Anda di halaman 1dari 37

MODUL PENYUSUNAN RENCANA ZONASI

WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL


PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA

MODUL 6
PANDUAN PENYUSUNAN RENCANA
KAWASAN PELABUHAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN PESISIR DAN PULAU-
PULAU KECIL
DIREKTORAT TATA RUANG LAUT PESISIR DAN PULAU-
PULAU KECIL
PANDUAN PENYUSUNAN
RENCANA KAWASAN PELABUHAN

DIREKTORAT TATA RUANG LAUT PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL


DIT KELAUTAN PESISIR DAN PULAU PULAU KECIL
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
0
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelabuhan sebagai salah satu pintu perdagangan dan transportasi


memiliki nilai strategis dalam perkembangan dan pertumbuhan suatu
wilayah. Lebih dari 80% transportasi barang dan jasa antar pulau
menggunakan jasa laut (Dirjen Hubla, 2003), ini adalah indikator
pentingnya peranan pelabuhan. Pelabuhan juga berperan strategis dalam
usaha meningkatkan pemanfaatan sumberdaya kelautan dimana
pelabuhan juga berfungsi sebagai tempat koleksi, produksi, sentra
kegiatan dan distribusi sumberdaya tersebut.

Selain menunjang perekonomian secara luas pelabuhan juga penting


untuk menunjang perekonomian lokal. Dampak positif dengan adanya
pelabuhan karena akan membuka peluang dalam penyerapan tenaga
kerja, menumbuhkan kegiatan-kegiatan usaha penunjang dimana
kesempatan masyarakat setempat dalam berperan serta akan lebih besar
dan menjadi sumber pemasukan bagi pemerintah daerah setempat.
Namun dalam merencanakan dan mengelola pelabuhan perlu suatu
kearifan, dimana selain mempertimbangkan dampak positif tentunya
dampak negatifnya pun perlu diperhatikan, utamanya terhadap
permasalahan lingkungan. Diperlukan perencanaan yang komprehensif
dalam pembangunan yang berkelanjutan terhadap seluruh kepentingan,
aspek dan kebutuhan obyek serta subyek pembangunan pelabuhan harus
mampu diakomodir. Tata ruang sebagai salah satu bagian pembangunan
berkelanjutan memberikan panduan dalam pemanfaatan ruang yang
selaras dan sinergi antara satu kawasan pemanfaatan ruang dengan
kawasan pemanfaatan ruang lainnya.

1.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan
Tujuan dari panduan penyusunan rencana tata ruang/rencana zonasi
kawasan pelabuhan ini adalah sebagai panduan dalam merencanakan
kawasan pelabuhan yang selaras dan serasi dengan kawasan
pemanfaatan ruang lain di wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil.

1
Sasaran
Tersusunnya panduan dan nilai-nilai utama untuk perencanaan kawasan
pelabuhan baru dan pengembangan kawasan pelabuhan eksisting di
wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil sehingga pelabuhan sesuai
dengan tujuan dan fungsi yang telah ditetapkan.

1.3 Ruang Lingkup

Panduan Penyusunan Rencana Kawasan Pelabuhan ini memuat materi-


materi sebagai berikut:
1. Pengenalan terhadap jenis, fungsi dan klasifikasi pelabuhan
2. Batasan Pengembangan Kawasan Pelabuhan baik sebagai pelabuhan
umum maupun pelabuhan khusus
3. Karakteristik Kawasan Pelabuhan
4. Prinsip Perencanaan Kawasan Pelabuhan Umum dan Pelabuhan
Khusus (Perikanan)
5. Kriteria Perencanaan Kawasan Pelabuhan Umum dan Pelabuhan
Khusus (Perikanan)
6. Komponen, Pengembangan Kawasan Pelabuhan umum dan
Pelabuhan Khusus (Perikanan)
7. Pemilihan Lokasi Pelabuhan Perikanan
8. Konsep Perumusan Tata ruang Kawasan Pelabuhan Umum dan
Pelabuhan Khusus (Perikanan)

Berikut diilustrasikan ruang lingkup buku ini dalam diagram berikut ini :

Gambar 1.1
Diagram Ruang Lingkup

Batasan Pengembangan
Klarifikasi :
- Fungsi
- Hirarki
- Letak Geografis, Lokasi
Prinsip-prinsip
Komponen:
Pelabuhan A. Umum 1. Alokasi Ruang (darat
Umum - fasilitas pokok dan perairan)
- fasilitas penunjang 2. Zona kegiatan darat
B. Perikanan KONSEP dan laut
Karakteristik : - fasilitas pokok 3. Sistem transportasi
Pengembangan
- Kegiatan di darat - fasilitas penunjang
Kawasan Pelabuhan
- Kegiatan di laut - fasilitas fungsional

Pelabuhan Kriteria pemihan lokasi


Perikanan :
- Kriteria ruang
- Kriteria teknis
Potensi :
A. Pengembangan
Kegiatan
2
B. Arahan Pengembangan
BAB II
KAWASAN PELABUHAN
DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT

2.1. Batasan Pengembangan Kawasan Pelabuhan

Pelabuhan menurut fungsinya dibedakan menjadi (Kepmenhub No 53


tahun 2002 mengenai tatanan kepelabuhan nasional pasal 8):
a. Pelabuhan umum, yaitu pelabuhan yang diselenggarakan untuk
kepentingan pelayanan masyarakat umum. Pelabuhan ini umumnya
melayani lebih dari satu jenis kegiatan dimana diselenggarakan untuk
melayani kepentingan masyarakat umum dan biasanya memfasilitasi
penyelenggaraan transportasi penumpang (penyebrangan) & barang,
sebagai contoh adalah Pelabuhan Tanjung Priok.

b. Pelabuhan khusus, yaitu pelabuhan yang dibangun dan dioperasikan


untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu. Menurut
penggunaan/kegiatannya, pelabuhan khusus terbagi kedalam
beberapa jenis yakni :
 Pelabuhan Perikanan;
 Pelabuhan Minyak ;
 Pelabuhan Penumpang;
 Pelabuhan Barang;
 Pelabuhan Curah (Curah Kering Atau Padat);
 Pelabuhan Militer;

Klasifikasi Pelabuhan umum menurut fungsinya terdiri dari (Kepmenhub


No. 53 tahun 2002) :
a. Pelabuhan internasional merupakan pelabuhan utama primer;
b. Pelabuhan internasional merupakan pelabuhan utama sekunder;
c. Pelabuhan nasional merupakan pelabuhan utama tersier;
d. Pelabuhan regional merupakan pelabuhan pengumpan primer;
e. Pelabuhan lokal merupakan pelabuhan pengumpan sekunder

Klasifikasi pelabuhan khusus menurut hirarki peran dan fungsinya terbagi


menjadi (Kepmenhub No. 53 tahun 2002):
1. Pelabuhan Khusus Nasional/Internasional;
2. Pelabuhan Khusus Regional;
3. Pelabuhan Khusus Lokal.

3
Klasifikasi pelabuhan khusus/ Pelabuhan Perikanan dikategorikan ke
dalam 4 kategori utama yaitu (Kepmen No. 10 tahun 2004):
a. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)
b. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
c. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
d. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

Secara teknis dari letak geografisnya pelabuhan terbagi menjadi


 Pelabuhan Alam adalah pelabuhan yang memiliki perairan yang
terlindung dari badai dan gelombang secara alami, misalnya terlidung
oleh pulau, jazirah atau terletak di teluk.
 Pelabuhan Buatan adalah pelabuhan yang perairannya dilindungi
dengan pelindung buatan seperti bangunan pemecah gelombang
(breakwater)
 Pelabuhan Semi Alam adalah pelabuhan yang memiliki perairan yang
secara alami terlidung dari badai dan gelombang namun demi
keamanan pelayaran, pelabuhan masih harus ditambah dengan
bangunan pelindung.

