BAB II
RENCANA USAHA DAN/
ATAU KEGIATAN
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Page 1
BAB II
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
Kondisi eksisting lokasi rencana kegiatan Pembangunan Terminal Khusus untuk Kepentingan Sendiri
(TUKS) oleh PT. PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL disajikan pada Gambar berikut ini.
Gambar 2.1. Kondisi eksisting Lokasi Rencana Pembangunan Terminal Khusus untuk Kepentingan Sendiri
(TUKS)
Batas-batas wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan Pembangunan Terminal Khusus untuk Kepentingan
Sendiri (TUKS) adalah sebagai berikut :
Sebelah Timur : Lahan bervegetasi
Sebelah Selatan : Sungai Apar Kecil
Sebelah Barat : Lahan bervegetasi
Sebelah Utara : Jalan lingkungan
Sedangkan Peta lokasi rencana kegiatan dan peta orientasi batas-batas wilayah rencana kegiatan
Pembangunan Terminal Khusus untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) oleh PT. PETROTAMA NIAGA
INTERNASIONAL disajikan pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.
Sedangkan lokasi Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKP) Perairan rencana kegiatan pembangunan
TUKS dan fasilitas penunjangnya oleh PT. PETROTAMA NIAGA INTERNASIONAL disajikan pada Tabel
berikut ini.
TITIK KOORDINAT TITIK KOORDINAT
BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN
NO NO
(BT) (LS) (BT) (LS)
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
Peta layout lokasi Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKP) rencana
kegiatan pembangunan TUKS dan fasiltas penunjangnya oleh Koperasi GAPURA selengkapnya disajikan
pada Gambar 2.4 dan Gambar 2.5.
TAMBAHKAN
GAMBAR KERJA
GAMBAR 2.4 DAN GAMBAR 2.5
R = 260 m
Luas = 5,31 Ha
3. Sandar Kapal Luas perairan A = 1,8L x 1,5L 1,73 Ha x 2 = 3,46 A= 1,73 Ha, dengan jumlah
untuk kapal sandar Ha kapal yang sandar
kapal per 1 kapal sebanyak 2 (dua) kapal,
(A) maka Total Luas = 3,46 Ha
Panjang kapal (L)
= 80 m
4. Kolam putar Diameter kolam Diameter Kolam Putar D = 2 x LoA D = 160 m, maka Dioperasikkan 2 unit area
(Turning Basin) putar (D) luas 2,01 Ha. kolam putar, sehingga
Length overall/ luas perairan untuk area
LoA (panjang total 2,01 Ha x 2 (unit kolam putar adalah
kapal) = 80 m kapal) = 4,02 Ha sebesar
4,02 ha
Kedalaman kolam Kedalaman Kolam Putar D = 1,1 x T -3,08 m Kedalaman di depan
putar (D) dermaga adalah -3,2 m,
Sarat kapal (T) = - maka masih dalam kategori
2,8 m aman.
5. Jetty Tipe jetty : Dolphins
Konstruksi : Tiang
pancang Baja
Mooring dolphine : 2
buah
Breasting dolphine :
2 buah
Kapasitas Kapal :
5000 DWT
6. Area Cadangan 50% dari area labuh jangkar, namun 1,73 Ha
dilapangan area cadangan
diasumsikan sama dengan luas
area labuh jangkar
Tabel 2.5. Peruntukan lahan rencana kegiatan pembangunan TUKS pada area perairan.
TAMBAHKAN
GAMBAR KERJA
GAMBAR 2.6, 2.7, DAN 2.8
TOTAL 100
Tabel 2.7. Rencana tenaga kerja pada pekerjaan Pembangunan Terminal Untuk Kepentingan
Sendiri (TUKS)
Penerimaan tenaga kerja pada tahap konstruksi akan dibutuhkan tenaga kerja berkeahlian khusus
(skill) dan tenaga kerja yang tidak berkeahlian khusus (unskill). Kriteria tenaga ahli adalah personal
yang berpengalaman dibidangnya dengan minimal pendidikan S1, tenaga terampil adalah personal
yang berpengalaman dibidangnya minimal pendidikan adalah SLTA/ sederajat, dan kriteria tenaga
kasar adalah personal yang mampu untuk bekerja sesuai dengan pekerjaan yang dimaksud minimal
pendidikan SMP/ SD /sederajat.
