Anda di halaman 1dari 166

SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BAB
PENDAHULUAN
I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Berdasarkan UU Nomor 32 tahun 2014 tentang Kelautan, wilayah laut Indonesia
mencakup wilayah perairan, wilayah yurisdiksi, serta laut lepas dan kawasan dasar laut
internasional. Di dalam wilayah laut tersebut, Indonesia berhak melakukan pengelolaan
dan pemanfaatan kekayaan alam dan lingkungan laut dengan tetap mematuhi hukum laut
internasional dan kebijakan pengelolaan bersama dengan negara lainnya.

Kebijakan yang diterapkan dalam pengembangan kawasan di perbatasan darat dan laut
tentunya berbeda. Di perbatasan darat, akan lebih banyak upaya pembangunan dalam
rangka membangun rasa nasionalisme dari warga negara serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat yang tentunya sering melakukan aktifitas yang
bersentuhan dengan masyarakat di negara tetangga.

Sedangkan di perbatasan laut, dengan batas-batas yang lebih imajiner dan masyarakat
yang masih terbatas, fokus utama lebih kepada pengamanan batas-batas laut dengan
pengelolaan sumber daya laut. Sejauh ini illegal fishing di kawasan perbatasan laut masih
sering terjadi termasuk diantaranya di perbatasan negara yang berada di Natuna.

Laut Natuna dikenal sebagai penghasil sumber daya energi dan sumber daya laut yang
sangat potensial. Perlu adanya suatu rencana pengembangan kawasan perbatasan di
Natuna yang nantinya dapat memberikan kesejahteraan tidak saja bagi kawasan tersebut,
namun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Wilayah perbatasan ini juga perlu menjadi perhatian dikarenakan lokasi ini menjadi pusat
lalu lintas orang dan barang antar negara. Berdasarkan kondisi eksisting yang ada,
kawasan perbatasan di wilayah Indonesia mengalami permasalahan terkait infrastruktur,
pelayanan masyarakat,aktivitas perekonomian. Hal ini berdampak pada rendahnya
kualitas lingkungan, kesejahteraan masyarakat, pertahanan dan keamanan.

Jika memperhatikan potensi dan permasalahan yang ada, maka diperlukan suatu upaya
rencana pembangunan dalam rangka pengembangan kawasan strategis di Kawasan
Perbatasan laut Cina Selatan di Natuna sehingga dapat memberikan kesejahteraan,
keamanan dan dapat memberikan intervensi terhadap peningkatan kualitas lingkungan
yang lebih baik. Rencana pembangunan ini diharapkan dapat memprioritaskan

EXECUTIVE SUMMARY 1-1


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

pembangunan infrastruktur dan sarana dan prasarana lainya, yang akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat karena lancarnya perputaran roda ekonomi masyarakat.

Selanjutnya pengembangan infrastruktur mempunyai peranan penting dalam


pengembangan kawasan dan merupakan kunci bagi perkembangan perekonomian, untuk
itu konsep pengembangan kawasan ke depan difokuskan pada pengembangan
infrastruktur strategis wilayah dalam upaya mendorong sentra ekonomi unggulan dan
dalam rangka pemerataan pembangunan di Indonesia.

Pembangunan berbasis WPS merupakan suatu pendekatan pembangunan yang


memadukan antara pengembangan wilayah dengan “market driven” mempertimbangkan
daya dukung dan daya tampung lingkungan serta memfokuskan pengembangan
infrastruktur pada suatu wilayah strategis dalam rangka mendukung percepatan
pertumbuhan kawasan strategis dan mengurangi disparitas antar kawasan di dalam WPS.

Untuk itu diperlukan keterpaduan perencanaan antara infrastruktur dengan


pengembangan kawasan strategis dalam WPS, seperti perkotaan, industri, dan
maritim/pelabuhan industri dan Sinkronisasi Program antar infrastruktur yang mendukung
pertumbuhan kawasan-kawasan di dalam WPS (fungsi, lokasi, waktu, besaran, dan
dana).

Kawasan Natuna – Anambas yang berada di Provinsi Kepulauan Riau dinyatakan


keberadaannya melalui penetapan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN sebagai
Kawasan Strategis Nasional. Kawasan ini termasuk dalam wilayah kerjasama ekonomi
subregional (KESR) negara-negara ASEAN, yang tergabung dalam Indonesia-Malaysia-
Thailand Growth Triangle (IMT-GT) dan Indonesia-Malaysia-Singapura Growth Triangle
(IMS GT). Kawasan tersebut dinilai sangat strategis pada pengembangan di bidang
sector/komoditas unggulan berbasis sumberdaya alam seperti pertanian, agroindustry,
perikanan, perkebunan, dan pertambangan, yang mana memerlukan dukungan
transportasi oleh infrastruktur PUPR dan sectoral yang berfungsi unbtuk pemasaran hasil
sumber daya alam tersebut.

Posisi strategis ini dapat dipandang sebagai peluang dan potensi pasar, oleh karena itu
kawasan ini dipandang perlu didukung oleh berbagai rencana pengembangan
infrastruktur dalam upaya meningkatkan konektivitas antar kawasan.

Dalam rangka percepatan pengembangan kawasan tersebut, perlu disusun rencana


Pengembangan (development plan) yang meliputi rencana jalan akses antarpusat
kawasan, penyiapan infrastruktur pendukung kawasan, dan penyiapan rencana
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan, serta prasarana/sarana sector lainnya dalam
rangka pengembangan kawasan untuk kegiatan sektor unggulan.

Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, Kementerian Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat telah menyusun konsep percepatan pengembangan kawasan
tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, dibutuhkan kegiatan untuk
menindaklanjutinya dengan penyusunan rencana pembangunan Kawasan Natuna -
Anambas. Kegiatan rencana pembangunan Kawasan Natuna - Anambas tersebut
diharapkan dapat memberi arahan pembangunan dan perwujudan struktur ruang di
kawasan tersebut yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta potensi
ekonomi kawasan tersebut.

EXECUTIVE SUMMARY 1-2


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Dalam kegiatan penyusunan rencana pengembangan Kawasan Natuna - AnambasToraja,


lingkup wilayahnya ditetapkan sesuai dengan penetapan WPS Kawasan Perbatasan laut
Cina Selatan di Natuna, dimana Kawasan Natuna - Anambas merupakan bagian dari
WPS tersebut

1.2. TUJUAN
Tujuan dilaksanakannya pekerjaan ini adalah menyusun rencana pengembangan antar
kawasan sebagai dokumen acuan bagi “Rencana Pengembangan Keterpaduan
Infrastruktur pada Wilayah di Kawasan Perbatasan Indonesia-laut Cina Selatan di
Natuna”.

1.3. SASARAN
Sasaran dilaksanakannya pekerjaan ini adalah :
a. Profil wilayah pengembangan strategis kawasan perbatasaan Indonesia – laut
Cina Selatan di Natuna.
b. Wilayah pengembangan strategis/kawasan yang dituju di Anambas dan Natuna.
c. Strategi pengembangan wilayah/kawasan Anambas - Natuna
d. Rencana strategis infrastruktur wilayah WPS Anambas – Natuna
e. Indikasi program infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk
pengembangan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) Perbatasan Indonesia-
laut Cina Selatan di Natuna Tahun 2017.

1.4. RUANG LINGKUP


1.4.1. Ruang Lingkup Kegiatan
1) Kegiatan dilaksanakan mencakup seluruh kabupaten/kota yang berada pada
Kawasan Perbatasan Indonesia-laut Cina Selatan di Natuna yaitu Provinsi Kepulauan
Riau.
2) Lingkup Pendataan :
a. Kebutuhan data/dokumen yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini paling sedikit
dan tidak terbatas pada:
b. Data Statistik Administrasi-Ekonomi-Sosial-Budaya dan potensi daerah
(provinsi/kab/kota dalam angka, dll).
c. Dokumen-dokumen Rencana Tata Ruang (RTR, KSN, RTRW
provinsi/kab/kota terkait)
d. Data ketersediaan infrastruktur eksisting (PUPR dan lainnya)
e. Peta dasar dan Citra satelit wilayah studi (Peta RBI 1:25.000 dan citra
dan/atau interpretasi citra terkini resolusi tinggi)
f. Data geologi (fisik, kebencanaan, pertambangan)
g. Data primer (survey lapangan sesuai kebutuhan studi dan melengkapi
kekurangan/update data sekunder)
h. Dokumen perencanaan terkait (daerah dan sektoral)
3) Ruang Lingkup Substansi
a. Kompilasi
b. Analisis
c. Penyusunan Laporan

EXECUTIVE SUMMARY 1-3


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

1.4.2. Ruang Lingkup Wilayah

Kegiatan dilaksanakan mencakup wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas dan


Kabupaten Kepulauan Natuna yang berada pada Kawasan Perbatasan Indonesia-
lautCina Selatan di Natuna.

Gambar 1.1. Lingkup Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kepuluan Natuna
sebagai bagian dari Provinsi Kepulauan Riau.

1.5. METODOLOGI PENDEKATAN


Pendekatan dalam analisis dan perhitungan didasarkan atas hasil kajian menggunakan
tiga metode studi, yaitu (1) desk study , (2) secondary data analysis, dan (3) survey dan
obeservasi denganbeberapa kegiatan yang harus dipenuhi oleh penyedia jasa dalam
kegiatan ini adalah:
1) Strategi Pengembangan Wilayah (SPW), Dalam menyusun Strategi Pengembangan
Wilayah, analisis yang dilakukan meliputi:
a. Analisis Kebijakan Ruang, Pada tahapan ini dilakukan analisis pengaruh kebijakan
pemerintah pusat (RTR Kawasan, RTR Wilayah, Sistem transportasi, dsb),
provinsi maupun kabupaten yang berkaitan dengan pekerjaan. Selanjutnya
dibutuhkan juga kajian menganai peraturan perundang-undangan, norma, standar,
peraturan dan ketentuan yang berlaku.
b. Analisis Kependudukan, Analisis ini meliputi demografi, Sosial Ekonomi, Sosbiud,
dan kearifan lokal. Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia- laut Cina
Selatan di Natuna memberi dampak peralihan pada pola kegiatan sosial, budaya
dan ekonomi maupun habitat ruang perairan masyarakat sebelum
Pengembangan. Aspek kependudukan yang diakumulasi dalam jaringan sosial,
budaya, pariwisata, dan ekonomi di Kawasan Perbatasan Indonesia-laut Cina
Selatan di Natuna memanfaatkan ruang darat dan perairan/pantai. Perubahan
terjadi harus menyesuaikan peralihan fungsi kawasan dan pola ruang kawasan.
Selanjutnya, perubahan di atas berimplikasi pada perubahan ketersediaan jenis
lapangan kerja baru dan bentuk keragaman/diversifikasi usaha baru yang
ditawarkan.

EXECUTIVE SUMMARY 1-4


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

c. Analisis Teknis Perencanaan Kawasan Inkubasi, Analisis kebutuhan bangunan,


infrastruktur dan prasarana lainnya yang perlu dibangun untuk menunjang aktivitas
kawasan inkubasi dan menghasilkan masterplan kawasan inkubasi yang
dilengkapi dengan list of project untuk pengembangan kawasan.

2) Rencana Strategis Infrastruktur Wilayah (RSI), Dalam menyusun Rencana Strategis


Infrastruktur Wilayah, analisis yang dilakukan meliputi:
1. Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Analisis ini merupakan kajian terhadap daya
dukung dan daya tampung kawasan dikaitkan dengan rencana pengembangan
yang akan dilakukan. Hasil dari analisis aspek lingkungan berupa rekomendasi
kesesuaian lahan untuk pembangunan infrastruktur dan pengembangan produksi
kawasan.
2. Analisis Aspek Ekonomi, Dalam tahapan ini dilakukan analisis potensi komoditas
utama (unggulan) dan analisis backward and forward linkage dari komoditas
tersebut. Selain itu diperlukan analisis economic Internal Rate of Return (EIRR)
3. Aspek keterpaduanMencakup keterpaduan infrastruktur sektor lain, infrastruktur
daerah, dan infrastruktur yang dibangun oleh masyarakat/dunia
usaha.Perencanaan keterpaduan Kawasan Perbatasan Indonesia-laut Cina
Selatan di Natuna harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Pola pergerakan kendaraan di ruas-ruas jalan harus terintegrasi terhadap
kerangka utama/coastal road;
b. Kawasan harus menyediakan kanal-kanal dan atau ruang perairan lain untuk
aksesibilitas dan integrasi antara pusat kawasan dan sub-sub wilayah kota;
c. Harus mudah diakses dan terintegrasi dengan sistem kota dari prasarana dan
sarana di perairan, darat dan udara;
d. Pola pergerakan dan transportasi darat dan perairan harus memiliki variasi
integrasi dan variasi transportasi berdasarkan sistem transportasi yang
berlakuPerencanaan manajemen sistem transportasi dan kelengkapan sarana
penunjang transportasi.
e. Prasarana dan sarana jalan dan transportasi meliputi jaringan jalan dan
jembatan, terminal, dan pelabuhan/dermagayang dibutuhkan untuk menunjang
aktivitas kawasan. Termasuk dalam perencanaan tersebut adalahpenyediaan
sarana angkutan umum untuk penumpang dan barang. Cara pengaturan jalan
dan transportasi yang harus diperhatikan:
 Kebutuhan transportasi dan pola pergerakan lalu lintas;
 Jenis moda dan intensitas yang diperlukan;
 Tingkat pelayanan dan fasilitas pelengkap yang dibutuhkan.
 Penyediaan sistem drainase kawasan meliputi: saluran air hujan, saluran
kolektor, bangunan pengendali banjir, polder, dan stasiun pompa;
 Penyediaan jaringan prasarana pengaira (jaringan air bersih, air kotor,
dan air baku untuk keperluan kawasan);
 Penyediaan jaringan prasarana energi untuk menunjang kebutuhan
tenaga listrik dan telekomunikasi kawasan;
 Penyediaan jaringan persampahan.
f. Analisis Daya Dukung Tanah dan Rona Lingkungan
g. Analisis daya dukung tanah dan rona lingkungan dilakukan setelah dilakukan
penyelidikan tanah, pemetaan kontur dan identifikasi fisik lingkungan lainnya
yang diperlukan pada alternatif lokasi pembangunan anjungan cerdas.

3) Rencana Program jangka menengah infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat (PUPR), Dalam menyusun Rencana Program, analisis yang dilakukan
meliputi:

EXECUTIVE SUMMARY 1-5


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

1. Analisis Teknis, Analisis kebutuhan infrastruktur untuk menunjang pengembangan


produksi kawasan, analisis kekuatan infrastruktur eksisting, analisis infrastruktur
menunjang backward and forward linkage produksi kawasan, analisis development
impact and benefit pembangunan infrastruktur PUPR
2. Analisis Daya Ungkit (Multiplier Effect Analysis), Pertimbangan efek daya ungkit
ekonomi dan sosial di suatu kawasan (kuantitatif & kualitatif) akibat dari
pembangunan infrastruktur PUPR kawasan Analisis ini mengupayakan metode
input-output analisis yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing ekonomi
suatu kawasan dengan adanya ketersediaan infrastruktur PUPR
3. Analisis Sumber Pembiayaan & Kemitraan, Dalam pelaksanaan pengembangan
kawasan dibutuhkan penganggaran/pembiayaan yang telah direncanakan melalui
APBN, APBD, PPP, donor, maupun hibah. Oleh karena itu diperlukan
kesepakatan dan sinkronisasi antara Pemerintah Pusat, pemerintah daerah, dan
swasta dalam penyusunan penganggaran tersebut.

Secara garis besar susunan metodologi yang akan dilakukan meliputi :


1) Tahap Persiapan Dan Koordinasi
a. Persiapan Tim dan Mobilisasi Tim
b. Mempersiapkan kerangka koordinasi dan integrasi hasil kegiatan sebelumnya
(lintas K/L)
c. Pemantapan dan mensepakati metodologi dan rencana kerja rinci
d. Penyiapan skenario awal dan tahapan kegiatan di pusat dan daerah melalui
koordinasi dan konsultasi dengan Satker, PPK, Instansi K/L dan instansi di
lokasi di tingkat provinsi maupun kabupaten
e. Mempersiapkan rencanaawal dan kesepakatan jadwal rapat-rapat, diskusi dan
FGD
f. Melakukan Inventarisasi hasil kajian literatur terhadap kebijakan, hasil studi
Kementerian dan Lembaga (Bappenas, Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Dalam Negeri, BNPP) terkait rencana normatif yang berkaitan
penanganan kawasan perbatasan laut di Natuna.
g. Mempersiapakan bahan/materi awal untuk koordinasi dan konsolidasi instansi
terkait rencana normatif yang berkaitan kebutuhan rencana program
infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk pengembangan
Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) Perbatasan Indonesia - laut Cina
Selatan di Natuna.
h. Menyiapkan rancangan panduan pendataan lapangan serta ketetapan
sementara kriteria dan paramater dalam penyiapan produk strategi
pengembangan wilayah, rencana strategis infrastruktur wilayah, dan rencana
program infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk
pengembangan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) Perbatasan
Indonesia - laut Cina Selatan di Natuna.

2) Tahap Koordinasi Di Tingkat Provinsi Dan Kabupaten/Kota


a. Mengadakan pertemuan di tingkat provinsi untuk mengetahui update data-data
Data Statistik Administrasi-Ekonomi-Sosial-Budaya dan potensi daerah
(provinsi/kab/kota dalam angka, dll) dan Data ketersediaan infrastruktur
eksisting (PUPR dan lainnya), dengan mengundang instansi dan unsur yang
terkait (SKPD, BNPP, Hankam, Kelautan)
b. Mendapatkan kebutuhan awal pengembangan infrastruktur perbatasan
priorotas melalui rumusan dokumen updating dokumen usulan
pembangunan/program di tingkat provinsi dan kabupaten

EXECUTIVE SUMMARY 1-6


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

c. Identifikasi awal terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul dalam


penanganan program infrastruktur bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat untuk pengembangan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS)
Perbatasan Indonesia - laut Cina Selatan di Natuna.
d. Membicarakan dan mensepakati batasan wilayah, deleniasi kawasan dan
pusat pengembangan kawasan yang dipersiapkan untuk penyiapan wilayah
pengembangan strategis (WPS) Perbatasan Indonesia - laut Cina Selatan di
Natuna.
e. Menginformasikan tujuan, sasaran dan proses penyiapan Strategi
Pengembangan Wilayah (SPW), Rencana Strategis Infrastruktur Wilayah
(RSI), Rencana Program jangka menengah infrastruktur Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (RP) kepada pemerintah Provinsi dan Kabupaten
f. "Menyepakati jadwal diskusi, wawancara dan FGD dengan provinsi dan
kabupaten/kota dalam proses penyiapan Strategi Pengembangan Wilayah
(SPW), Rencana Strategis Infrastruktur Wilayah (RSI), Rencana Program
jangka menengah infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (RP)
Kawasan perbatasan Natuna

3) Tahap Survey Penyiapan SPW, RSI, DAN RP Kawasan Perbatasan Di Natuna


a. Melakukan pra koordinasi dengan pemerintah daerah provinsi dan kab/kota
terkait rencana kunjungan survey, terutama terkait data lokasi, teknis
pendataan teknis pencapaian lokasi dan waktu pelaksanaan survey
b. Melakukan koordinasi di tingkat pemerintah Kab/kota melalui instansi
Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum BNPP, terkait kriteria, paramater dan
kesesuaian data-data sekunder maupun aspek legal yang dimiliki
c. Melakukan kunjungan lokasi dalam rangka pemutakhiran data kawasan ,
khususnya menterjemahkan kondisi dan kebutuhan Rencana Strategis
Infrastruktur Wilayah (RSI), Rencana Program jangka menengah infrastruktur
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Kawasan perbatasan Natuna
d. Kunjungan dan melakukan pendataan di tingkat kecamatan
e. Berkoordinasi dan melakukan pendataan di tingkat desa (site ) kawasan inti
inkubasi yang akan disiapkan Rencana Tapaknya, dengan melibatkan staf
kecamatan,staf desa, BKM setempat
f. Melakukan wawancara dengan tokoh dan warga masyarakat terkait
permasalahan infrastruktur dan kebutuhan penanganan serta
pengembangannya
g. Melakukan pendataan teknis rinci di lokasi : pemetaan, foto, info grafis, lembar
kuesioner
h. Menyusun dan mensepakati berita acara hasil pendataan primer di lapangan
terkait : kebutuhan infrastruktur, lokasi inti kawasan inkubasi, kebutuhan awal
program sebagai input Rencana Program jangka menengah infrastruktur
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Kawasan perbatasan Natuna.

4) Tahap Kompilasi Data Hasil Identifikasi Dan Inventarisasi Penyiapan SPW,


RSI, Dan RP Kawasan Perbatasan Di Natuna
a. Penyesuaian data-data statistik pendukung ditiap lokasi, dengan data-data
hasil kegiatan primer
b. Konsolidasi pemetaan lokasi perbatasan Natuna dengan pengggunaan GIS-
MAP terutama terkait dengan ketersediaan peta daerah provinsi, kabupaten,
kecamatan dan desa
c. Kompilasi kebijakan dan status kegiatan terkini di tiap-tiap lokasi berdasar
pada dokumen dan program kerja pemerintah daerah terkini

EXECUTIVE SUMMARY 1-7


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

d. Kompilasi profil lokasi hasil pendataan menyangkut : foto video, dokumen, peta
dan data pendukung lainnya yang akan dipergunakan dalam tahap analisis
e. Kompilasi data-data kebutuhan tahap analisis : data statistik, data ekonomi,
sosial, potensi daerah, produk tata ruang, ketersediaan infrastruktur terkini,
data perencanaan sektoral.

5) Tahap Analisa Penyiapan SPW, RSI, Dan RP Kawasan Perbatasan Di Natuna


a. Analisis penyiapan Strategi Pengembangan Wilayah (SPW)
i. Analisis Kebijakan Ruang, meliputi analisis pengaruh kebijakan
pemerintah pusat (RTR Kawasan, RTR Wilayah, Sistem transportasi,
dsb), dan kajian menganai peraturan perundang-undangan, norma,
standar, peraturan dan ketentuan yang berlaku
ii. Analisis Kependudukan, meliputi demografi, Sosial Ekonomi, Sosbiud, dan
kearifan lokal, dampak peralihan pada pola kegiatan sosial, budaya dan
ekonomi maupun habitat ruang perairan masyarakat sebelum
Pengembangan, dan diakumulasi dalam jaringan sosial, budaya,
pariwisata, dan ekonomi di Kawasan Perbatasan Indonesia-laut Cina
Selatan di Natuna
iii. Analisis Teknis Perencanaan Kawasan Inkubasi, meliputi Analisis
kebutuhan bangunan, infrastruktur dan prasarana lainnya yang perlu
dibangun untuk menunjang aktivitas kawasan inkubasi dan
menghasilkan masterplan kawasan inkubasi yang dilengkapi dengan list
of project untuk pengambangan kawasan.
b. Analisis Penyiapan Rencana Strategis Infrastruktur Wilayah (RSI)
i. Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, meliputi kajian terhadap daya
dukung dan daya tampung kawasan dikaitkan dengan rencana
pengembangan yang akan dilakukan, dan kesesuaian lahan untuk
pembangunan infrastruktur dan pengembangan produksi kawasan
ii. Analisis Aspek Ekonomi, meliputi analisis potensi komoditas utama
(unggulan) dan analisis backward and forward linkage dari komoditas dan
melakukan analisis Economic Internal Rate Of Return (EIRR)
iii. Analisis Aspek keterpaduan, Mencakup keterpaduan infrastruktur sektor
lain, infrastruktur daerah, dan infrastruktur yang dibangun oleh
masyarakat/dunia usaha.
iv. Analisis keterpaduan Kawasan Perbatasan Indonesia-laut Cina Selatan di
Natuna untuk Pola pergerakan kendaraan di ruas-ruas jalan harus
terintegrasi terhadap kerangka utama/coastal road
v. Analisis keterpaduan Kawasan Perbatasan Indonesia-laut Cina Selatan di
Natuna untuk kanal-kanal dan atau ruang perairan lain untuk aksesibilitas
dan integrasi antara pusat kawasan dan sub-sub wilayah kota
vi. Analisis keterpaduan Kawasan Perbatasan Indonesia-lautCina Selatan di
Natuna untuk aksesibilitas yang terintegrasi dengan sistem kota dari
prasarana dan sarana di perairan, darat dan udara
vii. Analisis keterpaduan Kawasan Perbatasan Indonesia-laut Cina Selatan di
Natuna untuk Pola pergerakan dan transportasi darat dan perairan harus
memiliki variasi integrasi dan variasi transportasi berdasarkan sistem
transportasi yang berlaku
viii. Analisis keterpaduan Kawasan Perbatasan Indonesia-lautCina Selatan di
Natuna untuk Prasarana dan sarana jalan dan transportasi meliputi
jaringan jalan dan jembatan, terminal, dan pelabuhan/dermaga yang
dibutuhkan untuk menunjang aktivitas kawasan

EXECUTIVE SUMMARY 1-8


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ix. Analisis keterpaduan Kawasan Perbatasan Indonesia-laut Cina Selatan di


Natuna untuk Penyediaan jaringan prasarana pengairan (jaringan air
bersih, air kotor, dan air baku untuk keperluan kawasan)
x. Analisis keterpaduan Kawasan Perbatasan Indonesia-lautCina Selatan di
Natuna untuk Penyediaan jaringan prasarana energi untuk menunjang
kebutuhan tenaga listrik dan telekomunikasi kawasan
xi. Analisis Analisis Daya Dukung Tanah dan Rona Lingkungan, meliputi
daya dukung tanah dan rona lingkungan dilakukan setelah dilakukan
penyelidikan tanah, pemetaan kontur dan identifikasi fisik lingkungan
lainnya yang diperlukan pada alternatif lokasi pembangunan anjungan
cerdas.
c. Analisis penyiapan Rencana Program jangka menengah infrastruktur
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
i. Analisis Teknis, meliputi kebutuhan infrastruktur untuk menunjang
pengembangan produksi kawasan, analisis kekuatan infrastruktur
eksisting, analisis infrastruktur menunjang backward and forward linkage
produksi kawasan, analisis development impact and benefit
pembangunan infrastruktur PUPR
ii. Analisis Daya Ungkit (Multiplier Effect Analysis), meliputi efek daya
ungkit ekonomi dan sosial di suatu kawasan (kuantitatif & kualitatif)
akibat dari pembangunan infrastruktur PUPR kawasan, melalui metode
input-output analisis untuk meningkatkan daya saing ekonomi suatu
kawasan dengan adanya ketersediaan infrastruktur PUPR
iii. Analisis Sumber Pembiayaan dan Kemitraan, mencakup kebutuhan
penganggaran/pembiayaan yang telah direncanakan melalui APBN,
APBD, PPP, donor, maupun hibah melalui sinkronisasi antara
Pemerintah Pusat, pemerintah daerah, dan swasta dalam penyusunan
penganggaran tersebut .

6) Tahap Penyusunan Rencana Tapak Prioritas Di Kawasan Inkubasi


a. Menyusun dan mensepakati Konsep desain anjungan cerdas dan site inti
kawasan inkubasi
b. Menyusun dan mensepakati kebutuhan penangaanan dan pengembangan
infrastruktur mendesak dan angka menengah
c. Menyusun Dokumen RENCANA TAPAK
d. Menyiapkan Dokumen Pendukung Pelaksanaan dan Kontrak

7) Tahap Penyiapan Hasil Akhir Dan Produk Kegiatan


a. Penyusunan dan Finalisasi Produk Strategi Pengembangan Wilayah (SPW)
b. Penyusunan dan Finalisasi Rencana strategis infrastruktur wilayah (RSI)
c. Finalisasi Program jangka menengah infrastruktur Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat dalam periode 5 (lima) tahun
d. Finalisasi Produk rencana tapak anjungan cerrdas di kawasan inkubasi dan
penyediaan dokumen pendukung pelaksanaannya.

8) Tahap Penguatan : FGD Dan Workshop


a. FGD untuk memperkuat dan mensepakati produk Strategi Pengembangan
Wilayah (SPW) dan Rencana StrategisInfrastruktur (RSI)
b. Workshop untuk memperkuat dan mensepakati Program jangka menengah
infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam
periode 5 (lima) tahun dan Produk Rencana Tapakdi kawasan inkubasi.

EXECUTIVE SUMMARY 1-9


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

9) Tahap Pelaporan Hasil Kerja


a. Penyiapan dan diskusi Laporan Pendahuluan
b. Penyiapan dan diskusi Laporan Antara
c. Penyiapan dan Diskusi Laporan Akhir
d. Penyiapan Laporan Ringkasan eksekutif
e. Penyiapan Laporan Bulanan
f. Penyiapan Buku Prosiding
g. Penyiapan laporan Penyusunan Rencana Tapak dan dokumen
pendukungnya
h. Penyiapan peta dan data hasil kegiatan

Selanjutnya untuk memperjelas uraian di atas, Gambar 1.2 berikut memperlihatkan


skematik metodologi kegiatan ini.

EXECUTIVE SUMMARY 1 - 10
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Gambar 1.2. Bagan Alir Metodologi dan Pendekatan Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia – Laut Cina
Selatan di Natuna

EXECUTIVE SUMMARY 11
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BAB
II
PROFIL KAWASAN PERBATASAN
NATUNA – ANAMBAS
2.1 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN
KAWASAN PERBATASAN
2.1.1 Isu dan Permasalahan Strategis
Permasalahan pengembangan dan pembangunan kawasan perbatasan di Indonesia
secara umum diklasifikasikan menjadi tiga dimensi, yakni :
1. Permasalahan berdimensi lokal, seperti permasalahan kondisi geografis/ topografi
dan kemiskinan.Salah satu bentuk permasalahan geografis ini adalah garis perbatasan
wilayah negara yang tidak jelas, akibat rusaknya patok-patok di perbatasan (terutama
di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur). Sementara kemiskinan akibat
keterisolasian kawasan menjadi pemicu tingginya keinginan masyarakat setempat
menjadi pelintas batas ke Malaysia berlatar-belakang untuk memperbaiki
perekonomian masyarakat mengingat tingkat perekonomian Malaysia lebih
berkembang.
2. Permasalahan berdimensi nasional dengan dimensi nasional berupa kegiatan
ekonomi illegal, seperti terjadinya penyelundupan dan pemasaran yang berorientasi ke
luar, maupun terjadinya praktek illegal logging di beberapa wilayah yang kaya dengan
hasil hutannya.
Praktik penyelundupan dan pemasaran yang berorientasi ke luar bisa jadi merupakan
akibat dari faktor belum berkembangnya komoditas unggulan yang sinergis dengan
industri pengolahan. Sementara praktek illegal logging dan eksploitasi sumberdaya
alam yang berlebihan merupakan akibat dari kurangnya koordinasi antarpelaku dan
pihak pemerintah setempat dalam mengawasi dan mengelola sumberdaya alam.
Illegal logging juga terkait dengan pengrusakan patok-patok batas negara yang
dilakukan untuk meraih keuntungan dalam penjualan kayu. Depertemen Kehutanan
pernah menaksir setiap bulannya sekitar 80.000-100.000 m3 kayu ilegal dari
Kalimantan Timur dan sekitar 150.000 m3 kayu ilegal dari Kalimantan Barat masuk ke
Malaysia.
Bentuk lain permasalahan yang berdimensi nasional adalah permasalahan yuridis dan
hukum/kelembagaan. Sebagai contoh adalah kasus Perum Perhutani yang ditugasi
Pemerintah untuk mengelola HPH eks PT. Yamaker di perbatasan Kalimantan-
Malaysia baru didasari oleh SK Menhut No. 3766/Kpts-II/1999 tanggal 27 Mei 1999.
Pada kenyataannya, PT Perhutani juga bertugas untuk menata kembali wilayah
perbatasan dalam rangka pelestarian sumber daya alam, perlindungan dan
pengamanan wilayah perbatasan dan pengelolaan hutan dengan sistem tebang pilih.

EXECUTIVE SUMMARY 12
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Padahal pada dasarnya, tugas ini bersifat lintas sektoral dan lintas wilayah sehingga
diperlukan dasar hukum yang lebih tinggi.
3. Permasalahan berdimensi regional, seperti kesenjangan sosial antara penduduk
negeri sendiri dengan penduduk negara tetangga, pergeseran garis tapal batas,
permasalahan pertahanan dan keamanan regional, serta permasalahan pengelolaan
kawasan lindung lintas negara yang belum terintegrasi dalam kerjasama bilateral
kedua negara. Misalnya, keberadaan Taman Nasional Kayan Mentarang yang terletak
di Kabupaten Malinau dan Nunukan, di sebelah Utara Kalimantan Timur, sepanjang
perbatasan dengan Sabah Malaysia, seluas 1,35 juta hektar. Taman ini merupakan
habitat lebih dari 70 spesies mamalia, 315 spesies unggas dan ratusan spesies
lainnya. Tanpa kesepakatan bilateral kedua negara mengenai pengelolaan kawasan
lindung ini, maka dikhawatirkan akan terjadi penelantaran bahkan mungkin juga over-
eksploitasi habitat yang seharusnya dilindungi, sehingga akhirnya justru merusak
ekosistem regional di kedua negara.

Terkait di atas, beberapa permasalahan yang menonjol di kawasan perbatasan ditinjau


dari berbagai aspek dapat dikemukakan secara singkat berikut ini :
1. Permasalahan Ekonomi
Salah satu permasalahan klasik, yang ditemukan secara umum di hampir seluruh
kawasan perbatasan, adalah masalah kesenjangan ekonomi masyarakat.
Meskipun berasal dari etnis budaya maupun suku yang sama, namun karena
pemisahan geografis oleh batas negara, maka kebijakan yang diberlakukan pun
berbeda. Sehingga, fakta yang ditemukan di lapangan sebagian besar masyarakat
Indonesia berada di kawasan perbatasan merupakan masyarakat yang miskin dan
secara ekonomi sangat bergantung pada aliran barang dan penumpang melalui
pintu kawasan perbatasan.
Secara umum, isu-isu kawasan perbatasan yang terkait dengan aspek
sosial/ekonomi adalah:
> Kondisi masyarakat di kawasan perbatasan masih tertinggal, terutama dari segi
perekonomian dan kehidupan sosial.
> Kesenjangan ekonomi masyarakat perbatasan dengan masyarakat di wilayah
tetangga dan pengaruh kehidupan ekonomi dan sosial dari negara tetangga
jauh lebih besar berpotensi menimbulkan disintegrasi.
> Kondisi fisik wilayah sulit dijangkau, belum mempunyai produk unggulan,
kualitas sumberdaya manusia yang relatif rendah, sarana dan prasarana
pendukung aktivitas masyarakat yang masih kurang.
Kawasan perbatasan merupakan daerah tertinggal disebabkan antara lain :
> Lokasinya yang relatif terisolir (terpencil) dengan tingkat aksesibilitas yang
rendah.
> Rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat.
> Rendahnya tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat kawasan
perbatasan (jumlah penduduk miskin dan desa tertinggal).
> Langkanya informasi tentang pemerintah dan pembangunan masyarakat di
kawasan perbatasan (blank spot).

2. Permasalahan Sosial Budaya/Kemasyarakatan


Globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu
pesat, terutama perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (internet),
dapat mempercepat masuk dan berkembangnya budaya asing ke dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Banyak pengaruh negatif budaya asing yang
tidak sesuai dengan budaya Indonesia, dan hal ini dapat merusak ketahanan

EXECUTIVE SUMMARY 13
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

nasional, karena mempercepat dekulturisasi yang bertentangan dengan nilai-


nilai yang terkandung dalam Pancasila. Masyarakat kawasan perbatasan
cenderung lebih cepat terpengaruh oleh budaya asing, dikarenakan intensitas
hubungan lebih besar dan kehidupan ekonominya sangat tergantung dengan
negara tetangga.
Kawasan perbatasan merupakan wilayah pembinaan yang luas dengan pola
penyebaran penduduk yang tidak merata, sehingga menyebabkan rentang
kendali pemerintah, pengawasan dan pembinaan teritorial sulit dilaksanakan
dengan mantap dan efisien. Seluruh bentuk kegiatan atau aktifitas yang ada di
kawasan perbatasan apabila tidak dikelola dengan baik akan mempunyai
dampak terhadap kondisi pertahanan dan keamanan, di tingkat regional
maupun internasional baik secara langsung dan tidak langsung. Kawasan
perbatasan rawan akan persembunyian kelompok GPK, penyelundupan dan
kriminal lainnya termasuk terorisme, sehingga perlu adanya kerjasama yang
terpadu antara instansi terkait dalam penanganannya.