Sedangkan keterbatasan/hambatan untuk mengembangan suatu


pelabuhan antara lain:
a. Karakteristik dan daya dukung lingkungan/kawasan tersebut untuk
menerima beban kegiatan tambahan seperti: kegiatan pemanfaatan
ruang eksisiting yang peka/terancam terhadap perubahan,
keterbatasan lahan, pendangkalan/sedimentasi, rawan bencana dan
keselamatan pelayaran.
b. Kondisi sosial masyarakat setempat yang tidak siap pada perubahan.
c. Nilai investasi pembangunan pelabuhan yang tinggi.
d. Potensi komoditas penggerak kegiatan yang menurun atau melebihi
batas (potensi perikanan).
e. Dampak negatif dari kegiatan di pelabuhan seperti: pencemaran air,
kebisingan suara dan bau tak sedap.
f. Kondisi eksisting atau potensi pengembangan kegiatan pemanfaatan
ruang lain disekitar kawasan pelabuhan yang juga bernilai tinggi.
g. Aksesibilitas/infrastruktur yang terbatas, tidak ditunjangnya kawasan
tersebut dengan infrastruktur untuk kelancaran rantai kegiatan seperti
ketersediaan jalan, listrik, air bersih dan telekomunikasi.

4
2.2. Karakteristik Kawasan Pelabuhan

2.2.1. Karakteristik Pelabuhan

Karakteristik kegiatan di kawasan pelabuhan tergantung pada peran dan


maksud dari pelabuhan tersebut dibangun, dimana perbedaannya dapat
dilihat dari besaran kegiatan/skala layanannya dan komoditas/keperluan
yang ditangani.

Berdasarkan Kepmenhub No. 53 tahun 2002 peran pelabuhan umum


dan khusus adalah sebagai :
1. Simpul dalam jaringan tranportasi diperairan sesuai dengan hirarkhi
fungsinya;
2. Pintu gerbang kegiatan perekonomian nasional dan internasional;
3. Tempat kegiatan alih moda transportasi;
4. Penunjang kegiatan industri dan perdagangan;
5. Tempat distribusi, konsolidasi dan produksi.

Maksud pembangunan pelabuhan :


1. Membuka daerah terbelakang
2. Menunjang dan memperlancar hubungan antar daerah, pulau, dan
negara
3. Menunjang pertumbuhan ekonomi suatu kawasan dan memeratakan
pertumbuhan ekonomi
4. Menunjang keperluan tertentu seperti; industri, tambang, perikanan,
militer dan pariwisata (pelabuhan khusus).

2.2.2. Karakteristik Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan menyelenggarakan fungsi sebagaimana


termuat dalam Kepmen Kelautan dan Perikanan Nomor:
Kep.10/MEN/2004, sebagai berikut:
a. Perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, serta pemanfaatan
sarana pelabuhan perikanan;
b. Pelayanan teknis kapal perikanan;
c. Koordinasi pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban, dan
pelaksanaan kebersihan kawasan pelabuhan perikanan;
d. Pengembangan dan fasilitasi pemberdayaan masyarakat perikanan;
e. Pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi di wilayahnya untuk
peningkatan produksi, distribusi, dan pemasaran hasil perikanan;

5
f. Pelaksanaan pengawasan penangkapan, penanganan, pengolahan,
pemasaran, dan mutu hasil perikanan;
g. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data dan
statistik perikanan;
h. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi hasil
riset, produksi dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya;
i. Pemantauan wilayah pesisir dan fasilitasi wisata bahari;
j. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Didalam penyelenggaraan fungsinya pelabuhan perikanan memiliki


karakteristik kegiatan meliputi:
1. Kegiatan operasional di laut, meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Produksi/menangkap ikan
b. Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan sumber daya ikan
c. Manuver kapal
d. Berlabuh (sandar dan tunda/tunggu)
e. Bongkat muat (pendaratan hasil tangkapan, stocking berlayar,
distribusi/pemasaran)
f. Perlindungan

2. Kegiatan operasional di darat, meliputi kegiatan sebagai berikut:


a. Pemindahan, dari dermaga ke tempat sortir;
b. Penyortiran, pemilihan/pemilahan/pengelompokan komoditas
sesuai dengan jenis, standar kualitas;
c. Pelelangan, pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan cepat;
d. Pengepakan, untuk pengiriman ke daerah-daerah yang jauh dari
pelabuhan yang jauh. Standar pengepakan disesuaikan menurut
lamanya waktu perjalanan dari pelabuhan ketujuan dan dari jenis
komoditasnya.
e. Penyimpanan, komoditas yang tidak langsung terjual atau
menunggu ke proses selanjutnya akan disimpan dalam cold
storage.
f. Pengolahan, salah satu penanganan untuk
meningkatkan/mempertahankan nilai jual ikan maka ikan
tersebut diolah sebagai barang jadi seperti sarden, ikan asin
g. Administrasi/manjemen pelabuhan, pengelolaan kegiatan dalam
pelabuhan diatur dan dilayani oleh unit pelaksana teknis
setempat. Pengaturan meliputi perijinan labuh, ijin usaha,
maintance pelabuhan dll. Pelayanan meliputi pemenuhan
kebutuhan yang diperlukan pengguna pelabuhan seperti
keperluan BBM, air bersih dll.
6
h. Pemasaran, tindak lanjut akhir dari segala produk di pelabuhan
adalah didistribusikan/dipasarkan.
i. Pembinaan dan penyebaran informasi nelayan.

2.3. Potensi Pengembangan Kawasan Pelabuhan


Pelabuhan umumnya memiliki peran sebagai simpul dalam jaringan
tranportasi diperairan sesuai dengan hirarkhi fungsinya, pintu gerbang
kegiatan perekonomian nasional dan internasional, tempat kegiatan alih
moda transportasi, penunjang kegiatan industri dan perdagangan, tempat
distribusi, konsolidasi dan produksi dapat mengenerate orang dalam
jumlah banyak.

Hal-hal tersebut diatas mengakibatkan peran pelabuhan dalam


mengenerate perkembangan kegiatan-kegiatan lain selain sebagai
kegiatan transportasi, dimana kawasan pelabuhan/kawasan sekitarnya
dapat dikembangkan untuk menampung kegiatan seperti:
1. Aktifitas perdagangan dan jasa
2. Aktifitas wisata
3. Aktifitas industri
4. Aktifitas permukiman nelayan

7
BAB III
RENCANA PENATAAN KAWASAN PELABUHAN

3.1. Prinsip-prinsip Pengembangan Kawasan Pelabuhan

Prinsip dasar pembangunan, pendayagunaan, pengembangan dan


pengoperasian pelabuhan laut dalam Kepmenhub No. 53 Tahun 2002,
meliputi:
1. Pelabuhan harus terletak pada lokasi yang dapat menjamin keamanan
dan keselamatan pelayaran serta dikembangkan dan dipelihara sesuai
standar yang berlaku;
2. Pelabuhan harus mempertimbangkan kemudahan pencapaian bagi
pengguna;
3. Pelabuhan harus mudah dikembangkan untuk memenuhi permintaan
akan jasa angkutan laut;
4. Pelabuhan harus menjamin pengoperasian dalam waktu jangka
panjang;
5. Pelabuhan harus berwawasan lingkungan;
6. Pelabuhan harus terjangkau secara ekonomis bagi pengguna dan
penyelenggara pelabuhan.