TOTAL 23
Tabel 2.8. Perkiraan kebutuhan air bersih tahap konstruksi
Sumber : SNI 03-7065-2005 tentang tata cara perencanaan sistem plambing
Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa total kebutuhan air domestik pekerja konstruksi dan
kebutuhan air untuk konstruksi diperkirakan sekitar ± 23,0 m3/hari selama masa konstruksi
berlangsung. Pengadaan air bersih kegiatan basecamp berasal dari pengelolaan air bersih eksisting.
Penyiraman Jalan
Gambar 2.9. Neraca rencana penggunaan air domestik pada tahap konstruksi
Fasititas pengelolaan limbah (padat) domestik yang diperkirakan menghasilkan limbah (padat)
sebanyak ± 1,47 m3/hari dilakukan dengan mengumpulkan di Tempat Penampungan Sementara
(TPS) dengan jumlah TPS yang akan dibangun ± 2 unit yang berlokasi disekitar lokasi rencana
kegiatan. Kapasitas TPS yang akan dibangun di tapak proyek adalah sekitar 4 m 3 dengan dimensi 2
m x 2 m x 1 m. Perkiraan perhitungan jumlah sampah yang dihasilkan pada tahap konstruksi
disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.9. Perkiraan jumlah sampah yang dihasilkan pada tahap konstruksi
URAIAN
KOMPONEN ORANG JUMLAH
Ltr/Orang/Hari)
Tenaga kerja konstruksi 100 3*) 300 ltr/hari
Konstruksi 2.340**) 1.170 ltr/hari
Total Sampah yang Dihasilkan (ltr/hari) 1.470 ltr/hari
Total Sampah yang Dihasilkan (m3/hari) 1,47 m3/hari
Keterangan :
*) SNI 19-3964-1995
**) Asumsi US EPA
Pengadaan listrik
Listrik utama yang diperlukan untuk mendukung kontruksi akan disuplai dengan generator set
(genset) dengan kapasitas sekitar ± 250 KVA. Generator set (genset) diperkirakan akan
menghasilkan limbah B3 (cair) berupa oli (bekas). Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya
pengelolaan terhadap limbah (cair) B3. Penggunaan energi listrik pada pekerjaan konstruksi akan
digunakan untuk penerangan basecamp, pengoperasian peralatan kantor, pengoperasian pompa-
pompa, penerangan jalan dan lokasi proyek.
Penanganan limbah B3
Terkait dengan limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan konstruksi, maka akan dibangun TPS B3
dimana pembangunan, penanganan dan penyimpanan LB3 akan mengacu kepada Peraturan
Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dan
11. Pasir urug m³ 28. Blackpipe SCH 40 Dia 5" 6,6 mm thickness kg
12. Besi beton kg 29. Blackpipe SCH 40 Dia 8" 6,4 mm thickness kg
13. Kawat bendrat kg 30. Blackpipe SCH 40 Dia 10" 9,3 mm thickness kg
14. Minyak begesting ltr 31. Pipa Medium Dia 12" 6,4 mm kg
Secara garis besar pekerjaan struktur bangunan TUKS dan fasilitas penunjang yang akan dilakukan
meliputi :
Pekerjaan Pondasi, Bangunan Bawah dan Atas
Pondasi adalah alas sebuah rumah atau bangunan. Kekuatan bangunan salah satunya
ditentukan oleh kekuatan pondasi. Dengan pondasi, kestabilan suatu bangunan terhadap
beban dan gaya-gaya (baik luar maupun dalam, baik vertikal, horizontal maupun momen
puntir) dapat ditahan. Pekerjaan pondasi pada pembangunan fasilitas penunjang TUKS oleh
direncanakan akan menggunakan pondasi tapak. Pondasi tapak (pad foundations) dipakai
untuk mendukung titik beban tunggal pada sebuah bangunan.
