MODUL 1
PANDUAN ANALISIS PERHITUNGAN
KEBUTUHAN RUANG DALAM SUATU
JANGKA WAKTU PERENCANAAN
Executive Summary
Daftar Isi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1.2 Tujuan
1
dibatasi, sehingga dampak-dampak negatif dari kegiatan
pembangunan dapat terdeliniasi secara optimal.
2
BAB II
METODA PENDEKATAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG
DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT
3
proyeksi jumlah penduduk ini akan dimanfaatkan sebagai
dasar unit analisis untuk memprediksi kebutuhan-kebutuhan
ruang faktor lain, seperti sarana dan prasarana wilayah atau
kota. Pendekatan ini belum mengakomodasi perkembangan
yang diakibatkan adanya pengaruh kebijakan atau strategi
ekonomi, misalnya investasi atau kebijakan-kebijakan politis.
4
Melalui skenario plan ini, selain kebutuhan ruang untuk
menampung migrasi, dapat pula mengindikasikan kebutuhan
ruang yang dimanfaatkan untuk pengembangan suatu
kegiatan tertentu. Secara teknis, kebutuhan ruang yang
diperlukan dalam mengembangkan suatu kegiatan tertentu,
didasarkan pada penetapan standard-standar kebutuhan
ruang untuk kegiatan perikanan, pariwisata serta
pertambangan.
GAMBAR 1
DIAGRAM ALUR PIKIR KEBUTUHAN RUANG
5
2.3 METODA ANALISIS
2.3.1 Skenario
6
2.3.2 Strategi
7
cukup beragam, diantaranya yaitu model pertumbuhan linier,
model pertumbuhan eksponensial, model pertumbuhan
eksponensial yang dimodifikasi serta model logistic dan
eksponensial ganda (sumber: applied models in urban and
regional analysis, norbert oppenheim).
Pn = (1+r)n Po
Y = (I – A) -1 X
Y = total produksi
I = matriks I
A = koefisien pola konsumsi
X = produksi eksport
8
aktivitas/kegiatan ekonomi. Selanjutnya melalui model ini
jumlah tenaga kerja yang dibangkitkan dari suatu kegiatan
ekonomi dapat dikonversikan untuk memperoleh jumlah
penduduk migrasi. Formulasi model ini adalah :
E
Ep Rasio jumlah
penduduk terhadap
1 TK kegiatan
pendukung (service)
E = (I – SH) -1 Ep
P = H(I – SH) -1 Ep
9
I = Matriks I
S = Pola komuter belanja * ratio penduduk terhadap
kebutuhan
TK service
H = Ratio tenaga kerja terhadap populasi * Pola komuter
pekerja
Ep= Jml tenaga kerja yg diharapkan
10
A. Perikanan
i) Perikanan Tangkap
11
12
ii) Perikanan Budidaya
1. Tambak
II Komponen Penunjang
Kolam Filtrasi/reservoir 1000 2000 5000
Kolam Water treatment/PAL - 500 1000
Gudang 800 1000 1500
Rumah Jaga 800 1690 4000
Jembatan - 50 50
Gudang Pendingin/Cold - 200 500
storage/ice storage/cool
box
Laboratorium - 100 300
Kuality Kontrol - 100 300
Pembenihan 480 300 500
Pabrik pakan (alami dan - 300 900
buatan)
Pabrik pupuk 200 400 500
Kincir - Ada Ada
Pompa - Ada Ada
Generator/Genset - Ada Ada
(cadangan listrik)
Blower (pendingin mesin) - - Ada
Bengkel - Ada Ada
Depot BBM 100 500 1000
13
Jaringan air bersih Ada Ada ada
Jaringan Listrik Ada Ada Ada
Jaringan dan alat Ada Ada Ada
transportasi
Jaringan Jalan
- Lingkungan Ada Ada Ada
- Kolektor - Ada Ada
Jaringan Telekommunikasi Ada Ada Ada
Bangunan Pengaman : - 500 1000
tanggul pencegah banjir,
revetment, break water,
groint (bronjong)
I Komponen Pokok
Tiang Penambat 10 10 10
Jalan produksi berupa jembatan 150 150 150
apung/jetty
Kerangka/Rakit + Kurungan 8500 7000 6000
Pelampung 50 50 50
Jangkar 20 20 20
II Komponen Penunjang
Dermaga 400 500 600
Kapal 20 30 50
Rumah jaga 400 500 600
Laboratorium - 100 150
Kuality Kontrol - 100 150
14
Pabrik Pakan (alami dan buatan) 200 300 300
Pabrik obat-obatan 50 250 300
Pembenihan 200 300 300
- 100 150
Bengkel
Gudang Pendingin/Cold - 200 400
storage/ice storage/cool box
Depot BBM - 50 100
Jaringan Listrik Ada Ada ada
Jaringan dan Alat Transportasi Ada Ada ada
Jaringan Jalan Ada Ada ada
Jaringan Telekomunikasi Ada Ada ada
Jaringan Air Bersih Ada Ada ada
B. Pariwisata
15
C. Pertambangan
16
D. Tahapan Penghitungan Kebutuhan Ruang
17
BAB III
CONTOH PENERAPAN MODEL ANALISIS KEBUTUHAN
RUANG WILAYAH PESISIR DAN LAUT DI KOTA
BALIKPAPAN
(a) (b)
Gambar 1
Gambaran Kota Balikpapan
(a) Peta Citra (b) Peta Administrasi
18
sedangkan kondisi kegiatan perikanan belum dimanfaatkan
secara optimal
19
3.2.1 ANALISIS TOTAL POPULASI
3.2.1.1 Analisis Pertumbuhan Penduduk