3. Permasalahan Sumberdaya Alam


Konflik di wilayah perbatasan laut Indonesia hendaknya diselesaikan secara
lebih komprehensif. Selain itu juga dalam pelaksanaan pengelolaan sumber
daya di wilayah perbatasan, khususnya di pulau-pulau kecil hendaknya tidak
melanggar prinsip-prinsip otonomi seperti yang diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah serta jangan sampai
”menghilangkan” pulau-pulau kecil tersebut secara ekonomi dari tangan
Indonesia.
Isu-isu kawasan perbatasan terkait dengan aspek sumberdaya alam adalah:
 Pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak terkendali, tanpa pengawasan,
dan merusak ekosistem alam.
 Pemeliharaan sumberdaya alam yang tidak optimal, sehingga tidak
memberi keuntungan yang signifikan bagi penduduk daerah setempat,
sementara ketersediaannya terus berkurang.
 Sering terjadi eksploitasi sumberdaya alam secara ilegal, terutama hasil
hutan dan kekayaan laut, dimana hasilnya banyak dilarikan ke negara
tetangga.
 Adanya potensi konflik perebutan dan penguasaan wilayah perbatasan
yang kaya akan sumberdaya oleh negara tetangga, baik daratan maupun
laut, seperti sumberdaya hutan di Kalimantan, kandungan minyak di
perairan Ambalat, perikanan dan sumberdaya laut di sekitar Pulau Rote dan
Maluku Utara, dan lain-lain.
 Pengelolaan kawasan lindung lintas negara belum terintegrasi dalam
program kerja sama bilateral antara kedua negara, misalnya keberadaan
Taman Nasional Kayan Mentarang yang terletak di Kabupaten Malinau dan
Nunukan, di sebelah Utara Kalimantan Timur, sepanjang perbatasan
dengan Sabah Malaysia, seluas 1,35 juta hektare. Taman ini merupakan
habitat lebih dari 70 spesies mamalia, 315 spesies unggas dan ratusan
spesies lainnya.
 Pengelolaan sumberdaya alam belum terkoordinasi antarpelaku, sehingga
memungkinkan eksploitasi sumberdaya alam yang kurang baik untuk
pengembangan daerah dan masyarakat.

EXECUTIVE SUMMARY 14
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

4. Permasalahan Yuridis
Penanganan permasalahan yang terjadi di kawasan perbatasan membutuhkan
sistem kelembagaan khusus yang memiliki dasar hukum dan peraturan
perundangan yang jelas. Pada tahun 1971, di Indonesia pernah dibentuk
Panitia Koordinasi Penyelesaian Masalah Wilayah Nasional dan Dasar Laut,
atau biasa disingkat sebagai Pankorwilnas. Panitia ini kemudian dibubarkan
pada tahun 1996.
Setelah dibubarkan, maka pendekatan yang bersifat koordinatif ini dilanjutkan
dengan pembentukan Dewan Kelautan Nasional (DKN) tahun 1996, yang
cenderung menitikberatkan pada penanganan masalah kelautan. DKN hanya
berlangsung 3 tahun dan kemudian dibentuk Dewan Maritim Indonesia (DMI)
tahun 1999 (Keppres No.161), yang berperan sebagai forum konsultasi
masalah-masalah kelautan. Baik DKN maupun DMI yang kalau boleh dikatakan
sebagai pengganti dari Pankorwilnas itu, ternyata dalam pelaksanaan tugasnya
selama ini tidak lagi mengakomodasi sejumlah Panitia Teknis yang
bertanggung jawab dalam penanganan dan penyelesaian masalah di luar
bidang kelautan. Hal demikian mengakibatkan implikasi penanganan masalah
perbatasan tersebut dilakukan secara kasuistis melalui pendekatan bersifat ad
hoc di bawah koordinasi Departemen Teknis berkepentingan.
Isu-isu kawasan perbatasan terkait dengan aspek yuridis adalah :
 Kepastian hukum bagi suatu instansi dalam operasionalisasi pembangunan
di wilayah perbatasan sangat diperlukan agar peran dan fungsi instansi
tersebut dapat lebih efektif.
 Permasalahan dalam hal data jumlah dan nama pulau-pulau kecil. Informasi
tentang data pulau-pulau yang berbeda-beda antara satu lembaga dengan
lembaga lain, baik dari segi nama maupun jumlahnya. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan, ada 6.127 pulau bernama
pada tahun 1972, sementara Pusat Survei dan Data (Pussurta) ABRI
mencatat 5.707 pulau bernama pada tahun 1987. Pada tahun 1992
Bakosurtanal menerbitkan Gazetteer Nama-nama Pulau dan Kepulauan
Indonesia sebanyak 6.489 pulau yang bernama, termasuk 374 nama pulau
di sungai. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), pada
tahun 2002 berdasarkan hasil kajian citra satelit menyatakan bahwa jumlah
pulau di Indonesia adalah 18.306 buah.

5. Permasalahan Politik dan Keamanan


Isu-isu kawasan perbatasan terkait dengan aspek politik, keamanan dan
kedaulatan antara lain meliputi :
a. Kaburnya garis perbatasan wilayah negara akibat rusaknya patok-patok di
perbatasan Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Hal ini menyebabkan
sekitar 200 hektar hutan milik Republik Indonesia berpindah masuk menjadi
wilayah Malaysia. Rusaknya patok batas negara ini kini berkembang
menjadi 21 patok, antara lain terdapat di Kecamatan Seluas, Kabupaten
Bengkayang. Selain di Kabupaten Bengkayang, kerusakan patok-patok
batas juga terjadi di wilayah Kabupaten Sintang dan Kapuas Hulu, masing-
masing berjumlah tiga dan lima patok.
b. Adanya masalah atau gangguan hubungan bilateral antar negara yang
berbatasan akibat adanya peristiwa-peristiwa baik yang terkait dengan
aspek keamanan dan politis, maupun pelanggaran dan eksploitasi sumber
daya alam yang lintas batas negara, baik sumber daya alam darat maupun
laut.

EXECUTIVE SUMMARY 15
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

c. Kawasan perbatasan mempunyai posisi strategis yang berdampak terhadap


hankam dan politis mengingat fungsinya sebagai outlet terdepan Indonesia,
dimana terjadi banyak pelintas batas baik dari dan ke Indonesia maupun
Malaysia. Ancaman di bidang hankam dan politis ini perlu diperhatikan,
mengingat kurangnya pos lintas batas legal yang disepakati oleh kedua
belah pihak. Perbatasan Kalimantan Barat dengan Serawak/Sabah hanya
memiliki 2 pos lintas batas legal dari 16 pos lintas batas yang ada.
d. Banyaknya kasus-kasus pelanggaran prosedur keimigrasian (pelintas batas
ilegal), munculnya pos-pos lintas batas secara ilegal yang memperbesar
terjadinya out migration and economic asset secara ilegal.
e. Beberapa pelanggaran hukum di kawasan perbatasan seperti
penyelundupan kayu (illegal logging), penyelundupan tenaga kerja,
penyelundupan barang dagangan (illegal trading), sering terjadi
pemindahan patok batas, dan lain-lain.
f. Pelanggaran wilayah yurisdiksi wilayah kedaulatan RI, dengan masuknya
kapal-kapal nelayan asing ke wilayah perairan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Bahkan kasus yang terjadi di Ambalat bukan hanya kapal
nelayan, melainkan juga kapal perang negara tetangga. Kasus Ambalat
mengingatkan RI bahwa akan persepsi adanya ancaman dari utara
sehingga mengabaikan wilayah selatan. Akibatnya banyak kapal Indonesia
yang tidak terpantau dan memasuki wilayah negara lain.
g. Kasus-kasus penangkapan nelayan-nelayan Indonesia oleh pemerintah
negara tetangga, misalnya kasus penangkapan nelayan Indonesia oleh
pemerintah Australia, perebutan wilayah tangkapan ikan antarnelayan
Indonesia sendiri di perairan Riau, dan penembakan kapal nelayan
Indonesia oleh kapal asing di sekitar perairan Maluku.
h. Tumpang tindihnya perundang-undangan nasional, peraturan, kebijakan
antar-departemen, mengenai penetapan batas wilayah laut Indonesia
dengan negara tetangga.
i. Pengawasan dan pengamanan di wilayah perbatasan masih relatif lemah,
sehingga sampai saat ini masih ada batas wilayah yang belum disepakati
dengan negara tetangga. Hal ini antara lain disebabkan oleh tidak adanya
peraturan perundang-undangan yang mengatur secara pasti tentang
wilayah perbatasan negara.
j. Pulau-pulau kecil dan terluar yang tidak terawasi sehingga menyebabkan
penguasaan secara de facto oleh negara tetangga, dan akhirnya secara
yuridis akan dianggap milik negara tersebut, sebagaimana yang terjadi pada
Pulau Sipadan dan Ligitan. Atau penduduk pulau yang cenderung berkiblat
pada negara tetangga dan lambat laun merasa menjadi bagian negara
tersebut dan bukan lagi bagian dari RI, seperti yang terjadi pada kasus
Pulau Miangas di dekat perbatasan Filipina.
k. Sebagai wilayah pembinaan yang luas dengan pola penyebaran penduduk
yang tidak merata, Kawasan Perbatasan menyebabkan rentang kendali
pemerintah, pengawasan dan pembinaan teritorial sulit dilaksanakan
dengan mantap dan efisien. Seluruh bentuk kegiatan atau aktivitas yang
ada di kawasan perbatasan apabila tidak dikelola dengan baik akan
mempunyai dampak terhadap kondisi pertahanan dan keamanan, di tingkat
regional maupun internasional baik secara langsung dan tidak langsung.
l. Kehidupan sosial ekonomi di kawasan perbatasan umumnya dipengaruhi
oleh kegiatan di negara tetangga. Kondisi tersebut berpotensi untuk
mengundang kerawanan di bidang politik. Karena, meskipun orientasi
masyarakat masih terbatas pada bidang ekonomi dan sosial, namun

EXECUTIVE SUMMARY 16
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

kehidupan masyarakat yang bergantung pada kegiatan perekonomian di


negara tetangga akan menurunkan harkat dan martabat bangsa.
m. Situasi politik yang terjadi di negara tetangga seperti Malaysia (Serawak
dan Sabah) dan Filipina Selatan akan turut mempengaruhi situasi
keamanan kawasan perbatasan.

6. Permasalahan Teknologi dan Pemetaan


Isu-isu kawasan perbatasan terkait dengan aspek teknologi dan pemetaan
terutama berkaitan dengan masalah penentuan garis batas antarkedua negara.
Isu-isu yang ditemui antara lain :
 Belum adanya kepastian secara lengkap garis batas laut maupun darat
karena adanya perbedaan teknologi pemetaan, skala peta, dan tingkat
ketelitian peta yang digunakan oleh kedua negara dalam menentukan garis
batas tersebut.
 Masih cukup banyak segmen atau titik-titik lain di sepanjang garis
perbatasan wilayah RI yang belum disepakati/diselesaikan secara teknis
oleh kedua negara.
 Persoalan secara fisik bagi pengguna peta wilayah perbatasan apabila
menggunakan peta dasar Topografi yang overlap dengan border line (garis
batas) dimana berbeda sistem proyeksi dan datum referensinya, walaupun
bisa dilakukan penyesuaian perhitungan transformasinya namun perlu
pengujian posisi di lapangan.
 Tidak adanya pos-pos pengawasan yang memadai di wilayah perbatasan
darat, dan tidak adanya rambu-rambu yang menunjukkan batas wilayah
negara di perbatasan laut.
 Nelayan tradisional yang belum dilengkapi teknologi canggih, seperti
fasilitas global positioning system (GPS), telah menyebabkan mereka tidak
mengetahui posisinya secara tepat dan sering melanggar garis batas
kedaulatan negara lain.
 Belum adanya sistem pengawasan yang tegas dalam memberikan tindakan
langsung terhadap pihak-pihak yang melanggar wilayah kedaulatan RI,
seperti pemindahan patok, melanggar garis batas, penyelundupan hasil-
hasil sumberdaya, penyelundupan tenaga kerja, pendudukan wilayah
tersebut.
 Kerja sama survei penegasan batas antara RI-Malaysia di Kalimantan
sudah diselesaikan sekitar 95%, tapi masih menyisakan sembilan segmen
permasalahan. Dengan Timor Leste baru saja dilaksanakan perundingan
batas delineasi, dimana Timor Leste menggunakan sarana Citra Satelit
Ikonos, sedangkan RI menggunakan peta topografi skala 1 : 25.000. Hal ini
masih memerlukan penyesuaian spesifikasi teknis bersama.

2.1.2 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan


Kebijakan pengembangan kawasan perbatasan negara dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Mengedepankan arti pentingnya kawasan perbatasan negara sebagai pintu gerbang
keluar-masuk negara.
2. Mengembangkan kawasan perbatasan negara melalui prinsip keserasian antara
kesejahteraan, keamanan, dan kelestarian alam.
3. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan peran camat
dan desa dalam pengembangan kawasan.
4. Melindungi sumberdaya alam hutan tropis dan kawasan konservasi yang ada di
sejumlah taman nasional dan kawasan lindung lainnya, sedangkan kawasan budidaya
dikembangkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.

EXECUTIVE SUMMARY 17
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

5. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana di bidang pendidikan, kesehatan,


perhubungan, dan informasi.
6. Meningkatkan kerja sama pembangunan di bidang sosial, budaya, keamanan, dan
ekonomi.
Merujuk pada kebijakan-kebijakan pengembangan kawasan perbatasan negara di atas,
serta potensi, kendala, dan tantangan yang dihadapi, selanjutnya terdapat rumusan
strategi pembangunannya,sebagai berikut :
1. Strategi jangka pendek terdiri dari :
a. Penegasan garis batas negara secara de facto dan de jure.
b. Peningkatan taraf kehidupan (kesejahteraan) masyarakat di sepanjang kawasan
perbatasan negara.
c. Pengembangan sarana PPLB untuk meningkatkan kualitas dan pelayanan PPLB
melalui pembenahan, penataan, dan penyediaan berbagai fasilitas PPLB.
d. Pembangunan kawasan perbatasan negara dikembangkan secara lintas wilayah,
lintas sektor, dan lintas negara yang mengacu pada RTRW Nasional, RTRW
Provinsi, dan RTRW Kabupaten/Kota.
e. Pengembangan kerja sama pembangunan di bidang sosial, budaya, keamanan, dan
ekonomi wilayah.
f. Pengembangan sumberdaya manusia dan peningkatan kapasitas kelembagaan,
baik kelembagaan pusat maupun daerah.
g. Pengembangan jaringan regional dan pusat-pusat pertumbuhan.
h. Pengembangan sentra produksi komoditas unggulan yang berorientasi ekspor.
i. Perlindungan terhadap sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.
2. Strategi jangka panjang meliputi :
a. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan.
b. Pengembangan jaringan regional dan nasional.
c. Pengembangan wilayah yang terpadu dan menyeluruh.
d. Peningkatan taraf kehidupan (kesejahteraan) masyarakat di sepanjang kawasan
perbatasan negara.

Khusus untuk pulau-pulau terluar, strategi pengembangan kawasan perbatasan dipilah


menjadi strategi dasar dan strategi khusus :
1. Strategi dasar dari pengembangan kawasan pulau-pulau terluar adalah :
 Membuka beberapa simpul akses kawasan perbatasan laut sebagai pintu gerbang
internasional
 Mensinergikan berbagai program ekonomi dan hankam di perbatasan laut dan
kepulauan
 Peningkatan kerja sama internasional dalam berbagai sektor di perbatasan laut
dan kepulauan
 Menghidupkan pusat-pusat pertumbuhan kepulauan di perbatasan sesuai dengan
potensi dan daya dukung lingkungannya
2. Strategi khusus pengembangan pulau-pulau terluar adalah :
 Pengembangan bidang ekonomi
 Pertahanan keamanan dan sarana
 Pengembangan SDM
 Kelestarian lingkungan pesisir dan laut

Kebijakan dan strategi spasial pengembangan kawasan perbatasan negara di atas


hendaknya dapat pula mempertimbangkan dua hal sebagai berikut :

EXECUTIVE SUMMARY 18
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

1. Peluang kerja sama di bidang keamanan dan sosial ekonomi dalam rangka saling
mendukung dalam pengamanan aset daerah dan pencegahan kriminalitas di
perbatasan negara.
2. Perlu dukungan politik dan keamanan dalam rangka mewujudkan titik-titik tertentu
sebagai pintu gerbang negara.

Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan perbatasan negara tersebut diharapkan


dapat memberikan prinsip-prinsip pengembangan kawasan perbatasan negara sesuai
karakteristik fungsionalnya untuk mengejar ketertinggalan dari kawasan di sekitarnya.
Selain itu, juga ditujukan untuk menjaga atau mengamankan wilayah perbatasan negara
dari upaya-upaya eksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan, baik yang dilakukan oleh
masyarakat maupun yang dilakukan dengan dorongan kepentingan negara lain, sehingga
kegiatan ekonomi ataupun budidaya dapat dilakukan secara lebih selektif dan optimal

2.2 GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN


ANAMBAS
2.2.1 Kondisi Fisik
Kabupaten Kepulauan Anambas terletak di Provinsi Kepulauan Riau. Terletak di bagian
utara Provinsi Kepulauan Riau dan berbatasan langsung dengan Malaysia. Secara
geografis berada pada : 106° 06' 50" – 106° 32' 00" BT dan: 02° 53' 00" - 03° 30' 00" LU.
Gugusan Kepulauan Anambas terdiri dari 3 (tiga) pulau besar yaitu Pulau Palmatak,
Siantan, dan Jemaja, dan dikelilingi oleh 195 pulau-pulau kecil, (RUTR Kepulauan
Anambas, tahun 2005). Gugusan kepulauan ini memiliki potensi sumberdaya kelautan,
perikanan, minyak bumi, perkebunan, pertanian dan pariwisata bahari.

Secara administratif wilayah-wilayah di Kepulauan Anambas terbagi ke dalam 7 (tujuh)


kecamatan yakni, Kecamatan Siantan, Siantan Timur, Siantan Selatan, Siantan Tengah,
Palmatak, Jemaja, dan Kecamatan Jemaja Timur, dengan jumlah Kelurahan 2 buah dan
52 Desa.
Tabel 2.1.
Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan Kepulauan Anambas (Tahun 2013)
Ibukota Luas Wilayah Desa/Kelurahan
No Kecamatan
Kecamatan [Ha] Desa Kelurahan
1. Siantan Tarempa 4,539 6 1
2. Siantan Timur Nyamuk 8,892 6 -
3. Siantan Selatan Air Bini 11,548 7 -
4. Siantan Tengah Air Asuk 2,214 6 -
5. Jemaja Letung 7,826 9 -
6. Jemaja Timur Ulu Maras 15,424 4 -
7. Palmatak Ladan 12,994 14 1
63,437
Jumlah 52 2
Sumber : Kep. Anambas dalam Angka, 2013 dan Hasil Pemekaran Kec, Kelurahan dan Desa Tahun 2012
Kecamatan Siantan merupakan ibukota kecamatan yang paling berkembang diantara
wilayah kecamatan lain dan merupakan pusat kegiatan sosial kemasyarakatan selama ini.
Kecamatan Palmatak terdiri dari 15 desa yakni Desa Tebang, Desa Ladan, Desa Putik,
Desa Batu Ampar, Desa Payalaman, Desa Piabung, Desa Candi, Desa Bayat, Desa
Belibak, Desa Payamaram, Desa Piasan, Desa Teluk Bayur, Desa Langir, Desa Matak
dan Desa Mubur dengan pusat pemerintahan atau ibukota kecamatan berada di Desa
Ladan. Desa-desa tersebut tersebar pada beberapa pulau besar. Desa Payalaman, Desa
Tebang dan Desa Ladan terletak di Pulau Matak. Desa Mubur berada di Pulau Mubur.

EXECUTIVE SUMMARY 19
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Gugus
Pulau 1
1
Gugus
Gugus Pulau
Pulau 2
3

Gambar 2.8. Peta Administrasi dan Gugus Pulau Kabupaten Kepulauan Anambas

EXECUTIVE SUMMARY 20
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.2.1.1 Kondisi Fisik Wilayah Pesisir dan Laut


A. Kondisi Geologi dan Kemiringan Lahan
Berdasarkan kondisi fisiknya, Gugusan Kepulauan Anambas merupakan tanah berbukit-
bukit dan berbatu. Dataran rendah dan landai banyak ditemukan di pinggir pantai.
Ketinggian wilayah antar pulau cukup beragam, yaitu berkisar antara 3 sampai dengan
959 meter dari permukaan laut dengan kemiringan antara 2 sampai 5 meter. Akan tetapi
kemiringan lahan di Gugusan Kepulauan Anambas rata-rata cukup terjal.

Pada umumnya struktur geologi Kepulauan Anambas terdiri 4 jenis yakni Aluvial (kerikil
pasir, lanau dan gambut), Batuan Mafik (peridotit, gabro dan basal), Endapan Pantai
(pasir, kerikil dan sisa tumbuhan sebagai endapan pantai), Granit (granit, putih, kasar,
porforitik, holokristalin, kuarsa, ortoklas, plagioklas, biotit. Sebagaimana ditunjukan pada
peta geologi berikut, yang unik terdapat pada Pulau Siantan dan Pulau Matak yang
mempunyai struktur geologi dari keempat jenis tersebut.
Pada umumnya pulau-pulau di Kecamatan Siantan dan Palmatak pada daerah pesisir
banyak terdapat batu cadas yang sangat besar.

B. Topografi
Keadaan alam Kabupaten Kepulauan Anambas, berdasarkan satuan fisiografis terdiri atas
(Kep. Anambas Dalam Angka, 2010) :
1. Pegunungan Lintang dengan Ketinggian 610 m.
2. Pegunungan Datuk dengan Ketinggian 510 m.
3. Pegunungan Tukung dengan Ketinggian 477 m.
4. Pegunungan Selasih dengan Ketinggian 387 m.

Secara topografi wilayah daratan setiap Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas


sebagian besar berbukit dan pegunungan yang terjal yang disusun oleh batuan metamorf.
Umumnya batu-batuan yang tersingkap merupakan batuan metamorf yang berunsur
partier, batuan lainnya antara lain adalah batuan sedimen, endapan alluvial, trias,
permokarbon, sekis, granit, diorerm, hiporit dan erufsi kwarter. Ketinggian wilayah cukup
bervariasi yakni berkisar 3-610 meter dari permukaan laut (Kep. Anambas Dalam Angka,
2013).

Dari hasil intepretasi data SRTM (Shuttle Radar Topographic Map), ketinggian lahan di
wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas dapat dibagi menjadi 5 kelas, antara lain: 0 – 50
meter dpl, 50-150 meter dpl, 150 – 300 meter dpl, 300 – 450 dan > 450 meter dpl.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas berada pada ketinggian 0-50
meter dpl dengan luasan terbesar yaitu 5.667 Ha yang tersebar di wilayah Kecamatan
Palmatak, Sedangkan kelas ketinggian lahan tertinggi > 450 meter dpl terdapat di
Kecamatan Siantan dan Kecamatan Siantan Selatan dengan luasan masing-masing yaitu
136 Ha dan 62 Ha.

EXECUTIVE SUMMARY 21
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tabel 2.2.
Ketinggian Lahan Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2013
Luas Setiap Ketinggian Per Kecamatan
No. Kecamatan 150- 300- Total %
0-50 50-150 >450
300 450
1. Siantan 608 997 1.905 893 136 4.539 7,47
Siantan
2. 4.037 3.569 2.847 1.033 62 11.548 19
Selatan
Siantan
3. 1.058 962 179 15 - 2.214 3,64
Tengah
Siantan
4. 4.422 3.192 1.104 167 7 8.892 14,6
Timur
5. Palmatak 5.667 5.392 1.864 72 - 12.994 21,4
6. Jemaja 3.470 2.792 1.452 112 - 7.826 12,9
Jemaja
7. 4.272 4.256 3.859 366 6 12.759 21
Timur
Total 23.534 21.160 13.210 2.657 211 60.772 100
Sumber : Intepretasi Data SRTM 2013

C. Tutupan Lahan
Gugusan Kepulauan Anambas umumnya banyak ditumbuhi pepohonan yang cukup
beranekaragam jenisnya. Khusus di pulau-pulau besar seperti Pulau Siantan, Pulau
Palmatak, Pulau Mubur dan Pulau Jemaja, banyak tumbuh pohon kelapa baik yang
ditanam oleh penduduk maupun yang tumbuh dengan sendirinya. Selain itu banyak
dijadikan perkebunan karet, pala, cengkeh dan durian.
2.2.1.2 Klimatologi
Iklim di Kepulauan Anambas sangat dipengaruhi oleh perubahan angin. Musim kemarau
biasanya terjadi pada Bulan Maret sampai dengan Bulan Juli. Berdasarkan data
pengamatan dari Stasiun Meteorologi Tarempa, sebagaimana ditunjukan pada Tabel di
bawah ini selama Tahun 2009 – Juli 2013 menunjukkan angin yang bertiup di daerah ini
hanya dua arah yakni utara dan selatan, di mana kecepatan angin berkisar dari 3 Knot – 7
Knot. Suhu udara berkisar 26,2 – 28.9 oC. Kelembaban udara berkisar antara 73 % - 83 %
dan kelembaban udara yang terendah terjadi pada bulan Januari dan tertinggi pada bulan
Juni. Sedangkan curah hujan berkisar 97.0 mm – 900.2 mm dan hari hujan berkisar 6 hari
– 24 hari, sedangkan curah hujan dan hari hujan terendah terjadi pada bulan Maret dan
tertinggi pada bulan Desember.

Dari data curah hujan bulanan rata-rata, terlihat bahwa bulan basah (> 200 mm) tercatat
sebanyak 3 bulan dan bulan kering (< 100 mm) tercatat selama 2 bulan (bulan Maret dan
Juni), lihat : Tabel 2.4.
Berdasarkan kurva zona agroklimat yang dikemukakan oleh Oldeman, maka lokasi studi
termasuk dalam Klasifikasi Iklim D2. Daerah dengan klasifikasi iklim D2, dicirikan oleh
adanya periode kering 2 – 3 bulan dan masa tanam antara 3 – 4 bulan, sehingga
membutuhkan perencanaan yang teliti bila melakukan kegiatan pertanian yang dilakukan
sepanjang tahun.

2.2.1.3 Hidro-Oseanografi
Wilayah pesisir yang merupakan daerah peralihan tempat pertemuan pengaruh daratan
dan lautan, memiliki sifat yang cukup dinamis. Hidro-oseanografi sebagai peran dan
fungsi lautan yang paling dominan mempengaruhi karakteristik wilayah ini. Penyusunan
action plan di sejumlah wilayah harus memperhitungkan analisis hidro-oseanografi.

EXECUTIVE SUMMARY 22
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

A. Ekosistem Wilayah Pesisir


Ekosistim pesisir dan laut merupakan hubungan integral dari komponen hayati dan non
hayati yang saling membutuhkan antara satu dengan lainnya. Ekosistim pesisir secara
keseluruhan di lokasi pengamatan cukup bervariasi.

1. Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove termasuk ekosistem yang
paling produktif, hal ini dipengaruhi oleh dua faktor
utama seperti fluktuasi pasang surut dan kimia air
laut. Tingginya bahan organik di perairan hutan
mangrove, memungkinkan sebagai tempat
pemijahan (Spawning ground), pengasuhan
(nursery ground), dan pembesaran atau mencari
makan (feeding ground).

Hutan mangrove tersebar di beberapa pulau dengan tingkat populasi berkisar antara 2 – 4
ha dengan kerapatan yang masih baik. Sejak tahun 1990-an pemerintah daerah telah
melarang keras setiap usaha yang dapat merusak ekosistem mangrove. Kebijakan ini
sangat berpengaruh terhadap kelestarian ekosistem mangrove di Kepulauan Anambas
sampai pada saat ini.

2. Ekosistem Terumbu Karang (Coral Reefs)


Terumbu karang sebagai ekosistem esensial diperairan laut mempunyai peran sangat
penting bagi kelangsungan hidup biota laut seperti ikan dan biota-biota lainnya.
Pertumbuhan terumbu karang secara maksimun memerlukan perairan yang jernih, suhu
yang hangat, gerakan gelombang, sirkulasi air lancar, serta terhindar dari proses
sedimentasi.

Jenis terumbu karang di lokasi pengamatan pada umumnya merupakan karang tepi
(fringing reef) yang terdapat pada piota sempit disekeliling batas-batas pulau karang.
Pada umumnya kerusakan terumbu karang disebabkan kegiatan destructive fishing yang
tidak terkendali selama beberapa tahun terakhir, (Dinas Kelautan dan Perikanan Kep.
Anambas, 2006).

Berdasarkan hasil interpretasi citra tahun 2005 diperoleh sebaran terumbu karang di
beberapa lokasi dengan kategori kerapatan jarang, rusak, dan baik. Diperairan Pulau
Siantan dan Palmatak dengan pulau kecil disekitarnya masih banyak dijumpai terumbu
karang dengan kondisi umumnya telah mengalami kerusakan, sedangkan di Pulau
Jemaja sebagian masih dalam kondisi sangat baik.

3. Ekosistem Padang Lamun (Seagrass)


Padang lamun dapat ditemukan pada daerah perairan dangkal yang masih tembus
cahaya matahari, substrat lunak, kondisi perairan yang jernih, sirkulasi oksigen dan
pembawa nutrien dari substrat yang cukup. Padang lamun hanya ditemukan di beberapa
pulau-pulau kecil di Siantan dan Jemaja.

2.2.2 Potensi Sumber Daya Alam


A. Sumberdaya Ikan
Sumberdaya ikan di perairan Kabupaten Kepulauan Anambas termasuk Wilayah
Pengelolaan Perikanan (WPP) Laut Cina Selatan dapat diketahui dari komposisi hasil
tangkapan yang didaratkan dari beberapa operasi unit penangkapan yang beroperasi di
wilayah tersebut. Sumberdaya ikan yang terdapat di lokasi ini merupakan wilayah perairan

EXECUTIVE SUMMARY 23
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

lepas pantai dan daerah kepulauan secara umum terdiri dari kelompok ikan pelagis,
demersal, ikan karang, serta beberapa jenis udang, kepiting, dan moluska.

Beberapa jenis sumberdaya ikan yang teridentifikasi diantaranya:


1. Pelagis Besar terdiri dari ikan tongkol (Euthynus affnis), cakalang (Katsuwonus
pelamis), tenggiri (Scomberomorus commersonii), tongkol banyar (Auxis thazard),
tongkol abu-abu (Thunnus tonggol).
2. Pelagis kecil terdiri dari ikan layang (Decapterus ruselli), kembung (Rastreliger
kanagurta), lemuru (Sardinella spp), selar (Caranx spp), tembang(Clupea spp.) dan
teri (Stellophorus spp.).
3. Ikan demersal berupa ikan nomei (Hapodon nehereus), kurisi (Nemipterus spp.),
bambangan (Lutjanidae), manyung (ariidae), bawal putih (Pampus argenteus)
peperek (Leiognathidae), ikan kuwe (Carangoides spp.), kerapu (Serranidae), ikan
kuro (Polynemidae) dan ketang-ketang (Scathophagus argus).
4. Ikan karang, terdiri napoleon (Cheilinus undulatus), kerapu (Ephinepelus tauivina, E.
fuscoguttatus, Ephinepelus sp, Chromileptis altivelis dan Plectropomus maculatus),
bibir tebal, Haelimudae (Plectorhyncus pictus, P. chaetodontedes), ekor kuning
(Caesio teres), beronang (Siganus vulpinus, S. canaliculatus, Siganus guttatus),
lensam (Lethrinus harax), kakap merah (Lutjanus decusatus) dan gigi anjing (Scarus
spp).
5. Jenis-jenis udang, yang teridentifikasi yaitu jenis udang lobster, udang putih, udang
tiger, udang cat, udang api-api, dan udang bintik. Sementara itu untuk kepiting yaitu
kepiting bakau dan rajungan dan beberapa jenis moluska diantaranya siput
gonggong, kerang hijau, kerang putih dan cumi-cumi.
6. Mamalia laut (Lumba-lumba hidung botol /Tursiops sp).
Data pendukung lain keberadaan lumba-lumba diperairan Laut Cina Selatan yaitu
berasal dari pengamatan terhadap mamalia laut yang dilakukan pada Maret 2008
(Tim Conoco, 2009). Pengamatan langsung keberadaan lumba-lumba dilakukan
dengan memperhatikan kemunculan lumba-lumba baik di dekat kapal maupun di
lokasi yang jauh dari kapal. Alat bantu yang digunakan untuk pengamatan lumba-
lumba adalah binokular. Hasil survei dijumpai adanya sekelompok lumba-lumba
yang berenang mengikuti kapal survei, tepatnya pada lokasi geografis 108º 29´ 31"
BT 6º 6´ 46" LU.
Lumba-lumba hidung botol berwarna abu-abu yang bervariasi dari abu-abu gelap di
bagian atas dekat sirip punggung ke abu-abu muda keputih-putihan di bagian
bawah. Corak warna ini membuat mereka sulit dilihat dari atas dan bawah. Lumba-
lumba hidung botol dewasa memiliki panjang antara 2 sampai 4 meter dan berat dari
150 sampai 650 kilogram.

2.2.3 Ekonomi
2.2.3.1 Struktur Perekonomian
Struktur perekonomian menurut harga berlaku di Kabupaten Kepulauan Anambas sampai
tahun 2013 masih didominasi oleh dua sektor utama yaitu sektor pertambangan dan
penggalian serta sektor pertanian, kehutanan, peternakan dan, perikanan, dengan
kontribusi dari sektor pertambangan dan penggalian adalah 72,72% dari total PDRB
Kabupaten Kepulauan Anambas sedangkan sebelumnya sebesar 72,56% dari total
PDRB. Peranan sektor pertanian, kehutanan, peternakan dan, perikanan dalam tahun
2012 sebesar 15,52% dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 17,08%,

EXECUTIVE SUMMARY 24
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tabel 2.3.
PDRB Kepulauan Anambas Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2012-2013 (jutaan rupiah)
No Lapangan Usaha 2012 % 2013 %
Pertanian, Peternakan, Kehutanan
1 487,566.31 17.08 545,765.95 15.54
dan Perikanan
2 Pertambangan Dan Penggalian 2,071,074.16 72.56 2,553,443.26 72.72
3 Industri Pengolahan 10,074.12 0.3 11,584.77 0.33
4 Listrik, Gas Dan Air Minum 488.72 0.02 72,535.00 2.07
5 Bangunan 31,033.72 1.09 37,205.94 1.06
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 158,471.51 5.55 181,938.08 5.18
7 Pengangkutan dan Komunikasi 35,342.51 1.24 40,516.19 1.15
Keuangan, Persewaan dan Jasa
8 18,637.84 0.65 20,320.22 0.58
Perusahaan
9 Jasa-Jasa 41,626.78 1.46 47,802.97 1.36
Produk Domestik Regional Bruto 2,854,315.67 100 3,511,112.38 100
Sumber: BPS Kab. Kepulauan Anambas, 2014
Selain dari dua sektor tersebut diatas, sektor perdagangan, hotel dan restoran juga masih
mempunyai peran dalam pembentukan PDRB Kabupaten Kepulauan Anambas. Pada
tahun 2012, sektor perdagangan, hotel dan restoran mencapai angka 5,55%, yang berarti
mengalami penurunan dari tahun 2013 mencapai hanya 5,18%. Sedangkan pada tahun
2012, sektor ini mengalami penurunan dari Rp. 158,471.51 juta (tahun 2013) menjadi
Rp.5181,938,08 juta atau turun sekitar 0.37%. Hal ini dipicu oleh semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan akses jasa transportasi dan komunikasi untuk membuka
keisoliran di berbagai wilayah di Kabupaten Kepulauan Anambas.
2.2.3.2 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2013
diperkirakan sebesar 20.05%yang berarti lebih tinggidari tahun 2012 sebesar 17.6%. Hal
tersebut dipicu oleh semakin pulihnya pertumbuhan beberapa sektor andalan. Sektor
yang mempunyai presentase laju pertumbuhan terbesar pada tahun 2013 adalah sektor
pertambangan dan penggalian yang mencapai angka 23.3%. Selain itu sektor andalan
seperti bangunan, perdagangan, hotel dan restoran dan jasa juga mengalami kemajuan
dari tahun 2012. Sektor pertanian melaju 11,9% pada tahun 2013. Sedangkan sektor
perdagangan, hotel dan restoran juga melaju sampai 14.8%.

2.2.3.3 Identifikasi Sektor Ekonomi


Sektor-sektor unggulan yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas diantaranya adalah
sektor pertanian, sektor perkebunan, sektor peternakan, sektor perikanan, sektor industri,
sektor pertambangan dan sektor pariwisata.

