Anda di halaman 1dari 40

DOKUMEN UKL-UPL

TERMINAL UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI (TUKS)

BAB II
RENCANA USAHA DAN/
ATAU KEGIATAN
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 1

BAB II
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

2.1. NAMA RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN


Rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh PT. PETROTAMA NIAGA
INTERNASIONAL adalah Pembangunan Terminal Khusus untuk Kepentingan Sendiri (TUKS).

2.2. LOKASI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN


Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan
Pembangunan Terminal Khusus untuk Kepentingan TITIK KOORDINAT
Sendiri (TUKS) oleh PT. PETROTAMA NIAGA BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN
NO
(BT) (LS)
INTERNASIONAL secara administratif berada di
Wilayah Kelurahan Pantai Lango, Kecamatan A. DERMAGA JETTY / DERMAGA APUNG
1. 116°06'30,3" 01°48'49,1"
Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi
2.
Kalimantan Timur. Secara garis besar rencana
kegiatan Pembangunan Terminal Khusus untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS) oleh PT. PETROTAMA B. WILAYAH FASILITAS DARATAN
NIAGA INTERNASIONAL terdiri atas 3 (tiga) lokasi 1.
pembangunan yaitu dermaga jetty / dermaga apung, 2.
wilatah fasilitas daratan dan wilayah fasilitas 3.
4.
perairan. Titik koordinat lokasi rencana kegiatan
Pembangunan Terminal Khusus untuk Kepentingan
C. WILAYAH FASILITAS PERAIRAN
Sendiri (TUKS) oleh PT. PETROTAMA NIAGA 1.
INTERNASIONAL selengkapnya disajikan pada 2.
Tabel berikut ini. 3.
Tabel 2.1. Titik koordinat lokasi rencana kegiatan 4.
Pembangunan Terminal Khusus untuk Kepentingan
Sendiri (TUKS)

Kondisi eksisting lokasi rencana kegiatan Pembangunan Terminal Khusus untuk Kepentingan Sendiri
(TUKS) oleh PT. PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL disajikan pada Gambar berikut ini.

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 2

Gambar 2.1. Kondisi eksisting Lokasi Rencana Pembangunan Terminal Khusus untuk Kepentingan Sendiri
(TUKS)

Batas-batas wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan Pembangunan Terminal Khusus untuk Kepentingan
Sendiri (TUKS) adalah sebagai berikut :
Sebelah Timur : Lahan bervegetasi
Sebelah Selatan : Sungai Apar Kecil
Sebelah Barat : Lahan bervegetasi
Sebelah Utara : Jalan lingkungan
Sedangkan Peta lokasi rencana kegiatan dan peta orientasi batas-batas wilayah rencana kegiatan
Pembangunan Terminal Khusus untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) oleh PT. PETROTAMA NIAGA
INTERNASIONAL disajikan pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 3

2.3. SKALA/BESARAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 4
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh PT. PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL adalah
Pembangunan Terminal Khusus untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) diharapkan dapat mendukung kegiatan
Bongkar Muat Curah Cair, Kering dan Sarana Penunjang Lainnya. Secara garis besar rencana kegiatan
yang akan dilakukan oleh PT. PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL adalah pembangunan fasilitas darat
dan pembangunan fasilitas perairan. Rencana kegiatan pembangunan TUKS dan fasilitas penunjang akan
dibangun pada Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) TITIK KOORDINAT
dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp). N BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN
Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah O (BT) (LS)
perairan dan daratan pada pelabuhan atau terminal
1. 01°48'52,33" 116°6'31,03"
khusus yang digunakan secara langsung untuk
2.
kegiatan pelabuhan. Sedangkan, Daerah 3.
Lingkungan Kepentingan (DLKp) adalah perairan di 4.
sekeliling daerah lingkungan kerja perairan 5.
pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin 6.
keselamatan pelayaran. DLKr meliputi wilayah 7.
daratan dan perairan, sementara DLKp hanya 8.
meliputi wilayah perairan. Titik koordinat lokasi 9.
Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) rencana kegiatan 10.
pembangunan TUKS oleh PT. PETROTAMA NIAGA
INTERNASIONAL selengkapnya disajikan pada Tabel 2.2. Titik koordinat DLKR Daratan rencana
Tabel berikut ini. pembangunan TUKS

Sedangkan lokasi Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKP) Perairan rencana kegiatan pembangunan
TUKS dan fasilitas penunjangnya oleh PT. PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL disajikan pada Tabel
berikut ini.
TITIK KOORDINAT TITIK KOORDINAT
BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN
NO NO
(BT) (LS) (BT) (LS)

1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.

Tabel 2.3. Titik koordinat DLKP Perairan rencana pembangunan TUKS

Peta layout lokasi Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKP) rencana
kegiatan pembangunan TUKS dan fasiltas penunjangnya oleh Koperasi GAPURA selengkapnya disajikan
pada Gambar 2.4 dan Gambar 2.5.

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 5

TAMBAHKAN
GAMBAR KERJA
GAMBAR 2.4 DAN GAMBAR 2.5

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 6

 Pembangunan Fasilitas Darat


Rencana pembangunan fasilitas (darat) TUKS akan dibangun diatas lahan Daerah Lingkungan Kerja
(DLKr) Daratan. Rencana pembangunan fasilitas darat TUKS oleh PT. PETROTAMA NIAGA
INTERNASIONAL meliputi pembangunan stock yard, stock pile, settling pond, porta camp, timbangan,
pos security dan WC. Total luas rencana pembangunan fasilitas darat TUKS oleh PT. PETROTAMA
NIAGA INTERNASIONAL adalah ± XXXXXXX m2. Besaran rencana kegiatan pembangunan Terminal
Untuk Kepentingan Sendiri dan fasilitas penunjang pada DLKr darat oleh PT. PETROTAMA NIAGA
INTERNASIONAL disajikan pada Tabel berikut ini.
LUAS BANGUNAN JUMLAH UNIT
NO JENIS BANGUNAN / PERUNTUKANNYA
(M²) BANGUNAN
1. Stock pile 35.000 1 unit
2. Portacamp 100
3. Timbangan 2 unit
4. Pos security 12 2 unit
5. Selting pound 10.000 1 unit
Tabel 2.4. Peruntukan lahan rencana kegiatan pembangunan TUKS pada lahan darat

 Pembangunan Fasilitas Perairan


Rencana pembangunan fasilitas perairan TUKS oleh PT. PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL akan
dibangun diatas area DLKr perairan. Rencana pembangunan fasilitas perairan TUKS oleh PT.
PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL meliputi pembangunan kolam pelabuhan, area sandar kapal,
kanal pelabuhan, akses masuk dan akses keluar kapal, kolam putar, area sandar, area labuh kapal,
area darurat. Peruntukan lahan dan/atau besaran rencana kegiatan pembangunan Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS) oleh PT. PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL pada area perairan
disajikan pada Tabel berikut ini.
SPESIFIKASI/
NO PERUNTUKAN PARAMETER RUMUS PENDEKATAN KEBUTUHAN KETERANGAN
AREA
1. Alur Pelayanan  Ukuran Panjang  Lebar Alur Pelayaran : Lokasi terminal khusus PT.
Kapal (LoA) = 80 - Dua jalur dan alur melengkung 162 m PETROTAMA NIAGA
m dan kondisi alur kapal jarang INTERNASIONAL berada
 Ukuran Lebar berpapasan (W) = 6 B + 30 M di tepi perairan Sungai
Kapal (B) = 22 m - Dua jalur dan alur melengkung 228 m Apar Kecil dengan lebar
dan kondisi alur kapal sering sungai ± 300 m. Dengan
berpapasan (W) = 9 B + 30 M lebar alur pelayaran
- Dua jalur dan alur relatif panjang 184 m sebesar 137,15 m, maka
dan kondisi alur kapal sering alur pelayaran ini termasuk
berpapasan (W) = 7 B + 30 M dalam kategori aman
- Dua jalur dan alur relatif panjang 118 m
dan kondisi alur kapal jarang
berpapasan (W) = 4 B + 30 M
- Satu jalur dan kondisi alur kapal 110 m
tidak berpapasan. (W) = 5 B

 Lebar alur  Luas Areal Alur Pelayaran (A)


pelayaran (W) Luas Alur Pelayaran (A)= W x L
 Panjang alur - Lebar 162 m 48.600 m2
pelayaran - Lebar 228 m 68.400 m2
(L) = 300 m - Lebar 184 m
55.200 m2
- Lebar 118 m
- Lebar 110 m 35.400 m2
33.000 m2
 Draft kapal (D);  Kedalaman Alur Pelayaran (H) Kedalaman air alur
 Gerak vertikal H=d+G+R+P+S+K penyaluran menurut
kapal karena data survey

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 7
gelombang dan bathimetry adalah
squast (G); sudah cukup dalam
 Ruang kebebasan sekitar -3,2 m
bersih minimum ditambah adanya
adalah 0,5 m pasang surut
untuk dasar terbesar sekitar 1 m.
laut/perairan
berpasir, 0,1 untuk
dasar karang (R);
 Ketelitian
pengukuran (P);
 Pengendapan
sedimen antara
dua pengerukan
 Toleransi
pengerukan (K)
2. Area Labuh  Jari-jari areal R = L + 6D + 30 Meter R = 253,6 m, maka
Jangkar untuk labuh per R = L + 4,5D + 30 Meter Luas = 5,05 Ha
(Anchorage kapal (R)
Area)  Panjang kapal (L) R = L + 25 Meter R= 245,2 m, maka
= 80 m R = L + 50 Meter Luas = 4,72 Ha
 Kedalaman
perairan (D) R = 210 m, maka
= -3,2 m Luas = 3,46 Ha

R = 260 m
Luas = 5,31 Ha
3. Sandar Kapal  Luas perairan A = 1,8L x 1,5L 1,73 Ha x 2 = 3,46 A= 1,73 Ha, dengan jumlah
untuk kapal sandar Ha kapal yang sandar
kapal per 1 kapal sebanyak 2 (dua) kapal,
(A) maka Total Luas = 3,46 Ha
 Panjang kapal (L)
= 80 m

4. Kolam putar  Diameter kolam  Diameter Kolam Putar D = 2 x LoA D = 160 m, maka Dioperasikkan 2 unit area
(Turning Basin) putar (D) luas 2,01 Ha. kolam putar, sehingga
 Length overall/ luas perairan untuk area
LoA (panjang total 2,01 Ha x 2 (unit kolam putar adalah
kapal) = 80 m kapal) = 4,02 Ha sebesar
4,02 ha
 Kedalaman kolam  Kedalaman Kolam Putar D = 1,1 x T -3,08 m Kedalaman di depan
putar (D) dermaga adalah -3,2 m,
 Sarat kapal (T) = - maka masih dalam kategori
2,8 m aman.
5. Jetty  Tipe jetty : Dolphins
 Konstruksi : Tiang
pancang Baja
 Mooring dolphine : 2
buah
 Breasting dolphine :
2 buah
 Kapasitas Kapal :
5000 DWT
6. Area Cadangan 50% dari area labuh jangkar, namun 1,73 Ha
dilapangan area cadangan
diasumsikan sama dengan luas
area labuh jangkar
Tabel 2.5. Peruntukan lahan rencana kegiatan pembangunan TUKS pada area perairan.

