Anda di halaman 1dari 31

MODUL PENYUSUNAN RENCANA ZONASI

WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL


PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA

MODUL 1
PANDUAN ANALISIS PERHITUNGAN
KEBUTUHAN RUANG DALAM SUATU
JANGKA WAKTU PERENCANAAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN PESISIR DAN PULAU-
PULAU KECIL
DIREKTORAT TATA RUANG LAUT PESISIR DAN PULAU-
PULAU KECIL
DAFTAR ISI

Executive Summary
Daftar Isi

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan

II. METODA PENDEKATAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG DI WILAYAH


PESISIR DAN LAUT
A. Pendekatan Proyeksi Data Sejarah (Historical Data)
B. Pendekatan Perencanaan Scenario untuk Pengembangan Kegiatan
Pembangunan Daerah

III. METODA ANALISIS


A. Skenario
B. Strategi
C. Model Analisis

IV. CONTOH PENERAPAN MODEL ANALISIS KEBUTUHAN RUANG


WILAYAH PESISIR DAN LAUT DI KOTA BALIKPAPAN
A. Gambaran Umum Kota Balikpapan
B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Total Populasi
1.1 Analisis Pertumbuhan Penduduk
1.2 Analisis Migrasi Penduduk
1.2.1 Total Tenaga Kerja (Total Employment)
1.2.2 Total Tenaga Kerja Migrasi
1.2.3 Total Migrasi Penduduk
2. Analisis Perkembangan Kegiatan Kelautan dan Perikanan
2.1 Kegiatan Perikanan
2.2 Kegiatan Pariwisata
2.3 Kegiatan Pertambangan
3. Analisis Kebutuhan Ruang
3.1 Kebutuhan Sarana Prasarana Dasar
3.1.1 Kebutuhan Ruang Perumahan
3.1.2 Kebutuhan Ruang Sarana dan Prasarana
3.2 Kebutuhan Ruang Sektor Kelautan dan Perikanan
3.3 Total Kebutuhan Ruang
C. Kesimpulan dan Rekomendasi
PERENCANAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT
“ANALISIS KEBUTUHAN RUANG (POLA RUANG) ”

DIREKTORAT TATA RUANG LAUT PESISIR DAN PULAU-


PULAU KECIL
DIT KELAUTAN PESISIR DAN PULAU PULAU KECIL
DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah pesisir dan laut memiliki karakteristik yang cukup


unik, sumberdayanya bersifat lebih dinamis dan memiliki
aksesibilitas yang cukup tinggi. Wilayah ini juga memiliki daya
tarik dan potensi yang besar bagi banyak pihak. Kegiatan
pembangunan di wilayah pesisir dan laut biasanya berjalan di
luar sistem penataan ruang yang dibakukan atau system yang
telah ditetapkan. Orientasi kegiatan pembangunan masih lebih
terkonsentrasi kearah daratan dan belum memandang
sumberdaya pesisirdan laut sebagai kesatuan utuh dengan
daratan dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Penataan ruang di kawasan pesisir dan laut adalah suatu


upaya untuk memanfaatkan ruang secara harmoni dan
optimal dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
mensejahterakan rakyat dan melindungi ekosistem laut dan
pesisir. Proses penataan ruang yang baik seyogyanya dapat
mengakomodasi seluruh aspek yang terkait yaitu aspek fisik,
ekonomi, sosial budaya serta aspek politik yang ada. Hal ini
merupakan suatu proses yang cukup kompleks, karena akan
mengintegrasikan seluruh aspek tersebut secara harmoni.
Salah satu tahapan analisis dalam proses penataan ruang
wilayah pesisir dan laut adalah analisis kebutuhan ruang untuk
suatu jangka waktu tertentu. Oleh karena itu analisis ini
merupakan suatu proses yang cukup penting sehingga perlu
dilakukan secara lebih efisien dan efektif untuk menghasilkan
suatu perencanaan wilayah pesisir dan laut yang optimal.

1.2 Tujuan

Proses analisis kebutuhan ruang untuk suatu jangka waktu


tertentu merupakan suatu langkah yang diperlukan dalam
tahapan penyusunan suatu rencana tata ruang/ rencana
zonasi. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana arahan-arahan kegiatan di wilayah studi dapat
diakomodasikan sampai suatu jangka waktu tertentu. Hal ini
terkait erat dengan daya dukung suatu wilayah (carrying
capacity), karena idealnya pertumbuhan wilayah harus dapat

1
dibatasi, sehingga dampak-dampak negatif dari kegiatan
pembangunan dapat terdeliniasi secara optimal.

2
BAB II
METODA PENDEKATAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG
DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT

Proses penataan ruang di wilayah pesisir dan laut cukup


kompleks. Ada beberapa tahapan yang harus ditempuh, mulai
dari perencanaan, pemanfaatan, sampai pada pengendalian
pemanfaatan. Perhitungan kebutuhan ruang merupakan salah
satu tahapan yang perlu dilakukan dalam proses
perencanaan, khususnya yang akan terkait dengan analisa
rencana pemanfaatan ruang. Ada banyak metoda pendekatan
yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan ruang.
Dalam petunjuk pelaksanaan ini metoda pendekatan yang
digunakan dapat dikelompokan dalam dua kategori sebagai
berikut:

2.1 Pendekatan Proyeksi Data Sejarah (Historical Data)

Pendekatan ini dipakai untuk menghitung kebutuhan


ruang berdasarkan jumlah proyeksi penduduk. Pendekatan ini
dipakai khusus untuk memprediksi kebutuhan ruang yang
diperlukan dari jumlah pertumbuhan penduduk alamiah.

Dalam proses perencanaan terdapat beberapa pendekatan


yang biasanya diterapkan untuk menghitung kecenderungan
perkembangan di masa mendatang. Salah satu metoda
pendekatan yang dilakukan untuk merencanakan kebutuhan
masa mendatang, menitik beratkan pada kecenderungan atau
trend perkembangan yang akan terjadi berdasarkan asumsi
kecenderungan dari data sejarah, biasa disebut dengan
proyeksi. Metoda pendekatan ini memanfaatkan data-data
time series dari masa lalu. Kecenderungan perkembangan
data masa lalu ini merupakan dasar asumsi untuk
memperhitungkan kecenderungan perkembangan masa
mendatang.