A. Sektor Pertanian
Jenis lahan pertanian yang dikembangkan di Kabupaten Kepulauan Anambas adalah
jenis tanaman pangan yang dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu : tanaman
bahan makanan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Tanaman bahan makanan meliputi
jenis padi-padian, jagung, umbi-umbian dan kacang-kacangan. Jenis sayur-sayuran
meliputi sawi, ketimun, terong, paria dan tomat. Sedangkan jenis buah-buahan meliputi
nenas, durian, dan pisang. Selain tanaman padi, juga dikembangkan tanaman jenis
palawija yaitu jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah.
B. Sektor Perkebunan
Hasil produksi perkebunan pada tahun 2013 cenderung di sektor karet, sedangkan pada
tahun 2012 hasil produksi perkebunan cenderung di sektor kelapa. Pada tahun 2012 hasil

EXECUTIVE SUMMARY 25
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

produksi perkebunan sebesar 3336,6 Ton, sedangkan pada tahun 2013 hasil produksi
perkebunan mencapai 9333 Ton.

C. Sektor Peternakan
Kondisi perternakan belum memberikan konstribusi secara signifikan pada penambahan
nilai perekonomian di Kabupaten Kepulauan Anambas, salah satu penyebabnya adalah
sistem pengelolaan peternakan masih bersifat tradisional. Berdasarkan data yang
dihimpun pada tahun 2013, hasil produksi sapi potong banyak terdapat di Kecamatan
Siantan Selatan yaitu 5.100 ton, dan terkecil di Siantan Timur yaitu 870 ton. Sedangkan
untuk jenis kambing produksi terbanyak berada di Kecamatan Jemaja yaitu 379 ton, dan
terkecil berada di Siantan Tengah 26,4 ton. Namun sebaliknya, hasil produksi ayam buras
lebih banyak terdapat di Kecamatan Siantan yaitu 582.90 ton, sedangkan Jemaja Timur
lebih unggul pada hasil produksi unggas itik sebanyak 33.9 ton.
Jumlah keseluruhan hasil produksi sapi potong sebesar 15.670 ton dan hasil produksi
kambing sebesar 703.2 ton, sedangkan pada hasil produksi unggas yaitu ayam buras
sebesar 1790.8 ton dan itik sebesar 91.2 ton.

D. Sektor Perikanan dan Kelautan


Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas 98,65% merupakan wilayah lautan
sehingga kondisi ini sangat mendukung bagi pengembangan usaha perikanan, baik
perikanan tangkap maupun budidaya perikanan. Masyarakat Kabupaten Kepulauan
Anambas pada umumnya lebih memilih pembesaran ikan sebagai sektor utama dalam
melakukan aktivitas perekonomian, terutama yang tinggal di kawasan perdesaan pada
umumnya memilih berdomisili di kawasan pantai dan sebagian besar bekerja sebagai
nelayan.

E. Sektor Industri
Untuk sektor perindustrian di Kabupaten Kepulauan Anambas pada Industri Kecil dan
Menengahmeliputiindustri kerajinan, industri bahan bangunan, industri pengolahan
makanan, industri pengolahan perikanan & pertanian. Sektor tersebut telah
dikembangkan seperti usaha Kerupuk Ikan Tradisional, VCO, Pengrajin Busana dan
Pengrajin Pompong Kayu, Perbengkelan, Pengrajin Souvenir.

F. Sektor Pertambangan
Jenis-jenis bahan tambang yang bisa dijumpai di Kabupaten Kepulauan Anambas, antara
lain Minyak Bumi dan Gas Alam, Granit, Pasir, yang dijadikan sebagai sumber ekonomi.
Cadangan Minyak Bumi dan Gas Alam yang besar di lepas pantai Kepulauan Anambas
(Minyak Bumi sebesar 326,15 MMSTB dan Gas Alam 53,06 TSCF dan Cadangan
Sumber Daya Mineral Batu Granit sebesar (19.662.288.605 m3) yang dimanfaatkan
sebagai material bangunan (Profil Kab. Kepulauan Anambas, 2013).
Jenis tambang yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas meliputi granit, andesit, pasir
kuarsa, batu besi, diorit, pasir besi, dan emas. Jenis tambang tersebut terdapat di
Kecamatan Jemaja, Siantan, dan Palmatak. Luasan usaha tambang granit terbesar
terdapat di Kecamatan Jemaja dengan luasan sebesar 9.885 Ha, sedangkan di
Kecamatan Siantan seluas 8.175 Ha dan di Kecamatan Palmatak seluas 4.531. Pada
luasan usaha tambang andesit hanya terdapat di Kecamatan Siantan yaitu 4 Ha.
Jenis tambang pasir kuarsa hanya terdapat di Kecamatan Jemaja yaitu seluas 550 Ha, di
Kecamatan Siantan seluas 100 Ha, dan di Kecamatan Palmatak seluas 40 Ha. Pada
luasan usaha tambang batu besi hanya terdapat di Kecamatan Siantan yaitu seluas 36.56
Ha. Dalam luasan usaha tambang diorit terbesar terdapat di Kecamatan Siantan dan
Palmatak dengan masing-masing luasan sebesar 312.5 Ha, sedangkan luasan usaha
terkecil terdapat di Kecamatan Jemaja dengan luas 43.99 Ha.

EXECUTIVE SUMMARY 26
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Jenis usaha tambang pasir besi terbesar terdapat di Kecamatan Siantan seluas 187.5 Ha,
sedangkan di Kecamatan Jemaja hanya seluas 45 Ha. Pada luasan usaha tambang emas
hanya terdapat di Kecamatan Siantan yaitu seluas 21 Ha.

G. Sektor Pariwisata
Salah satu misi Kabupaten Kepulauan Anambas adalah mendorong terciptanya pusat-
pusat pertumbuhan ekonomi yang mampu menumbuh kembangkan kegiatan Industri dan
pariwisata yang berbasis kelautan. Oleh karenanya bidang pariwisata menjadi salah satu
fokus pembangunan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Kabupaten Kepulauan Anambas
kaya dengan keindahan pantai dan terumbu karang. Kawasan objek wisata tersebut dapat
dijumpai di sejumlah kawasan baik pulau-pulau kecil maupun besar. Objek wisata
laut/pantai seperti Terumbu Karang di Kecamatan Jemaja. Objek wisata air terjun seperti
Air Terjun Ulu Maras dan Air Terjun Temburun. Wisata Bahari seperti Pulau Langok di
Palmatak, Pantai Padang Melang di Kecamatan Jemaja dan Pulau Bawah di Kecamatan
Siantan Selatan.

2.2.4 Sosial Budaya


Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan daerah bercorak budaya Melayu. Hal ini
diduga karena adanya migrasi etnis Melayu ke Anambas yang dibawa oleh penjajah
Belanda dan Jepang. Menyusul kemudian etnis Tionghoa yang datang dari Tiongkok
bagian selatan. Adapun suku asli yang mendiami Anambas adalah suku Laut atau biasa
dikenal sebagai Suku Bajau. Dengan berdatangannya etnis-etnis dari luar Anambas dan
dengan jumlah etnis Melayu yang dominan, maka Anambas pun bercorak budaya Melayu.

Tahun 2014 jumlah penduduk di Kabupaten Kepulauan Anambas 41.341 orang


(Kepulauan Riau Dalam Angka, 2014). Dengan luas 590,14 km2, kepadatan penduduk
Kabupaten Kepulauan Anambas adalah 70 jiwa/km2. Pertumbuhan penduduknya
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahunnya, seperti tertuang dalam tabel berikut.

Tabel 2.4.
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas 2009-2014
Tahun 2014 2013 2012 2011 2010 2009
Jumlah Penduduk 41.341 39.342 39.784 39.318 37.411 35.646
Pertumbuhan Penduduk (%) 5 -1 1 5 5 6
Sumber: disarikan dari Kepulauan Riau Dalam Angka 2014

Berdasarkan kondisi eksisting, mata pencaharian, penduduk Kabupaten Kepulauan


Anambas 65% berprofesi sebagai nelayan, 8% sebagai petani kebun, 5% sebagai
pedagang, sisanya berprofesi sebagai pegawai negeri sipil dan pekerja perusahaan migas
yang beroperasi di sekitar laut Anambas. Hal tersebut terjadi mengingat kondisi geografis
Kabupaten Kepulauan Anambas yang didominasi oleh laut; dengan dataran yang
digunakan untuk perkebunan, serta melimpahnya kekayaan gas di sekitar perairan
Anambas.

Mayoritas penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas adalah suku Melayu dan dominan
beragama Islam. Budaya Melayu menjadi budaya dominan di daerah tersebut dicirikan
dengan penggunaan bahasa Melayu dialek Riau dalam percakapan sehari-hari
penduduknya. Etnis lainnya adalah Jawa, Sunda, Bugis, Batak, Minang, dan Tionghoa
yang telah berada di lokasi tersebut sejak tahun 1950an. Dalam situasi sosial, etnis

EXECUTIVE SUMMARY 27
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Melayu hampir menguasai seluruh bidang kehidupan masyarakat, terkecuali bidang


ekonomi-perniagaan.

Bidang perekonomian dipegang oleh etnis Tionghoa yang tergolong dalam rumpun suku
Hakka. Suku Hakka (Khek) merupakan suku yang adaptif terhadap lingkungan sosial di
mana mereka hidup. Tionghoa Hakka mudah sekali berbaur dengan penduduk dan
budaya Melayu setempat dan beradaptasi dengan baik tanpa menghilangkan identitas
budaya Hakka yang mereka sandang. Etnis Tionghoa membawa serta adat leluhurnya,
seperti di Tarempa, terdapat sebuah Kelenteng Kong Hu Chu yang mendukung
kehidupan keimanan mereka di tempat tersebut.

Relasi hidup antar masyarakat mencerminkan harmoni sosial dan kohesivitas yang tinggi
antar penduduknya. Tidak pernah terjadi konflik atas dasar perbedaan identitas, etnisitas,
maupun agama. Selain itu, kehidupan penduduk di Kabupaten Kepulauan Anambas
ditandai dengan dijunjungnya toleransi antar etnis maupun antar pemeluk agama.
Harmoni dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan
modal sosial bagi terselenggaranya pembangunan di pulau-pulau terdepan yang menjadi
beranda Negara Republik Indonesia.

Mobilitas penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas relatif tinggi, namun belum didukung
oleh sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Kapal Pelni yang beroperasi ke
wilayah ini tidak mencukupi kebutuhan mobilitas penduduk, terutama untuk keluar dari
Kepulauan Anambas guna berniaga ke daerah-daerah lain, khususnya di daerah Provinsi
Kepulauan Riau.

Orientasi penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas adalah Tanjung Pinang di Pulau


Bintan, Provinsi Kepulauan Riau dengan tujuan untuk berniaga, melakukan pertukaran
komoditas, dan kegiatan administratif kepemerintahan di Tanjung Pinang. Untuk
menjangkau wilayah Tanjung Pinang, pada awalnya penduduk Kabupaten Kepulauan
Anambas dapat memanfaatkan transportasi udara. Setelah ditutupnya landasan udara di
Kabupaten Kepulauan Anambas, pilihan satu-satunya dalam melakukan mobilitas adalah
transportasi air dari Kabupaten Kepulauan Anambas ke Tanjung Pinang dan sebaliknya.

Pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas


didapatkan dari Tanjung Pinang. Tanjung Pinang merupakan kota besar terdekat yang
menyediakan berbagai keperluan hidup. Dalam skala kecil, kebutuhan atas komoditas
juga disediakan oleh Kota Ranai di Kabupaten Natuna. Untuk mendapatkan komoditas
dari Kota Ranai (Kabupaten Natuna), penduduk Anambas menggunakan jasa pelayaran
Pelni dan juga kapal perintis yang langsung bertambat di Dermaga Penagih, Kota Ranai.

2.3 GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN NATUNA


2.3.1 Fisik
2.3.1.1 Letak Geografis, Batas Administrasi Dan Luas Wilayah
Kabupaten Natuna terletak di Laut Cina Selatan dengan posisi yang sangat strategis baik
dari segi bisnis maupun pertahanan dan keamanan karena terletak pada jalur pelayaran
internasional. Berdasarkan orientasi dengan ibukota negaranegara Asia Tenggara maka
Kabupaten Natuna terletak diantara Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur, Ho Chi Minh City,
Bandar Sribegawan (Brunei). Sedangkan ibukota negara Asia Tenggara lainnya seperti

EXECUTIVE SUMMARY 28
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Bangkok, Hanoi, Rangoon dan Manila terletak pada radius kurang dari 2000 kilometer dari
Natuna

Kabupaten Natuna merupakan kabupaten baru yang merupakan hasil pemekaran


Kabupaten Kepulauan Riau sebelum menjadi Provinsi yang didasarkan pada Undang-
undang RI No. 53 tahun 1999. Kabupaten Natuna yang terletak pada posisi 1°16' - 7°19'
Lintang Utara dan 105°00' - 110°00' Bujur Timur, menurut Undang-undang Nomor 33
Tahun 2008, Kabupaten Natuna memiliki luas 264.198,37 Km2 dengan luas daratan
2.001,30 Km2 dan lautan 262.197,07 Km2 dimana Ranai sebagai Ibukota Kabupaten
Natuna. Dikabupaten ini terdapat 154 pulau, dengan 27 pulau (17,53 persen) yang
berpenghuni dan sebagian besar pulau (127 buah) tidak berpenghuni. Dua pulau terbesar
diantaranya adalah Pulau Bunguran, dan Pulau Serasan.

Secara administratif Kabupaten Natuna berbatasan dengan dengan:


1. Sebelah Utara : Negara Vietnam dan Kamboja
2. Sebelah Timur : Malaysia Bagian Timur (Sarawak) dan Kalimantan Barat
3. Sebelah Selatan : Kabupaten Bintan
4. Sebelah Barat : Semenanjung Malaysia dan Kabupaten Kepulauan Anambas

Tabel 2.5.
Wilayah Kabupaten Natuna Menurut Kecamatan Tahun 2013
Luas
No Kecamatan Ibu Kota
Ha %
1 Midai Sabang Barat 2,610 1.30
2 Bunguran Barat Sedanau 44,846 22.41
3 Bunguran Utara Kelarik 40,471 20.22
4 Pulau Laut Air Payang 3,769 1.88
5 Pulau Tiga Sabang Mawang 6,787 3.39
6 Bunguran Timur Ranai 14,683 7.34
7 Bunguran Timur Laut Laut Tanjung 23,501 11.74
8 Bunguran Tengah Harapan Jaya 17,271 8.63
9 Bunguran Selatan Cemaga 23,399 11.69
10 Serasan Serasan 4,366 2.18
11 Serasan Timur Terayak 16,093 8.04
12 Subi Arung Ayam 2,335 1.17
Jumlah 200,131 100
Sumber : BPS Kabupaten Natuna, Tahun 2014

EXECUTIVE SUMMARY 29
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Gambar 2.14. Peta Administrasi Kabupaten Natuna

EXECUTIVE SUMMARY 30
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.3.1.2 Topografi
Berdasarkan kondisi fisik, Kabupaten Natuna terdiri dari tanah berbukit dangunung batu.
Daratan rendah dan landai pada umumnya terdapat di pinggiran pantai. Berdasarkan
kondisi fisiknya, Kabupaten Natuna merupakan tanahberbukit dan bergunung batu.
Hampir 10% dari wilayah Kecamatan Bunguran Timur dan Bunguran Barat merupakan
daratan rendah dan landai terutama di pinggiran pantai, 65% bergelombang dan 25%
berbukit sampai bergunung.Ketinggian wilayah antar kecamatan cukup beragam, yaitu
berkisar antara 3 sampai dengan 959 meter dari permukaan laut dengan kemiringan
antara 2 sampai dengan 5 meter. Wilayah Kecamatan Serasan sebagian besar terdiri
perbukitan dan gunung batu dengan keberadaan tanah datar yang relative terbatas. Di
Kecamatan Serasan terdapat beberapa gunung batu yaitu Gunung Kute, Gunung Punjan,
Gunung Payak, dan Gunung Pelawan Condong. Kondisi fisik Kecamatan Midai memiliki
kemiringan lahan berkisar antara 2°-5° dengan ketinggian antara 3-500 m diatas
permukaan laut.

2.3.1.3 Jenis Tanah


Tanah merupakan unsur penting dalam kegiatan perekonomian, karena tanah merupakan
wadah dari segala aktivitas baik itu aktivitas ekonomi, sosial maupun kegiatan lainnya.
Jenis data tanah yang terdapat di wilayah studi diambil berdasarkan klasifikasi Pusat
Penelitian Tanah (PPT) tahun 1983, sedangkan adanya perbedaan penamaan sebelum
tahun 1983 karena tanahnya dibedakan dengan klasifikasi Pusat Penelitian Tanah (PPT)
tahun 1983. Tanah-tanah yang terdapat di lokasi studi dapat dibedakan menjadi dua
kelompok tanah, yaitu tanah mineral dan tanah organik.Pada umumnya struktur tanah dari
tanah podsolik merah kuning dari bantuan yang tanah dasarnya mempunyai bahan granit,
dan alluvial serta tanah organosol dan gley humus.

Tanah di Kecamatan Bunguran Barat dan Kecamatan Bunguran Timur umumnya terdiri
dari jenis tanah latosol, alluvial, podsolik serta organosol. Tanah-tanah tersebut terbentuk
dari bahan induk batuan beku organosol. Tanah-tanah tersebut terbentuk dari bahan
organik. Jenis tanah alluvial dijumpai di sepanjang tanggul sungai utama, daerah meander
serta daerah flood plain yang terdapat di belakang pantai marin. Jenis tanah latosol
adalah jenis tanah mineral yang telah mengalami pelapukan lanjut, sangat tercuci
sehingga batas-batas horizon menjadi baur, kandungan mineral primer dan unsur hara
rendah dengan warna tanah merah, coklat kemerahan, coklat, coklat kekuningan dijumpai
dari muka laut hingga ketinggian 900 m diatas permukaan laut. Jenis tanah podsolik
dijumpai pada ketinggian antara 50 m hingga 350 m dpl, sedangkan jenis tanah organosol
dijumpai pada daerah cekungan di belakang sungai utama yang merupakan daerah rawa
dan pada umumnya tingkat kematangan hemik sampai saprik. Tinggi kesuburan sedang
dan mempunyai tingkat kematangan hemik sampai saprik. Tingkat kesuburan tanah pada
daerah studi yang nilai berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Pusat Penelitian Tanah
(PPT) tahun 1983 tergolong rendah hingga sedang pada seluruh jenis tanah yang diteliti.

Tanah yang terdapat di Kecamatan Serasan dan Midai umumnya terdiri dari jenis tanah
gleisol, latosol, alluvial, litosol dan organosol. Tanah-tanah tersebut terbentuk dari bahan
induk bahan organik (endapan pantai berupa pasir, kerikil dan sisa tumbuhan), batuan
beku basa dan batuan vulkanik. Tanah alluvial sebagaian besar menempati satuan
visiografi daratan pasang surut dan pantai marin terbentuk dari bahan induk alluvium
pantai/endapan marin.
Pada satuanfisiografi ini tanah terbentuk dari bahan endapan muda (alluvium-kolluvium)
dan proses pembentukannya sangat dipengaruhi oleh fluktuasi air/genangan sehingga
sifat-sifat hidromorfik di dalam penampangnya. Jenis tanah gleisol dijumpai di Pulau Subi
Besar yang berkembang dari bahan alluvium-koluvium yang terdiri dari endapan halus

EXECUTIVE SUMMARY 31
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

dan kasar (campuran) serta lumpur marin menempati satuan fisiografi pasang-surut dan
pelembahan dengan bentuk wilayah datar.

Perkembangan tanah sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang selalu jenuh air
(hidromorfik) yang dicirikan oleh adanya gleid yang merupakan hasil dari proses reduksi.
Kondisi drainase terhambat sampai sangat terhambat, kedalaman tanah umumnya dalam
dengan pekembangan struktur yang sangat lemah pada lapisanatas dan pejal pada
lapisan bawah. Tekstur lapisan atas lempung berpasir dan lapisan bawah lempung liat
berpasir dengan reaksi tanah masam. Tingkat kesuburan tanah pada daerah studi yang
dinilai berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh PPT tahun 1983 tergolong rendah hingga
sedang pada seluruh. jenis tanah yang diteliti.

EXECUTIVE SUMMARY 32
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.3.1.4 Klimatologi
Iklim di Kabupaten Natuna sangat dipengaruhi oleh perubahan arah angin. Berdasarkan
arah angin musim di wilayah Kabupaten Natuna dibagi dalam 4 periode yaitu periode
Januari – Maret: bertiup angin utara dan timur laut, hujanturun sekali-kali dengan
temperatur udara sedang, periode April – Juni: bertiup angin timur laut/tenggara, hujan
sedikit dengan temperatur udara agak panas (lebih/kurang 34° C), periode Juli –
September: bertiup angin tenggara, hujan turun agak banyak dengan temperatur udara
sedang (lebih kurang 30°C), periode Oktober – Desember: bertiup angin barat/utara,
hujan banyak turun pada bulan September, Oktober dan November, temperatur agak
dingin dan lembab pada malam hari. Curah hujan rata-rata setahun berkisar 193,2
milimeter dengan rata-rata kelembaban udara sekitar 90,4% dan temperatur lebih kurang
25,8°C.

2.3.1.5 Hidrologi
Keberadaan hidrologi di Kabupaten Natuna dapat dilihat dari 2 hal, yaitu airpermukaan
dan air tanah. Air permukaan yang terdapat di wilayah Kabupaten Natuna berupa sungai,
diantaranya Sungai Ranai yang terdapat di KecamatanBunguran Timur dan sungai
lainnya. Untuk Sungai Ranai dan sungai-sungai kecil lainnya di Kecamatan Bunguran
Timur ini umumnya di Gunung Ranai, sungaisungai kecil tersebut diantaranya Sungai
Ngusang, Sungai Sarang Batunagis, Sungai Batukilang, Sungai Jemengan, Sungai Siman
dan Sungai Senipak. Selain sungai, air permukaan terdapat juga di Kecamatan Bunguran
Timur yaitu Air Terjun Gunung Ranai dan di Kecamatan Bunguran Tengah yaitu Air Terjun
Air Lengit. Sumber air tanah yang terdapat di Kabupaten Natuna berkisar 1-3 m dari
wilayah dataran, sedangkan pada wilayah yang topografinya berbukit-bukit kedalaman
muka air tanah berkisar 1-7 m.

2.3.1.6 Hutan
Kabupaten Natuna sebetulnya memiliki potensi sumberdaya alam yang belum banyak
dimanfaatkan. Demikian pula ada potensi yang telah dimanfaatkan, tetapi belum
dimanfaatkan secara optimal, antara lain kehutanan, perkebunan, perikanan,
pertambangan dan galian serta potensi pariwisata. Hal ini terbukti dari 154 pulau yang
ada 124 pulau lainnya masih merupakan pulau kosong yang belum dihuni. Keadaan ini
merupakan suatu peluang yang dapat dikembangkan untuk sektor kehutanan dimana
pada saat ini sektor kehutanan merupakan sektor yang paling kecil memberikan kontribusi
terhadap PDRB Kabupaten Natuna. Adapun komoditas yang dapat diolah menjadi
plywood, block-board,veneer, lumber-core, kayu gergajian dan poliyester.

A. Hutan Mangrove
Di wilayah pengembangan Natuna terdapat hutan mangrove, namun sebagian besar
kondisi hutan ini dalam keadaan rusak yang disebabkan oleh aktivitas penebangan liar
dan sudah terjadi sejak lama. Namun hutan mangrove apabila di lihat dari arah laut masih
terlihat bagus dikarenakan bagian terluar hutan didominasi tingkat pohon, tetapi hanya
berjarak ± 10 meter dari arah laut, sedangkan semakin dalam keadaan hutan semakin
rusak. Beberapa lokasi hutan magrove yang masih dalam keadaan relative baik terdapat
di sekitar muara Sungai Semala dan sedikit di sekitar Pantai Semala. Sedangkan di
daerah sepanjang Sungai Segeram sudah tidak terdapat hutan mangrove. Sedangkan
hutan mangrove dibuka untuk memudahkan keluarnya kayu dari dalam hutan ke laut.

B. Hutan Pantai
Seperti halnya hutan lainnya yang berada di wilayah pengembangan Kabupaten Natuna,
hutan pantai ini juga merupakan hutan sekunder yang cukup rapat. Jenis-jenis tumbuhan
yang ditemukan pada hutan pantai adalah laut (Acrostichum aureum), bintangur

EXECUTIVE SUMMARY 33
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

(Calophyllum inophyllum),melur (Dacrydium junghunii), paku resam (Gleichenia linean),


rengas (Gluta renghas), rumput kawat (Lycopodium cemuum), kantong semar (Nepenthes
sp), pandan (Pandanus sp.), pelawan (Tristania sp.), resak (Vatica rassak), dan vitex
(Vitex sp.), sedangkan jenis yang mendominasi dari mulai tingkat semai, pancang, tiang
dan pohon adalah jenis bintangur (Calophyllum inophyllum).

C. Hutan Rawa
Hutan rawa biasanya terdapat di sekitar muara sungai/delta sungai, selalu tergenang air
tawar dari sungai sehingga bersifat kaya hara (eutrofik). Jenis-jenis tumbuhan yang
mendominasi ekosistem ini adalah dari jenis rumput-rumputan, paku-pakuan dan
tumbuhan lain seperti kantong semar, pulai rawa, jelutung rawa dan meranti balangeran.

D. Hutan Hujan Dataran Rendah


Walaupun hutan hujan dataran rendah yang terdapat di daerahpengembangan Kawasan
Natuna merupakan hutan sekunder, tetapi tetap saja hutan ini sangat kaya akan flora dan
faunanya. Pohon yang mendominasi hutan ini adalah dari family Dipterocarpaceace, dan
jenis lain yang mempunya nilai ekonomis yang sangat tinggi yaitu Ulin (Eusideroxylon
zwageri) yang saat ini merupakan pohon yang dilindungi karena jumlahnya yang semakin
sedikit.
Secara umum walaupun hutan yang terdapat di wilayah pengembangan Natuna
merupakan hutan sekunder, tetapi hutan masih memiliki keanekaragaman hayati yang
cukup baik. Pohon yang keberadaannya semakin langka dan patut untuk kelestarian
adalah pohon/kayu belian jual yang sangat tinggi karena mempunyai tinggi kekuatan dan
keawetan kelas1. Hal ini yang juga mendorong penebang liar untuk menebang dan
menjual kayu jenis ini.

2.3.1.7 Pola Penggunaan Lahan


Penggunaan lahan di Kabupaten Natuna didominasi oleh lahan non terbangun,dimana
pada tahun 2010 mencapai 87,55% (178.408,38 hektar) dari total luas daratan Kabupaten
Natuna. Sebaliknya, luas lahan terbangun hanya sekitar 12,45% (25.374,54 hektar).
Lahan non terbangun terdiri dari hutan seluas 92.252,51 hektar (45,27% dari luas daratan
Kabupaten Natuna), perkebunan 18.666,73 hektar (9,16%), sawah 115,64 hektar (0,06%),
belukar rawa 8.025,83 hektar (3,94%), padang rumput 1.404,20 hektar (0,69%), semak
belukar seluas 38.400,73 hektar (18,84%), dan ladang seluas 7.196,84 hektar (3,53%).
Area hutan di Kabupaten Natuna sebagian besar berada di Kecamatan Bunguran Barat
dan Bunguran Utara dan sisanya di Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kecamatan
Bunguran Selatan, Kecamatan Bunguran Timur, Kecamatan Bunguran Tengah dan
tersebar di pulau-pulau lainnya di Kabupaten Natuna. Kabupaten Natuna juga terdapat
beberapa wilayah sawah beririgasi, seperti di Desa Kelarik dan Desa Tapau (di sekitar
Bendungan Tapau).

Penggunaan lahan lainnya di Kabupaten Natuna adalah untuk permukiman dan


bangunan, luas kawasan permukiman yang ada saat ini sebesar 25.374,54 hektar atau
12,45% dari luas daratan Kabupaten Natuna. Lokasi permukiman tersebar di sepanjang
pantai, kecuali permukiman transmigrasi yang terdiri dari SatuanPermukiman (SP) I, II,
dan III yang berlokasi di Kecamatan Bunguran Tengah. Secara keseluruhan, lahan
permukiman dan bangunan di Kabupaten Natuna sebagian besar terdapat di Kecamatan
Bunguran Timur seluas 6.760,39 hektar atau sebesar 26,64% dari seluruh luas kawasan
permukiman di Kabupaten Natuna. Sedangkan gambaran pusat-pusat pelayanan kota di
Kabupaten Natuna dinyatakan oleh adanya kota-kota kecamatan yang merupakan bagian
dari sistem kota Kabupaten Natuna. Di Kabupaten Natuna terdapat dua buah kota
kecamatan,yakni Kota Sedanau sebagai ibukota Kecamatan Bunguran Barat dengan luas

EXECUTIVE SUMMARY 34
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

216,65 km2 dan Kota Ranai sebagai ibukota Kabupaten Natuna dan juga sebagai ibukota
Kecamatan Bunguran Timur dengan luas 250 km2. Kota Kecamatan tersebut memiliki
fungsi sebagai pusat administrasi tingkat kecamatan dan pusat pelayanan penduduk, baik
di bidang sosial maupun ekonomi, dengan jangkauan pelayanan bagi desa-desa di
sekitarnya. Kondisi pelayanan kota pada saat ini menunjukkan bahwa Kota Sedanau
kurang mampu memenuhi fungsinya untuk melayani kebutuhan sosial-ekonomi penduduk
secara optimal yang disebabkan oleh lokasi kota ini berada di Pulau Sedanau dan
terpisah dengan desa-desa Kecamatan Bunguran Barat sehingga membutuhkan alat
transportasi untuk mencapai kota tersebut yang saat ini kurang memadai. Sebaliknya
kota Ranai relatif lebih mampu menjalankan fungsinya sebagai pusat pelayanan bagi kota
itu sendiri dan desa-desa di sekitarnya. Untuk itu dalam tahap perencanaan tata ruang
Kabupaten Natuna, Kota Ranai merupakan kota yang diharapkan berkembang untuk
melayani penduduk Pulau Bunguran, maupun sebagai ibukota Kabupaten Natuna serta
“base camp” bagi instansi yang akan terlibat dalam pembangunan Kabupaten Natuna.

Gambar 2.17. Peta Tutupan Lahan kabupaten Natuna

EXECUTIVE SUMMARY 35
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.3.2 Ekonomi
Indikator umum yang digunakan untuk mengetahui pencapaian keberhasilan percepatan
pembangunan di suatu wilayah pada waktu tertentu adalah laju pertumbuhan ekonomi.
Laju pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro ekonomi yang dapat
menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi dalam suat wilayah pada suatu periode
tertentu. Laju pertumbuhan ekonomi baik agregat maupun sektoral dihitung berdasarkan
PDRB atas dasar harga konstan, bukan atas dasar harga berlaku. PDRB atas dasar
harga berlaku belum menggambarkan kenaikan atau pertumbuhan yang riil, karena masih
dipengaruhi kenaikan tingkat harga atau inflasi. Kinerja ekonomi Kabupaten Natuna
sepanjang tahun 2014 menunjukkan hasil yang cukup baik.

2.3.2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi Kabupaten Natuna


Setiap tahun besaran angka PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2013 mengalami
peningkatan sebesar 1,691,579 juta rupiah, dibandingkan dengan tahun sebelumnya
(tahun 2013) sebesar 1,469,358 juta rupiah. Keadaan ini disebabkan oleh kenaikan laju
pertumbuhan dari delapan sektor ekonomi kecuali sektor Industri Pengolahan. Besaran
angka PDRB sektor listrik, gas dan air bersih mengalami peningkatan dari sebesar 1,651
juta rupiah menjadi 2,013 juta rupiah. Begitu juga dengan sektor-sektor jasa mengalami
peningkatan mencapai 102,178 juta rupiah pada tahun 2013 dibandingkan dengan
periode tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 85,857 juta rupiah. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dari Tabel 2.6.

Tabel 2.6.
PDRB Atas Dasar Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 2010-2014
N0 Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013
1 Pertanian, 606,595 627,449 807,953 854,004 935,530
Peternakan,Kehutanan dan
Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 4,224 4,756 5,415 6,254 6,854
3 Industri Pengolahan 21,407 23,335 25,694 28,796 30,402
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 942 1,407 1,064 1,651 2,013
5 Konstruksi 50,464 66,933 90,814 110,232 135,328
6 Perdagangan, Hotel, dan 157,749 189,353 204,614 234,551 285,046
Restoran
7 Pengangkutan dan Komunikasi 41,198 62,912 85,863 109,379 145,888
8 Keuangan, Persewaan, dan 28,213 32,023 35,660 38,834 48,340
Jasa Perusahaan
9 Jasa-jasa 66,956 71,708 77,736 85,657 102,178
Jumlah 977,748 1,079,87 1,334,81 1,469,35 1,691,57
6 3 8 9
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna,Tahun 2014

2.3.2.2 Distribusi PDRB dan Kontribusi Perekonomian Dari Tiap Sektor


Dilihat dari distribusi PDRB, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten
Natuna masih dominan di tahun 2013. Kontribusi sektor ini sebesar 55,31% tetapi
mengalami penurunan, padahal sebelumnya di tahun 2009 sebesar 62,04%. Sektor listrik
gas dan air bersih tahun 2009 juga mampu memberi kontribusi sebesar 0.10% meningkat
0,12% tahun 2013 . Untuk kontribusi sektor-sektor ekonomi lainnya selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 2.7.

EXECUTIVE SUMMARY 36
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tabel 2.7.
Distribusi Prosentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2010-2014
N0 Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan 62.04 58.10 60.53 58.12 55.31
dan Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 0.43 0.44 0.41 0.43 0.41
3 Industri Pengolahan 2.19 2.16 1.92 1.96 1.80
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.10 0.13 0.08 0.11 0.12
5 Konstruksi 5.16 6.20 6.80 7.50 8.00
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 16.13 17.53 15.33 15.96 16.85
7 Pengangkutan dan Komunikasi 4.21 5.83 6.43 7.44 8.62
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa 2.89 2.97 2.67 2.64 2.86
Perusahaan
9 Jasa-jasa 6.85 6.64 5.82 5.83 6.04
100 100 100 100 100
Sumber BPS kabupaten Natuna, 2010 – 2014
A. Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor yang mampu memberikan kontribusi yang tinggi
terhadap perekonomian Kabupaten Natuna, karena kurun waktu tahun 2009-2013 sektor
ini memberikan kontribusi yang sangat dominan. Pada Tahun 2009 sektor pertanian
memberikan kontribusi sebesar 62,04% dari total PDRB meski bila dilihat dari tahun 2010
hingga 2013 cenderung menurun, tapi rata-rata kontribusi pertahun meningkat bila
dibandingkan dengan rata-rata tahun sebelumnya. Ini menggambarkan bahwa sektor
pertanian harus dioptimalkan pengembangannya karena selain kontribusinya yang cukup
tinggi, sektor pertanian juga banyak menampung penduduk usia kerja di Kabupaten
Natuna. Pembahasan sektor ini meliputi:

B. Perkebunan
Perkebunan kelapa yang merupakan kegiatan perkebunan yang memiliki total area luas
lahan 14.006 Ha atau sekitar 43,40% dari total luas lahan perkebunan. Lahan yang
dimanfaatkan untuk perkebunan kelapa dengan lokasi terluas berada di Kecamatan
Bunguran Timur. Luasan lahan perkebunan kelapa di Bunguran Timur menjadi lebih kecil
dibandingkan dengan tahun yang lalu dikarenakan adanya pemekaran wilayah Kabupaten
Natuna dimana perkebunan kelapa terbesar berada di Kecamatan Bunguran Timur Laut.
Dan untuk perkebunan cengkeh tersebar di semua kecamatan, kecuali Kecamatan
Bunguran Tengah.
Pada tahun 2014 total hasil perkebunan di Kabupaten Natuna mencapai 13,305.4 ton.
Sekitar 45,18% merupakan produksi perkebunan kelapa yang juga mengalami penurunan
jika dibandingkan tahun sebelumnya, dikarenakan adanya pengurangan luas lahan yang
juga disebabkan faktor pemekaran wilayah Kabupaten Natuna. Sedangkan perkebunan
dengan tingkat produksi terendah adalah perkebunan kopi.

C. Tanaman Pangan dan Buah-buahan


Pengolahan tanaman pangan pada umumnya di Kabupaten Natuna masih dilakukan
dengan sistem tradisional sehingga tingkat produktivitas masih rendah. Luas tanaman
bahan pangan di Kabupaten Natuna pada tahun 2013 seluas 994 Ha dan luas panen
bahan makanan 994 Ha, angka ini belum pasti, dikarenakan sebagian data masih
tercakup di beberapa kecamatan antara lain di kecamatan Bunguran Timur dan Serasan.

EXECUTIVE SUMMARY 37
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Sedangkan produksi yang dihasilkan sebesar 3.989 Ton. Untuk sayuran luas lahan yang
dimanfaatkan seluas 1.545 Ha dengan luas panen 90 Ha. Pengusaha sayuran ini pada
umumnya mengolah secara konvensional dan memilih lokasi di sekitar tempat tinggal.

