BAB
PENDAHULUAN
I
PENDAHULUAN
Kebijakan yang diterapkan dalam pengembangan kawasan di perbatasan darat dan laut
tentunya berbeda. Di perbatasan darat, akan lebih banyak upaya pembangunan dalam
rangka membangun rasa nasionalisme dari warga negara serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat yang tentunya sering melakukan aktifitas yang
bersentuhan dengan masyarakat di negara tetangga.
Sedangkan di perbatasan laut, dengan batas-batas yang lebih imajiner dan masyarakat
yang masih terbatas, fokus utama lebih kepada pengamanan batas-batas laut dengan
pengelolaan sumber daya laut. Sejauh ini illegal fishing di kawasan perbatasan laut masih
sering terjadi termasuk diantaranya di perbatasan negara yang berada di Natuna.
Laut Natuna dikenal sebagai penghasil sumber daya energi dan sumber daya laut yang
sangat potensial. Perlu adanya suatu rencana pengembangan kawasan perbatasan di
Natuna yang nantinya dapat memberikan kesejahteraan tidak saja bagi kawasan tersebut,
namun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Wilayah perbatasan ini juga perlu menjadi perhatian dikarenakan lokasi ini menjadi pusat
lalu lintas orang dan barang antar negara. Berdasarkan kondisi eksisting yang ada,
kawasan perbatasan di wilayah Indonesia mengalami permasalahan terkait infrastruktur,
pelayanan masyarakat,aktivitas perekonomian. Hal ini berdampak pada rendahnya
kualitas lingkungan, kesejahteraan masyarakat, pertahanan dan keamanan.
Jika memperhatikan potensi dan permasalahan yang ada, maka diperlukan suatu upaya
rencana pembangunan dalam rangka pengembangan kawasan strategis di Kawasan
Perbatasan laut Cina Selatan di Natuna sehingga dapat memberikan kesejahteraan,
keamanan dan dapat memberikan intervensi terhadap peningkatan kualitas lingkungan
yang lebih baik. Rencana pembangunan ini diharapkan dapat memprioritaskan
pembangunan infrastruktur dan sarana dan prasarana lainya, yang akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat karena lancarnya perputaran roda ekonomi masyarakat.
Posisi strategis ini dapat dipandang sebagai peluang dan potensi pasar, oleh karena itu
kawasan ini dipandang perlu didukung oleh berbagai rencana pengembangan
infrastruktur dalam upaya meningkatkan konektivitas antar kawasan.
1.2. TUJUAN
Tujuan dilaksanakannya pekerjaan ini adalah menyusun rencana pengembangan antar
kawasan sebagai dokumen acuan bagi “Rencana Pengembangan Keterpaduan
Infrastruktur pada Wilayah di Kawasan Perbatasan Indonesia-laut Cina Selatan di
Natuna”.
1.3. SASARAN
Sasaran dilaksanakannya pekerjaan ini adalah :
a. Profil wilayah pengembangan strategis kawasan perbatasaan Indonesia – laut
Cina Selatan di Natuna.
b. Wilayah pengembangan strategis/kawasan yang dituju di Anambas dan Natuna.
c. Strategi pengembangan wilayah/kawasan Anambas - Natuna
d. Rencana strategis infrastruktur wilayah WPS Anambas – Natuna
e. Indikasi program infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk
pengembangan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) Perbatasan Indonesia-
laut Cina Selatan di Natuna Tahun 2017.
Gambar 1.1. Lingkup Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kepuluan Natuna
sebagai bagian dari Provinsi Kepulauan Riau.
d. Kompilasi profil lokasi hasil pendataan menyangkut : foto video, dokumen, peta
dan data pendukung lainnya yang akan dipergunakan dalam tahap analisis
e. Kompilasi data-data kebutuhan tahap analisis : data statistik, data ekonomi,
sosial, potensi daerah, produk tata ruang, ketersediaan infrastruktur terkini,
data perencanaan sektoral.
EXECUTIVE SUMMARY 1 - 10
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Gambar 1.2. Bagan Alir Metodologi dan Pendekatan Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia – Laut Cina
Selatan di Natuna
EXECUTIVE SUMMARY 11
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BAB
II
PROFIL KAWASAN PERBATASAN
NATUNA – ANAMBAS
2.1 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN
KAWASAN PERBATASAN
2.1.1 Isu dan Permasalahan Strategis
Permasalahan pengembangan dan pembangunan kawasan perbatasan di Indonesia
secara umum diklasifikasikan menjadi tiga dimensi, yakni :
1. Permasalahan berdimensi lokal, seperti permasalahan kondisi geografis/ topografi
dan kemiskinan.Salah satu bentuk permasalahan geografis ini adalah garis perbatasan
wilayah negara yang tidak jelas, akibat rusaknya patok-patok di perbatasan (terutama
di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur). Sementara kemiskinan akibat
keterisolasian kawasan menjadi pemicu tingginya keinginan masyarakat setempat
menjadi pelintas batas ke Malaysia berlatar-belakang untuk memperbaiki
perekonomian masyarakat mengingat tingkat perekonomian Malaysia lebih
berkembang.
2. Permasalahan berdimensi nasional dengan dimensi nasional berupa kegiatan
ekonomi illegal, seperti terjadinya penyelundupan dan pemasaran yang berorientasi ke
luar, maupun terjadinya praktek illegal logging di beberapa wilayah yang kaya dengan
hasil hutannya.
Praktik penyelundupan dan pemasaran yang berorientasi ke luar bisa jadi merupakan
akibat dari faktor belum berkembangnya komoditas unggulan yang sinergis dengan
industri pengolahan. Sementara praktek illegal logging dan eksploitasi sumberdaya
alam yang berlebihan merupakan akibat dari kurangnya koordinasi antarpelaku dan
pihak pemerintah setempat dalam mengawasi dan mengelola sumberdaya alam.
Illegal logging juga terkait dengan pengrusakan patok-patok batas negara yang
dilakukan untuk meraih keuntungan dalam penjualan kayu. Depertemen Kehutanan
pernah menaksir setiap bulannya sekitar 80.000-100.000 m3 kayu ilegal dari
Kalimantan Timur dan sekitar 150.000 m3 kayu ilegal dari Kalimantan Barat masuk ke
Malaysia.
Bentuk lain permasalahan yang berdimensi nasional adalah permasalahan yuridis dan
hukum/kelembagaan. Sebagai contoh adalah kasus Perum Perhutani yang ditugasi
Pemerintah untuk mengelola HPH eks PT. Yamaker di perbatasan Kalimantan-
Malaysia baru didasari oleh SK Menhut No. 3766/Kpts-II/1999 tanggal 27 Mei 1999.
Pada kenyataannya, PT Perhutani juga bertugas untuk menata kembali wilayah
perbatasan dalam rangka pelestarian sumber daya alam, perlindungan dan
pengamanan wilayah perbatasan dan pengelolaan hutan dengan sistem tebang pilih.
EXECUTIVE SUMMARY 12
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Padahal pada dasarnya, tugas ini bersifat lintas sektoral dan lintas wilayah sehingga
diperlukan dasar hukum yang lebih tinggi.
3. Permasalahan berdimensi regional, seperti kesenjangan sosial antara penduduk
negeri sendiri dengan penduduk negara tetangga, pergeseran garis tapal batas,
permasalahan pertahanan dan keamanan regional, serta permasalahan pengelolaan
kawasan lindung lintas negara yang belum terintegrasi dalam kerjasama bilateral
kedua negara. Misalnya, keberadaan Taman Nasional Kayan Mentarang yang terletak
di Kabupaten Malinau dan Nunukan, di sebelah Utara Kalimantan Timur, sepanjang
perbatasan dengan Sabah Malaysia, seluas 1,35 juta hektar. Taman ini merupakan
habitat lebih dari 70 spesies mamalia, 315 spesies unggas dan ratusan spesies
lainnya. Tanpa kesepakatan bilateral kedua negara mengenai pengelolaan kawasan
lindung ini, maka dikhawatirkan akan terjadi penelantaran bahkan mungkin juga over-
eksploitasi habitat yang seharusnya dilindungi, sehingga akhirnya justru merusak
ekosistem regional di kedua negara.
EXECUTIVE SUMMARY 13
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 14
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
4. Permasalahan Yuridis
Penanganan permasalahan yang terjadi di kawasan perbatasan membutuhkan
sistem kelembagaan khusus yang memiliki dasar hukum dan peraturan
perundangan yang jelas. Pada tahun 1971, di Indonesia pernah dibentuk
Panitia Koordinasi Penyelesaian Masalah Wilayah Nasional dan Dasar Laut,
atau biasa disingkat sebagai Pankorwilnas. Panitia ini kemudian dibubarkan
pada tahun 1996.
Setelah dibubarkan, maka pendekatan yang bersifat koordinatif ini dilanjutkan
dengan pembentukan Dewan Kelautan Nasional (DKN) tahun 1996, yang
cenderung menitikberatkan pada penanganan masalah kelautan. DKN hanya
berlangsung 3 tahun dan kemudian dibentuk Dewan Maritim Indonesia (DMI)
tahun 1999 (Keppres No.161), yang berperan sebagai forum konsultasi
masalah-masalah kelautan. Baik DKN maupun DMI yang kalau boleh dikatakan
sebagai pengganti dari Pankorwilnas itu, ternyata dalam pelaksanaan tugasnya
selama ini tidak lagi mengakomodasi sejumlah Panitia Teknis yang
bertanggung jawab dalam penanganan dan penyelesaian masalah di luar
bidang kelautan. Hal demikian mengakibatkan implikasi penanganan masalah
perbatasan tersebut dilakukan secara kasuistis melalui pendekatan bersifat ad
hoc di bawah koordinasi Departemen Teknis berkepentingan.
Isu-isu kawasan perbatasan terkait dengan aspek yuridis adalah :
Kepastian hukum bagi suatu instansi dalam operasionalisasi pembangunan
di wilayah perbatasan sangat diperlukan agar peran dan fungsi instansi
tersebut dapat lebih efektif.
Permasalahan dalam hal data jumlah dan nama pulau-pulau kecil. Informasi
tentang data pulau-pulau yang berbeda-beda antara satu lembaga dengan
lembaga lain, baik dari segi nama maupun jumlahnya. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan, ada 6.127 pulau bernama
pada tahun 1972, sementara Pusat Survei dan Data (Pussurta) ABRI
mencatat 5.707 pulau bernama pada tahun 1987. Pada tahun 1992
Bakosurtanal menerbitkan Gazetteer Nama-nama Pulau dan Kepulauan
Indonesia sebanyak 6.489 pulau yang bernama, termasuk 374 nama pulau
di sungai. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), pada
tahun 2002 berdasarkan hasil kajian citra satelit menyatakan bahwa jumlah
pulau di Indonesia adalah 18.306 buah.
EXECUTIVE SUMMARY 15
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 16
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 17
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 18
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
1. Peluang kerja sama di bidang keamanan dan sosial ekonomi dalam rangka saling
mendukung dalam pengamanan aset daerah dan pencegahan kriminalitas di
perbatasan negara.
2. Perlu dukungan politik dan keamanan dalam rangka mewujudkan titik-titik tertentu
sebagai pintu gerbang negara.
EXECUTIVE SUMMARY 19
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Gugus
Pulau 1
1
Gugus
Gugus Pulau
Pulau 2
3
Gambar 2.8. Peta Administrasi dan Gugus Pulau Kabupaten Kepulauan Anambas
EXECUTIVE SUMMARY 20
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pada umumnya struktur geologi Kepulauan Anambas terdiri 4 jenis yakni Aluvial (kerikil
pasir, lanau dan gambut), Batuan Mafik (peridotit, gabro dan basal), Endapan Pantai
(pasir, kerikil dan sisa tumbuhan sebagai endapan pantai), Granit (granit, putih, kasar,
porforitik, holokristalin, kuarsa, ortoklas, plagioklas, biotit. Sebagaimana ditunjukan pada
peta geologi berikut, yang unik terdapat pada Pulau Siantan dan Pulau Matak yang
mempunyai struktur geologi dari keempat jenis tersebut.
Pada umumnya pulau-pulau di Kecamatan Siantan dan Palmatak pada daerah pesisir
banyak terdapat batu cadas yang sangat besar.
B. Topografi
Keadaan alam Kabupaten Kepulauan Anambas, berdasarkan satuan fisiografis terdiri atas
(Kep. Anambas Dalam Angka, 2010) :
1. Pegunungan Lintang dengan Ketinggian 610 m.
2. Pegunungan Datuk dengan Ketinggian 510 m.
3. Pegunungan Tukung dengan Ketinggian 477 m.
4. Pegunungan Selasih dengan Ketinggian 387 m.
Dari hasil intepretasi data SRTM (Shuttle Radar Topographic Map), ketinggian lahan di
wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas dapat dibagi menjadi 5 kelas, antara lain: 0 – 50
meter dpl, 50-150 meter dpl, 150 – 300 meter dpl, 300 – 450 dan > 450 meter dpl.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas berada pada ketinggian 0-50
meter dpl dengan luasan terbesar yaitu 5.667 Ha yang tersebar di wilayah Kecamatan
Palmatak, Sedangkan kelas ketinggian lahan tertinggi > 450 meter dpl terdapat di
Kecamatan Siantan dan Kecamatan Siantan Selatan dengan luasan masing-masing yaitu
136 Ha dan 62 Ha.
EXECUTIVE SUMMARY 21
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 2.2.
Ketinggian Lahan Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2013
Luas Setiap Ketinggian Per Kecamatan
No. Kecamatan 150- 300- Total %
0-50 50-150 >450
300 450
1. Siantan 608 997 1.905 893 136 4.539 7,47
Siantan
2. 4.037 3.569 2.847 1.033 62 11.548 19
Selatan
Siantan
3. 1.058 962 179 15 - 2.214 3,64
Tengah
Siantan
4. 4.422 3.192 1.104 167 7 8.892 14,6
Timur
5. Palmatak 5.667 5.392 1.864 72 - 12.994 21,4
6. Jemaja 3.470 2.792 1.452 112 - 7.826 12,9
Jemaja
7. 4.272 4.256 3.859 366 6 12.759 21
Timur
Total 23.534 21.160 13.210 2.657 211 60.772 100
Sumber : Intepretasi Data SRTM 2013
C. Tutupan Lahan
Gugusan Kepulauan Anambas umumnya banyak ditumbuhi pepohonan yang cukup
beranekaragam jenisnya. Khusus di pulau-pulau besar seperti Pulau Siantan, Pulau
Palmatak, Pulau Mubur dan Pulau Jemaja, banyak tumbuh pohon kelapa baik yang
ditanam oleh penduduk maupun yang tumbuh dengan sendirinya. Selain itu banyak
dijadikan perkebunan karet, pala, cengkeh dan durian.
2.2.1.2 Klimatologi
Iklim di Kepulauan Anambas sangat dipengaruhi oleh perubahan angin. Musim kemarau
biasanya terjadi pada Bulan Maret sampai dengan Bulan Juli. Berdasarkan data
pengamatan dari Stasiun Meteorologi Tarempa, sebagaimana ditunjukan pada Tabel di
bawah ini selama Tahun 2009 – Juli 2013 menunjukkan angin yang bertiup di daerah ini
hanya dua arah yakni utara dan selatan, di mana kecepatan angin berkisar dari 3 Knot – 7
Knot. Suhu udara berkisar 26,2 – 28.9 oC. Kelembaban udara berkisar antara 73 % - 83 %
dan kelembaban udara yang terendah terjadi pada bulan Januari dan tertinggi pada bulan
Juni. Sedangkan curah hujan berkisar 97.0 mm – 900.2 mm dan hari hujan berkisar 6 hari
– 24 hari, sedangkan curah hujan dan hari hujan terendah terjadi pada bulan Maret dan
tertinggi pada bulan Desember.
Dari data curah hujan bulanan rata-rata, terlihat bahwa bulan basah (> 200 mm) tercatat
sebanyak 3 bulan dan bulan kering (< 100 mm) tercatat selama 2 bulan (bulan Maret dan
Juni), lihat : Tabel 2.4.
Berdasarkan kurva zona agroklimat yang dikemukakan oleh Oldeman, maka lokasi studi
termasuk dalam Klasifikasi Iklim D2. Daerah dengan klasifikasi iklim D2, dicirikan oleh
adanya periode kering 2 – 3 bulan dan masa tanam antara 3 – 4 bulan, sehingga
membutuhkan perencanaan yang teliti bila melakukan kegiatan pertanian yang dilakukan
sepanjang tahun.
2.2.1.3 Hidro-Oseanografi
Wilayah pesisir yang merupakan daerah peralihan tempat pertemuan pengaruh daratan
dan lautan, memiliki sifat yang cukup dinamis. Hidro-oseanografi sebagai peran dan
fungsi lautan yang paling dominan mempengaruhi karakteristik wilayah ini. Penyusunan
action plan di sejumlah wilayah harus memperhitungkan analisis hidro-oseanografi.
EXECUTIVE SUMMARY 22
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
1. Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove termasuk ekosistem yang
paling produktif, hal ini dipengaruhi oleh dua faktor
utama seperti fluktuasi pasang surut dan kimia air
laut. Tingginya bahan organik di perairan hutan
mangrove, memungkinkan sebagai tempat
pemijahan (Spawning ground), pengasuhan
(nursery ground), dan pembesaran atau mencari
makan (feeding ground).
Hutan mangrove tersebar di beberapa pulau dengan tingkat populasi berkisar antara 2 – 4
ha dengan kerapatan yang masih baik. Sejak tahun 1990-an pemerintah daerah telah
melarang keras setiap usaha yang dapat merusak ekosistem mangrove. Kebijakan ini
sangat berpengaruh terhadap kelestarian ekosistem mangrove di Kepulauan Anambas
sampai pada saat ini.