Struktur pondasi akan disesuaikan dengan desain serta beban yang akan ditanggung.
Setelah pemasangan pekerjaan pondasi selesai diteruskan dengan pekerjaan fisik bangunan
bawah dan pekerjaan fisik bangunan atas. Pekerjaan pembangunan pondasi, bangunan
bawah dan bangunan atas memerlukan banyak adukan beton. Untuk pengadaan adukan
beton akan diperoleh dari concrete mixer. Pemasangan tiang pancang, pembangunan
pondasi, pekerjaan konstruksi fisik bangunan bawah dan atas akan diborongkan kepada
kontraktor.
Pekerjaan Struktur
Pekerjaan pembangunan struktur ini meliputi pemasangan balok, kolom beton bertulang, plat
lantai beton dan atap palt beton water profing with screet. Kegiatan lain yang akan dilakukan
adalah pengecoran. Pekerjaan pengecoran ini akan berlangsung simultan. Setelah
pembangunan struktur bangunan, selanjutnya dilakukan pekerjaan arsitektur. Pekerjaan
arsitektur meliputi pekerjaan adukan dan campuran, pekerjaan pasangan batu kali, pekerjaan
pasangan batu-batu, pekerjaan pasangan ubin keramik dan ubin, pekerjaan beton non
struktural, pekerjaan plesteran, pekerjaan kayu, pekerjaan kusen, rangka pintu dan jendel
aluminium, pekerjaan daun pintu, pekerjaan kusen dan pintu besi, pekerjaan perlengkapan
pintu dan jendela, pekerjaan kaca dan cermin, pekerjaan langit-langit, pekerjaan logam
arsitektur, pekerjaan saniter, perlindungan, pengecatan, pekerjaan dinding partisi, pekerjaan
atap metal, talang vertikal, raised floor, cladding, dan pekerjaan pembersihan, pembongkaran
dan pengamanan setelah pembangunan.
TAMBAHKAN
GAMBAR LAYOUT PEL
GAMBAR 2.10
Dermaga adalah suatu fasilitas pada pelabuhan yang berfungsi sebagai tempat bertambatnya
kapal. Pada dermaga, berlangsung kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan ke atas
kapal. Dermaga yang akan dibangun menggunakan sistem berthing dolphine dan mooring
dolphine. Pada dermaga tersus, tidak akan dibuat lantai dermaga. Namun demikian disediakan
jalur untuk truck dan atau alat berat naik- turun ke-dari tongkang. Dermaga dolphins merupakan
tempat atau sarana untuk melakukan bongkar muat kapal atau sandarnya kapal yang
berupa dolphin diatas tiang pancang. Dolphin adalah konstruksi yang digunakan untuk
menambat kapal yang biasanya digunakan besama-sama dengan dermaga (pier) dan wharf
untuk memperpendek panjang bangunan tersebut. Alat penambat ini direncanakan untuk dapat
menahan gaya horizontal yang ditimbulkan oleh benturan kapal, tiupan angin, dorongan arus
yang mengenai badan kapal pada waktu ditambatkan. Rencana pembangunan jetty (jetty plane)
selengkapnya disajikan pada Gambar 2.11 - Gambar 2.14 .
Rencana pembangunan dermaga didesain dengan 1 (satu) service jetty, 2 (dua) breasting
dolphin, dan 4 (empat) mooring dolphin. Breasting dolphin (berthing dolphin) diletakkan
berhadapan langsung atau menempel dengan badan kapal pada saat kapal bersandar.