D. Peternakan
Populasi ternak yang terdapat di Kabupaten Natuna pada tahun 2010 terbagi dalam dua
jenis populasi ternak yaitu populasi ternak besar dan kecil. Populasi ternak besar yang
ada di Kabupaten Natuna terdiri dari sapi dan kerbau serta ternak kecil adalah kambing
dan Domba, sedangkan ternak Unggas diantaranya adalah ayam dan itik. Sapi dan
kambing merupakan populasi yang dominan dibandingkan dengan kerbau, sedangkan
untuk ternak Unggas adalah Ayam dan Itik.

E. Perikanan
Sub sektor perikanan di Kabupaten Natuna pada umumnya masih diusahakan secara
tradisional. Ini belum menguntungkan mengingat sebagian besar wilayahnya adalah
perairan, baik yang merupakan laut dangkal atau laut lepas pantai yang kaya akan
sumberdaya perikanan. Dari jenis alat tangkap nelayan lokal tergambar pola
penangkapan dengan menggunakan peralatan tangkap tradisional. Dengan demikian
hasil yang diperoleh akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan nelayan nelayan dari luar
yang telah menggunakan peralatan yang lebih modern.

2.3.3 Sosial Budaya


2.3.3.1 Kependudukan
Kabupaten Natuna merupakan daerah bercorak budaya Melayu. Hal ini dikarenakan
mayoritas penduduk Natuna berasal dari etnis Melayu. Etnis-etnis dari luar etnis Melayu
adalah Jawa, Minang, Batak, dan Tionghoa. Masing-masing etnis tersebut memiliki
peranan yang saling menunjang dalam perekonomian Kabupaten Natuna, misalkan etnis
Melayu yang banyak bergerak di bidang perikanan, etnis Jawa dan Batak bergerak di
bidang pertanian, etnis Minang dan Tionghoa bergerak di bidang perniagaan.
Tahun 2014 jumlah penduduk di Kabupaten Natuna sebanyak 76.897 jiwa (Kepulauan
Riau Dalam Angka, 2014). Dengan luas 19.993,2 km2, kepadatan penduduk Kabupaten
Natuna adalah 26 jiwa/km2. Pertumbuhan penduduknya menunjukkan peningkatan dari
tahun ke tahunnya, seperti tertuang dalam tabel berikut.

Tabel 2.8.
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Natuna 2010-2014
Tahun 2014 2013 2012 2011 2010
Jumlah Penduduk 76.897 74.615 72.521 69.003 91.871
Pertumbuhan Penduduk (%) 3 3 5 5 -25
Sumber: disarikan dari Kepulauan Riau Dalam Angka 2014

Berdasarkan kondisi eksisting, mata pencaharian, penduduk Kabupaten Natuna 40,4%


berprofesi di bidang pertanian dan perikanan, 16% bekerja di konstruksi, pergudangan,
dan komunikasi, 8% sebagai pedagang, sisanya berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil,
TNI, dan pekerja perusahaan migas yang beroperasi di sekitar perairan Natuna. Hal
tersebut terjadi mengingat kondisi geografis Kabupaten Natuna yang didominasi oleh laut;
dengan dataran yang digunakan untuk perkebunan, serta melimpahnya kekayaan gas di
sekitar perairan Natuna.

EXECUTIVE SUMMARY 38
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Kecamatan Bunguran Timur merupakan pusat aglomerasi penduduk Kabupaten Natuna.


Dari 76.897 jiwa penduduk Kabupaten Natuna, 25.048 jiwa bermukim di Kecamatan
Bunguran Timur dan berlokasi di Kota Ranai dengan pola permukiman linear menghadap
poros jalan. Kecamatan Bunguran Timur juga menjadi pusat aktivitas pertukaran
komoditas bagi penduduk Kabupaten Natuna dan melayani juga penduduk Kabupaten
Kepulauan Anambas dalam skala kecil.

Penduduk Kabupaten Natuna tidak tersebar secara merata. Berdasarkan data yang
didapat dari Kabupaten Natuna Dalam Angka (2014), dari 76.897 jiwa penduduk
Kabupaten Natuna, Kecamatan Bunguran Timur merupakan pusat aglomerasi penduduk
Kabupaten Natuna berpusat di daerah Kota Ranai. Kecamatan Pulau Laut merupakan
kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil yakni sebanyak 2.417 jiwa. Sebaran
penduduk Kabupaten Natuna tersaji dalam tabel berikut.

Tabel 2.9.
Sebaran Penduduk Kabupaten Natuna Tahun 2014 Berdasarkan Kecamatan
JUMLAH
KECAMATAN
NO PENDUDUK
1 2
1 MIDAI 5580
2 BUNGURAN BARAT 12139
3 BUNGURAN UTARA 4254
4 PULAU LAUT 2417
5 PULAU TIGA 5378
6 BUNGURAN TIMUR 25408
7 BUNGURAN TIMUR LAUT 4799
8 BUNGURAN TENGAH 3158
9 BUNGURAN SELATAN 2827
10 SERASAN 5022
11 SUBI 2872
12 SERASAN TIMUR 3043
JUMLAH TOTAL 76897
Sumber: Kabupaten Natuna Dalam Angka (2014)

Dari tabel di atas, Kecamatan Bunguran Timur memiliki penduduk terbanyak, kemudian
diikuti oleh Kecamatan Bunguran Barat. Kecamatan Midai merupakan kecamatan dengan
populasi terbanyak ketiga dengan 5.580 jiwa. Di peringkat keempat adalah Kecamatan
Pulau Tiga dengan populasi sebanyak 5.378 jiwa. Kecamatan Serasan menempati posisi
ke lima dari segi jumlah penduduk, yakni sebanyak 5.022 jiwa.

Seiring dengan persebaran penduduk yang tidak merata, kepadatan penduduk di


Kabupaten Natuna pun memiliki variasi. Satu daerah terdapat permukiman penduduk
padat, sementara daerah lain relatif tidak terdapat permukiman penduduk yang padat.
Sebaran kepadatan penduduk di Kabupaten Natuna tersaji dalam tabel berikut.

EXECUTIVE SUMMARY 39
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tabel 2.10.
Sebaran Kepadatan Penduduk di Kabupaten Natuna Tahun 2014
JUMLAH KEPADATAN
LUAS AREA
KECAMATAN PENDUDUK PENDUDUK
NO (Km2) 2
(jiwa) (jiwa/Km )
1 2 3 4
1 MIDAI 26,10 5580 213,79
2 BUNGURAN BARAT 448,46 12139 27,07
3 BUNGURAN UTARA 404,71 4254 10,51
4 PULAU LAUT 37,69 2417 64,13
5 PULAU TIGA 67,87 5378 79,24
6 BUNGURAN TIMUR 146,83 25408 173,04
7 BUNGURAN TIMUR LAUT 253,01 4799 20,42
8 BUNGURAN TENGAH 172,71 3158 18,28
9 BUNGURAN SELATAN 233,99 2827 12,08
10 SERASAN 43,65 5022 115,05
11 SUBI 169,93 2872 17,85
12 SERASAN TIMUR 23,35 3043 130,32
JUMLAH TOTAL 2001,30 76897
RERATA 38,42
Sumber: Kabupaten Natuna Dalam Angka (2014)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Midai merupakan kecamatan dengan
kepadatan penduduk tertinggi (213,79 jiwa/Km2). Kecamatan Bunguran Timur yang
memiliki penduduk terbanyak merupakan berada di peringkat kedua dalam hal kepadatan
penduduk (173,04 jiwa/ Km2), diikuti oleh Kecamatan Serasan, Kecamatan Pulau Tiga,
dan Kecamatan Pulau Laut. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi tersebut tidak terlalu
berkorelasi dengan jumlah penduduk di suatu kecamatan, tetapi lebih ditentukan oleh luas
yang dimiliki oleh suatu kecamatan tertentu.

2.4 RENCANA TATA RUANG PADA KAWASAN PERBATASAN


NATUNA - ANAMBAS
2.4.1 Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Kepulauan
Anambas
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Anambas,
rencana pengembangan sistem pusat kegiatan dimaksudkan untuk menggambarkan
peran dan fungsi setiap kota dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan dalam
lingkup Kabupaten Kepulauan Anambas. Pengembangannya dilakukan melalui
pembentukan pusat-pusat kegiatan yang ditetapkan secara hirarkhi sesuai potensi yang
dimiliki setiap pusat kegiatan atau didasarkan pada arah kebijakan pengembangan.
Artinya, penetapan sesuai potensi didasarkan pada kondisi saat ini (eksisting), baik yang
menyangkut sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan sumberdaya buatan;
sedangkan arah kebijakan pengembangan didasarkan pada tujuan yang akan dicapai
melalui pengembangan suatu pusat kegiatan yang rencana pengembangan kedepan
dalam kurun waktu perencanaan yaitu 20 (dua puluh) tahun mendatang.

Dalam kajian pola keterkaitan (linkages) antar simpul/pusat ini akan dipertimbangkan :
 Identifikasi simpul/pusat dan keefektifannya sebagai pusat pelayanan;

EXECUTIVE SUMMARY 40
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

 Orientasi dan jarak pelayanan pusat yang bersangkutan;


 Administrasi pemerintahan, terutama pada tingkat kecamatan dan kabupaten.

Tabel 2.11.
Rencana Struktur Ruang Kabupaten Kepulauan Anambas
Ibukota Kecamatan/
No Hirarki Fungsi Fungsi Utama
Kabupaten
1 Tarempa PKW  Pusat pemerintahan kabupaten & kecamatan
 Pusat transportasi laut
 Pusat pendidikan umum
 Pusat perdagangan dan jasa
 Pusat industri pengolahan
 Pusat kegiatan olah raga
 Kawasan pariwisata
2 Letung PKL  Pusat pemerintahan kecamatan.
 Perdagangan skala lokal.
 Kawasan pertanian dan perkebunan dengan
pengolahan hasil pertanian dan perkebunan.
 Kawasan pariwisata
3 Tebang Ladan PKL  Pusat pemerintahan kecamatan.
 Perdagangan skala lokal.
 Kawasan pertanian dan perkebunan dengan
pengolahan hasil pertanian dan perkebunan.
 Sebagai pusat pelayanan kesehatan.
 Sebagai pusat kegiatan minapolitan
 Sebagai pusat/ basecamp kegiatan
pertambangan lepas pantai
4 Nyamuk, Air Bini, Air PPK  Pusat pemerintahan kecamatan
Asuk dan Ulu Maras
 Permukiman perkotaan
 Kawasan penunjang minapolitan
5 Batu Belah, Air Sena, PPL  Pusat pemerintahan kecamatan
Bayat, Payalaman
dan Kuala Maras
 Permukiman perdesaan
 Kawasan penunjang minapolitan
Sumber : RTRW Kabupaten Kepulauan Anambas 2011-2031

2.4.2 Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Natuna


Dasar dasar perumusan struktur ruang di Kabupaten Natuna dilakukan dengan
memperhatikan arahan rencana struktur ruang sistem Nasional dan rencana struktur
ruang sistem provinsi serta kebutuhan pengembangan wilayah dan pelayanan
infrastruktur sesuai dengan persoalan yang harus diatasi dan potensi yang dapat
dikembangkan serta peluang pengembangan yang dapat diusahakan untuk menopang
pengembangan perekonomian wilayah sampai dengan akhir tahun perencanaan.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah
kabupaten yang tersusun atas konstelasi sistem pusat kegiatan yang berhirarki satu sama
lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan
transportasi. Rencana sistem perkotaan nasional dan sistem perkotaan provinsi di
Kabupaten Natuna meliputi :

EXECUTIVE SUMMARY 41
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tabel 2.12.
Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten Natuna 2011-2031

Gambar 2.20. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Natuna

Tabel 2.13.
Arahan Fungsi Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten Natuna 2011-2031

EXECUTIVE SUMMARY 42
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 43
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 44
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Natuna merupakan rencana distribusi peruntukan
ruang dalam wilayah Kabupaten Natuna yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang
wilayah Kabupaten Natuna berfungsi:
1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten.
2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang.
3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk dua puluh tahun.

EXECUTIVE SUMMARY 45
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.

Dalam RTRW Nasional, kebijakan pengembangan ruang yang terkait dengan pola ruang
Kabupaten Natuna adalah penetapan kawasan Natuna dan sekitarnya sebagai kawasan
andalan dan kawasan andalan laut dengan rincian sebagai berikut:
1. Kawasan andalan Natuna dan sekitarnya dengan sektor unggulan pertambangan dan
perikanan laut
a. Pengembangan tahap 5 tahun pertama dengan penekanan pada rehabilitasi
kawasan andalan untuk pertambangan
b. Pengembangan tahap 5 tahun kedua dengan penekanan pada pengembangan
kawasan andalan untuk kelautan
2. Kawasan andalan laut Natuna dan sekitarnya dengan sektor unggulan pertambangan,
perikanan laut dan pariwisata
a. Pengembangan tahap 5 tahun pertama dengan penekanan pada pengembangan
kawasan andalan untuk pariwisata
b. Pengembangan tahap 5 tahun kedua dengan penekanan pada pengembangan
kawasan andalan untuk kelautan
c. Pengembangan tahap 5 tahun kedua dengan penekanan pada pengembangan
kawasan andalan untuk pertambangan.

Dalam arahan pola ruang Kabupaten Natuna diarahkan sebagai berikut:


A. Kawasan Lindung:
1. Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Natuna dengan luas 11.711,7 ha meliputi :
a. Kawasan hutan lindung Gunung Ranai seluas 2.654, 4 ha;
b. Kawasan hutan lindung Gunung Bedung seluas 4.720,1 ha; dan
c. Kawasan hutan lindung Gunung Sekunyam dengan luas 4.337,2 Ha;
2. Kawasan Lindung lainnya yang meliputi :
a. Kawasan suaka alam laut yang meliputi Kawasan Konservasi Laut Daerah
(KKLD) dan Daerah perlindungan laut.
b. Kawasan cagar alam dan cagar alam laut meliputi kawasan perlindungan
habitat penyu di pesisir Pulau Panjang Kecamatan Bunguran Utara , pesisir
Pulau Senoa Kecamatan Bunguran Timur, pesisir Pulau Serasan Kecamatan
Serasan Timur, Pesisir Pulau Subi Kecamatan Subi tempat habitat penyu
bertelur.
c. Kawasan pantai berhutan bakau.
3. Kawasan rawan bencana yang meliputi
a. Kawasan rawan longsor yang meliputi kawasan rawan bencana longsor di
pulau Bunguran yang sangat dikontrol oleh adanya sesar berarah barat laut-
tenggara atau utara-selatan. Di daerah ini diduga banyak terjadi longsoran jenis
rock fall yang arahnya ke barat/timur atau barat daya-timur laut. Demikian juga
di bagian timur laut Pulau Bunguran diduga banyak terjadi longsoran dengan
jenis yang sama dengan arah longsoran ke arah barat daya/timur laut atau
barat/timur. Kawasan rawan longsor di daerah ini juga diikuti rawan erosi.
b. Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi meliputi pulau -pulau kecil yang
berada laut lepas. Bagian pesisr pantai utara, timurdan selatan Pulau Bunguran
merupakan kawasan rawan gelombang pasang.
c. Kawasan rawan bencana puting beliung yang meliputi kawasan permukiman
yang berada di sekitar pantai atau pesisir.
d. Kawasan lindung lainnya yang meliputi kawasan terumbu karang, pulau -pulau
yang memiliki luas kurang dari 10 ha, kawasan perlindungan terhadap terumbu
karang.

EXECUTIVE SUMMARY 46
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

B. Kawasan Budidaya:
Kawasan Budidaya di Kabupaten Natuna sebagaimana diarahkan dalam RTRW
Kabupaten Natuna meliputi:
1. Hutan produksi seluas kurang lebih 46.180 Ha;
2. Kawasan pertanian yang meliputi pertanian tanaman pangan,pertanian holtikultura,
perkebunan dan peternakan dengan luaskurang lebih 23.129 ha meliputi :
a. Kawasan pertanian tanaman pangan
b. Kawasan holtikultura
c. Perkebunan dengan luas kurang lebih 38.552 ha
d. Kawasan perternakan
3. Kawasan perikanan dengan luas kurang lebih 2.184. ha
4. Kawasan pariwisata dengan luas kurang lebih 3.050 ha
5. Kawasan industri dengan luas kurang lebih 2.518. ha
6. Kawasan permukiman dengan luas kurang lebih 36.786 ha
7. Kawasan lainnya dengan luas kurang lebih 21.261 ha

EXECUTIVE SUMMARY 47
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BAB
III
ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH
3.1 Analisis Kebijakan Pengembangan Wilayah
3.1.1. Analisis Kebijakan Terkait Pengembangan Kawasan
a. Posisi Kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang, bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;
penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional; pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional; mewujudkan keterpaduan,
keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian
antarsektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; penataan ruang kawasan
strategis nasional; dan penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Oleh karena itu, RTRWN disusun dengan memperhatikan dinamika pembangunan yang
berkembang, antara lain tantangan globalisasi, otonomi dan aspirasi daerah,
keseimbangan perkembangan antarkawasan, kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang rentan terhadap bencana, dampak pemanasan global,
pengembangan potensi kelautan dan pesisir, pemanfaatan ruang kota pantai,
penanganan kawasan perbatasan negara, dan peran teknologi dalam memanfaatkan
ruang.
Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan tersebut, upaya pembangunan nasional
juga harus ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
pemanfaatan ruang yang lebih baik agar seluruh pikiran dan sumberdaya dapat diarahkan
secara berhasil guna dan berdaya guna. Salah satu hal penting yang dibutuhkan untuk
mencapai maksud tersebut adalah peningkatan keterpaduan dan keserasian
pembangunan di segala bidang pembangunan.
Penggunaan sumberdaya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal,
bertanggung jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, dengan
mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi
yang memberikan efek pengganda yang maksimum terhadap pengembangan industri
pengolahan dan jasa dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan
lingkungan hidup serta keanekaragaman hayati guna mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, RTRWN yang berlandaskan Wawasan Nusantara
dan Ketahanan Nasional merupakan matra spasial dalam pembangunan nasional yang
mencakup pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan
hidup dapat dilakukan secara aman, tertib, efektif, dan efisien.
RTRWN memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air,
dan tata guna sumberdaya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang
harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan
yang serasi dan disusun melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat

EXECUTIVE SUMMARY 48
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

lingkungan alam dan lingkungan sosial. Untuk itu, penyusunan RTRWN ini didasarkan
pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah nasional, yakni :
a. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
b. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.
c. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
d. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang
di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
e. Pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
f. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
g. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah.
h. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor.
i. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.
Tujuan-tujuan di atas diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan strategi pengembangan
struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional. Struktur ruang wilayah nasional
mencakup sistem pusat perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem
jaringan energi nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan
sumberdaya air. Pola ruang wilayah nasional mencakup kawasan lindung dan kawasan
budi daya termasuk kawasan andalan dengan sektor unggulan yang prospektif
dikembangkan serta kawasan strategis nasional.
Selain rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang, RTRWN ini juga
menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, pola ruang, kawasan andalan, dan
kawasan strategis nasional; arahan pemanfaatan ruang yang merupakan indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan; serta arahan pengendalian pemanfaatan ruang
yang terdiri atas indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif dan
disinsentif, dan arahan sanksi.
Terkait dengan kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Perbatasan Indonesia –
Laut Cina Selatan yang berlokasi di kawasan perbatasan negara di Provinsi Kepulauan
Riau ini, RTRWN sangat tepat dijadikan salah satu dasar kebijakan karena secara
substansial rencana tata ruang pulau/kepulauan dan kawasan strategis nasional sangat
berkaitan erat dengan RTRWN dan merupakan kewenangan pemerintah untuk
mengoperasionalkannya. Dalam RTRWN telah dijelaskan posisi kawasan ini merupakan
PKSN (Pusat Kegiatan Strategis Nasional) yang mempunyai fungsi untuk mendorong
perkembangan kawasan perbatasan Negara.
Adapun kriteria PKSN adalah :
a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan
negara tetangga;
b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga;
c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan
wilayah sekitarnya; dan/atau

b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kepulauan


Riau Tahun 2011-2015
Secara umum RPJP Kepulauan Riau dibagi dalam dua skenario pembangunan yaitu
periode 10 tahun, dan periode 5 tahunan. Periode 10 tahunan pertama, meliputi rencana
pembangunan antara tahun 2005-2015, dan periode 10 tahunan kedua antara tahun
2016-2025. Periode pertama pelaksanaan RPJP 2005-2015, yang dilaksanakan dengan

EXECUTIVE SUMMARY 49
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

RPJMD 2005-2010 merupakan periode inisiasi awal pembangunan, dimana komitmen


pembangunan Provinsi Kepulauan Riau telah dituangkan dalam RPJM Provinsi
Kepulauan Riau 2005-2010, dan dilanjutkan dengan periode kedua yaitu RPJMD 2011-
2015.

Pada periode pertama RPJMD, langkah awal yang perlu dilakukan adalah menyiapkan
sumberdaya manusia (SDM) dengan dukungan infrastruktur. Pembangunan SDM menjadi
prioritas pembangunan dalam periode pertama, sebagai kerangka dasar pengembangan
Provinsi Kepulauan Riau agar nantinya memiliki pelaku-pelaku pembangunan andal
khusus bagi generasi muda saat ini dan juga generasi yang akan datang. Periode
selanjutnya adalah periode pematangan yang dilaksanakan pada periode tahun 2015-
2025. Pada periode ini diharapkan masyarakat atau SDM yang telah dibina akan dapat
mengembangkan kegiatan ekonomi.

Tahap berikutnya lagi dari pasca skenario jangka panjang adalah periode pemantapan
(setelah tahun 2026) pada saat mana masyarakat dan wilayah provinsi telah menjadi
tegar dan maju dalam pengertian siap untuk melakukan pembaharuan dan melaksanakan
tujuan jangka panjang sehingga mampu mewujudkan visi sebagai wilayah perindustrian
pengolahan, pertambangan, perdagangan sektor kelautan dan perikanan dan pariwisata
yang andal untuk berupaya lebih maju lagi dengan memanfaatkan ruang darat, laut dan
udara secara simultan.

Visi Provinsi Kepulauan Riau


“Kepulauan Riau Sebagai Bunda Tanah Melayu Yang Sejahtera, Berakhlak
Mulia dan Ramah Lingkungan”
Empat katakunci pada visi di atas terkandung pengertian dan pemahaman sebagai
berikut:
 Kepulauan Riau Sebagai Bunda Tanah Melayu diharapkan pada tahun 2015 akan
kembali mentabalkan tamaddun/kejayaan Melayu dalam masa kekinian dan
berorientasi masa depan;
 Kepulauan Riau yang Sejahtera adalah kondisi dimana masyarakat Kepulauan
Riau dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya secara layak, meningkat
pendapatannya dan standar pembangunan manusia;
 Kepulauan Riau yang Berakhlak Mulia adalah negeri berbudaya Melayu memiliki
sifat dan perangai, yang dapat menjadi panutan bagi masyarakat lainnya, terutama
ketaatan dalam menjalankan ajaran agama, menjaga adat istiadat, memiliki
semangat untuk maju dan patuh kepada hukum dan perundang-undangan.
 Kepulauan Riau yang Ramah Lingkungan adalah memiliki sumber daya alam dan
geografis yang terdiri dominan lautan perlu menjaga agar lingkungannya
aman, nyaman dan lestari bagitempat hidup dan mencari penghidupan
masyarakat dan dapat menjamin kelangsungan pembangunan. Ramah lingkungan
juga cerminan masyarakat Kepulauan Riau yang bermartabat dalam pergaulan,
ramah kepada semua golongan dengan tidak membedakan suku bangsa.

Misi Provinsi Kepulauan Riau


Guna mewujudkan visi Kepulauan Riau sebagai Bunda Tanah Melayu yang Sejahtera,
Berakhlak Mulia dan Ramah Lingkunganditetapkan misi sebagai berikut:
1) Mengembangkan Budaya Melayu sebagai payung bagi budaya lainnya dalam
kehidupan masyarakat.
2) Meningkatkan pendayagunaan sumber daya kelautan dan pulau-pulau kecil.
3) Mengembangkan wisata yang berbasis kelautan dan budaya setempat.

EXECUTIVE SUMMARY 50
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

4) Mengembangkan potensi ekonomi local dengan keberpihakan kepada rakyat kecil


(wong cilik).
5) Meningkatkan investasi dengan pembangunan infrastruktur yang berkualitas.
6) Memberdayakan masyarakat melalui pendidikan dan kesehatan yang berkualitas.
7) Mengembangkan tatakelola pemerintahan yang baik, etos kerja, disiplin, budi pekerti
dan supremasi hukum.
8) Mengembangkan kehidupan yang demokratis, keadilan serta berkesetaraan gender.
9) Mengembangkan pembangunan yang ramah lingkungan.

Posisi Kabupaten Kepulauan Anambas Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah


Nasional
Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang, bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;
penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional; pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional; mewujudkan keterpaduan,
keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian
antarsektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; penataan ruang kawasan
strategis nasional; dan penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Oleh karena itu, RTRWN disusun dengan memperhatikan dinamika pembangunan
yang berkembang, antara lain tantangan globalisasi, otonomi dan aspirasi daerah,
keseimbangan perkembangan antarkawasan, kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang rentan terhadap bencana, dampak pemanasan global,
pengembangan potensi kelautan dan pesisir, pemanfaatan ruang kota pantai,
penanganan kawasan perbatasan negara, dan peran teknologi dalam memanfaatkan
ruang.
Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan tersebut, upaya pembangunan
nasional juga harus ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
pemanfaatan ruang yang lebih baik agar seluruh pikiran dan sumberdaya dapat diarahkan
secara berhasil guna dan berdaya guna. Salah satu hal penting yang dibutuhkan untuk
mencapai maksud tersebut adalah peningkatan keterpaduan dan keserasian
pembangunan di segala bidang pembangunan.
Penggunaan sumberdaya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal,
bertanggung jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, dengan
mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi
yang memberikan efek pengganda yang maksimum terhadap pengembangan industri
pengolahan dan jasa dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan
lingkungan hidup serta keanekaragaman hayati guna mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, RTRWN yang berlandaskan Wawasan Nusantara
dan Ketahanan Nasional merupakan matra spasial dalam pembangunan nasional yang
mencakup pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan
hidup dapat dilakukan secara aman, tertib, efektif, dan efisien.
RTRWN memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata
guna air, dan tata guna sumberdaya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan
yang harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan
kependudukan yang serasi dan disusun melalui pendekatan wilayah dengan
memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial. Untuk itu, penyusunan
RTRWN ini didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah
nasional, yakni :
j. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
k. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.

EXECUTIVE SUMMARY 51
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

l. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan


kabupaten/kota.
m. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
n. Pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
o. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan
dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
p. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah.
q. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor.
r. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.
Tujuan-tujuan di atas diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan strategi pengembangan
struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional. Struktur ruang wilayah nasional
mencakup sistem pusat perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem
jaringan energi nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan
sumberdaya air. Pola ruang wilayah nasional mencakup kawasan lindung dan kawasan
budi daya termasuk kawasan andalan dengan sektor unggulan yang prospektif
dikembangkan serta kawasan strategis nasional.
Selain rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang, RTRWN ini juga
menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, pola ruang, kawasan andalan, dan
kawasan strategis nasional; arahan pemanfaatan ruang yang merupakan indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan; serta arahan pengendalian pemanfaatan ruang
yang terdiri atas indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif dan
disinsentif, dan arahan sanksi.
Posisi Kabupaten Kepulauan Anambas dalam Rencana Struktur Ruang Wilayah
Nasional yaitu penetapan Taman Nasional Laut Anambas (II/B/4) sebagai kawasan
lindung berupa taman nasional dan taman nasional laut

Berdasarkan Perpres No 13 Tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera, yang terkait
langsung dengan Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten Natuna yaitu :
Tarempa sebagai PKW dengan fungsi pelayanan perikanan, pertambangan, pariwisata,
dan pertambangan.Strategi operasionalisasi, yaitu :
a. Mendorong pengembangan PKW Tarempa sebagai pusat industri pengolahan
hasil pertambangan yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu
b. Mendorong pengembangan PKW Tarempa sebagai pusat industri pengolahan
dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan
c. Mengembangkan industri pengolahan dan industri jasa komoditas unggulan
perikanan dan pertambangan ramah lingkungan dan padat karya di PKW
Tarempa sebagai pusat pengembangan kawasan andalan Laut Natuna dan
sekitarnya
d. Mengembangkan pusat pariwisata bahari di PKW Tarempa sebagai pusat
pengembangan Kawasan Andalan Laut Natuna dan sekitarnya
e. Mendorong pengembangan PKW Tarempa sebagai pusat permukiman dengan
tingkat menengah yang kecendrungan pengembangan ruangnya ke arah
vertikal
f. Mengembangkan jaringan jalan kolektor primer yang menghubungkan PKW
Tarempa dengan Bandara Ranai dan Pelabuhan Ranai
g. Mengembangkan prasarana penunjang fungsi pelayanan PKW Tarempa
berupa Bandara Ranai dan Pelabuhan Ranai
h. Mengembangkan pembangkit tenaga listrik dan jaringan transmisi tenaga listrik

EXECUTIVE SUMMARY 52
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

i. Mengembangkan prasarana telekomunikasi berupa jaringan terestrial yang


meliputi jaringan pelayanan pengumpan di Pulau Timur Sumatera
j. Mengembangkan prasarana telekomunikasi berupa jaringan satelit
k. Mengembangkan prasarana dan sarana berskala regional di PKW Tarempa
yang meliputi SPAM, jaringan drainase, sistem jaringan air limbah, dan sistem
pengelolaan persampahan
l. Mengembangkan RTH
m. Mendorong pengembangan/meningkatkan fungsi PKW Tarempa sebagai
simpul utama tranportasi yang mendukung kegiatan perdagangan provinsi
n. Meningkatkan keterkaitan antara PKW Tarempa dan Kawasan Andalan Laut
Natuna dan sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan laut, pertambangan,
dan pariwisata
o. Mengendalikan perkembangan kawasan budi daya yang berada di sekitar
kawasan hutan lindung dan kawasan hutan konservasi
p. Menerapkan ketentuan pelarangan mengenai pemanfaatan ruang yang
mengganggu fungsi PKW Tarempa
q. Menetapkan RDTR kota dan peraturan zonasi kota
r. Membatasi intensitas pemanfaatan ruang agar tidak mengganggu fungsi PKW
Tarempa

1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas


Muatan RTRW Kabupaten mencakup:
a. visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, dan strategi penataan ruang;
b. rencana struktur ruang wilayah Kabupaten;
c. rencana pola ruang wilayah Kabupaten;
d. penetapan kawasan strategis Kabupaten;
e. arahan pemanfaatan ruang; dan
f. arahan pengendalian pemanfaatan ruang.

Visi penataan ruang wilayah Kabupaten adalah


Terwujudnya Penataan Ruang Wilayah Yang Produktif, Seimbang dan Lestari
Bagi Kesejahteraan Masyarakat
Misi penataan ruang wilayah Kabupaten adalah:
a. mewujudkan struktur ruang yang seimbang guna mendorong pertumbuhan
sekaligus mengurangi kesenjangan wilayah;
b. mewujudkan pola ruang yang selaras dan berkelanjutan;
c. mewujudkan terciptanya kepastian hukum dalam kegiatan usaha sesuai rencana
tata ruang serta mendorong peluang investasi produktif; dan
d. mewujudkan penyediaan sarana dan prasarana di perkotaan dan perdesaan untuk
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang lebih produktif dan mandiri serta
berdaya saing tinggi.

Penataan ruang wilayah Kabupaten bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah yang
aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan
ketahanan nasional melalui:
a. peningkatan pembangunan infrastruktur guna menunjang perkembangan ekonomi;
b. peningkatan perkembangan ekonomi melalui sektor pertambangan migas, kelautan
perikanan, pariwisata, pertanian, perdagangan dan jasa, dan industri;
c. pengelolaan sumber daya dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup;
dan
d. terwujudnya tertib pembangunan berbasis tata ruang.

EXECUTIVE SUMMARY 53
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Sasaran penataan tata ruang wilayah Kabupaten adalah:


a. terkendalinya pembangunan di wilayah Kabupaten baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat;
b. terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budi daya;
c. tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program pembangunan;
d. meningkatnya investasi masyarakat dan dunia usaha di wilayah Kabupaten;
e. meningkatnya kerjasama pembangunan antara swasta dan pemerintah di wilayah
Kabupaten; dan
f. keterpaduan pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENETAPAN STRUKTUR RUANG


1. penetapan sistem perdesaan, meliputi :
a. berdasarkan potensi kawasan dengan strategi sebagai berikut:
 mengembangkan kawasan perdesaan berbasis hasil perkebunan;
 meningkatkan pertanian berbasis hortikultura; dan
 mengembangkan pusat pengolahan hasil pertanian.
b. pengembangan kawasan agropolitan dengan strategi sebagai berikut:
 meningkatkan produksi, pengolahan dan pemasaran produk
pertanian unggulan sebagai satu kesatuan sistem; dan
 mengembangkan infrastruktur penunjang agropolitan.
c. pengembangan herarki pusat pelayanan pedesaandengan strategi sebagai
berikut:
 membentuk pusat pelayanan permukiman perdesaan pada tingkat
dusun;
 mengembangkan pusat pelayanan permukiman perdesaan pada
tingkat desa;
 meningkatkan interaksi antara pusat pelayanan kegiatan

2. penetapan sistem perkotaan, meliputi :


a. pengembangan hierarki pusat pelayanan perkotaan dengan strategi sebagai
berikut:
 mengembangkan PKW di perkotaan Tarempa;
 mengembangkan PKL di perkotaan Tebangladan dan perkotaan
Letung; dan
 mengembangkan PPK pada permukiman perkotaan.
b. mengembangkan kawasan strategis Kabupaten.

3. pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah, meliputi :


a. pengembangan jaringan jalan dalam mendukung pertumbuhan dan pemerataan
wilayah dengan strategi sebagai berikut:
1. meningkatkan pengembangan jalan penghubung perdesaan dan perkotaan;
2. pengembangan jaringan jalan yang menghubungkan pelabuhan dengan
pusat-pusat permukiman dan pusat produksi pertanian;
3. meningkatkan pengembangan jalan kolektor primer yang akan diusulkan pada
kewenangan nasional;
4. meningkatkan pengembangan jalan kolektor primer yang akan diusulkan
perubahannya pada kewenangan provinsi;
5. meningkatkan pengembangan jalan lokal primer pada semua jalan
penghubung utama antar Kecamatan dan penghubung dengan fungsi utama
yang tidak terletak di jalan kolektor;

EXECUTIVE SUMMARY 54
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

6. meningkatkan pengembangan jalan penghubung utama antar klaster industri -


jalan lintas, sekaligus dengan pelabuhan;
7. meningkatkan pengembangan jalan perkotaan, jalan antar desa; dan
8. meningkatkan pengembangan jalan sekunder di Kabupaten.
b. pengembangan infrastruktur pendukung pertumbuhan wilayah dengan strategi
sebagai berikut:
1. pengembangan Areal Pangkalan Kendaraan (APK); dan
2. pengembangan terminal tipe C.
c. pengembangan transportasi laut akses eksternal kawasan dalam lingkup yang lebih
luas dengan strategi sebagai berikut:
1. meningkatkan pengembangan jalur transportasi laut; dan
2. meningkatkan pengembangan akses antar pulau dalam membuka
keterisolasian.
d. pengembangan transportasi laut akses internal kawasan yang menghubungkan
simpul-simpul kegiatan dengan strategi sebagai berikut:
1. pengembangan pelabuhan pengumpan lokal pada simpul-simpul
perkembangan wilayah; dan
2. pengembangan dermaga pelayaran rakyat.
e. pengoptimalisasian pelayanan pelabuhan dari segi ketersediaan sarana pendukung
dengan strategi sebagai berikut:
1. meningkatkan pengembangan sarana pendukung pelabuhan umum;
2. meningkatkan pengembangan sarana pendukung pelabuhan internasional
dengan orientasi kegiatan ekspor-impor secara langsung; dan
3. meningkatkan pengembangan angkutan laut massal yang murah dan efisien.
f. pengoptimalisasian pelayanan pelabuhan dari segi sosial ekonomi dengan strategi
sebagai berikut:
1. meningkatkan kerjasama bilateral dengan negara target ekspor;
2. meningkatkan pengembangan pelayaran untuk kegiatan bongkar muat antar
pulau skala nasional; dan
3. meningkatkan pengembangan pelayaran ekspor-impor hasil tambang, hasil
pertanian, serta hasil kelautan dan perikanan.
g. penyiapan kelembagaan operasional pengelola kawasan pelabuhan dan kawasan
Industri Ship Service dengan strategi sebagai berikut:
1. menyiapkan lahan dan infrastruktur penunjang pelabuhan; dan
2. menyiapkan lembaga pengelola Industry Ship Service.
h. pengotimalisasian dan pengembangan fasilitas transportasi udara dengan strategi
sebagai berikut:
1. peningkatan fungsi dan kapasitas bandara yang sudah ada;
2. pengembangan bandara baru;
3. meningkatkan volume dan rute penerbangan komersial; dan
4. mengembangkan fasilitas pelayanan dan infrastruktur penunjang.
i. pengoptimalisasian tingkat kenyamanan dan keselamatan penerbangan dengan
strategi sebagai berikut:
1. mengendalikan kawasan sekitar bandara sesuai aturan keselamatan
penerbangan; dan
2. meningkatkan volume ruang bebas hambatan.
j. peningkatan jangkauan pelayanan dan kemudahan mendapatkannya dengan
strategi sebagai berikut:
1. menyediakan menara Base Transceiver Station (BTS) yang digunakan secara
bersama menjangkau ke pelosok perdesaan;
2. meningkatkan sistem informasi telekomunikasi pembangunan daerah berupa
informasi berbasis teknologi internet; dan

EXECUTIVE SUMMARY 55
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3. mengembangkan prasarana telekomunikasi meliputi telepon rumah tangga,


telepon umum, dan jaringan telepon seluler.

k. peningkatan jumlah dan mutu telematika tiap wilayah dengan strategi sebagai
berikut:
1. membangun teknologi telematika pada wilayah-wilayah pusat pertumbuhan;
dan
2. membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan
setiap wilayah pertumbuhan dengan Ibukota Kabupaten.
l. peningkatan sistem jaringan sumber daya air dengan strategi sebagai berikut:
1. meningkatkan jaringan irigasi sederhana dan irigasi setengah teknis; dan
2. meningkatkan sarana dan prasarana pendukung.
m. pengoptimalisasian fungsi dan pelayanan prasarana sumber daya air dengan
strategi sebagai berikut:
1. melindungi sumber-sumber mata air dan daerah resapan air;
2. mengembangkan waduk baru, bendung, dan cekdam dalam upaya
pengendalian sistem tata air; dan
3. mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi.
n. pengoptimalisasian tingkat pelayanan penyediaan energi listrik dengan strategi
sebagai berikut:
1. memperluas jaringan (pemerataan) dan pengembangan jaringan baru;
2. mengembangkan sumber daya energi;
3. meningkatkan infrastruktur pendukung;
4. menambahkan dan memperbaiki sistem jaringan; dan
5. meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan.
o. perluasan jangkauan listrik sampai ke pelosok desa dengan strategi sebagai berikut:
1. meningkatkan jaringan listrik pada wilayah dapat dijangkau pada satu dataran
daratan; dan
2. mengembangkan sistem penyediaan setempat pada wilayah yang sulit
dijangkau dan bukan pada satu dataran daratan.
p. pengurangan sumber timbulan sampah sejak awal dengan strategi sebagai berikut:
1. meminimalkan penggunaan sampah yang sukar didaur ulang secara alamiah;
2. memanfaatkan ulang sampah (recycle) yang ada terutama yang memiliki nilai
ekonomi; dan
3. mengolah sampah organik menjadi kompos.
q. pengoptimalisasian tingkat penanganan sampah perkotaan dengan strategi sebagai
berikut:
1. meningkatkan prasarana pengolahan sampah;
2. mengadakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA); dan
3. mengelola sampah berkelanjutan.
r. pengoptimalisasian tingkat penanganan sampah perdesaan dengan strategi
sebagai berikut:
1. meningkatkan prasarana pengolahan sampah; dan
2. menyediakan prasarana pengolahan sampah yang mendukung pertanian.
s. penciptaan lingkungan yang sehat dan bersih dengan strategi sebagai berikut:
1. menyediakan fasilitas septic tank per Kepala Keluarga di wilayah perkotaan;
2. meningkatkan pengelolaan limbah rumah tangga dengan fasilitas sanitasi per
Kepala Keluarga serta sanitasi umum pada wilayah perdesaan; dan
3. meningkatkan sanitasi lingkungan untuk permukiman, produksi, jasa, dan
kegiatan sosial ekonomi lainnya.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENETAPAN POLA RUANG

EXECUTIVE SUMMARY 56
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Kebijakan dan strategi pelestarian kawasan lindung


a. pemantapan fungsi lindung pada kawasan yang memberi perlindungan kawasan
bawahannya dengan strategi sebagai berikut:
1. memulihkan fungsi pada kawasan yang mengalami kerusakan, melalui
penanganan secara teknis dan vegetatif;
2. membatasi pengembangan pada kawasan yang memberi perlindungan
kawasan;
3. mempertahankan kawasan resapan air;
4. meningkatkan peran masyarakat sekitar kawasan;
5. melestarikan kawasan yang termasuk hulu DAS dengan pengembangan
hutan atau perkebunan tanaman keras tegakan tinggi; dan
6. meningkatkan kesadaran akan lingkungan melalui pendidikan, pariwisata,
penelitian, dan kerjasama pengelolaan kawasan.
b. pemantapan kawasan perlindungan setempat dengan strategi sebagai berikut:
1. membatasi kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan setempat;
2. membatasi kawasan perlindungan setempat sepanjang sungai untuk
kepentingan pariwisata dan mengupayakan sungai sebagai latar belakang
kawasan fungsional;
3. membatasi kawasan perlindungan setempat sekitar waduk dan mata air; dan
4. mengamankan kawasan sempadan pantai.
c. pemantapan kawasan suaka alam dan pelestarian alam dengan strategi sebagai
berikut:
1. memperuntukkan kawasan ini hanya bagi kegiatan yang berkaitan dengan
pelestarian kawasan;
2. memelihara habitat dan ekosistem khusus yang ada dan sifatnya setempat;
3. meningkatkan nilai dan fungsi kawasan dengan menjadikan kawasan sebagai
tempat wisata, obyek penelitian, kegiatan pecinta alam;
4. membatasi dan mengembalikan fungsi lindung pada kawasan hutan yang
mengalami alih fungsi;
5. mengamankan kawasan dan/atau benda cagar budaya dan sejarah dengan
melindungi tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai sejarah, dan situs
purbakala;
6. memelihara dan melarang perubahan tampilan bangunan pada bangunan
bersejarah yang digunakan untuk berbagai kegiatan fungsional; dan
7. melaksanakan kerjasama pengelolaan kawasan.
d. penanganan kawasan rawan bencana alam dengan strategi sebagai berikut:
1. meminimalkan kawasan rawan bencana banjir dan bencana alam lainnya
pada kawasan terbangun;
2. melestarikan kawasan lindung dan mempertahankan kawasan-kawasan yang
berfungsi sebagai resapan air; dan
3. mengembangkan sistem peringatan dini dari kemungkinan adanya bencana
alam.
e. penanganan kawasan lindung geologi dengan strategi sebagai berikut:
1. membatasi pemanfaatan ruang untuk kegiatan budi daya terutama untuk
fungsi perkotaan, permukiman dan fasilitas umum/fasilitas sosial, serta
pemanfataan dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis dan ancaman
bencana;
2. menghindari kawasan rawan bencana alam zona patahan aktif, imbuhan air
tanah dan sempadan mata air sebagai kawasan terbangun;
3. mengembangkan sistem peringatan dini dari kemungkinan adanya bencana
alam;

EXECUTIVE SUMMARY 57
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

4. mengembangkan hutan mangrove dan bangunan yang dapat meminimalkan


bencana bila terjadi gelombang tinggi; dan
5. memberikan perlindungan terhadap kualitas air tanah dan sempadan mata air
dari berbagai kegiatan dan bahan yang dapat menimbulkan pencemaran dan
menyebabkan kerusakan kawasan.
f. pemantapan kawasan lindung lainnya dengan strategi sebagai berikut:
1. melarang penggunan alih fungsi pada kawasan yang memiliki
keanekaragaman hayati dengan melakukan penjagaan kawasan secara ketat;
2. memelihara ekosistem pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan
pengungsian satwa guna menjaga keberlanjutan kehidupan satwa;
3. melestarikan pantai berhutan bakau sebagai penyeimbang lingkungan pantai;
4. mengelola kawasan hutan kota sebagai paru-paru kota dan pusat interaksi;
5. memanfaatkan kawasan sebagai daya tarik wisata dan penelitian;
6. memelihara habitat dan ekosistem guna menjaga keaslian kawasan; dan
7. melaksanakan kerjasama dalam pengelolaan kawasan.

Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya


a. pengembangan hutan produksi dengan strategi sebagai berikut:
1. mengembangkan hutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi tetapi tetap memiliki
fungsi perlindungan kawasan;
2. melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam mengelola hutan sebagai
pola kemitraan pengelolaan hutan;
3. memaksimalkan pengolahan hasil hutan;
4. memberikan insentif pada kawasan hutan rakyat untuk mendorong
terpeliharanya hutan produksi; dan
5. melakukan penggantian lahan pada kawasan hutan produksi yang dikonversi
untuk pengembangan hutan setidaknya tanaman tegakan tinggi tahunan yang
berfungsi seperti hutan.
b. pengembangan kawasan hutan rakyat dengan strategi sebagai berikut:
1. memanfaatkan ruang untuk peningkatan ekonomi masyarakat dan menunjang
kestabilan neraca sumber daya kehutanan; dan
2. membatasi pendirian bangunan hanya untuk menunjang fungsi utama
kawasan.
c. pengembangan kawasan pertanian dengan strategi sebagai berikut:
1. mempertahankan luas sawah irigasi teknis;
2. melakukan pemeliharaan saluran irigasi;
3. memberikan insentif pada lahan yang ditetapkan sebagai lahan pangan
berkelanjutan;
4. mengembangkan lumbung desa modern;
5. melestarikan kawasan hortikultura;
6. memulihkan lahan yang rusak atau alih komoditas menjadi perkebunan seperti
semula;
7. meningkatkan produktivitas dan pengolahan hasil perkebunan;
8. mengembangkan kemitraan dengan masyarakat; dan
9. melakukan usaha kemitraan dengan pengembangan peternakan.
d. pengembangan kawasan kelautan perikanan dengan strategi sebagai berikut:
1. mengembangkan kawasan minapolitan;
2. mengembangkan perikanan budi daya pada kawasan minapolitan;
3. mengembangkan perikanan tangkap disertai pengolahan hasil ikan laut;
4. mengembangkan penggunaan alat tangkap ikan laut yang ramah lingkungan;
dan

EXECUTIVE SUMMARY 58
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

5. meningkatkan kualitas ekosistem pesisir untuk menjaga mata rantai perikanan


laut.
e. pengembangan kawasan pertambangan dengan strategi sebagai berikut:
1. memulihkan rona alam melalui pengembangan kawasan hutan, atau kawasan
budi daya lain pada area bekas penambangan;
2. meningkatkan nilai ekonomis hasil pertambangan melalui pengolahan hasil
tambang;
3. melakukan pencegahan aktifitas Pertambangan Tanpa Izin (PETI);
4. mensyaratkan melakukan kajian kelayakan ekologis dan lingkungan,
ekonomis dan sosial, dan kajian lingkungan hidup strategis pada kawasan
tambang bernilai ekonomis tinggi yang berada pada kawasan lindung atau
permukiman bila akan dilakukan kegiatan penambangan; dan
5. mengintensifkan pengelolaan lingkungan kawasan pertambangan.
f. pengembangan kawasan peruntukan industri dengan strategi sebagai berikut:
1. mengembangkan dan memberdayakan industri kecil dan industri rumah
tanggauntuk pengolahan hasil pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan
laut;
2. mengembangkan industri yang mengolah bahan dasar hasil tambang;
3. mengembangkan zona industri polutif berjauhan dengan kawasan
permukiman;
4. mengembangkan pusat promosi dan pemasaran hasil industri kecil dan
kerajinan masyarakat;
5. meningkatkan kegiatan koperasi usaha mikro, kecil dan menengah serta
menarik investasi;
6. mengembangkan kawasan industri secara khusus; dan
7. mengembangkan kawasan industri pada kawasan ekonomi terpadu yang
ditunjang pelabuhan ekspor di Kawasan Siantan Timur, sekaligus memberikan
otoritas khusus pengelolaannya.
g. pengembangan kawasan pariwisata dengan strategi sebagai berikut:
1. mengembangkan daya tarik wisata andalan prioritas;
2. membentuk zona wisata dengan disertai pengembangan paket wisata;
3. meningkatkan promosi wisata;
4. meningkatkan kegiatan festival wisata atau gelar seni budaya; dan
5. mengembangkan pusat kerajinan masyarakat sebagai pintu gerbang wisata
Kabupaten.
h. pengembangan kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan dengan strategi
sebagai berikut:
1. mengembangkan permukiman perdesaan disesuaikan dengan karakter fisik,
sosial budaya dan ekonomi masyarakat perdesaan;
2. meningkatkan sarana dan prasarana permukiman perdesaan;
3. meningkatkan kualitas permukiman perkotaan;
4. mengembangkan perumahan terjangkau;
5. meningkatkan sarana dan prasarana permukiman perkotaan; dan
6. mengembangkan Kawasan siap bangun dan Lingkungan siap bangun mandiri.

Kebijakan dan strategi penetapan fungsi kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
meliputi:
a. penetapan konservasi kawasan perairan sesuai fungsinya dengan strategi sebagai
berikut:
1. mempertahankan dan menjaga kelestariannya;
2. membatasi kegiatan yang mengakibatkan terganggunya ekosistem;

EXECUTIVE SUMMARY 59
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3. mengembalikan berbagai kehidupan terutama satwa yang nyaris punah di


Pulau Durai dan Pahat; dan
4. melakukan pemetaan zonasi pada kawasan konservasi perairan.
b. pengoptimalisasian pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dengan
strategi sebagai berikut:
1. melakukan optimasi pola ruang kawasan pesisir sebagai kawasan
permukiman, pelabuhan dan industri dan kawasan lindung sehingga tetap
terjadi keseimbangan pengembangan kawasan;
2. melindungi ekosisitem pesisir yang rentan perubahan fungsi kawasan; dan
3. meningkatkan kegiatan kepariwisataan dan penelitian di kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil.
c. pengoptimalisasian fungsi dan pengembangan ekosistem pesisir dengan strategi
sebagai berikut:
1. melakukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam
memelihara ekosistem pesisir;
2. meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung melalui pemanfaatan bakau dan
terumbu karang sebagai sumber ekonomi perikanan dengan cara
penangkapan yang ramah lingkungan dan mendukung keberlanjutan; dan
3. menjadikan kawasan lindung sebagai daya tarik wisata dan penelitian
ekosistem pesisir.

c. Posisi Kabupaten Natuna Sebagai Kawasan Strategis Provinsi


Berdasarkan kajian RTRW Provinsi Kepulauan Riau, kawasan strategis provinsi di
Kabupaten Natuna adalah sebagai pintu gerbang utara Indonesia sekaligus menjadi
simpul transportasi internasional. Dengan ditetapkannya Ranai sebagai Pengembangan
Pemantapan Pelabuhan Nasional di dalam RTRWN serta besarnya peluang bagi aktivitas
pelayaran internasional, Provinsi Kepulauan Riau menetapkan Kabupaten Natuna
menjadi Kawasan Strategis Provinsi. Kawasan Strategis di Kabupaten Natuna dilihat dari
aspek kepentingan pertumbuhan ekonomi, yang arahan pengembangannya sebagai
simpul transportasi laut internasional untuk mendukung pelayanan dan akses ke pasar
global.

Beberapa pertimbangan provinsi untuk menetapkan kawasan gugusan pulau Bunguran


sebagai kawasan strategis simpul transportasi internasional adalah untuk menangkap dan
menjawab permasalahan di jalur internasional tersibuk Selat Malaka-Singapura-Filipina
yang sempit, dangkal, berbelok-belok, ramai, dan terbatas, maka jalur pelayaran ALKI I-A
di Laut Cina Selatan menjadi alternative karena merupakan lautan lepas dengan kondisi
perairan yang cukup lebar dan dalam, dari gugus Pulau Karimun-Barelang-Bintan hingga
gugus Pulau Bunguran yang dilewati kapal-kapal internasional.

Selat Malaka-Singapura-Filipina dan Laut Cina Selatan sebagai Alur Laut Kepulauan
Indonesia (ALKI) I-A sebagian besar mengangkut barang produksi dari negara Asia-
Pasifik (Jepang, Taiwan, Cina, Korea, dan lainnya) menuju negara-negara di Lautan
Hindia. Sementara itu, lalu-lintas kapal dari Lautan Hindia sebagian besar mengangkut
raw material termasuk minyak mentah dari negara-negara di Lautan Hindia (Arab Saudi,
Kuwait, Yaman, dan lainnya) menuju negara-negara industri di Asia Pasifik. Dengan
posisinya yang sangat strategis tersebut dapat dipahami jika lalu lintas pelayaran di
perairan Selat Malaka-Singapura-Filipina menjadi sangat padat.

Selat Malaka-Singapura-Filipina sebenarnya cukup sempit. Arus laut dapat mencapai


kecepatan 3 mil dengan perubahan kecepatan yang tidak teratur. Bagian ini juga

EXECUTIVE SUMMARY 60
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

merupakan tempat perletakan kabel laut untuk telekomunikasi internasional. Nelayan-


nelayan setempat banyak pula yang menangkap ikan di perairan itu, selain ramainya lalu-
lintas laut yang memotong antara Singapura dan Batam. Selain itu di selat ini banyak
terdapat laut dangkal dengan kedalaman kurang dari 23 meter. Kedangkalan ini sangat
berbahaya bagi kapal-kapal raksasa yang sarat-bebannya lebih dari 19 meter. Hujan dan
angin kuat juga sewaktu-waktu dapat terjadi.

Kemampuan Selat Malaka-Singapura-Filipina yang sebenarnya sempit, dangkal,


berbelok-belok, dan ramai, semakin lama semakin terbatas untuk dapat melayani kapal-
kapal tangki raksasa yang semakin lama semakin besar dan banyak. Kira-kira 70.000
kapal per tahun atau sekitar 200 kapal setiap hari lewat di selat ini dengan pertumbuhan
sekitar 7,8% per tahun, sekitar 20.000 kapal adalah kapal-kapal tangki raksasa yang
berukuran 180.000 DWT ke atas. Dalam kondisi demikian, kecelakaan besar seringkali
terjadi. Sejak 1971, kecelakaan kapal tangki raksasa di Selat Malaka-Singapura-Filipina
sudah puluhan kali terjadi. Kecelakaan ini selain membawa kerugian bagi pemiliknya, juga
menimbulkan bencana pengotoran laut yang pada akhirnya mempengaruhi kelestarian
lingkungan laut dan kehidupan rakyat negara-negara pantai di sekitarnya.

Untuk mendukung Kawasan Strategis Provinsi Kepulauan Riau, pada arahan


pemanfaatan ruang, Kabupaten Natuna akan mendukung pengembangan sarana dan
prasarana Pelabuhan Teluk Buton sebagai simpul transportasi laut yang diarahkan
menjadi pelabuhan internasional.

3.2 Analisis Kependudukan Wilayah


Perkembangan jumlah penduduk Kawasan Kabupaten Kepulauan Anambas dan
Kabupaten Natuna mengalami kecenderungan untuk meningkat. Kabupaten Kepulauan
Anambas memiliki laju pertumbuhan rata-rata sekitar 2,8 % per-tahun dan Kabupaten
Natuna memiliki laju pertumbuhan rata-rata sekitar 4% pertahun. Laju pertumbuhan
penduduk di Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten Natuna ini lebih kecil
daripada laju pertumbuhan penduduk Provinsi Kepulauan Riau yang mencapai 6,1 % per
tahun.

Atas dasar laju pertumbuhan rata-rata, maka dengan metodologi regresi linier dihitung
perkiraan jumlah penduduk di Kawasan Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten
Natuna hingga tahun 2020. Adapun perkiraan jumlah penduduk Kawasan Kabupaten
Kepulauan Anambas dan Kabupaten Natuna perkecamatan disajikan pada tabel berikut
Tabel 3.1
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Perkecamatan
Tahun 2015-2020
Proyeksi Jumlah Penduduk
KECAMATAN
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Jemaja 6832 7023 7220 7422 7630 7844
Jemaja Timur 3507 3605 3706 3810 3917 4026
Siantan Selatan 3935 4045 4158 4275 4395 4518
Siantan 13612 13993 14385 14788 15202 15627
Siantan Timur 4223 4341 4463 4588 4716 4848
Siantan Tengah 3501 3599 3700 3803 3910 4019
Palmatak 12906 13267 13639 14021 14413 14817
Jumlah 48516 49874 51271 52707 54182 55699

EXECUTIVE SUMMARY 61
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tabel 3.2
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Natuna
Perkecamatan Tahun 2015-2020
PROYEKSI PERTUMBUHAN PENDUDUK
KECAMATAN
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Midai 5580 5803 6035 6277 6528 6789
Bunguran Barat 12139 12625 13130 13655 14201 14769
Bunguran Utara 4254 4424 4601 4785 4977 5176
Pulau Laut 2417 2514 2614 2719 2828 2941
Pulau Tiga 5378 5593 5817 6050 6291 6543
Bunguran Timur 25408 26424 27481 28581 29724 30913
Bunguran Timur Laut 4799 4991 5191 5398 5614 5839
Bunguran Tengah 3158 3284 3416 3552 3694 3842
Bunguran Selatan 2827 2940 3058 3180 3307 3439
Serasan 5022 5223 5432 5649 5875 6110
Subi 2872 2987 3106 3231 3360 3494
Serasan timur 3042 3164 3290 3422 3559 3701
Jumlah 76896 79972 83171 86498 89957 93556

Tabel 3.3
Proyeksi Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas dan
Kabupaten Natuna Tahun 2015-2020
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
Wilayah Administratif
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kab. Kepulauan Anambas 48516 49874 51271 52707 54182 55699
Kab. Natuna 76896 79972 83171 86498 89957 93556
Jumlah 125412 129846 134442 139205 144139 149255

3.1.2. Analisis Kependudukan Kabupaten Anambas


Tahun 2014 jumlah penduduk di Kabupaten Kepulauan Anambas 41.341 (Kepulauan
Riau Dalam Angka, 2014). Dengan luas 590,14 km2, kepadatan penduduk Kabupaten
Kepulauan Anambas adalah 70 jiwa/km2. Pertumbuhan penduduknya menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahunnya, seperti tertuang dalam tabel berikut

Tabel 3.4
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas 2009-2014
Tahun 2014 2013 2012 2011 2010 2009
Jumlah Penduduk 41.341 39.342 39.784 39.318 37.411 35.646
Pertumbuhan Penduduk (%) 5 -1 1 5 5 6
Sumber: disarikan dari Kepulauan Riau Dalam Angka 2014

EXECUTIVE SUMMARY 62
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tabel 3.5
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Anambas Tahun 2014-2019

No PROYEKSI PENDUDUK N C r

41341 1 0.028
1 TAHUN 2015 41341 1.028
42499

42499 1 0.028
2 TAHUN 2016 42499 1.028
43689

43689 1 0.028
3 TAHUN 2017 43689 1.028
44912

44912 1 0.028
4 TAHUN 2018 44912 1.028
46170

46170 1 0.028
5 TAHUN 2019 46170 1.028
47463
Sumber: Analisis, 2015

Tabel 3.6
Ringkasan Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Natuna Tahun 2014-2019
TAHUN 2014 2015 2016 2017 2018 2019
JUMLAH PENDUDUK 41341 42499 43689 44912 46169 47462
RATA-RATA
PERTUMBUHAN 1.028
PENDUDUK
Sumber: Analisis, 2015.

3.1.2.2 Analisis Kependudukan Kabupaten Natuna


Jumlah penduduk di Kabupaten Natuna sebanyak 76.897 jiwa (Kepulauan Riau Dalam
Angka, 2014). Dengan luas 19.993,2 km2, kepadatan penduduk Kabupaten Natuna
adalah 26 jiwa/km2. Pertumbuhan penduduknya menunjukkan peningkatan dari tahun ke
tahunnya, seperti tertuang dalam tabel berikut.
Tabel 3.7
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kepulauan Natuna 2010-2014
Tahun 2014 2013 2012 2011 2010
Jumlah Penduduk 76.897 74.615 72.521 69.003 91.871
Pertumbuhan Penduduk (%) 3 3 5 5 -25
Sumber: disarikan dari Kepulauan Riau Dalam Angka 2014

Pada tahun 2014, jumlah penduduk Kabupaten Natuna berjumlah 76.897 jiwa dengan
tingkat pertumbuhan pertahun sebesar 4%. Pada tahun 2015 diproyeksikan jumlah

EXECUTIVE SUMMARY 63
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

penduduk Kabupaten Natuna mencapai 80.066 jiwa. Jika diproyeksikan hingga 5 tahun ke
depan (hingga tahun 2019), didapatkan proyeksi penduduk seperti dalam tabel berikut.
Tabel 3.8
Proyeksi Penduduk Kabupaten Natuna 2014-2019
No PROYEKSI PENDUDUK N C r
76897 1 0.04
1 TAHUN 2015 76897 1.04
79973

79973 1 0.04
2 TAHUN 2016 79973 1.04
83172

83172 1 0.04
3 TAHUN 2017 83172 1.04
86499

86499 1 0.04
4 TAHUN 2018 86499 1.04
89959

89959 1 0.04
5 TAHUN 2019 89959 1.04
93557
Sumber: Analisis, 2015

Tabel 3.9
Ringkasan Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Natuna Tahun 2014-2019
TAHUN 2015 2016 2017 2018 2019
JUMLAH PENDUDUK 79973 83172 86499 89959 93557
RATA-RATA
PERTUMBUHAN 1.04
PENDUDUK
Sumber: Analisis, 2015

3.1.3. Analisis Ekonomi


Indikator umum yang digunakan untuk mengetahui pencapaian keberhasilan percepatan
pembangunan di suatu wilayah pada waktu tertentu adalah laju pertumbuhan ekonomi.
Laju pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro ekonomi yang dapat
menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi dalam suat wilayah pada suatu periode
tertentu. Laju pertumbuhan ekonomi baik agregat maupun sektoral dihitung berdasarkan
PDRB atas dasar harga konstan, bukan atas dasar harga berlaku.

3.1.3.1 Analisis Ekonomi Kabupaten Anambas


A. Laju Pertumbuhan Perekonomian Dari Tiap Sektor
Pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2013
diperkirakan sebesar 20.05% yang berarti lebih tinggi dari tahun 2012 sebesar 17.6%. Hal
tersebut dipicu oleh semakin pulihnya pertumbuhan beberapa sektor andalan. Sektor

EXECUTIVE SUMMARY 64
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

yang mempunyai presentase laju pertumbuhan terbesar pada tahun 2013 adalah sektor
pertambangan dan penggalian yang mencapai angka 23.3%. Selain itu sektor andalan
seperti bangunan, perdagangan, hotel dan restoran dan jasa juga mengalami kemajuan
dari tahun 2012. Sektor pertanian melaju 11,9% pada tahun 2013. Sedangkan sektor
perdagangan, hotel dan restoran juga melaju sampai 14.8%. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.10
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kep. Anambas Tahun 2012-2013
Pertumbuhan Ekonomi
Laju
No. Lapangan Usaha
2012 2013 Pertumbuhan
(%)
Pertanian, Peternakan, Kehutanan
1 487,566.31 545,765.95
dan Perikanan 11.9
2 Pertambangan Dan Penggalian 2,071,074.16 2,553,443.26 23.3
3 Industri Pengolahan 10,074.12 11,584.77 15.0
4 Listrik Gas Dan Air Minum 488.72 72,535.00 9.5
5 Bangunan 31,033.72 37,205.94 19.9
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 158,471.51 181,938.08 14.8
7 Pengangkutan dan Komunikasi 35,342.51 40,516.19 14.6
Keuangan, Persewaan dan Jasa
8 18,637.84 20,320.22
Perusahaan 9.0
9 Jasa-Jasa 41,626.78 47,802.97 14.8
PDRB 2,854,315.67 3,511,112.38 20.5
Sumber: BPS Kab. Kepulauan Anambas, 2013 dan Hasil Analisis 2015.

B. Analisis Sektor Unggulan


Dilihat dari kondisi perekonomian yang ada di Kabupaten Anambas, sektor yang ada
mengalami perkembangan setiap tahunnya. Untuk mengetahui sektor yang menjadi
unggulan di Kabupaten Anambas yang dibandingkan dengan sektor yang ada di provinsi.
Adapun sektor unggulan yang ada di Kabupaten Anambas adalah sektor pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan, sektor pertambangan, dan sektor listrik, gas dan
air minum. Untuk lebih jelasnya perhitungan terkait dengan sektor unggulan yang ada di
Kabupaten Anambas dapat dilihat pada tabel 3.11.

Tabel 311
Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Anambas

No. Lapangan Usaha LQ Keterangan

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 3,63 Basis


2 Pertambangan Dan Penggalian 10,26 Basis
3 Industri Pengolahan 0,01 Non Basis
4 Listrik, Gas Dan Air Minum 3,54 Basis
5 Bangunan 0,13 Non Basis
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,26 Non Basis
7 Pengangkutan dan Komunikasi 0,26 Non Basis
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,12 Non Basis
9 Jasa-Jasa 0,52 Non Basis
Sumber : Hasil Analisis, 2015

EXECUTIVE SUMMARY 65
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Dari tabel diatas diketahui bahwa sektor yang memiliki nilai lebih dari 1 yang
dibandingkan dengan jumlah PDRB provinsi adalah sektor pertambangan dan
penggaliaan. Sektor lainnya yang juga memiliki sumbangan yang besar adalah sektor
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan serta sektor listrik, gas dan air minum.
Dilihat dari sektor yang memberikan sumbangan yang besar terhadap pendapatan di
Kabupaten ini adalah sektor pertambangan migas, dimana di daerah ini telah berkembang
perusahaan migas milik asing yang telah memberikan dampak ekonomi yang cukup baik
bagi ekonomi Kabupaten Anambas. Untuk itu sebagai sektor pembangkit yang ada di
kabupaten ini diharapkan akan memberikan perkembangan bagi sektor lain untuk
berkembang lagi.
Tabel 3.12
LQ PDRB 9 Sektor dengan Migas di Kabupaten Kep. Anambas 2013
Kab. Kep. Prov. Kepri
No Lapangan Usaha LQ
Anambas 2013 2013
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
1 545,765.95 4,296,147.26
Perikanan 3.71
2 Pertambangan Dan Penggalian 2,553,443.26 7,112,642.49 10.47
3 Industri Pengolahan 11,584.77 47,844,497.08 0.01
4 Listrik, Gas Dan Air Minum 535.00 585,843.12 0.03
5 Bangunan 37,205.94 8,380,003.16 0.13
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 181,938.08 20,147,445.81 0.26
7 Pengangkutan dan Komunikasi 40,516.19 4,476,778.85 0.26
Keuangan, Persewaan dan Jasa
8 20,320.22 4,862,699.35
Perusahaan 0.12
9 Jasa-Jasa 47,802.97 2,604,358.60 0.54
Produk Domestik Regional Bruto 3,439,112.38 100,310,415.72
Sumber : Kabupaten Kep. Anambas, dan Provinsi Kepri, Dalam Angka Tahun 2013

Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa Nilai LQ Sektor Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan serta Pertambangan dan Penggalian di Kabupaten Kepulauan
Anambas pada tahun 2013 mempunyai nilai lebih besar dari 1 ( LQ>1). Dimana Sektor
Pertanian, Peternakan, Kehutanan mencapai nilai LQ sebesar 3.71 dan Perikanan serta
Sektor Pertambangan dan Penggalian mencapai nilai LQ sebesar 10.47.

Dengan demikian, Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perkebunan dan Perikanan


serta Sektor Pertambangan yang mengalami surplus produksi atau terpusat di Kabupaten
Kepulauan Anambas dan mempunyai potensi untuk diekspor. Besarnya nilai LQ ini
menunjukkan bahwa di Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan daerah penghasil
Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Periknan serta Pertambangan dan
Penggalian yang cukup besar, hal ini karena potensi Pertanian, Peternakan, Kehutanan,
Perkebunan dan Perikanan serta Pertambangan dan Penggalian cukup melimpah
sehingga sektor basis di Kabupaten Kepulauan Anambas.

EXECUTIVE SUMMARY 66
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tabel 3.13
LQ PDRB 9 Sektor Tanpa Migas di Kabupaten Kep. Anambas 2013
Kab. Kep. Prov. Kepri
No Lapangan Usaha LQ
Anambas 2013 2013
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
1 545,765.95 4,296,147.26
Perikanan 13.46
2 Pertambangan Dan Penggalian 3,478.75 1,042,659.12 0.35
3 Industri Pengolahan 11,584.77 47,844,497.08 0.03
4 Listrik, Gas Dan Air Minum 535.00 585,843.12 0.10
5 Bangunan 37,205.94 8,380,003.16 0.47
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 181,938.08 20,147,445.81 0.96
7 Pengangkutan dan Komunikasi 40,516.19 4,476,778.85 0.96
Keuangan, Persewaan dan Jasa
8 20,320.22 4,862,699.35
Perusahaan 0.44
9 Jasa-Jasa 47,802.97 2,604,358.60 1.95
Produk Domestik Regional Bruto 889,147.87 94,240,432.35
Sumber : Kabupaten Kep. Anambas, dan Provinsi Kepri, Dalam Angka Tahun 2013

Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa Nilai LQ Sektor Pertanian, Peternakan,
Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan serta Jasa di Kabupaten Kepulauan Anambas
pada tahun 2013 mempunyai nilai lebih besar dari 1 ( LQ>1). Dimana Sektor Pertanian,
Peternakan, Kehutanan mencapai nilai LQ sebesar 13.46 dan Perikanan serta Sektor
Jasa mencapai nilai LQ sebesar 1.95.

Dengan demikian, Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perkebunan dan Perikanan


serta Jasa yang mengalami surplus dan terpusat di Kabupaten Kepulauan Anambas.
Besarnya nilai LQ ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan
daerah penghasil Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan dan Periknan yang
cukup besar, hal ini karena potensi Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perkebunan dan
Perikanan cukup melimpah sehingga menjadi sektor basis di Kabupaten Kepulauan
Anambas disamping sector jasa.

EXECUTIVE SUMMARY 67
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tabel 3.14
LQ PDRB Dengan Migas Sub Sektor di Kabupaten Kep. Anambas 2013
Kab. Kep. Prov. Kepri
No Lapangan Usaha Anambas 2013 2013 (Juta LQ
(Juta Rupiah) Rupiah)
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN
1. DAN PERIKANAN 545,765.95 4,296,147.26 3.71
a Tanaman bahan makanan 9,496.33 284,100.31 0.97
b Tanaman Perkebunan 8,241.07 243,245.49 0.99
c Peternakan dan hasil hasilnya 20,848.26 682,826.74 0.89
d Kehutanan 1,801.03 53,928.72 0.97
e Perikanan 505,379.27 3,032,046.00 4.86
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2,553,443.26 7,112,642.49 10.47
a Minyak dan Gas Bumi 2,298,098.93 6,069,983.37 11.04
b Pertambangan Bukan Migas 153,206.60 664,508.49 6.72
c Penggalian 102,137.73 378,150.63 7.88
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 11,584.77 47,844,497.08 0.01
a Industri Migas
b Industri Tanpa Migas 47,844,497.07
1) Makanan, Minuman dan Tembakau 46.34 149,116.99 0.009
2) Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki 150.60 694,258.94 0.006
3) Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya 1,054.21 3,529,681.68 0.009
4) Kertas dan Barang Cetakan 139.02 609,058.57 0.007
5) Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 764.59 3,190,891.94 0.007
6) Semen & Barang Galian bukan Logam 845.69 3,549,963.09 0.007
7) Logam Dasar Besi & Baja 1,969.41 8,193,518.12 0.007
8) Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya 6,255.78 26,240,108.76 0.007
9) Barang lainnya 359.13 1,687,898.98 0.006
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 535.00 585,843.12
a a. Listrik 267.50 289,857.57 0.03
b b. Gas 224.70 237,229.82 0.03
c c. Air Bersih 42.80 58,755.73 0.02
5. BANGUNAN 37,205.94 8,380,003.16 0.13
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 181,938.08 20,147,445.81 0.26
a a. Perdagangan Besar dan Eceran 154,647.37 16,609,058.06 0.27
b b. Hotel 21,832.57 2,238,542.38 0.28
c c. Restoran 5,458.14 1,299,845.37 0.12
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 40,516.19 4,476,778.85 0.26
a Pengangkutan 36,549.97 4,038,537.10 0.26
1) Angkutan Jalan Raya 20,102.48 2,024,740.90 0.29
2) Angkutan Laut 10,964.99 1,024,682.94 0.31
3) Angkutan Udara 4,020.50 698,026.21 0.17
4) Jasa Penunjang Angkutan 1,462.00 291,087.05 0.15
b Komunikasi 3,966.22 438,241.75 0.26
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA
8. PERUSAHAAN 20,320.22 4,862,699.35 0.12
a Bank 13,716.15 3,244,351.58 0.12
b Lembaga Keuangan Bukan Bank 914.41 186,858.49 0.14
c Jasa Penunjang Keuangan 5,486.46 1,385,391.14 0.12
d Jasa Perusahaan 203.20 46,098.14 0.13
9. JASA - JASA 47,802.97 2,604,358.60 0.54
a Pemerintahan Umum 26,291.63 1,358,643.29 0.56
b Swasta 21,511.34 1,245,715.31 0.50
1) Sosial Kemasyarakatan 3,872.04 244,680.73 0.46
2) Hiburan dan Rekreasi 6,453.40 326,023.60 0.58
3) Perorangan dan Rumah Tangga 11,185.89 675,010.98 0.48
PDRB 3,439,112.38 100,310,415.72

EXECUTIVE SUMMARY 68
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa Nilai LQ Sektor Pertanian,


Perkebunan, Kehutanan, Peternakan dan Perikanan di Kabupaten Kepulauan Anambas
pada tahun 2013 mempunyai nilai lebih besar dari 1 ( LQ>1). Dimana Sub Sektor
Perikanan mencapai nilai LQ sebesar 4.86.