Jenis terumbu karang di lokasi pengamatan pada umumnya merupakan karang tepi
(fringing reef) yang terdapat pada piota sempit disekeliling batas-batas pulau karang.
Pada umumnya kerusakan terumbu karang disebabkan kegiatan destructive fishing yang
tidak terkendali selama beberapa tahun terakhir, (Dinas Kelautan dan Perikanan Kep.
Anambas, 2006).
Berdasarkan hasil interpretasi citra tahun 2005 diperoleh sebaran terumbu karang di
beberapa lokasi dengan kategori kerapatan jarang, rusak, dan baik. Diperairan Pulau
Siantan dan Palmatak dengan pulau kecil disekitarnya masih banyak dijumpai terumbu
karang dengan kondisi umumnya telah mengalami kerusakan, sedangkan di Pulau
Jemaja sebagian masih dalam kondisi sangat baik.
EXECUTIVE SUMMARY 23
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
lepas pantai dan daerah kepulauan secara umum terdiri dari kelompok ikan pelagis,
demersal, ikan karang, serta beberapa jenis udang, kepiting, dan moluska.
2.2.3 Ekonomi
2.2.3.1 Struktur Perekonomian
Struktur perekonomian menurut harga berlaku di Kabupaten Kepulauan Anambas sampai
tahun 2013 masih didominasi oleh dua sektor utama yaitu sektor pertambangan dan
penggalian serta sektor pertanian, kehutanan, peternakan dan, perikanan, dengan
kontribusi dari sektor pertambangan dan penggalian adalah 72,72% dari total PDRB
Kabupaten Kepulauan Anambas sedangkan sebelumnya sebesar 72,56% dari total
PDRB. Peranan sektor pertanian, kehutanan, peternakan dan, perikanan dalam tahun
2012 sebesar 15,52% dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 17,08%,
EXECUTIVE SUMMARY 24
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 2.3.
PDRB Kepulauan Anambas Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2012-2013 (jutaan rupiah)
No Lapangan Usaha 2012 % 2013 %
Pertanian, Peternakan, Kehutanan
1 487,566.31 17.08 545,765.95 15.54
dan Perikanan
2 Pertambangan Dan Penggalian 2,071,074.16 72.56 2,553,443.26 72.72
3 Industri Pengolahan 10,074.12 0.3 11,584.77 0.33
4 Listrik, Gas Dan Air Minum 488.72 0.02 72,535.00 2.07
5 Bangunan 31,033.72 1.09 37,205.94 1.06
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 158,471.51 5.55 181,938.08 5.18
7 Pengangkutan dan Komunikasi 35,342.51 1.24 40,516.19 1.15
Keuangan, Persewaan dan Jasa
8 18,637.84 0.65 20,320.22 0.58
Perusahaan
9 Jasa-Jasa 41,626.78 1.46 47,802.97 1.36
Produk Domestik Regional Bruto 2,854,315.67 100 3,511,112.38 100
Sumber: BPS Kab. Kepulauan Anambas, 2014
Selain dari dua sektor tersebut diatas, sektor perdagangan, hotel dan restoran juga masih
mempunyai peran dalam pembentukan PDRB Kabupaten Kepulauan Anambas. Pada
tahun 2012, sektor perdagangan, hotel dan restoran mencapai angka 5,55%, yang berarti
mengalami penurunan dari tahun 2013 mencapai hanya 5,18%. Sedangkan pada tahun
2012, sektor ini mengalami penurunan dari Rp. 158,471.51 juta (tahun 2013) menjadi
Rp.5181,938,08 juta atau turun sekitar 0.37%. Hal ini dipicu oleh semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan akses jasa transportasi dan komunikasi untuk membuka
keisoliran di berbagai wilayah di Kabupaten Kepulauan Anambas.
2.2.3.2 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2013
diperkirakan sebesar 20.05%yang berarti lebih tinggidari tahun 2012 sebesar 17.6%. Hal
tersebut dipicu oleh semakin pulihnya pertumbuhan beberapa sektor andalan. Sektor
yang mempunyai presentase laju pertumbuhan terbesar pada tahun 2013 adalah sektor
pertambangan dan penggalian yang mencapai angka 23.3%. Selain itu sektor andalan
seperti bangunan, perdagangan, hotel dan restoran dan jasa juga mengalami kemajuan
dari tahun 2012. Sektor pertanian melaju 11,9% pada tahun 2013. Sedangkan sektor
perdagangan, hotel dan restoran juga melaju sampai 14.8%.
A. Sektor Pertanian
Jenis lahan pertanian yang dikembangkan di Kabupaten Kepulauan Anambas adalah
jenis tanaman pangan yang dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu : tanaman
bahan makanan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Tanaman bahan makanan meliputi
jenis padi-padian, jagung, umbi-umbian dan kacang-kacangan. Jenis sayur-sayuran
meliputi sawi, ketimun, terong, paria dan tomat. Sedangkan jenis buah-buahan meliputi
nenas, durian, dan pisang. Selain tanaman padi, juga dikembangkan tanaman jenis
palawija yaitu jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah.
B. Sektor Perkebunan
Hasil produksi perkebunan pada tahun 2013 cenderung di sektor karet, sedangkan pada
tahun 2012 hasil produksi perkebunan cenderung di sektor kelapa. Pada tahun 2012 hasil
EXECUTIVE SUMMARY 25
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
produksi perkebunan sebesar 3336,6 Ton, sedangkan pada tahun 2013 hasil produksi
perkebunan mencapai 9333 Ton.
C. Sektor Peternakan
Kondisi perternakan belum memberikan konstribusi secara signifikan pada penambahan
nilai perekonomian di Kabupaten Kepulauan Anambas, salah satu penyebabnya adalah
sistem pengelolaan peternakan masih bersifat tradisional. Berdasarkan data yang
dihimpun pada tahun 2013, hasil produksi sapi potong banyak terdapat di Kecamatan
Siantan Selatan yaitu 5.100 ton, dan terkecil di Siantan Timur yaitu 870 ton. Sedangkan
untuk jenis kambing produksi terbanyak berada di Kecamatan Jemaja yaitu 379 ton, dan
terkecil berada di Siantan Tengah 26,4 ton. Namun sebaliknya, hasil produksi ayam buras
lebih banyak terdapat di Kecamatan Siantan yaitu 582.90 ton, sedangkan Jemaja Timur
lebih unggul pada hasil produksi unggas itik sebanyak 33.9 ton.
Jumlah keseluruhan hasil produksi sapi potong sebesar 15.670 ton dan hasil produksi
kambing sebesar 703.2 ton, sedangkan pada hasil produksi unggas yaitu ayam buras
sebesar 1790.8 ton dan itik sebesar 91.2 ton.
E. Sektor Industri
Untuk sektor perindustrian di Kabupaten Kepulauan Anambas pada Industri Kecil dan
Menengahmeliputiindustri kerajinan, industri bahan bangunan, industri pengolahan
makanan, industri pengolahan perikanan & pertanian. Sektor tersebut telah
dikembangkan seperti usaha Kerupuk Ikan Tradisional, VCO, Pengrajin Busana dan
Pengrajin Pompong Kayu, Perbengkelan, Pengrajin Souvenir.
F. Sektor Pertambangan
Jenis-jenis bahan tambang yang bisa dijumpai di Kabupaten Kepulauan Anambas, antara
lain Minyak Bumi dan Gas Alam, Granit, Pasir, yang dijadikan sebagai sumber ekonomi.
Cadangan Minyak Bumi dan Gas Alam yang besar di lepas pantai Kepulauan Anambas
(Minyak Bumi sebesar 326,15 MMSTB dan Gas Alam 53,06 TSCF dan Cadangan
Sumber Daya Mineral Batu Granit sebesar (19.662.288.605 m3) yang dimanfaatkan
sebagai material bangunan (Profil Kab. Kepulauan Anambas, 2013).
Jenis tambang yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas meliputi granit, andesit, pasir
kuarsa, batu besi, diorit, pasir besi, dan emas. Jenis tambang tersebut terdapat di
Kecamatan Jemaja, Siantan, dan Palmatak. Luasan usaha tambang granit terbesar
terdapat di Kecamatan Jemaja dengan luasan sebesar 9.885 Ha, sedangkan di
Kecamatan Siantan seluas 8.175 Ha dan di Kecamatan Palmatak seluas 4.531. Pada
luasan usaha tambang andesit hanya terdapat di Kecamatan Siantan yaitu 4 Ha.
Jenis tambang pasir kuarsa hanya terdapat di Kecamatan Jemaja yaitu seluas 550 Ha, di
Kecamatan Siantan seluas 100 Ha, dan di Kecamatan Palmatak seluas 40 Ha. Pada
luasan usaha tambang batu besi hanya terdapat di Kecamatan Siantan yaitu seluas 36.56
Ha. Dalam luasan usaha tambang diorit terbesar terdapat di Kecamatan Siantan dan
Palmatak dengan masing-masing luasan sebesar 312.5 Ha, sedangkan luasan usaha
terkecil terdapat di Kecamatan Jemaja dengan luas 43.99 Ha.
EXECUTIVE SUMMARY 26
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Jenis usaha tambang pasir besi terbesar terdapat di Kecamatan Siantan seluas 187.5 Ha,
sedangkan di Kecamatan Jemaja hanya seluas 45 Ha. Pada luasan usaha tambang emas
hanya terdapat di Kecamatan Siantan yaitu seluas 21 Ha.
G. Sektor Pariwisata
Salah satu misi Kabupaten Kepulauan Anambas adalah mendorong terciptanya pusat-
pusat pertumbuhan ekonomi yang mampu menumbuh kembangkan kegiatan Industri dan
pariwisata yang berbasis kelautan. Oleh karenanya bidang pariwisata menjadi salah satu
fokus pembangunan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Kabupaten Kepulauan Anambas
kaya dengan keindahan pantai dan terumbu karang. Kawasan objek wisata tersebut dapat
dijumpai di sejumlah kawasan baik pulau-pulau kecil maupun besar. Objek wisata
laut/pantai seperti Terumbu Karang di Kecamatan Jemaja. Objek wisata air terjun seperti
Air Terjun Ulu Maras dan Air Terjun Temburun. Wisata Bahari seperti Pulau Langok di
Palmatak, Pantai Padang Melang di Kecamatan Jemaja dan Pulau Bawah di Kecamatan
Siantan Selatan.
Tabel 2.4.
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas 2009-2014
Tahun 2014 2013 2012 2011 2010 2009
Jumlah Penduduk 41.341 39.342 39.784 39.318 37.411 35.646
Pertumbuhan Penduduk (%) 5 -1 1 5 5 6
Sumber: disarikan dari Kepulauan Riau Dalam Angka 2014
Mayoritas penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas adalah suku Melayu dan dominan
beragama Islam. Budaya Melayu menjadi budaya dominan di daerah tersebut dicirikan
dengan penggunaan bahasa Melayu dialek Riau dalam percakapan sehari-hari
penduduknya. Etnis lainnya adalah Jawa, Sunda, Bugis, Batak, Minang, dan Tionghoa
yang telah berada di lokasi tersebut sejak tahun 1950an. Dalam situasi sosial, etnis
EXECUTIVE SUMMARY 27
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Bidang perekonomian dipegang oleh etnis Tionghoa yang tergolong dalam rumpun suku
Hakka. Suku Hakka (Khek) merupakan suku yang adaptif terhadap lingkungan sosial di
mana mereka hidup. Tionghoa Hakka mudah sekali berbaur dengan penduduk dan
budaya Melayu setempat dan beradaptasi dengan baik tanpa menghilangkan identitas
budaya Hakka yang mereka sandang. Etnis Tionghoa membawa serta adat leluhurnya,
seperti di Tarempa, terdapat sebuah Kelenteng Kong Hu Chu yang mendukung
kehidupan keimanan mereka di tempat tersebut.
Relasi hidup antar masyarakat mencerminkan harmoni sosial dan kohesivitas yang tinggi
antar penduduknya. Tidak pernah terjadi konflik atas dasar perbedaan identitas, etnisitas,
maupun agama. Selain itu, kehidupan penduduk di Kabupaten Kepulauan Anambas
ditandai dengan dijunjungnya toleransi antar etnis maupun antar pemeluk agama.
Harmoni dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan
modal sosial bagi terselenggaranya pembangunan di pulau-pulau terdepan yang menjadi
beranda Negara Republik Indonesia.
Mobilitas penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas relatif tinggi, namun belum didukung
oleh sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Kapal Pelni yang beroperasi ke
wilayah ini tidak mencukupi kebutuhan mobilitas penduduk, terutama untuk keluar dari
Kepulauan Anambas guna berniaga ke daerah-daerah lain, khususnya di daerah Provinsi
Kepulauan Riau.
EXECUTIVE SUMMARY 28
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Bangkok, Hanoi, Rangoon dan Manila terletak pada radius kurang dari 2000 kilometer dari
Natuna
Tabel 2.5.
Wilayah Kabupaten Natuna Menurut Kecamatan Tahun 2013
Luas
No Kecamatan Ibu Kota
Ha %
1 Midai Sabang Barat 2,610 1.30
2 Bunguran Barat Sedanau 44,846 22.41
3 Bunguran Utara Kelarik 40,471 20.22
4 Pulau Laut Air Payang 3,769 1.88
5 Pulau Tiga Sabang Mawang 6,787 3.39
6 Bunguran Timur Ranai 14,683 7.34
7 Bunguran Timur Laut Laut Tanjung 23,501 11.74
8 Bunguran Tengah Harapan Jaya 17,271 8.63
9 Bunguran Selatan Cemaga 23,399 11.69
10 Serasan Serasan 4,366 2.18
11 Serasan Timur Terayak 16,093 8.04
12 Subi Arung Ayam 2,335 1.17
Jumlah 200,131 100
Sumber : BPS Kabupaten Natuna, Tahun 2014
EXECUTIVE SUMMARY 29
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 30
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2.3.1.2 Topografi
Berdasarkan kondisi fisik, Kabupaten Natuna terdiri dari tanah berbukit dangunung batu.
Daratan rendah dan landai pada umumnya terdapat di pinggiran pantai. Berdasarkan
kondisi fisiknya, Kabupaten Natuna merupakan tanahberbukit dan bergunung batu.
Hampir 10% dari wilayah Kecamatan Bunguran Timur dan Bunguran Barat merupakan
daratan rendah dan landai terutama di pinggiran pantai, 65% bergelombang dan 25%
berbukit sampai bergunung.Ketinggian wilayah antar kecamatan cukup beragam, yaitu
berkisar antara 3 sampai dengan 959 meter dari permukaan laut dengan kemiringan
antara 2 sampai dengan 5 meter. Wilayah Kecamatan Serasan sebagian besar terdiri
perbukitan dan gunung batu dengan keberadaan tanah datar yang relative terbatas. Di
Kecamatan Serasan terdapat beberapa gunung batu yaitu Gunung Kute, Gunung Punjan,
Gunung Payak, dan Gunung Pelawan Condong. Kondisi fisik Kecamatan Midai memiliki
kemiringan lahan berkisar antara 2°-5° dengan ketinggian antara 3-500 m diatas
permukaan laut.
Tanah di Kecamatan Bunguran Barat dan Kecamatan Bunguran Timur umumnya terdiri
dari jenis tanah latosol, alluvial, podsolik serta organosol. Tanah-tanah tersebut terbentuk
dari bahan induk batuan beku organosol. Tanah-tanah tersebut terbentuk dari bahan
organik. Jenis tanah alluvial dijumpai di sepanjang tanggul sungai utama, daerah meander
serta daerah flood plain yang terdapat di belakang pantai marin. Jenis tanah latosol
adalah jenis tanah mineral yang telah mengalami pelapukan lanjut, sangat tercuci
sehingga batas-batas horizon menjadi baur, kandungan mineral primer dan unsur hara
rendah dengan warna tanah merah, coklat kemerahan, coklat, coklat kekuningan dijumpai
dari muka laut hingga ketinggian 900 m diatas permukaan laut. Jenis tanah podsolik
dijumpai pada ketinggian antara 50 m hingga 350 m dpl, sedangkan jenis tanah organosol
dijumpai pada daerah cekungan di belakang sungai utama yang merupakan daerah rawa
dan pada umumnya tingkat kematangan hemik sampai saprik. Tinggi kesuburan sedang
dan mempunyai tingkat kematangan hemik sampai saprik. Tingkat kesuburan tanah pada
daerah studi yang nilai berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Pusat Penelitian Tanah
(PPT) tahun 1983 tergolong rendah hingga sedang pada seluruh jenis tanah yang diteliti.
Tanah yang terdapat di Kecamatan Serasan dan Midai umumnya terdiri dari jenis tanah
gleisol, latosol, alluvial, litosol dan organosol. Tanah-tanah tersebut terbentuk dari bahan
induk bahan organik (endapan pantai berupa pasir, kerikil dan sisa tumbuhan), batuan
beku basa dan batuan vulkanik. Tanah alluvial sebagaian besar menempati satuan
visiografi daratan pasang surut dan pantai marin terbentuk dari bahan induk alluvium
pantai/endapan marin.
Pada satuanfisiografi ini tanah terbentuk dari bahan endapan muda (alluvium-kolluvium)
dan proses pembentukannya sangat dipengaruhi oleh fluktuasi air/genangan sehingga
sifat-sifat hidromorfik di dalam penampangnya. Jenis tanah gleisol dijumpai di Pulau Subi
Besar yang berkembang dari bahan alluvium-koluvium yang terdiri dari endapan halus
EXECUTIVE SUMMARY 31
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
dan kasar (campuran) serta lumpur marin menempati satuan fisiografi pasang-surut dan
pelembahan dengan bentuk wilayah datar.