Konstruksi dermaga yang akan dibangun merupakan konstruksi dermaga jetty dengan konstruksi
dolphin sebagai struktur utama dermaga yang terdiri dari struktur breasting dan mooring dolphin
serta struktur catwalk. Breasting dolphin adalah bagian struktur dermaga minyak untuk menyerap
energi kinetic kapal yang bersandar, memegangi kapal, mengikat surface line kapal. Mooring
dolphin diletakkan dibelakang berthing line atau garis sandar kapal dengan jarak 34,5 - 49,5 m
supaya mooring line tidak terlalu kendor. Penempatan platform didesain untuk memfasilitasi
mooring untuk kapal 5000 DWT. Setiap platform akan disambungkan dengan catwalk dan
dihubungkan ke darat dengan menggunakan trestle. Mooring dolphin adalah bagian struktur
dermaga minyak untuk menahan gaya tarikan kapal / mengikat kapal, sedangkan struktur
catwalk adalah salah satu fasilitas dari dermaga jetty dolphin yang berfungsi sebagai
penghubung antara dermaga (unloading platform) dengan breasting dolphin, penghubung antara
mooring dengan breasting dolphin, serta penghubung antar mooring dolphin. Rencana
pembangunan breasting dolphin, mooring dolphin, catwalk pada dermaga disajikan pada Gambar
2.15 - Gambar 2.19.
Sedangkan trestle merupakan jalan/ akses dari dermaga menuju darat yang berupa jembatan
dan digunakan untuk menghubungkan daratan dengan dermaga. Trestle berupa jembatan
penghubung antara daratan dan dermaga bermaterial beton yang dibangun di atas tiang
pancang. Trestle merupakan bagian dari konstruksi jetty yang merupakan suatu fasilitas dalam
pelabuhan yang terdiri atas jembatan penghubung berupa trestle sampai ke kepala jetty ataupun
dermaga. Komponen struktur pembangunan trestle terbagi atas struktur atas yang terdiri dari
balok, pelat dan pile cap, serta struktur bawah yang terdiri dari tiang pancang.
Pembangunan fasilitas TUKS pada DLKr perairan lainnya meliputi pembangunan Kolam
pelabuhan, Area sandar kapal, kanal pelabuhan, akses masuk dan akses keluar kapal, olam
putar, area sandar, area labuh kapal, area darurat.
TAMBAHKAN
GAMBAR DERMAGA
GAMBAR 2.11-2.14
GAMBAR 2.15-2.19
Sedangkan trestle merupakan jalan/ akses dari dermaga menuju darat yang berupa jembatan
dan digunakan untuk menghubungkan daratan dengan dermaga. Trestle berupa jembatan
penghubung antara daratan dan dermaga bermaterial beton yang dibangun di atas tiang
pancang. Trestle merupakan bagian dari konstruksi jetty yang merupakan suatu fasilitas dalam
pelabuhan yang terdiri atas jembatan penghubung berupa trestle sampai ke kepala jetty ataupun
dermaga. Komponen struktur pembangunan trestle terbagi atas struktur atas yang terdiri dari
balok, pelat dan pile cap, serta struktur bawah yang terdiri dari tiang pancang.
Pembangunan fasilitas TUKS pada DLKr perairan lainnya meliputi pembangunan Kolam
pelabuhan, Area sandar kapal, kanal pelabuhan, akses masuk dan akses keluar kapal, kolam
putar, area sandar, area labuh kapal, area darurat.
a) Alur Pelayaran
Alur pelayaran adalah bagian dari perairan yang alami maupun buatan yang dari segi kedalaman,
lebar dan hambatan pelayaran lainnya dianggap aman untuk dilayari. Alur pelayaran ini ditandai
dengan alat bantu pelayaran yang berupa pelampung dan lampu lampu. Alur pelayaran harus
memiliki kedalaman yang cukup supaya kapal-kapal dapat keluar masuk dengan aman pada saat air
surut terendah (LLWL).
Alur pelayaran adalah bagian perairan pelabuhan yang berfungsi sebagai jalan masuk atau jalan
keluar bagi kapal-kapal yang berlabuh. Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang
akan masuk ke dermaga. Alur pelayaran masuk ke pelabuhan biasanya sempit dan dangkal. Alur-
alur tersebut merupakan tempat terjadinya arus, terutama yang disebabkan pasang surut.
Dasar pertimbangan alur pelayaran sebagai berikut :
1. Navigasi yang mudah dan aman untuk memberikan kemudahan bagi kapal-kapal yang
melakukan gerak manuver.