Dengan demikian, Sub Sektor Perikanan yang mengalami surplus dan terpusat di
Kabupaten Kepulauan Anambas. Besarnya nilai LQ ini menunjukkan bahwa di
Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan daerah penghasil Periknan yang cukup
besar, hal ini karena potensi Perikanan cukup melimpah sehingga menjadi sektor basis di
Kabupaten Kepulauan Anambas.

Bardasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa Nilai LQ Pertambangan dan


Penggalian di Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2013 mempunyai nilai lebih
besar dari 1 ( LQ>1). Dimana Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi mencapai nilai LQ
sebesar 11.04, Sub Sektor Pertambangan bukan Migas mencapai nilai LQ sebesar 6.72
dan Sub Sektor Penggalian mencapai nilai LQ sebesar 7.88.

Dengan demikian, Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi, sub sector bukan migas dan
penggalian mengalami surplus dan terpusat di Kabupaten Kepulauan Anambas.
Besarnya nilai LQ ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan
daerah penghasil Minyak dan Gas Bumi, sub sector bukan migas dan penggalian yang
cukup besar dan melimpah sehingga menjadi sektor basis di Kabupaten Kepulauan
Anambas.

Tabel 3.15
LQ PDRB Tanpa Migas Sub Sektor di Kabupaten Kep. Anambas 2013
Kab. Kep. Prov. Kepri
No Lapangan Usaha Anambas 2013 2013 (Juta LQ
(Juta Rupiah) Rupiah)
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN
1. DAN PERIKANAN 545,765.95 4,296,147.26 13.46
a Tanaman bahan makanan 2,455.95 284,100.31 0.92
b Tanaman Perkebunan 2,073.91 243,245.49 0.90
c Peternakan dan hasil hasilnya 6,003.43 682,826.74 0.93
d Kehutanan 436.61 53,928.72 0.86
e Perikanan 534,796.05 3,032,046.00 18.69
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3,478.75 1,042,659.12 0.35
a Minyak dan Gas Bumi 3,130.88 6,069,983.37 0.05
b Pertambangan Bukan Migas 208.73 664,508.49 0.03
c Penggalian 139.15 378,150.63 0.04
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 11,584.77 47,844,497.08 0.03
a Industri Migas
b Industri Tanpa Migas 47,844,497.07 -
1) Makanan, Minuman dan Tembakau 46.34 149,116.99 0.03
2) Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki 150.60 694,258.94 0.02
3) Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya 1,054.21 3,529,681.68 0.03
4) Kertas dan Barang Cetakan 139.02 609,058.57 0.02
5) Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 764.59 3,190,891.94 0.03
6) Semen & Barang Galian bukan Logam 845.69 3,549,963.09 0.03
7) Logam Dasar Besi & Baja 1,969.41 8,193,518.12 0.03
8) Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya 6,255.78 26,240,108.76 0.03
9) Barang lainnya 359.13 1,687,898.98 0.02
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 535.00 585,843.12 0.10
a a. Listrik 267.50 289,857.57 0.10
b b. Gas 224.70 237,229.82 0.10

EXECUTIVE SUMMARY 69
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Kab. Kep. Prov. Kepri


No Lapangan Usaha Anambas 2013 2013 (Juta LQ
(Juta Rupiah) Rupiah)
c c. Air Bersih 42.80 58,755.73 0.08
5. BANGUNAN 37,205.94 8,380,003.16 0.47
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 181,938.08 20,147,445.81 0.96
a a. Perdagangan Besar dan Eceran 154,647.37 16,609,058.06 0.99
b b. Hotel 21,832.57 2,238,542.38 1.03
c c. Restoran 5,458.14 1,299,845.37 0.45
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 40,516.19 4,476,778.85 0.96
a Pengangkutan 36,549.97 4,038,537.10 0.96
1) Angkutan Jalan Raya 18,640.49 2,024,740.90 0.98
2) Angkutan Laut 9,137.49 1,024,682.94 0.95
3) Angkutan Udara 6,213.50 698,026.21 0.94
4) Jasa Penunjang Angkutan 2,558.50 291,087.05 0.93
b Komunikasi 36,549.97 438,241.75 8.84
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA
PERUSAHAAN 20,320.22 4,862,699.35 0.44
8.
a Bank 13,716.15 3,244,351.58 0.45
b Lembaga Keuangan Bukan Bank 914.41 186,858.49 0.52
c Jasa Penunjang Keuangan 5,486.46 1,385,391.14 0.42
d Jasa Perusahaan 203.20 46,098.14 0.47
9. JASA - JASA 47,802.97 2,604,358.60 1.95
a Pemerintahan Umum 26,291.63 1,358,643.29 2.05
b Swasta 21,511.34 1,245,715.31 1.83
1) Sosial Kemasyarakatan 8,604.53 244,680.73 3.73
2) Hiburan dan Rekreasi 14,340.89 326,023.60 4.66
3) Perorangan dan Rumah Tangga 24,857.54 675,010.98 3.90
PDRB 889,147.87 94,240,432.35 1.00

Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa Nilai LQ Sektor Pertanian,


Perkebunan, Kehutanan, Peternakan dan Perikanan di Kabupaten Kepulauan Anambas
pada tahun 2013 mempunyai nilai lebih besar dari 1 ( LQ>1). Dimana Sub Sektor
Perikanan mencapai nilai LQ sebesar 18.69.

Dengan demikian, Sub Sektor Perikanan yang mengalami surplus dan terpusat di
Kabupaten Kepulauan Anambas. Besarnya nilai LQ ini menunjukkan bahwa di
Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan daerah penghasil Periknan yang cukup
besar, hal ini karena potensi Perikanan cukup melimpah sehingga menjadi sektor basis di
Kabupaten Kepulauan Anambas.

Bardasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa Nilai LQ Jasa di Kabupaten


Kepulauan Anambas pada tahun 2013 mempunyai nilai lebih besar dari 1 ( LQ>1).
Dimana Sub Jasa Pemerintahan umum mencapai nilai LQ sebesar 2.05, Sub Sektor Jasa
Swasta mencapai nilai LQ sebesar 1.83.

Dengan demikian, Jasa Pemerintahan umum dan Jasa Swasta mengalami surplus dan
terpusat di Kabupaten Kepulauan Anambas. Besarnya nilai LQ ini menunjukkan bahwa
penghasilan sektor jasa yang cukup besar sehingga menjadi sektor basis untuk
Kabupaten Kepulauan Anambas.

EXECUTIVE SUMMARY 70
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3.1.3.1 Analisis Ekonomi Kabupaten Natuna


A. Distribusi PDRB dan Kontribusi Perekonomian Dari Tiap Sektor
Dilihat dari distribusi PDRB, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten
Natuna masih dominan di tahun 2013. Kontribusi sektor ini sebesar 55,31% tetapi
mengalami penurunan, padahal sebelumnya di tahun 2009 sebesar 62,04%. Sektor listrik
gas dan air bersih tahun 2009 juga mampu memberi kontribusi sebesar 0.10% meningkat
0,12% tahun 2013 . Untuk kontribusi sektor-sektor ekonomi lainnya selengkapnya dapat
tabel 3.8 dan untuk laju pertumbuhan sektor ekonomi dapat dilihat pada tabel 3.9.
Tabel 3.16
Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014
N0 Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian, Peternakan, Kehutanan


1 62.04 58.10 60.53 58.12 55.31
dan Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 0.43 0.44 0.41 0.43 0.41

3 Industri Pengolahan 2.19 2.16 1.92 1.96 1.80

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.10 0.13 0.08 0.11 0.12

5 Konstruksi 5.16 6.20 6.80 7.50 8.00

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 16.13 17.53 15.33 15.96 16.85

7 Pengangkutan dan Komunikasi 4.21 5.83 6.43 7.44 8.62


Keuangan, Persewaan, dan Jasa
8 2.89 2.97 2.67 2.64 2.86
Perusahaan
9 Jasa-jasa 6.85 6.64 5.82 5.83 6.04

100 100 100 100 100


Sumber : Hasil Analisa, 2015

Tabel 3.17
Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Anambas Tahun 2011 – 2013

Lapangan Usaha 2011 2012 2013

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, 4,71 4,73 5,78


dan Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian 9,28 9,31 3,33
3. Industri Pengolahan 5.52 5,15 4,53
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 3,27 3,94 6,82
5. Konstruksi 19,01 19,12 8,24
6. Perdagangan, Hotel, Restoran 9,45 9,52 9,30
7. Pengangkutan dan Komunikasi 9,80 9,86 10,08
8. Keuangan, Persewaan dan 5,75 5,82 5,85
Jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa 5,49 5,56 5,96
Sumber : Hasil Analisa, 2015

EXECUTIVE SUMMARY 71
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

B. Analisis Sektor Unggulan


Berdasarkan profil yang disusun pada bab sebelumnya diketahui bahwa sektor yang
menjadi unggulan di Kabupaten Natuna adalah sektor pertanian dan perikanan, sektor
pariwisata dan sektor industri pengolahan. Untuk lebih jelasnya sektor unggulan yang ada
di Kabupaten Natuna dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.18
Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Natuna
N0 Lapangan Usaha LQ Kategori

Pertanian, Peternakan,Kehutanan 12,91 Basis


1
dan Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 0,06 Non Basis
3 Industri Pengolahan 0,04 Non Basis
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,20 Non Basis
5 Konstruksi 0,96 Non Basis
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0 ,84 Non Basis
7 Pengangkutan dan Komunikasi 0,93 Basis
Keuangan, Persewaan, dan Jasa 0 ,59 Non Basis
8
Perusahaan
9 Jasa-jasa 2,33 Basis
Sumber : Hasil Analisa, 2015

Dari perbandingan antara PDRB Kabupaten Natuna dan PDRB Provinsi Kepulauan Riau
diketahui bahwa sektor unggulan yang ada di Kabupaten Natuna adalah sektor pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan, sektor pengangkutan dan telekomunikasi serta
sektor jasa-jasa. Sektor pengangkutan dan telekomunikasi memberikan efek yang cukup
besar karena kabupaten ini dilalui oleh kapal-kapal hongkong yang melakukan pembelian
dan pengangkutan hasil tangkapan ikan yang ada di kabupaten ini. Kegiatan ini dilakukan
secara legal dimana semua unsur yang terlibat dalam perdagangan internasional hadir
pada saat transaksi dilakukan. Kegiatan perdagangan dan pengangkutan ini dilakukan
dua sampai dengan tiga kali dalam sebulan. Potensi lain yang masih belum memberikan
sumbangan yang cukup besar adalah pertambangan dan penggalian, dan industri
pengolahan.

EXECUTIVE SUMMARY 72
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tabel 3.19
LQ PDRB 9 Sektor dengan Migas di Kabupaten Natuna 2013
Kab. Natuna
Prov. Kepri
2013
No Lapangan Usaha 2013 LQ
(Juta
(Juta Rupiah)
Rupiah)
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
1 935,530 4,296,147.26
Perikanan 10.25
2 Pertambangan Dan Penggalian 6,850 7,112,642.49 0.05
3 Industri Pengolahan 30,400 47,844,497.08 0.03
4 Listrik, Gas Dan Air Minum 2,010 585,843.12 0.16
5 Bangunan 135,330 8,380,003.16 0.76
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 285,050 20,147,445.81 0.67
7 Pengangkutan dan Komunikasi 145,890 4,476,778.85 1.53
Keuangan, Persewaan dan Jasa
8 488,340 4,862,699.35
Perusahaan 4.73
9 Jasa-Jasa 102,180 2,604,358.60 1.85
Produk Domestik Regional Bruto 2,131,580.00 100,310,415.72
Sumber : Kabupaten Natuna, dan Provinsi Kepri, Dalam Angka Tahun 2013

Bardasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa Nilai LQ Sektor Pertanian,


Peternakan, Kehutanan, Pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan
dan jasa perusahaan serta jasa jasa di Kabupaten Natuna pada tahun 2013
mempunyai nilai lebih besar dari 1 ( LQ>1). Dimana Sektor Pertanian,
Peternakan, Kehutanan dan Perikanan mencapai nilai LQ sebesar 10.25. dan
sector Pengangkutan dan komunikasi mencapai nilai LQ sebesar 1.53, keuangan
persewaan dan jasa perusahaan mencapai nilai LQ sebesar 4.73 serta jasa jasa
mencapai nilai LQ sebesar 1.85.

Dengan demikian, Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perkebunan dan


Perikanan serta Sektor Pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan dan
jasa perusahaan serta jasa jasa yang mengalami surplus atau terpusat di
Kabupaten Natuna dan mempunyai potensi untuk diekspor. Besarnya nilai LQ ini
menunjukkan bahwa di Kabupaten Natuna merupakan daerah penghasil Pertanian
Tanaman Pangan, Perkebunan dan Perikanan serta Pengangkutan dan
komunikasi, keuangan persewaan dan jasa perusahaan serta jasa jasa yang
cukup besar, hal ini karena potensi Pertanian, Peternakan, Kehutanan,
Perkebunan Perikanan dan Pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan
dan jasa perusahaan serta jasa jasa cukup tinggi sehingga menjadi sektor basis
di Kabupaten Natuna.

EXECUTIVE SUMMARY 73
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tabel 3.20
LQ PDRB 9 Sektor Tanpa Migas di Kabupaten Natuna 2013
Kab. Natuna Prov. Kepri
No Lapangan Usaha 2013 2013 LQ
(Juta Rupiah) (Juta Rupiah)
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
1 935,530 4,296,147.26
Perikanan 9.66
2 Pertambangan Dan Penggalian 23 1,042,659.12 0.00
3 Industri Pengolahan 30,400 47,844,497.08 0.03
4 Listrik, Gas Dan Air Minum 2,010 585,843.12 0.15
5 Bangunan 135,330 8,380,003.16 0.72
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 285,050 20,147,445.81 0.63
7 Pengangkutan dan Komunikasi 145,890 4,476,778.85 1.45
Keuangan, Persewaan dan Jasa
8 488,340 4,862,699.35
Perusahaan 4.45
9 Jasa-Jasa 102,180 2,604,358.60 1.74
Produk Domestik Regional Bruto 2,124,753.32 94,240,432.35
Sumber : Kabupaten Natuna, dan Provinsi Kepri, Dalam Angka Tahun 2013

Bardasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa Nilai LQ Sektor Pertanian,


Peternakan, Kehutanan, Pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan
dan jasa perusahaan serta jasa jasa di Kabupaten Natuna pada tahun 2013
mempunyai nilai lebih besar dari 1 ( LQ>1). Dimana Sektor Pertanian,
Peternakan, Kehutanan dan Perikanan mencapai nilai LQ sebesar 9.66. dan
sector Pengangkutan dan komunikasi mencapai nilai LQ sebesar 1.45, keuangan
persewaan dan jasa perusahaan mencapai nilai LQ sebesar 4.45 serta jasa jasa
mencapai nilai LQ sebesar 1.74.

Dengan demikian, Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perkebunan dan


Perikanan mengalami surplus produksi atau terpusat di Kabupaten Natuna dan
mempunyai potensi untuk diekspor. Besarnya nilai LQ ini menunjukkan bahwa di
Kabupaten Natuna merupakan daerah penghasil Pertanian Tanaman Pangan,
Perkebunan dan perikanan yang cukup besar, hal ini karena potensi Pertanian,
Peternakan, Kehutanan, Perkebunan dan Perikanan cukup tinggi sehingga
menjadi basis di Kabupaten Natuna.

EXECUTIVE SUMMARY 74
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tabel 3.31
LQ PDRB Dengan Migas Sub Sektor di Kabupaten Natuna 2013
Kab. Natuna 2013 Prov. Kepri 2013
No Lapangan Usaha LQ
(Juta Rupiah) (Juta Rupiah)
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN
935,530.00 4,296,147.26
1. DAN PERIKANAN 10.25
a Tanaman bahan makanan 50,705.73 284,100.31 8.40
b Tanaman Perkebunan 51,454.15 243,245.49 9.95
c Peternakan dan hasil hasilnya 142,200.56 682,826.74 9.80
d Kehutanan 11,226.36 53,928.72 9.80
e Perikanan 680,130.31 3,032,046.00 10.56
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 6,850.00 7,112,642.49 0.05
a Minyak dan Gas Bumi 6,302.00 6,069,983.37 0.05
b Pertambangan Bukan Migas 205.50 664,508.49 0.01
c Penggalian 342.50 378,150.63 0.04
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 30,400.00 47,844,497.08 0.03
a Industri Migas
b Industri Tanpa Migas 47,844,497.07 -
1) Makanan, Minuman dan Tembakau 152.00 149,116.99 0.05
2) Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki 364.80 694,258.94 0.02
3) Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya 2,796.80 3,529,681.68 0.04
4) Kertas dan Barang Cetakan 364.80 609,058.57 0.03
5) Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 1,915.20 3,190,891.94 0.03
6) Semen & Barang Galian bukan Logam 2,310.40 3,549,963.09 0.03
7) Logam Dasar Besi & Baja 5,016.00 8,193,518.12 0.03
8) Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya 16,568.00 26,240,108.76 0.03
9) Barang lainnya 912.00 1,687,898.98 0.03
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 2,010.00 585,843.12 0.16
a a. Listrik 1,045.20 289,857.57 0.17
b b. Gas 804.00 237,229.82 0.16
c c. Air Bersih 160.80 58,755.73 0.13
5. BANGUNAN 135,330.00 8,380,003.16 0.76
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 285,050.00 20,147,445.81 0.67
a a. Perdagangan Besar dan Eceran 233,741.00 16,609,058.06 0.66
b b. Hotel 42,757.50 2,238,542.38 0.90
c c. Restoran 8,551.50 1,299,845.37 0.31
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 145,890.00 4,476,778.85 1.53
a Pengangkutan 131,608.51 4,038,537.10 1.53
1) Angkutan Jalan Raya 69,752.51 2,024,740.90 1.62
2) Angkutan Laut 39,482.55 1,024,682.94 1.81
3) Angkutan Udara 17,109.11 698,026.21 1.15

EXECUTIVE SUMMARY 75
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Kab. Natuna 2013 Prov. Kepri 2013


No Lapangan Usaha LQ
(Juta Rupiah) (Juta Rupiah)
4) Jasa Penunjang Angkutan 5,264.34 291,087.05 0.85
b Komunikasi 14,281.49 438,241.75 1.53
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA
488,340.00
8. PERUSAHAAN 4,862,699.35 4.73
a Bank 327,676.14 3,244,351.58 4.75
b Lembaga Keuangan Bukan Bank 23,977.49 186,858.49 6.04
c Jasa Penunjang Keuangan 126,968.40 1,385,391.14 4.31
d Jasa Perusahaan 9,766.80 46,098.14 9.97
9. JASA - JASA 102,180.00 2,604,358.60 1.85
a Pemerintahan Umum 54,155.40 1,358,643.29 1.88
b Swasta 48,024.60 1,245,715.31 1.81
1) Sosial Kemasyarakatan 5,762.95 244,680.73 1.11
2) Hiburan dan Rekreasi 15,848.12 326,023.60 2.29
3) Perorangan dan Rumah Tangga 26,413.53 675,010.98 1.84
PDRB 2,131,580.00 100,310,415.72
Sumber : Natuna dalam Angka dan Hasil Analisa 2015

Bardasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa Nilai LQ Sektor Pertanian,


Perkebunan, Kehutanan, Peternakan dan Perikanan di Kabupaten Natuna pada
tahun 2013 mempunyai nilai lebih besar dari 1 ( LQ>1). Dimana Sub Sektor
Perikanan mencapai nilai LQ sebesar 9.8.

Dengan demikian, Sub Sektor Perikanan yang mengalami surplus dan terpusat di
Kabupaten Natuna. Besarnya nilai LQ ini menunjukkan bahwa di Kabupaten
Natuna merupakan daerah penghasil Periknan yang cukup besar, hal ini karena
potensi Perikanan cukup melimpah sehingga menjadi sektor basis di Kabupaten
Natuna.

Dengan demikian, Sub Sektor Perikanan, mengalami surplus dan terpusat di


Kabupaten Natuna. Besarnya nilai LQ ini menunjukkan bahwa di Kabupaten
Natuna merupakan daerah penghasil Perikanan yang cukup besar dan melimpah
sehingga menjadi sektor basis di Kabupaten Natuna.

EXECUTIVE SUMMARY 76
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tabel 3.22
LQ PDRB Tanpa Migas Sub Sektor
di Kabupaten Natuna 2013
Kab. Natuna Prov. Kepri
No Lapangan Usaha 2013 (Juta 2013 (Juta LQ
Rupiah) Rupiah)
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN
935,530.00 4,296,147.26
1. DAN PERIKANAN 9.66
a Tanaman bahan makanan 50,705.73 284,100.31 7.92
b Tanaman Perkebunan 51,454.15 243,245.49 9.38
c Peternakan dan hasil hasilnya 142,200.56 682,826.74 9.24
d Kehutanan 11,226.36 53,928.72 9.23
e Perikanan 680,130.31 3,032,046.00 9.95
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 23.32 1,042,659.12 0.00
a Minyak dan Gas Bumi 21.45 6,069,983.37 0.00
b Pertambangan Bukan Migas 0.70 664,508.49 0.00
c Penggalian 1.17 378,150.63 0.00
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 30,400.00 47,844,497.08 0.03
a Industri Migas
b Industri Tanpa Migas 47,844,497.07 -
1) Makanan, Minuman dan Tembakau 152.00 149,116.99 0.05
2) Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki 364.80 694,258.94 0.02
3) Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya 2,796.80 3,529,681.68 0.04
4) Kertas dan Barang Cetakan 364.80 609,058.57 0.03
5) Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 1,915.20 3,190,891.94 0.03
6) Semen & Barang Galian bukan Logam 2,310.40 3,549,963.09 0.03
7) Logam Dasar Besi & Baja 5,016.00 8,193,518.12 0.03
8) Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya 16,568.00 26,240,108.76 0.03
9) Barang lainnya 912.00 1,687,898.98 0.02
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 2,010.00 585,843.12 0.15
a a. Listrik 1,045.20 289,857.57 0.16
b b. Gas 804.00 237,229.82 0.15
c c. Air Bersih 160.80 58,755.73 0.12
5. BANGUNAN 135,330.00 8,380,003.16 0.72
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 285,050.00 20,147,445.81 0.63
a a. Perdagangan Besar dan Eceran 233,741.00 16,609,058.06 0.62
b b. Hotel 42,757.50 2,238,542.38 0.85
c c. Restoran 8,551.50 1,299,845.37 0.29
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 145,890.00 4,476,778.85 1.45
a Pengangkutan 131,608.51 4,038,537.10 1.45
1) Angkutan Jalan Raya 69,752.51 2,024,740.90 1.53

EXECUTIVE SUMMARY 77
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Kab. Natuna Prov. Kepri


No Lapangan Usaha 2013 (Juta 2013 (Juta LQ
Rupiah) Rupiah)
2) Angkutan Laut 39,482.55 1,024,682.94 1.71
3) Angkutan Udara 17,109.11 698,026.21 1.09
4) Jasa Penunjang Angkutan 5,264.34 291,087.05 0.80
b Komunikasi 14,281.49 438,241.75 1.45
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA
488,340.00
8. PERUSAHAAN 4,862,699.35 4.45
a Bank 327,676.14 3,244,351.58 4.48
b Lembaga Keuangan Bukan Bank 23,977.49 186,858.49 5.69
c Jasa Penunjang Keuangan 126,968.40 1,385,391.14 4.06
d Jasa Perusahaan 9,766.80 46,098.14 9.40
9. JASA - JASA 102,180.00 2,604,358.60 1.74
a Pemerintahan Umum 54,155.40 1,358,643.29 1.77
b Swasta 48,024.60 1,245,715.31 1.71
1) Sosial Kemasyarakatan 5,762.95 244,680.73 1.04
2) Hiburan dan Rekreasi 15,848.12 326,023.60 2.16
3) Perorangan dan Rumah Tangga 26,413.53 675,010.98 1.74
PDRB 2,124,753.32 94,240,432.35
Sumber : Natuna dalam Angka dan Hasil Analisa 2015

Bardasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa Nilai LQ Sektor Pertanian,


Perkebunan, Kehutanan, Peternakan dan Perikanan di Kabupaten Natuna pada
tahun 2013 mempunyai nilai lebih besar dari 1 ( LQ>1). Dimana Sub Sektor
Perikanan mencapai nilai LQ sebesar 9.66.

Dengan demikian, Sub Sektor Perikanan yang mengalami surplus dan terpusat di
Kabupaten Natuna. Besarnya nilai LQ ini menunjukkan bahwa di Kabupaten
Natuna merupakan daerah penghasil Periknan yang cukup besar, hal ini karena
potensi Perikanan cukup melimpah sehingga menjadi sektor basis di Kabupaten
Natuna.
Bardasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa Nilai LQ Jasa di Kabupaten
Natuna pada tahun 2013 mempunyai nilai lebih besar dari 1 ( LQ>1). Dimana Sub
sektor perikanan mencapai nilai LQ sebesar 9.95.

Dengan demikian, Sub sektor Perikanan mengalami surplus dan terpusat di


Kabupaten Natuna. Besarnya nilai LQ ini menunjukkan bahwa penghasilan sektor
perikanan yang cukup besar sehingga menjadi sektor basis untuk Kabupaten
Natuna.

EXECUTIVE SUMMARY 78
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3.3 Analisis Kebutuhan Infrastruktur


3.3.1 ANALISIS PENYEDIAAN AIR BAKU DAN AIR MINUM DI NATUNA DAN
ANAMBAS

A. Kebutuhan Air Di Kabupaten Natuna


Analisis ditujukan untuk menghitung "
‐ Berapa jumlah kebutuhan air yang diperlukan di Kabupaten Natuna dan Anambas
‐ Apakah debit air yang tersedia mencukupi untuk kebutuhan air diatas
Adapun untuk instalasi dan lain‐lainnya sudah masuk dalam skup perencanaan teknik,
jadi tidak masuk pada kajian ini. Untuk Kebutuhan air per orang dapat dilihat pada tabel
berikut berdasarkan Acuan RSNI T‐01‐2003 :
Uraian Nilai
‐ kebutuhan / orang / hari 120.00 m3/hari

kebocoran kehilangan (20%) 24.00 m3/hari

kebutuhan non domestiK (20%) 24.00 m3/hari


total 168.00 m3/hari

waktu pemakaian per hari (8‐10) jam, 10 jam


diambil

Tabel 3.23
Kebutuhan Air di Kabupaten Natuna
Jumlah
Jumlah Jumlah Debit Air Debit Air
Rumah
Penduduk Penduduk Yang Yang
No Kecamatan (existing ke
(proyeksi th (proyeksi th Diperlukan Tersedia
proyeksi th
2018) 2021) (liter/detik) (liter/detik)
2021
1 Midai 5421 5619 26.22 air tanah 1744
2 Bunguran Barat 11829 12260 57.21 85.7 3191
3 Bunguran Utara 4180 4333 20.22 34.46 1116
4 Pulau Laut 2481 2572 12 air tanah 581
5 Pulau Tiga 5231 5422 25.3 air tanah 1259
6 Bunguran Timur 26388 27350 127.63 120 7145
7 Bunguran Timur Laut 4687 4858 22.67 317.6 1278
8 Bunguran Tengah 3122 3236 15.1 46 787
9 Bunguran Selatan 2750 2851 13.3 air tanah 737
10 Serasan 5092 5278 24.63 2.78 1246
11 Serasan Timur 2962 3070 14.33 air tanah 693
12 Subi 2898 3004 14.02 air tanah 746
Kab. Natuna 77041 79853 372.65 606.54 22576
Sumber ; Hasil Analisa, 2015

Kebutuhan Kecamatan Perkotaan Bunguran Timur ≥ 70%:


Prosentase supply dan kebutuhan terlayani PDAM dan PAM 94.02%
Swasta

EXECUTIVE SUMMARY 79
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Jumlah rumah yang belum terlayani PDAM dan PAM Swasta 3958 rumah
Penghuni rata‐rata per rumah 3.72orang
Jumlah penduduk yang sudah terelayani PDAM dan 12646 penduduk
PAMSwasta
Jumlah penduduk yang belum terlayani PDAM dan PAMSwasta 14705penduduk
Debit kebutuhan air rata‐rata / penduduk 0.0047L/detik

Kebutuhan air pelanggan eksisting 59.01L/detik


Kebutuhan air penduduk belum terlayanan PDAM dan PAM 68.62L/detik
Swasta
Dihitung 80% 54.90L/detik

Tabel 3.24
Kebutuhan Air di Perkotaan
Jumlah
Jumlah Jumlah Debit Air Rumah
Air Baku Koefisien
Penduduk Penduduk Yang (existing
No Kecamatan Tersedia Ketersediaan
(proyeksi th (proyeksi th Diperlukan ke
(liter/detik) Air Bersih
2018) 2021) (liter/detik) proyeksi
th 2021
Bunguran
1 11829 12260 57.21 85.7 3191 1.5
Barat
Bunguran
2 4180 4333 20.22 34.46 1116 1.7
Utara
Bunguran
3 3122 3236 15.1 46 787 3.05
Tengah
Bunguran
4 2750 2851 13.3 0 737 0
Selatan
21881 22680 105.84 166.16 5831 1.56
Sumber ; Hasil Analisa, 2015

Tabel 3.25
Kebutuhan Air di Luar Perkotaan
Jumlah
Jumlah Jumlah Debit Air Pemenuhan Rumah
Air Baku
Penduduk Penduduk Yang Kebutuhan (existing
No Kecamatan Tersedia
(proyeksi (proyeksi Diperlukan Air ke
(liter/detik)
th 2018) th 2021) (liter/detik) (liter/detik) proyeksi th
2021
1 Midai 5421 5619 26.22 air sumur 1744
2 Pulau Laut 2481 2572 12 air sumur 581
3 Pulau Tiga 5231 5422 25.3 air sumur 1259
4 Serasan 5092 5278 24.63 2.78 air sumur 1246
Serasan
5 2962 3070 14.33 air sumur 693
Timur
6 Subi 2898 3004 14.02 air sumur 746
24085 24965 116.5 2.78 6269
Sumber ; Hasil Analisa, 2015

EXECUTIVE SUMMARY 80
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

B. Analisis Kebutuhan Air di Kepulauan Anambas


Sesuai dengan analisa yang dilakukan pada Kabupaten Natuna, kebutuhan air di
kabupaten ini sama dengan standar yang digunakan dalam melakukan kajian kebutuhan
air untuk kabupaten ini. Adapun analisa kebutuhan air untuk Kabupaten Kepulauan
Anambas dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.

Tabel 3.26
Kebutuhan Air di Kabupaten Kepulauan Anambas
Debit Air Jumlah
Jumlah Jumlah Debit Air Yang Debit Air Rumah
Penduduk Penduduk Yang Diperlukan Yang (existing
No Kecamatan
(proyeksi (proyeksi Diperlukan dari Data Tersedia ke
th 2008) th 2021) (liter/detik) Sekunder (liter/detik) proyeksi
(liter/detik) th 2021
1 Siantan 9517 11114 51.87 13.02 2383
2 Jemaja 7494 8752 40.84 17.27 11.91 1886
3 Palmatak 11793 13772 64.27 4.14 2842
Jemaja
4 3313 3869 18.06 7.63 640
Timur
Siantan
5 4192 4896 22.85 20.76 1048
Selatan
Siantan
6 4676 5461 25.48 10.76 900
Tengah
Siantan
7 4608 5381 25.11 10.62 1049
Timur
45593 53245 248.48 84.2 11823
Sumber ; Hasil Analisa, 2015

Kebutuhan Kecamatan Perkotaan Bunguran Timur ≥ 70%:


‐ Prosentase supply dan kebutuhan terlayani PDAM danPAM Swasta 69.27% <
70%
‐ Jumlah rumah yang belum terlayani PDAM dan PAM Swasta=1838rumah
‐ Penghuni rata‐rata per rumah= 4.66orang

‐ Jumlah penduduk yang sudah terelayani PDAM dan PAMSwasta= 2542penduduk


‐ Jumlah penduduk yang belum terlayani PDAM dan PAMSwasta= 8573penduduk

‐ Debit kebutuhan air rata‐rata / penduduk= 0.0047L/detik


‐ Kebutuhan air pelanggan eksisting= 11.86L/detik
‐ Kebutuhan air penduduk belum terlayanan PDAM danPAMSwasta 40.01L/detik
‐ Dihitung 80% = 32.01L/detik

Kesimpulan penanganan jaringan PDAM di Kota Kabupaten Kec Siantan


‐ Tidak diperlukan lagi Instalasi Pengolahan Air dan Reservoar
‐ Selanjutnya dipelukan pemasangan Jaringan Pipa Distribusi untuk:
* Jumlah rumah = 1838rumah

EXECUTIVE SUMMARY 81
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

* Jumlah Penduduk = 8573penduduk

Tabel 3.27
Kebutuhan Air di Perkotaan Kabupaten Kepulauan Anambas

Jumlah
Jumlah Jumlah Debit Air Rumah
Air Baku Koefisien
Penduduk Penduduk Yang (existing
No Kecamatan Tersedia Ketersediaan
(proyeksi (proyeksi Diperlukan ke
(liter/detik) Air Bersih
th 2018) th 2021) (liter/detik) proyeksi
th 2021
1 Palmatak 11793 13772 64.27 2842

2 Jemaja Timur 3313 3869 18.06 640

Siantan
3 4192 4896 22.85 1048
Selatan
Siantan
4676 5461 25.48 900
Tengah

4 Siantan Timur 4608 5381 25.11 1049

28582 33379 155.77 0 6479 0

3.3.2 ANALISIS KELAYAKAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KABUPATEN


NATUNA DAN KEPULAUAN ANAMBAS
A. PENDEKATAN ANALISIS
Acuan analisis adalah Standar Minimal Pelayanan Bidang Jalan di Indonesia, yang
meliputi :
1. Tinjauan Jaringan Jalan
‐ Aspek Aksesibilitas
‐ Aspek Mobilitas
‐ Aspek Kecelakaan (tidak dianalisis)
2. Tinjauan Ruas Jalan
‐ Kondisi Jalan <setelah hasil analisis ini bila diperlukan data IRI (International
Roughness Index) akan dilakukan collecting kembali>
‐ Kondisi Pelayanan (tidak dianalisis) Pada kajian ini tentu analisis akan dibatasi yang
mengacu pada judul kajian ini yaitu : Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan
Indonesia ‐ Laut China Selatan di Natuna, dimana kajian ini menitikberatkan pada
simbol eksistensi pemerintah , masyarakat dengan dukungan infrastruktur dan sumber
daya air minum.
Analisis ini mencakup parameter Jalan Primer dan Jalan Sekunder, dimana analisis akan
dibatasi pada :
a. Apakah jalan eksisting yang sudah ada sudah memnuhi kapasitas untuk kebutuhan
transportasi darat di pulau
b. Natuna tersebut.
c. Apabila hasilnya tidak memadai tentu perlu direncanakan penambahan panjang jalan
sesuai kapasitas,
d. tanpa menentukan dan memperhitungkan alinyemen jalan tersebut, jadi sebatas
berapa panjangnya

EXECUTIVE SUMMARY 82
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

e. Apabila hasilnya jalan eksisting yang sudah tersedia sudah memadai untuk memenuhi
kapasitas
transportasi darat di Pulau Natuna, selanjutnyan direkomendasikan treatment terhadap
kondisi jalan eksisting tersebut, diantaranya :
- pemeliharaan rutin
- pemeliharaan berkala
- peningkatan
- rehabilitasi
- pelebaran
3. Pedoman Analisis

B. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS PRASARANA JALAN KABUPATEN


NATUNA
B.1. PENGOLAHAN DATA JALAN KABUPATEN NATUNA
B.1. 1.Data Kependudukan Kabupaten Natuna

B.1.2. Luas wilayah = 20094.04 km2

EXECUTIVE SUMMARY 83
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

B.1.3. PDRB Kabupaten Natuna :

B.1.4. Panjang Jalan Total :


Kebutuhan lebar badan jalan minimum adalah 3.50 meter, dengan maksud agar lebar
jalur lalu‐lintas dapat mencapai 3.50 meter sehingga dengan demikian pada keadaan
darurat dapat dilewati ambulans, mobil pemadam kebakaran, dan kendaraan khusus
lainnya.
Tabel 3.38
Olah Data Panjang Jalan :

EXECUTIVE SUMMARY 84
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

B.2. ANALISIS (PERHITUNGAN KELAYAKAN PANJANG JALAN EXISTING)


B.2.1. Perhitungan Indeks Aksesibilitas Panjang Jalan terhadap Kebutuhan Satu Wilayah
(B ≥ 3.50 meter)
Kepadatan Penduduk = (Jumlah Penduduk)/(Luas Wilayah) = 4.66 jiwa/km2 < 100
jiwa/km2 (sangat rendah)
Indeks Aksesibilitas : (Panjang jalan)/(Luas Wilayah) = (B≥3m)/A = 1.00 > 0.05
(MEMENUHI)
B.2.2. Perhitungan Indeks Aksesibilitas Panjang Jalan terhadap Kebutuhan Satu Wilayah
(B ≥ 6.00 meter)

Kepadatan Penduduk = (Jumlah Penduduk)/(Luas Wilayah) = 4.66 jiwa/km2 < 100


jiwa/km2 (sangat rendah)
Indeks Aksesibilitas : (Panjang Jalan Nasional) / (0.10xLuas Wilayah) = 0.0577 >
0.05 (MEMENUHI)
Indeks Aksesibilitas : (Panjang Jalan Nasional + Tambahan)/(0.10xLuas Wilayah) =
0.0809 > 0.05 (MEMENUHI)
Catatan :
Alasan diperhitungkan (1/10 x luas wilayah) karena pada wilayah bagian tengah sudah
dilayani oleh Jalan Kabupaten dan Jalan Sekunder lainnya, seperti hasil perhitungan poin
C.1. dengan memperhitungkan secara total (total panjang jalan satu wilayah)/(luas satu
wilayah).