Maka dalam perencanaan kawasan pelabuhan umum dan khusus harus


melalui tahapan:
1. Penetapan/penentuan besaran kegiatan di kawasan tersebut
2. Penentuan lokasi pelabuhan, melalui survey teknis, indikasi kegiatan
dan kebutuhan ruang dalam kurun waktu 20 th mendatang serta
keterkaitan fungsi dengan pelabuhan lainnya (sistem kepelabuhanan)
dan kawasan pemanfaatan ruang lainnya.
3. Studi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Pelabuhan dan
kelayakan pembangunan meliputi aspek teknis, ekonomis dan
lingkungan. Keluaran studi harus sesuai dengan peraturan daerah
seperti Rencana Tata Ruang/Rencana Zonasi Kabupaten /Kota
(RTRK), dll.
4. Rencana Konstruksi Pelabuhan / Detail Engineering Design (DED)

Prinsip Pengembangan pelabuhan perikanan di Indonesia dalam


Kepmen Kelautan dan Perikanan No: 10 Tahun 2004 menyatakan bahwa
dalam pembangunannya wajib mempertimbangkan :
1. Potensi Sumberdaya Ikan dan Pengelolaannya;
2. Potensi Sumberdaya Manusia;
8
3. Dukungan terhadap pengembangan ekonomi wilayah baik regional
maupun nasional;
4. Rencana Tata Ruang/Rencana Zonasi Wilayah Nasional;
5. Rencana Tata Ruang/Rencana Zonasi Wilayah
Propinsi/Kabupaten/Kota.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pelabuhan adalah:


1. Memperhatikan Rute Pelayaran (Internasional/ Nasional/ Regional/
Lokal), semakin dekat lokasi pelabuhan dengan alur pelayaran/rute
pelayaran maka berpotensia untuk disinggahi kapal.
2. Memperhatikan Potensi Perikanan/Sumber Daya Ikan, seberapa
besar potesi yang belum termanfaatkan, seberapa dekat dengan
daerah tangkapan ikan. (Pelabuhan Perikanan)
3. Pemilihan jenis muatan, jenis muatan yang diangkut kapal yang akan
di predikasi perkembangannya di masa datang, kapasitas pelabuhan
yang akan direncanakan pengembangannya
4. Analisa riwayat trafik, dari data yang ada/riwayat lalu lintas barang
akan diperoleh kecenderungan/pola, laju
perkembangan/pertumbuhan muatan tersebut.
5. Analisa riwayat perikanan, dari data yang ada akan diperoleh pola
perkembangan perikanan dan bisa memprediksi volume perikanan
masa datang.(Pelabuhan Perikanan)
6. Memperhatikan kondisi fisik pelabuhan, meliputi: kondisi perairan dan
ketersediaan lahan.
7. Perkiraan ketersediaan sumberdaya, sampai jangka waktu berapa
lama sumberdaya tersebut bisa dimanfaatkan. (pelabuhan khusus)
8. Tren masa depan secara teori, prakiraan perkembangan
barang/komoditas yang mengacu pada segala parameter ekonomi
dan industri.
9. Survey pasar, survey yang mengenai hal-hal yang terjadi di pasar ~>
pola kecenderungan pasar.

3.2. Pemilihan Lokasi Kawasan Pelabuhan

3.2.1 Kriteria pemilihan lokasi untuk pelabuhan secara umum

Kriteria pemilihan lokasi pelabuhan secara umum dalam Kepmenhub No.


54 Tahun 2002, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- tatanan kepelabuhanan nasional;

9
- rencana tata ruang/rencana zonasi wilayah Kabupaten/Kota dan
rencana tata ruang/rencana zonasi wilayah Propinsi:
- kemudahan akses, dekat dengan alur pelayaran, mudah dijangkau
oleh daerah hinterland untuk kelancaran distribusi dan industri;
- kelayakan teknis dengan memperhatikan luas perairan (atur dan
kolam), peta bathimetry/kedalaman perairan, karakteristik gelombang,
karakteristik pasang surut dan arus, erosi dan pengendapan, kondisi
lapisan tanah, luas daratan dan peta topografi;
- kelayakan ekonomis dengan memperhatikan produk domestik
regional bruto, aktivitas perdagangan dan industri yang ada scuba
prediksi dimasa mendatang, perkembangan aktivitas volume barang
dan penumpang, kontribusi pada peningkatan taraf hidup penduduk
dan perhitungan ekonomis/finansial.
- pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial yang berdampak
pada peningkatan aktivitas penumpang, barang dan hewan dari dan
keluar pelabuhan;
- kelayakan lingkungan dengan memperhatikan daya dukung lokasi,
daerah perlindungan dan suaka flora dan fauna;
- keterpaduan dan antar moda tranportasi;
- keamanan dan keselamatan pelayaran;
- pertahanan keamanan negara.

3.2.2. Pemilihan Lokasi Pelabuhan Perikanan

Kriteria pemilihan lokasi pelabuhan perikanan antara lain:


A. Kriteria Ruang

Kriteria ruang/zonasi pelabuhan perikanan harus memperhatikan


kriteria-kriteria sebagai berikut:
 Kriteria Perikanan, seberapa dekat pelabuhan tersebut dengan
menghadap daerah penangkapan ikan (fishing ground), potensi
perikanan (stock assesment) yang belum termanfaatkan,
ketersediaan tenaga kerja (nelayan),

 Kriteria Historis, sudah sejak lama menjadi tempat pendaratan


kapal nelayan setempat dan merupakan perkampungan nelayan,
perkembangan produksi perikanan, perkembangan armada dan
peralatan perikanan.

10
 Kriteria Akses, seberapa besar dekat dengan daerah/tempat
pemasaran , seberapa besar pelabuhan tersebut dibutuhkan untuk
mendukung fungsi-fungsi kota (PKN/PKW/PKL), ketersediaan
infrastruktur penghubung dengan daerah lain (jalan) dan kedekatan
dengan jalur pelayaran.

 Kriteria Perkiraan Perkembangan Komoditas, perkiraan


kebutuhan pasar akan komoditas, perkiraan kegiatan
lanjutan/ikutan dari kegiatan perikanan tangkap.

 Kriteria Keberadaan Kawasan Pemanfaatan ruang lain


disekitarnya, seberapa dekat pelabuhan tersebut dengan kawasan
konservasi, pemukiman nelayan, perkotaan, dan kawasan industri.

Skoring penilaian pemilihan lokasi pelabuhan perikanan berdasarkan


besaran pelabuhan pada Tabel 4. terlampir.

B. Kriteria teknis

Kriteria teknis yang harus diperhatikan dalam perencanaan pelabuhan


secara umum sebagai berikut:
1. Lokasi terlindung dari gangguan angin dan gelombang sehingga
kapal mudah untuk bermanuver saat dari/ke pelabuhan.
2. Kapal harus dapat dengan mudah ke luar / masuk pelabuhan.
Kedalaman alur pelayaran harus memenuhi kedalaman yang
dibutuhkan saat kapal bermuatan penuh. (inlet outlet)
3. Tersedia ruang gerak kapal di dalam kolam pelabuhan (luas
perairan). Hal ini untuk memudahkan kapal untuk bermanuver saat
akan bersandar, saat akan ke laut atau berlabuh.
4. Pengerukan mula dan pemeliharaan pengerukan yang minim.
Pelabuhan seyogyanya tidak terletak didaerah perairan yang
dangkal atau daerah sedimentasi yang menyebabkan
pembengkakan biaya pengerukan dan biaya pemeliharaan
pengerukan. (kedalaman)
5. Mengusahakan perbedaan pasang surut yang relatif kecil, tetapi
pengendapan sedimentasi harus diperkecil.
6. Memiliki topografi yang landai dan cukup luas untuk
pengembangan kawasan selanjutnya.
7. Pelabuhan memiliki tempat penyimpanan tertutup atau lapangan
terbuka untuk menampung muatan. (fasilitas)
11
8. Tersedianya fasilitas prasarana/infrastruktur lain yang mendukung.
9. Terhubung dengan jaringan angkutan darat yang menghubungkan
dengan daerah pendukungnya/daerah belakangnya.

3.3. Komponen Pengembangan Kawasan Pelabuhan

Komponen-komponen yang diperlukan untuk pengembangan kawasan


pelabuhan ditentukan dari rencana besaran kegiatan masa datang atau
pemenuhan kebutuhan pelayanan yang semakin meningkat dimana
diwujudkan dalam penyediaan fasilitas penunjang kegiatan. Rencana
peruntukan lahan pelabuhan antara lain berupaya agar perencanaan
pemanfaatan lahan pelabuhan dapat menampung kegiatan pelabuhan
dimasa datang sesuai dengan tahun rencana yang ditargetkan.