Perkembangan tanah sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang selalu jenuh air
(hidromorfik) yang dicirikan oleh adanya gleid yang merupakan hasil dari proses reduksi.
Kondisi drainase terhambat sampai sangat terhambat, kedalaman tanah umumnya dalam
dengan pekembangan struktur yang sangat lemah pada lapisanatas dan pejal pada
lapisan bawah. Tekstur lapisan atas lempung berpasir dan lapisan bawah lempung liat
berpasir dengan reaksi tanah masam. Tingkat kesuburan tanah pada daerah studi yang
dinilai berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh PPT tahun 1983 tergolong rendah hingga
sedang pada seluruh. jenis tanah yang diteliti.
EXECUTIVE SUMMARY 32
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2.3.1.4 Klimatologi
Iklim di Kabupaten Natuna sangat dipengaruhi oleh perubahan arah angin. Berdasarkan
arah angin musim di wilayah Kabupaten Natuna dibagi dalam 4 periode yaitu periode
Januari – Maret: bertiup angin utara dan timur laut, hujanturun sekali-kali dengan
temperatur udara sedang, periode April – Juni: bertiup angin timur laut/tenggara, hujan
sedikit dengan temperatur udara agak panas (lebih/kurang 34° C), periode Juli –
September: bertiup angin tenggara, hujan turun agak banyak dengan temperatur udara
sedang (lebih kurang 30°C), periode Oktober – Desember: bertiup angin barat/utara,
hujan banyak turun pada bulan September, Oktober dan November, temperatur agak
dingin dan lembab pada malam hari. Curah hujan rata-rata setahun berkisar 193,2
milimeter dengan rata-rata kelembaban udara sekitar 90,4% dan temperatur lebih kurang
25,8°C.
2.3.1.5 Hidrologi
Keberadaan hidrologi di Kabupaten Natuna dapat dilihat dari 2 hal, yaitu airpermukaan
dan air tanah. Air permukaan yang terdapat di wilayah Kabupaten Natuna berupa sungai,
diantaranya Sungai Ranai yang terdapat di KecamatanBunguran Timur dan sungai
lainnya. Untuk Sungai Ranai dan sungai-sungai kecil lainnya di Kecamatan Bunguran
Timur ini umumnya di Gunung Ranai, sungaisungai kecil tersebut diantaranya Sungai
Ngusang, Sungai Sarang Batunagis, Sungai Batukilang, Sungai Jemengan, Sungai Siman
dan Sungai Senipak. Selain sungai, air permukaan terdapat juga di Kecamatan Bunguran
Timur yaitu Air Terjun Gunung Ranai dan di Kecamatan Bunguran Tengah yaitu Air Terjun
Air Lengit. Sumber air tanah yang terdapat di Kabupaten Natuna berkisar 1-3 m dari
wilayah dataran, sedangkan pada wilayah yang topografinya berbukit-bukit kedalaman
muka air tanah berkisar 1-7 m.
2.3.1.6 Hutan
Kabupaten Natuna sebetulnya memiliki potensi sumberdaya alam yang belum banyak
dimanfaatkan. Demikian pula ada potensi yang telah dimanfaatkan, tetapi belum
dimanfaatkan secara optimal, antara lain kehutanan, perkebunan, perikanan,
pertambangan dan galian serta potensi pariwisata. Hal ini terbukti dari 154 pulau yang
ada 124 pulau lainnya masih merupakan pulau kosong yang belum dihuni. Keadaan ini
merupakan suatu peluang yang dapat dikembangkan untuk sektor kehutanan dimana
pada saat ini sektor kehutanan merupakan sektor yang paling kecil memberikan kontribusi
terhadap PDRB Kabupaten Natuna. Adapun komoditas yang dapat diolah menjadi
plywood, block-board,veneer, lumber-core, kayu gergajian dan poliyester.
A. Hutan Mangrove
Di wilayah pengembangan Natuna terdapat hutan mangrove, namun sebagian besar
kondisi hutan ini dalam keadaan rusak yang disebabkan oleh aktivitas penebangan liar
dan sudah terjadi sejak lama. Namun hutan mangrove apabila di lihat dari arah laut masih
terlihat bagus dikarenakan bagian terluar hutan didominasi tingkat pohon, tetapi hanya
berjarak ± 10 meter dari arah laut, sedangkan semakin dalam keadaan hutan semakin
rusak. Beberapa lokasi hutan magrove yang masih dalam keadaan relative baik terdapat
di sekitar muara Sungai Semala dan sedikit di sekitar Pantai Semala. Sedangkan di
daerah sepanjang Sungai Segeram sudah tidak terdapat hutan mangrove. Sedangkan
hutan mangrove dibuka untuk memudahkan keluarnya kayu dari dalam hutan ke laut.
B. Hutan Pantai
Seperti halnya hutan lainnya yang berada di wilayah pengembangan Kabupaten Natuna,
hutan pantai ini juga merupakan hutan sekunder yang cukup rapat. Jenis-jenis tumbuhan
yang ditemukan pada hutan pantai adalah laut (Acrostichum aureum), bintangur
EXECUTIVE SUMMARY 33
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
C. Hutan Rawa
Hutan rawa biasanya terdapat di sekitar muara sungai/delta sungai, selalu tergenang air
tawar dari sungai sehingga bersifat kaya hara (eutrofik). Jenis-jenis tumbuhan yang
mendominasi ekosistem ini adalah dari jenis rumput-rumputan, paku-pakuan dan
tumbuhan lain seperti kantong semar, pulai rawa, jelutung rawa dan meranti balangeran.
EXECUTIVE SUMMARY 34
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
216,65 km2 dan Kota Ranai sebagai ibukota Kabupaten Natuna dan juga sebagai ibukota
Kecamatan Bunguran Timur dengan luas 250 km2. Kota Kecamatan tersebut memiliki
fungsi sebagai pusat administrasi tingkat kecamatan dan pusat pelayanan penduduk, baik
di bidang sosial maupun ekonomi, dengan jangkauan pelayanan bagi desa-desa di
sekitarnya. Kondisi pelayanan kota pada saat ini menunjukkan bahwa Kota Sedanau
kurang mampu memenuhi fungsinya untuk melayani kebutuhan sosial-ekonomi penduduk
secara optimal yang disebabkan oleh lokasi kota ini berada di Pulau Sedanau dan
terpisah dengan desa-desa Kecamatan Bunguran Barat sehingga membutuhkan alat
transportasi untuk mencapai kota tersebut yang saat ini kurang memadai. Sebaliknya
kota Ranai relatif lebih mampu menjalankan fungsinya sebagai pusat pelayanan bagi kota
itu sendiri dan desa-desa di sekitarnya. Untuk itu dalam tahap perencanaan tata ruang
Kabupaten Natuna, Kota Ranai merupakan kota yang diharapkan berkembang untuk
melayani penduduk Pulau Bunguran, maupun sebagai ibukota Kabupaten Natuna serta
“base camp” bagi instansi yang akan terlibat dalam pembangunan Kabupaten Natuna.
EXECUTIVE SUMMARY 35
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2.3.2 Ekonomi
Indikator umum yang digunakan untuk mengetahui pencapaian keberhasilan percepatan
pembangunan di suatu wilayah pada waktu tertentu adalah laju pertumbuhan ekonomi.
Laju pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro ekonomi yang dapat
menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi dalam suat wilayah pada suatu periode
tertentu. Laju pertumbuhan ekonomi baik agregat maupun sektoral dihitung berdasarkan
PDRB atas dasar harga konstan, bukan atas dasar harga berlaku. PDRB atas dasar
harga berlaku belum menggambarkan kenaikan atau pertumbuhan yang riil, karena masih
dipengaruhi kenaikan tingkat harga atau inflasi. Kinerja ekonomi Kabupaten Natuna
sepanjang tahun 2014 menunjukkan hasil yang cukup baik.
Tabel 2.6.
PDRB Atas Dasar Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 2010-2014
N0 Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013
1 Pertanian, 606,595 627,449 807,953 854,004 935,530
Peternakan,Kehutanan dan
Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 4,224 4,756 5,415 6,254 6,854
3 Industri Pengolahan 21,407 23,335 25,694 28,796 30,402
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 942 1,407 1,064 1,651 2,013
5 Konstruksi 50,464 66,933 90,814 110,232 135,328
6 Perdagangan, Hotel, dan 157,749 189,353 204,614 234,551 285,046
Restoran
7 Pengangkutan dan Komunikasi 41,198 62,912 85,863 109,379 145,888
8 Keuangan, Persewaan, dan 28,213 32,023 35,660 38,834 48,340
Jasa Perusahaan
9 Jasa-jasa 66,956 71,708 77,736 85,657 102,178
Jumlah 977,748 1,079,87 1,334,81 1,469,35 1,691,57
6 3 8 9
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna,Tahun 2014
EXECUTIVE SUMMARY 36
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 2.7.
Distribusi Prosentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2010-2014
N0 Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan 62.04 58.10 60.53 58.12 55.31
dan Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 0.43 0.44 0.41 0.43 0.41
3 Industri Pengolahan 2.19 2.16 1.92 1.96 1.80
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.10 0.13 0.08 0.11 0.12
5 Konstruksi 5.16 6.20 6.80 7.50 8.00
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 16.13 17.53 15.33 15.96 16.85
7 Pengangkutan dan Komunikasi 4.21 5.83 6.43 7.44 8.62
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa 2.89 2.97 2.67 2.64 2.86
Perusahaan
9 Jasa-jasa 6.85 6.64 5.82 5.83 6.04
100 100 100 100 100
Sumber BPS kabupaten Natuna, 2010 – 2014
A. Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor yang mampu memberikan kontribusi yang tinggi
terhadap perekonomian Kabupaten Natuna, karena kurun waktu tahun 2009-2013 sektor
ini memberikan kontribusi yang sangat dominan. Pada Tahun 2009 sektor pertanian
memberikan kontribusi sebesar 62,04% dari total PDRB meski bila dilihat dari tahun 2010
hingga 2013 cenderung menurun, tapi rata-rata kontribusi pertahun meningkat bila
dibandingkan dengan rata-rata tahun sebelumnya. Ini menggambarkan bahwa sektor
pertanian harus dioptimalkan pengembangannya karena selain kontribusinya yang cukup
tinggi, sektor pertanian juga banyak menampung penduduk usia kerja di Kabupaten
Natuna. Pembahasan sektor ini meliputi:
B. Perkebunan
Perkebunan kelapa yang merupakan kegiatan perkebunan yang memiliki total area luas
lahan 14.006 Ha atau sekitar 43,40% dari total luas lahan perkebunan. Lahan yang
dimanfaatkan untuk perkebunan kelapa dengan lokasi terluas berada di Kecamatan
Bunguran Timur. Luasan lahan perkebunan kelapa di Bunguran Timur menjadi lebih kecil
dibandingkan dengan tahun yang lalu dikarenakan adanya pemekaran wilayah Kabupaten
Natuna dimana perkebunan kelapa terbesar berada di Kecamatan Bunguran Timur Laut.
Dan untuk perkebunan cengkeh tersebar di semua kecamatan, kecuali Kecamatan
Bunguran Tengah.
Pada tahun 2014 total hasil perkebunan di Kabupaten Natuna mencapai 13,305.4 ton.
Sekitar 45,18% merupakan produksi perkebunan kelapa yang juga mengalami penurunan
jika dibandingkan tahun sebelumnya, dikarenakan adanya pengurangan luas lahan yang
juga disebabkan faktor pemekaran wilayah Kabupaten Natuna. Sedangkan perkebunan
dengan tingkat produksi terendah adalah perkebunan kopi.
EXECUTIVE SUMMARY 37
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Sedangkan produksi yang dihasilkan sebesar 3.989 Ton. Untuk sayuran luas lahan yang
dimanfaatkan seluas 1.545 Ha dengan luas panen 90 Ha. Pengusaha sayuran ini pada
umumnya mengolah secara konvensional dan memilih lokasi di sekitar tempat tinggal.
D. Peternakan
Populasi ternak yang terdapat di Kabupaten Natuna pada tahun 2010 terbagi dalam dua
jenis populasi ternak yaitu populasi ternak besar dan kecil. Populasi ternak besar yang
ada di Kabupaten Natuna terdiri dari sapi dan kerbau serta ternak kecil adalah kambing
dan Domba, sedangkan ternak Unggas diantaranya adalah ayam dan itik. Sapi dan
kambing merupakan populasi yang dominan dibandingkan dengan kerbau, sedangkan
untuk ternak Unggas adalah Ayam dan Itik.
E. Perikanan
Sub sektor perikanan di Kabupaten Natuna pada umumnya masih diusahakan secara
tradisional. Ini belum menguntungkan mengingat sebagian besar wilayahnya adalah
perairan, baik yang merupakan laut dangkal atau laut lepas pantai yang kaya akan
sumberdaya perikanan. Dari jenis alat tangkap nelayan lokal tergambar pola
penangkapan dengan menggunakan peralatan tangkap tradisional. Dengan demikian
hasil yang diperoleh akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan nelayan nelayan dari luar
yang telah menggunakan peralatan yang lebih modern.
Tabel 2.8.
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Natuna 2010-2014
Tahun 2014 2013 2012 2011 2010
Jumlah Penduduk 76.897 74.615 72.521 69.003 91.871
Pertumbuhan Penduduk (%) 3 3 5 5 -25
Sumber: disarikan dari Kepulauan Riau Dalam Angka 2014
EXECUTIVE SUMMARY 38
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Penduduk Kabupaten Natuna tidak tersebar secara merata. Berdasarkan data yang
didapat dari Kabupaten Natuna Dalam Angka (2014), dari 76.897 jiwa penduduk
Kabupaten Natuna, Kecamatan Bunguran Timur merupakan pusat aglomerasi penduduk
Kabupaten Natuna berpusat di daerah Kota Ranai. Kecamatan Pulau Laut merupakan
kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil yakni sebanyak 2.417 jiwa. Sebaran
penduduk Kabupaten Natuna tersaji dalam tabel berikut.
Tabel 2.9.
Sebaran Penduduk Kabupaten Natuna Tahun 2014 Berdasarkan Kecamatan
JUMLAH
KECAMATAN
NO PENDUDUK
1 2
1 MIDAI 5580
2 BUNGURAN BARAT 12139
3 BUNGURAN UTARA 4254
4 PULAU LAUT 2417
5 PULAU TIGA 5378
6 BUNGURAN TIMUR 25408
7 BUNGURAN TIMUR LAUT 4799
8 BUNGURAN TENGAH 3158
9 BUNGURAN SELATAN 2827
10 SERASAN 5022
11 SUBI 2872
12 SERASAN TIMUR 3043
JUMLAH TOTAL 76897
Sumber: Kabupaten Natuna Dalam Angka (2014)
Dari tabel di atas, Kecamatan Bunguran Timur memiliki penduduk terbanyak, kemudian
diikuti oleh Kecamatan Bunguran Barat. Kecamatan Midai merupakan kecamatan dengan
populasi terbanyak ketiga dengan 5.580 jiwa. Di peringkat keempat adalah Kecamatan
Pulau Tiga dengan populasi sebanyak 5.378 jiwa. Kecamatan Serasan menempati posisi
ke lima dari segi jumlah penduduk, yakni sebanyak 5.022 jiwa.
EXECUTIVE SUMMARY 39
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 2.10.
Sebaran Kepadatan Penduduk di Kabupaten Natuna Tahun 2014
JUMLAH KEPADATAN
LUAS AREA
KECAMATAN PENDUDUK PENDUDUK
NO (Km2) 2
(jiwa) (jiwa/Km )
1 2 3 4
1 MIDAI 26,10 5580 213,79
2 BUNGURAN BARAT 448,46 12139 27,07
3 BUNGURAN UTARA 404,71 4254 10,51
4 PULAU LAUT 37,69 2417 64,13
5 PULAU TIGA 67,87 5378 79,24
6 BUNGURAN TIMUR 146,83 25408 173,04
7 BUNGURAN TIMUR LAUT 253,01 4799 20,42
8 BUNGURAN TENGAH 172,71 3158 18,28
9 BUNGURAN SELATAN 233,99 2827 12,08
10 SERASAN 43,65 5022 115,05
11 SUBI 169,93 2872 17,85
12 SERASAN TIMUR 23,35 3043 130,32
JUMLAH TOTAL 2001,30 76897
RERATA 38,42
Sumber: Kabupaten Natuna Dalam Angka (2014)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Midai merupakan kecamatan dengan
kepadatan penduduk tertinggi (213,79 jiwa/Km2). Kecamatan Bunguran Timur yang
memiliki penduduk terbanyak merupakan berada di peringkat kedua dalam hal kepadatan
penduduk (173,04 jiwa/ Km2), diikuti oleh Kecamatan Serasan, Kecamatan Pulau Tiga,
dan Kecamatan Pulau Laut. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi tersebut tidak terlalu
berkorelasi dengan jumlah penduduk di suatu kecamatan, tetapi lebih ditentukan oleh luas
yang dimiliki oleh suatu kecamatan tertentu.
Dalam kajian pola keterkaitan (linkages) antar simpul/pusat ini akan dipertimbangkan :
Identifikasi simpul/pusat dan keefektifannya sebagai pusat pelayanan;
EXECUTIVE SUMMARY 40
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 2.11.
Rencana Struktur Ruang Kabupaten Kepulauan Anambas
Ibukota Kecamatan/
No Hirarki Fungsi Fungsi Utama
Kabupaten
1 Tarempa PKW Pusat pemerintahan kabupaten & kecamatan
Pusat transportasi laut
Pusat pendidikan umum
Pusat perdagangan dan jasa
Pusat industri pengolahan
Pusat kegiatan olah raga
Kawasan pariwisata
2 Letung PKL Pusat pemerintahan kecamatan.
Perdagangan skala lokal.