Salah satu faktor dominan yang mempengaruhi


perkembangan suatu wilayah adalah faktor pertumbuhan
jumlah penduduk. Oleh karena itu, analisis yang biasanya
diterapkan dalam perencanaan wilayah atau kota adalah
analisis proyeksi pertumbuhan penduduk. Selanjutnya hasil

3
proyeksi jumlah penduduk ini akan dimanfaatkan sebagai
dasar unit analisis untuk memprediksi kebutuhan-kebutuhan
ruang faktor lain, seperti sarana dan prasarana wilayah atau
kota. Pendekatan ini belum mengakomodasi perkembangan
yang diakibatkan adanya pengaruh kebijakan atau strategi
ekonomi, misalnya investasi atau kebijakan-kebijakan politis.

2.2 Pendekatan Perencanaan Skenario untuk


Pengembangan Kegiatan Pembangunan Daerah

Pendekatan ini digunakan untuk menghitung


kebutuhan ruang yang diperlukan akibat adanya suatu
scenario pengembangan kegiatan tertentu.

Dengan adanya Undang-Undang tentang otonomi daerah,


saat ini pemerintah daerah berpacu untuk meningkatkan PAD
nya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
meningkatkan PDRB nya, melalui pengembangan 9
(sembilan) sector pembangunan daerah. Pengembangan
kegiatan di wilayah pesisir dan laut secara eksplisit akan
mempengaruhi peningkatan PDRB, diantaranya melalui sector
pertanian, industri, jasa, perdagangan, hotel, sebagai akibat
dari pengembangan kegiatan kelautan dan perikanan.

Wilayah pesisir dan laut memiliki beragam potensi


sumberdaya yang bisa dikembangkan. Oleh karena itu
beragam kegiatan bisa dikembangkan di wilayah ini. Secara
umum kegiatan yang biasanya dilakukan di wilayah pesisir
dan laut adalah kegiatan perikanan, pariwisata, dan
pertambangan. Pengembangan kegiatan-kegiatan tersebut
dilakukan melalui penetapan scenario (scenario plan) oleh
Pemerintah Daerah. Perencanaan melalui pendekatan ini
akan berdampak pada tingkat pertumbuhan wilayah yang
dipengaruhi oleh kecenderungan perkembangan kondisi
sejarah serta perkembangan yang terjadi akibat suatu
kegiatan baru (sesuai skenario plan). Kebutuhan ruang yang
diakibatkan dari skenario plan ini diakibatkan adanya migrasi
penduduk, yang dapat dikategorikan dalam dua kelompok
kegiatan, yaitu kebutuhan ruang untuk penduduk yang
bekerja di sektor basic serta kebutuhan ruang untuk penduduk
yang bekerja disektor pendukung.

4
Melalui skenario plan ini, selain kebutuhan ruang untuk
menampung migrasi, dapat pula mengindikasikan kebutuhan
ruang yang dimanfaatkan untuk pengembangan suatu
kegiatan tertentu. Secara teknis, kebutuhan ruang yang
diperlukan dalam mengembangkan suatu kegiatan tertentu,
didasarkan pada penetapan standard-standar kebutuhan
ruang untuk kegiatan perikanan, pariwisata serta
pertambangan.

Berikut digambarkan ruang lingkup pembahasan yang dapat


dihasilkan dalam buku ini dalam diagram dibawah ini :

GAMBAR 1
DIAGRAM ALUR PIKIR KEBUTUHAN RUANG

Sumber : Hasil Analisis’2005

5
2.3 METODA ANALISIS

2.3.1 Skenario

Perencanaan suatu wilayah maupun kota, biasanya


didasarkan pada perhitungan-perhitungan dari beberapa
aspek yaitu aspek fisik, ekonomi, sosial serta aspek politis.
Perencanaan yang dilakukan harusnya mengintegrasikan
aspek-aspek tersebut secara harmoni, sehingga proses
pembangunan yang dilakukan dapat meminimalisasi dampak
yang sering terjadi, misalnya bencana banjir, degradasi
lingkungan, dll. Aspek ekonomi yang dipakai dalam
merumuskan suatu perencanaan wilayah atau kota
didasarkan pada skenario peningkatan Pendapatan
Domestik Regional Bruto (PDRB). Pengembangan wilayah
pesisir dan laut biasanya akan terfokus pada kegiatan
perikanan, pariwisata, maupun pertambangan. Peningkatan
kegiatan perikanan, pariwisata, dan pertambangan secara
implicit akan mempengaruhi peningkatan PDRB, diantaranya
akan terakomodir dalam sector pertanian, pertambangan dan
penggalian, industri pengolahan, perdagangan, restaurant,
dan hotel, serta jasa-jasa.

Skenario pengembangan wilayah pesisir dan laut, dapat


dilakukan melalui penetapan target peningkatan produksi
perikanan, target pendapatan kegiatan wisata bahari, serta
target produksi kegiatan pertambangan. Skenario
pengembangan wilayah ini disusun dengan
mempertimbangan jangka waktu perencanaan misalnya 5
tahunan. Sebagai contoh, tingkat produksi perikanan pada
tahun 2010 meningkat sebesar 10 % dari kondisi produksi
tahun 2005, dan pada tahun 2015 masih ditingkatkan sebesar
15 % dari tingkat produksi tahun 2010. Skenario ini bisa
ditetapkan hanya untuk pengembangan satu kegiatan atau
pengembangan dari beberapa kegiatan, misalnya scenario
meningkatkan produksi pertanian bersamaan dengan
peningkatan pendapatan kegiatan wisata bahari atau juga
bersamaan dengan peningkatan produksi pertambangan.