2. Karakteristik kapal yang akan dilayani (panjang,lebar,sarat).
3. Mode operasional alur pelayaran: satu arah atau dua arah.
4. Batimetri alur pelayaran (kondisi dasar sungai/laut, jaringan pipa, kabel bawah laut, dan lain
lain).
5. Konsisi hidro-oseanografi: arus, gelombang, pasang surut.
6. Kondisi meteorologi, terutama kecepatan dan arah angin.
7. Tingkat pelayanan yang disyaratkan: kapal dapat melayari alur pelayaran setiap saat atau hanya
pada saat laut pasang
8. Kondisi geoteknik dasar alur pelayaran.
Suatu alur masuk ke pelabuhan yang lebar dan dalam akan memberilam keuntungan-
keuntungan di antaranya adalah:
1. Jumlah kapal yang dapat bergerak tanpa tergantung pada pasang surut akan lebih besar
2. Berkurangnya batasan gerak dari kapal-kapal yang mempunya draft besar
3. Dapat menerima kapal yang berukuran besar masuk ke pelabuhan
4. Mengurangi waktu tunggu kapal yang hanya dapat masuk ke pelabuhan pada waktu air pasang
5. Mengurangi waktu transit barang-barang.
Kesimpulan :
Lokasi terminal khusus Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA) berada di tepi perairan
Sungai Apar Kecil dengan lebar sungai ± 300 m. Dengan lebar alur pelayaran sebesar 137,15 m, maka
alur pelayaran ini termasuk dalam kategori aman.
Kedalaman alur pelayaran operasional ideal adalah kedalaman air di alur masuk harus cukup besar
untuk memungkinkan pelayaran pada muka air terendah dengan kapal bermuatan penuh. Kedalaman
air diukur terhadap muka air referensi. Muka air referensi ditentukan berdasarkan nilai rata-rata muka
air surut terendah pada saat spring tide dalam periode panjangyang disebut LLWS (lower low water
spring tide).
Kesimpulan :
Perhitungan luas perairan sebagai area labuh jangkar (anchorage area) yang dibutuhkan adalah
luasan terkecil yaitu pada perhitungan III sebesar 3,46 Ha.
Kesimpulan:
Luas area perairan untuk sandar kapal adalah sebesar 1,73 ha. Dengan jumlah kapal yang sandar
sebanyak 2 (dua) kapal maka luas perairan untuk keperluan area sandar kapal adalah sebesar 3,46 ha.
Kesimpulan :
Berdasarkan tabel analisa perhitungan diatas diketahui bahwa luas area kolam putar untuk kapal
tongkang 4.000 DWT adalah sebesar 2,01 ha, dioperasikan sebanyak 2 (dua) unit, sehingga luas
perairan untuk area kolam adalah sebesar 4,02 ha. Sedangkan kedalaman kolam putar adalah sebesar
-3,08 m. dari survey bathimetri diketahui kedalaman di depan dermaga adalah -3,2 m, kondisi ini
termasuk dalam kategori aman untuk seluruh kapal yang dilayani dan melakukan aktivitas di terminal
khusus.
e) Area Cadangan
Area cadangan merupakan bagian dari area perairan yang berfungsi untuk keperluan cadangan.
Area cadangan dihitung sebesar 50% dari area labuh jangkar, namun dilapangan area cadangan
diasumsikan sama dengan luas area labuh jangkar. Sehingga luas area cadangan untuk kapal
tongkang 5.000 DWT sebesar 1,73 ha. Area cadangan ini dapat digunakan juga untuk keperluan
keadaan darurat, misalnya: kecelakaan kapal, kebakaran kapal, ataupun kapal kandas. Namun,
berdasarkan pertimbangan teknis di lapangan dan dalam rangka efisiensi pemanfatan area perairan
maka area cadangan tidak dibangun/dioperasikan.