Analisis yang dilakukan adalah dengan melakukan proyeksi jumlah penduduk lokal berdasarkan data
time series masa lalu. Proyeksi dilakukan dalam jangka waktu perencanaan, misalnya 5 (lima)
tahunan. Sedangkan metoda analisis yang digunakan untuk melakukan perhitungan proyeksi
penduduk ini adalah dengan menggunakan Exponential Population Growth Model. Adapun rumus dari
model tersebut adalah
Pn = (1+r)n Po
Data Jumlah penduduk pada : Dalam kasus Kota Balikpapan, tahun ke 0 yang
tahun ke 0 digunakan adalah tahun 2000, dengan jumlah
penduduk : 410.119 jiwa
Rasio tingkat pertumbuhan : Asumsi tingkat pertumbuhan penduduk : 7%/thn
penduduk
Berdasarkan data tersebut yang dikombinasikan dengan rumus pada model analisis, maka dapat
diketahui proyeksi jumlah penduduk kota balikpapan yang diperlihatkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 1
Proyeksi Penduduk kota Balikpapan 2005 -2015
Dalam melakukan analisis ini, diperlukan asumsi-asumsi yang mendasari penduduk luar kota
balikpapan untuk melakukan migrasi. Dalam hal ini, yang menjadi daya tarik migrasi adalah adanya
perkembangan ekonomi kota, dimana hal tersebut dipengaruhi oleh skenario pembangunan kota yang
dikembangkan oleh pemerintah kota setempat.
Berikut asumsi skenario pembangunan kota balikpapan untuk pengembangan kegiatan sector
perikanan dan kelautan pada tahun 2005 sampai tahun 2010:
Skenario peningkatan rasio produktivitas perikanan diatas digunakan sebagai data dasar dalam
melakukan proyeksi penduduk migrasi di kota Balikpapan.
20
Tahapan analisis yang dilakukan dalam memproyeksikan total populasi migrasi penduduk adalah :
A. Memproyeksikan total tenaga kerja (Employment) yang diciptakan dari perkembangan ekonomi
yang diskenariokan
B. Memproyeksikan total tenaga kerja migrasi
C. Memproyeksikan Populasi migrasi berdasarkan hasil proyeksi tenaga kerja migrasi yang
diciptakan
Memproyeksikan total tenaga kerja (Total Employment) yang diciptakan dari perkembangan
ekonomi yang diskenariokan
Untuk mengetahui total tenaga kerja yang diciptakan dilakukan perhitungan dengan menggunakan
model Employment Population Multiplier Effect, yang diterjemahkan kedalam rumus :
Berdasarkan rasio pertumbuhan produktivitas perikanan yang telah diskenariokan pada setiap jangka
waktu perencanaan, maka proyeksi total produktivitas yang dihasilkan dengan total employment yang
dihasilkan diperlihatkan pada tabel berikut dibawah ini :
21
Tabel 2
Proyeksi Total Produksi Perikanan
& Total Employment Yang Berhasil Diciptakan
Hasil total tenaga kerja basic (Ep), selanjutnya digunakan sebagai data dasar untuk mengetahui total
tenaga kerja. Telah disinggung sebelumnya bahwa total tenaga kerja (E) merupakan hasil
penjumlahan antara tenaga kerja sektor basic (Ep) dengan total tenaga kerja servis (Es) yang
diciptakan akibat perkembangan sektor basis tersebut, atau dengan melakukan perhitungan
berdasarkan formulasi dibawah ini :
Ep
Total Tenaga kerja : E
1
Dimana :
diasumsikan
Beta = 0.3
dan gama = 2
Berdasarkan data yang ada dan kombinasi formula diatas maka dapat diketahui total tenaga kerja
yang berhasil diciptakan, yang antara lain dijabarkan pada tabel berikut :
Tabel 3
Proyeksi Total Tenaga Kerja
Dengan membangun asumsi bahwa total tenaga kerja (Employment) yang berasal dari tenaga lokal
hanya sebesar 30%, sedangkan 70%-nya adalah berasal dari tenaga luar, maka total tenaga kerja
migrasi kemudian dapat diketahui melalui perhitungan sederhana yang hasilnya diperlihatkan pada
tabel berikut :
Tabel 4
Proyeksi Tenaga Kerja Migrasi
22
1.2.3 Total Migrasi Penduduk
Kemudian melalui penjumlahan antara total penduduk dari pertumbuhan alami dan total penduduk
yang dipengaruhi oleh migrasi penduduk maka total populasi penduduk kota balikpapan secara
keseluruhan dapat diketahui, dan hal tersebut dirumuskan pada tabel berikut :
Tabel 5
Proyeksi Total Populasi Penduduk Kota Balikpapan
Analisis yang dilakukan pada bagian ini adalah membahas mengenai proyeksi perkembangan pada
kegiatan-kegiatan yang termasuk kedalam sektor perikanan dan kelautan, terutama kegiatan-kegiatan
yang mungkin berkembang di wilayah pesisir dan laut, antara lain :
Kegiatan perikanan
Kegiatan Pariwisata
Kegiatan Pertambangan.