6
2.3.2 Strategi

Strategi merupakan tindak lanjut yang harus dilakukan


berdasarkan skenario yang telah ditetapkan. Penetapan
strategi yang akan dilakukan berdampak pada kebutuhan
ruang yang diperlukan dalam pengembangan suatu kegiatan
di wilayah pesisir dan laut, khususnya kebutuhan ruang untuk
pengembangan kawasan suatu kegiatan tertentu. Sebagai
contoh, tingkat produksi perikanan pada tahun 2010
meningkat sebesar 10 %. Strategi yang dapat dilakukan untuk
memenuhi target ini cukup beragam. Oleh karena itu
penetapan strategi yang akan dilakukan tentunya harus
disesuaikan dengan kondisi dan potensi setempat. Balikpapan
misalnya, peningkatan produksi perikanan sebaiknya
diarahkan pada pengembangan kegiatan perikanan tangkap
dibandingkan dengan kegiatan perikanan budidaya.
Pengembangan kegiatan perikanan tangkap ini akan
berpengaruh pada peningkatan kegiatan-kegiatan lanjutan
seperti industri pengolahan, perdagangan, jasa, dsb.
Selanjutnya penentuan strategi ini akan berpengaruh pada
kebutuhan ruang.

2.3.3 Model Analisis

Proses analisis yang dapat dilakukan dalam rangka


menghitung kebutuhan ruang, merupakan suatu metoda yang
cukup kompleks. Berdasarkan aplikasi metoda analisis yang
pernah dilakukan dalam suatu wilayah, ternyata terdapat
beberapa bentuk metoda analisis yang dapat diterapkan.
Metoda analisis yang dapat dilakukan dalam kasus ini
diantaranya adalah :

a. Model Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

Model Proyeksi Pertumbuhan Penduduk pada prinsipnya


merupakan suatu model analisis yang dipakai untuk
mengetahui proyeksi jumlah penduduk pada masa
mendatang. Jumlah penduduk yang diperoleh berdasarkan
hasil analisis model ini menggunakan asumsi berdasarkan
kecenderungan pertumbuhan penduduk pada masa lalu (data
sejarah time series). Model proyeksi pertumbuhan penduduk

7
cukup beragam, diantaranya yaitu model pertumbuhan linier,
model pertumbuhan eksponensial, model pertumbuhan
eksponensial yang dimodifikasi serta model logistic dan
eksponensial ganda (sumber: applied models in urban and
regional analysis, norbert oppenheim).

Analisis yang akan digunakan pada contoh penerapan


perhitungan kebutuhan ruang menggunakan model
pertumbuhan eksponensial dengan formulasi sbb:

Pn = (1+r)n Po

Pn =Jumlah penduduk tahun n


Po =Jumlah penduduk tahun 0
r = growth rate
n =jangka waktu

b. Multisectorial Extensions of Economic Base Model

Multisectorial Extensions of Economic Base Model merupakan


salah satu model yang dapat diterapkan untuk menganalisa
aktivitas ekonomi suatu wilayah. Model ini digunakan untuk
memperoleh hasil total produksi suatu kegiatan ekonomi yang
dibangun pada suatu wilayah tertentu. Kegiatan ekonomi yang
dilakukan pada suatu wilayah biasanya tidak terfokus pada
suatu kegiatan tertentu, tetapi merupakan kombinasi dari
pengembangan beberapa kegiatan. Formulasi model ini
adalah :

Y = (I – A) -1 X

Y = total produksi
I = matriks I
A = koefisien pola konsumsi
X = produksi eksport

c. The Employment and Population Multiplier Model

The employment and population multiplier model, merupakan


salah satu model yang dapat diterapkan untuk menganalisa
jumlah tenaga kerja yang dibangkitkan dari suatu

8
aktivitas/kegiatan ekonomi. Selanjutnya melalui model ini
jumlah tenaga kerja yang dibangkitkan dari suatu kegiatan
ekonomi dapat dikonversikan untuk memperoleh jumlah
penduduk migrasi. Formulasi model ini adalah :

 E = E Basic (Ep) + E Service (Es), atau :

E
Ep  Rasio jumlah
penduduk terhadap
1   TK kegiatan
pendukung (service)

Ep  Proporsi tenaga kerja


P terhadap populasi
1  

d. Multiregional Version of the Employment and Population


Multiplier Model

KEBUTUHAN Kelas Pelabuhan


Kelas IV Kelas III Kelas II Kelas I
PPI PPP PPN PPS
TENAGA <500 500 - 1000 1000 - 5000 >5000
KERJA
RUANG 2 Ha 5 Ha 15 Ha 30 Ha

Model diatas, biasanya diterapkan untuk analisa wilayah yang


tertutup, artinya wilayah tersebut diasumsikan tidak
berinteraksi dengan wilayah sekitarnya. Apabila analisa yang
akan digunakan akan diterapkan pada wilayah terbuka, artinya
wilayah itu berinteraksi dengan wilayah lain, maka model
analisis yang dapat diterapkan adalah menggunakan
multiregional version of the employment and population
multiplier model. Formulasi model ini adalah:

E = (I – SH) -1 Ep
P = H(I – SH) -1 Ep

9
I = Matriks I
S = Pola komuter belanja * ratio penduduk terhadap
kebutuhan
TK service
H = Ratio tenaga kerja terhadap populasi * Pola komuter
pekerja
Ep= Jml tenaga kerja yg diharapkan

iv) Penetapan Standard Kawasan

Standard kawasan digunakan untuk menyederhanakan proses


perhitungan kebutuhan ruang yang terkait dengan kebutuhan
ruang untuk tempat tinggal, sarana dan prasarana, serta
kebutuhan ruang untuk lokasi pengembangan suatu jenis
kegiatan yang akan dikembangkan di wilayah pesisir dan laut.
Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang biasanya
dilakukan di wilayah pesisir dan laut dapat dikelompokan
dalam tiga kategori jenis kegiatan yaitu : perikanan, wisata
bahari, dan pertambangan. Masing-masing kegiatan ini
memiliki standard kebutuhan ruang yang berbeda-beda,
seperti yang diuraikan dibawah ini :