Kawasan pertanian dan perkebunan dengan
pengolahan hasil pertanian dan perkebunan.
Kawasan pariwisata
3 Tebang Ladan PKL Pusat pemerintahan kecamatan.
Perdagangan skala lokal.
Kawasan pertanian dan perkebunan dengan
pengolahan hasil pertanian dan perkebunan.
Sebagai pusat pelayanan kesehatan.
Sebagai pusat kegiatan minapolitan
Sebagai pusat/ basecamp kegiatan
pertambangan lepas pantai
4 Nyamuk, Air Bini, Air PPK Pusat pemerintahan kecamatan
Asuk dan Ulu Maras
Permukiman perkotaan
Kawasan penunjang minapolitan
5 Batu Belah, Air Sena, PPL Pusat pemerintahan kecamatan
Bayat, Payalaman
dan Kuala Maras
Permukiman perdesaan
Kawasan penunjang minapolitan
Sumber : RTRW Kabupaten Kepulauan Anambas 2011-2031
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah
kabupaten yang tersusun atas konstelasi sistem pusat kegiatan yang berhirarki satu sama
lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan
transportasi. Rencana sistem perkotaan nasional dan sistem perkotaan provinsi di
Kabupaten Natuna meliputi :
EXECUTIVE SUMMARY 41
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 2.12.
Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten Natuna 2011-2031
Tabel 2.13.
Arahan Fungsi Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten Natuna 2011-2031
EXECUTIVE SUMMARY 42
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 43
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 44
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Natuna merupakan rencana distribusi peruntukan
ruang dalam wilayah Kabupaten Natuna yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang
wilayah Kabupaten Natuna berfungsi:
1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten.
2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang.
3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk dua puluh tahun.
EXECUTIVE SUMMARY 45
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.
Dalam RTRW Nasional, kebijakan pengembangan ruang yang terkait dengan pola ruang
Kabupaten Natuna adalah penetapan kawasan Natuna dan sekitarnya sebagai kawasan
andalan dan kawasan andalan laut dengan rincian sebagai berikut:
1. Kawasan andalan Natuna dan sekitarnya dengan sektor unggulan pertambangan dan
perikanan laut
a. Pengembangan tahap 5 tahun pertama dengan penekanan pada rehabilitasi
kawasan andalan untuk pertambangan
b. Pengembangan tahap 5 tahun kedua dengan penekanan pada pengembangan
kawasan andalan untuk kelautan
2. Kawasan andalan laut Natuna dan sekitarnya dengan sektor unggulan pertambangan,
perikanan laut dan pariwisata
a. Pengembangan tahap 5 tahun pertama dengan penekanan pada pengembangan
kawasan andalan untuk pariwisata
b. Pengembangan tahap 5 tahun kedua dengan penekanan pada pengembangan
kawasan andalan untuk kelautan
c. Pengembangan tahap 5 tahun kedua dengan penekanan pada pengembangan
kawasan andalan untuk pertambangan.
EXECUTIVE SUMMARY 46
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
B. Kawasan Budidaya:
Kawasan Budidaya di Kabupaten Natuna sebagaimana diarahkan dalam RTRW
Kabupaten Natuna meliputi:
1. Hutan produksi seluas kurang lebih 46.180 Ha;
2. Kawasan pertanian yang meliputi pertanian tanaman pangan,pertanian holtikultura,
perkebunan dan peternakan dengan luaskurang lebih 23.129 ha meliputi :
a. Kawasan pertanian tanaman pangan
b. Kawasan holtikultura
c. Perkebunan dengan luas kurang lebih 38.552 ha
d. Kawasan perternakan
3. Kawasan perikanan dengan luas kurang lebih 2.184. ha
4. Kawasan pariwisata dengan luas kurang lebih 3.050 ha
5. Kawasan industri dengan luas kurang lebih 2.518. ha
6. Kawasan permukiman dengan luas kurang lebih 36.786 ha
7. Kawasan lainnya dengan luas kurang lebih 21.261 ha
EXECUTIVE SUMMARY 47
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BAB
III
ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH
3.1 Analisis Kebijakan Pengembangan Wilayah
3.1.1. Analisis Kebijakan Terkait Pengembangan Kawasan
a. Posisi Kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang, bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;
penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional; pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional; mewujudkan keterpaduan,
keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian
antarsektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; penataan ruang kawasan
strategis nasional; dan penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Oleh karena itu, RTRWN disusun dengan memperhatikan dinamika pembangunan yang
berkembang, antara lain tantangan globalisasi, otonomi dan aspirasi daerah,
keseimbangan perkembangan antarkawasan, kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang rentan terhadap bencana, dampak pemanasan global,
pengembangan potensi kelautan dan pesisir, pemanfaatan ruang kota pantai,
penanganan kawasan perbatasan negara, dan peran teknologi dalam memanfaatkan
ruang.
Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan tersebut, upaya pembangunan nasional
juga harus ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
pemanfaatan ruang yang lebih baik agar seluruh pikiran dan sumberdaya dapat diarahkan
secara berhasil guna dan berdaya guna. Salah satu hal penting yang dibutuhkan untuk
mencapai maksud tersebut adalah peningkatan keterpaduan dan keserasian
pembangunan di segala bidang pembangunan.
Penggunaan sumberdaya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal,
bertanggung jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, dengan
mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi
yang memberikan efek pengganda yang maksimum terhadap pengembangan industri
pengolahan dan jasa dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan
lingkungan hidup serta keanekaragaman hayati guna mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, RTRWN yang berlandaskan Wawasan Nusantara
dan Ketahanan Nasional merupakan matra spasial dalam pembangunan nasional yang
mencakup pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan
hidup dapat dilakukan secara aman, tertib, efektif, dan efisien.
RTRWN memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air,
dan tata guna sumberdaya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang
harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan
yang serasi dan disusun melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat
EXECUTIVE SUMMARY 48
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
lingkungan alam dan lingkungan sosial. Untuk itu, penyusunan RTRWN ini didasarkan
pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah nasional, yakni :
a. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
b. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.
c. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
d. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang
di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
e. Pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
f. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
g. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah.
h. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor.
i. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.
Tujuan-tujuan di atas diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan strategi pengembangan
struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional. Struktur ruang wilayah nasional
mencakup sistem pusat perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem
jaringan energi nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan
sumberdaya air. Pola ruang wilayah nasional mencakup kawasan lindung dan kawasan
budi daya termasuk kawasan andalan dengan sektor unggulan yang prospektif
dikembangkan serta kawasan strategis nasional.
Selain rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang, RTRWN ini juga
menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, pola ruang, kawasan andalan, dan
kawasan strategis nasional; arahan pemanfaatan ruang yang merupakan indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan; serta arahan pengendalian pemanfaatan ruang
yang terdiri atas indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif dan
disinsentif, dan arahan sanksi.
Terkait dengan kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Perbatasan Indonesia –
Laut Cina Selatan yang berlokasi di kawasan perbatasan negara di Provinsi Kepulauan
Riau ini, RTRWN sangat tepat dijadikan salah satu dasar kebijakan karena secara
substansial rencana tata ruang pulau/kepulauan dan kawasan strategis nasional sangat
berkaitan erat dengan RTRWN dan merupakan kewenangan pemerintah untuk
mengoperasionalkannya. Dalam RTRWN telah dijelaskan posisi kawasan ini merupakan
PKSN (Pusat Kegiatan Strategis Nasional) yang mempunyai fungsi untuk mendorong
perkembangan kawasan perbatasan Negara.
Adapun kriteria PKSN adalah :
a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan
negara tetangga;
b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga;
c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan
wilayah sekitarnya; dan/atau
EXECUTIVE SUMMARY 49
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pada periode pertama RPJMD, langkah awal yang perlu dilakukan adalah menyiapkan
sumberdaya manusia (SDM) dengan dukungan infrastruktur. Pembangunan SDM menjadi
prioritas pembangunan dalam periode pertama, sebagai kerangka dasar pengembangan
Provinsi Kepulauan Riau agar nantinya memiliki pelaku-pelaku pembangunan andal
khusus bagi generasi muda saat ini dan juga generasi yang akan datang. Periode
selanjutnya adalah periode pematangan yang dilaksanakan pada periode tahun 2015-
2025. Pada periode ini diharapkan masyarakat atau SDM yang telah dibina akan dapat
mengembangkan kegiatan ekonomi.
Tahap berikutnya lagi dari pasca skenario jangka panjang adalah periode pemantapan
(setelah tahun 2026) pada saat mana masyarakat dan wilayah provinsi telah menjadi
tegar dan maju dalam pengertian siap untuk melakukan pembaharuan dan melaksanakan
tujuan jangka panjang sehingga mampu mewujudkan visi sebagai wilayah perindustrian
pengolahan, pertambangan, perdagangan sektor kelautan dan perikanan dan pariwisata
yang andal untuk berupaya lebih maju lagi dengan memanfaatkan ruang darat, laut dan
udara secara simultan.
EXECUTIVE SUMMARY 50
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 51
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Berdasarkan Perpres No 13 Tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera, yang terkait
langsung dengan Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten Natuna yaitu :
Tarempa sebagai PKW dengan fungsi pelayanan perikanan, pertambangan, pariwisata,
dan pertambangan.Strategi operasionalisasi, yaitu :
a. Mendorong pengembangan PKW Tarempa sebagai pusat industri pengolahan
hasil pertambangan yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu
b. Mendorong pengembangan PKW Tarempa sebagai pusat industri pengolahan
dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan
c. Mengembangkan industri pengolahan dan industri jasa komoditas unggulan
perikanan dan pertambangan ramah lingkungan dan padat karya di PKW
Tarempa sebagai pusat pengembangan kawasan andalan Laut Natuna dan
sekitarnya
d. Mengembangkan pusat pariwisata bahari di PKW Tarempa sebagai pusat
pengembangan Kawasan Andalan Laut Natuna dan sekitarnya
e. Mendorong pengembangan PKW Tarempa sebagai pusat permukiman dengan
tingkat menengah yang kecendrungan pengembangan ruangnya ke arah
vertikal
f. Mengembangkan jaringan jalan kolektor primer yang menghubungkan PKW
Tarempa dengan Bandara Ranai dan Pelabuhan Ranai
g. Mengembangkan prasarana penunjang fungsi pelayanan PKW Tarempa
berupa Bandara Ranai dan Pelabuhan Ranai
h. Mengembangkan pembangkit tenaga listrik dan jaringan transmisi tenaga listrik
EXECUTIVE SUMMARY 52
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Penataan ruang wilayah Kabupaten bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah yang
aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan
ketahanan nasional melalui:
a. peningkatan pembangunan infrastruktur guna menunjang perkembangan ekonomi;
b. peningkatan perkembangan ekonomi melalui sektor pertambangan migas, kelautan
perikanan, pariwisata, pertanian, perdagangan dan jasa, dan industri;
c. pengelolaan sumber daya dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup;
dan
d. terwujudnya tertib pembangunan berbasis tata ruang.
EXECUTIVE SUMMARY 53
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 54
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 55
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
k. peningkatan jumlah dan mutu telematika tiap wilayah dengan strategi sebagai
berikut:
1. membangun teknologi telematika pada wilayah-wilayah pusat pertumbuhan;
dan
2. membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan
setiap wilayah pertumbuhan dengan Ibukota Kabupaten.
l. peningkatan sistem jaringan sumber daya air dengan strategi sebagai berikut:
1. meningkatkan jaringan irigasi sederhana dan irigasi setengah teknis; dan
2. meningkatkan sarana dan prasarana pendukung.
m. pengoptimalisasian fungsi dan pelayanan prasarana sumber daya air dengan
strategi sebagai berikut:
1. melindungi sumber-sumber mata air dan daerah resapan air;
2. mengembangkan waduk baru, bendung, dan cekdam dalam upaya
pengendalian sistem tata air; dan
3. mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi.
n. pengoptimalisasian tingkat pelayanan penyediaan energi listrik dengan strategi
sebagai berikut:
1. memperluas jaringan (pemerataan) dan pengembangan jaringan baru;
2. mengembangkan sumber daya energi;
3. meningkatkan infrastruktur pendukung;
4. menambahkan dan memperbaiki sistem jaringan; dan
5. meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan.
o. perluasan jangkauan listrik sampai ke pelosok desa dengan strategi sebagai berikut:
1. meningkatkan jaringan listrik pada wilayah dapat dijangkau pada satu dataran
daratan; dan
2. mengembangkan sistem penyediaan setempat pada wilayah yang sulit
dijangkau dan bukan pada satu dataran daratan.
p. pengurangan sumber timbulan sampah sejak awal dengan strategi sebagai berikut:
1. meminimalkan penggunaan sampah yang sukar didaur ulang secara alamiah;
2. memanfaatkan ulang sampah (recycle) yang ada terutama yang memiliki nilai
ekonomi; dan
3. mengolah sampah organik menjadi kompos.
q. pengoptimalisasian tingkat penanganan sampah perkotaan dengan strategi sebagai
berikut:
1. meningkatkan prasarana pengolahan sampah;
2. mengadakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA); dan
3. mengelola sampah berkelanjutan.
r. pengoptimalisasian tingkat penanganan sampah perdesaan dengan strategi
sebagai berikut:
1. meningkatkan prasarana pengolahan sampah; dan
2. menyediakan prasarana pengolahan sampah yang mendukung pertanian.
s. penciptaan lingkungan yang sehat dan bersih dengan strategi sebagai berikut:
1. menyediakan fasilitas septic tank per Kepala Keluarga di wilayah perkotaan;
2. meningkatkan pengelolaan limbah rumah tangga dengan fasilitas sanitasi per
Kepala Keluarga serta sanitasi umum pada wilayah perdesaan; dan
3. meningkatkan sanitasi lingkungan untuk permukiman, produksi, jasa, dan
kegiatan sosial ekonomi lainnya.
EXECUTIVE SUMMARY 56
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 57
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 58
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Kebijakan dan strategi penetapan fungsi kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
meliputi:
a. penetapan konservasi kawasan perairan sesuai fungsinya dengan strategi sebagai
berikut:
1. mempertahankan dan menjaga kelestariannya;
2. membatasi kegiatan yang mengakibatkan terganggunya ekosistem;
EXECUTIVE SUMMARY 59
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Selat Malaka-Singapura-Filipina dan Laut Cina Selatan sebagai Alur Laut Kepulauan
Indonesia (ALKI) I-A sebagian besar mengangkut barang produksi dari negara Asia-
Pasifik (Jepang, Taiwan, Cina, Korea, dan lainnya) menuju negara-negara di Lautan
Hindia. Sementara itu, lalu-lintas kapal dari Lautan Hindia sebagian besar mengangkut
raw material termasuk minyak mentah dari negara-negara di Lautan Hindia (Arab Saudi,
Kuwait, Yaman, dan lainnya) menuju negara-negara industri di Asia Pasifik. Dengan
posisinya yang sangat strategis tersebut dapat dipahami jika lalu lintas pelayaran di
perairan Selat Malaka-Singapura-Filipina menjadi sangat padat.
EXECUTIVE SUMMARY 60
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Atas dasar laju pertumbuhan rata-rata, maka dengan metodologi regresi linier dihitung
perkiraan jumlah penduduk di Kawasan Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten
Natuna hingga tahun 2020. Adapun perkiraan jumlah penduduk Kawasan Kabupaten
Kepulauan Anambas dan Kabupaten Natuna perkecamatan disajikan pada tabel berikut
Tabel 3.1
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Perkecamatan
Tahun 2015-2020
Proyeksi Jumlah Penduduk
KECAMATAN
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Jemaja 6832 7023 7220 7422 7630 7844
Jemaja Timur 3507 3605 3706 3810 3917 4026
Siantan Selatan 3935 4045 4158 4275 4395 4518
Siantan 13612 13993 14385 14788 15202 15627
Siantan Timur 4223 4341 4463 4588 4716 4848
Siantan Tengah 3501 3599 3700 3803 3910 4019
Palmatak 12906 13267 13639 14021 14413 14817
Jumlah 48516 49874 51271 52707 54182 55699
EXECUTIVE SUMMARY 61
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 3.2
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Natuna
Perkecamatan Tahun 2015-2020
PROYEKSI PERTUMBUHAN PENDUDUK
KECAMATAN
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Midai 5580 5803 6035 6277 6528 6789
Bunguran Barat 12139 12625 13130 13655 14201 14769
Bunguran Utara 4254 4424 4601 4785 4977 5176
Pulau Laut 2417 2514 2614 2719 2828 2941
Pulau Tiga 5378 5593 5817 6050 6291 6543
Bunguran Timur 25408 26424 27481 28581 29724 30913
Bunguran Timur Laut 4799 4991 5191 5398 5614 5839
Bunguran Tengah 3158 3284 3416 3552 3694 3842
Bunguran Selatan 2827 2940 3058 3180 3307 3439
Serasan 5022 5223 5432 5649 5875 6110
Subi 2872 2987 3106 3231 3360 3494
Serasan timur 3042 3164 3290 3422 3559 3701
Jumlah 76896 79972 83171 86498 89957 93556
Tabel 3.3
Proyeksi Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas dan
Kabupaten Natuna Tahun 2015-2020
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
Wilayah Administratif
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kab. Kepulauan Anambas 48516 49874 51271 52707 54182 55699
Kab. Natuna 76896 79972 83171 86498 89957 93556
Jumlah 125412 129846 134442 139205 144139 149255
Tabel 3.4
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas 2009-2014
Tahun 2014 2013 2012 2011 2010 2009
Jumlah Penduduk 41.341 39.342 39.784 39.318 37.411 35.646
Pertumbuhan Penduduk (%) 5 -1 1 5 5 6
Sumber: disarikan dari Kepulauan Riau Dalam Angka 2014
EXECUTIVE SUMMARY 62
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 3.5
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Anambas Tahun 2014-2019
No PROYEKSI PENDUDUK N C r
41341 1 0.028
1 TAHUN 2015 41341 1.028
42499
42499 1 0.028
2 TAHUN 2016 42499 1.028
43689
43689 1 0.028
3 TAHUN 2017 43689 1.028
44912
44912 1 0.028
4 TAHUN 2018 44912 1.028
46170
46170 1 0.028
5 TAHUN 2019 46170 1.028
47463
Sumber: Analisis, 2015
Tabel 3.6
Ringkasan Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Natuna Tahun 2014-2019
TAHUN 2014 2015 2016 2017 2018 2019
JUMLAH PENDUDUK 41341 42499 43689 44912 46169 47462
RATA-RATA
PERTUMBUHAN 1.028
PENDUDUK
Sumber: Analisis, 2015.