A. Fasilitas pokok dan fasilitas penunjang yang terdapat di lahan


pelabuhan umum:

1. Fasilitas pokok yang terdiri dari:


 Dermaga
 Gudang lini 1
 Lapangan penumpukan lini 1
 Terminal penumpang (untuk pelabuhan penumpang)
 Terminal peti kemas (untuk pelabuhan peti kemas)
 Terminal roll on roll off
 Fasilitas penampungan dan pengolahan limbah
 Fasilitas bunker/silo
 Fasilitas pemadam kebakaran
 Fasilitas gudang untuk bahan/barang berbahaya dan beracun
(B3)(tergantung klas pelabuhan)
 Fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan dan sarana bantu
navigasi pelayaran (SBNP)
 Fasilitas kantor pelabuhan

2. Fasilitas penunjang yang terdiri:


 Kawasan perkantoran
 Fasilitas pos dan telekomunikasi
 Fasilitas pariwisata dan perhotelan
 Fasilitas pos keamanan
 Instalasi air bersih, listrik dan telekomunikasi
 Jaringan jalan dan rel kereta api
12
 Jaringan air limbah, drainase dan sampah
 Areal pengembangan pelabuhan
 Tempat tunggu kendaraan bermotor
 Kawasan perdagangan
 Kawasan perindutrian
 Fasilitas umum (peribadatan, taman tempat rekreasi, olahraga,
jalur hijau dan kesehatan)

Rencana peruntukan perairan pelabuhan antara lain berupaya untuk


perencanaan pemanfaatan perairan pelabuhan dapat menampung
kegiatan pelabuhan dimasa datang sesuai tahun rencana yang
ditargetkan bagi penyediaan ruang bagi kegiatan:

1. Fasilitas Perairan Pokok


 Alur Pelayaran dan alur masuk kawasan pelabuhan
 Breakwater, revetment dan bangunan pelindung gelombang lain
 Perairan tempat labuh
 Kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal
 Perairan tempat alih muat kapal
 Perairan untuk kapal yang menyangkut bahan/barang
berbahaya(penunjang)
 Perairan untuk kegiatan karantina (penunjang)
 Perairan alur penghubung intra pelabuhan
 Perairan pandu
 Perairan untuk kapal pemerintah

2. Fasilitas Perairan penunjang antara lain:


 Perairan untuk pengembangan pelabuhan jangka panjang
 Perairan untuk fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal
 Perairan untuk ujicoba kapal
 Perairan tempat kapal mati
 Perairan untuk keperluan darurat
 Perairan untuk kegiatan rekreasi (wisata air)

B. Komponen pengembangan pelabuhan perikanan ditentukan dari


jenis fasilitasnya, meliputi:

1. Fasilitas Pokok, antara lain:


 Fasilitas Pelindung seperti breakwater, revetment dan groin;

13
 Fasilitas Tambat seperti dermaga (wharf/pier) dan jetty; (model
dermaga dapat dilihat pada lampiran)
 Fasilitas Perairan seperti kolam dan alur pelayaran;
 Fasilitas Pendukung seperti jalan, drainase, gorong-gorong,
jembatan; dan
 Fasilitas Lahan seperti lahan pelabuhan perikanan

2. Fasilitas fungsional:
 Fasilitas pemasaran hasil perikanan seperti Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) dan Pasar Ikan;
 Fasilitas navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telepon,
internet, SSB, rambu-rambu, lampu suar dan menara pengawas;
 Fasilitas pemeliharaan kapal dan alat penangkap ikan seperti
dock/slipway, bengkel, dan tempat perbaikan jaring ikan;
 Fasilitas penanganan dan pengolahan hasil perikanan seperti
transit sheed dan laboratorium pembinaan mutu;
 Fasilitas perkantoran sperti kantor administrasi oelabuhan dan
kantor swasta lainnya;
 Fasilitas transportasi seperti alat-alat angkut ikan dan es; dan,
 Fasilitas pengolahan limbah seperti IPAL.

3. Fasilitas Penunjang:
 Fasilitas pembinaan nelayan seperti balai pertemuan nelayan
 Fasilitas pengelola pelabuhan seperti mess operator, pos jaga dan
pos pelayanan terpadu
 Fasilitas Sosial dan umum seperti Tempat Penginapan Nelayan,
tempat peribadatan, MCK, Guest House dan kios; dan,
 Fasilitas kios IPTEK

Kebutuhan ruang serta matriks keterkaitan antar fasilitas dapat dilihat


pada lampiran

3.4. Konsep Rencana Tata Ruang/rencana zonasi Kawasan


Pelabuhan

Rencana Tata Ruang Detail Kawasan Pelabuhan terdiri dari:


1. Alokasi Ruang
2. Zona-zona Kegiatan
3. Sistem Transportasi

14
3.4.1 Alokasi Ruang

A. Peruntukan Ruang Darat


Alokasi peruntukan lahan darat dalam kawasan pelabuhan meliputi:
1. Ruang terbuka hijau dan daerah penyangga meliputi: jalur hijau,
sabuk hijau (greenbelt), taman, lapangan olahraga.
2. Ruang terbangun meliputi sarana-prasarana dalam pelabuhan.
3. Alokasi ruang untuk pengembangan yaitu daerah yang disediakan
untuk pengembangan kegiatan di pelabuhan masa mendatang sesuai
dengan jangka waktu perencanaan dimana untuk sementara dapat
dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau.

B. Peruntukan area Perairan


Sedangkan peruntukan area perairan dalam kawasan pelabuhan
meliputi:
1. Ruang operasional meliputi fasilitas pokok dan penunjang dalam
area perairan pelabuhan
2. Alokasi ruang untuk pengembangan yaitu daerah yang disediakan
untuk pengembangan kegiatan di pelabuhan masa mendatang
sesuai dengan jangka waktu perencanaan dimana untuk
sementara dapat dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan di perairan
yang tidak langsung terkait dengan kegiatan di pelabuhan.

3.4.2 Zona-zona Kegiatan

Penataan ruang/lahan zona-zona kegiatan didasarkan pada:


1. Kedekatan/keterkaitan fungsi antar zona;
2. Dalam satu zona berisikan kelompok fasilitas yang memiliki fungsi
yang sama;
3. Rencana sistem transportasi;
4. Dengan memperhatikan keselamatan, komoditas yang ditangani, jenis
kegiatannya, serta;
5. Kondisi fisik pelabuhan.

Dan berdasarkan daerah operasinya maka kawasan pelabuhan


dibedakan dalam 2 zona, yaitu:

1. Zona Laut yaitu zona yang terletak di wilayah perairan, terdiri dari:
a. Zona Lalu-lintas Kapal/Manuver, yaitu zona yang diperuntukkan
untuk kapal bergerak (keluar-masuk, memutar, merapat) di wilayah
perairan pelabuhan. Adapun fasilitas yang masuk dalam zona ini
15
meliputi: Alur Pelayaran, Alur masuk pelabuhan, Kolam
Putar/Turning Basin, Rambu Navigasi.
b. Zona Tambat/Labuh, yaitu zona yang diperuntukkan untuk kapal
tinggal/berhenti untuk waktu beberapa lama untuk kepentingan
bongkar muat, pengisian bahan bakar, air minum, menunngu
giliran berlabuh atau tinggal sementara. Fasilitas yang masuk
dalam zona ini meliputi: Dermaga, Dolphin, Daerah Tunda.
c. Zona Pelindung, yaitu zona yang diperuntukkan utnuk melindungi
kawasan perairan pelabuhan dari gangguan alam. Fasilitas yang
termasuk dalam zona ini meliputi: Breakwater, groin, mercusuar.