2.4. GARIS BESAR KOMPONEN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN


2.4.1. Kesesuaian lokasi rencana usaha dan/ atau kegiatan dengan tata ruang
Kesesuaian rencana kegiatan dengan tata ruang oleh PT. PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL
berupa rencana kegiatan Pembangunan Terminal Khusus. PT. PETROTAMA NIAGA
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 8
INTERNASIONAL selaku pemrakarsa akan melakukan suatu sistem pengelolaan lingkungan baik
dalam keterkaitan kegiatan, keterkaitan dampak yang ditimbulkan, keterkaitan pengelolaan
lingkungan dan keterkaitan manajemen opeasional pengelolaan lingkungan dengan membuat
dokumen lingkungan mengacu kepada Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Kalimantan Timur No. 1
Tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016-2036
dan Peraturan Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Penajam Paser Uatara Tahun 2015-2035.
Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Kalimantan Timur No. 1 Tahun 2016 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016-2036 menunjukkan bahwa
lokasi rencana kegiatan pembangunan TUKS dan fasilitas penunjangnya (pada lahan darat) oleh
PT. PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL berada pada “Kawasan Pertambangan”. Sedangkan
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara Nomor 9 Tahun 2015 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2015-2035 menunjukkan
bahwa lokasi rencana kegiatan pembangunan TUKS dan fasilitas penunjangnya oleh PT.
PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL (pada lahan darat) berada pada daerah dengan peruntukan
“Kawasan Pertambangan”
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
: SK. 4945/MENLHK-PKTL/IPSDH/PLA/.1/8/ 2020 tentang Penetapan Peta Indikatif Penghentian
Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer Dan Lahan Gambut Tahun 2020 Periode II, pada area
lokasi rencana kegiatan juga tidak masuk dalam kategori hutan Alam Primer dan Lahan Gambut.
Peta kesesuaian lokasi rencana kegiatan dengan Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Kalimantan
Timur No. 1 Tahun 2016, Peraturan Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara Nomor 9 Tahun 2015
dan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.
4945/MENLHK- PKTL/IPSDH/PLA/.1/8/ 2020 disajikan pada Gambar 2.6, Gambar 2.7 dan
Gambar 2.8.
2.4.2. Persetujuan prinsip atas rencana usaha dan/ atau kegiatan
Secara prinsip, rencana kegiatan pembangunan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) oleh
PT. PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL telah memiliki beberapa perizinan yang menyatakan
bahwa kegiatan dapat dilakukan. Perizinan-perijinan yang telah dimiliki guna menunjang rencana
kegiatan pembangunan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) disajikan pada Tabel 2.6.
NOMOR DAN TANGGAL
NO JENIS PERIJINAN PEMBERI IJIN
DITERBITKAN
1. Akta Pernyataan Hibah Nomor : 84 Kantor Notaris – PPAT Sa’id
Tanggal : 26 April 2021 Akhmed, SH, M.Kn
2. Nomor Induk Berusaha (NIB) Nomor : 9120208812172 Pemerintah Republik Indonesia
Tanggal : 27 Agustus 2019
3. Izin Lingkungan NIB No : 9120208812172 Pemerintah Republik Indonesia
Tanggal : 14 Februari 2008
4. Permohonan Peninjauan Lokasi dan Nomor : No.04/IV/Gpr/th. 2021 Koperasi GAPURA
Penerbitan Berita Acara Izin Penyesuaian Tanggal : 22 April 2021
dan Balik Nama Perizinan Operasional
Tersus PT. Mitra Energi Agung menjadi
Tersus Koperasi Gapura
5. Pernyataan Kerjasama dan Surat Nomor : 037/waark/IV/2021 Kantor Notaris – PPAT Sa’id
Pernyataan Tanggal : 20 April 2021 Akhmed, SH, M.Kn
6. Persetujuan Ijin Usaha Pertambangan Nomor :545/02/OperasiProduksi/Ek/IV/
Operasi Produksi Perpanjangan Pertama 2013
Kepada Koperasi Gapura Tanggal : 15 April 2013
7. Dll
Tabel 2.6. Perizinan yang sudah dimiliki saat ini terkait dengan rencana kegiatan

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 9

pembangunan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS)

TAMBAHKAN
GAMBAR KERJA
GAMBAR 2.6, 2.7, DAN 2.8

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 10

2.4.3. Komponen Rencana Kegiatan yang Dapat Menimbulkan Dampak Lingkungan


Rencana kegiatan Pembangunan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) secara garis besar
terbagi menjadi 3 (tiga) tahapan kegiatan yaitu tahap pra konstruksi, konstruksi dan operasi. Uraian
terkait tahapan kegiatan rencana kegiatan Pembangunan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri
(TUKS) oleh PT. PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL selengkapnya disajikan pada sub bab
berikut ini.

1. Tahap Pra Konstruksi


Rencana kegiatan pembangunan yang akan dilakukan pada tahap pra konstruksi adalah sebagai
berikut :
a. Pengurusan Perijinan dan Administrasi
Administrasi dan perijinan lain terkait dengan kegiatan Pembangunan Terminal Untuk Kepentingan
Sendiri (TUKS) oleh PT. PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL akan dilakukan secara bertahap
sesuai dengan rencana tahapan kegiatan.
Administrasi dan Perijinan yang sudah dimiliki hingga saat studi ini dilaksanakan disajikan pada
lampiran dokumen (Lampiran Perizinan).
b. Survey Awal dan Perencanaan Tapak
Kegiatan survei yang telah dilakukan meliputi survei awal/ pendahuluan. Kegiatan survei
pendahuluan berupa observasi (pengamatan awal) di lokasi tapak proyek dan sekitarnya. Kegiatan
survei awal ini meliputi survei fisik lingkungan yang meliputi survey kondisi topografi dan kondisi
lahan. Pada kegiatan ini dilakukan pengukuran topografi untuk menggambarkan data situasi
lapangan di areal lokasi. Pengukuran topografi ini akan menghasilkan peta kondisi topografi. Peta
kondisi topografi ini akan digunakan sebagai dasar untuk mendesain pengembangan rencana
pembangunan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS). Kondisi lahan di rencana lokasi
pengembangan diperlukan dalam proses analisis pengembangan rencana bangunan yang akan
digunakan, khususnya analisis posisi dan layout. Data kondisi lahan akan diperoleh dari survey di
lapangan.
Lokasi proyek Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) adalah berupa lahan kosong.
Sedangkan kegiatan perencanaan tapak rencana kegiatan Pembangunan Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS) berupa site plan saat ini juga sudah dilakukan. Beberapa gambar yang
sudah dimiliki adalah gambar kerja dan gambar asbuilt drawing.
2. Tahap Konstruksi
Rencana kegiatan tahap konstruksi secara garis besar terbagi menjadi beberapa kegiatan yaitu :
a. Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
Guna kelancaran kegiatan pembangunan (konstruksi) bangunan dan infrastruktur rencana kegiatan,
maka diperlukan tenaga kerja (konstruksi). Rekruitmen tenaga kerja konstruksi dilakukan saat akan
dimulainya pekerjaan konstruksi. Tenaga kerja yang dibutuhkan pada tahap konstruksi
pembangunan terdiri dari
1) tenaga kerja terampil, yaitu project manager, site manager, ahli K3, tenaga administrasi, teknisi
instalasi jaringan listrik dan lain-lain
2) tenaga kerja buruh. Kebutuhan tenaga kerja ini akan diprioritaskan bagi tenaga kerja lokal sesuai
dengan keahlian dan kualifikasi yang dibutuhkan.
Sistem kerja untuk tenaga kerja konstruksi diatur sesuai dengan peraturan perundangan-undangan
yang berlaku (antara lain: Kepres No. 4 Tahun 1980 tentang Wajib Lapor Lowongan Kerja) dan
perencanaan kerja proyek, sehingga keselamatan tenaga kerja akan terjamin dan efisiensi

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 11
pelaksanaan pekerjaan akan tercapai. Perekrutan tenaga kerja konstruksi akan dilakukan sesuai
tahapan pembangunan dan kebutuhan. Pemanfaatan tenaga kerja lokal akan menjadi prioritas
utama. Perkiraan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan konstruksi rencana
kegiatan Pembangunan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) direncanakan sebanyak ± 100
orang. Diperkirakan tenaga kerja ini akan menetap di lokasi proyek. Banyaknya tenaga kerja
konstruksi disajikan pada Tabel berikut ini.
JUMLAH
NO POSISI / JABATAN KUALIFIKASI
(Org)
1. Project Manager 2 Mininal Sarjana Strata 1 (S1) Jurusan Teknik Arsitektur, memiliki
memiliki Surat Keterangan Keahlian Ahli Arsitektur
2. Site Manager 2 Mininal Sarjana Strata 1 (S1), Jurusan Teknik Sipil/ Arsitektur, memiliki
Surat Keterangan Keahlian Ahli Teknik Bangunan Gedung
3. Ahli K3 (Konstruksi) 2 Mininal Sarjana Strata 1 (S1) Jurusan Teknik Sipil/ Arsitektur, memiliki
Surat Keterangan Keahlian Ahli Teknik Bangunan Gedung
4. Pelaksana Bangunan 3 Minimal SLTA/ Sederajat, memiliki Surat Keterangan Terampil (SKT)
Gedung/ Pekerjaan Gedung Pelaksana Bangunan Gedung/ Pekerjaan Gedung
5. Teknisi Instalasi Jaringan 5 Minimal SLTA/Sederajat, memiliki Surat Keterangan Terampil (SKT)
Listrik Teknisi Instalasi Jaringan Tegangan Rendah
6. Quantity Surveyor 3 Minimal SLTA/ Sederajat, memiliki Surat Keterangan Terampil (SKT)
Quantity Surveyor
7. Pelaksana Plumbing/ 4 Minimal SLTA/ Sederajat, memiliki Surat Keterangan Terampil (SKT)
Pekerjaan Plumbing Pelaksana Plumbing/ Pekerjaan Plumbing
8. Mandor Besi/ Pembesian/ 2 Minimal SLTA/Sederajat, memiliki Surat Keterangan Terampil (SKT)
Penulangan Beton Mandor Besi/ Pembesian/ Penulangan Beton
9. Mandor Tukang Batu/ Bata/ 2 Minimal SLTA/Sederajat, memiliki Surat Keterangan Terampil (SKT)
Beton Mandor Tukang Batu/ Bata/ Beton
10. Juru Ukur 5 Minimal STM Bangunan, memiliki Surat Keterangan Terampil (SKT) Juru
Ukur Kuantitas Bangunan Gedung
11. Juru Gambar 7 Minimal SMA/STM, memiliki Surat Keterangan Terampil (SKT) Juru
Gambar
12. Logistik 5 Minimal pendidikan SMA/SMK/Sederajat

13. Tenaga Administrasi 3 Minimal pendidikan SMA/SMK/Sederajat

14. Tukang (Kayu, Batu, Cat, 20 Non Spesifikasi


Kaca, dll)
15. Buruh Bangunan 25 Non Spesifikasi

16. Supir Truk 5 SIM B

17. Keamanan 5 SLTP/SMU/ Bersertifikat Pelatihan

TOTAL 100

Tabel 2.7. Rencana tenaga kerja pada pekerjaan Pembangunan Terminal Untuk Kepentingan
Sendiri (TUKS)

Penerimaan tenaga kerja pada tahap konstruksi akan dibutuhkan tenaga kerja berkeahlian khusus
(skill) dan tenaga kerja yang tidak berkeahlian khusus (unskill). Kriteria tenaga ahli adalah personal
yang berpengalaman dibidangnya dengan minimal pendidikan S1, tenaga terampil adalah personal
yang berpengalaman dibidangnya minimal pendidikan adalah SLTA/ sederajat, dan kriteria tenaga
kasar adalah personal yang mampu untuk bekerja sesuai dengan pekerjaan yang dimaksud minimal
pendidikan SMP/ SD /sederajat.

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 12

b. Pembangunan dan Pengoperasian Basecamp


Bangunan-bangunan fasilitas yang akan dibangun penunjang kegiatan konstruksi meliputi
perkantoran, gudang, bengkel, motor pool, jalan-jalan hantar, lokasi power supply, bangunan
sementara untuk para karyawan dan pegawai (mess, dapur umum dan bedeng-bedeng kerja), dll.
Luas lahan direksi keet yang akan dibangun pada tahap kontruksi adalah sekitar ± 200 m2, kantor
lapangan seluas ± 60 m2, base camp pekerja dan gudang seluas ± 200 m2. Direksi keet akan
digunakan sebagai kantor direksi dan konsultan pengawas guna menunjang kelancaran pekerjaan.
Kantor lapangan dipergunakan oleh kontraktor pelaksana guna untuk menunjang kelancaran
monitoring lapangan selama kegiatan konstruksi berlangsung. Gudang diperlukan untuk
penempatan bahan (material) dan alat-alat kerja yang digunakan untuk masa konstruksi agar
terlindung dari pengaruh hujan, cuaca dan keamanan. Barak pekerja/ basecamp di lokasi kegiatan
disediakan untuk pekerja konstruksi, Selain itu juga dibangun sarana dan prasarana pendukung
konstruksi yang meliputi listrik kerja, sumur dangkal, sarana MCK, pos keamanan, dll.

 Pengadaan air bersih


Air bersih digunakan untuk keperluan domestik pekerja serta kegiatan konstruksi itu sendiri (adukan
beton, penyiraman jalan dan pembibitan RTH). Jumlah kebutuhan air dihitung berdasarkan asumsi
kebutuhan tenaga kerja konstruksi. Kebutuhan air bersih pada tahap konstruksi untuk pekerja
maupun untuk kegiatan konstruksi berasal dari air tanah (sumur) sekitar lokasi kegiatan. Penentuan
jumlah kebutuhan air dihitung berdasarkan jumlah populasi yang terdapat pada kegiatan konstruksi
(basecamp). Kebutuhan air bersih akan disuplai dari pemanfaatan air tanah dan PDAM
Kabupaten Paser. Pada tahap konstruksi kebutuhan tenaga kerja konstruksi diperkirakan sekitar ±
100 orang, dengan waktu kerja dari jam 08.00 s.d 16.00 WIB. Perkiraan kebutuhan air bersih pada
kegitan konstruksi dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
PEMAKAIAN
PENGGUNA TOTAL PEMAKAIAN
NO KETERANGAN (Lt/Org/
(Org/Unit) (m³/hari)
Hari)
1. Tenaga Kerja Konstruksi 100 150 15
2. Kebutuhan proyek 5
3. Penyiraman badan jalan dan tanaman 3

TOTAL 23
Tabel 2.8. Perkiraan kebutuhan air bersih tahap konstruksi
Sumber : SNI 03-7065-2005 tentang tata cara perencanaan sistem plambing

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa total kebutuhan air domestik pekerja konstruksi dan
kebutuhan air untuk konstruksi diperkirakan sekitar ± 23,0 m3/hari selama masa konstruksi
berlangsung. Pengadaan air bersih kegiatan basecamp berasal dari pengelolaan air bersih eksisting.