Pada tahun 2014, jumlah penduduk Kabupaten Natuna berjumlah 76.897 jiwa dengan
tingkat pertumbuhan pertahun sebesar 4%. Pada tahun 2015 diproyeksikan jumlah
EXECUTIVE SUMMARY 63
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
penduduk Kabupaten Natuna mencapai 80.066 jiwa. Jika diproyeksikan hingga 5 tahun ke
depan (hingga tahun 2019), didapatkan proyeksi penduduk seperti dalam tabel berikut.
Tabel 3.8
Proyeksi Penduduk Kabupaten Natuna 2014-2019
No PROYEKSI PENDUDUK N C r
76897 1 0.04
1 TAHUN 2015 76897 1.04
79973
79973 1 0.04
2 TAHUN 2016 79973 1.04
83172
83172 1 0.04
3 TAHUN 2017 83172 1.04
86499
86499 1 0.04
4 TAHUN 2018 86499 1.04
89959
89959 1 0.04
5 TAHUN 2019 89959 1.04
93557
Sumber: Analisis, 2015
Tabel 3.9
Ringkasan Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Natuna Tahun 2014-2019
TAHUN 2015 2016 2017 2018 2019
JUMLAH PENDUDUK 79973 83172 86499 89959 93557
RATA-RATA
PERTUMBUHAN 1.04
PENDUDUK
Sumber: Analisis, 2015
EXECUTIVE SUMMARY 64
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
yang mempunyai presentase laju pertumbuhan terbesar pada tahun 2013 adalah sektor
pertambangan dan penggalian yang mencapai angka 23.3%. Selain itu sektor andalan
seperti bangunan, perdagangan, hotel dan restoran dan jasa juga mengalami kemajuan
dari tahun 2012. Sektor pertanian melaju 11,9% pada tahun 2013. Sedangkan sektor
perdagangan, hotel dan restoran juga melaju sampai 14.8%. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.10
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kep. Anambas Tahun 2012-2013
Pertumbuhan Ekonomi
Laju
No. Lapangan Usaha
2012 2013 Pertumbuhan
(%)
Pertanian, Peternakan, Kehutanan
1 487,566.31 545,765.95
dan Perikanan 11.9
2 Pertambangan Dan Penggalian 2,071,074.16 2,553,443.26 23.3
3 Industri Pengolahan 10,074.12 11,584.77 15.0
4 Listrik Gas Dan Air Minum 488.72 72,535.00 9.5
5 Bangunan 31,033.72 37,205.94 19.9
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 158,471.51 181,938.08 14.8
7 Pengangkutan dan Komunikasi 35,342.51 40,516.19 14.6
Keuangan, Persewaan dan Jasa
8 18,637.84 20,320.22
Perusahaan 9.0
9 Jasa-Jasa 41,626.78 47,802.97 14.8
PDRB 2,854,315.67 3,511,112.38 20.5
Sumber: BPS Kab. Kepulauan Anambas, 2013 dan Hasil Analisis 2015.
Tabel 311
Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Anambas
EXECUTIVE SUMMARY 65
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Dari tabel diatas diketahui bahwa sektor yang memiliki nilai lebih dari 1 yang
dibandingkan dengan jumlah PDRB provinsi adalah sektor pertambangan dan
penggaliaan. Sektor lainnya yang juga memiliki sumbangan yang besar adalah sektor
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan serta sektor listrik, gas dan air minum.
Dilihat dari sektor yang memberikan sumbangan yang besar terhadap pendapatan di
Kabupaten ini adalah sektor pertambangan migas, dimana di daerah ini telah berkembang
perusahaan migas milik asing yang telah memberikan dampak ekonomi yang cukup baik
bagi ekonomi Kabupaten Anambas. Untuk itu sebagai sektor pembangkit yang ada di
kabupaten ini diharapkan akan memberikan perkembangan bagi sektor lain untuk
berkembang lagi.
Tabel 3.12
LQ PDRB 9 Sektor dengan Migas di Kabupaten Kep. Anambas 2013
Kab. Kep. Prov. Kepri
No Lapangan Usaha LQ
Anambas 2013 2013
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
1 545,765.95 4,296,147.26
Perikanan 3.71
2 Pertambangan Dan Penggalian 2,553,443.26 7,112,642.49 10.47
3 Industri Pengolahan 11,584.77 47,844,497.08 0.01
4 Listrik, Gas Dan Air Minum 535.00 585,843.12 0.03
5 Bangunan 37,205.94 8,380,003.16 0.13
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 181,938.08 20,147,445.81 0.26
7 Pengangkutan dan Komunikasi 40,516.19 4,476,778.85 0.26
Keuangan, Persewaan dan Jasa
8 20,320.22 4,862,699.35
Perusahaan 0.12
9 Jasa-Jasa 47,802.97 2,604,358.60 0.54
Produk Domestik Regional Bruto 3,439,112.38 100,310,415.72
Sumber : Kabupaten Kep. Anambas, dan Provinsi Kepri, Dalam Angka Tahun 2013
Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa Nilai LQ Sektor Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan serta Pertambangan dan Penggalian di Kabupaten Kepulauan
Anambas pada tahun 2013 mempunyai nilai lebih besar dari 1 ( LQ>1). Dimana Sektor
Pertanian, Peternakan, Kehutanan mencapai nilai LQ sebesar 3.71 dan Perikanan serta
Sektor Pertambangan dan Penggalian mencapai nilai LQ sebesar 10.47.
EXECUTIVE SUMMARY 66
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 3.13
LQ PDRB 9 Sektor Tanpa Migas di Kabupaten Kep. Anambas 2013
Kab. Kep. Prov. Kepri
No Lapangan Usaha LQ
Anambas 2013 2013
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
1 545,765.95 4,296,147.26
Perikanan 13.46
2 Pertambangan Dan Penggalian 3,478.75 1,042,659.12 0.35
3 Industri Pengolahan 11,584.77 47,844,497.08 0.03
4 Listrik, Gas Dan Air Minum 535.00 585,843.12 0.10
5 Bangunan 37,205.94 8,380,003.16 0.47
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 181,938.08 20,147,445.81 0.96
7 Pengangkutan dan Komunikasi 40,516.19 4,476,778.85 0.96
Keuangan, Persewaan dan Jasa
8 20,320.22 4,862,699.35
Perusahaan 0.44
9 Jasa-Jasa 47,802.97 2,604,358.60 1.95
Produk Domestik Regional Bruto 889,147.87 94,240,432.35
Sumber : Kabupaten Kep. Anambas, dan Provinsi Kepri, Dalam Angka Tahun 2013
Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa Nilai LQ Sektor Pertanian, Peternakan,
Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan serta Jasa di Kabupaten Kepulauan Anambas
pada tahun 2013 mempunyai nilai lebih besar dari 1 ( LQ>1). Dimana Sektor Pertanian,
Peternakan, Kehutanan mencapai nilai LQ sebesar 13.46 dan Perikanan serta Sektor
Jasa mencapai nilai LQ sebesar 1.95.
EXECUTIVE SUMMARY 67
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 3.14
LQ PDRB Dengan Migas Sub Sektor di Kabupaten Kep. Anambas 2013
Kab. Kep. Prov. Kepri
No Lapangan Usaha Anambas 2013 2013 (Juta LQ
(Juta Rupiah) Rupiah)
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN
1. DAN PERIKANAN 545,765.95 4,296,147.26 3.71
a Tanaman bahan makanan 9,496.33 284,100.31 0.97
b Tanaman Perkebunan 8,241.07 243,245.49 0.99
c Peternakan dan hasil hasilnya 20,848.26 682,826.74 0.89
d Kehutanan 1,801.03 53,928.72 0.97
e Perikanan 505,379.27 3,032,046.00 4.86
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2,553,443.26 7,112,642.49 10.47
a Minyak dan Gas Bumi 2,298,098.93 6,069,983.37 11.04
b Pertambangan Bukan Migas 153,206.60 664,508.49 6.72
c Penggalian 102,137.73 378,150.63 7.88
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 11,584.77 47,844,497.08 0.01
a Industri Migas
b Industri Tanpa Migas 47,844,497.07
1) Makanan, Minuman dan Tembakau 46.34 149,116.99 0.009
2) Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki 150.60 694,258.94 0.006
3) Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya 1,054.21 3,529,681.68 0.009
4) Kertas dan Barang Cetakan 139.02 609,058.57 0.007
5) Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 764.59 3,190,891.94 0.007
6) Semen & Barang Galian bukan Logam 845.69 3,549,963.09 0.007
7) Logam Dasar Besi & Baja 1,969.41 8,193,518.12 0.007
8) Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya 6,255.78 26,240,108.76 0.007
9) Barang lainnya 359.13 1,687,898.98 0.006
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 535.00 585,843.12
a a. Listrik 267.50 289,857.57 0.03
b b. Gas 224.70 237,229.82 0.03
c c. Air Bersih 42.80 58,755.73 0.02
5. BANGUNAN 37,205.94 8,380,003.16 0.13
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 181,938.08 20,147,445.81 0.26
a a. Perdagangan Besar dan Eceran 154,647.37 16,609,058.06 0.27
b b. Hotel 21,832.57 2,238,542.38 0.28
c c. Restoran 5,458.14 1,299,845.37 0.12
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 40,516.19 4,476,778.85 0.26
a Pengangkutan 36,549.97 4,038,537.10 0.26
1) Angkutan Jalan Raya 20,102.48 2,024,740.90 0.29
2) Angkutan Laut 10,964.99 1,024,682.94 0.31
3) Angkutan Udara 4,020.50 698,026.21 0.17
4) Jasa Penunjang Angkutan 1,462.00 291,087.05 0.15
b Komunikasi 3,966.22 438,241.75 0.26
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA
8. PERUSAHAAN 20,320.22 4,862,699.35 0.12
a Bank 13,716.15 3,244,351.58 0.12
b Lembaga Keuangan Bukan Bank 914.41 186,858.49 0.14
c Jasa Penunjang Keuangan 5,486.46 1,385,391.14 0.12
d Jasa Perusahaan 203.20 46,098.14 0.13
9. JASA - JASA 47,802.97 2,604,358.60 0.54
a Pemerintahan Umum 26,291.63 1,358,643.29 0.56
b Swasta 21,511.34 1,245,715.31 0.50
1) Sosial Kemasyarakatan 3,872.04 244,680.73 0.46
2) Hiburan dan Rekreasi 6,453.40 326,023.60 0.58
3) Perorangan dan Rumah Tangga 11,185.89 675,010.98 0.48
PDRB 3,439,112.38 100,310,415.72
EXECUTIVE SUMMARY 68
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Dengan demikian, Sub Sektor Perikanan yang mengalami surplus dan terpusat di
Kabupaten Kepulauan Anambas. Besarnya nilai LQ ini menunjukkan bahwa di
Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan daerah penghasil Periknan yang cukup
besar, hal ini karena potensi Perikanan cukup melimpah sehingga menjadi sektor basis di
Kabupaten Kepulauan Anambas.
Dengan demikian, Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi, sub sector bukan migas dan
penggalian mengalami surplus dan terpusat di Kabupaten Kepulauan Anambas.
Besarnya nilai LQ ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan
daerah penghasil Minyak dan Gas Bumi, sub sector bukan migas dan penggalian yang
cukup besar dan melimpah sehingga menjadi sektor basis di Kabupaten Kepulauan
Anambas.
Tabel 3.15
LQ PDRB Tanpa Migas Sub Sektor di Kabupaten Kep. Anambas 2013
Kab. Kep. Prov. Kepri
No Lapangan Usaha Anambas 2013 2013 (Juta LQ
(Juta Rupiah) Rupiah)
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN
1. DAN PERIKANAN 545,765.95 4,296,147.26 13.46
a Tanaman bahan makanan 2,455.95 284,100.31 0.92
b Tanaman Perkebunan 2,073.91 243,245.49 0.90
c Peternakan dan hasil hasilnya 6,003.43 682,826.74 0.93
d Kehutanan 436.61 53,928.72 0.86
e Perikanan 534,796.05 3,032,046.00 18.69
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3,478.75 1,042,659.12 0.35
a Minyak dan Gas Bumi 3,130.88 6,069,983.37 0.05
b Pertambangan Bukan Migas 208.73 664,508.49 0.03
c Penggalian 139.15 378,150.63 0.04
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 11,584.77 47,844,497.08 0.03
a Industri Migas
b Industri Tanpa Migas 47,844,497.07 -
1) Makanan, Minuman dan Tembakau 46.34 149,116.99 0.03
2) Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki 150.60 694,258.94 0.02
3) Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya 1,054.21 3,529,681.68 0.03
4) Kertas dan Barang Cetakan 139.02 609,058.57 0.02
5) Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 764.59 3,190,891.94 0.03
6) Semen & Barang Galian bukan Logam 845.69 3,549,963.09 0.03
7) Logam Dasar Besi & Baja 1,969.41 8,193,518.12 0.03
8) Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya 6,255.78 26,240,108.76 0.03
9) Barang lainnya 359.13 1,687,898.98 0.02
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 535.00 585,843.12 0.10
a a. Listrik 267.50 289,857.57 0.10
b b. Gas 224.70 237,229.82 0.10
EXECUTIVE SUMMARY 69
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Dengan demikian, Sub Sektor Perikanan yang mengalami surplus dan terpusat di
Kabupaten Kepulauan Anambas. Besarnya nilai LQ ini menunjukkan bahwa di
Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan daerah penghasil Periknan yang cukup
besar, hal ini karena potensi Perikanan cukup melimpah sehingga menjadi sektor basis di
Kabupaten Kepulauan Anambas.
Dengan demikian, Jasa Pemerintahan umum dan Jasa Swasta mengalami surplus dan
terpusat di Kabupaten Kepulauan Anambas. Besarnya nilai LQ ini menunjukkan bahwa
penghasilan sektor jasa yang cukup besar sehingga menjadi sektor basis untuk
Kabupaten Kepulauan Anambas.
EXECUTIVE SUMMARY 70
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.10 0.13 0.08 0.11 0.12
Tabel 3.17
Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Anambas Tahun 2011 – 2013
EXECUTIVE SUMMARY 71
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 3.18
Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Natuna
N0 Lapangan Usaha LQ Kategori
Dari perbandingan antara PDRB Kabupaten Natuna dan PDRB Provinsi Kepulauan Riau
diketahui bahwa sektor unggulan yang ada di Kabupaten Natuna adalah sektor pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan, sektor pengangkutan dan telekomunikasi serta
sektor jasa-jasa. Sektor pengangkutan dan telekomunikasi memberikan efek yang cukup
besar karena kabupaten ini dilalui oleh kapal-kapal hongkong yang melakukan pembelian
dan pengangkutan hasil tangkapan ikan yang ada di kabupaten ini. Kegiatan ini dilakukan
secara legal dimana semua unsur yang terlibat dalam perdagangan internasional hadir
pada saat transaksi dilakukan. Kegiatan perdagangan dan pengangkutan ini dilakukan
dua sampai dengan tiga kali dalam sebulan. Potensi lain yang masih belum memberikan
sumbangan yang cukup besar adalah pertambangan dan penggalian, dan industri
pengolahan.