10
A. Perikanan

i) Perikanan Tangkap

11
12
ii) Perikanan Budidaya

1. Tambak

No. Jenis Kegiatan Luas Satuan Unit


Tradisional Semi Intensif Intensif
(M2) (M2) (M2)
I Komponen Pokok
Petakan Pembesaran 70.000 70.000 60.000
Petakan Penggelondongan 15.000 10.000 10.000
Petakan Pendederan 9.000 10.000 10.000
Tanggul/Pematang 600 200 500
Tandon - 500 500
Saluran Tambak 800 500 500
Pintu air 20 10 5
Kolam Plankton 1000 200 100

II Komponen Penunjang
Kolam Filtrasi/reservoir 1000 2000 5000
Kolam Water treatment/PAL - 500 1000
Gudang 800 1000 1500
Rumah Jaga 800 1690 4000
Jembatan - 50 50
Gudang Pendingin/Cold - 200 500
storage/ice storage/cool
box
Laboratorium - 100 300
Kuality Kontrol - 100 300
Pembenihan 480 300 500
Pabrik pakan (alami dan - 300 900
buatan)
Pabrik pupuk 200 400 500
Kincir - Ada Ada
Pompa - Ada Ada
Generator/Genset - Ada Ada
(cadangan listrik)
Blower (pendingin mesin) - - Ada
Bengkel - Ada Ada
Depot BBM 100 500 1000

13
Jaringan air bersih Ada Ada ada
Jaringan Listrik Ada Ada Ada
Jaringan dan alat Ada Ada Ada
transportasi
Jaringan Jalan
- Lingkungan Ada Ada Ada
- Kolektor - Ada Ada
Jaringan Telekommunikasi Ada Ada Ada
Bangunan Pengaman : - 500 1000
tanggul pencegah banjir,
revetment, break water,
groint (bronjong)

III Komponen Pelengkap


Ruang Kantor - 200 400
Perpustakaan - - 100
Ruang serbaguna - 100 200
Ruang Makan - 50 50
Ruang Rapat/pertemuan - 100 100
Mess karyawan dan staff - 500 1000

2. Budidaya dalam KJA

No. Jenis Kegiatan Luas Satuan Per-Unit Usaha


Kecil Sedang Besar

I Komponen Pokok
Tiang Penambat 10 10 10
Jalan produksi berupa jembatan 150 150 150
apung/jetty
Kerangka/Rakit + Kurungan 8500 7000 6000
Pelampung 50 50 50
Jangkar 20 20 20

II Komponen Penunjang
Dermaga 400 500 600
Kapal 20 30 50
Rumah jaga 400 500 600
Laboratorium - 100 150
Kuality Kontrol - 100 150

14
Pabrik Pakan (alami dan buatan) 200 300 300
Pabrik obat-obatan 50 250 300
Pembenihan 200 300 300
- 100 150
Bengkel
Gudang Pendingin/Cold - 200 400
storage/ice storage/cool box
Depot BBM - 50 100
Jaringan Listrik Ada Ada ada
Jaringan dan Alat Transportasi Ada Ada ada
Jaringan Jalan Ada Ada ada
Jaringan Telekomunikasi Ada Ada ada
Jaringan Air Bersih Ada Ada ada

III Komponen Pelengkap


Ruang Kantor - 100 200
Perpustakaan - - 50
Ruang Serbaguna - - 150
Ruang Makan - 40 70
Ruang Pertemuan/Rapat - 100 100
Mess Karyawan dan Karyawan - 100 100

B. Pariwisata

KEBUTUHAN LOKAL REGIONAL INTERNASIONAL


TENAGA KERJA <100 100 - 1000 >1000
RUANG < 15 Ha 15 – 50 Ha > 50 Ha

15
C. Pertambangan

Kegiatan Kebutuhan Ruang


Drilling  30 Ha
Dredgging Disesuaikan dengan areal penambangan

16
D. Tahapan Penghitungan Kebutuhan Ruang

i) Proyeksi jumlah penduduk local berdasarkan data time


series masa lalu. Proyeksi dilakukan dalam jangka
waktu perencanaan, misalnya 5 (lima) tahunan;
ii) Menghitung kebutuhan pemukiman berdasarkan asumsi
1 (satu) keluarga terdiri dari 5 orang;
iii) Menghitung kebutuhan ruang permukiman penduduk
lokal, dengan menggunakan standard PU : 1 (satu)
rumah butuh lahan : 300 m2;
iv) Menghitung kebutuhan ruang untuk sarana dan
prasarana dari proyeksi penduduk lokal, dengan
menggunakan standar PU;
v) Menentukan skenario jenis kegiatan yang akan
dilakukan di wilayah pesisir dan laut, yaitu menetapkan
tingkat produksi atau pendapatan yang diharapkan pada
satu jangka waktu perencanaan;
vi) Menghitung bangkitan tenaga kerja akibat suatu jenis
kegiatan tertentu;
vii) Menghitung populasi yang terjadi akibat bangkitan
tenaga kerja;
viii) Menghitung kebutuhan ruang untuk permukiman dan
sarana-prasarana dari populasi migrasi, menggunakan
standard PU
ix) Menghitung kebutuhan ruang untuk pengembangan
kawasan yang diperuntukkan untuk mengembangkan
satu jenis kegiatan (menggunakan standard diatas)
x) Menghitung total kebutuhan lahan dengan
menjumlahkan hasil dari point iii), iv), viii) dengan hasil
perhitungan kebutuhan lahan untuk kegiatan tertentu
(point ix)

17
BAB III
CONTOH PENERAPAN MODEL ANALISIS KEBUTUHAN
RUANG WILAYAH PESISIR DAN LAUT DI KOTA
BALIKPAPAN

3.1 GAMBARAN UMUM KOTA BALIKPAPAN

(a) (b)

Gambar 1
Gambaran Kota Balikpapan
(a) Peta Citra (b) Peta Administrasi

Kota Balikpapan merupakan salah satu kota pesisir di


Indonesia yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur dengan
luas eksisting lahan adalah sebesar 50.331 Ha. Akibat kondisi
topografi lahan pada kota ini yang cenderung berbukit-bukit,
mengakibatkan estimasi ketersediaan lahan untuk kegiatan
pembangunan hanya sebesar 40% dari total lahan yang
dimiliki yakni sebesar 20.132 Ha.