 Pengelolaan air limbah domestik (cair dan padat)


Mobilisasi tenaga kerja konstruksi dengan jumlah ± 100 orang diperkirakan menghasilkan air limbah
(domestik) sebanyak ± 12 m3/hari (80% dari jumlah kebutuhan air bersih domestik, yaitu 15 m3/hari)
dilakukan dengan menggunakan MCK portable dan/atau toilet eksisting dengan kapasitas masing-
masing 2 m3. Pada kegiatan ini akan menerapkan program 3R (recycle, reduce & reuse) terhadap
sisa material pembangunan dan penyedotan secara berkala septic tank yang bekerjasama dengan
pihak ketiga yang memiliki ijin. Neraca air pada tahap konstruksi selengkapnya disajikan pada

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 13
Gambar berikut ini.
Kebutuhan Domestik Pekerja Septic Tank Pihak Ke 3 Berijin

AIR BERSIH (SUMBER AIR) 15 m³/ Hari

18,5 m³/ Hari

Penyiraman Jalan

3,0 m³/ Hari

Kebutuhan Kontruksi Sedimen Trap Badan Air Penerima

5,0 m³/ Hari

Hilang Menjadi Bangunan

4,9 m³/ hari

Gambar 2.9. Neraca rencana penggunaan air domestik pada tahap konstruksi

Fasititas pengelolaan limbah (padat) domestik yang diperkirakan menghasilkan limbah (padat)
sebanyak ± 1,47 m3/hari dilakukan dengan mengumpulkan di Tempat Penampungan Sementara
(TPS) dengan jumlah TPS yang akan dibangun ± 2 unit yang berlokasi disekitar lokasi rencana
kegiatan. Kapasitas TPS yang akan dibangun di tapak proyek adalah sekitar 4 m 3 dengan dimensi 2
m x 2 m x 1 m. Perkiraan perhitungan jumlah sampah yang dihasilkan pada tahap konstruksi
disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.9. Perkiraan jumlah sampah yang dihasilkan pada tahap konstruksi
URAIAN
KOMPONEN ORANG JUMLAH
Ltr/Orang/Hari)
Tenaga kerja konstruksi 100 3*) 300 ltr/hari
Konstruksi 2.340**) 1.170 ltr/hari
Total Sampah yang Dihasilkan (ltr/hari) 1.470 ltr/hari
Total Sampah yang Dihasilkan (m3/hari) 1,47 m3/hari
Keterangan :
*) SNI 19-3964-1995
**) Asumsi US EPA

 Pengadaan listrik
Listrik utama yang diperlukan untuk mendukung kontruksi akan disuplai dengan generator set
(genset) dengan kapasitas sekitar ± 250 KVA. Generator set (genset) diperkirakan akan
menghasilkan limbah B3 (cair) berupa oli (bekas). Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya
pengelolaan terhadap limbah (cair) B3. Penggunaan energi listrik pada pekerjaan konstruksi akan
digunakan untuk penerangan basecamp, pengoperasian peralatan kantor, pengoperasian pompa-
pompa, penerangan jalan dan lokasi proyek.

 Penanganan limbah B3
Terkait dengan limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan konstruksi, maka akan dibangun TPS B3
dimana pembangunan, penanganan dan penyimpanan LB3 akan mengacu kepada Peraturan
Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dan

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 14
KEP- 01 /BAPEDAL/09/1995 tentang tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan
pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun, Peraturan Pemerintah RI No. 101 Tahun 2014
tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, Kepka Bapedal No. 2 Tahun 1995
tentang dokumen limbah bahan berbahaya dan beracun dan Permen LH RI No. 14 Tahun 2013
tentang simbol dan label bahan limbah berbahaya dan beracun.

c. Mobilisasi Peralatan dan Material


Mobilisasi peralatan dan material ke dan dari lokasi kegiatan akan melalui jalan darat. Peralatan
diangkut dengan menggunakan truck yang sesuai ke lokasi proyek. Material dan peralatan yang
akan digunakan disyaratkan untuk tidak mencemari lingkungan. Mobilisasi dan demobisilsasi
peralatan konstruksi terdiri atas beberapa jenis peralatan menyesuaikan kebutuhan dilapangan.
Jenis dan jumlah peralatan konstruksi yang akan digunakan untuk rencana kegiatan Pembangunan
Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.10. Rencana jenis dan jumlah peralatan konstruksi yang akan dimobilisasi
NO JENIS PERALATAN KAPASITAS Unit

1. Buldozer 100 m3/jam 4


2. Excavator 60 m3/-iam 3
3. Mesin pancang - 1
4. Kompresor 10 atm 4
5. Forklift 5 ton 4
6. Truck Mixer 12 ton 5
7. Pompa Air 15 HP 4
8. Molen 2 m3 3
9. Dump truck 8 m3 10
10. Genset - 1
11. Compresor - 1
12. Mesin Las - 1
13. Stamper - 1
14. Pompa Air - 1
15. Scaffolding 2 inch 500 set
16. Vibrator - 2 unit
17. Meteran Gulung - Ls
18. Cangkul - Ls
19 Linggis - Ls
Bahan bangunan utama yang diperlukan untuk konstruksi pembangunan yaitu besi beton, besi
kerangka, kayu, batu split, pasir, kaca, cat, semen, adukan beton, batu bata, asesori, genteng/atap,
sirtu, keramik, dan lain-lain. Bahan-bahan bangunan tersebut akan disimpan pada lahan yang telah
disiapkan dan ditata agar tidak banyak terjadi kehilangan dan dekat lahan dimana bangunan akan
dibauat. Pasir, batu dan batu bata dapat disimpan pada lahan terbuka sedangkan semen disimpan
pada tempat tertutup, serta besi beton, kayu disimpan pada lahan yang hanya beratap. Aliran air
hujan di lokasi penyimpanan bahan-bahan tersebut diatur sehingga tidak menghanyutkan bahan
bangunan terutama pasir. Bahan-bahan bangunan tersebut didatangkan secara bertahap sesuai
dengan target pada setiap tahapan pembangunan yang telah diprogramkan. Pengangkutan bahan
material kontruksi tersebut dilakukan oleh masing-masing perusahaan rekanan dengan alat angkut
berupa dump truck dan jenis kendaraan lain sesuai dengan kebutuhan pengangkutan bahan
tersebut. Rencana mobilisasi material kegiatan pembangunan TUKS disajikan pada Tabel berikut
ini.

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 15

Tabel 2.11. Rencana mobilisasi material kegiatan pembangunan TUKS


NO JENIS BAHAN SAT NO JENIS BAHAN SAT
1. Baja (ASTM A252 Grade B) 18. Batu bata merah/ batako bh

2. Kayu begesting m³ 19. Kayu sengon kaso 5/7 m³

3. Paku usuk kg 20. Multiplek 9 mm lbr

4. Kayu m³ 21. Bambu apus 4 m' ljr

5. Batu kali m³ 22. Kayu perancah/sengon m³

6. Portland Cement (PC) 40 Kg kg 23. Kawat las listrik kg

7. Pasir pasang m³ 24. Meni kayu kg

8. Pasir beton m³ 25. Cat besi kg

9. Batu pecah 2/3 cm (split), cruser m³ 26. Minyak cat/Tinner B ltr

10. Air ltr 27. Pipa Medium 3" ; 4 mm kg

11. Pasir urug m³ 28. Blackpipe SCH 40 Dia 5" 6,6 mm thickness kg

12. Besi beton kg 29. Blackpipe SCH 40 Dia 8" 6,4 mm thickness kg

13. Kawat bendrat kg 30. Blackpipe SCH 40 Dia 10" 9,3 mm thickness kg

14. Minyak begesting ltr 31. Pipa Medium Dia 12" 6,4 mm kg

15. Pekerjaan harian dan Ls 32. Plat baja tebal 20 mm kg


pembersihan 2400 t/m³
16. Beton (Semen Portland Tipe 1 sesuai 620 MPa, 33. Dll.
dengan ASTM C150)
17 Tulangan (ASTM A615M Grade 60, JIS 400 MPa
G3122, SD390, setara dengan U40 SNI

d. Penyiapan Lahan dan Penataan Lahan (Darat)


Sebelum dilakukan kegiatan konstruksi, lokasi rencana kegiatan pembangunan TUKS terutama
pada lahan darat (DLKr) harus dilakukan pembersihan lahan. Pembersihan lahan merupakan
pekerjaan yang terdiri atas pembersihan lahan dari semua pohon, halangan - halangan, semak-
semak, sampah, dan bahan lainnya yang tidak dikehendaki atau menggangu keberadaannya.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada waktu pembersihan lahan yaitu penebangan
bermacam-macam jenis tanaman yang ada pada lokasi rencana tapak proyek sampai lahan benar-
benar bersih dan siap untuk pekerjaan selanjutnya yaitu penggalian, pengurugan, perataan tanah,
penataan saluran dan lain-lain. Lokasi juga harus diratakan dengan menambah tanah dan dilakukan
pematangan lahan dengan memadatkan lahan menggunakan alat berat untuk mendapatkan lahan
yang stabil. Setelah dilakukan penyiapan lahan, kegiatan selanjutnya adalah penataan lahan.
Penatan lahan rencana kegiatan pembangunan yang akan dilakukan yaitu berupa land leveling
sendiri meliputi pekerjaan penggalian tanah yang mempunyai elevasi tinggi (daerah bergelombang)
serta pengurugan lahan yang rendah sesuai dengan lahan yang direncanakan. Semua pekerjaan
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 16
penataan lahan dari beberapa bagian dilaksanakan menurut ukuran ketinggian yang ditunjukkan
dalam gambar, atau menurut ukuran dan ketinggian lain, yang diperintahkan oleh Direksi. Ukuran
yang berdasarkan atau berhubungan dengan ketinggian tanah, atau jarak terusan ditunjukkan
kepada Direksi lebih dahulu, sebelum memulai pekerjaan tanah pada setiap tempat.

e. Pekerjaan Struktur Bangunan TUKS (Fasilitas Darat dan Fasilitas Laut)


Secara garis besar rencana kegiatan pembangunan bangunan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri
(TUKS) akan dilaksanakan pada lahan darat dan area perairan. Berdasarkan rencana fungsi
kegiatan pelabuhan, dapat diturunkan zona-zona atau kawasan yang merupakan satu kesatuan
kegiatan. Struktur dan pola pemanfaatan ruang dibagi atas :
 Daratan : Dermaga, lapangan penumpukan, lapangan parkir, Kantor, Pos jaga, Rumah
Generator Set, areal fasilitas penunjang (prasarana).
 Perairan : Kolam pelabuhan, Area sandar kapal, kanal pelabuhan, akses masuk dan
akses keluar kapal, olam putar, area sandar, area labuh kapal, area darurat.
Rencana pembangunan TUKS dan fasilitas penunjangnya pada fasilitas darat dan laut
selengkapnya disajikan pada sub bab berikut :
 Pembangunan pada Fasilitas Darat
Pembangunan bangunan utama Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) oleh PT.
PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL yang akan dibangun berupa bangunan stock pile batu
bara seluas ± 35.000 m2, settling pond sebanyak 2 unit seluas ± 10.000 m2, portacamp
(perkantoran) seluas ±100 m2, timbangan 2 unit, pos security 2 unit seluas ± 12 m2 dan sarana
pendukung lainnya. Secara garis besar rencana pembangunan TUKS dan fasilitas
penunjangnya oleh PT. PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL terbagi menjadi beberapa zona,
yaitu :
 Zona perkantoran
Zona perkantoran di kawasan terminal khusus ini digunakan untuk kegiatan karyawan yang
berkepentingan seperti pengawasan, rapat, Kepentingan bisnis serta kegiatan lainnya yang bersangkutan
dengan perkantoran pada umumnya. Ruang Luas
 Zona generator set dan tangki BBM
Generator Set dan Pompa air 30 m²
Zona ini diperuntukan untuk menyimpan Tangki Air 10 m²
Generator set serta penempatan tangki BBM
untuk keperluan penerangan serta pengisian
BBM kapal serta kendaraan lain yang Tabel 2.12. Kebutuhan bangunan
memerlukan, diperkirakan kebutuhan area ini
paling tidak minimal 40 m², dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Sesuai dengan Permen LH No. 03 tahun 2007 mempertegas bahwa bukan hanya pelabuhan
umum yang wajib memiliki reception facilities, tetapi pelabuhan khusus juga menjadi target
dalam aturan tersebut. Apabila dimungkinkan, setiap pelabuhan tidak hanya dapat
menampung limbah B3 saja, tetapi dapat pula memiliki fasilitas pengelolaan limbah B3.
Terminal untuk kepentingan sendiri (TUKS) akan dilengkapi dengan wadah penyimpanan
sementara limbah dari kapal yang berlabuh dan dari kegiatan TUKS. Limbah ini selanjutnya
akan diserahkan ke reception facility atau pihak ketiga yang memiliki ijin pengangkutan atau
pengelolaan limbah (B3 dan non B3) untuk dikelola lebih lanjut.
 Zona Pos Jaga
Zona ini diperuntukan untuk mengontrol keamanan dari pihak luar serta sebagai pintu masuk