EXECUTIVE SUMMARY 72
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 3.19
LQ PDRB 9 Sektor dengan Migas di Kabupaten Natuna 2013
Kab. Natuna
Prov. Kepri
2013
No Lapangan Usaha 2013 LQ
(Juta
(Juta Rupiah)
Rupiah)
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
1 935,530 4,296,147.26
Perikanan 10.25
2 Pertambangan Dan Penggalian 6,850 7,112,642.49 0.05
3 Industri Pengolahan 30,400 47,844,497.08 0.03
4 Listrik, Gas Dan Air Minum 2,010 585,843.12 0.16
5 Bangunan 135,330 8,380,003.16 0.76
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 285,050 20,147,445.81 0.67
7 Pengangkutan dan Komunikasi 145,890 4,476,778.85 1.53
Keuangan, Persewaan dan Jasa
8 488,340 4,862,699.35
Perusahaan 4.73
9 Jasa-Jasa 102,180 2,604,358.60 1.85
Produk Domestik Regional Bruto 2,131,580.00 100,310,415.72
Sumber : Kabupaten Natuna, dan Provinsi Kepri, Dalam Angka Tahun 2013
EXECUTIVE SUMMARY 73
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 3.20
LQ PDRB 9 Sektor Tanpa Migas di Kabupaten Natuna 2013
Kab. Natuna Prov. Kepri
No Lapangan Usaha 2013 2013 LQ
(Juta Rupiah) (Juta Rupiah)
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
1 935,530 4,296,147.26
Perikanan 9.66
2 Pertambangan Dan Penggalian 23 1,042,659.12 0.00
3 Industri Pengolahan 30,400 47,844,497.08 0.03
4 Listrik, Gas Dan Air Minum 2,010 585,843.12 0.15
5 Bangunan 135,330 8,380,003.16 0.72
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 285,050 20,147,445.81 0.63
7 Pengangkutan dan Komunikasi 145,890 4,476,778.85 1.45
Keuangan, Persewaan dan Jasa
8 488,340 4,862,699.35
Perusahaan 4.45
9 Jasa-Jasa 102,180 2,604,358.60 1.74
Produk Domestik Regional Bruto 2,124,753.32 94,240,432.35
Sumber : Kabupaten Natuna, dan Provinsi Kepri, Dalam Angka Tahun 2013
EXECUTIVE SUMMARY 74
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 3.31
LQ PDRB Dengan Migas Sub Sektor di Kabupaten Natuna 2013
Kab. Natuna 2013 Prov. Kepri 2013
No Lapangan Usaha LQ
(Juta Rupiah) (Juta Rupiah)
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN
935,530.00 4,296,147.26
1. DAN PERIKANAN 10.25
a Tanaman bahan makanan 50,705.73 284,100.31 8.40
b Tanaman Perkebunan 51,454.15 243,245.49 9.95
c Peternakan dan hasil hasilnya 142,200.56 682,826.74 9.80
d Kehutanan 11,226.36 53,928.72 9.80
e Perikanan 680,130.31 3,032,046.00 10.56
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 6,850.00 7,112,642.49 0.05
a Minyak dan Gas Bumi 6,302.00 6,069,983.37 0.05
b Pertambangan Bukan Migas 205.50 664,508.49 0.01
c Penggalian 342.50 378,150.63 0.04
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 30,400.00 47,844,497.08 0.03
a Industri Migas
b Industri Tanpa Migas 47,844,497.07 -
1) Makanan, Minuman dan Tembakau 152.00 149,116.99 0.05
2) Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki 364.80 694,258.94 0.02
3) Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya 2,796.80 3,529,681.68 0.04
4) Kertas dan Barang Cetakan 364.80 609,058.57 0.03
5) Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 1,915.20 3,190,891.94 0.03
6) Semen & Barang Galian bukan Logam 2,310.40 3,549,963.09 0.03
7) Logam Dasar Besi & Baja 5,016.00 8,193,518.12 0.03
8) Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya 16,568.00 26,240,108.76 0.03
9) Barang lainnya 912.00 1,687,898.98 0.03
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 2,010.00 585,843.12 0.16
a a. Listrik 1,045.20 289,857.57 0.17
b b. Gas 804.00 237,229.82 0.16
c c. Air Bersih 160.80 58,755.73 0.13
5. BANGUNAN 135,330.00 8,380,003.16 0.76
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 285,050.00 20,147,445.81 0.67
a a. Perdagangan Besar dan Eceran 233,741.00 16,609,058.06 0.66
b b. Hotel 42,757.50 2,238,542.38 0.90
c c. Restoran 8,551.50 1,299,845.37 0.31
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 145,890.00 4,476,778.85 1.53
a Pengangkutan 131,608.51 4,038,537.10 1.53
1) Angkutan Jalan Raya 69,752.51 2,024,740.90 1.62
2) Angkutan Laut 39,482.55 1,024,682.94 1.81
3) Angkutan Udara 17,109.11 698,026.21 1.15
EXECUTIVE SUMMARY 75
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Dengan demikian, Sub Sektor Perikanan yang mengalami surplus dan terpusat di
Kabupaten Natuna. Besarnya nilai LQ ini menunjukkan bahwa di Kabupaten
Natuna merupakan daerah penghasil Periknan yang cukup besar, hal ini karena
potensi Perikanan cukup melimpah sehingga menjadi sektor basis di Kabupaten
Natuna.
EXECUTIVE SUMMARY 76
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 3.22
LQ PDRB Tanpa Migas Sub Sektor
di Kabupaten Natuna 2013
Kab. Natuna Prov. Kepri
No Lapangan Usaha 2013 (Juta 2013 (Juta LQ
Rupiah) Rupiah)
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN
935,530.00 4,296,147.26
1. DAN PERIKANAN 9.66
a Tanaman bahan makanan 50,705.73 284,100.31 7.92
b Tanaman Perkebunan 51,454.15 243,245.49 9.38
c Peternakan dan hasil hasilnya 142,200.56 682,826.74 9.24
d Kehutanan 11,226.36 53,928.72 9.23
e Perikanan 680,130.31 3,032,046.00 9.95
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 23.32 1,042,659.12 0.00
a Minyak dan Gas Bumi 21.45 6,069,983.37 0.00
b Pertambangan Bukan Migas 0.70 664,508.49 0.00
c Penggalian 1.17 378,150.63 0.00
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 30,400.00 47,844,497.08 0.03
a Industri Migas
b Industri Tanpa Migas 47,844,497.07 -
1) Makanan, Minuman dan Tembakau 152.00 149,116.99 0.05
2) Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki 364.80 694,258.94 0.02
3) Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya 2,796.80 3,529,681.68 0.04
4) Kertas dan Barang Cetakan 364.80 609,058.57 0.03
5) Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 1,915.20 3,190,891.94 0.03
6) Semen & Barang Galian bukan Logam 2,310.40 3,549,963.09 0.03
7) Logam Dasar Besi & Baja 5,016.00 8,193,518.12 0.03
8) Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya 16,568.00 26,240,108.76 0.03
9) Barang lainnya 912.00 1,687,898.98 0.02
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 2,010.00 585,843.12 0.15
a a. Listrik 1,045.20 289,857.57 0.16
b b. Gas 804.00 237,229.82 0.15
c c. Air Bersih 160.80 58,755.73 0.12
5. BANGUNAN 135,330.00 8,380,003.16 0.72
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 285,050.00 20,147,445.81 0.63
a a. Perdagangan Besar dan Eceran 233,741.00 16,609,058.06 0.62
b b. Hotel 42,757.50 2,238,542.38 0.85
c c. Restoran 8,551.50 1,299,845.37 0.29
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 145,890.00 4,476,778.85 1.45
a Pengangkutan 131,608.51 4,038,537.10 1.45
1) Angkutan Jalan Raya 69,752.51 2,024,740.90 1.53
EXECUTIVE SUMMARY 77
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Dengan demikian, Sub Sektor Perikanan yang mengalami surplus dan terpusat di
Kabupaten Natuna. Besarnya nilai LQ ini menunjukkan bahwa di Kabupaten
Natuna merupakan daerah penghasil Periknan yang cukup besar, hal ini karena
potensi Perikanan cukup melimpah sehingga menjadi sektor basis di Kabupaten
Natuna.
Bardasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa Nilai LQ Jasa di Kabupaten
Natuna pada tahun 2013 mempunyai nilai lebih besar dari 1 ( LQ>1). Dimana Sub
sektor perikanan mencapai nilai LQ sebesar 9.95.
EXECUTIVE SUMMARY 78
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 3.23
Kebutuhan Air di Kabupaten Natuna
Jumlah
Jumlah Jumlah Debit Air Debit Air
Rumah
Penduduk Penduduk Yang Yang
No Kecamatan (existing ke
(proyeksi th (proyeksi th Diperlukan Tersedia
proyeksi th
2018) 2021) (liter/detik) (liter/detik)
2021
1 Midai 5421 5619 26.22 air tanah 1744
2 Bunguran Barat 11829 12260 57.21 85.7 3191
3 Bunguran Utara 4180 4333 20.22 34.46 1116
4 Pulau Laut 2481 2572 12 air tanah 581
5 Pulau Tiga 5231 5422 25.3 air tanah 1259
6 Bunguran Timur 26388 27350 127.63 120 7145
7 Bunguran Timur Laut 4687 4858 22.67 317.6 1278
8 Bunguran Tengah 3122 3236 15.1 46 787
9 Bunguran Selatan 2750 2851 13.3 air tanah 737
10 Serasan 5092 5278 24.63 2.78 1246
11 Serasan Timur 2962 3070 14.33 air tanah 693
12 Subi 2898 3004 14.02 air tanah 746
Kab. Natuna 77041 79853 372.65 606.54 22576
Sumber ; Hasil Analisa, 2015
EXECUTIVE SUMMARY 79
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Jumlah rumah yang belum terlayani PDAM dan PAM Swasta 3958 rumah
Penghuni rata‐rata per rumah 3.72orang
Jumlah penduduk yang sudah terelayani PDAM dan 12646 penduduk
PAMSwasta
Jumlah penduduk yang belum terlayani PDAM dan PAMSwasta 14705penduduk
Debit kebutuhan air rata‐rata / penduduk 0.0047L/detik
Tabel 3.24
Kebutuhan Air di Perkotaan
Jumlah
Jumlah Jumlah Debit Air Rumah
Air Baku Koefisien
Penduduk Penduduk Yang (existing
No Kecamatan Tersedia Ketersediaan
(proyeksi th (proyeksi th Diperlukan ke
(liter/detik) Air Bersih
2018) 2021) (liter/detik) proyeksi
th 2021
Bunguran
1 11829 12260 57.21 85.7 3191 1.5
Barat
Bunguran
2 4180 4333 20.22 34.46 1116 1.7
Utara
Bunguran
3 3122 3236 15.1 46 787 3.05
Tengah
Bunguran
4 2750 2851 13.3 0 737 0
Selatan
21881 22680 105.84 166.16 5831 1.56
Sumber ; Hasil Analisa, 2015
Tabel 3.25
Kebutuhan Air di Luar Perkotaan
Jumlah
Jumlah Jumlah Debit Air Pemenuhan Rumah
Air Baku
Penduduk Penduduk Yang Kebutuhan (existing
No Kecamatan Tersedia
(proyeksi (proyeksi Diperlukan Air ke
(liter/detik)
th 2018) th 2021) (liter/detik) (liter/detik) proyeksi th
2021
1 Midai 5421 5619 26.22 air sumur 1744
2 Pulau Laut 2481 2572 12 air sumur 581
3 Pulau Tiga 5231 5422 25.3 air sumur 1259
4 Serasan 5092 5278 24.63 2.78 air sumur 1246
Serasan
5 2962 3070 14.33 air sumur 693
Timur
6 Subi 2898 3004 14.02 air sumur 746
24085 24965 116.5 2.78 6269
Sumber ; Hasil Analisa, 2015
EXECUTIVE SUMMARY 80
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 3.26
Kebutuhan Air di Kabupaten Kepulauan Anambas
Debit Air Jumlah
Jumlah Jumlah Debit Air Yang Debit Air Rumah
Penduduk Penduduk Yang Diperlukan Yang (existing
No Kecamatan
(proyeksi (proyeksi Diperlukan dari Data Tersedia ke
th 2008) th 2021) (liter/detik) Sekunder (liter/detik) proyeksi
(liter/detik) th 2021
1 Siantan 9517 11114 51.87 13.02 2383
2 Jemaja 7494 8752 40.84 17.27 11.91 1886
3 Palmatak 11793 13772 64.27 4.14 2842
Jemaja
4 3313 3869 18.06 7.63 640
Timur
Siantan
5 4192 4896 22.85 20.76 1048
Selatan
Siantan
6 4676 5461 25.48 10.76 900
Tengah
Siantan
7 4608 5381 25.11 10.62 1049
Timur
45593 53245 248.48 84.2 11823
Sumber ; Hasil Analisa, 2015
EXECUTIVE SUMMARY 81
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 3.27
Kebutuhan Air di Perkotaan Kabupaten Kepulauan Anambas
Jumlah
Jumlah Jumlah Debit Air Rumah
Air Baku Koefisien
Penduduk Penduduk Yang (existing
No Kecamatan Tersedia Ketersediaan
(proyeksi (proyeksi Diperlukan ke
(liter/detik) Air Bersih
th 2018) th 2021) (liter/detik) proyeksi
th 2021
1 Palmatak 11793 13772 64.27 2842
Siantan
3 4192 4896 22.85 1048
Selatan
Siantan
4676 5461 25.48 900
Tengah
EXECUTIVE SUMMARY 82
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
e. Apabila hasilnya jalan eksisting yang sudah tersedia sudah memadai untuk memenuhi
kapasitas
transportasi darat di Pulau Natuna, selanjutnyan direkomendasikan treatment terhadap
kondisi jalan eksisting tersebut, diantaranya :
- pemeliharaan rutin
- pemeliharaan berkala
- peningkatan
- rehabilitasi
- pelebaran
3. Pedoman Analisis
EXECUTIVE SUMMARY 83
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 84
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
B.2.3. Perhitungan Indeks Mobilitas Panjang Jalan terhadap Kebutuhan Satu Wilayah (B≥
3.50 meter)
PDRB per kapita = 8.48 > 5 (tinggi)
Index Mobilitas = (Panjang Jalan)/(1000 penduduk)= 6.18 > 2 (MEMENUHI)
EXECUTIVE SUMMARY 85
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Status Jalan Nasional berlum ada, hanya ada Jalan Kabupaten dengan panjang =
161.015 Km
C.2. ANALISIS (PERHITUNGAN KELAYAKAN PANJANG JALAN EXISTING)
C.2.1. Perhitungan Indeks Aksesibilitas
Kepadatan Penduduk = (Jumlah Penduduk)/(Luas Wilayah) = 78.85 jiwa/km2 < 100
jiwa/km2 (sangat rendah)
Indeks Aksesibilitas = (Panjang jalan) / (Luas Wilayah) = 0.27 > 0.05 (MEMENUHI)
EXECUTIVE SUMMARY 86
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Catatan :
Harga satuan yang dipakai adalah harga riil berdasarkan perbandingan dari beberapa
proyek jalan yang saat ini sedang berjalan di Wilayah Barat dan Wilayah Timur
EXECUTIVE SUMMARY 87
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 3.39
Analisis SWOT Kabupaten Anambas
EXECUTIVE SUMMARY 88
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tabel 3.40
Analisis SWOT Kabupaten Natuna
EXECUTIVE SUMMARY 89
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 90
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 91
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 92
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 93
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BAB
4
STRATEGI PENGEMBANGAN
KAWASAN PERBATASAN
NATUNA - ANAMBAS
EXECUTIVE SUMMARY 94
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 95
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
5. Aspek infrastruktur
Kondisi infrastruktur yang ada di kawasan perbatasan ini masih terbatas bagi
pengembangan kawasan, khususnya untuk kawasan pada pulau pulau terluar.
Kendala utama dalam aspek infrastruktur adalah jaringan transportasi yang masih
kurang memadai untuk mencapai kawasan. Untuk jaringan prasarana lingkungan
perumahan dan permukiman masih belum menjangkau kawasan perdesaan.
8. Aspek kelembagaan
Kelembagaan akan menjadi faktor penting dalam pengembangan kawasan
perbatasan Natuna - Anambas sebagai kawasan yang merupakan beranda depan
negara perlu pengembangan kelembagaan yang mampu mengelola kawasan
tersebut.
Tabel 4.1.
Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan Natuna – Anambas
NO ASPEK NATUNA ANAMBAS
1. TATA RUANG Pemutakhiran data lahan Keterpaduan dalam
Pemantapan regulasi/perda penyusunan tata ruang
pertanahan Optimalisasi pemanfaatan
Tata ruang pulau-pulau kecil ruang
dan keseimbangan Tata ruang pulau-pulau kecil
pembangunan antar pulau dan keseimbangan
pembangunan antar pulau
2. PERTAHANAN, Kerjasama Pengamanan Laut Peningkatan pengamanan zona
KEAMANAN DAN Cina Selatan pertahanan
KESELAMATAN
Kerjasama Pengamanan Jalur
Pelayaran Selat Malaka
3. PERBATASAN Kerjasama dalam hal Kerjasama perdagangan dan
ANTAR NEGARA pengelolaan migas pengelolaan ZEE
4. KEMAMPUAN Pemanfaatan bahan galian Pemulihan kualitas lingkungan
LAHAN/RAWAN secara efisien Pemanfaatan bahan galian
BENCANA Konservasi sumber air baku secara efisien
EXECUTIVE SUMMARY 96
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Arah dan tujuan peningkatan produksi dalam wilayah dapat dicapai melalui kebijakan,
strategi, dan rencana/program pengembangan yang berkaitan dengan: (a) intensifikasi
kegiatan ekonomi/produksi yang ada, (b) ekstensifikasi kegiatan ekonomi/produksi yang
ada, (c) diversifikasi produksi, baik vertikal maupun horizontal, (d) pengembangan
kegiatan ekonomi/produksi baru, ataupun (e) mencari multiplier dari kegiatan yang ada.
Peningkatan produksi dalam suatu wilayah tidak secara otomatis akan meningkatkan pula
taraf hidup masyarakat. Sehubungan dengan itu, gunamencapai arah dan tujuan
peningkatan taraf hidup masyarakat, maka kebijakan, strategi, dan rencana/program
pengembangan harus diletakkan pada upaya:
(a) peningkatan pendapatan (income) masyarakat,
(b) pemberian pelayanan yang mengarah pada upaya mengurangi pengeluaran
(c) melancarkan pelayanan yang juga mengarah pada upaya mengurangi pengeluaran,
dan (d) peningkatan tabungan masyarakat.
EXECUTIVE SUMMARY 97
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 98
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
EXECUTIVE SUMMARY 99
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Komponen
Pengembangan Konsep Strategi
Wilayah
menuju kawasan Natuna -
Anambas untuk menyediakan
modal, teknologi dan akses pasar.