Kegiatan ekonomi yang berkembang di kota ini secara umum


didominasi oleh kegiatan Perikanan dan Kelautan yang terdiri
dari sektor perikanan, pertambangan dan pariwisata. Kegiatan
yang paling mendominasi dan merupakan sumber pendapatan
kota terbesar adalah pada sektor industri pertambangan,

18
sedangkan kondisi kegiatan perikanan belum dimanfaatkan
secara optimal

walaupun potensi yang dimiliki cukup besar peluangnya untuk


menjadi sektor unggulan kota. Sementara itu, kegiatan
pariwisata di kota balikpapan belum berkembang terlalu besar,
dimana skala pelayanannya hanya melayani skala lokal.

3.2 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam menentukan kebutuhan ruang di suatu lokasi (kota


Balikpapan sebagai sample studi kasus), pada buku ini
dilakukan beberapa proses analisis yang antara lain terdiri
dari:

JENIS ANALISA KETERANGAN


1. Analisis Total Populasi Analisis ini berfungsi untuk mengetahui
 Analisis pertumbuhan penduduk total bangkitan populasi pada daerah
 Analisis migrasi penduduk tertentu akibat perkembangan yang akan
diskenariokan pada daerah tesebut yang
dipengaruhi oleh jumlah penduduk dari
pertumbuhan alaminya dan total
penduduk migrasi yang terjadi
2. Analisis Perkembangan Kegiatan Analisis ini berfungsi untuk mengetahui
Kelautan dan Perikanan besaran dampak yang akan dihasilkan
dari scenario perkembangan ekonomi
yang dilakukan terhadap perkembangan
kegiatan ekonomi disektor perikanan
dan kelautan terutama terhadap
kebutuhan ruang yang akan dihasilkan
3. Analisis Kebutuhan Ruang Merupakan simulasi perhitungan
kebutuhan ruang dari kebutuhan sarana
dan prasarana yang dibutuhkan oleh
suatu daerah akibat perkembangan
ekonomi yang diskenariokan pada waktu
perencanaan yang ditetapkan
berdasarkan predisksi total penduduk
dan kegiatan ekonomi yang diciptakan

19
3.2.1 ANALISIS TOTAL POPULASI
3.2.1.1 Analisis Pertumbuhan Penduduk

Analisis yang dilakukan adalah dengan melakukan proyeksi jumlah penduduk lokal berdasarkan data
time series masa lalu. Proyeksi dilakukan dalam jangka waktu perencanaan, misalnya 5 (lima)
tahunan. Sedangkan metoda analisis yang digunakan untuk melakukan perhitungan proyeksi
penduduk ini adalah dengan menggunakan Exponential Population Growth Model. Adapun rumus dari
model tersebut adalah

Pn = (1+r)n Po

Pn =Jumlah penduduk tahun n


Po =Jumlah penduduk tahun 0
r = growth rate
n =jangka waktu

Data yang dibutuhkan dalam melakukan analisa ini antara lain :

Data Jumlah penduduk pada : Dalam kasus Kota Balikpapan, tahun ke 0 yang
tahun ke 0 digunakan adalah tahun 2000, dengan jumlah
penduduk : 410.119 jiwa
Rasio tingkat pertumbuhan : Asumsi tingkat pertumbuhan penduduk : 7%/thn
penduduk

Berdasarkan data tersebut yang dikombinasikan dengan rumus pada model analisis, maka dapat
diketahui proyeksi jumlah penduduk kota balikpapan yang diperlihatkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 1
Proyeksi Penduduk kota Balikpapan 2005 -2015

Keterangan 2000 2005 2010 2015

Penduduk Kota Balikpapan 410.119 575.213 806.766 1.131.531

Sumber : hasil analisis’2005

3.2.1.1 Analisis Migrasi Penduduk

Dalam melakukan analisis ini, diperlukan asumsi-asumsi yang mendasari penduduk luar kota
balikpapan untuk melakukan migrasi. Dalam hal ini, yang menjadi daya tarik migrasi adalah adanya
perkembangan ekonomi kota, dimana hal tersebut dipengaruhi oleh skenario pembangunan kota yang
dikembangkan oleh pemerintah kota setempat.

Berikut asumsi skenario pembangunan kota balikpapan untuk pengembangan kegiatan sector
perikanan dan kelautan pada tahun 2005 sampai tahun 2010:

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi kegiatan perikanan dan kelautan melalui peningkatan


rasio produktivitas perikanan secara signifikan, yaitu:

2000-2005 2005-2010 2010-2015


Rasio 3% 5% 10%
Pertumbuhan

2. Produktivitas kegiatan pertambangan dan pariwisata dianggap konstan

Skenario peningkatan rasio produktivitas perikanan diatas digunakan sebagai data dasar dalam
melakukan proyeksi penduduk migrasi di kota Balikpapan.