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 17
ke lokasi Terminal Khusus. Pos Jaga harus selalu dijaga oleh petugas keamanan.
 Zona Prasarana Lainnya
Zona ini dapat di gunakan untuk prasarana lainnya seperti, lahan arkis, lanscaping,
drainase, jalan, lapangan penumpukan, WC, sistem plumbing (instalasi air bersih),
pengelolaan air kotor, sistem pemadam kebakaran, instalasi air hujan, dll.
Instalasi air bersih meliputi penyedian air bersih itu sendiri dan distribusi. Sistem ini
menyangkut sumber air bersih, sistem penampungan air (bak air / tangki), pompa transfer dan
distribusi. Ilustrasi pembangunan sistem penampungan (toren air) sebagai fasilitas pendukung
TUKS.
Rencana pengadaan sumber air bersih kegiatan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS)
berasal unit pengolahan air bersih eksisting yang berasal dari air tanah dan PDAM. Sumber
air langsung dialirkan ke penampungan air bersih kemudian air akan dipompa menuju dan
didistribusikan ke berbagai ruang yang membutuhkan air. Setelah air digunakan maka akan
disalurkan ke instalasi air kotor. Sistem instalasi untuk mengalirkan air buangan yang berasal
dari peralatan saniter (berupa closet dan urinoir). Sistem instalasi ini kemudian diteruskan ke
septictank, hingga akhirnya menuju saluran umum.
Jaringan pembuangan air di dalam kantor akan dilengkapi dengan pipa udara (vent) dan
semua pipa baik pipa air bersih maupun air kotor akan masuk ke shaft yang disediakan,
perletakan pipa-pipa akan disesuaikan dengan kondisi shaft sehingga memudahkan
pemasangan dan perbaikan bila ada perubahan.
Pekerjaan instalasi air hujan merupakan pekerjaan instalasi untuk mengalirkan air hujan yang
berasal dari atap maupun jalur terbuka yang mengalirkan air. Air hujan yang dibawa dalam
sistem plambing akan disalurkan ke dalam lokasi pembuangan untuk air hujan. Sistem
plambing air hujan yang digabung dengan air buangan pada lantai terbawah akan dilengkapi
dengan perangkap untuk mencegah keluarnya gas dan bau tidak enak dari system tersebut.
Perangkap yang terpasang berukuran minimal sama dengan pipa mendatar yang terpasang
bersama dan dilengkapi dengan pembersih di tiap ujungnya yang terletak di dalam gedung
(kantor). Pada ujung dimana air masuk, dilengkapi dengan penahan kotoran yang diharapkan
system plambing air hujan tidak terganggu. Gutter (talang atap) dan leader (talang tegak) air
hujan digunakan untuk menangkap air hujan yang jatuh ke atas atap atau bidang tangkap
lainnya di atas tanah. Dari leader kemudian dihubungkan ke titik-titik pengeluaran, yaitu ke
permukaan tanah atau system drainase bawah tanah (underground drain). Tidak
diperkenankan menghubungkannya dengan system saluran saniter. Talang tegak dapat
ditempatkan di dalam ruangan (conductor) maupun di luar bangunan (leader). Sedangkan
pekerjaan sanitair meliputi pengadaan barang untuk sanitair, pengukuran, pemasangan dan
perapihan. Dalam pekerjaan sanitair yang perlu diperhatikan adalah separingan dan gambar
pola keramik dan derajat kemiringan aliran air buangan.
Guna keperluan perlindungan lokal bagi bangunan-bangunan kantor dan bangunan fasilitas
lainnya, sesuai dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia maka masing-
masing bangunan akan dibangun sistem proteksi kebakaran sesuai dengan jenis
bangunannya. Sistem pemadaman kebakaran luar ruang menggunakan sistem hydrant.
Sistem ini akan memanfaatkan air dari pengadaan air eksisting. Sedangkan sistem pemadam
kebakaran di dalam ruangan akan menggunakan sistem sprinkler otomatis. Selain itu, pada
masing-masing ruangan yang rawan kebakaran akan disediakan racun api.

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 18

Secara garis besar pekerjaan struktur bangunan TUKS dan fasilitas penunjang yang akan dilakukan
meliputi :
 Pekerjaan Pondasi, Bangunan Bawah dan Atas
Pondasi adalah alas sebuah rumah atau bangunan. Kekuatan bangunan salah satunya
ditentukan oleh kekuatan pondasi. Dengan pondasi, kestabilan suatu bangunan terhadap
beban dan gaya-gaya (baik luar maupun dalam, baik vertikal, horizontal maupun momen
puntir) dapat ditahan. Pekerjaan pondasi pada pembangunan fasilitas penunjang TUKS oleh
direncanakan akan menggunakan pondasi tapak. Pondasi tapak (pad foundations) dipakai
untuk mendukung titik beban tunggal pada sebuah bangunan.
Struktur pondasi akan disesuaikan dengan desain serta beban yang akan ditanggung.
Setelah pemasangan pekerjaan pondasi selesai diteruskan dengan pekerjaan fisik bangunan
bawah dan pekerjaan fisik bangunan atas. Pekerjaan pembangunan pondasi, bangunan
bawah dan bangunan atas memerlukan banyak adukan beton. Untuk pengadaan adukan
beton akan diperoleh dari concrete mixer. Pemasangan tiang pancang, pembangunan
pondasi, pekerjaan konstruksi fisik bangunan bawah dan atas akan diborongkan kepada
kontraktor.
 Pekerjaan Struktur
Pekerjaan pembangunan struktur ini meliputi pemasangan balok, kolom beton bertulang, plat
lantai beton dan atap palt beton water profing with screet. Kegiatan lain yang akan dilakukan
adalah pengecoran. Pekerjaan pengecoran ini akan berlangsung simultan. Setelah
pembangunan struktur bangunan, selanjutnya dilakukan pekerjaan arsitektur. Pekerjaan
arsitektur meliputi pekerjaan adukan dan campuran, pekerjaan pasangan batu kali, pekerjaan
pasangan batu-batu, pekerjaan pasangan ubin keramik dan ubin, pekerjaan beton non
struktural, pekerjaan plesteran, pekerjaan kayu, pekerjaan kusen, rangka pintu dan jendel
aluminium, pekerjaan daun pintu, pekerjaan kusen dan pintu besi, pekerjaan perlengkapan
pintu dan jendela, pekerjaan kaca dan cermin, pekerjaan langit-langit, pekerjaan logam
arsitektur, pekerjaan saniter, perlindungan, pengecatan, pekerjaan dinding partisi, pekerjaan
atap metal, talang vertikal, raised floor, cladding, dan pekerjaan pembersihan, pembongkaran
dan pengamanan setelah pembangunan.

 Pembangunan Pada Fasilitas Perairan


Rencana kegiatan pembangunan fasilitas TUKS pada area perairan meliputi pembangunan
dermaga, kolam terminal, alur pelayaran dan pengadaan sarana bantu navigasi. Mengingat alur
pelayaran Sungai Apar Kecil yang cukup aktif, serta kondisi kedalaman yang memadai, posisi
dermaga terminal khusus akan ditempatkan sedekat mungkin dengan daratan. Secara umum
layout rencana kegiatan pembangunan fasilitas TUKS pada area perairan selengkapnya
disajikan pada Gambar berikut ini.

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 19

TAMBAHKAN
GAMBAR LAYOUT PEL
GAMBAR 2.10

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 20

Dermaga adalah suatu fasilitas pada pelabuhan yang berfungsi sebagai tempat bertambatnya
kapal. Pada dermaga, berlangsung kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan ke atas
kapal. Dermaga yang akan dibangun menggunakan sistem berthing dolphine dan mooring
dolphine. Pada dermaga tersus, tidak akan dibuat lantai dermaga. Namun demikian disediakan
jalur untuk truck dan atau alat berat naik- turun ke-dari tongkang. Dermaga dolphins merupakan
tempat atau sarana untuk melakukan bongkar muat kapal atau sandarnya kapal yang
berupa dolphin diatas tiang pancang. Dolphin adalah konstruksi yang digunakan untuk
menambat kapal yang biasanya digunakan besama-sama dengan dermaga (pier) dan wharf
untuk memperpendek panjang bangunan tersebut. Alat penambat ini direncanakan untuk dapat
menahan gaya horizontal yang ditimbulkan oleh benturan kapal, tiupan angin, dorongan arus
yang mengenai badan kapal pada waktu ditambatkan. Rencana pembangunan jetty (jetty plane)
selengkapnya disajikan pada Gambar 2.11 - Gambar 2.14 .
Rencana pembangunan dermaga didesain dengan 1 (satu) service jetty, 2 (dua) breasting
dolphin, dan 4 (empat) mooring dolphin. Breasting dolphin (berthing dolphin) diletakkan
berhadapan langsung atau menempel dengan badan kapal pada saat kapal bersandar.
Konstruksi dermaga yang akan dibangun merupakan konstruksi dermaga jetty dengan konstruksi
dolphin sebagai struktur utama dermaga yang terdiri dari struktur breasting dan mooring dolphin
serta struktur catwalk. Breasting dolphin adalah bagian struktur dermaga minyak untuk menyerap
energi kinetic kapal yang bersandar, memegangi kapal, mengikat surface line kapal. Mooring
dolphin diletakkan dibelakang berthing line atau garis sandar kapal dengan jarak 34,5 - 49,5 m
supaya mooring line tidak terlalu kendor. Penempatan platform didesain untuk memfasilitasi
mooring untuk kapal 5000 DWT. Setiap platform akan disambungkan dengan catwalk dan
dihubungkan ke darat dengan menggunakan trestle. Mooring dolphin adalah bagian struktur
dermaga minyak untuk menahan gaya tarikan kapal / mengikat kapal, sedangkan struktur
catwalk adalah salah satu fasilitas dari dermaga jetty dolphin yang berfungsi sebagai
penghubung antara dermaga (unloading platform) dengan breasting dolphin, penghubung antara
mooring dengan breasting dolphin, serta penghubung antar mooring dolphin. Rencana
pembangunan breasting dolphin, mooring dolphin, catwalk pada dermaga disajikan pada Gambar
2.15 - Gambar 2.19.
Sedangkan trestle merupakan jalan/ akses dari dermaga menuju darat yang berupa jembatan
dan digunakan untuk menghubungkan daratan dengan dermaga. Trestle berupa jembatan
penghubung antara daratan dan dermaga bermaterial beton yang dibangun di atas tiang
pancang. Trestle merupakan bagian dari konstruksi jetty yang merupakan suatu fasilitas dalam
pelabuhan yang terdiri atas jembatan penghubung berupa trestle sampai ke kepala jetty ataupun
dermaga. Komponen struktur pembangunan trestle terbagi atas struktur atas yang terdiri dari
balok, pelat dan pile cap, serta struktur bawah yang terdiri dari tiang pancang.
Pembangunan fasilitas TUKS pada DLKr perairan lainnya meliputi pembangunan Kolam
pelabuhan, Area sandar kapal, kanal pelabuhan, akses masuk dan akses keluar kapal, olam
putar, area sandar, area labuh kapal, area darurat.