B.2.3. Perhitungan Indeks Mobilitas Panjang Jalan terhadap Kebutuhan Satu Wilayah (B≥
3.50 meter)
PDRB per kapita = 8.48 > 5 (tinggi)
Index Mobilitas = (Panjang Jalan)/(1000 penduduk)= 6.18 > 2 (MEMENUHI)

C. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS PRASARANA JALAN KABUPATEN


KEPULAUAN ANAMBAS
C.1. PENGOLAHAN DATA JALAN PULAU ANAMBAS (data s/d data tahun 2015)
C.1.1. Data Kependudukan Pulau Anambas

C.1.2. Luas wilayah = 590.14 km2


C.1.3. PDRB Pulau Anambas :

C.1.4. Panjang Jalan Total :

EXECUTIVE SUMMARY 85
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Status Jalan Nasional berlum ada, hanya ada Jalan Kabupaten dengan panjang =
161.015 Km
C.2. ANALISIS (PERHITUNGAN KELAYAKAN PANJANG JALAN EXISTING)
C.2.1. Perhitungan Indeks Aksesibilitas
Kepadatan Penduduk = (Jumlah Penduduk)/(Luas Wilayah) = 78.85 jiwa/km2 < 100
jiwa/km2 (sangat rendah)
Indeks Aksesibilitas = (Panjang jalan) / (Luas Wilayah) = 0.27 > 0.05 (MEMENUHI)

C.2.2. Perhitungan Indeks Mobilitas


PDRB per kapita = 16.40 > 10 (sangat tinggi)
Indeks Mobilitas = (Panjan Jalan)/(1000 penduduk)= 272.84 > 5 (MEMENUHI)
4 PDRB (Juta Rp)
Kapasitas Jalan Nasional :
Jalan Nasioanal dengan lebar (B ≈ 6.00 meter), dengan panjang = 115.96 Km ditinjau dari
panjangnya sudah memenuhi syarat, namun sebagai Jalan Nasional yang merupakan
Lintas Utama, tentu harus mengikuti lebar yang disyaratkan yaitu : B ≥ 7. 00 meter
Sebagai kawasan perbatasan dalam kerangka eksitensi kedaulatan rakyat dimana perlu
menonjolkan aspek simbol eksitensi pemerintah dan rakyat diperlukan adanya
penambahan perpanjangan diantaranya dengan menaikan status Jalan Kabupaten yang
mengelilingi pulau Natuna menjadi Jalan Nasional Jalan eksisting Kabupatan dg lebar (B
≈ 6.00 meter), membentang di tepi pantai sepanjang = 46.65 Km

Jalan Kabupaten membentang dengan panjang = 161.02 Km


Ditnjau dari panjangnya sudah memenuhi syarat, namun sebagian ruas yang terletak di
tepi panta direkomendasikan untuk diperlebar menjadi B ≥ 6.00 meter, jika akan
ditingkatkan statusnya menjadi Jalan Nasional tentu lebarnya menjadi B ≥ 7.00 meter.

Item pekerjaan jalan, meliputi :


‐ Topping dan Levelling
‐ Pelebaran B' ≥ 1.00 meter
Perkiraan Harga Pelebaran Jalan per Km

EXECUTIVE SUMMARY 86
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Sumber : Hasil Analisa, 2015

Perkiraan Harga Topping dan Levelling per Km


Lebar jalan rata‐rata = 6.00 m

Sumber : Hasil Analisa, 2015

Catatan :
Harga satuan yang dipakai adalah harga riil berdasarkan perbandingan dari beberapa
proyek jalan yang saat ini sedang berjalan di Wilayah Barat dan Wilayah Timur

EXECUTIVE SUMMARY 87
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3.4 Analisis SWOT


Dari analisis SWOT yang dilakukan terhadap Kabupaten Kepulauan Anambas dan
Kabupaten Natuna dengan menilai kekuatan, kelemahan, peluang, serta tantangan maka
dihasilkan penilaian gabungan seperti yang dijelaskan pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.39
Analisis SWOT Kabupaten Anambas

EXECUTIVE SUMMARY 88
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tabel 3.40
Analisis SWOT Kabupaten Natuna

3.5 Ultimate Goal Kawasan Perbatasan Natuna - Anambas


Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat ditentukan Ultimate Goal Kawasan
Perbatasan Natuna – Anambas sebagai sasaran pengembangan kawasan yang
diharapkan dapat dicapai pada 20 (duapuluh) tahun mendatang.

Ultimate Goal tersebut menggambarkan tentang :


- Koridor yang terdiri atas moda transport darat, laut, dan udara
- Simpul yang terdiri atas kegiatan pariwisata, pertanian & perkebunan, perikanan,
migas, industri, perkotaan, dan pulau pulau terluar.

EXECUTIVE SUMMARY 89
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 90
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3.6 Ultimate Profile Kawasan Perbatasan Natuna - Anambas


Dari analisis yang dilakukan terhadap Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan
Anambas, maka dapat dirumuskan Ultimate Profile yaitu suatu gambaran simpul-simpul
yang akan dikembangkan dalam kurun waktu 20 tahun mendatang.

No Kabupaten Natuna Kab. Kepulauan Anambas


1 Rencana kawasan industri LNG di Rencana kawasan maritim di Letung
Teluk Buton - luas 100 ha
 luas 50 ha - pelabuhan ship services dan bahan
 pusat industri pengolahan gas bakar
menjadi LNG
2 Rencana kawasan industri migas di Rencana kawasan wisata di Padang Melang
Tanjung - luas 250 ha
 luas 200 ha - pelabuhan perikanan dan lelang ikan
 pusat industri pengolahan
minyak dan gas
3 Rencana kawasan bisnis di Batu Kawasan minapolitan (perikanan tangkap) di
Kapal Jemaja
 luas 10 ha - luas 100 ha
 pusat bisnis, hotel, dan - pusat perikanan tangkap
rekreasi
4 Pantai Kencana di Ranai Rencana kawasan wisata air di Temburun
 luas 2 ha - luas 25 ha
 pusat waterfront city dan - pusat rekreasi, pertemuan, dan istirahat
rekreasi
5 Rencana kawasan wisata di Batu Kawasan minapolitan (budi daya) di Air
Kasah Sena
 luas 25 ha - luas 100 ha
 pusat rekreasi, pertemuan, dan - pusat budi daya ikan
istirahat
6 Rencana kawasan maritim di Teluk
Depeh
 luas 100 ha
 pelabuhan ship services dan
bahan bakar
7 Rencana kawasan kelautan dan
perikanan di Sabang Mawang
 luas 250 ha
 pelabuhan perikanan dan
lelang ikan
8 Kawasan minapolitan di Pulau Tiga
 luas 300 ha
 pusat perikanan tangkap dan
budi daya

EXECUTIVE SUMMARY 91
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 92
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 93
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BAB
4
STRATEGI PENGEMBANGAN
KAWASAN PERBATASAN
NATUNA - ANAMBAS

4.1 Skenario Pengembangan Kawasan Perbatasan


Berdasarkan program prioritas pengembangan kawasan perbatasan nasional maka
beberapa kegiatan akan mencakup berbagai aspek:
1. Pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis sumberdaya alam lokal melalui
pengembangan sektor-sektor unggulan.
2. Pengembangan sumberdaya manusia.
3. Prasarana dan sarana pelayanan pendidikan dan kesehatan masyarakat.
4. Pengembangan infrastruktur dasar pembuka isolasi geografis.
5. Peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah.
6. Peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat adat lokal.
7. Pengembangan wawasan kebangsaan masyarakat perbatasan negara.
8. Program penegakan supremasi hukum dan perundang-undangan.
9. Sosialisasi batas negara darat dan laut.
10. Fleksibelitas peraturan perbatasan antarnegara, terutama dikaitkan dengan peraturan
negara tetangga.
11. Peningkatan kemampuan kapal-kapal patroli untuk mencegah usaha pencurian ikan
oleh nelayan asing di perbatasan perairan.

Sedangkan tema besar dalam pengembangan kawasan perbatasan Indonesia - Laut


Cina Selatan di Natuna adalah:
1. Merupakan beranda depan Negara Indonesia dibagian barat
2. Penguatan pertahanan dan keamanan Negara
3. Peningkatan infrastruktur untuk pertahanan dan keamanan Negara, serta
4. Pengembangan kegiatan perikanan, pariwisata dan industri.

Pengelolaan batas wilayah dan kawasan perbatasan, memerlukan Koordinasi, Integrasi,


Sinkronisasi, dan Simplifikasi (KISS). Untuk hal tersebut, tentunya dalam pelaksanaannya
terkait dengan beberapa dokumen peraturan perundangan nasional, diantaranya: UU
Nomor17Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
Tahun 2005-2025, Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,Undang-

EXECUTIVE SUMMARY 94
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

UndangNomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara, Undang-Undang Nomor 26


Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil, Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar, dan Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan.
Perundang-undangan sebagaimana tersebut, memiliki keterkaitan erat dengan upaya
percepatan penyelesaian batas wilayah negara, serta mencerminkan adanya pergeseran
paradigma dan arah kebijakan pembangunan kawasan perbatasan dari yang selama ini
cenderung berorientasi “inward looking”, menjadi “outward looking” sebagai pintu gerbang
aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Di samping itu, di dalam
pendekatan pengelolaan perbatasan negara ini pun, terefleksikandengan adanya
pergeseran dengan mengedepankan kombinasi pendekatan kesejahteraan (prosperity
approach) yang dilaksanakan secara serasi dengan pendekatan keamanan (security
approach) dan pendekatan lingkungan (environment approach).

Dengan demikian, untuk pengembangan kawasan perbatasan Natuna – Anambas


mempertimbangkan beberapa aspek pengembangan kawasan. Adapun skenario
pengembangan kawasan yang ada di pada kawasan ini adalah :
1. Aspek tata ruang
Aspek ini menjadi bagian penting dalam pengembangan kawasan perbatasan Natuna
Anambas, hal ini untuk mengaturstruktur ruang dan pola ruang yang ada pada
kawasan sebagai dasar dalam pengembangan kawasan. Kawasan perbatasan
Natuna -Anambas merupakan Pusat KegiatanStrategis Nasional (PKSN) yang
merupakan kawasan yang perlu diselaraskan programnya dalam pengembangan
kawasan. Selain itu kawasan ini merupakan kawasan strategis Provinsi Kepulauan
Riau.

2. Aspek pertahanan keamanan


Sebagai beranda depan Negara, dua kabupaten ini perlu peningkatan terhadap
aspek pertahanan dan keamanan. Hal ini terkait posisi kawasan yang memiliki
banyak pulau terluar yang berbatasan dengan negara-negara tetangga. Selain itu
kawasan ini berdekatan dengan Kepulauan Spratly (daerah sengketa) antar beberapa
negara yang terletak di Laut Cina Selatan. OIeh karena itu perlu aspek pertahanan
dan keamanan menjadi hal yang paling utama dalam pengembangan kawasan
perbatasan Natuna - Anambas.

3. Aspek perbatasan antar negara


Sebagai kawasan yang berlokasi strategis serta berbatasan langsung dengan negara
tetangga, pengembangan kawasan ini memilikipotensi pengembangan yang cukup
besar. Pengembangan perdagangan skala internasional akan menjadi peluang
pengembangan sektor perdagangan dan pariwisata baginegara tetangga. Hal ini
akan menjadi peluang bagi pengembangan kawasan perbatasan Natuna - Anambas
dengan memanfaatkan perbatasan antar negara sebagai peluang pengembangan
kegiatan ekonomi.

4. Aspek kemampuan lahan


Kondisi fisik yang ada di kawasan perbatasan Natuna - Anambas memiliki
keterbatasan dalam pengembangan, hal ini mengingat kondisi fisik kawasan yang
merupakan kawasan kepulauan. Untuk itu pemanfaatan lahan perlu disesuaikan
dengan kemampuan lahan yang telah diuraikan dalam RTRW masing-masing
kawasan. Selain itu, kemampuan lahan akan berpengaruh terhadapdaya dukung dan
daya tampung lingkungan yang ada.

EXECUTIVE SUMMARY 95
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

5. Aspek infrastruktur
Kondisi infrastruktur yang ada di kawasan perbatasan ini masih terbatas bagi
pengembangan kawasan, khususnya untuk kawasan pada pulau pulau terluar.
Kendala utama dalam aspek infrastruktur adalah jaringan transportasi yang masih
kurang memadai untuk mencapai kawasan. Untuk jaringan prasarana lingkungan
perumahan dan permukiman masih belum menjangkau kawasan perdesaan.

6. Aspek ekonomi regional


Ekonomi merupakan urat nadi perkembangan kawasan, sebagai kawasan
perbatasan dengan potensi pengembangan ekonomi regional sangat cukup besar
peluangnya. Untuk itu perlu peningkatan terhadap pengelolaan produksi-produksi
kegiatan ekonomi yang ada di kawasan tersebut.

7. Aspek sektor unggulan


Pengembangan sektor unggulan yang ada di kawasan perbatasan Natuna –
Anambas akan mempengaruhi perkembangan kawasan. Adapun sektor unggulan
pada kawasan ini adalah pertanian, perikanan, migas, dan pariwisata.

8. Aspek kelembagaan
Kelembagaan akan menjadi faktor penting dalam pengembangan kawasan
perbatasan Natuna - Anambas sebagai kawasan yang merupakan beranda depan
negara perlu pengembangan kelembagaan yang mampu mengelola kawasan
tersebut.

Tabel 4.1.
Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan Natuna – Anambas
NO ASPEK NATUNA ANAMBAS
1. TATA RUANG Pemutakhiran data lahan Keterpaduan dalam
Pemantapan regulasi/perda penyusunan tata ruang
pertanahan Optimalisasi pemanfaatan
Tata ruang pulau-pulau kecil ruang
dan keseimbangan Tata ruang pulau-pulau kecil
pembangunan antar pulau dan keseimbangan
pembangunan antar pulau
2. PERTAHANAN, Kerjasama Pengamanan Laut Peningkatan pengamanan zona
KEAMANAN DAN Cina Selatan pertahanan
KESELAMATAN
Kerjasama Pengamanan Jalur
Pelayaran Selat Malaka
3. PERBATASAN Kerjasama dalam hal Kerjasama perdagangan dan
ANTAR NEGARA pengelolaan migas pengelolaan ZEE
4. KEMAMPUAN Pemanfaatan bahan galian Pemulihan kualitas lingkungan
LAHAN/RAWAN secara efisien Pemanfaatan bahan galian
BENCANA Konservasi sumber air baku secara efisien

5. INFRASTRUKTUR Pengembangan fasilitas, utilitas Perluasan jaringan transportasi


dan prasarana kota ke LN (lintas batas ) dan pusat
pertumbuhan di DN
Perluasan jaringan transportasi
ke DN dan LN
6. EKONOMI Inisiasi pengembangan industri Peningkatan produktivitas,
REGIONAL pengolahan efektivitas dan efisiensi
ekonomi

EXECUTIVE SUMMARY 96
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

NO ASPEK NATUNA ANAMBAS


Mempercepat pertumbuhan
sektor non migas
7. SEKTOR Migas Agroindustri dan perkebunan
UNGGULAN Kelautan Industri pengolahan
Transportasi Kelautan
Pariwisata Pertambangan
Pertahanan Perdagangan
Riset Kelautan
8. KELEMBAGAAN Pengembangan Kawasan Pengembangan Kawasan
Ekonomi Migas dan Kelautan Ekonomi Pertanian dan
(KEMKI) atau Kelautan
Indonesia Gas and Petrollium (KEPKI) atau
Marine Zone Indonesia Agro-marine
Integrated Zone

4.1.1 Arah dan Tujuan Pengembangan Wilayah


Pengembangan wilayah secara normatif dapat didekati dari penetapan arah dan tujuan
pengembangan di satu pihak, dan komponen pengembangan di lain pihak. Arah dan
tujuan pengembangan wilayah paling tidak akan meliputi:
(1) peningkatan produksi,
(2) peningkatan taraf hidup / kesejahteraan masyarakat,
(3) pengurangan kesenjangan antarbagian wilayah, dan
(4) menjaga keberlanjutan (sustainability).

Arah dan tujuan peningkatan produksi dalam wilayah dapat dicapai melalui kebijakan,
strategi, dan rencana/program pengembangan yang berkaitan dengan: (a) intensifikasi
kegiatan ekonomi/produksi yang ada, (b) ekstensifikasi kegiatan ekonomi/produksi yang
ada, (c) diversifikasi produksi, baik vertikal maupun horizontal, (d) pengembangan
kegiatan ekonomi/produksi baru, ataupun (e) mencari multiplier dari kegiatan yang ada.

Peningkatan produksi dalam suatu wilayah tidak secara otomatis akan meningkatkan pula
taraf hidup masyarakat. Sehubungan dengan itu, gunamencapai arah dan tujuan
peningkatan taraf hidup masyarakat, maka kebijakan, strategi, dan rencana/program
pengembangan harus diletakkan pada upaya:
(a) peningkatan pendapatan (income) masyarakat,
(b) pemberian pelayanan yang mengarah pada upaya mengurangi pengeluaran
(c) melancarkan pelayanan yang juga mengarah pada upaya mengurangi pengeluaran,
dan (d) peningkatan tabungan masyarakat.

Arah dan tujuan pengurangan kesenjangan antarbagian wilayah diupayakan dengan


penerapan kebijakan, srategi, dan rencana/program yang antara lain meliputi:
a. ”menautkan” bagian wilayah yang lebih maju dengan bagian wilayah yang kurang maju
atau terbelakang, atau seringkali dikenal dengan istilah menjembatani (bridging) antara
kedua bagian wilayah tersebut,
b. ”merangsang” atau mendorong pengembangan bagian wilayah yang terbelakang
dengan insentif bagi pengembangan produksi, penyediaan infrastruktur, penyediaan
sarana/fasilitas pelayanan produksi, atau
c. kombinasi dari kedua upaya tersebut secara bersamaan (bersinergi).

EXECUTIVE SUMMARY 97
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Arah dan tujuan menjaga keberlanjutan diupayakan dengan penerapan kebijakan,


strategi, dan rencana/program pengembangan yang (a) menjaga layanan lingkungan
alam, berupa daya dukung dan daya tampung terhadap kegiatan yang ada di atasnya,
serta merehabilitasi lingkungan yang kritis dari sudut daya dukung dan daya tampung
lingkungan, dan (b) menjaga keberlanjutan (kontinyuitas) kegiatan ekonomi dan sosial

4.1.2 Skenario Pengembangan Wilayah Kawasan Perbatasan


Dengan mengacu kepada hasil-hasil kajian dan analisis dalam Bab II dan Bab III di
depan, maka skenario pengembangan wilayah Kawasan Perbatasan Natuna - Anambas
secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Skenario untuk Peningkatan Produksi
Skenario untuk peningkatan produksi yang menonjol adalah:
a. optimalisasi manfaat (nilai ekonomi) dari kegiatan ekonomi/produksi sektor primer
yang ada, dan rehabilitasi terhadap lahan-lahan pertanian yang mengalami
kerusakan dan/ atau penurunan produktivitas;
b. meningkatkan kegiatan ekonomi/produksi sektor sekunder (industri pengolahan)
yang berbasis pada sumber bahan mentah dari kegiatan primer yang ada;
c. meningkatkan kegiatan ekonomi/produksi sektor tersier, yang melayani kebutuhan
masyarakat, baik dalam rangka pemasaran produksi maupun pemenuhan
kebutuhan pokok kehidupan;
d. mencari peluang bagi pengembangan kegiatan ekonomi/produksi yang baru baik
pada sektor primer, sekunder, maupun tersier, baik yang berbasis pada sumber
daya alam maupun keuntungan lokasi yang strategis, termasuk di dalamnya
kegiatan ekonomi yang ramah lingkungan.

2. Skenario untuk Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat


Skenario untuk peningkatan taraf hidup masyarakat yang menonjol adalah:
a. mengembangkan kegiatan ekonomi/produksi yang secara langsung diperani oleh
masyarakat;
b. menautkan kegiatan ekonomi/produksi skala besar dengan ekonomi masyarakat
dengan perimbangan pendapatan yang lebih adil;
c. upaya mengurangi pengeluaran masyarakat dengan ”mendekatkan” dan/atau
”melancarkan” pelayanan terhadap masyarakat;

3. Skenario untuk Pengurangan Kesenjangan Antar Wilayah


Skenario untuk pengurangan kesenjangan antar wilayah yang menonjol adalah:
a. mengembangkan prasarana transportasi dan komunikasi yang efektif
menghubungkan bagian wilayah maju dengan bagian wilayah kurang
maju/terbelakang;
b. merangsang dan mendorong pengembangan kegiatan ekonomi/produksi di bagian
wilayah yang kurang maju dengan penerapan insentif dan keberpihakan terutama
yang berkaitan dengan investasi publik (social overhead capital/SOC) yang pada
gilirannya diharapkan akan menarik invesatsi sektor privat (directly productive
activity/DPA);
c. mengembangkan sarana/fasilitas yang dapat merangsang fenomena ”inward
looking” secara selektif, guna mengurangi ketergantungan kepada bagian wilayah
yang maju dan menumbuhkan ”kebanggaan” terhadap perkembangan bagian
wilayah tersebut

EXECUTIVE SUMMARY 98
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

4. Skenario untuk Menjaga Keberlanjutan


Skenario untuk menjaga keberlanjutanyang menonjol adalah:
a. memfasilitasi peran serta atau partisipasi masyarakat dalam langkah-langkah
pengembangan wilayah dan ”menikmati” hasil-hasil pengembangan wilayah,
sehingga terbangun semangat untuk menjaga keberlanjutan pengembangan, baik
sari sudut kelestarian lingkungan maupun kelangsungan kegiatan yang diperani;
b. merehabilitasi komponen-komponen lingkungan hidup/alam yang mengalami
kerusakan atau penurunan kualitas layanan alamnya;
c. menerapkan prinsip mitigasi bencana dalam pengembangan wilayah;

4.2 Strategi Pengembangan Wilayah Sumber Daya Alam


Tabel 4.2.
Konsepsi dan Strategi Pengembangan Wilayah Sumber Daya Alam
Komponen
Pengembangan Konsep Strategi
Wilayah
Pertanian Sektor pertanian harus 1) Menyebarkan lebih banyak sistem
meningkatkan dan tanaman campuran atau intensif pada lahan
mendiversifikasikan hasil basah
produksinya. Terdapat tiga alasan 2) Memperbesar/meningkatkan skema
untuk hal tersebut: pertama, sektor irigasi besar dan secara hati-hati
pertanian harus menyediakan memdorongkan pengembangan inkremental
pangan untuk populasi wilayah dari rawa dengan pasang surut dan non
yang tumbuh dengan peningkatan pasang surut
pemasukan perkapita. Kedua, lebih 3) Mendukung diversifikasi berdasarkan
banyak permintaan dari luar disaat pasar
Kawasan Natuna - Anambas 4) Melanjutkan program pengembangan
menjadi semakin terintegrasi tanaman pohon petani kecil
dengan wilayah lain. Ketiga, 5) Mengembangkan lahan skala besar
ekspansi ekspor non migas
merupakan mandat nasional
Perikanan Produksi ikan pada Kawasan 1) Manajemen sumber daya ikan laut pada
Natuna - Anambas harus perairan Laut Natuna dan China Selatan
ditingkatkan terus-menerus. yang logis
Pertama, untuk mengikuti 2) Memdorongkan laut Natuna sebagai
pertumbuhan populasi dan, kedua, basis pasokan ikan utama Nasional
untuk menjadi basis pemasok ikan 3) Memaksimalkan budidaya ikan laut
utama untuk Nasional 4) Memperkuat KUD untuk mengorganisasi
pengolahan dan pemasaran ikan laut
Industri Pengembangan industri di kawasan 1) Mengidentifikasi pusat atau “inti” industri
Natuna - Anambas sebaiknya yang prospektif
berkembang diantara industri 2) Melakukan survey detail pada jenis
pengolahan primer berorientasi sumberdaya alam apa, diproses sampai
sumberdaya migas (khususnya mana, dengan tipe teknologi apa.
berbasis pengolahan gas). Industri 3) Menginvestigasi jangkauan dan
pengolahan sekunder sebaiknya ketersediaan sumberdaya alam potensial
juga merupakan industri pengganti 4) Menciptakan cara yang pasti untuk
ekspor, pengolahan sumberdaya meningkatkan tingkat pengolahan
alam lokal yang ada dan memberi 5) Mengembangkan/meningkatkan kawasan
nilai tambah lebih pada produk. industri migas
Untuk mempercepat perkembangan 6) Meningkatkan institusi untuk penelitian
tersebut, investor luar dan juga dan pengembangan (litbang)
domestik sebaiknya dipancing 7) Meningkatkan pusat pelatihan

EXECUTIVE SUMMARY 99
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Komponen
Pengembangan Konsep Strategi
Wilayah
menuju kawasan Natuna -
Anambas untuk menyediakan
modal, teknologi dan akses pasar.
Sektor pemerintah harus banyak
memfasilitasi pada keseluruhan
proses. Sektor pemerintah
sebaiknya tidak hanya memulai
upaya mendorong investasi, namun
sebagai tambahan menyediakan
dasar untuk pengembangan
industri: infrastruktur yang lebih
baik, SDM yang lebih baik, dan
kebutuhan industri biasanya seperti
standar industri dan kontrol kualitas
Pertambangan Diprioritaskan terhadap 1) Melanjutkan eksplorasi cadangan
dan Energi sumberdaya Migas) mineral baru
2) Merasionalisasi dan merenovasi
kegiatan migas
3) Meningkatkan pembangkit listrik
bertenaga gas untuk memasok Kawasan
Natuna - Anambassekitarnya
4) Memperpanjang jaringan transmisi
energi untuk mengurangi kekurangan
dan terisolasi dari pembangkit listrik
Pariwisata Kawasan Natuna - Anambas 1) Meningkatkan infrastruktur, khususnya
memiliki keuntungan khusus dalam transportasi udara, laut dan darat
pengembangan pariwisata, melalui 2) Mengkonsentrasikan pengembangan
pengembangan: pada tujuan utama sambil
1) efek pengganda dari pulau- menghubungkannya untuk membentuk
pulau kecil terluar yang perjalanan keliling dan memunculkan
memiliki daya tarik sendiri pilihan perjalanan
2) beragamnya obyek wisata dari 3) Melindungi sumberdaya alam dan
budaya sambil menjaga warisan
batu granit dan pantai alami
budaya lokal dan memantapkan
3) Kenikan dari alami yang masih
identitas local
perawan/orisinal
Pengembangan 1) pengembangan perkotaan yang 1) Melanjutkan pengembangan perkotaan
perkotaan dan efektif. khususnya pada pusat strategis
perdesaan 2) pengembangan perdesaan yang 2) Memperkuat fungsi jasa dari pusat kota
terintegrasi dari berbagai sektor, dengan ukuran kecil hingga menengah dan
dalam bentuk: juga pusat perdesaan, dan khususnya
a. Diversifikasi produk, polikultur, menetapkan hirarki fungsional yang jelas
peningkatan kualitas: teknologi, untuk kota/desa yang berada di Kawasan
pasokan pestisida, pelatihan Natuna – Anambas
b. Mendorong industri skala kecil, 3) Mengambil tindakan terintegrasi untuk
perdagangan dan jasa, perikanan, memdorong pengembangan perdesaan,
kehutanan, peternakan, sambil menekankan keterkaitan perkotaan-
pertambangan perdesaan dan desentralisasi/partisipatif
Sumber : Hasil Analisa, 2015

4.3 Strategi dan Penetapan Pengembangan Kawasan Prioritas


Dasar pertimbangan untuk penetapan strategi pengembangan kawasan prioritas
didasarkan atas pertimbangan:

EXECUTIVE SUMMARY 100


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

a. Pola pendekatan pengembangan WPS, yaitu:


1. WPS yang akan dikembangkan di Indonesia berdasarkan pendekatan
pengembangan kewilayahan yang memadukan pengembangan infrastruktur
dengan kawasan-kawasan strategis, seperti perkotaan & perdesaan, industri, dan
maritim (pelabuhan).
2. Pendekatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan konektivitas, mengurangi
kesenjangan wilayah dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah
sekitarnya. Diharapkan daya saing wilayah meningkat dan mampu menampung
arus investasi global
b. Keterkaitan fungsi kawasan prioritas pada aspek fungsional WPS dengan penetapan
kawasan strategis pada RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota terkait
c. Kriteria lainnya, antara lain:
 Urgensi Masalah dan Potensi,
 Intensitas Pengembangan Infrastruktur
d. Amanat RPJMN 2015-2019:
1.Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota
layak huni yang aman dan nyaman
 Menyediakan hunian vertikal serta menerapkan konsep compact city dalam rangka
efisiensi lahan;
 Mengembangkan jaringan sanitasi (pengolahan sampah dan air limbah) melalui
sistem pengumpulan secara terpusat;
 Menyediakan saluran air minum perpipaan yang terintegrasi dengan kawasan
permukiman, dan mengembangkan infrastruktur yang berfungsi untuk menyimpan
cadangan air kota
 Pengembangan Transit Oritented Development (TOD) danRail Oriented
Development(ROD) di kota metropolitan untuk optimalisasi dan efisiensi kegiatan
transportasi masyarakat serta lahan perkotaan;
 Meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana transportasi massal perkotaan
yang berada diatas (upperground) atau dibawah tanah (underground) secara
terintegrasi dan multimoda sesuai dengan tipologi dan kondisi geografisnya
 Menyediakan ruang publik dan fasilitas umum yang nyaman sesuai dengan
kebutuhan pejalan kaki dan pengendara sepeda serta menyediakan ruang parkir
terintegrasi multimoda dan antar moda (park and ride) untuk mengurangi
kemacetan.
2. Perwujudan Kota Hijau yang berketahanan iklim dan bencana
 Mengembangkan jalur hijau yang membatasi fisik kota inti dan kota satelit
disekitarnya untuk mengimbangi pertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak
terkendali (Urban sprawl) dan pertumbuhan menerus (konurbasi):
 ii) Mengembangkan dan menerapkan konsep kota hijau

Gambar-gambar berikut memperlihatkan Perumusan Kawasan Prioritas berdasarkan hasil


penetapan profil dan peran kawasan yang berada di Kabupaten Natuna dan Kabupaten
Kepulauan Anambas sebagai berikut :

EXECUTIVE SUMMARY 101


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

1. Sistem Perkotaan Kawasan Natuna


Sistem Perkotaan Natuna yang masuk dalam pengembangan wilayah strategis terdiri atas
:
a. Kota Ranai sebagai PKSN, dengan luas wilayah 146,83 km2 dan jumlah penduduk
pada tahun 2013 adalah 25.408 jiwa.
b. Kota Kelarik sebagai PPK, dengan luas wilayah 404,71 km2 dan jumlah penduduk
pada tahun 2013 adalah 4.254.408 jiwa.
c. Kota Sedanau sebagai PKL, dengan luas wilayah 448,46 km2 dan jumlah penduduk
pada tahun 2013 adalah 12.139 jiwa.
d. Kota Batubi sebagai PPK, dengan luas wilayah 172,71 km2 dan jumlah penduduk
pada tahun 2013 adalah 3.258 jiwa.

2. Sistem Perkotaan Kawasan Anambas


Sistem Perkotaan Anambas yang masuk dalam pengembangan wilayah strategis terdiri
atas :
a. Kota Tarempa sebagai PKW, dengan luas wilayah 45,39 km2 dan jumlah penduduk
pada tahun 2013 adalah 13.106 jiwa.
b. Kota Tebang Ladan sebagai PKL, dengan luas wilayah 129,94 km2 dan jumlah
penduduk pada tahun 2013 adalah 12.668 jiwa.
c. Kota Letung sebagai PKL, dengan luas wilayah 78,26 km2 dan jumlah penduduk
pada tahun 2013 adalah 6.704 jiwa.
d. Kota Kuala Maras sebagai PPL, dengan luas wilayah 154,24 km2 dan jumlah
penduduk pada tahun 2013 adalah 2.481 jiwa.