20
Tahapan analisis yang dilakukan dalam memproyeksikan total populasi migrasi penduduk adalah :
A. Memproyeksikan total tenaga kerja (Employment) yang diciptakan dari perkembangan ekonomi
yang diskenariokan
B. Memproyeksikan total tenaga kerja migrasi
C. Memproyeksikan Populasi migrasi berdasarkan hasil proyeksi tenaga kerja migrasi yang
diciptakan

Memproyeksikan total tenaga kerja (Total Employment) yang diciptakan dari perkembangan
ekonomi yang diskenariokan

Untuk mengetahui total tenaga kerja yang diciptakan dilakukan perhitungan dengan menggunakan
model Employment Population Multiplier Effect, yang diterjemahkan kedalam rumus :

E = E Basic (Ep) + E Service (Es), atau :

Ep Rasio jumlah penduduk terhadap


E Tenaga Kerja kegiatan pendukung (service)
1    
Ep Proporsi tenaga kerja terhadap populasi
P
1  
 
Dimana :
- Ep = Total tenaga kerja kegiatan basis,
dalam hal ini kegiatan basis dari sektor perikanan dan kelautan yang telah diskenariokan adalah
kegiatan perikanan, dimana sektor tersebut merupakan sektor yang diasumsikan berpeluang
untuk berkembang, dan dianggap dapat meningkatkan perekonomian kota serta dianggap paling
mempengaruhi kegiatan migrasi penduduk dibandingkan sektor lain
- Ep = Total Produksi : Rasio produktivitas/tenaga kerja
- Asumsi :
1. Kebutuhan tenaga kerja = 30 orang/ton
2. Maka, Rasio produktivitasnya = 1 : 30 = 0.03 ton/org
3. Diasumsikan total produktivitas perikanan pada tahun dasar (2000) = 2800 ton

Berdasarkan rasio pertumbuhan produktivitas perikanan yang telah diskenariokan pada setiap jangka
waktu perencanaan, maka proyeksi total produktivitas yang dihasilkan dengan total employment yang
dihasilkan diperlihatkan pada tabel berikut dibawah ini :

21
Tabel 2
Proyeksi Total Produksi Perikanan
& Total Employment Yang Berhasil Diciptakan

2000 2005 2010 2015


(3%) (5%) (10%)
Produksi 2.800 2.884 3.028 3.331
perikanan
Rasio 0.033 0.033 0.033 0.033
produktivitas/tng
krj
Ep 87.393 91.758 100.393
Sumber : hasil analisis ’2005

Hasil total tenaga kerja basic (Ep), selanjutnya digunakan sebagai data dasar untuk mengetahui total
tenaga kerja. Telah disinggung sebelumnya bahwa total tenaga kerja (E) merupakan hasil
penjumlahan antara tenaga kerja sektor basic (Ep) dengan total tenaga kerja servis (Es) yang
diciptakan akibat perkembangan sektor basis tersebut, atau dengan melakukan perhitungan
berdasarkan formulasi dibawah ini :

Ep
Total Tenaga kerja : E
1  

Dimana :
diasumsikan
 Beta = 0.3
 dan gama = 2

Berdasarkan data yang ada dan kombinasi formula diatas maka dapat diketahui total tenaga kerja
yang berhasil diciptakan, yang antara lain dijabarkan pada tabel berikut :

Tabel 3
Proyeksi Total Tenaga Kerja

2005 2010 2015


Ep 87.393 91.758 100.393
E 218.483 229.395 250.983
Es 131.090 137.637 150.590
Sumber : hasil analisis’2005

1.2.2 Total Tenaga Kerja Migrasi

Dengan membangun asumsi bahwa total tenaga kerja (Employment) yang berasal dari tenaga lokal
hanya sebesar 30%, sedangkan 70%-nya adalah berasal dari tenaga luar, maka total tenaga kerja
migrasi kemudian dapat diketahui melalui perhitungan sederhana yang hasilnya diperlihatkan pada
tabel berikut :

Tabel 4
Proyeksi Tenaga Kerja Migrasi

2005 2010 2015


Ep 87.393 91.758 100.393
E 218.483 229.395 250.983
Es 131.090 137.637 150.590
Tenaga Kerja 152.938 160.577 175.688
Migrasi
Populasi Migrasi 436.965 458.790 501.965
Sumber : hasil analisis’2005

22
1.2.3 Total Migrasi Penduduk

Kemudian melalui penjumlahan antara total penduduk dari pertumbuhan alami dan total penduduk
yang dipengaruhi oleh migrasi penduduk maka total populasi penduduk kota balikpapan secara
keseluruhan dapat diketahui, dan hal tersebut dirumuskan pada tabel berikut :

Tabel 5
Proyeksi Total Populasi Penduduk Kota Balikpapan

2005 2010 2015


Pertumbuhan 575.213 806.766 1.131.531
Penduduk
Total Migrasi 436.965 458.790 501.965
Total Populasi 1.012.178 1.265.556 1.633.496
Penduduk
Sumber : hasil analisis ’2005

2. ANALISIS PERKEMBANGAN KEGIATAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Analisis yang dilakukan pada bagian ini adalah membahas mengenai proyeksi perkembangan pada
kegiatan-kegiatan yang termasuk kedalam sektor perikanan dan kelautan, terutama kegiatan-kegiatan
yang mungkin berkembang di wilayah pesisir dan laut, antara lain :
 Kegiatan perikanan
 Kegiatan Pariwisata
 Kegiatan Pertambangan.

Sedangkan pembahasan perkembangan pada masing-masing kegiatan diatas disesuaikan


berdasarkan skenario kegiatan pembangunan pada sektor kelautan dan perikanan yang telah
dirumuskan oleh pemerintah daerah setempat sebelumnya. Ilustrasi perkembangan tersebut akan
berpengaruh pada hasil perencanaan, khususnya yang terkait dengan proyeksi kebutuhan lahan yang
harus tersedia dalam pengembangan kegiatan di wilayah pesisir dan laut. Berikut merupakan
penjabaran proyeksi perkembangan yang diskenariokan untuk masing-masing kegiatan.

2.1 Kegiatan Perikanan

Kebutuhan lahan untuk kegiatan perikanan umumnya telah terakomodir dalam fasilitas pelabuhan.
Sebab konsep pembangunan pelabuhan yang berkembang umumnya menggunakan konsep Unit
Bisnis Perikanan Terpadu (UBPT). Dimana melalui konsep ini, fasilitas pelabuhan yang dibangun
diupayakan dapat memfasilitasi dan mengakomodir setiap proses kegiatan perikanan dari proses pra
produksi (perizinan, perbekalan, dsb), produksi (kegiatan penangkapan, kegiatan industri perikanan)
sampai dengan paska produksi (Distribusi, pemasaran, penyimpanan dsb). Berdasarkan hal tersebut,
maka perencanaan kebutuhan ruang untuk kegiatan perikanan selanjutnya diasumsikan dapat
terakomodir oleh fasilitas pelabuhan.