2. Zona Darat,yaitu zona yang terletak di wilayah daratan, terdiri dari:


a. Zona Produksi, yaitu zona yang diperuntukkan untuk kegiatan
proses penanganan ikan. Fasilitas yang masuk dalam zona ini
meliputi: Dermaga, fasilitas pemasaran/distribusi hasil perikanan
(TPI, pasar ikan, gudang).
b. Zona Perbekalan (Stockist), yaitu zona yang diperuntukkan untuk
kegiatan pelayan kebutuhan perbekalan kapal. Fasilitas yang
masuk dalam zona ini meliputi: Silo/Bunker BBM, Dispenser, Air
Bersih, Balok Es
c. Zona pemeliharaan dan perbaikan kapal, yaitu zona yang
diperuntukkan untuk pameliharaan/perawatan kapal serta alat
tangkapnya. Fasilitas yang masuk dalam zona ini meliputi:
Galangan Kapal/Docking, gedung utilitas, perbaikan jaring.
d. Zona administrasi dan fasilitas fungsional lainnya, yaitu zona
yang diperuntukkan untuk pelayanan administrasi pelabuhan,
penggerak kegiatan dan pengembangan pelabuhan. Fasilitas yang
ada di zona ini meliputi: Kantor, Balai Pertemuan Nelayan,
Instalasi Listrik.
e. Zona Industri, yaitu zona yang diperuntukkan atau disediakan
untuk kegiatan industri (pengolahan ikan). Zona ini disediakan
pihak pengelola pelabuhan kepada para investor untuk
menanamkan investasinya disektor industri perikanan atau
pendukung usaha perikanan.
f. Zona Pemukiman, yaitu zona yang diperuntukkan untuk
pemukiman para nelayan, orang-orang yang
bekerja/berkepentingan di pelabuhan. Letak zona ini secara fisik
terpisah dengan daerah administrasi pelabuhan, namun masuk
dalam kawasan pelabuhan. Pertama hal ini dimaksudkan untuk
memisahkan kegiatan pemukiman dengan kegiatan pelabuhan
agar proses manajemen serta pengawasan pelabuhan lebih
16
mudah, yang kedua adalah mempermudah akses mereka ke
tempat bekerja.
Skema konsep kawasan pelabuhan terpadu (kawasan pelabuhan,
kawasan wisata, kawasan perdagangan jasa, kawasan industri dan
kawasan pemukiman) terlampir

3.4.3. Sistem Transportasi

Transportasi pada hakikatnya adalah kegiatan yang menghubungkan satu


lokasi/zona kegiatan dengan zona kegiatan lainnya atau kegiatan
berpindahnya barang/orang dari satu tempat ke tempat lain. Transportasi
dalam kawasan pelabuhan merupakan mata rantai penghubung
keseluruhan kegiatan kepelabuhanan oleh karenanya perlu adanya
arahan dalam penyediaan prasarana, sarana dan sistem yang
mengaturnya.

Prasarana transportasi:

a. Darat; jalan, rel kereta:


 Internal: jaringan jalan seyogyanya didesain untuk menghubungkan
setiap zona-zona kegiatan, kapasitas dan kualitasnya didasarkan pada
beban maksimum volume lalulintas rencana dan beban sarana yang
akan melaluinya serta sistem transportasi yang akan diterapkan.
 Eksternal: klas jaringan jalan/rel kereta yang menghubungkan
kawasan pelabuhan dengan kawasan lainnya (Industri, perdagangan,
jasa, wisata) atau pusat kegiatan (PKN, PKW, PKL) setidaknya sesuai
dengan besaran layanan pelabuhan. Kualitas dan kuantitasnya
didasarkan pada beban maksimum volume lalulintas rencana dan
beban sarana yang akan melaluinya serta sistem transportasi yang
akan diterapkan.

b. Laut; alur pelayaran, rambu pelayaran:


 Internal: alur pelayaran seyogyanya direncanakan berdasarkan
keselamatan pelayaran, kondisi fisik, kualitas dan kuantitasnya
didasarkan pada beban maksimum volume lalulintas rencana dan
beban sarana yang akan melaluinya serta sistem transportasi yang
akan diterapkan. Letak zona-zona kegiatan di kawasan perairan
pelabuhan diarahkan dekat alur pelayaran untuk mempermudah
manuver/pergerakan kapal.

17
 Eksternal: alur pelayaran seyogyanya direncanakan berdasarkan
keselamatan pelayaran, kondisi fisik, kualitas dan kuantitasnya
didasarkan pada beban maksimum volume lalulintas rencana dan
beban sarana yang akan melaluinya serta sistem transportasi yang
akan diterapkan. Alur pelayaran harus menghindari kawasan-kawasan
bernilai tinggi serta rentan terhadap gangguan.

3.4.3.2 Sarana Transportasi


Sarana transportasi berdasarkan penyediaan jasanya dibedakan menjadi:
 Sarana transportasi yang disediakan oleh otoritas pelabuhan untuk
mempermudah bongkar/muat barang, transportasi internal pelabuhan,
memandu lalu-lintas kapal keluar masuk pelabuhan.
 Sarana transportasi yang menghubungkan dengan daerah luar
dimana berupa kapal/kendaraan yang menghubungkan kawasan
pelabuhan dimasud dengan kawasan/daerah lain dalam cakupan
konstelasi yang lebih luas.

3.4.3.3 Sistem Transportasi:


Dalam sistem transportasi yang diatur adalah:
1. Rencana Pola Sirkulasi/lalu-lintas kendaraan/sarana
2. Penempatan rambu-rambu lalu lintas
3. Alokasi simpul-simpul jaringan transportasi

3.4.3.4 Pola sirkulasi di darat dibedakan:


 Sirkulasi kendaraan eksternal; sirkulasi ini dimulai dari areal
parkir/antrian kendaraan dimana berfungsi sebagai tempat mengantri
kendaraan pengangkut yang dimaksudkan agar tidak terjadi
penumpukan kendaraan yang dapat menggangu dalam pelabuhan.
Area ini disediakan untuk kendaraan yang berasal dari luar dan
berkepentingan untuk mengangkut/mengantar komoditas dalam
pelabuhan. Pola sirkulasinya adalah inlet dan outletnya dibuat berbeda
untuk kemudahan monitoring dan terhubung oleh jaringan jalan ke
zona-zona yang terkait dengan keperluan kendaraan tesebut seperti
zona produksi, zona industri dan zona stocking/perbekalan. Melihat
dari kepentingannya maka jaringan jalan ini termasuk jaringan jalan
arteri.
 Sirkulasi kendaraan internal kawasan pelabuhan dimana sirkulasi ini
terjadi manakala ada interaksi antar zona dalam kawasan pelabuhan.
Kendaraan yang biasa melayani kegiatan ini biasanya merupakan

18
kegiatan operasional pelabuhan yang biasanya secara reguler
melayani transportasi barang/orang dalam pelabuhan seperti sirkulasi
antara zona produksi dengan zona industri atau zona produksi
dengan zona pemukiman.

3.4.3.5 Pola sirkulasi di laut


Pola sirkulasi di laut dimulai dari areal tunda/antrian kapal dimana
berfungsi sebagai tempat mengantri kapal yang akan masuk ke
pelabuhan untuk kepentingan bongkar/muat yang dimaksudkan agar
tidak terjadi penumpukan kapal yang dapat menggangu dalam kolam
pelabuhan. Contoh pola sirkulasi di area perairan pelabuhan:
1. Area tunda/antri
2. Dermaga Bongkar
3. Area Labuh
4. Dermaga Perbekalan.

Penempatan rambu-rambu lalu-lintas:


Penempatan rambu lalu-lintas dimaksudkan agar terwujudnya ketertiban,
kelancaran dan keselamatan dalam sirkulasi kendaraan/kapal. Rambu
lalu-lintas diletakkan pada daerah berbahaya/rawan kecelakaan, simpang
pertemuan, menjelang memasuki area kegiatan atau lokasi straegis untuk
menginformasikan kepada pengendara/nahkoda kapal mengenai
informasi-informasi penting yang perlu disimak..

Simpul-simpul transportasi di kawasan pelabuhan berupa:


Pelayanan transportasi internal pelabuhan dapat berupa areal-areal parkir
di setiap zona kegiatan. Sedangkan untuk pelayanan transportasi
eksternal dapat berupa stasiun kereta barang, terminal dll.