Kebutuhan lahan untuk kegiatan perikanan umumnya telah terakomodir dalam fasilitas pelabuhan.
Sebab konsep pembangunan pelabuhan yang berkembang umumnya menggunakan konsep Unit
Bisnis Perikanan Terpadu (UBPT). Dimana melalui konsep ini, fasilitas pelabuhan yang dibangun
diupayakan dapat memfasilitasi dan mengakomodir setiap proses kegiatan perikanan dari proses pra
produksi (perizinan, perbekalan, dsb), produksi (kegiatan penangkapan, kegiatan industri perikanan)
sampai dengan paska produksi (Distribusi, pemasaran, penyimpanan dsb). Berdasarkan hal tersebut,
maka perencanaan kebutuhan ruang untuk kegiatan perikanan selanjutnya diasumsikan dapat
terakomodir oleh fasilitas pelabuhan.
Pada bab sebelumnya telah dibangun suatu standar asumsi untuk total kebutuhan tenaga kerja pada
masing-masing kelas pelabuhan, beserta kebutuhan lahan yang harus disediakan pada masing-
masing kelas pelabuhan.
Sedangkan dari skenario yang dibangun, telah diketahui pengembangan & pembangunan kegiatan
perikanan merupakan kegiatan yang diprioritaskan di wilayah studi. Selain itu didalam skenario, juga
dijelaskan bahwa kegiatan perikanan pula-lah yang akan mendominasi kegiatan pembangunan
ekonomi di wilayah pesisir dan laut, sehingga kegiatan ini yang selanjutnya akan lebih mendominasi
penciptaan pertumbuhan tenaga kerja dan penciptaan migrasi penduduk.
Berdasarkan asumsi dan skenario tersebut, selanjutnya hasil proyeksi penciptaan tenaga kerja yang
telah dihasilkan pada analisis sebelumnya dapat menjadi data dasar untuk mengetahui total
kebutuhan ruang kegiatan perikanan (kebutuhan luas dan kelas pelabuhan) pada wilayah studi kasus.
Berikut dijelaskan standar asumsi kebutuhan tenaga kerja & kebutuhan ruang untuk masing-masing
kelas pelabuhan serta hasil proyeksi kebutuhan ruang untuk setiap jangka waktu perencanaan pada
tabel 6 & 7 dibawah ini.
23
Tabel 6
Asumsi standar kebutuhan tenaga kerja & Kebutuhan Ruang
Per Kelas Pelabuhan
Tabel 7
Proyeksi Kebutuhan Kelas Pelabuhan
& Kebutuhan Ruang Kegiatan Perikanan
Asumsi skenario pembangunan untuk kegiatan wisata bukan menjadi kegiatan andalan kota. Selain
ini, berdasarkan kondisi eksisting diketahui bahwa kegiatan kepariwisataan di kota Balikpapan
perkembangannya dianggap kurang berkembang secara signifikan. Sehingga, asumsi perkembangan
untuk kegiatan ini diprediksikan sampai tahun 2015 masih berada pada skala pelayanan lokal.
Berdasarkan tabel asumsi standar kebutuhan ruang yang telah dibentuk sebelumnya serta dengan
pengetahuan asumsi skenario yang telah dibentuk untuk kegiatan ini, selanjutnya dapat diketahui
proyeksi kebutuhan tenaga kerja dan kebutuhan ruang untuk kegiatan wisata di wilayah pesisir dan
laut. Berikut tersaji tabel 8 sebagai ilustrasi kebutuhan ruang untuk kegiatan pariwisata di kota
balikpapan
24
Tabel 8
Proyeksi Kebutuhan Tenaga Kerja & Kebutuhan Ruang Kegiatan Wisata
Berdasarkan tabel diatas, serta asumsi perkembangan kegiatan sampai tahun 2015, kegiatan
pariwisata di kota balikpapan hanya berskala pelayanan local. Oleh karena itu kebutuhan ruang
sampai tahun 2015 hanya berkisar < 15 Ha.