Pada bab sebelumnya telah dibangun suatu standar asumsi untuk total kebutuhan tenaga kerja pada
masing-masing kelas pelabuhan, beserta kebutuhan lahan yang harus disediakan pada masing-
masing kelas pelabuhan.

Sedangkan dari skenario yang dibangun, telah diketahui pengembangan & pembangunan kegiatan
perikanan merupakan kegiatan yang diprioritaskan di wilayah studi. Selain itu didalam skenario, juga
dijelaskan bahwa kegiatan perikanan pula-lah yang akan mendominasi kegiatan pembangunan
ekonomi di wilayah pesisir dan laut, sehingga kegiatan ini yang selanjutnya akan lebih mendominasi
penciptaan pertumbuhan tenaga kerja dan penciptaan migrasi penduduk.

Berdasarkan asumsi dan skenario tersebut, selanjutnya hasil proyeksi penciptaan tenaga kerja yang
telah dihasilkan pada analisis sebelumnya dapat menjadi data dasar untuk mengetahui total
kebutuhan ruang kegiatan perikanan (kebutuhan luas dan kelas pelabuhan) pada wilayah studi kasus.
Berikut dijelaskan standar asumsi kebutuhan tenaga kerja & kebutuhan ruang untuk masing-masing
kelas pelabuhan serta hasil proyeksi kebutuhan ruang untuk setiap jangka waktu perencanaan pada
tabel 6 & 7 dibawah ini.

23
Tabel 6
Asumsi standar kebutuhan tenaga kerja & Kebutuhan Ruang
Per Kelas Pelabuhan

KEBUTUHAN KELAS PELABUHAN


KELAS IV KELAS III KELAS II KELAS I
PPI PPP PPN PPS
TENAGA <500 500 - 1000 1000 – 5000 >5000
KERJA
KEBUTUHAN 2 Ha 5 Ha 15 Ha 30 Ha
RUANG
Sumber : hasil analisis’2005

Tabel 7
Proyeksi Kebutuhan Kelas Pelabuhan
& Kebutuhan Ruang Kegiatan Perikanan

KETERANGAN 2005 2010 2015


EP 87.332 76.415 50.434
KEBUTUHAN PELABUHAN PPS PPS PPS
KEBUTUHAN RUANG 30 HA 30 HA 30 HA
Sumber : hasil analisis’2005

2.2 Kegiatan Pariwisata

Asumsi skenario pembangunan untuk kegiatan wisata bukan menjadi kegiatan andalan kota. Selain
ini, berdasarkan kondisi eksisting diketahui bahwa kegiatan kepariwisataan di kota Balikpapan
perkembangannya dianggap kurang berkembang secara signifikan. Sehingga, asumsi perkembangan
untuk kegiatan ini diprediksikan sampai tahun 2015 masih berada pada skala pelayanan lokal.

Berdasarkan tabel asumsi standar kebutuhan ruang yang telah dibentuk sebelumnya serta dengan
pengetahuan asumsi skenario yang telah dibentuk untuk kegiatan ini, selanjutnya dapat diketahui
proyeksi kebutuhan tenaga kerja dan kebutuhan ruang untuk kegiatan wisata di wilayah pesisir dan
laut. Berikut tersaji tabel 8 sebagai ilustrasi kebutuhan ruang untuk kegiatan pariwisata di kota
balikpapan

24
Tabel 8
Proyeksi Kebutuhan Tenaga Kerja & Kebutuhan Ruang Kegiatan Wisata

KEBUTUHAN LOKAL REGIONAL INTERNASIONAL

TENAGA KERJA < 100 100 – 1000 > 1000

KEBUTUHAN < 15 Ha 15 – 50 Ha > 50


RUANG
Sumber : hasil analisis’2005

Berdasarkan tabel diatas, serta asumsi perkembangan kegiatan sampai tahun 2015, kegiatan
pariwisata di kota balikpapan hanya berskala pelayanan local. Oleh karena itu kebutuhan ruang
sampai tahun 2015 hanya berkisar < 15 Ha.

2.3 Kegiatan Pertambangan

Kegiatan pertambangan di kota Balikpapan termasuk kedalam kelompok ”Drilling” (pengeboran)


dengan sumber daya yang dominan adalah minyak. Sedangkan berdasarkan asumsi skenario yang
telah dibentuk, dijelaskan bahwa kegiatan pertambangan pada wilayah studi tidak terlalu berkembang
secara signifikan baik terhadap penciptaan tenaga kerja maupun terhadap jumlah produksi yang
dihasilkan. Hal ini dipertimbangkan dari sifat kegiatan pertambangan umumnya yang memiliki tingkat
produktivitas yang konstan bahkan menurun mengingat sifat sumberdaya yang dimanfaatkan adalah
non renewable resources. Berdasarkan standar kebutuhan ruang yang dipaparkan pada bab
sebelumnya serta dikombinasikan dengan skenario pembangunan untuk kegiatan ini, maka total
kebutuhan ruang untuk kegiatan pertambangan di kota balikpapan dapat diketahui melalui tabel
berikut ini :

Tabel 9
Proyeksi Kebutuhan Ruang Kegiatan Pertambangan

KEGIATAN KEBUTUHAN RUANG

DRILLING  30 Ha

DREDGING Disesuaikan dengan areal


pertambangan
Sumber : hasil analisis’2005

Dari tabel diatas, disimpulkan bahwa kebutuhan ruang untuk kegiatan ini sampai dengan tahun
perencanaan 2015 hanya berkisar maksimal  30 Ha