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 21

TAMBAHKAN
GAMBAR DERMAGA
GAMBAR 2.11-2.14
GAMBAR 2.15-2.19

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 22

Sedangkan trestle merupakan jalan/ akses dari dermaga menuju darat yang berupa jembatan
dan digunakan untuk menghubungkan daratan dengan dermaga. Trestle berupa jembatan
penghubung antara daratan dan dermaga bermaterial beton yang dibangun di atas tiang
pancang. Trestle merupakan bagian dari konstruksi jetty yang merupakan suatu fasilitas dalam
pelabuhan yang terdiri atas jembatan penghubung berupa trestle sampai ke kepala jetty ataupun
dermaga. Komponen struktur pembangunan trestle terbagi atas struktur atas yang terdiri dari
balok, pelat dan pile cap, serta struktur bawah yang terdiri dari tiang pancang.
Pembangunan fasilitas TUKS pada DLKr perairan lainnya meliputi pembangunan Kolam
pelabuhan, Area sandar kapal, kanal pelabuhan, akses masuk dan akses keluar kapal, kolam
putar, area sandar, area labuh kapal, area darurat.

a) Alur Pelayaran
Alur pelayaran adalah bagian dari perairan yang alami maupun buatan yang dari segi kedalaman,
lebar dan hambatan pelayaran lainnya dianggap aman untuk dilayari. Alur pelayaran ini ditandai
dengan alat bantu pelayaran yang berupa pelampung dan lampu lampu. Alur pelayaran harus
memiliki kedalaman yang cukup supaya kapal-kapal dapat keluar masuk dengan aman pada saat air
surut terendah (LLWL).
Alur pelayaran adalah bagian perairan pelabuhan yang berfungsi sebagai jalan masuk atau jalan
keluar bagi kapal-kapal yang berlabuh. Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang
akan masuk ke dermaga. Alur pelayaran masuk ke pelabuhan biasanya sempit dan dangkal. Alur-
alur tersebut merupakan tempat terjadinya arus, terutama yang disebabkan pasang surut.
Dasar pertimbangan alur pelayaran sebagai berikut :
1. Navigasi yang mudah dan aman untuk memberikan kemudahan bagi kapal-kapal yang
melakukan gerak manuver.
2. Karakteristik kapal yang akan dilayani (panjang,lebar,sarat).
3. Mode operasional alur pelayaran: satu arah atau dua arah.
4. Batimetri alur pelayaran (kondisi dasar sungai/laut, jaringan pipa, kabel bawah laut, dan lain
lain).
5. Konsisi hidro-oseanografi: arus, gelombang, pasang surut.
6. Kondisi meteorologi, terutama kecepatan dan arah angin.
7. Tingkat pelayanan yang disyaratkan: kapal dapat melayari alur pelayaran setiap saat atau hanya
pada saat laut pasang
8. Kondisi geoteknik dasar alur pelayaran.
Suatu alur masuk ke pelabuhan yang lebar dan dalam akan memberilam keuntungan-
keuntungan di antaranya adalah:
1. Jumlah kapal yang dapat bergerak tanpa tergantung pada pasang surut akan lebih besar
2. Berkurangnya batasan gerak dari kapal-kapal yang mempunya draft besar
3. Dapat menerima kapal yang berukuran besar masuk ke pelabuhan
4. Mengurangi waktu tunggu kapal yang hanya dapat masuk ke pelabuhan pada waktu air pasang
5. Mengurangi waktu transit barang-barang.

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 23

Gambar 2.22. Lebar alur pelayaran

Gambar 2.20. Lebar alur pelayaran

Dasar perhitungan Lebar Alur Pelayaran I :


Dasar perhitungan Lebar Alur Pelayaran untuk dua jalur dan alur melengkung dan kondisi alur
kapal jarang berpapasan Lebar Alur Pelayaran (W)= 6 B + 30 M
Dimana : B = Lebar kapal (meter)
Analisa : Ukuran panjang kapal yang melintasi alur pelayaran (LoA) adalah 80 m dan lebar
kapal (B) adalah 22 m, maka lebar alur pelayaran yang akan dibangun adalah 162 m.
Dasar Perhitungan Lebar Alur Pelayaran II :
Dasar perhitungan Lebar Alur Pelayaran untuk dua jalur dan alur melengkung dan kondisi alur
kapal sering berpapasan Lebar Alur Pelayaran (W)= 9 B + 30 M
Dimana : B= lebar kapal (meter)
Analisa : Ukuran panjang kapal yang melintasi alur pelayaran (LoA) adalah 80m dan lebar kapal
(B) adalah 22m, maka lebar alur pelayaran yang akan dibangun adalah 228 m.
Dasar Perhitungan Lebar Alur Pelayaran III :
Dasar perhitungan Lebar Alur Pelayaran untuk dua jalur dan alur relatif panjang dan kondisi
alur kapal sering berpapasan Lebar Alur Pelayaran (W)= 7 B + 30 M
Dimana : B= lebar kapal (meter)
Analisa : Ukuran panjang kapal yang melintasi alur pelayaran (LoA) adalah 80 m dan lebar
kapal (B) adalah 22 m, maka lebar alur pelayaran yang akan dibangun adalah 184 m.
Dasar Perhitungan Lebar Alur Pelayaran IV :
Dasar perhitungan Lebar Alur Pelayaran untuk dua jalur dan alur relatif panjang dan kondisi
alur kapal jarang berpapasan Lebar Alur Pelayaran (W)= 4 B + 30 M
Dimana : B= lebar kapal (meter)
Analisa : Ukuran panjang kapal yang melintasi alur pelayaran (LoA) adalah 80m dan lebar
kapal (B) adalah 22m, maka lebar alur pelayaran yang akan dibangun adalah 118 m.
Dasar Perhitungan Lebar Alur Pelayaran V :
Dasar perhitungan Lebar Alur Pelayaran untuk satu jalur dan kondisi alur kapal tidak
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 24
berpapasan Lebar Alur Pelayaran (W)= 5 B
Dimana : B= lebar kapal ( meter )
Analisa : Ukuran panjang kapal yang melintasi alur pelayaran (LoA) adalah 80m dan lebar
kapal (B) adalah 22m, maka lebar alur pelayaran yang akan dibangun adalah 110 m.
Sedangkan untuk menghitung luas areal alur pelayaran digunakan:
Rumus pendekatan : Luas Alur Pelayaran (A)= W x L
Dimana : W = lebar alur pelayaran
L = panjang alur pelayaran (300 m)
DASAR LEBAR ALUR PELAYANAN LUAS ALUR PELAYANAN Tabel 2.13. Analisa perhitungan
PERHITUNGAN (m) 2
(m ) lebar alur pelayaran
A 162 48.600
B 228 68.400
C 184 55.200
D 118 35.400
E 110 33.000

Kesimpulan :
Lokasi terminal khusus Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA) berada di tepi perairan
Sungai Apar Kecil dengan lebar sungai ± 300 m. Dengan lebar alur pelayaran sebesar 137,15 m, maka
alur pelayaran ini termasuk dalam kategori aman.

Kedalaman alur pelayaran operasional ideal adalah kedalaman air di alur masuk harus cukup besar
untuk memungkinkan pelayaran pada muka air terendah dengan kapal bermuatan penuh. Kedalaman
air diukur terhadap muka air referensi. Muka air referensi ditentukan berdasarkan nilai rata-rata muka
air surut terendah pada saat spring tide dalam periode panjangyang disebut LLWS (lower low water
spring tide).

Gambar 2.21. Kedalaman Alur


Pelayaran Dasar

Perhitungan Kedalaman Alur Pelayaran : H = d + G + R + P + S + K


Dimana : D = Draft kapal
G = gerak vertikal kapal karena gelombang dan squast
R = Ruang kebebasan bersih minimum adalah 0,5 m untuk dasar laut/perairan
berpasir, 0,1 untuk dasar karang
P = Ketelitian pengukuran
S = Pengendapan sedimen antara dua pengerukan
K = Toleransi pengerukan
Analisa : Kedalaman air alur penyaluran menurut data survey Bathimetry adalah sudah cukup
dalam sekitar -3,2 m ditambah adanya pasang surut terbesar sekitar 1 m.

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 25
Kesimpulan :
Ukuran kapal tongkang yang akan melintasi alur pelayaran adalah mempunyai sarat kapal 2,8 m,
sedangkan kedalaman alur pelayaran adalah diatas -3 m, sehingga kapal dapat melintas alur
pelayaran dengan aman pada berbagai kondisi.

Berdasarkan Pertimbangan Teknis Penetapan Lokasi Terminal Khusus Nomor : NV.008/1/1/DNG.BJM-


2018 Bahwa Kondisi di Lokasi dengan kondisi Hidrografi pada kedalaman Perairan ±3.0 s/d 8.0 Lws
dengan lebar sungai ±350m s/d 370 , dengan pengaruh pasagng surut ± 0.24 s/d 7.0 m (Pada saat
Musim Hujan), Kecepatan arus 2 s/d 6 knot ±0.47 nm dari terminal khusus talen orbit prima, dengan
Panjang alur pelayaran menuju muara Sungai Apar Kecil laut jawa ±245.91 nm.
Berdasarkan berita acara dan evaluasi Rencana Pembangunan Terminal Khusus (Tersus) Batubara
Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA) Desa Paring luhung Kecamatan Montallat,
Kabupaten Paser, Provinsi kalimantan tengah, dengan Nomor Berita acara : Nomor: UM.
00./02/199/VI/UPP.RI/-2019, Rencana Kolam Tersus Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat
(GAPURA) Menggunakan Sungai Apar Kecil, yang memiliki alur dengan kondisi yang dapat dilayari
kapal dari lokasi terminal khusus hingga muara memenuhi dari segi keselamatan pelayaran pada
perairan pedalaman yaitu :
No. Aspek Pelayaran Minimal (m) Maksimal (m) Rata-rata (m)
1. Kedalaman (m) 3 Meter 10 Meter 5 Meter
2. Lebar (m) 60 Meter 600 Meter 250 Meter
3. Keepatan Arus (Knot) 2.2 Knot 10 Knot 4 knot
4. Ruang Bebas (m) 0 (Pasang) 15 Meter (Surut) 10 Meter
5. Hambatan Saat Surut Saat Pasasng -
Tabel 2.14. Aspek pelayaran

b) Area Labuh Jangkar (Anchorage Area)


Area labuh jangkar (anchorage area) atau area tempat berlabuh adalah tempat dimana kapal diam
dan menunggu waktu merapat ke dermaga.
Dasar Perhitungan I :
Dasar perhitungan areal labuh jangkar ( anchorage area) adalah: Rumus Pendekatan : R = L +
6D + 30 m
Dimana : R = Jari-jari areal untuk labuh per kapal
L = Panjang kapal
D = Kedalaman perairan
Analisa : Ukuran panjang kapal yang berlabuh (LOA) adalah 80m dan kedalaman perairan -
3,2 m maka diameter area labuh adalah sebesar 253,6 m. dengan demikian
diperoleh luas areal labuh sebesar 5,05 ha.
Dasar Perhitungan II :
Dasar perhitungan areal labuh jangkar (anchorage area) adalah: Rumus Pendekatan : R = L +
4,5D + 30 m
Dimana : R = Jari-jari areal untuk labuh per kapal
L = Panjang kapal
D = Kedalaman perairan
Analisa : Ukuran panjang kapal yang berlabuh (LOA) adalah 80m dan kedalaman perairan -
3,2 m maka diameter area labuh adalah sebesar 245,2 m. Dengan demikian

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 26
diperoleh luas areal labuh sebesar 4,72 ha.
Dasar Perhitungan III :
Dasar perhitungan areal labuh jangkar (anchorage area) adalah : Rumus Pendekatan : R = L +
25 m
Dimana : R = Jari-jari areal untuk labuh per kapal
L = Panjang kapal
D = Kedalaman perairan
Analisa : Ukuran panjang kapal yang berlabuh (LOA) adalah 80m dan kedalaman perairan -
3,2 m maka diameter area labuh adalah sebesar 210 m. dengan demikian
diperoleh luas areal labuh sebesar 3,46 ha.
Dasar Perhitungan IV :
Dasar perhitungan areal labuh jangkar (anchorage area) adalah: Rumus Pendekatan : R = L +
50 m
Dimana : R = Jari-jari areal untuk labuh per kapal
L = Panjang kapal
D = Kedalaman perairan
Analisa : Ukuran panjang kapal yang berlabuh (LOA) adalah 80m dan kedalaman perairan -
3,2 m maka diameter area labuh adalah sebesar 260 m. Dengan demikian
diperoleh luas areal labuh sebesar 5,31 ha.

No. DASAR PERHITUNGAN Maksimal (m) Rata-rata (m)


1. I 253,6 5,05
2. II 245,2 4,72
3. III 210 3,46
4. IV 260 5,31
Tabel 2.15. Analisa perhitungan luas area labuh jangkar

Kesimpulan :
Perhitungan luas perairan sebagai area labuh jangkar (anchorage area) yang dibutuhkan adalah
luasan terkecil yaitu pada perhitungan III sebesar 3,46 Ha.

c) Area Sandar Kapal


Area sandar kapal adalah lokasi perairan tempat kapal bersandar, mengisi perbekalan, atau
melakukan aktivitas bongkar muat.
Dasar Perhitungan Area Sandar Kapal :
Rumus Pendekatan : A = 1,8L x 1,5L
Dimana : A = Luas perairan untuk kapal sandar kapal per 1 kapal
L = Panjang kapal
Analisa : Ukuran panjang kapal yang sandar (LoA) adalah 80m, maka luas perairan sebagai
tempat sandar kapal adalah sebesar 1,73 ha.
Area Sandar Total Luas Area
Dasar Perhitungan
Luas (ha) Jumlah (unit) Sandar (ha)
Luas Area Sandar Kapal
1,73 2 3,46
1,8L x 1,5L
Tabel 2.16. Analisa perhitungan luas area sandar kapal

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 27

Kesimpulan:
Luas area perairan untuk sandar kapal adalah sebesar 1,73 ha. Dengan jumlah kapal yang sandar
sebanyak 2 (dua) kapal maka luas perairan untuk keperluan area sandar kapal adalah sebesar 3,46 ha.

d) Kolam Putar (Turning Basin)


