahnya jiwa patriotisme dan Nasionalisme. Daulah Abbasiyah banyak memperoleh
kemakmuran, sehingga mampu membayar tentara asing dari Turki untuk menjaga keamanan
dan pertahanan negara. Persoalan ini memicu merosotnya jiwa patriotisme dan nasionalisme
rakyat Daulah Abbasiyah.
2. Faktor eksternal ;
Penyerangan tentara Mongol atas Baghdad (ibu kota Daulah Abbasiyah) yang dipimpin oleh
Hulagu Khan pada 1258 M, saat itu Daulah Abbasiyah dipimpin oleh Al-Mu’tashim Billah.
Setelah kota Baghdad hancur dan khalifah Daulah Abbasiyah terbunuh, berakhirlah kekuasaan
Daulah Abbasiyah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, dunia muslim tanpa khalifah yang
namanya biasa disebut-sebut dalam sholat Jum’at.
Setelah periode kedua, kekhalifahan Daulah Abbasiyah tidak sekuat para pendahulunya.
Kebijakan pemerintahan yang tidak berpihak kepada rakyat, tingginya pajak yang dibebankan
kepada rakyat, mengakibatkan banyak daerah-daerah yang memberontak dan memisahkan
diri dari pemerintah pusat Daulah Abbasiyah.
Bangsa Turki dan bangsa Persia (Bani Buwaihi) banyak menguasai pemerintahan dan
mempengaruhi kebijakan khalifah. Segala persoalan terkait jalannya roda pemerintahan
dikendalikan oleh bangsa Turki dan bangsa Persia. Kedudukan khalifah Daulah Abbasiyah
benar-benar hanya sebatas pemerintahan boneka saja.
NOTE :
Catat Rangkuman materi diatas dengan rapi atau DIPRINT dan jawab pertanyaan di bawah ini !
Sesudah selesai menjawab FOTO KIRIM KE WA IBU, mksh.