3. ANALISIS KEBUTUHAN RUANG

Analisis ini merupakan pokok bahasan inti dalam buku ini yang berfungsi untuk menentukan
perencanaan luasan kebutuhan ruang di wilayah pesisir dan laut, berdasarkan hasil proyeksi total
populasi penduduk dan proyeksi perkembangan kegiatan ekonomi yang berkembang di wilayah
pesisir dan laut. Penjabaran ruang-ruang yang direncanakan pada buku ini adalah ruang-ruang yang
berupa penyediaan sarana dan prasarana dasar minimal yang harus diakomodir oleh suatu wilayah.
Adapun kebutuhan ruang yang akan dibahas antara lain :
1. Kebutuhan sarana prasarana dasar yang terdiri dari :
 Kebutuhan Ruang Fasilitas perumahan
 Fasilitas Infrastruktur & sarana
 Fasilitas pendidikan
 Fasilitas peribadatan
 Fasilitas perdagangan
 Fasilitas Kesehatan
2. Kebutuhan Ruang Sektor Kelautan & Perikanan

25
 Kebutuhan Ruang Kegiatan Perikanan
 Kebutuhan Ruang Kegiatan Pariwisata
 Kebutuhan Ruang Kegiatan Pertambangan

3.1 Kebutuhan Sarana prasarana dasar


3.1.1 Kebutuhan Ruang Perumahan
Penentuan kebutuhan ruang perumahan, didasarkan pada suatu asumsi, yaitu :
 Standar rumah ideal min 300 m2
 1 keluarga : 5 orang/rmh

menggunakan metoda perhitungan sederhana yang mengkombinasikan asumsi diatas dengan


proyeksi total populasi penduduk yang telah dihasilkan, selanjutnya dapat diketahui kebutuhan sarana
perumahan yang dijabarkan pada tabel berikut ini :

Tabel 10
Proyeksi Kebutuhan Sarana Perumahan
2005-2015

2005 2010 2015


TOTAL POPULASI 1.012.178 1.265.556 1.633.496
PROYEKSI UNIT 202.436 253.111 326.699
PROYEKSI 6.073 7.593 9.800
KEBUTUHAN
RUANG (HA)
Sumber : hasil analisis’2005

3.1.2 Kebutuhan Ruang Sarana Dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang diperhitungkan antara lain terdiri dari; fasilitas pendidikan, fasilitas
peribadatan, fasilitas perdagangan, dan fasilitas kesehatan. Melalui metoda perhitungan sederhana
dengan mengkombinasikan antara proyeksi total populasi penduduk yang dihasilkan dengan asumsi-
asumsi kebutuhan ruang untuk masing-masing fasilitas yang telah ditetapkan oleh PU

Tabel 11
Kebutuhan Ruang Masing-masing Infrastruktur &
Sarana dasar Perkotaan

Kebutuhan Ruang (Ha) 2005 2010 2015

Fasilitas Pendidikan 560 700 904

Fasilitas Peribadatan 28 35 45

Fasilitas Perdagangan 89 111 144

Fasilitas Kesehatan 60 75 97

Total 737 921 1.190


Sumber : hasil analisis’2005
3.2 Kebutuhan Ruang Sektor Kelautan & Perikanan

Pembahasan pada sub bab ini adalah memperhitungkan kebutuhan ruang untuk kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan sektor perikanan dan kelautan terutama yang mungkin berkembang di
daerah pesisir dan laut. Kegiatan tersebut antara lain; kegiatan perikanan, kegiatan pariwisata dan
kegiatan pertambangan.

26
Berdasarkan analisis perkembangan kegiatan perikanan dan kelautan sebelumnya, telah diketahui
estimasi kebutuhan ruang untuk masing-masing kegiatan pada setiap jangka waktu perencanaan.
Berikut adalah tabel 12 yang menggambarkan kesimpulan kebutuhan ruang yang diberikan untuk
masing-masing kegiatan

Tabel 12
Proyeksi Kebutuhan Ruang Sektor Perikanan & Kelautan
2005 - 2015

2005 2010 2015

Kegiatan Perikanan 30 Ha 30 Ha 30 Ha

Kegiatan Pariwisata 15 Ha 15 Ha 15 Ha

Kegiatan Pertambangan 30 Ha 30 Ha 30 Ha

Total 65 Ha 65 Ha 65 Ha
Sumber : hasil analisis’2005

3.3 Total Kebutuhan Ruang

Dari hasil perhitungan diatas, dapat diketahui total kebutuhan ruang untuk masing-masing jangka
waktu perencanaan dari 2005 – 2015 yang tersaji pada tabel dibawah ini :

Tabel 13
Total Kebutuhan Ruang

KETERANGAN 2005 2010 2015

PERUMAHAN 6.073 7.593 9.800

INFRASTRUKTUR & SARANA 737 921 1.190

RUANG SEKTOR PERIKANAN 30 30 30

RUANG SEKTOR PARIWISATA 15 15 15

RUANG SEKTOR PETAMBANGAN 30 30 30

TOTAL 6.885 8.589 11.065


Sumber : hasil analisis’2005

Dari tabel diatas, diketahui bahwa proyeksi kebutuhan ruang sampai dengan tahun 2015 masih
memungkinkan untuk diakomodir oleh ketersediaan lahan kota yang diestimasikan sebesar 20.132 Ha

C. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dari hasil studi literatur dan analisis yang dilakukan pada studi kasus kota balikpapan, terdapat
beberapa kesimpulan dan rekomendasi yang antara lain :
 Dari hasil studi, kebutuhan ruang masih memungkinkan diakomodir oleh luasan eksisting yang
dimiliki
 Perlu adanya analisis daya dukung lahan terutama untuk mengetahui ketersediaan lahan yang
sebenarnya bisa dibangun
 Penggunaan metoda analisa disesuaikan dengan kebutuhan
 Penggunaan asumsi dilakukan melalui survey lapangan untuk mendapatkan dasar yang lebih
akurat

27

Anda mungkin juga menyukai