Kolam putar adalah kolam pelabuhan yang digunakan untuk kapal bermanuver. Kawasan kolam
putar tempat kapal melakukan gerak putar untuk berganti haluan harus direncanakan sedemikian
rupa sehingga memberikan ruang cukup luas dan kenyamanan.
Dasar pertimbangan kriteria kolam putar sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut:
1. Perairan harus cukup tenang
2. Lebar kedalaman perairan kolam disesuaikan dengan fungsi dan kebutuhan
3. Kemudahan gerak (maneuver) kapal
4. Cukup lebar supaya kapal dapat melakukan maneuver dengan bebas, sebaiknya merupakan
lintasan memutar yang tidak terputus
5. Cukup dalam supaya kapal terbesar masih dapat masuk pada saat air surut terendah
Dasar perhitungan diameter kolam putar
Diameter kolam putar (turning basin) yang ideal adalah: D = 2 x LOA
Dimana : D = Diameter kolam putar
LOA = Length overall (panjang total kapal)
Analisa : Kebutuhan diameter kolam putar untuk kapal bermanuver sangat bervariasi
bergantung pada jenis kapal bahkan setiap unit kapal dalam satu jenis. Dengan
panjang kapal maksimum sebesar 80 m, sehingga diperoleh diameter kolam putar
(turning basin) sebesar 160 m dan luas area kolam putar adalah sebesar 2,01 ha.
Dioperasikkan 2 (dua) unit area kolam putar, sehingga luas perairan untuk area
kolam putar adalah sebesar 4,02 ha.
Dasar Perhitungan Kedalaman kolam Putar:
Kedalaman kolam putar dapat dihitung dengan rumus : D = 1,1 x T
Dimana : D = Kedalaman kolam putar
T = Sarat kapal
Analisa : Dengan memperhitungkan gerak osilasi kapal karena pengaruh alam yaitu
gelombang, angin dan arus pasang surut, kedalaman kolam putar adalah 1,1 kali
draft kapal pada muatan penuh. Bedasarkan ukuran kapal tongkang dengan
ukuran sarat kapal adalah -2,8 m maka kedalaman kolam putar adalah -3,08 m.
Dasar Luas Area Jumlah Total Luas Area
Perhitungan Kolam Putar (unit) Kolam Putar
Diameter 2 160 - -
x LOA
Luas (ha) 2,01 2 4,02
π x R2
Kedalaman -3,08 - -
1,1 x T

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 28
Tabel 2.17. Analisa perhitungan
luas area dan kedalaman kolam
putar

Kesimpulan :
Berdasarkan tabel analisa perhitungan diatas diketahui bahwa luas area kolam putar untuk kapal
tongkang 4.000 DWT adalah sebesar 2,01 ha, dioperasikan sebanyak 2 (dua) unit, sehingga luas
perairan untuk area kolam adalah sebesar 4,02 ha. Sedangkan kedalaman kolam putar adalah sebesar
-3,08 m. dari survey bathimetri diketahui kedalaman di depan dermaga adalah -3,2 m, kondisi ini
termasuk dalam kategori aman untuk seluruh kapal yang dilayani dan melakukan aktivitas di terminal
khusus.

e) Area Cadangan
Area cadangan merupakan bagian dari area perairan yang berfungsi untuk keperluan cadangan.
Area cadangan dihitung sebesar 50% dari area labuh jangkar, namun dilapangan area cadangan
diasumsikan sama dengan luas area labuh jangkar. Sehingga luas area cadangan untuk kapal
tongkang 5.000 DWT sebesar 1,73 ha. Area cadangan ini dapat digunakan juga untuk keperluan
keadaan darurat, misalnya: kecelakaan kapal, kebakaran kapal, ataupun kapal kandas. Namun,
berdasarkan pertimbangan teknis di lapangan dan dalam rangka efisiensi pemanfatan area perairan
maka area cadangan tidak dibangun/dioperasikan.

f) Sarana Bantu Navigasi Pelayaran


Sarana Bantu Navigasi Pelayaran merupakan sarana yang dibangun atau terbentuk secara alami
yang berada di luar kapal yang berfungsi membantu navigator dalam menentukan posisi dan/atau
rintangan pelayaran untuk kepentingan keselamatan berlayar
Dalam perjalanan masuk ke terminal melalui alur pelayaranyang ditandai dengan alat bantu
pelayaran yang berupa pelampung dan lampu-lampu, kapal mengurangi kecepatannya sampai
kemudian berhenti di dermaga. Alat pemandu pelayaran diperlukan untuk keselamatan, efisiensi
dan kenyamanan pelayaran kapal. Alat ini dipasang di terminal dan di sepanjang alur
pelayaranyang dianggap perlu sehingga pelayaran kapal tidak menyimpang dari jalurnya.
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 81Tahun 2000 tentang Kenavigasian, penyelenggara sarana
bantu navigasi pelayaran secara umum dilakukan oleh Pemerintah, penyelenggaraan tersebut
meliputi; pengadaan, pengoperasian dan pemeliharaan sarana bantu navigasi pelayaran.
Pengadaan, pengoperasian dan pemeliharaan sarana bantu navigasi pelayaran oleh pengelola
terminal khusus harus memenuhi :
1. Sarana bantu navigasi pelayaran harus memenuhi persyaratan teknis.
2. Memiliki alat perlengkapan sarana bantu navigasi pelayaran.
3. Wajib memelihara keandalan sarana bantu navigasi pelayaran.
Pemanduan merupakan kegiatan pandu pelayaran dalam membantu Nakhoda Kapal, agar navigasi
dapat dilaksanakan dengan selamat tertib dan lancar dengan memberikan informasi tentang
keadaan perairan setempat yang penting demi keselamatan kapal dan lingkungan. Kelengkapan
sarana pemanduan untuk memandu aktifitas pelayaran dilengkapi pula dengan pelayanan
telekomunikasi pelayaran, hal ini dilakukan melalui jaringan telekomunikasi pelayaran yang meliputi
stasiun radio pantai yang dapat berkomunikasi antara kapal dan pusat komando pengendalian
pemanduan di terminal. Selain sebagai pemandu pelayaran, alat ini juga berfungsi sebagai
peringatan pada kapal akan adanya bahaya, seperti karang, tempat-tempat dangkal agar kapal
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 29
dapat berlayar dengan aman hingga masuk ke terminal. Alat pemandu pelayaran ini bisa berupa
konstruksi tetap atau konstruksi terapung yang dilengkapi dengan menara api, bel, bunyi
peringatan lain dan radar. Alat pemandu pelayaran tersebut telah distandarisasi. Berdasarkan
pertimbangan teknis kenavigasian, lokasi atau bangunan tertentu di darat maupun di perairan dapat
dibebaskan dan/atau dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan sarana bantu navigasi
pelayaran dan telekomunikasi pelayaran.
Penyelenggaraan sarana bantu navigasi pelayaran dan telekomunikasi pelayaran dilakukan oleh
pemerintah dan atau pengelola terminal khusus dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyelenggaraan sarana bantu navigasi pelayaran dan telekomunikasi pelayaran tersebut meliputi
kegiatan pengadaan, pengoperasian dan pemeliharaan
Dalam penyelenggaraan sarana Bantu navigasi pelayaran dan telekomunikasi pelayaran,
pemerintah membentuk satuan pelayanan sarana bantu navigasi pelayaran dan telekomunikasi
pelayaran yang berfungsi untuk melaksanakan pengoperasian, pemeliharaan, dan pengawasan
sarana bantu navigasi pelayaran dan telekomunikasi pelayaran, juga untuk melakukan
pengawasan penyelenggaraan sarana bantu navigasi pelayaran yang dilaksanakan oleh pengelola
terminal khusus.
Pengoperasian dan pemeliharaan sarana bantu navigasi pelayaran dilakukan oleh petugas satuan
pelayanan sarana bantu navigasi pelayaran dan telekomunikasi pelayaran yang memenuhi
persyaratan kesehatan, pendidikan, dan kecakapan untuk menjamin keamanan dan keselamatan
sarana bantu navigasi pelayaran ditetapkan zona-zona keamanan dan keselamatan di sekitar
instalasi dan bangunan tersebut. Zona tersebut diperuntukkan hanya bagi petugas kenavigasian
dan sebagai batas pengaman bagi konstruksi dan gangguan fungsi sarana
A. Alat Pemandu Pelayaran Konstruksi Tetap
Alat pemandu pelayaran dengan konstruksi tetap dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Rambu Pelayaran pada pier, wharf, dolphin dan sebagainya
Untuk mengetahui batas-batas dari pier, wharf, dolphin penambat dan bangunan-bangunan
lainnya, maka rambu ditempatkan pada ujung-ujung bangunan fasilitas tersebut. Untuk
dolphin atau bangunan kecil ditempatkan satu buah rambu. Biasanya rambu yang
mengeluarkan cahaya (lampu) tersebut berwarna putih yang dipasang pada bangunan.
Cahaya tersebut biasanya menggunakan sumber cahaya listrik.
2. Rambu Suar pada pemecah gelombang, pantai dan sebagainya
Rambu ini ditempatkan di ujung pemecah gelombang pada mulut terminal dan di tempat-
tempat yang berbahaya bagi kapal. Bangunan ini dibuat dari konstruksi rangka baja
berbentuk menara dengan sumber cahaya berada di puncak bangunan. Sumber cahaya
bisa berupa tenaga listrik dari pantai, baterai atau gas acetyline. Bila diperlukan di puncak
menara dipasang radar reflektor.
3. Mercu Suar
Adalah konstruksi menara yang tinggi dengan lampu suar ditempatkan di puncaknya.
Bangunan ini biasanya didirikan di suatu titik di pantai guna memandu kapal yang akan
menuju terminal atau juga bisa ditempatkan di karang, gosong atau di tempat yang
berbahaya untuk pelayaran. Mercu suar bisa dibuat dari pasangan batu dan konstruksi baja
dan harus cukup kuat untuk bisa menahan serangan gelombang. Menara harus cukup
tinggi sehingga lampu suar bias dilihat oleh kapal yang sedang mendekat, minimal dari
jarak 32 km, dengan memperhatikan bentuk bumi yang bulat.
Tinggi mercu suar agar dapat dilihat dari kapal yang berada pada suatu jarak tertentu dari
mercu suar dapat dihiitung dengan rumus: D = 3,86 [√H+ √H1]

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 30
Dimana : D = jarak horisontal antara kapal dan mercu suar
H = tinggi mercu suar
H1 = tinggi mata yang memandang di atas permukaan laut
Cahaya lampu suar bisa putih atau berwarna dan berkelap kelip dan sumber tenaganya
bisa berasal dari arus listrik, baterai atau gas acetyline. Berkelap kelipnya cahaya
dihasilkan oleh motor listrik yang memutar lampu. Ada juga mercu suar yang dilengkapi
dengan sinyal yang memberikan bermacam-macam suara yang digunakan bila cuaca
berkabut. Kadang-kadang mercu suar juga dilengkapi dengan stasiun radio yang dapat
mengirimkan sinyal ke segala arah untuk menuntun kapal.

B. Alat Pemandu Pelayaran Konstruksi Terapung


Alat pemandu tipe ini berupa pelampung (buoy) yang diletakkan di suatu tempat tertentu.
Pelampung ini diberi alat pemberi tanda peringatan yang bisa berupa lampu, radar reflector,
bel atau bunyi peringatan lainnya, yang tergantung pada penggunaannya. Sumber cahaya
berasal dari baterai listrik atau gas acetyline. Gas ini dimasukkan dalam ruangan gas yang
ada dalam pelampung dan cukup untuk menyalakan lampu siang dan malam sampai
beberapa bulan. Pada tipe ini alat pemandu pelayaran dapat berupa kapal rambu suar atau
pelampung dengan bentuk yang telah distandarisasi.
1. Kapal Rambu Suar
Di suatu yang sulit untuk dibangun mercu suar, maka kapal kecil dengan bobot 500 ton
dapat digunakan untuk menggantikannya. Kapal ini bisa diawaki atau tidak yang dilengkapi
dengan lampu otomatis dan sinyal kabut. Peralatan cahaya terdiri dari empat pasang
cermin pemantul yang ditempatkan di sekeliling lampu dan dapat berputar pada kecepatan
tertentu untuk memancarkan jumlah tertentu kilatan cahaya. Lambung kapal rambu suar
biasanya dicat merah dan nama stasiun dicat putih pada kedua sisinya. Kapal ini bertambat
pada satu jangkar.
2. Pelampung
Pelampung juga digunakan sebagai alat bantu pelayaran yang diangker pada suatu tempat
yang dianggap tepat. Pelampung ini bisa diberi lampu atau tidak atau bisa diberi radar
pemantul, bel atau bunyi peringatan yang disesuaikan dengan penggunaannya. Lampu
mercu suar diletakkan di bagian atas pelampung dan diberi lampu berwarna yang
disesuaikan dengan penggunaannya. Sumber cahaya berasal dari baterai listrik atau gas
acetyline. Pelampung dicat menurut lokasi dan kegunaannya. Cahaya pada pelampung
adalah cahaya lampu. Pelampung dengan peringatan suara juga bercahaya, yang
dilengkapi dengan bel, peluit atau terompet. Pemberian warna dan penomoran pelampung
adalah seragam di seluruh kawasan yang disesuaikan dengan posisinya, yaitu di sebelah
kanan atau kiri kapal yang akan masuk dari arah laut mengikuti alur. Jenis pelampung
rambu suara yang ada antara lain:
a) Pelampung Spar Buoy
Pelampung ini tidak bercahaya, berbentuk tiang panjang dan tipis terbuat dari kayu atau
logam, panjangnya berkisar antara 6 m dan 15 m, dicat serta tampak di permukaan
dan diikat dengan rantai yang dihubungkan dengan beban yang diletakkan di dasar
laut. Biasanya digunakan pada kanal dengan arus cepat atau pasang surut besar dan
juga sebagai tanda bersifat sementara.
b) Pelampung Can Buoy
Pelampung ini tidak bercahaya, bagian atas rata dan diletakkan di sebelah kiri terminal