*Ilustrasi konsep Rencana Tata Ruang/Rencana Zonasi Kawasan


Pelabuhan terlampir

3.5. Hirarki Klas Pelabuhan Perikanan

3.5.1 Hirarki Pelabuhan Perikanan


Hirarki pelabuhan perikanan disesuaikan dengan peran dan fungsi yang
diemban oleh pelabuhan tersebut. Perencanaannya sebaiknya
disesuaikan berdasarkan fungsi koleksi dan orientasi penyaluran hasil
produksi oleh setiap jenis Pelabuhan Perikanan agar tidak terjadi tumpang
tindih/overlapping perencanaan wilayah..
19
Fungsi koleksi yang diemban setiap jenis Pelabuhan Perikanan, sebagai
berikut;
 Kolektor I, diemban oleh Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) yang
menampung hasil produksi perikanan dari PPN, PPP dan PPI.
 Kolektor II, diemban oleh Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
yang menampung hasil produksi perikanan dari PPP dan PPI.
 Kolektor III, diemban oleh Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) yang
menampung hasil produksi perikanan dari PPI.

Orientasi dalam penyaluran hasil produksi menurut jenis Pelabuhan


Perikanan, sebagai berikut;
 Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), diorientasikan untuk
menyalurkan hasil produksi yang ada (dan yang tertampung dari
PPN, PPP dan PPI) melalui pemasaran hasil produksi perikanan ke
pasar nasional dan internasional (ekspor).
 Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), diorientasikan untuk
menyalurkan hasil produksi yang ada (dan yang tertampung dari PPP
dan PPI) melalui pemasaran hasil produksi perikanan ke pasar
nasional dan internasional (ekspor).
 Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), diorientasikan untuk menyalurkan
hasil produksi yang ada (dan yang tertampung dari PPI) melalui
pemasaran hasil produksi perikanan ke pasar regional dan lokal atau
menyalurkan ke PPS atau PPN.
 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), diorientasikan untuk menyalurkan
hasil produksi yang ada melalui pemasaran hasil produksi perikanan
ke pasar lokal atau menyalurkan ke PPS, PPN atau PPP.

3.5.2 Hirarki Pelabuhan Umum

Klasifikasi Pelabuhan umum menurut fungsinya terdiri dari (Kepmenhub


No. 53 tahun 2002) :
a. Pelabuhan internasional hub merupakan pelabuhan utama primer;
b. Pelabuhan internasional merupakan pelabuhan utama sekunder;
c. Pelabuhan nasional merupakan pelabuhan utama tersier;
d. Pelabuhan regional merupakan pelabuhan pengumpan primer;
e. Pelabuhan lokal merupakan pelabuhan pengumpan sekunder

20
Daftar pustaka :

3. Pedoman Teknis Pemilihan dan Penetapan Lokasi Pelabuhan di


Indonesia, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Ditjen Hubla, 2003
4. Pedoman Teknis Rencana Induk Pelabuhan, Direktorat Pelabuhan
dan Pengerukan, Ditjen Hubla, 2003
5. Pelabuhan Perikanan, Bambang Murdiyanto, Jurusan Pemanfaatan
Sumber Daya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB
6. Diktat Kuliah Pelabuhan Perikanan, IPB
7. Perencanaan Pelabuhan, Soedjono Kramadibrata
8. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu, (Dr. Ir. H. Rochmin Dahuri, M.Si; Prof. Dr. Ir. Jacub Rais. M.
Sc; Ir. Sapta Putra Ginting, M.Sc; Dr. M. J. Sitepu)
9. Manajemen Transportasi, Dr. H. M.N. Nasution M. S. Tr
10. Pelabuhan, Dr. Ir. Bambang Triadmodjo, CES, DEA

21
LAMPIRAN

22
Definisi

Pelabuhan adalah:
1. Tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan
batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar,
berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan
antar moda transportasi;
2. Suatu kawasan daerah yang menjadi tempat bagi seluruh fasilitas
terminal laut berada, sehingga terminal laut itu tersambungkan oleh
jalan kereta api, jalan raya ataupun tersambungankan dengan jalur
perairan lainnya.

Pelabuhan Umum merupakan pelabuhan yang melayani lebih dari satu


jenis kegiatan dimana diselenggarakan untuk melayani kepentingan
masyarakat umum, contoh: Pelabuhan Tanjung Priok (orang dan barang).
Dengan pertimbangan karena lokasi pelabuhan tersebut strategis, daya
dukung kawasan yang memungkinkan untuk beroperasinya lebih dari satu
jenis kegiatan, dan kapal yang dapat berfungsi ganda (orang dan barang).

Pelabuhan Khusus merupakan pelabuhan yang melayani/diperuntukkan


untuk satu jenis kegiatan (perikanan/kehutanan/pertanian/periwisata dll),
contoh: Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap merupakan pelabuhan
khusus untuk kegiatan perikanan. Dengan pertimbangan untuk
menunjang kegiatan tertentu (perikanan), keselamatan umum dan
pelayaran (lalu lintas tinggi), dan keterbatasan daya dukung kawasan
tersebut.

Pelabuhan Penyeberangan adalah pelabuhan yang menurut


kegiatannya melayani kegiatan angkutan penyeberangan.

Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan yang menurut


kegiatannya melayani kegiatan angkutan sungai dan danau.

Pelabuhan Daratan adalah suatu tempat tertentu di daratan dengan


batas-batas yang jelas, dilengkapi dengan fasilitas bongkar muat,
lapangan penumpukan dan gudang serta prasarana dan sarana angkutan
barang dengan cara pengemasan khusus dan berfungsi sebagai
pelabuhan umum. Pelabuhan daratan merupakan support bagi pelabuhan
23
laut (pelabuhan induk) dimana pelabuhan daratan lebih berfungsi sebagai
tempat pengumpulan dan distribusi barang di daratan. Peenghubung
antara pelabuhan daratan dengan pelabuhan induk melalui jalan raya atau
jalur kereta api.

Pelabuhan Perikanan adalah pelabuhan yang khusus diperuntukkan


sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan
berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan.

24
Tabel 1. Penggolongan Kelas Pelabuhan
Berdasarkan Kriteria Teknis

Kelas Pelabuhan Perikanan


No. Kelas I Kelas III Kelas IV
Kriteria Kelas II (PPN)
(PPS) (PPP) (PPI)
1. Luas Lahan (Ha) Min. 30 Ha 15 Ha 5 Ha 2 Ha
Prasarana,
Prasarana, Prasarana,
2. Pemanfaatan Lahan Industri Prasarana
Industri Industri Kecil
Perikanan
Jumlah Kapal
3. 100 75 30 20
(Unit/Hari)

Fasilitas tambat labuh


4. ≥ 60 ≥ 30 ≥ 10 ≥3
u/ kapal berukuran (GT)

5. Panjang Dermaga (m) Min. 300 150 100 50

6. Kedalaman (m) ≥3 ≥3 ≥2 ≥2
Daya Tampung
7. Kapal Sandar sekaligus 6.000 2.250 300 60
(GT)
8. Ikan Didaratkan (Ton/Hari) 60 30 15 – 20 > 10

Fasilitas Pembinaan &


9. Tersedia Tersedia Tersedia -
Pengujian Mutu

10. Sarana Pemasaran Tersedia Tersedia Tersedia -

11. Pengembangan Industri Tersedia Tersedia Tersedia -

Perairan
Laut Teritorial, Pedalaman, Perairan
ZEEI dan Laut Teritorial Perairan Pedalaman
12. Skala Layanan
Perairan dan ZEEI Kepulauan, dan Perairan
Internasional Laut Teritorial Kepulauan
dan ZEEI