Jarak Tampak : 10 NM
3. Tahap Operasi
Rencana kegiatan tahap operasi secara garis besar terbagi menjadi beberapa kegiatan yaitu :
a. Penerimaan Tenaga Kerja Operasi
Dalam hal penggunaan tenaga kerja, Koperasi GAPURA akan mengutamakan tenaga kerja yang
berasal dari daerah sekitar terutama di Desa Rangan, Kecamatan Kuaro. Hal ini dimaksudkan untuk
mendukung program pemerintah dalam rangka pemerataan ekonomi dan peningkatan kesempatan
kerja, serta peningkatan keahian/ pengetahuan masyarakat di bidang perhubungan dan
pertambangan. Kebutuhan dan penempatan posisi tenaga kerja (lokal) akan disesuaikan dengan
keahlian dan/atau tingkat pendidikan. Jumlah tenaga kerja operasional diperkirakan sekitar ± 65
orang. Rencana penerimaan tenaga kerja operasi rencana kegiatan pembangunan TUKS dan
fasilitas disajikan pada Tabel berikut ini.
No Job/Posisi Pendidikan Jumlah
1. Site Manager Sarjana/D3 1
2. Asisten Site Manager Sarjana/D3 1
3. Penyelia (Supervisor) Sarjana/D3 2
4. Pelaksana D3 5
5. Tenaga Logistik D3 6
Berdasarkan hal tersebut, maka kegiatan penerimaan tenaga kerja ini akan menimbulkan dampak
besar dan penting bagi anggota masyarakat sekitar lokasi proyek karena akan membuka peluang
kesempatan kerja dan usaha meningkatkan penghasilan kegiatan penerimaan tenaga kerja ini akan
menyebabkan banyaknya penduduk pendatang dari daerah lain (terutama tenaga kerja yang telah
memiliki keterampilan tertentu atau yang telah berpengalaman), sehingga kedatangan para pekerja
dari luar daerah akan terjadi pertukaran keterampilan, juga menjadi peluang peningkatan usaha bagi
masyarakat lokal dalam penyediaan kebutuhan hidup sehari-sehari seperti makanan, minuman dan
penyewaan tempat tinggal sehingga akan meningkatkan pendapatan.
Selain untuk keperluan domestik dan operasional kebutuhan air juga diperuntukan untuk fire
hydrant sebesar 40 m3.
Pengoperasian jaringan air bersih dan pengelolaan air limbah
Sistem penyediaan air bersih di area TUKS dan fasilitas penunjangnya akan disuplai dari
sumber air bersih di lokasi kegiatan (eksisting) melalui jaringan induk dan jaringan distribusi.
Air bersih yang dibutuhkan dalam operasional pada TUKS dan fasilitas penunjangnya
diperoyeksikan dari kebutuhan air bagi tenaga kerja (petugas/ pegawai) dan pencucian
peralatan. Perkiraan kebutuhan air tahap operasional Terminal Untuk Kepentingan Sendiri
(TUKS) dan penunjangnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.19. Prakiraan kebutuhan air kegiatan operasi Terminal Untuk Kepentingan Sendiri
(TUKS) dan fasilitas penunjangnya
Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa perkiraan kebutuhan air rata-rata tahap
operasi TUKS dan fasilitas penunjangnya adalah sekitar ± 11,25 m 3/hari dan 40 m3 untuk
sistem kebakaran. Neraca perkiraan kebutuhan air rencana kegiatan operasional Terminal
Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) disajikan pada Gambar berikut ini.