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 31
atau di sebelah kiri alur bilamana kapal masuk dari arah laut. Can buoy dibuat dari
logam, dical hitam dan diberi nomor ganjil.
c) Pelampung Nun Buoy
Pelampung ini tidak bercahaya, bagian yang di atas air berbentuk kerucut dan
diletakkan di sebelah kanan terminal atau di sebelah kanan alur bilamana kapal masuk
dari arah laut. Can buoy dibuat dari logam, dicat merah dan diberi nomor genap
d) Pelampung Spherical Buoy
Spherical Buoy berbentuk seperti bola dan biasanya diletakkan di tempat khusus di
kanal pada tempat yang dangkal. Pelampung jenis ini kadang-kadang diberi lampu dan
kadang-kadang tidak. Dibuat dari logam dan dicat menurut posisinya dan digunakan
pada kanal.
e) Pelampung Lighted Buoy
Pelampung ini bercahaya dan mempunyai kerangka (menara baja) yang tinggi atau
konstruksi menara diletakkan pada konstruksi dasar yang terapung yang dilengkapi
dengan pelampung yang stabil dan mampu menahan angin. Dasar yang terapung
tersebut juga direncanakan untuk menampung cadangan bahan bakar yaitu baterai atau
gas acetyline. Cahaya lampu diletakkan pada bagian atas konstruksi. Pelampung ini
digunakan pada kedua sisi alur atau pada tempat khusus sesuai dengan kebutuhan
pelayaran. Pelampung ini dicat menurut posisinya sepanjang kanal atau tempat lainnya.
f) Pelampung Sound Waming Buoy
Pelampung jenis ini kadang-kadang diberi cahaya ataupun tidak, mempunyai kerangka
logam yang tinggi dan diletakkan pada konstruksi dasar yang terapung yang dilengkapi
dengan pelampung yang stabil dan mampu menahan angin. Pelampung ini serupa
dengan pelampung yang bercahaya. Konstruksi dasar juga direncanakan untuk
menampung cadangan bahan bakar bila pelampung dilengkapi dengan cahaya. Cahaya
lampu diletakkan pada puncak konstruksi, sedangkan sumber suara diletakkan di
bawahnya. Tanda suara yang bisa berupa gong, peluit, bel atau yang dioperasikan
secara otomatis. Pelampung ini digunakan pada tempat khusus atau tersembunyi untuk
memberi peringatan pada kapal yang kena kabut pada siang atau malam hari.
Pelampung dicat dan diberi nomor menurut lokasinya. Bila perlu bisa dilengkapi dengan
radar reflektor.

C. Stasiun Radio Operasi PantaiI Alat Komunikasi


Pelayanan telekomunikasi pelayaran dilakukan melalui jaringan telekomunikasi pelayaran
yang meliputi stasiun radio pantai dan/atau stasiun bumi pantai yang dapat tersambung
dengan jaringan telekomunikasi umum di darat. Penyelenggaraan telekomunikasi pelayaran
dilakukan oleh pemerintah dan atau pengelola terminal khusus dengan persyaratan yang
ditetapkan. Penyelenggaraan telekomunikasi pelayaran tersebut meliputi kegiatan pengadaan,
pengoperasian dan pemeliharaan.

D. Vessel Traffic Services (VTS)


VTS adalah layanan yang diterapkan atau dilaksanakan oleh competent authority (pihak
berwenang) yang dirancang untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi lalu lintas kapal
dan juga untuk melindungi lingkungan. Layanan ini harus mempunyai kemampuan untuk
berinteraksi dengan lalu lintas dan memberi tanggapan terhadap keadaan lalu lintas yang
terjadi wilayah VTS (IALA, 2002).

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 32
Tujuan utama VTS adalah untuk meningkatkan keselamatan pelayaran dan efisiensi navigasi,
keselamatan jiwa dan perlindungan lingkungan perairan, lokasi kerja serta infrastruktur dari
efek buruk lalu lintas pelayaran.
Sistem VTS dapat menyediakan kemampuan pengawasan selama 24 jam. Sistem ini dapat
meningkatkan keselamatan pelayaran bagi kapal-kapal yang melewati selat maupun kapal-
kapal yang keluar masuk pelabuhan, karena perangkat VTS dilengkapi dengan beberapa
kombinasi sensor yang berbeda (AIS, Radar dan COV) dapat memberikan. informasi yang
dapat dipercaya oleh operator berkaitan dengan aktivitas pelayaran Indonesia.
Berdasarkan rekomendasi teknis dari distrik navigasi Kelas II Banjarmasin dengan Nomor :
NV.008/2//14/DNG-BJM-19 tentang Rekomendasi Teknis Sarana Bantu Navigasi Pelayaran di
Lokasi terminal Khusus Milik Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA) di desa
Pahang Lahung Kecamatan Montallat, Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Tengah, bahwa
“rekomendasi Teknis Perencanaan Pembangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)
Berupa Rambu Suar Pelabuhan di Lokasi Terminal Khusus Koperasi Gabungan Pengusaha
Rakyat (GAPURA) di Desa Paring Lahung, Kecamatan Montallat, Kabupaten Paser Provinsi
Kalimantan tengah, Koordinat, Jenis dan Spesifikasi Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
(SBNP), Dengan Data sebagai Berikut:
Jens : Rambu Suar Pelabuhan
Konstruksi Ramsu : Single Pipe
Ketinggian Ramsu : 10 meter
Warna Konstruksi : Outih
Irama Lampu : FL W 4 sec (FT 0.5 : Ecl 3.5)

Jarak Tampak : 10 NM

Sumber Tenaga ; Tenaga Surya

Peerlengkapan Lain : Radar Reflector

3. Tahap Operasi
Rencana kegiatan tahap operasi secara garis besar terbagi menjadi beberapa kegiatan yaitu :
a. Penerimaan Tenaga Kerja Operasi
Dalam hal penggunaan tenaga kerja, Koperasi GAPURA akan mengutamakan tenaga kerja yang
berasal dari daerah sekitar terutama di Desa Rangan, Kecamatan Kuaro. Hal ini dimaksudkan untuk
mendukung program pemerintah dalam rangka pemerataan ekonomi dan peningkatan kesempatan
kerja, serta peningkatan keahian/ pengetahuan masyarakat di bidang perhubungan dan
pertambangan. Kebutuhan dan penempatan posisi tenaga kerja (lokal) akan disesuaikan dengan
keahlian dan/atau tingkat pendidikan. Jumlah tenaga kerja operasional diperkirakan sekitar ± 65
orang. Rencana penerimaan tenaga kerja operasi rencana kegiatan pembangunan TUKS dan
fasilitas disajikan pada Tabel berikut ini.
No Job/Posisi Pendidikan Jumlah
1. Site Manager Sarjana/D3 1
2. Asisten Site Manager Sarjana/D3 1
3. Penyelia (Supervisor) Sarjana/D3 2
4. Pelaksana D3 5
5. Tenaga Logistik D3 6

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 33
6. Tenaga Administrasi dan Keuangan D3 5
7. Operator Alat Berat Bersertifikat 5
8. Operator pengerukan Bersertifikat 3
9. Operator pengangkutan Sarjana/D3 7
10. Operator Lingkungan Bersertifikat 3
11. Operator Perbengkelan Sarjana/D3 7
12. Supir Truk SIM B 15
13. Keamanan SLTP/SMU/ Bersertifikat 5
Pelatihan
Sub Total 65
Tabel 2.18. Rencana penerimaan tenaga kerja tahap operasi

Berdasarkan hal tersebut, maka kegiatan penerimaan tenaga kerja ini akan menimbulkan dampak
besar dan penting bagi anggota masyarakat sekitar lokasi proyek karena akan membuka peluang
kesempatan kerja dan usaha meningkatkan penghasilan kegiatan penerimaan tenaga kerja ini akan
menyebabkan banyaknya penduduk pendatang dari daerah lain (terutama tenaga kerja yang telah
memiliki keterampilan tertentu atau yang telah berpengalaman), sehingga kedatangan para pekerja
dari luar daerah akan terjadi pertukaran keterampilan, juga menjadi peluang peningkatan usaha bagi
masyarakat lokal dalam penyediaan kebutuhan hidup sehari-sehari seperti makanan, minuman dan
penyewaan tempat tinggal sehingga akan meningkatkan pendapatan.

b. Kegiatan Operasional TUKS dan Fasilitas Penunjang


Daerah hinterland TUKS PT. PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL meliputi wilayah yang sebagian
besar berada di Kabupaten Penajam Paser Utara, wilayah Provinsi Kalimantan Timur dan. Daerah ini
merupakan daerah kegiatan tambang selain itu, daerah ini merupakan daerah pendukung segala
kegiatan tambang. Kegiatan yang dilayani Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) oleh PT.
PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL adalah untuk menunjang kegiatan pokok yang bergerak di
bidang pengangkutan batubara. Operasional TUKS hanya dioperasikan terbatas pada kegiatan lalu
lintas kapal atau bongkar muat barang yang berupa bahan baku, hasil produksi dan peralatan
penunjang produksi kegiatan di bidang pertambangan (batubara) dan PT. PETROTAMA NIAGA
INTERNASIONAL dilarang digunakan untuk kepentingan umum.
Saat ini PT. PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL sudah memiliki stockpile batubara dan/atau
kegiatan pertambangan batubara. Sehingga batubara selanjutnya diangkut ke pelabuhan baik oleh
truk atau konveyor. Pada pengangkutan dengan truk, batubara akan disimpan sementara dalam
gudang di pelabuhan darat selama beberapa hari sampai kedatangan kapal, atau langsung diangkut
ke kapal melalui pengumpan sistem conveyor of-quay dan loader kapal. Dalam rangka untuk
mempersingkat waktu tinggal kapal di dermaga, kapasitas dari gudang dirancang untuk dapat
mengakomodasi penuh kapal-kapal muat dirancang 5.000 DWT dengan ukuran panjang kapal yang
melintasi alur pelayaran (LoA) adalah 80 m dan lebar kapal (B) adalah 22 m. Ilustrasi dimensi kapal
pengangkut oleh PT. PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL disajikan pada Gambar
2.24. Setelah barang yang ditimbun di stockpile memenuhi persyaratan pengapalan, seperti quantitas
barang sudah memenuhi target. Maka pihak shipper akan mendatangkan kapal dan menerbitkan
Shipping Instruction berserta menunjuk Perusahaan Bongkar Muat (PBM) yang akan menghendle
barangnya untuk dimuat di atas kapal.

c. Pengoperasian sarana dan prasarana TUKS


Operasional sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan TUKS meliputi :

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 34
 Operasional ruang kantor
Operasional kegiatan operasional kantor dan kegiatan domestik (kantin) yaitu kegiatan para
pekerja yang menempati kantor dan kegiatan domestik (kantin) yang ada di lingkungan kantor
dan kegiatan ini.
 Sistem sirkulasi jaringan jalan lingkungan
Jalan akses dari dan ke Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) PT. PETROTAMA NIAGA
INTERNASIONAL hanya terdapat jalan lokal saja. Jaringan jalan lingkungan yang berada di
lokasi kegiatan akan terhubung langsung dengan jalan utama. Sehingga diharapkan mobilisasi
hasil produksi berjalan dengan lancar.
 Operasional fasilitas keamanan
Fasilitas keamanan yang dibangun meliputi pos satpam baik yang ditempatkan di pintu masuk
maupun di sekitar bangunan penunjang TUKS yang akan dibangun.
 Operasional sistem/ jaringan drainase
Jaringan saluran drainase dilakukan bertujuan untuk menyalurkan air hujan baik dari internal
kegiatan masing-masing areal pembangunan maupun dari kegiatan sekitarnya serta
mengantisipasi peningkatan kuantitas run off (air larian) dan beban banjir maksimum
(floodstorm discharge) yang berpotensi terjadi didaerah sekitar tapak proyek yang memiliki
topografi lebih rendah.
Drainase yang akan dibangun dibuat terpisah antara saluran air kotor maupun saluran air
hujan. Sistem saluran air buangan yang dipisahkan antara saluran air hujan dan saluran air
kotor domestik merupakan salah satu tahap awal dalam memudahkan pengolahan air. Saluran
drainase yang akan dibangun merupakan saluran drainase sekunder dan tertier ataupun
keterkaitan dengan drainase yang mengelilingi tapak proyek dengan konstruksi saluran terbuka
dan tertutup sesuai dengan fungsi dan kondisi desain tapak bangunan dan estetika.
Kelengkapan sistem drainase di dalam kawasan perencanaan terdiri dari saluran drainase
terbuka (untuk air hujan) dan saluran drainase tertutup (untuk air limbah domestik), box culvert,
bar screen, control box penampung grit dan lumpur, gorong-gorong dan lainnya.
 Operasional instalasi jaringan air bersih
Untuk memenuhi kebutuhan air untuk kegiatan maka Instalasi jaringan air bersih akan diperoleh
dari air bawah tanah. Pada kegiatan ini air akan ditampung pada bak penampungan (toren)
selanjutnya digunakan dan dialirkan menuju ke unit-unit kegiatan. Air yang sudah digunakan
kemudian akan dialirkan ke bak pengendapan untuk kemudian dilakukan pengecekan. Setelah
memunihi baku mutu kemudian dialirkan menuju perairan terbuka atau ke dalam tanah.