Sektor pemerintah harus banyak
memfasilitasi pada keseluruhan
proses. Sektor pemerintah
sebaiknya tidak hanya memulai
upaya mendorong investasi, namun
sebagai tambahan menyediakan
dasar untuk pengembangan
industri: infrastruktur yang lebih
baik, SDM yang lebih baik, dan
kebutuhan industri biasanya seperti
standar industri dan kontrol kualitas
Pertambangan Diprioritaskan terhadap 1) Melanjutkan eksplorasi cadangan
dan Energi sumberdaya Migas) mineral baru
2) Merasionalisasi dan merenovasi
kegiatan migas
3) Meningkatkan pembangkit listrik
bertenaga gas untuk memasok Kawasan
Natuna - Anambassekitarnya
4) Memperpanjang jaringan transmisi
energi untuk mengurangi kekurangan
dan terisolasi dari pembangkit listrik
Pariwisata Kawasan Natuna - Anambas 1) Meningkatkan infrastruktur, khususnya
memiliki keuntungan khusus dalam transportasi udara, laut dan darat
pengembangan pariwisata, melalui 2) Mengkonsentrasikan pengembangan
pengembangan: pada tujuan utama sambil
1) efek pengganda dari pulau- menghubungkannya untuk membentuk
pulau kecil terluar yang perjalanan keliling dan memunculkan
memiliki daya tarik sendiri pilihan perjalanan
2) beragamnya obyek wisata dari 3) Melindungi sumberdaya alam dan
budaya sambil menjaga warisan
batu granit dan pantai alami
budaya lokal dan memantapkan
3) Kenikan dari alami yang masih
identitas local
perawan/orisinal
Pengembangan 1) pengembangan perkotaan yang 1) Melanjutkan pengembangan perkotaan
perkotaan dan efektif. khususnya pada pusat strategis
perdesaan 2) pengembangan perdesaan yang 2) Memperkuat fungsi jasa dari pusat kota
terintegrasi dari berbagai sektor, dengan ukuran kecil hingga menengah dan
dalam bentuk: juga pusat perdesaan, dan khususnya
a. Diversifikasi produk, polikultur, menetapkan hirarki fungsional yang jelas
peningkatan kualitas: teknologi, untuk kota/desa yang berada di Kawasan
pasokan pestisida, pelatihan Natuna – Anambas
b. Mendorong industri skala kecil, 3) Mengambil tindakan terintegrasi untuk
perdagangan dan jasa, perikanan, memdorong pengembangan perdesaan,
kehutanan, peternakan, sambil menekankan keterkaitan perkotaan-
pertambangan perdesaan dan desentralisasi/partisipatif
Sumber : Hasil Analisa, 2015
BAB
5
RENCANA STRATEGIS
INFRASTRUKTUR KAWASAN
PERBATASAN NATUNA – ANAMBAS
5.1 Kebijakan Nasional dan Daerah Dalam Pengembangan
Infrastruktur KawasanPerbatasan
Wilayah perbatasan di kawasan Natuna – Anambas sebagai daerah studi pada umumnya
berada di kawasan yang relatif agak terisolir. Kecamatan-kecamatan yang ada di wilayah
perbatasan tersebut dihadapkan pada permasalahan yang relatif hampir sama yaitu
adanya keterbatasan aksesibilitas dengan kondisi infrastruktur yang masih sangat kurang,
khususnya transportasi darat disertai keterbatasan akan sarana informasi dan
komunikasi.
Dari aspek sosial budaya, pada umumnya masyarakat yang bermukim di perbatasan
adalah masyarakat pribumi dan sebagian kecil lainnya merupakan pendatang. Mata
pencaharian utama adalah nelayan. Pola penyebaran penduduk cenderung mengelompok
dan tersebarsecara berjauhan antar desa dalam himpunan kelompok yang relatif kecil.
Secara kualitas maupun kuantitas sumber daya manusia di wilayah perbatasan masih
agak tertinggal. Tingkat pelayanan pendidikan maupun kesehatan belum cukup memadai
karena keterbatasan sarana dan prasarana serta tenaga pendidik maupun tenaga medis
yang dibutuhkan.
Dilihat dari aspek pengelolaan kawasan perbatasan (prosperity) yang meliputi bidang
sosial budaya, ekonomi, politik, dan lingkungan, maka permasalahan perbatasan
dibedakan dalam kelompok permasalahan sebagai berikut :
a. Rendahnya tingkatekonomi masyarakat perbatasan yang terlihat dari kesenjangan
wilayah maupun sosial ekonomi dengan kawasan perbatasan negara tetangga.
b. Terbatasnya sarana dan prasarana dasar transportasi dan telekomunikasi yang
berdampak pada rendahnya tingkat aksesibiltas serta keterisoliran dari wilayah
sekitar.
a. Isu Pokok
Isu pokok adalahketertinggalandan keterbelakangan di bidang politik, ekonomi,
sosial budaya , dan hankam dengan uraian sebagai berikut :
Bidang Politik, terdapat ancaman menurunnya wawasan kebangsaan dan rasa
cinta tanah air, yang ditandai dengan masihrendahnya wawasan kebangsaan untuk
masyarakat di perbatasan yang ditandai dengan kurangnya pengetahuan
masyarakat terhadap simbol-simbol negara sendiri, bila dibandingkan dengan
pengetahuan mereka terhadap simbol-simbol dari negara tetangga. Hal ini dapat
menimbulkan ancaman bagi lunturnya rasa cinta tanah air yang pada akhirnya
menimbulkanrasaantipatidanketidakpedulianmasyarakat perbatasan terhadap
kebijakan-kebijakan pembangunan di perbatasan.
Bidang Ekonomi, masih tingginya angka kemiskinanyangditandaidengan masih
rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakatperbatasan yang dapat dilihat dari
jumlah penduduk miskin yang relatif masih cukup tinggi.
Bidang Sosial Budaya, Kualitas SDM yang sangat rendah, yang ditandai dengan
keterbatasan Sumber Daya Manusia baik secara kualitas maupun kuantitas.
Secara kualitas dapat dilihat dari tingkat pendidikan rata-rata masyarakat
diperbatasan tergolong rendah, karena sebagian besar masih berpendidikan
Sekolah Dasar. Secara kuantitas dapat dilihat dari jumlah penduduk perbatasan
relatif sedikit bila dibandingkan dengan luas wilayah perbatasan dan tinggal
ditempat yang terpencar dan terpencil.
Bidang Hankam, tingkat keamanan wilayah perbatasan antar negara masih
rendah, yang ditandai dengan kondisi pertahanan dan keamanan wilayah
perbatasan yang masih sangat rentan terhadap pelanggaran wilayah kedaulatan
negara dari negara lain khususnya dari negara tetangga. Masalah keamanan
Tabel 5.1.
Matriks SWOT Strategi Pengembangan Infrastruktur di Kawasan Natuna - Anambas
Kekuatan/ KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
Kelemahan Sudah Memiliki Jadwal Kondisi Dan Kapasitas Infrastruktur
Transportasi Laut Dan Udara Transportasi Terbatas
Reguler Ke Pusat Pertumbuhan Keterbatasan Kapasitas Listrik, Air Dan
Dalam Negeri Telekomunikasi
Posisi Strategis, Dekat Ke Pusat-
Pusat Pertumbuhan Dunia/Pasar
Dekat Sumber Energi Dan Bahan
Baku
Peluang/
Kendala
PELUANG (O) Strategi Kekuatan – Peluang (SO) Strategi Kelemahan – Peluang (WO)
Investasi Sektor Perluasan Jaringan Penerbangan Perbaikan Kondisi Infrastruktur,
Primer (Perikanan, Dan Pelayaran Ke Pusat-Pusat Menambah Sarana Transportasi Serta
Pertanian) Pertumbuhan Di LN Serta Pusat Peningkatan Kapasitas Listrik, Air Dan
Investasi Pelayanan Produksi Dan Sumber-Sumber Telekomunikasi Untuk Menarik
Jasa Dan Pariwisata Energi Di DN Untuk Menarik Investasi
Investasi
KENDALA (T) Strategi Kekuatan – Kendala (ST) Strategi Kelemahan – Kendala (WT)
Minat Investasi Peningkatan Efisiensi Pemanfaatan Perbaikan Kondisi Infrastruktur,
Masih Rendah Infrastruktur Yang Ada Serta Menambah Sarana Transportasi Serta
Wilayah Sulit Memberikan Insentif Baru Memberikan Insentif Baru Pemanfaatan
Dijangkau Pemanfaatan Infrastruktur Infrastruktur
Sumber : Hasil Analisa, 2015
Selanjutnya Matriks strategi diatas sangat dimungkinkan terjadinya penggabungan
beberapa strategi menjadi satu rencana strategi pengembangan infrastruktur kawasan
Natuna - Anambas. Strategi-strategi tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan
aspek-aspek rencana strategi dan dilakukan reformulasi sehingga dihasilkan strategi yang
diperlukan dalam proses menghasilkan keberhasilan pembangunan infrastruktur PUPR
maupun Non PUPR. Tabel 5.2 merupakan Matriks yang memperlihatkan konsep di atas.
Tabel 5.2.
Matriks Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan dalam rangka Pembangunan
Infrastruktur PUPR dan Non PUPR Tahun 2016 - 2022
Strategi S-O Strategi W-O
Pada kajian ini tentu analisis akan dibatasi yang mengacu pada judul kajian ini yaitu :
Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia ‐ Laut China Selatan di Natuna,
dimana kajian ini menitikberatkan pada simbol eksistensi pemerintah, masyarakat dengan
dukungan infrastruktur khususnya untuk jaringan jalan. Analisis ini mencakup parameter
Jalan Primer dan Jalan Sekunder, dimana analisis akan dibatasi pada :
a. Apakah jalan eksisting yang sudah ada sudah memnuhi kapasitas untuk kebutuhan
transportasi darat di pulau Natuna tersebut.
b. Apabila hasilnya tidak memadai tentu perlu direncanakan penambahan panjang jalan
sesuai kapasitas, tanpa menentukan dan memperhitungkan alinyemen jalan tersebut,
jadi sebatas berapa panjangnya
c. Apabila hasilnya jalan eksisting yang sudah tersedia sudah memadai untuk
memenuhi kapasitas transportasi darat di Pulau Natuna, selanjutnyan
direkomendasikan treatment terhadap kondisi jalan eksisting tersebut, diantaranya :
pemeliharaan rutin
pemeliharaan berkala
peningkatan
rehabilitasi
Ditnjau dari panjangnya sudah memenuhi syarat, namun untuk jalan dengan lebar (B≤
3.50 meter), direkomendasikan untuk diperlebar dengan lebar minimum (B ≥ 3.50 meter),
pada keadaan darurat dapat dilewati ambulans, mobil pemadam kebakaran, dan
kendaraan khusus lainnya.
Pengurangan kawasan kumuh dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu perbaikan jalan
dan drainase, IPAL Kawasan, IPAL Komunal, Modul 3R, SPAM, dan pembangunan
kawasan RTH. Satuan investasi penanganan kawasan kumuh (Direktorat Pengembangan
Permukiman, Cipta Karya) terlihat pada tabel 5.5 berikut ini.
Tabel 5.5
Satuan Investasi Penanganan Kawasan
Kegiatan Investasi Penanganan Kumuh
Jalan dan Drainase Rp 1 Miliar / Ha
IPAL Kawasan Rp 7-8 Jt (250 kk)=Rp. 1,75-2M/ Ha
IPAL Komunal Rp 400 Jt/80 kk (+ Pemberdayaan 600 Jt)
Modul 3 R Rp 525 Jt/250 kk Kws (+ Pemberdayaan 620 jt)
SPAM Rp. 7.5 Jt (250 kk) = Rp 1.875M/ Ha
RTH Rp. 500 Rb/m2 (standar Luasan RTH 15% = 750 Jt/Ha)
Tabel 5.6
Proyeksi kebutuhan SR setiap kecamatan hingga tahun 2021
Dari data kebutuhan SR setiap kecamatan hingga tahun 2021, maka dapat dianalisis
kebutuhan program yang akan dilakukan dengan menentukan beberapa kriteria Prioritas
waktu pembangunan infrastruktur. Urutan prioritas yang dilakukan yaitu :
1. Prioritas 1 : Banyaknya jumlah penduduk yang belum terlayani SR hingga tahun 2021
2. Prioritas 2 : Kecamatan yang merupakan daerah kumuh
Tabel 5.7
Penentuan prioritas waktu pembangunan infrastruktur setiap kecamatan
Bunguran
X X X X
Timur
Bunguran
X X X
Barat
Midai X X
Pulau Tiga X X X
Serasan X X X
Bunguran
X X X
Utara
Serasan Timur X X
Subi X X
Bunguran
X X X
Selatan
Pulau Laut X X X
Bunguran
X X
Tengah
Bunguran
X X X X
Timur Laut
Sumber : Hasil Analisa, 2015
KPS, DAK, B to B, dll. Indikasi Program Air minum hingga tahun 2021 terlihat pada tabel
5.8 dibawah ini.
Tabel 5.8
Indikasi Program Air Minum Tahun 2017 - 2021
Kebutuhan
Output Lokasi Vol Satuan L/Detik Tahun SR Dana (x Rp Sumber
1.000.000)
SPAM Kumuh Bunguran APBD Prov /
1 Kawasan 5 2017 500 3.250
Perkotaan Timur KabKota
SPAM Kawasan APBD Prov /
Midai 1 Kawasan 3 2017 300 1.950
Nelayan KabKota
SPAM Kawasan APBD Prov /
Midai 1 Kawasan 3 2017 300 1.950
Nelayan KabKota
SPAM Kawasan Sumber
Midai 1 Kawasan 3 2017 300 1.950
Nelayan Lainnya
SPAM Kumuh Bunguran
1 Kawasan 5 2017 500 3.250 APBN
Perkotaan Selatan
SPAM Kawasan Serasan Sumber
1 Kawasan 2,5 2017 250 1.625
Nelayan Timur Lainnya
SPAM Kawasan Serasan Sumber
1 Kawasan 2,5 2017 250 1.625
Nelayan Timur Lainnya
Bunguran
SPAM Kumuh
Timur 1 Kawasan 5 2018 500 3.250 APBN
Perkotaan
Laut
SPAM Kawasan Sumber
Subi 1 Kawasan 2,5 2018 250 1.625
Nelayan Lainnya
SPAM Kawasan APBD Prov /
Subi 1 Kawasan 2,5 2018 250 1.625
Nelayan KabKota
Bunguran APBD Prov /
Pemanfaatan Idle 1 Kawasan 2 2018 200 1.300
Timur KabKota
Bunguran APBD Prov /
Pemanfaatan NRW 1 Kawasan 7 2018 700 4.550
Timur KabKota
Bunguran Sumber
Pemanfaatan NRW 1 Kawasan 7 2018 700 4.550
Timur Lainnya
Bunguran APBD Prov /
Pemanfaatan Idle 1 Kawasan 0,5 2019 50 325
Barat KabKota
Pulau APBD Prov /
Pemanfaatan Idle 1 Kawasan 6 2019 600 3.900
Tiga KabKota
Pemanfaatan Idle Serasan 1 Kawasan 2 2019 200 1.300 APBN
Bunguran APBD Prov /
Pemanfaatan Idle 1 Kawasan 6 2019 600 3.900
Utara KabKota
Bunguran Sumber
Pemanfaatan Idle 1 Kawasan 9 2019 900 5.850
Selatan Lainnya
Pulau APBD Prov /
Pemanfaatan Idle 1 Kawasan 2 2020 200 1.300
Laut KabKota
Bunguran APBD Prov /
Pemanfaatan NRW 1 Kawasan 3 2020 300 1.950
Tengah KabKota
Bunguran
SPAM Perdesaan 1 Kawasan 2 2020 200 1.300 APBN
Timur
Penambahan kapasitas Bunguran Sumber
1 Kawasan 11 2020 1.100 7.150
Eksisting Barat Lainnya
SPAM Kawasan Pulau APBD Prov /
1 Kawasan 3 2021 300 1.950
Nelayan Tiga KabKota
SPAM Kawasan Serasan 1 Kawasan 3 2021 300 1.950 Sumber
Kebutuhan
Output Lokasi Vol Satuan L/Detik Tahun SR Dana (x Rp Sumber
1.000.000)
Nelayan Lainnya
SPAM Kawasan
Serasan 1 Kawasan 3 2021 300 1.950 APBN
Nelayan
SPAM Kawasan Bunguran
1 Kawasan 3 2021 300 1.950 APBN
Nelayan Utara
Bunguran
APBD Prov /
Pemanfaatan Idle Timur 1 Kawasan 7,5 2021 750 4.875
KabKota
Laut
Bunguran
Sumber
Pemanfaatan Idle Timur 1 Kawasan 7,5 2021 750 4.875
Lainnya
Laut
Bunguran
APBD Prov /
Pemanfaatan NRW Timur 1 Kawasan 0,5 2021 50 325
KabKota
Laut
Sumber : Hasil Analisa, 2015
Tabel 5.9
Kebutuhan Dana TPA Bunguran Timur (Tahun 2017 – 2021)
Natuna, mengingat kabupaten ini terdiri dari gugus-gugus pulau yang menjadi kecamatan
di kabupaten ini. Berdasarkan kondisi jaringan jalan yang ada di Kabupaten ini, status
jalan yang ada tidak ada jalan nasional. Jalan yang ada adalah jalan provinsi dan jalan
kabupaten. Berdasarkan hasil kegiatan FGD dan workshop yang telah dilakukan
pemerintah daerah minta kepada pemerintah untuk memberikan jalan nasional kepada
kabupaten ini, mengingat kabupaten ini merupakan kabupaten yang berbatasan dengan
Negara tetangga. Kendala yang ada saat ini adalah terbenturnya di kriteria jalan yang ada
untuk menetapkan menjadi jalan nasional.
Pengurangan kawasan kumuh dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu perbaikan jalan
dan drainase, IPAL Kawasan, IPAL Komunal, Modul 3R, SPAM, dan pembangunan
kawasan RTH. Satuan investasi penanganan kawasan kumuh (Direktorat Pengembangan
Permukiman, Cipta Karya) terlihat pada tabel 5.10 berikut ini.