Tabel 9
Proyeksi Kebutuhan Ruang Kegiatan Pertambangan
DRILLING 30 Ha
Dari tabel diatas, disimpulkan bahwa kebutuhan ruang untuk kegiatan ini sampai dengan tahun
perencanaan 2015 hanya berkisar maksimal 30 Ha
Analisis ini merupakan pokok bahasan inti dalam buku ini yang berfungsi untuk menentukan
perencanaan luasan kebutuhan ruang di wilayah pesisir dan laut, berdasarkan hasil proyeksi total
populasi penduduk dan proyeksi perkembangan kegiatan ekonomi yang berkembang di wilayah
pesisir dan laut. Penjabaran ruang-ruang yang direncanakan pada buku ini adalah ruang-ruang yang
berupa penyediaan sarana dan prasarana dasar minimal yang harus diakomodir oleh suatu wilayah.
Adapun kebutuhan ruang yang akan dibahas antara lain :
1. Kebutuhan sarana prasarana dasar yang terdiri dari :
Kebutuhan Ruang Fasilitas perumahan
Fasilitas Infrastruktur & sarana
Fasilitas pendidikan
Fasilitas peribadatan
Fasilitas perdagangan
Fasilitas Kesehatan
2. Kebutuhan Ruang Sektor Kelautan & Perikanan
25
Kebutuhan Ruang Kegiatan Perikanan
Kebutuhan Ruang Kegiatan Pariwisata
Kebutuhan Ruang Kegiatan Pertambangan
Tabel 10
Proyeksi Kebutuhan Sarana Perumahan
2005-2015
Sarana dan prasarana yang diperhitungkan antara lain terdiri dari; fasilitas pendidikan, fasilitas
peribadatan, fasilitas perdagangan, dan fasilitas kesehatan. Melalui metoda perhitungan sederhana
dengan mengkombinasikan antara proyeksi total populasi penduduk yang dihasilkan dengan asumsi-
asumsi kebutuhan ruang untuk masing-masing fasilitas yang telah ditetapkan oleh PU
Tabel 11
Kebutuhan Ruang Masing-masing Infrastruktur &
Sarana dasar Perkotaan
Fasilitas Peribadatan 28 35 45
Fasilitas Kesehatan 60 75 97
Pembahasan pada sub bab ini adalah memperhitungkan kebutuhan ruang untuk kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan sektor perikanan dan kelautan terutama yang mungkin berkembang di
daerah pesisir dan laut. Kegiatan tersebut antara lain; kegiatan perikanan, kegiatan pariwisata dan
kegiatan pertambangan.
26
Berdasarkan analisis perkembangan kegiatan perikanan dan kelautan sebelumnya, telah diketahui
estimasi kebutuhan ruang untuk masing-masing kegiatan pada setiap jangka waktu perencanaan.
Berikut adalah tabel 12 yang menggambarkan kesimpulan kebutuhan ruang yang diberikan untuk
masing-masing kegiatan
Tabel 12
Proyeksi Kebutuhan Ruang Sektor Perikanan & Kelautan
2005 - 2015
Kegiatan Perikanan 30 Ha 30 Ha 30 Ha
Kegiatan Pariwisata 15 Ha 15 Ha 15 Ha
Kegiatan Pertambangan 30 Ha 30 Ha 30 Ha
Total 65 Ha 65 Ha 65 Ha
Sumber : hasil analisis’2005
Dari hasil perhitungan diatas, dapat diketahui total kebutuhan ruang untuk masing-masing jangka
waktu perencanaan dari 2005 – 2015 yang tersaji pada tabel dibawah ini :
Tabel 13
Total Kebutuhan Ruang
Dari tabel diatas, diketahui bahwa proyeksi kebutuhan ruang sampai dengan tahun 2015 masih
memungkinkan untuk diakomodir oleh ketersediaan lahan kota yang diestimasikan sebesar 20.132 Ha
Dari hasil studi literatur dan analisis yang dilakukan pada studi kasus kota balikpapan, terdapat
beberapa kesimpulan dan rekomendasi yang antara lain :
Dari hasil studi, kebutuhan ruang masih memungkinkan diakomodir oleh luasan eksisting yang
dimiliki
Perlu adanya analisis daya dukung lahan terutama untuk mengetahui ketersediaan lahan yang
sebenarnya bisa dibangun
Penggunaan metoda analisa disesuaikan dengan kebutuhan
Penggunaan asumsi dilakukan melalui survey lapangan untuk mendapatkan dasar yang lebih
akurat
27