Sebagian u/ Sebagian u/ Lokal,


13. Tujuan Pemasaran Lokal
Ekspor Ekspor Antardaerah
Sumber : Kepmen No. 10 Th 2004tentang pelabuhan perikanan

25
Tabel 2. Kriteria Pelabuhan Khusus

No Variabe Pelabuhan Pelabuhan Pelabuhan


l Khusus Khusus Khusus
Nasional Regional Lokal
1 Pelayan - menangani - tidak menangani - tidak menangani
an pelayanan barang- pelayanan barang- pelayanan
barang berbahaya barang berbahaya barang
dan Beracun (B3); dan beracun (B3); berbahaya dan
- melayani kegiatan - melayani kegiatan beracun (B3);
pelayanan lintas pelayanan lintas dan melayani
Propinsi dan Kabupaten/Kota kegiatan
Internasional. dalam satu pelayanan lintas
Propinsi. Kota dalam satu
Kabupaten/Kot
a.
2 Teknis - bobot kapal yang - bobot kapal yang - bobot kapal
dilayani 3000 dilayani lebih clan kurang dari
DWT atau lebih; 1000 DWT dan 1000 DWT;
- panjang dermaga kurang dan 3000 - panjang
70 M atau lebih, DWT; dermaga kurang
konstruksi - panjang dermaga clan 50 M'
beton/baja; kurang dari 70 M', dengan
- kedalaman di konstruksi konstruksi kayu;
depan dermaga - beton/baja; - kedalaman di
5 M LWS atau - kedalaman di depan dermaga
lebih; depan dermaga kurang clan - 4
kurang clan - 5 M M LWS;
LWS;

Sumber: Kepmenhub No. 53 tahun 2002 tentang tatanan kepelabuhan nasional

26
Tabel 3. Kriteria Pelabuhan Daratan

Pelabuhan Pelabuhan Pelabuhan


No Variabel Khusus Khusus Khusus
Nasional Regional Lokal
> 20.000 < 12.000 < 12.000
volume angkutan barang/peti
1 TEU’s/tahun TEU’s/tahun; TEU’s/tahun;
kemas
> 3 Ha
2 luas terminal < 2 Ha < 2 Ha

3 area penumpukan > 8.000 m2 5.000 – 8.000 m2 < 5.000 m2


750 – 1.000TEU’s < 750 TEU’s
4 kapasitas penumpukan > 1.000 TEU’s
>450 m2 300 – 450 m2 < 300 m2
5 gudang ekspor
> 450 m2 300 – 450 m2 < 300 m2
6 gudang impor
> 350 m2 250 – 350 m2 < 250 m2
7 hangar mekanik
> 400 m2 250 – 400 m2 < 250 m2
8 gedung perkantoran
area bongkar muat dan lalu lintas < 3.000 m2
9 > 6.000 m2 > 6.000 m2
trailer/alat berat
panjang landasan pacu gantry 200 – 250 m2 < 200 m2
10 > 250 m2
crane
Sumber: Kepmenhub No. 53 tahun 2002 tentang tatanan kepelabuhan nasional

27
Tabel 4. Jalur Laut Kepulauan Indonesia

JALUR ALKI
ALUR LAUT KEPULAUAN I Untuk pelayaran dari Laut Cina Selatan melintasi
Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa dan Selat
Sunda Ke Samudera Hindia atau sebaliknya

ALUR LAUT KEPULAUAN Untuk pelayaran dari Selat Singapura melintasi


CABANG IA Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa dan
Selat Sunda ke Samudera Hindia atau
sebaliknya, atau melintasi Laut Natuna ke Laut
Cina Selatan atau sebaliknya.

JALUR ALKI
ALUR LAUT KEPULAUAN II Untuk pelayaran dari Laut Sulawesi melintasi Selat
Makassar, Laut Flores dan Selat Lombok ke
Samudera Hindia atau sebaliknya
ALUR LAUT KEPULAUAN IIIA Untuk pelayaran dari Samudera Pasifik melintasi
Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat
Ombai dan Laut Sawu sebelah Barat Pulau Sawu
ke Samudera Hindia atau sebaliknya.

ALUR LAUT KEPULAUAN Untuk pelayaran dari Samudera Pasifik melin-tasi


CABANG IIIB Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda dan Selat
Leti ke Laut Timor atau sebaliknya.
ALUR LAUT KEPULAUAN Untuk pelayaran dari Samudera Pasifik melin-
CABANG IIIC tasi Laut Maluku, Laut Seram dan Laut Banda ke
Laut Arafura atau sebaliknya.

ALUR LAUT KEPULAUAN CABANG Untuk pelayaran dari Samudera Pasifik melintasi
IIID Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat
Ombai dan Laut Sawu sebelah Timur Pulau Sawu
ke Samudera Hindia atau sebaliknya.

ALUR LAUT KEPULAUAN CABANG Untuk pelayaran dari Laut Sulawesi melintasi
IIIE Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat
Ombai dan Laut Sawu sebelah Barat Pulau Sawu
atau Laut Sawu sebelah Timur Pulau Sawu ke
Samudera Hindia atau sebaliknya, atau melintasi
Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat Leti
dan Laut Timor ke Samudera Hindia atau
sebaliknya, atau Laut Seram dan Laut Banda ke
Laut Arafura atau sebaliknya.
Sumber: PP No. 37 tahun 2002

28
Tabel 5. Detail Fungsi Pelabuhan berdasarkan Kelasnya
Kelas Pelabuhan
Pelabuhan Pelabuhan Pelabuhan Pelabuhan Lokal
No Variabel
Utama Utama Utama Pelabuhan Pelabuhan
Primer Sekunder Tersier Regional Lokal
- berada dekat dengan jalur
- berada dekat dengan jalur pelayaran internasional + 500 - berada dekat dengan jalur - berada dekat dengan jalur
- berada pada lokasi yang tidak
pelayaran internasional ± 500 mil dan jalur pelayaran nasional pelayaran nasional + 50 mil. pelayaran antar pulau ± 25
dilalui jalur transportasi laut
mil; ± 50 mil; mil:
reguler kecuali keperintisan;
1 Aksesibilitas - jarak dengan pelabuhan
- jarak dengan pelabuhan internasional lainnya 200 - 500 - jarak dengan pelabuhan nasional
- jarak dengan pelabuhan lokal
internasional hub lainnya 500 - mil. lainnya 50 - 100 mil. - jarak dengan pelabuhan
lainnya 5 - 20 mil.
1.000 mil. regional lainnya 20 - 50 mil

- berperan sebagai pengumpan


pelabuhan hub internasional,
- berperan sebagai pelabuhan - berperan sebagai pelabuhan internasional,
- berperan sebagai pusat
internasional hub yang - berperan sebagai pengumpan pengumpan pelabuhan hub pelabuhan nasional dan
distribusi peti kemas nasional
melayani angkutan alih muat anqkutan peti kemas nasional; internasional, pelabuhan pelabuhan regional;
dan pelayanan angkutan peti
(transhipment) peti kemas internasional pelabuhan
kemas internasional;
nasional dan internasional nasional;
dengan skala pelayanan
transportasi laut dunia; - berperan sebagai tempat
- berperan sebagai pelabuhan pelayanan penumpang di daerah
induk yang melayani angkutan terpencil, terisolasi, perbatasan,
peti kemas nasional dan - berperan sebagai tempat alih muat - berperan sebagai tempat daerah perbatasan yang hanya
- berperan sebagai tempat alih
2 Pelayanan internasional sebesar 2.500.000 penumpang dan barang umum alih muat penumpang dan didukung oleh mode transportasi
muat penumpang dan angkutan
TEU's/tahun atau angkutan lain nasional; barang dari/ke pelabuhan laut;
peti kemas;
yang setara; utarna dan pelabuhan
- berperan sebagai pelabuhan pengumpan: - berperan sebagai tempat
alih muat angkutan peti kemas pelayanan moda transportasi laut
nasional dan internasional untuk mendukung kehidupan
dengan pelayanan berkisar dan - berperan melayani angkutan peti masyarakat dan berfungsi
- melayani angkutan peti kemas
3.000.000 - 3.500.000 kemas nasional di seluruh - berperan melayani angkutan sebagai tempat multifungsi selain
sebesar 1.500.000 TEU's/tahun
TEU's/tahun atau angkutan lain Indonesia; taut antar Kabupaten/Kota sebagai terminal untuk
atau angkutan lain yang setara;
yang setara; dalam propinsi; penumpang juga untuk melayani
bongkar muat kebutuhan hidup
masyarakat disekitamya;