Selain untuk keperluan domestik dan operasional kebutuhan air juga diperuntukan untuk fire
hydrant sebesar 40 m3.
 Pengoperasian jaringan air bersih dan pengelolaan air limbah
Sistem penyediaan air bersih di area TUKS dan fasilitas penunjangnya akan disuplai dari
sumber air bersih di lokasi kegiatan (eksisting) melalui jaringan induk dan jaringan distribusi.
Air bersih yang dibutuhkan dalam operasional pada TUKS dan fasilitas penunjangnya
diperoyeksikan dari kebutuhan air bagi tenaga kerja (petugas/ pegawai) dan pencucian
peralatan. Perkiraan kebutuhan air tahap operasional Terminal Untuk Kepentingan Sendiri
(TUKS) dan penunjangnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.19. Prakiraan kebutuhan air kegiatan operasi Terminal Untuk Kepentingan Sendiri
(TUKS) dan fasilitas penunjangnya

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 35

Uraian Proyeksi Kebutuhan Air Bersih


liter/orang/ hari liter/hari m3/hari
- Petugas/ Pegawai 65 150 9,75
- Pencucian alat 1,5
- Hydrant 40 m3
Total 51,25
Sumber : SNI-03-7065-2005 tentang tata cara perencanaan system plumbing

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa perkiraan kebutuhan air rata-rata tahap
operasi TUKS dan fasilitas penunjangnya adalah sekitar ± 11,25 m 3/hari dan 40 m3 untuk
sistem kebakaran. Neraca perkiraan kebutuhan air rencana kegiatan operasional Terminal
Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) disajikan pada Gambar berikut ini.

80% Septic Tank (6,8


m3/hari)
Petugas dan/atau Pegawai (9,75
m3/hari)

Badan Akhir
Tempat Terpakai (2,9 Penerima
Penampung m3/hari)
Air (Toren)
Sumber Air

Pencucian Alat (1,5 m3/hari)


Grease Trap

Hydrant (40 m3)


Sistem Proteksi
Kebakaran

Gambar 2.22. Neraca perkiraan penggunaan air bersih kegiatan Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS)

Pengelolaan limbah domestik rencana kegiatan operasional Terminal Untuk Kepentingan


Sendiri (TUKS) akan menggunakan septic tank. Secara garis besar, septic tank yang akan
dioperasikan (Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS)) terdiri atas 4 bagian yaitu ruang
masuk, ruang pengendapan, pembusukan lumpur dan ruang keluar dengan prinsip kerja
septic tank yaitu menampung dan mengendapkan limbah dan membiarkannya terurai oleh
bakteri, cairan hasil dari dari tangki yang selanjutnya akan diendapkan ke tanah melalui
resapan berkala. Secara berkala septic tank ini akan penuh dan harus dilakukan penyedotan.
Perkiraan limbah air limbah yang dialirkan ke septic tank oleh kegiatan operasional Terminal
Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) adalah sekitar ± 6,8 m3/hari.

 Pengelolaan limbah padat


Limbah (padat) domestik akan dikelola dengan pengadaan tempat- tempat sampah di aer-
areaa Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) dan membangun Tempat Penampungan
Sementara (TPS) di sekitar lokasi TUKS. Perkiraan jumlah sampah domestik (padat) yang
dihasilkan oleh kegiatan operasional Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) adalah
sekitar 195 liter/hari dengan Proyeksi volume timbulan limbah padat adalah ± 2 – 3 L/org/hari.
Karakteristik sampah yang dihasilkan oleh Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS)

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 36
secara umum terbagi atas sampah organik, anorganik, dan limbah B3 dimana sampah
anorganik terbagi lagi menjadi sampah ekonomis dan sampah non ekonomis. Sampah
ekonomis adalah sampah yang masih dimanfaatkan sehingga bisa menjadi nilai ekonomis,
antara lain kertas dan kardus. Sistem pengelolaan limbah padat dilakukan dengan cara
prinsip 3R (Reuse, Reduce, Recycle) salah satunya dengan cara memisahkan jenis limbah
padat organik dan limbah padat jenis anorganik.

 Pengelolaan limbah B3 (cair dan padat)


Sarana dan prasarana berupa kapal akan membutuhkan bahan bakar (BBM). Selain BBM,
pengoperasian genset membutuhkan pelumas. Penggunaan kapal akan menghasilkan oli
bekas. Selain itu fasilitas penunjang berupa penerangan juga berpotensi menghasilkan bolam
lampu (mengandung merkuri/ LB3). Oli bekas dan bolam bekas tersebut akan dilakukan
pengelolaan dengan ditampung di tempat penampungan limbah B3. Limbah (padat dan cair)
yang bersifat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan dari kegiatan penunjang
pangkalan LPP (terutama kegiatan perbengkelan) juga akan dipisahkan berdasarkan jenis
limbah. Pembangunan, penanganan dan penyimpanan Limbah B3 (LB3) mengacu kepada
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun dan KEP- 01 /BAPEDAL/09/1995 tentang tata cara dan persyaratan teknis
penyimpanan dan pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun, Peraturan Pemerintah
RI No. 101 Tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, Kepka
Bapedal No. 2 Tahun 1995 tentang dokumen limbah bahan berbahaya dan beracun dan
Permen LH RI No. 14 Tahun 2013 tentang simbol dan label bahan limbah berbahaya dan
beracun. Ilustrasi tempat pentimpanan sementara limbah B3 selengkapnya disajikan pada
Gambar berikut ini.

[Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3]

PE G PE P
iDlra nga :
pa ba ila mak m sa uk ha urt s ,mm d jfkk wd ha RING iD lra nga :
pa ba ila ak mm sa uk ha urt s ,mm d jfkk wd ha ATA RINGAT ERINGAT
pa ba ila mak u m usa kh ta urs m sa ;uk ha urt
ila mak u m usa kh ta urs m ,m am us hak
AT AN pa ba
pa ba ila mak
pa ba ila ak um m usa kh ta urs m sa ;uk ha urt N
pa ba AN AN
ila ak um m usa kh ta urs m ,m am us hak pa ba ila ak
ljs hh; ta urs ha urt sh ljs hh; ta urs D ila nar g : D ila nar g :
u m usa kh ra us um m usa kh ra us
ta urs ha urt s sh ha urt sh ta a pa bil ak ma m usa k a pa bil ak ma m usa k
tha urs m,m dk jwfk dh la tha urs m ,m dk jwfk dh la
rta us ha urt sh rta us urs ha urt s jhs h;a urt sh ta urs ha jhs h;a urt sh ta urs ha
urt s tha urs h tar us sh rta us ha urt s tha urs urt s tha urs
ha urt s urt sh rta us
a pa bil ak ma um sa uk a pa bil ak ma um sa uk
urt s tha urs h ha urt s am us h;k rta us ha urt s am us h;k rta us

PE RING PE PE R ING PER


tar us ha urt

PE
ha urt sh rta us ha urt s ha urt sh rta us ha urt s
s
a pa bil ak ma um sa uk a pa bil ak ma um sa uk

AT AN
pa ba ila mak u m usa
RING AT
RIN
pa ba ila ak mm sa uk ha
ha urt s ,mm m sa uk tha
ATA N
urs h urta s tha urs h rta
ha urt s ,mm m sa uk tha
ING ATA
urs h urta s tha ur sh rta
a bpa ila ak um m sa uk ha urt sm sa uk h;a urt sh ta urs ha urt s tha ursa bap ial ak um m
urt s ,mm d jfkk wd ha ljs

AN N
kh ta urs m sa ;uk ha us a pa bil ak ma um sa uk ha utr smas uk ha; utr sh ta usr ha utrus a pa bil ak ma um
s tah usr
iD hh; ta urs ha urt sh ta
urtlrashngarta : us ha urt sh urs ha urt s sa uk ha ur s D ilra na g: sa uk ha ur s
pa ba ila mak m sa uk ha
rta us a bpa
a bpa ila
ila ak
ak um
m amm us kh ha urt sm ,m musa hk rta us ha urt sh tar us ha urt sa bap ial ak
sa uk
urt s ,mm d jfkk wd ha ljs rta m
um us sa,mukdmhafk jwk dh laj m uas hk rat us ha utr sh tra us ha utr s
utr smm,
hh; ta urs ha urt sh ta iDlra nga : h;sbpaha ila
urtaksh D ilra na g:
pa ba DA DA DAN a umrta us ha
m sa uk ha ursa bap ial ak um m sa uk DAN
ha usr
urs ha ila
urtmak s u m usa urt sh rta us a bpa ila ak m am us kh
pa ba ila ak um m usa kh
kh ta urs m ,m amus hak NGE R ta urs m sa ;uk ha urt
NGE R GER GER rta us ,mdm fk jwk dh laj
h;s ha urt sh rta us ha
urt s tha urs h tar us sh rta us ha urt sh rta urt sh rta us
tha ur s pa ba ila us
mak u m usa kh ra us
pa ba ila ak um m usa kh
ta urs m ,m am us hak
urt s tha urs h tar us
ha urt s pa ba ila ak
um m usa kh ra us

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


DA DA D ANG D ANG
NGE R NGE R ER ER

LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)


RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 37

60 CM

[Pola Penyimpanan Kemasan Drum di Atas Palet Dengan Jarak Minimum Antar Blok]

[Penyimpanan Kemasan Oli/BBM Dengan Menggunakan Rak]

Gambar 2.26. Desain Tempat Penampungan Sementara (TPS) limbah B3


dan pola penyimpanan kemasan drum diatas palet

 Sistem tanggap darurat terhadap proteksi kebakaran


Pengoperasian sistem pemadam kebakaran di Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS)
akan dilakukan oleh petugas pengelola. Persiapan dan tanggap darurat (Emergency response
and Preparedness/ ERP) yaitu dengan menyediakan struktur pengendalian dan petunjuk
tindakan tanggap darurat guna mencegah atau meminimalkan cidera, kerusakan properti
perusahaan dan pencemaran lingkungan juga akan dilakukan, pelaatihan keamanan untuk
karyawan yang bertujuan agar karyawan mampu berpartisipasi aktif dalam proses
pencegahan dan penanganan situasi darurat.

d. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana


Pada tahap operasi Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) dan fasilitas penunjagnya oleh PT.
PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL akan terjadi kerusakan dari bagian-bagian bangunan
dan/atau peralatan karena dimakan usia dan atau karena sebab-sebab lainnya. Untuk itu akan
selalu dilakukan perawatan dan perbaikan antara lain pengecatan, pemeliharaan, saluran drainase
air hujan, dan sistem utilitas lainnya yang ada.

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 38

2.5. JADWAL PELAKSANAAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN


Rencana kegiatan Pembangunan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) dan fasilitas penunjangnya
oleh PT. PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL dilaksanakan secara bertahap. Rencana kegiatan
direncanakan dimulai tahun 2021 dan mulai beroperasi pada tahun 2022. Rincian jadwal rencana kegiatan
Pembangunan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) dan fasilitas penunjangnya oleh PT.
PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL disajikan pada Tabel berikut ini.

Tabel 2.20. Rincian jadwal rencana kegiatan Pembangunan Terminal Untuk Kepentingan
TAHUN
N
RENCANA KEGIATAN 2021 2022 2023
O
I II III IV I II III IV I II III IV
A TAHAP PRA KONTRUKSI
1 Pengurusan perijinan dan administrasi
2 Survey awal dan perencanaan tapak
B TAHAP KONTRUKSI
1 Penerimaan tenaga kerja kontruksi
2 Pembangunan dan pengoprasian basecamp
3 Mobilisasi peralatan dan material
4 Penyiapan dan penataan lahan
5 Pekerjaan struktur bangunan TUKS dan fasilitas lain
C TAHAP OPERASI
1 Penerimaan tenaga kerja operasi
2 Kegiatan oprasional TUKS dan fasilitas lainnya
3 Operasional sarana dan prasatrana TUKS
4 Pemeliharaan sarana dan prasarana
Keterangan : I : Bulan Januari-Maret
II : Bulai April-Juni
III : Bulan Juli-September
IV : Bulan Oktober-Desember

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 39

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)

Anda mungkin juga menyukai