Badan Akhir
Tempat Terpakai (2,9 Penerima
Penampung m3/hari)
Air (Toren)
Sumber Air
Gambar 2.22. Neraca perkiraan penggunaan air bersih kegiatan Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS)
PE G PE P
iDlra nga :
pa ba ila mak m sa uk ha urt s ,mm d jfkk wd ha RING iD lra nga :
pa ba ila ak mm sa uk ha urt s ,mm d jfkk wd ha ATA RINGAT ERINGAT
pa ba ila mak u m usa kh ta urs m sa ;uk ha urt
ila mak u m usa kh ta urs m ,m am us hak
AT AN pa ba
pa ba ila mak
pa ba ila ak um m usa kh ta urs m sa ;uk ha urt N
pa ba AN AN
ila ak um m usa kh ta urs m ,m am us hak pa ba ila ak
ljs hh; ta urs ha urt sh ljs hh; ta urs D ila nar g : D ila nar g :
u m usa kh ra us um m usa kh ra us
ta urs ha urt s sh ha urt sh ta a pa bil ak ma m usa k a pa bil ak ma m usa k
tha urs m,m dk jwfk dh la tha urs m ,m dk jwfk dh la
rta us ha urt sh rta us urs ha urt s jhs h;a urt sh ta urs ha jhs h;a urt sh ta urs ha
urt s tha urs h tar us sh rta us ha urt s tha urs urt s tha urs
ha urt s urt sh rta us
a pa bil ak ma um sa uk a pa bil ak ma um sa uk
urt s tha urs h ha urt s am us h;k rta us ha urt s am us h;k rta us
PE
ha urt sh rta us ha urt s ha urt sh rta us ha urt s
s
a pa bil ak ma um sa uk a pa bil ak ma um sa uk
AT AN
pa ba ila mak u m usa
RING AT
RIN
pa ba ila ak mm sa uk ha
ha urt s ,mm m sa uk tha
ATA N
urs h urta s tha urs h rta
ha urt s ,mm m sa uk tha
ING ATA
urs h urta s tha ur sh rta
a bpa ila ak um m sa uk ha urt sm sa uk h;a urt sh ta urs ha urt s tha ursa bap ial ak um m
urt s ,mm d jfkk wd ha ljs
AN N
kh ta urs m sa ;uk ha us a pa bil ak ma um sa uk ha utr smas uk ha; utr sh ta usr ha utrus a pa bil ak ma um
s tah usr
iD hh; ta urs ha urt sh ta
urtlrashngarta : us ha urt sh urs ha urt s sa uk ha ur s D ilra na g: sa uk ha ur s
pa ba ila mak m sa uk ha
rta us a bpa
a bpa ila
ila ak
ak um
m amm us kh ha urt sm ,m musa hk rta us ha urt sh tar us ha urt sa bap ial ak
sa uk
urt s ,mm d jfkk wd ha ljs rta m
um us sa,mukdmhafk jwk dh laj m uas hk rat us ha utr sh tra us ha utr s
utr smm,
hh; ta urs ha urt sh ta iDlra nga : h;sbpaha ila
urtaksh D ilra na g:
pa ba DA DA DAN a umrta us ha
m sa uk ha ursa bap ial ak um m sa uk DAN
ha usr
urs ha ila
urtmak s u m usa urt sh rta us a bpa ila ak m am us kh
pa ba ila ak um m usa kh
kh ta urs m ,m amus hak NGE R ta urs m sa ;uk ha urt
NGE R GER GER rta us ,mdm fk jwk dh laj
h;s ha urt sh rta us ha
urt s tha urs h tar us sh rta us ha urt sh rta urt sh rta us
tha ur s pa ba ila us
mak u m usa kh ra us
pa ba ila ak um m usa kh
ta urs m ,m am us hak
urt s tha urs h tar us
ha urt s pa ba ila ak
um m usa kh ra us
60 CM
[Pola Penyimpanan Kemasan Drum di Atas Palet Dengan Jarak Minimum Antar Blok]
Tabel 2.20. Rincian jadwal rencana kegiatan Pembangunan Terminal Untuk Kepentingan
TAHUN
N
RENCANA KEGIATAN 2021 2022 2023
O
I II III IV I II III IV I II III IV
A TAHAP PRA KONTRUKSI
1 Pengurusan perijinan dan administrasi
2 Survey awal dan perencanaan tapak
B TAHAP KONTRUKSI
1 Penerimaan tenaga kerja kontruksi
2 Pembangunan dan pengoprasian basecamp
3 Mobilisasi peralatan dan material
4 Penyiapan dan penataan lahan
5 Pekerjaan struktur bangunan TUKS dan fasilitas lain
C TAHAP OPERASI
1 Penerimaan tenaga kerja operasi
2 Kegiatan oprasional TUKS dan fasilitas lainnya
3 Operasional sarana dan prasatrana TUKS
4 Pemeliharaan sarana dan prasarana
Keterangan : I : Bulan Januari-Maret
II : Bulai April-Juni
III : Bulan Juli-September
IV : Bulan Oktober-Desember