- kedalaman minimal pelabuhan - kedalaman minimal pelabuhan - - kedalaman minimal pelabuhan –9


: -12 m LWS; 9 m LWS; m LWS; - kedalaman min. pelabuhan -
- kedalaman minimal pelabuhan -
- memiliki dermaga peti kemas - memiliki dermaga peti kemas - memiliki dermaga multipurpose 4 m LWS:
1,5 m LWS;
3 Teknis minimal panjang 350 m',4 minimal panjang 250 m',2 minimal panjang 150 m', mobile - memiliki dermaga minimal
- memiliki fasilitas tambat;
crane dan lapangan crane dan lapangan crane atau skipgear kapasitas 50 panjang 70 m;
penumpukan peti kemas seluas penumpukan kontener seluas ton;
15 Ha; 10 Ha

Kebijakan Untuk memeratakan pemb. Nasional Untuk penunjang pusat Untuk penunjang pusat pertumbuhan
4 - -
Pemerintah dan pertumbuhan wilayah pertumbuhan ekonomi ekonomi

Sumber : Kepmenhub No.53 tahun 2002 tentang kepelabuhanan Nasional


30
Tabel 6. Skoring Kesesuaian Kawasan Pelabuhan

No Nilai
Nama Kriteria SATUAN
5 4 3 2 1

KRITERIA PERIKANAN
1 Jumlah Armada Unit 75-100 30-75 20-30 10-20 < 10
2 Zona tangkap I,II,III I,II,III I,II I I

pelagis pelagis
pelagis pelagis
besar,pelagis kecil,pelagis pelagis kecil,
3 Jenis Komoditi besar,pelagis kecil,
kecil, besar, demersal
kecil, demersal demersal
demersal demersal

4 Daerah Operasional mil 0-12 0-12 0-6 0-4 0-4


5 Volume Hasil Tangkap ton/Tahun >6000 2250 300 60 <60
6 Kegiatan Lanjutan Ada - - - Tidak Ada
7 volume potensi % 60-80 40-60 20-40 10-20 < 10
8 Ikan didaratkan Ton/hari 30-60 20-30 10-20 5-10 <5
Tenaga Kerja Sektor
9 Perikanan orang >5000 1000-5000 500-1000 <500 0

KRITERA HISTORIS
Kawasan
10 Nelayan(Nelayan/penduduk) % 15-30 - 0-15 - 0
11 Riwayat Armada Nelayan buah 75-100 30-75 20-30 10-20 < 10

31
No Nilai
Nama Kriteria SATUAN
5 4 3 2 1
12 Armada kapal dari luar % 50 40-50 30-40 20-30 <20
13 Histori Pelabuhan Ada - - - Tidak Ada

KRITERIA AKSES

Moda Transportasi Kolektor Arteri -


14 Klas Jalan Arteri Primer Primer Lokal Primer Sekunder
15 Sumber Air km Ada - - - Tidak Ada
16 Listrik Ada - - - Tidak Ada
17 BBM km Ada - - - Tidak Ada
Fungsi Kota yang dilayani
18 Pusat Kegiatan PKN PKW - PKL -

ALKI, Internsl, ALKI,


19 Jalur Pelayaran Regional Lokal
Nasional Nasional

KRITERIA PERKIRAAN PROSPEK


Kebutuhan Pasar Thd
20 Komoditas (volume) ton > 60 > 30 >20 > 10
Pemenuhan Komoditas di
21 Pasar % 60-80 40-60 20-40 10-20 < 10
22 Prospek Industri Lanjutan Baik - Sedang - Kurang

32
No Nilai
Nama Kriteria SATUAN
5 4 3 2 1

KRITERIA KEDEKATAN DG KAWASAN LAIN


23 Kawasan Konservasi km > 10 7,5-10 5-7,5 5-3 <3
24 Kawasan Pemukiman km <3 5-3 5-7,5 7,5-10 > 10
25 Kawasan Industri km <3 5-3 5-7,5 7,5-10 > 10

KRITERIA TEKNIS
26 Topografi m Landai - Datar - Curam
27 Bathimeteri m >8 7-8 6-7 5-6 <5

28 Geologi kohesif kohesif Non- kohesif Non- kohesif plastis

29 Pasang-Surut Kecil - Sedang - Besar


30 Gelombang m <0,2 0,2-0,5 0,5-0,8 0,8-1 >1
31 Sedimentasi Kecil - Sedang - Besar
32 Angin Kecil - Sedang - Besar
33 Arus Kecil - Sedang - Besar
34 Hidrologi & Sungai Kecil - Sedang - Besar
35 Luas Lahan Darat Ha >30 15-30 5-15 2-5 <2
36 Kapasitas Kapal GT 0-60 0-30 0-10 0-7 0-3
37 Panjang Dermaga m >300 150-300 100-150 50-100 < 50
38 Kedalaman Kolam labuh m >6 5-6 4-5 3-4 <3

33
No Nilai
Nama Kriteria SATUAN
5 4 3 2 1
Daya Tampung Kapal Sandar
39 (GT) GT >6000 2250-6000 300-2250 60-300 < 60
40 Lebar Alur (1 Kapal) m >15 11-14 10 - 5
41 Lebar Alur (2 Kapal) m >40 30-40 30-20 10-20 <10
42 Kedalaman Alur m >8 7-8 6-7 5-6 <5

KRITERIA EKONOMI
43 Komoditi lain Ada (besar) - Ada (kecil) - Tidak Ada
Dukungan/Kesiapan daerah
44 belakangnya Baik - Sedang - Kurang
Prospek Perkembangan
45 Kegiatan Baik - Sedang - Kurang
46 Ekspor Ada (besar) - Ada (kecil) - Tidak Ada
47 Import Ada (besar) - Ada (kecil) - Tidak Ada

Sumber: Analisa TRLP3K

Skoring :
0 – 47 = Tidak direkomendasikan dibangunnya pelabuhan
48 - 94 = Dapat dibangun pelabuhan perikanan setingkat PPI
95 - 141 = Dapat dibangun pelabuhan perikanan setingkat PPI hingga PPP
142 - 188 = Dapat dibangun pelabuhan perikanan setingkat PPI hingga PPN
189 - 235 = Dapat dibangun pelabuhan perikanan setingkat PPI hingga PPS

34
A
Gambar 2 A A A A A A

A
Ilustrasi Rencana Tata Ruang/Rencana Zonasi Kawasan Pelabuhan Perikanan
A A A

ILUSTRASI RENCANA TATA RUANG


KAWASAN PELABUHAN PERIKANAN
Areal
Antrian
Kapal

A A A A A A A A A

Turning Basin Areal Labuh


Kapal

A A A A A A A A A A

Bengkel
Slipway
& Dock

ALOKASI RUANG PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN Dermaga Bongkar Dermaga Muat

Air Bersih/
Transit Sheed/Los Bongkar SPBM Dispenser

ALOKASI RUANG PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN

IPAL

Cold Storage Pabrik Es Gudang Perbekalan/Peralatan

Tempat
Pelelangan
Ikan

Gudang
Kawasan Industri Koperasi/BPN/Lab. Mutu/Musholla/MCK/Jasa Lainnya
Pengepakan
ALOKASI RUANG PENGEMBANGAN
PELABUHAN PERIKANAN

Kawasan
Wisata
Cindera
Mata

Kantor Kawasan Pemukiman Nelayan

Areal Parkir Pelabuhan

Pos Jaga
Pintu Keluar
Areal Parkir Kaw. Industri
Kaw. Wisata Makan

Pos Jaga
Pintu Masuk JALAN RAYA

Kawasan Perdagangan dan Jasa

35

Anda mungkin juga menyukai