Tabel 5.10
Satuan Investasi Penanganan Kawasan
Kegiatan Investasi Penanganan Kumuh
Jalan dan Drainase Rp 1 Miliar / Ha
IPAL Kawasan Rp 7-8 Jt (250 kk)=Rp. 1,75-2M/ Ha
IPAL Komunal Rp 400 Jt/80 kk (+ Pemberdayaan 600 Jt)
Modul 3 R Rp 525 Jt/250 kk Kws (+ Pemberdayaan 620 jt)
SPAM Rp. 7.5 Jt (250 kk) = Rp 1.875M/ Ha
RTH Rp. 500 Rb/m2 (standar Luasan RTH 15% = 750 Jt/Ha)
Tabel 5.11
Proyeksi kebutuhan SR setiap kecamatan hingga tahun 2021
Estimasi
Jumlah Jumlah Idle Yang
Penduduk Penduduk Bisa Kebutuhan Kebutuhan
Kecamatan
Terlayani JP Dimanfaatkan SR L/detik
2021 2021 (L/detik)
Palmatak 12.698 7.619 7,20 1.185 12
Siantan Selatan 3.758 2.255 1,80 384 4
Siantan Timur 3.791 2.275 3,60 209 2
Siantan Tengah 3.143 1.886 4,50 22 0
Siantan 11.822 7.093 19,79 (206) (2)
Jemaja 6.492 3.895 14,40 (466) (5)
Jemaja Timur 2.335 1.401 9,00 (550) (5)
Total Kab Anambas 44.039 26.423 60 578 6
Sumber : Hasil Analisa, 2015
Dari data kebutuhan SR setiap kecamatan hingga tahun 2021, maka dapat dianalisis
kebutuhan program yang akan dilakukan dengan menentukan beberapa kriteria Prioritas
waktu pembangunan infrastruktur. Urutan prioritas yang dilakukan yaitu :
1. Prioritas 1 : Banyaknya jumlah penduduk yang belum terlayani SR hingga tahun 2021
2. Prioritas 2 : Kecamatan yang merupakan daerah kumuh
3. Prioritas 3 : Terdapat SPAM di kecamatan tersebut, tetapi terdapat idle capacity dari
SPAM yang ada
4. Prioritas 4 : Masih terdapat penduduk yang belum terlayani meskipun sudah dilakukan
pengurangan idle capacity dan penurunan NRW.
Tabel 5.12
Penentuan prioritas waktu pembangunan infrastruktur setiap kecamatan
Kecamatan Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas
4
GAP Penduduk Belum Daerah Ada Idle
Terlayani JP Kumuh
Palmatak x x x
Siantan Selatan x x x
Siantan Timur x x x
Siantan Tengah x x
Siantan x x x
Jemaja x x
Jemaja Timur x x
Sumber : Hasil Analisa, 2015
Kebutuhan Pendanaan Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021
3 Biaya TPA (Rp 225 juta/ton/hari) 1.326.184.087 1.394.309.540 1.464.969.958 1.538.248.488 -
Prognosis target pemenuhan sampah terlayani (%) 82% 88% 94% 100% 100%
Sumber : Hasil Analisa, 2015
PROGRAMDANKEGIATAN
keseimbangan alam. Namun karena berbagai kondisi banyak terjadi pembalakan liar
ataupun eksploitaasi SDA secara tidak bertanggungjawab yang sangat berpotensi
merusak lingkungan hidup. Karena itu pilihan kebijakan pembangunan infrastruktur
PUPOR dan Non PUPR di kawasan perbatasan Natuna - Anambas harus juga
memperhatikan pengaruhnya dalam melestarikan lingkungan hidup.
7. Kondisi Keterbatasan Infrastruktur PUPR dan Non PUPR
Banyak kawasan-kawasan di wilayah perbatasan yang masih sangat kekurangan
sarana dan prasarana dasar baik jaringan jalan maupun perumahan dan
permukiman. Karena itu kebijakan pembangunan infrastruktur PUPR dan Non PUPR
harus bisa menutup kekurangan pasokan sarana dan prasarana di berbagai kawasan
yang sangat kekurangan.
meliputi :
1. Rekonstruksi, peningkatan dan pelebaran jalan Arteri dari Teluk Buton – Kelarik
dengan perkiraan panjang jalan 46,65 km. Diharapkan kedepannya dapat
ditingkatkan menjadi Jalan Nasional.
2. Rekonstruksi dan perkerasan jalan Kolektor dari Batubi – Kelarik dengan panjang
jalan 26,49 km.
3. Rekonstruksi, peningkatan dan pelebaran jalan kolektor yang berfungsi sebagai
jalan masuk menuju Pelabuhan KKP Sabang Mawang, dengan panjang jalan 0,8
km.
4. Rekonstruksi dan peningkatan jalan masuk ke kawasan industry maritime di Teluk
Depeh, dengan panjang jalan 6,6 km.
5. Rekonstruksi dan peningkatan jalan masuk menuju kawasan wisata Batu Kasah,
dengan panjang jalan 4,4 km.
5.4.2. Rencana Strategis Infrastruktur PUPR Bidang Cipta Karya dan Perumahan
Rakyat
Program pembinaan dan pengembangan Infrastruktur Cipta Karya meliputi permukiman
dengan keluarannya adalah :
1. Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam
pengembangan kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/
kawasan bagi terwujudnya pembangunan permukiman, yang diukur dari
indikator kinerja outcome:
a. Jumlah Kabupaten/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan
mereplikasi Bantek Permukiman.
b. Jumlah Kabupaten/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan
mereplikasi Bantek bangunan gedung dan lingkungan.
c. Jumlah Kabupaten/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan
mereplikasi Bantek air limbah dan drainase.
PROGRAMDANKEGIATAN
d. Jumlah Kabupaten/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan
mereplikasi Bantek air minum.
e. Jumlah dukungan manajemen bidang permukiman.
f. Jumlah Kebijakan, Program Dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data
Informasi Serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman.
g. Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK.
2. Berkurangnya kawasan kumuh perkotaan, yang diukur dari indikator
kinerja outcome: Jumlah Kawasan kumuh di perkotaan yang ditangani.
3. Terlaksananya pembangunan rusunawa, yang diukur dari indikator kinerja
outcome: Jumlah rusunawa terbangun.
4. Menurunnya kesenjangan antar wilayah, yang diukur dari indikator
kinerja outcome:
a. Jumlah Kawasan Permukiman Perdesaan ditangani.
b. Jumlah Kawasan Pusat Pertumbuhan terbentuk.
5. Meningkatnya jumlah kelurahan/desa yang ditingkatkan infrastruktur
permukiman perdesaan/kumuh/nelayan, yang diukur dari indikator kinerja
outcome:
a. Jumlah desa tertinggal yang ditangani.
b. Jumlah Kelurahan/Desa yang yang meningkat kualitasnya melalui
pemberdayaan masyarakat.
BAB 5
kinerja outcome: Jumlah cakupan pelayanan persampahan.
9. Terlaksananya pembinaan kemampuan Pemda/PDAM, yang diukur dari
indikator kinerja outcome: Jumlah Kabupaten/Kota/PDAM yang memperoleh
pembinaan kemampuan.
10. Meningkatnya cakupan pelayanan air minum, yang diukur dari indikator
kinerja outcome: Jumlah cakupan pelayanan (kawasan) SPAM.
11. Tersedianya infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan mendesak, yang
diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah paket infrastruktur tanggap
darurat/kebutuhan mendesak.
5.4.3. Rencana Strategis Infrastruktur PUPR Bidang Sumber Daya Air (SDA)
Program Pengelolaan Sumber Daya Air, dengan keluarannya yaitu meningkatkan
kinerja pengelolaan sumber daya air, yang diukur dari indicator kinerja out come:
1. Cakupan layanan pendukung dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring,
dan evaluasi pengelolaan SDA.
2. Debit air layanan sarana/prasarana air baku untuk air minum yang dibangun
maupun direhabilitasi, dioperasikan dan dipelihara.
3. Kapasitas tampung sumber air yang dibangun/ditingkatkan, direhabilitasi,
dioperasikan dan dipelihara.
4. Jumlah kawasan sumber air yang dilindungi/dikonservasi.
5. Luas cakupan layanan jaringan irigasi yang dibangun/ditingkatkan,
direhabilitasi, dioperasikan dan dipelihara.
6. Luas cakupan layanan jaringan reklamasi rawa yang dibangun/
ditingkatkan, direhabilitasi, dioperasikan dan dipelihara.
7. Luas cakupan layanan jaringan irigasi air tanah yang dibangun/
ditingkatkan, direhabilitasi, dioperasikan dan dipelihara.
8. Luas cakupan layanan jaringan tata air tambak yang dibangun/
ditingkatkan, direhabilitasi, dioperasikan dan dipelihara.
9. Luas kawasan yang terlindungi dari bahaya banjir melalui pembangunan,
melalui rehabilitasi dan melslui pemelihaaan sarana/prasarana
pengendalian banji.
10. Volume lahar/sedimen yang dikendalikan melalui rehabilitasi, melalui
operasi dan pemeliharaan prasarana pengendalian lahar/sedimen.
11. Panjang garis pantai yang dilindungi dari bahaya abrasi melalui
pembangunan, melalui rehabilitasi, dan melalui pemeliharaan
sarana/prasarana pengamanan pantai.
Kawasan Tanjung Datuk merupakan kawasan industri dengan jenis industri dalam
kelompok industri kimia dasar dan hasil pengolahan perminyakan, struktur kawasan yang
disiapkan berupa :
a. Lahan industri, yang terdekat dari industri pupuk urea, industri penghasil
metanol, industri minuman non alkohol dan industri hasil pengolahan
perminyakan lainnya.
b. Lahan permukiman dan fasilitas pendukungnya seperti permukiman karyawan
industri, fasilitas pengolahan limbah industri yang terpusat.
c. Lahan jalur hijau untuk menjaga keseimbangan ekosistem di kawasan ini dan
ekosistem di Kawsan Natuna secara keseluruhan.
Sebagai ibukota Kecamatan maka kota Matak perlu disiapkan sarana dan prasarana
perkotaan yang memadai seperti fasilitas perkantoran dan permukiman, air bersih,
sanitasi, drainase dan penunjang lingkungan hidup lainnya.
Kota Matak telah memiliki Bandara Matak yang dimiliki oleh PT. Conoco, akan tetapi
sarana penunjang masih terbatas untuk pelayanan perusahaan migas yang berada di
sekitar lokasi kabupaten Kepulauan Anambas, sehingga sangat diperlukan perencanaan
pembangunan untuk memenuhi kebutuhan penduduk terhadap fasilitas adminsitrasi
pemerintahan daerah.
2. Minimnya sarana dan prasarana. Hal ini dapat dilihat mulai dari belum adanya
fasilitas yang lengkap, tidak ada sarana jalan, belum ada terminal, tidak memiliki
pelabuhan laut dan sarana angkutan, prasarana air terlebih lagi irigasi, demikian pula
dengan jangkauan pelayanan lainnya seperti sarana listrik dan telekomunikasi.
3. Akses menuju pulau-pulau kecil terluar sangat terbatas sehingga sulit mengharapkan
sektor perekonomian bisa berkembang secara alami.
4. Secara geografis terdapat pulau-pulau kecil terluar di daearah studi yang berjarak
lebih dekat dengan negara tetangga (seperti pulau-pulau terluar di wilayah Kepri),
begitu juga dengan sarana dan prasarananya, sehingga kegiatan ekonominya lebih
dipengaruhi oleh kegiatan yang terjadi di wilayah negara tetangga.
5. Arus informasi dari negara tetangga lebih dominan. Karena letaknya yang terisolir
pulau-pulau kecil terluar sulit dijangkau oleh teknologi komunikasi dan informasi
sehingga cenderung memanfaatkan informasi dari negara tetangga.
6. Rendahnya kualitas SDM. Salah satu faktor yang menentukan kualitas SDM adalah
tersedianya infrastruktur dasar seperti pendidikan, kesehatan dan perumahan.
Berdasarkan Raperpres KPN tahun 2015 yang telah disusun oleh Kementerian Agraria
dan Tata Ruang, secara khusus menyatakan rencana strategis pengembangan
infrastruktur di Kawasan Natuna – Anambas meliputi :
1. Peningkatan dan pengembangan prasarana dan sarana pelayanan tenaga listrik,
telekomunikasi, fasilitas sosial, dan fasilitas umum di PKSN Ranai dan PKW
Tarempa
2. Peningkatan dan pengembangan prasarana dan sarana air minum, jaringan
drainase, jaringan limbah, dan pengelolaan persampahandi PKSN Ranai dan PKW
Tarempa
3. Pembangunan Jaringan Jalan Kolektor Primer :
Menghubungkan Ranai-Pelabuhan Ranai
Menghubungkan Ranai-Bandar Udara Ranai
Menghubungkan Ranai-Simpang Ulu-Cemaga-Simpang Sekunyam-Selat
Lampa
Menghubungkan Ranai-Tanjung-Kelanga-Pengadah-Tanjung Datuk-Teluk
Buton
4. Pembangunan Jaringan Jalan Strategis Nasional :
Menghubungkan jaringan jalan lingkar Pulau Laut (sebagai satu kesatuan
dengan Pulau Sekatung)
Menghubungkan jaringan jalan lingkar Pulau Subi Kecil
Menghubungkan jaringan jalan lingkar Pulau Serasan
Gambar di atas memperlihatkan pulau-pulau kecil terluar yang berada di kawasan Natuna
– Anambas yaitu sebanyak 12 pulau yang meliputi :
1. Pulau Tokong Malang Biru
Berlokasi Desa Kiabu – Kecamatan Siantan – Kabupaten Kepulauan Anambas,
berbatasan dengan Malaysia.
Karakateristik dan Potensi SDA:
Pulau bukit batu, bervegetasi ketapang,
tebing dan curam
Tidak berpenghuni
Luasnya ± 1 Ha
Sumberdaya perikanan
Kondisi terumbu karang masih bagus
Menara suar setinggi 12 meter
Permasalahan :
Akses yang rendah
Berkembangnya kegiatan illegal
Arahan pengembangan :
Pembangunan sarana dan prasarana transportasi laut
Peningkatan pengawasan antar instansi yang terkait
Pengembangan perikanan terpadu
2. Pulau Damar
Berlokasi di Desa Air Abu - Kecamatan Jemaja – Kabupaten Kepulauan Anambas,
berbatasan dengan Malaysis.
Karakteristik dan Potensi SDA:
Berupa pulau berkarang
Pulau tidak berpenghuni dengan luas ± 0,25 km2
Vegetasi dominan tranaman liar dan semak belukar
Sumberdaya perikanan
Menara suar setinggi 22 meter
Permasalahan:
Akses yang rendah
Berkembangnya kegiatan illegal
Rawan terhadap abrasi dan kerusakan lingkungan
Arahan Pengembangan:
Pembangunan sarana dan prasarana transportasi laut
Peningkatan pengawasan antar instansi yang terkait
Pengembangan perikanan terpadu
Pengembangan kawasan konservasi
3. Pulau Mangkai
Berlokasi di Desa Keramut – Kecamatan Jemaja – Kabupaten Kepulauan Anambas,
berbatasan dengan Malaysia.
Karakteristik dan Potensi SDA:
Pulau berbentuk bukit dan memiliki pantai pasir putih dan sustrat batuan
Pulau tidak berpenghuni dengan luas ± 30 Ha
Vegetasi dominan pohon kelapa dan semak belukar
Sumberdaya perikanan
Permasalahan:
Akses yang rendah
Berkembangnya kegiatan illegal
Arahan Pengembangan:
Pembangunan sarana dan prasarana transportasi laut
Peningkatan pengawasan antar instansi yang terkait
Pengembangan perikanan terpadu
Pengembangan kawasan konservasi
7. Pulau Semiun
Berlokasi di Desa Air Payang – Kecamatan Pulau Laut – Kabupaten Natuna,
berbatasan dengan Malaysia dan Vietnam
Karakteristik dan Potensi SDA:
Pulau berbukit dan berbatu serta tebing curam
Pulau tidak berpenghuni luas ± 8 km2
Vegetasi dominan pohon kelapa dan semak
belukar
Sumberdaya perikanan
Tempat bertelurnya penyu
Permasalahan:
Akses yang rendah
Berkembangnya kegiatan illegal
Arahan Pengembangan:
Pembangunan sarana dan prasarana transportasi
laut
Peningkatan pengawasan antar instansi yang terkait
Pengembangan perikanan terpadu
Pengembangan kawasan konservasi penyu
8. Pulau Sebetul
Berlokasi di Desa Air Payang – Kecamatan Pulau Laut – Kabupaten Natuna,
berbatasan dengan Vietnam
9. Pulau Sekatung
Berlokasi di Desa Tanjung Pala - Kecamatan Pulau Laut – Kabupaten Natuna,
berbatasan dengan Vietnam
Karakteristik dan Potensi SDA:
Pulau berbukit/gunung
Berpenghuni warga transmigran dan TNI AL
Luas ± 20 km2
Tipe pantai pasir berbatu
Vegetasi dominan semak belukar dan pohon
keras
Sumberdaya perikanan (teripang)
Menara suar setinggi 26 meter
Permasalahan:
Akses yang rendah
Berkembangnya kegiatan illegal
Pemeliharaan sarana bantu navigasi
Arahan Pengembangan:
Pembangunan sarana dan prasarana
transportasi laut
Peningkatan pengawasan antar instansi yang terkait
Pengembangan perikanan terpadu (budidaya teripang)
BAB
6