EXECUTIVE SUMMARY 102


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 103


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 104


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3. Profil Kawasan-kawasan Prioritas di Kawasan Natuna


Berikut kawasan-kawasan prioritas berada di Kawasan Natuna yang menjadi dasar untuk
penentuan strategi pengembangan wilayah, yaitu terdiri dari :
a. Kawasan Industri di Teluk Buton, yang menjadi cikal bakal pembangunan industry
LNG dari Area Natuna D Alpha.
b. Kawasan Industri di Tanjung sebagai kawasan industry pemanfaatan Gas untuk
dijadikan industry turunan dari pohon industry gas seperti Petrokimia, Pupuk dsb.
c. Kawasan Wisata Batu Kapal sebagai area wisata yang memanfaatkan keindahan
alam dan potensi lokasi bagi kegiatan bisnis mulai dari Hotel, Mall, Ruang Pertemuan
dsb.
d. Kawasan Permukiman Kumuh Penagih sebagai kawasan heritage dari sejarah
permukiman yang tumbuh pertama kali di kawasan Natuna dan berlokasi di pesisir
pantai dengan pola bangunan di atas laut.
e. Kawasan Wisata Batu Kasah sebagai zone wisata alam yang terdiri dari banyaknya
batu granit besar berada di pesisir pantai yang menjadi pemandangan alam indah
tersendiri sehingga sangat berpotensi dijadikan sebagai anjungan cerdas WPS.
f. Kawasan Perikanan Terpadu Sabang Mawang sebuah kawasan yang dibangun
oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dimana akan dibangun area pemanfaatan
yang diperuntukkan bagi para nelayan maupun industry perikanan, dan sarana
penunjang lainnya.
g. Kawasan Industri Maritim Teluk Depeh sebagai sebuah area untuk pelayanan jasa
maritime mulai dari penyediaan bahan bakar, dermaga, servise galangan kapal
sampai pelayanan perkapalan yang bersifat internasional dalam pelayanan di laut
Natuna dan China Selatan.
h. Kawasan Minapolitan Pulau Tiga sebagai area untuk budidaya ikan laut maupun
ikan tangkap dimana sarana dan prasarana perikanan disiapkan seperti cool storage,
Pabrik Es, Lelang Ikan dan lokasi berdekatan dengan kawasan KKP.
i. Kawasan Kumuh Sedanau sebagai area heritage dengan keunikan bangunan di atas
laut yang telah ditata kembali dengan baik setelah terjadi kebakaran yang
menghanguskan seluruh permukiman di Sedanau.
j.
4. Profil Kawasan-kawasan Prioritas di Kawasan Anambas
Kawasan-kawasan prioritas yang berada di Kawasan Anambas yang menjadi dasar untuk
penentuan strategi pengembangan wilayah, yaitu terdiri dari :
a. Kawasan Industri di Letung, yang menjadi cikal bakal pembangunan industry yang
memanfaatkan sumber daya migas dimana akan dibuat juga sarana dan prasarana
pelayanan marine servisis untuk kapal besar yang melalui laut china selatan.
b. Kawasan Minapolitan Budidaya Ikan di Air Sena, sebagai area terpusatnya
keramba-keramba perikanan yang membudidayakan ikan-ikan laut seperti bermacam
ragam ikan kerapu dan ikan karang lainya serta terutama ikan napoleon.
c. Kawasan Minapolitan Ikan Tangkap di Jemaja, sebagai kawasan yang
diperuntukan bagi para nelayan untuk menjual ikan laut hasil tangkapannya langsung
di area ini sehingga tidak ada lagi yang bertransaksi di laut lepas dengan investor
perikanan darin negara tetangga. Dengan disediakan sarana dan prasarana
pelengkap mulai daari pabrik es, cool storage dan air bersih.
d. Kawasan Wisata Air Terjun di Air Temburun – Pulau Siantan, kawasan wisata ini
memiliki keunikan dari sifat air terjunnya yang bertingkat-tingkat dan mengalir
langsung ke laut Natuna.
e. Kawasan Wisata Padang Melang di Pulau Jemaja, kawasan wisata yang
memanfaatkan pasir putih yang memanjang sepanjang 2 km dan dengan lokasi yang
sangat strategis untuk pembangunan sarana prasarana wisata lainnya (hotel, villa,)

EXECUTIVE SUMMARY 105


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 106


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 107


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

5. Profil Pelabuhan Laut Kawasan Natuna


Sebagai kawasan perbatasan laut tentunya memiliki pulau-pulau kecil maupun besar yang
sangat membutuhkan alat transportasi, untuk itu profil pelabuhan laut yang berada di
Kawasan Natuna akan terdiri dari :
a. Pelabuhan Selat Lampa, dengan kelas sebagai pelabuhan penumpang dan barang
dengan kapasitas 1,4 juta TEU.Kapal PELNIBukit Raya maupun Binaiyamelayani
pelabuhan ini dua bulan sekali dan memiliki rute yang dimulai dari Surabaya, Kijang,
Letung, Tarempa, Midai, Selat Lampa, Serasan, dan Pontianak.
b. Pelabuhan Kuala Binjai, sebagai pelabuhan penumpang dan barang dengan
kapasitas 0,5 juta TEU yang melayani rute utama ke Pulau Sedanau dan transportasi
ke pulau-pulau kecil lainnya yang berada di kawasan Natuna – Anambas
menggunakan kapal motor dengan mesin 2 – 4 PK.
c. Pelabuhan RORO Penagih, sebagai pelabuhan penumpang dan barang dengan
kapasitas 1,4 juta TEU dan dikelola oleh Dinas Perhubungan Laut yang memiliki
kemampuan untuk mengangkut kendaraan dari pulau-pulau di sekitar Kawasan
Natuna – Anambas maupun pulau-pulau besar lainnya seperti Tanjung Pinang,
Sambas maupun Pontianak.

6. Profil Pelabuhan Laut Kawasan Anambas


Kawasan Anambas yang memiliki pulau-pulau kecil maupun besar dan sangat terbatas
pelayanan transportasi lautnya, maka untuk itu profil pelabuhan laut utama yang berada di
Kawasan Anambas akan terdiri dari :
a. Pelabuhan Letung, dengan kelas sebagai pelabuhan penumpang dan barang
dengan kapasitas 0,5 juta TEU. Kapal PELNI Bukit Raya maupun Binaiya melayani
pelabuhan ini dua bulan sekali dan memiliki rute yang sama mulai dari Surabaya,
Kijang, Letung, Tarempa, Midai, Selat Lampa, Serasan, dan Pontianak. Akan tetapi
pelabuhan letung belum memiliki dermaga yang memadai untuk singgah kapal Pelni.
b. Pelabuhan Tarempa, sebagai pelabuhan penumpang dan barang dengan kapasitas
1,4 juta TEU dan telah memiliki dermaga untuk singgahnya Kapal Pelni Bukit Raya
dan Binaiya yang melayani dua bulan sekali sama dengan rute yang dilalui ke
pelabuhan Letung maupun Selat Lampa.
c. Pelabuhan Antang, sebagai pelabuhan penumpang dan barang dengan kapasitas
1,4 juta TEU dan merupakan pelabuhan roro yang memiliki kemampuan untuk
mengangkut kendaraan dari pulau-pulau di sekitar Kawasan Natuna – Anambas.

EXECUTIVE SUMMARY 108


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 109


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 110


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

7. Profil Pelabuhan Udara Kawasan Natuna


Pelayanan transportasi udara di Kawasan Natuna sampai saat ini telah dilayani oleh
adanya Bandara Ranai sebagai Pelabuhan kelas pusat penyebaran sekunder dengan
panjang landasan 2.550 m, akan tetapi lokasi bandara ini berada dalam kawasan
pelayanan TNI - Angkatan Udara. Untuk itu Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna
berrencana membangun Bandara yang terletak di Kelarik sebagai pelabuhan udara
domestik yang memiliki landasan yang cukup panjang untuk melayani pesawat jet dengan
kapasitas lebih besar daripada di Ranai. Demikian juga pelayanan kedepan diharapkan
bisa melayani kebutuhan untuk investor migas yang berada dalam kawasan Natuna –
Anambas.

8. Profil Pelabuhan Udara Kawasan Anambas


Pelayanan transportasi udara di Kawasan Anambas sampai saat ini terkendala oleh
pelayanan Bandara di Matak yang dimiliki oleh PT CONOCO dan dikhususkan untuk
melayani pekerja dari industry migas yang berada di sebelah Barat Kawasan
Anambas, sehingga saat ini tertutup untuk melayani penumpang sipil.

Untuk itu Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas sedang membangun


Bandara yang terletak di Letung – Pulau Jemaja sebagai pelabuhan udara domestik
yang dapat menampung 1.000 penumpang dengan landasan pacu lebih dari 2500
meter.

EXECUTIVE SUMMARY 111


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 112


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 113


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BAB
5
RENCANA STRATEGIS
INFRASTRUKTUR KAWASAN
PERBATASAN NATUNA – ANAMBAS
5.1 Kebijakan Nasional dan Daerah Dalam Pengembangan
Infrastruktur KawasanPerbatasan
Wilayah perbatasan di kawasan Natuna – Anambas sebagai daerah studi pada umumnya
berada di kawasan yang relatif agak terisolir. Kecamatan-kecamatan yang ada di wilayah
perbatasan tersebut dihadapkan pada permasalahan yang relatif hampir sama yaitu
adanya keterbatasan aksesibilitas dengan kondisi infrastruktur yang masih sangat kurang,
khususnya transportasi darat disertai keterbatasan akan sarana informasi dan
komunikasi.

Dari aspek sosial budaya, pada umumnya masyarakat yang bermukim di perbatasan
adalah masyarakat pribumi dan sebagian kecil lainnya merupakan pendatang. Mata
pencaharian utama adalah nelayan. Pola penyebaran penduduk cenderung mengelompok
dan tersebarsecara berjauhan antar desa dalam himpunan kelompok yang relatif kecil.
Secara kualitas maupun kuantitas sumber daya manusia di wilayah perbatasan masih
agak tertinggal. Tingkat pelayanan pendidikan maupun kesehatan belum cukup memadai
karena keterbatasan sarana dan prasarana serta tenaga pendidik maupun tenaga medis
yang dibutuhkan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di wilayah perbatasan terdapat permasalahan


sosial ekonomi atau masalah kesejahteraan (prosperity) yang perlu mendapat perhatian
baik dari pemerintah pusat, pemerintah Provinsi maupun kabupaten menurut kewenangan
masing-masing. Sedangkan yang berkaitan dengan masalah keamanan wilayah teritorial
(security) tetap menjadi domain pemerintah pusat.

Dilihat dari aspek pengelolaan kawasan perbatasan (prosperity) yang meliputi bidang
sosial budaya, ekonomi, politik, dan lingkungan, maka permasalahan perbatasan
dibedakan dalam kelompok permasalahan sebagai berikut :
a. Rendahnya tingkatekonomi masyarakat perbatasan yang terlihat dari kesenjangan
wilayah maupun sosial ekonomi dengan kawasan perbatasan negara tetangga.
b. Terbatasnya sarana dan prasarana dasar transportasi dan telekomunikasi yang
berdampak pada rendahnya tingkat aksesibiltas serta keterisoliran dari wilayah
sekitar.

EXECUTIVE SUMMARY 114


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

c. Derajat kesehatan, pendidikan, dan keterampilan penduduk umumnya masih rendah.


d. Terjadinya kerugian devisa negara sebagai akibat pencurian sumber daya alam
sebagai akibat aktivtas illegal loging, illegal trading, illegal trafficking, dan Illegal
fishing.
e. Harga barang untuk kebutuhan pokok masyarakat sangat mahal.
f. Ketergantungan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat dengan negara tetangga.
g. Biaya pembangunan di kawasan perbatasan sangat mahal bila dibandingkan dengan
unit cost tertuang dalam APBD maupun APBN, sehingga banyak program
pembangunan di kawasan perbatasan tidak mencapai target.
h. Program-program pembangunan yang dianggarkan melalui dana dekonsentrasi
maupun tugas pembantuan bersifat top down, sehingga kurang sesuai dengan
prioritas pembangunan yang dibutuhkan.
i. Alokasi anggaran dari APBN untuk pembangunan infrastruktur selama ini relatif
sangat kecil dibandingkan dengan kebutuhan program.
j. Masih rendahnya perhatian pemerintah dalam pembangunan dan pengembangan
perbatasan antar negara sebagai beranda depan NKRI.
k. Pengelolaan kawasan perbatasan masih bersifat sektoral karena lembaga yang
mengelola kawasan perbatasan pada tingkat nasional belum berjalan efektif.

Perumusan masalah dimaksudkan untuk menguraikan sebab-akibat timbulnya atau


berkembangnya suatu persoalan penting yang disebut dengan isu-pokok sebagai Isu
Utama. Isu Pokok adalah suatu akibat dan akumulasi dari berbagai permasalahan yang
terjadi selama ini untuk dicarikan solusi yang tepat dalam bentuk penyusunan program
prioritas pembangunan. Analisis yang digunakan adalah dengan pendekatan Trees
Analisys (Analisa Pohon) untuk merumuskan pokok masalah, dan penyebab utama
timbulnya masalah yang disebut dengan akar masalah dengan rumusan sebagai berikut :

a. Isu Pokok
Isu pokok adalahketertinggalandan keterbelakangan di bidang politik, ekonomi,
sosial budaya , dan hankam dengan uraian sebagai berikut :
Bidang Politik, terdapat ancaman menurunnya wawasan kebangsaan dan rasa
cinta tanah air, yang ditandai dengan masihrendahnya wawasan kebangsaan untuk
masyarakat di perbatasan yang ditandai dengan kurangnya pengetahuan
masyarakat terhadap simbol-simbol negara sendiri, bila dibandingkan dengan
pengetahuan mereka terhadap simbol-simbol dari negara tetangga. Hal ini dapat
menimbulkan ancaman bagi lunturnya rasa cinta tanah air yang pada akhirnya
menimbulkanrasaantipatidanketidakpedulianmasyarakat perbatasan terhadap
kebijakan-kebijakan pembangunan di perbatasan.
Bidang Ekonomi, masih tingginya angka kemiskinanyangditandaidengan masih
rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakatperbatasan yang dapat dilihat dari
jumlah penduduk miskin yang relatif masih cukup tinggi.
Bidang Sosial Budaya, Kualitas SDM yang sangat rendah, yang ditandai dengan
keterbatasan Sumber Daya Manusia baik secara kualitas maupun kuantitas.
Secara kualitas dapat dilihat dari tingkat pendidikan rata-rata masyarakat
diperbatasan tergolong rendah, karena sebagian besar masih berpendidikan
Sekolah Dasar. Secara kuantitas dapat dilihat dari jumlah penduduk perbatasan
relatif sedikit bila dibandingkan dengan luas wilayah perbatasan dan tinggal
ditempat yang terpencar dan terpencil.
Bidang Hankam, tingkat keamanan wilayah perbatasan antar negara masih
rendah, yang ditandai dengan kondisi pertahanan dan keamanan wilayah
perbatasan yang masih sangat rentan terhadap pelanggaran wilayah kedaulatan
negara dari negara lain khususnya dari negara tetangga. Masalah keamanan

EXECUTIVE SUMMARY 115


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

wilayah perbatasan khususnya untuk area pulau-pulau kecil terluar adalah


keterbatasan kemampuan TNI untuk mengawasi wilayah perbatasan laut dengan
negara tetangga (Malaysia, Vietnam, Kamboja, Brunei, Thailand dan Philipina) yang
relatif sangat luas dengan garis perbatasan yang sangat panjang. Hal ini
memberikan arti bahwa secara fisik wilayah perbatasan baik darat maupun laut
belum dapat dikuasai sepenuhnya yang ditandai dengan masih terjadinya kegiatan
illegal loging maupun illegal fishing.
b. Pokok Masalah
Pokok masalah (core problem) adalah masalah utama atau inti permasalahan yaitu:
kesenjangan dan ketimpangan pembangunan (disparity) yang ditandai dengan
adanya kesenjangan pembangunan antara kawasan perbatasan dengan kawasan
lain di luar kawasan perbatasan dan kawasan perbatasan di negara tetangga. Pusat
pembangunan industri berkembang relatif cepat di kawasan perbatasan negara
tetangga, sehingga perekonomian di kawasan tersebut tumbuh dengan cepat,
sementara itu di kawasan perbatasan laut masih bertumpu pada sektor perikanan
dengan produktivitas yang sangat terbatas dan belum banyak terjadi perubahan.
Ketimpangan lainnnya ditandai dengan masih tingginya harga kebutuhan pokok
masyarakat khususnya sembilan bahan pokok serta biaya kemahalan unit cost
untuk berbagaikegiatan pembangunan di perbatasan, bila dibandingkan dengan
daerah perkotaan atau kawasan lain yang mempunyai aksesibilitas yang lebih baik.
Ketimpangan dalam hal informasi dan komunikasi yang masih menjadi barang yang
langka bagi masyarakat perbatasan khususnya yang di desa-desa terpencil yang
terletak di pulau-pulau kecil terluar.
c. Penyebab Utama
Penyebabutamaadalah akar permasalahansekaligus sebagai faktor penghambat
(bottlenecks) dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Aksesibilitas wilayah yang terbatas
Aksesibilitas di kawasan perbatasan sangat terbatas baik darat, laut, maupun
udara. Beberapa kecamatan di perbatasan, hanya dapat diakses melalui
pesawat udara dari ibukota Kabupaten dengan kapasitasdan frekwensi yang
terbatas. Demikian pula halnya dengan kecamatan lainnya hanya dapat
dijangkau dengan transporasi laut dengan biaya yang mahal dan tingkat
kesulitan yang tinggi.
Infrastruktur perhubungan baik darat, laut maupun udara yang menghubungkan
antar kecamatan dan antar kabupaten di perbatasan masih sangat terbatas.
Beberapa pulau-pulau kecil terluar di perbatasan masih banyak yang terisolir
dan memerlukan biaya tinggi. Perhubungan udara yang diharapkan menjadi
solusi utama belum dapat dioptimalisasi karena biaya operasional yang relatif
mahal,yang pada akhirnya berimplikasi pada kenaikan harga barang baik untuk
kebutuhan pokok masyarakat maupun biaya pembangunan. Selama ini
masyarakat perbatasan sangat tergantung kepadanegara tetanggadalamhal
pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat, karena lebih mudah di dapatkan dan
relatif lebih murah bila dibandingkan dengan barang-barang yang berasal dari
negeri sendiri.
2. Keterbatasan Anggaran Pembangunan
Meskipun komitmen pemerintah untuk membangunan kawasan perbatasan
sebagai beranda depan negara RI, tetapi tidak disertai secara konsisten dan
konsekuen dalam kebijakan anggaran. Kebijakan anggaran selama ini
belummenunjukkan adanya keberpihakanterhadap pembangunan perbatasan.
Hal ini dapat dilihat dari ruas-ruas jalan yang melintas di kawasan perbatasan
dan menjadi kewenangan pemerintah pusat yang diharapkan dapatmembuka
isolasi wilayah perbatasan belum dapat dituntaskan,karena anggaran yang

EXECUTIVE SUMMARY 116


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

dialokasikan setiap tahun tidak cukup proporsional dengan kebutuhan


pembangunan.
Investasi swasta baik dalam negeri maupun asing sebagai penggerak
pembangunan (agent of developlement) belum banyak memberikan
kontribusi dalam kegiatan pembangunan di bidang ekonomi di
perbatasan. Beberapa investor yang beminat mengembangkan usaha
pertanian dan perkebunan berskala besar di kawasan perbatasan
terkendala dengan tata ruang wilayah. Selain itu biaya investasi untuk
kegiatan pembangunan di kawasan perbatasan sangat mahal terutama
biaya untuk transportasi, pengangkutan dan mobilisasi barang maupun
orang, termasuk biaya kemahalan untuk mendapatkan kebutuhan pokok
masyarakat khususnya sembilan bahan pokok. Dengan kata lain bahwa
Return of Invesment (ROI) di perbatasan diperhitungkan sangat rendah
atau tidak cukup menguntungkan.
3. Keterbatasan dalam pemanfaatan Potensi Sumber Daya Alam
Potensi sumber daya alam di kawasan perbatasan sangat besar, khususnya
sumber daya hutan dan lautan beserta hasil ikutannya. Tetapi potensi tersebut
tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh penduduk sekitar kawasan atau
nyatanyabelum dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi
masyarakat itu sendiri. Kondisi ini pada akhirnya semakin memarginalkan
masyarakat yang tinggal di sekitar perbatasan.
4. Pola Penyebaran Penduduk yang Terpencar dan Terpencil
Konsentrasi penduduk pada umumnya berada di ibukota kecamatan sedangkan
desa-desa lainnya di luar ibukota kecamatan sangat tipis. Pola penyebaran
pemukiman penduduk di wilayah perbatasan saling berjauhan terpencar-
pencar dan terpencil, sehingga menyulitkan upaya dalam pembinaan kegiatan
pembangunan karena memerlukan pembiayaan yang sangat mahal dan kurang
efektif.
d. Alternatif Pemecahan Masalah
Sebagai alternatif pemecahan masalah yang dimaksudkan untuk memecahkan
pokok masalah yang dimulai dengan memecahkan akar persoalan dengan
menyusun program-program prioritas sebagai berikut :
1. Pemekaran wilayah
 Penyusunan tata ruang wilayah perbatasan
 Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
2. Meningkatkan aksesibilitas wilayah perbatasan dengan program prioritas
 Pembangunan infrastruktur jalan, jembatan lapangan terbang, dermaga
dan terminal
 Pembangunan sarana informasi dan komunikasi, serta ketenagalistrikan
3. Meningkatkan investasi di wilayah perbatasan dengan program prioritas
 Pengembangan Perkebunan Inti Rakyat (PIR)
 Pengembangan tanaman pangan dan holtikultura
 Pengembangan peternakan
 Pengembangan perikanan
4. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan program prioritas
 Peningkatan pelayanan kesehatan
 Peningkatan pelayanan pendidikan dasar dan menengah
 Pendidikan dan latihan keterampilan

EXECUTIVE SUMMARY 117


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

5.2 Strategis dan Keterpaduan Pengembangan Infrastruktur


Kawasan Perbatasan di Natuna - Anambas
Untuk dapat melaksanakan keterpaduan pengembangan infrastruktur kawasan secara
berdaya guna dan berhasil guna, maka perlu dirumuskan strategi dengan memperhatikan
faktor lingkungan strategis baik eksternal maupun internal.

Tabel 5.1.
Matriks SWOT Strategi Pengembangan Infrastruktur di Kawasan Natuna - Anambas
Kekuatan/ KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
Kelemahan Sudah Memiliki Jadwal Kondisi Dan Kapasitas Infrastruktur
Transportasi Laut Dan Udara Transportasi Terbatas
Reguler Ke Pusat Pertumbuhan Keterbatasan Kapasitas Listrik, Air Dan
Dalam Negeri Telekomunikasi
Posisi Strategis, Dekat Ke Pusat-
Pusat Pertumbuhan Dunia/Pasar
Dekat Sumber Energi Dan Bahan
Baku
Peluang/
Kendala

PELUANG (O) Strategi Kekuatan – Peluang (SO) Strategi Kelemahan – Peluang (WO)
Investasi Sektor Perluasan Jaringan Penerbangan Perbaikan Kondisi Infrastruktur,
Primer (Perikanan, Dan Pelayaran Ke Pusat-Pusat Menambah Sarana Transportasi Serta
Pertanian) Pertumbuhan Di LN Serta Pusat Peningkatan Kapasitas Listrik, Air Dan
Investasi Pelayanan Produksi Dan Sumber-Sumber Telekomunikasi Untuk Menarik
Jasa Dan Pariwisata Energi Di DN Untuk Menarik Investasi
Investasi

KENDALA (T) Strategi Kekuatan – Kendala (ST) Strategi Kelemahan – Kendala (WT)
Minat Investasi Peningkatan Efisiensi Pemanfaatan Perbaikan Kondisi Infrastruktur,
Masih Rendah Infrastruktur Yang Ada Serta Menambah Sarana Transportasi Serta
Wilayah Sulit Memberikan Insentif Baru Memberikan Insentif Baru Pemanfaatan
Dijangkau Pemanfaatan Infrastruktur Infrastruktur
Sumber : Hasil Analisa, 2015
Selanjutnya Matriks strategi diatas sangat dimungkinkan terjadinya penggabungan
beberapa strategi menjadi satu rencana strategi pengembangan infrastruktur kawasan
Natuna - Anambas. Strategi-strategi tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan
aspek-aspek rencana strategi dan dilakukan reformulasi sehingga dihasilkan strategi yang
diperlukan dalam proses menghasilkan keberhasilan pembangunan infrastruktur PUPR
maupun Non PUPR. Tabel 5.2 merupakan Matriks yang memperlihatkan konsep di atas.

Tabel 5.2.
Matriks Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan dalam rangka Pembangunan
Infrastruktur PUPR dan Non PUPR Tahun 2016 - 2022
Strategi S-O Strategi W-O

A. Aspek Tata Ruang


1. Menyusun kebijakan rencana tata ruang 1. Mendukung terwujudnya konsep tata
yang terpadu, efektif dan efisien untuk ruang nasional yang didukung oleh
pembangunan infrastruktur dan stakeholder terkait untuk memenuhi
perumahan rakyat yang sesuai dengan kebutuhan infrastruktur dan perumahan
kebutuhan dan pengembangan kawasan rakyat di Kawasan perbatasan Natuna -
perbatasan Natuna - Anambas Anambas
2. Mengembangkan mekanisme 2. Mengembangkan kebijakan
perencanaan dan pemanfaatan ruang pemanfaatan ruang pada pembangunan

EXECUTIVE SUMMARY 118


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Strategi S-O Strategi W-O


yang partisipatif di setiap jenjang infrastruktur PUPR di Kawasan
pemerintahan Perbatasan Natuna - Anambas, sesuai
dengan kebutuhan pengembangan
Kawasan Perbatasan.
B. Aspek Kelembagaan
1. Meningkatkan kewenangan BNPP dalam 1. Meningkatkan peran dan fungsi BNPP
menggalang kerjasama dengan KPK dan sehingga menjadi acuan bersama
lembaga lainnya di pusat dan daerah stakeholder daerah dalam arah
guna meningkatkan efektivitas kebijakan yang aplikatif untuk
pelaksanaan pembangunan infrastruktur pembangunan infrastruktur PUPR
PUPR
2. Mengembangkan forum-forum
diskusi/pertemuan pemecahan masalah-
masalah pembangunan infrastruktur
PUPR yang melibatkan stakeholder di
tiap-tiap tingkatan wilayah termasuk
masyarakat
C. Aspek Pembiayaan
1. Menggalakkan kegiatan gotong royong, 1. Menggalakkan tabungan masyarakat
swadaya masyarakat, bantuan keluarga, dan mengupayakan pengelolaannya
dan bantuan dari pemerintah dan swasta secara desentralisasi sebagai sumber
dalam bentuk natura dan innatura yang dana bagi pembiayaan pembangunan
dikelola melalui keuangan mikro yang infrastruktur PUPR melalui kredit
sehat dan bankable agar memiliki akses bank/bukan bank lainnya
ke sumber pembiayaan secara lebih 2. Kerjasama pemanfaatan dana-dana
leluasa program pembiayaan dari pemerintah
2. Meningkatkan kemampuan pembiayaan dan swasta, dana-dana jangka panjang
pembangunan infrastruktur pekerjaan (asuransi, tabungan pensiun, dll) dan
umum dan permukiman termasuk dana-dana yang dihimpun dari
prasarana dan sarana yang melibatkan masyarakat di dalam dan luar negeri
instansi pemerintah, swasta, dan yang dikelola oleh lembaga pembiayaan
lembaga-lembaga pembiayaan / yang khusus untuk pembangunan
keuangan / penghimpun dana infrastruktur PUPR
masyarakat dalam dan luar negeri,
khususnya bagi masyarakat
berpenghasilan rendah
D. Aspek Teknologi
1. Kerjasama penerapan dan pemanfaatan 1. Mengembangkan kerjasama riset
hasil-hasil riset teknologi tepat guna teknologi infrastruktur dan
pembangunan infrastruktur PUPR yang pengembangannya, di berbagai lembaga
meliputi aspek-aspek kebijakan dan riset di dalam dan luar negeri untuk
peraturan perundang-undangan, menghasilkan teknologi pembangunan
pertanahan dan tata ruang, kelembagaan infrastruktur PUPR yang tepat guna,
dan pemberdayaan daerah, pembiayaan, berkualitas, standar, dan aplikabel
bahan bangunan, konstruksi,
infrastruktur, sanitasi, utilitas, metode
kerja, dst dengan memperhatikan best
practice yang ada
E. Aspek Peraturan Perundang-undangan
1. Apresiasi Rencana Aksi BNPP di Pusat 1. Kerjasama pengembangan peraturan
dan daerah guna menarik dukungan perundang-undangan termasuk
kerjasama dari berbagai kalangan mekanisme sanksinya dalam rangka
2. Pengembangan program pembangunan optimalisasi program pembangunan

EXECUTIVE SUMMARY 119


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Strategi S-O Strategi W-O


infrastruktur PUPR dengan melibatkan infrastruktur PUPR
lembaga/ asosiasi yang melakukan 2.
Mengembangkan kerjasama
advokasi dan pendampingan secara pelaksanaan peraturan perundang-
intensif undangan secara menyeluruh dan
konsekwen, melibatkan pemerintah
daerah, lembaga/ asosiasi terkait, serta
para tokoh dan public figure
F. Aspek Kelembagaan
1. Pengembangan bentuk organisasi dalam 1. Pelembagaan kerjasama pembangunan
mendukung keswadayaan, keberdayaan, infrastruktur pekerjaan umum dan
dan kemandirian sosial ekonomi permukiman lintas stakeholder guna
masyarakat mengatasi keterbatasan masing-masing
dan meningkatkan efektivitas
pencapaian hasil-hasil di lapangan
Aspek Peraturan Sistem Perkotaan
1. Pelembagaan PKSN Ranai yang 1. Penyempurnaan dan pengembangan
melibatkan stakeholder termasuk peraturan system perkotaan yang lebih
pengembang dan masyarakat yang aspiratif, akomodatif, dan partisipatif,
implementasinya menguatkan potensi yang memperhatikan kelestarian
sumber daya lokal, dan memperhatikan lingkungan disertai mekanisme sanksi
aspek-aspek lingkungan. dan penegakan hukum yang jelas
Sumber : Hasil Analisa, 2015
Berdasarkan Tabel 5.2 di atas dengan memperhatikan kepada visi, misi pengembangan
kawasan perbatasan secara nasional, maka dapat disusun perumusan secara sistematik
sebagai penentuan factor keberhasilan dalam strategi, tujuan dan sasaran yang menjadi
acuan perumusan program dan kegiatan pengembangan pembangunan infrastruktur
PUPR maupun Non PUPR, sebagai berikut :

Tabel 5.3. Perumusan Strategi, Tujuan dan Sasaran Pengembangan Pembangunan


Infrastruktur PUPR dan Non PUPR
No Strategi Tujuan Sasaran
1 Pengembangan Kebijakan Menentukan pemanfaatan Terciptanya pola
Penataan ruang kawasan dan pengendalian ruang pemanfaatan dan
Perbatasan kawasan perbatasan pengendalian ruang
kawasan perbatasan
Natuna-Anambas
2 Penyempurnaan peraturan Menentukan kewenangan Terciptanya payung
perundang-undangan dan paying hukum hukum pengembangan
pembangunan kawasan pelaksanaan pembangunan dan pelaksanaan
Perbatasan Natuna - kawasan perbatasan Natuna pembangunan kawasan
Anambas - Anambas perbatasan Natuna -
Anambas
3 Mendukung pembangunan Merencanakan Terkoneksitasnya
jaringan jalan koridor dalam pembangunan jaringan jalan jaringan aksesibilitas
kawasan perbatasan Natuna koridor dalam kawasan antar lokasi prioritas
- Anambassebagai perbatasan Natuna - kawasan Perbatasan
penghubung antar lokasi Anambas Natuna - Anambas
prioritas secara langsung,
Terwujudkannya lokasi
prioritas sebagai pusat
kota yang tidak terpencil
4 Membangun infrastruktur Membangun jaringan Terkoneksinya lokasi
PUPR dari lokasi prioritas aksesibilitas antara lokasi prioritas sebagai pusat-

EXECUTIVE SUMMARY 120


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

No Strategi Tujuan Sasaran


sebagai pusat kegiatan ke prioritas dengan pusat kota pusat kegiatan kawasan
pusat kota kabupaten kabupaten perbatasan Natuna -
Anambas dengan pusat-
pusat kota kabupaten
terdekat.
Terwujudkannya kota
lokasi prioritas sebagai
pusat kota yang tidak
terpencil
5 Mendorong pembangunan Mewujudkan Bandara Terwujudkannya kota
Lapangan Terbang bagi Letung dan Bandara Kelarik lokasi prioritas sebagai
lokasi prioritas yang terpencil sebagai lokasi prioritas yang pusat kota yang tidak
dari ibukota Kabupaten tidak terisolir dan terpencil terpencil dan dapat
terkoneksi dengan
mudah
6 Mendukung pembangunan Menciptakan dan Terwujudkannya potensi-
infrastruktur PUPR untuk mendorong terwujudnya potensi unggulan pada
mendorong pengembangan pengembangan potensi kota-kota pusat kegiatan
potensi unggulan lokasi unggulan pada wilayah dan wilayah kawasan
prioritas kawasan perbatasan kawasan perbatasan perbatasan Natuna -
Natuna - Anambas Anambas.
7 Mendukung Pembangunan Menciptakan PKSN Ranai Terwujudkannya Kota
PKSN Ranai sebagai pusat- sebagai kota lokasi pusat PKSN Ranai sebagai
pusat pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi di kota pusat pertumbuhan
dengan memperhatikan Kawasan Perbatasan ekonomi kawasan
potensi dan keunggulan Natuna - Anambas perbatasan Natuna -
setempat Anambas
8 Mendukung Pembangunan Menciptakan pusat-pusat Terwujudkannya wilayah
infrastruktur PUPRdibidang kegiatan ekonomi pusat-pusat pertumbuhan
SDA untuk mendukung perdesaan berbasis menjadi pusat-pusat
pengembangan Pertanian di pertanian dan perkebunan di kegiatan ekonomi
kawasan Perbatasan Natuna kawasan perbatasan Natuna berbasis pertanian dan
- Anambas - Anambas perkebunan di kawasan
perbatasan Natuna -
Anambas
9 Mendukung pembangunan Menciptakan pusat kegiatan Terwujudkannya pasar-
Pusat kegiatan ekonomi ekonomi dalam bentuk pasar regional sebagai
(Pasar Regional/Kecamatan) pasar-pasar regional pusat kegiatan ekonomi
pada lokasi Prioritas kecamatan di kota lokasi di lokasi prioritas
prioritas kawasan kawasan perbatasan
perbatasan Natuna - Natuna - Anambas
Anambas
10 Mendukung Pembangunan Menciptakan sarana dan Terwujudkannya jaringan
infrastruktur PUPR di sektor prasarana air bersih pada air bersih pada
jaringan air bersih pada permukiman lokasi prioritas permukiman dan fasilitas
lokasi prioritas kawasan kawasan perbatasan Natuna lain lokasi prioritas.
perbatasan Natuna - - Anambas
Anambas
11 Mendukung Pembangunan Menciptakan sarana dan Terwujudkannya jaringan
infrastruktur PUPR di sektor prasarana jaringan sanitasi dan pengelolaan sanitasi
Sanitasi pada lokasi prioritas padapermukiman dan padapermukiman dan
kawasan perbatasan Natuna fasilitas lain di lokasi fasilitas lain di lokasi
- Anambas prioritas kawasan prioritas.
perbatasan Natuna -
Anambas

EXECUTIVE SUMMARY 121


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

No Strategi Tujuan Sasaran


12 Mendukung Pembangunan Menciptakan sarana dan Terwujudkannya jaringan
infrastruktur permukiman di prasarana jaringan sanitasi dan pengelolaan sanitasi
sektor Persampahan pada pada lokasi prioritas pada lokasi prioritas.
lokasi prioritas kawasan kawasan perbatasan Natuna
perbatasan Natuna - - Anambas
Anambas
13 Mendukung Pembangunan Mencitakan kawasan Terwujudkannya
infrastruktur PUPR di sektor permukiman yang pengembangan sarana
pengembangan perumahan terpenuhinya sarana dan dan prasarana
rakyat pada lokasi prioritas prasarana perumahan perumahan rakyat di
kawasan perbatasan Natuna rakyat di lokasi prioritas lokasi prioritas
- Anambas
14 Meningkatkan sinergi Menciptakan program Terwujudkannya
program pembangunan pembangunan infrastruktur program pembangunan
infrastruktur PUPR pada PUPR yang sinergi dengan infrastruktur PUPR yang
kawasan perbatasan Natuna program-program sektor lain sinergi dan saling
- Anambas antar di lokasi prioritas menunjang dengan
kelembagaan melalui program-program sektor
kegiatan koordinasi, lain di lokasi prioritas
sinkronisasi, dan evaluasi
secara iinsentif
15 Mendukung peningkatan Menciptakan peningkatan Terwujudkannya
SDM pada Kegiatan Ekonomi mutu SDM pada kegiatan peningkatan kualitas
untuk mendukung sektor ekonomi khususnya SDM masyarakat untuk
Unggulan Lokasi prioritas ekonomi perdesaan di lokasi kegiatan perekonomian
Kawasan Perbatasan Natuna prioritas dan terdukungnya
- Anambas rencana lokasi prioritas
sebagai pusat kegiatan
ekonomi
16 Mendorong penyebaran Menciptakan teknologi Terwujudkannya
informasi pembangunan pembangunan infrastruktur pembangunan
infrastruktur PUPR PUPR yang selaras dengan infrastruktur PUPR
penerapan teknologi sesuai kondisi lingkungan kawasan dengan teknologi yang
dengan kondisi potensi perbatasan Natuna - selaras dengan kondisi
geografis kawasan Anambas lingkungan kawasan
perbatasan perbatasan Natuna -
Anambas
17 Mendorong forum kerjasama Menciptakan forum Terwujudkannya
antar Negara baik secara kerjasama antar kawasan perbatasan
bilateral maupun regional Negara/regional dalam yang terkoneksi dengan
pada pembangunan mewujudkan pembangunan lintas antar Negara dan
infrastruktur PUPR infrastruktur PUPR di regional
kawasan perbatasan Natuna
- Anambas
18 Meningkatan kemampuan Menciptakan pemerintah Terwujudkannya
pembiayaan pembangunan daerah dan pemerintah kemampuan pemerintah
infrastruktur PUPR di pusat maupun swasta dalam daerah dan pemerintah
Kawasan Perbatasan Natuna pembiayan pembangunan pusat maupun swasta
- Anambas inftrastruktur PUPR di pada pembiayan
kawasan perbatasan Natuna pembangunan
- Anambas inftrastruktur PUPR di
kawasan perbatasan
Natuna - Anambas
19 Meningkatan peran Menciptakan peran Terwujudkannya peran
kelembagaan pemerintah kelembagaan pemerintah kelembagaan pemerintah

EXECUTIVE SUMMARY 122


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

No Strategi Tujuan Sasaran


daerah dan kelembagaan maupun swasta dalam maupun swasta dalam
swasta pada pembangunan pelaksanaan pembangunan pelaksanaan
Infrastruktur PUPR di infrastruktur PUPR di pembangunan
Kawasan Perbatasan Natuna kawasan perbatasan Natuna infrastruktur PUPR di
- Anambas - Anambas kawasan perbatasan
20 Membangun jaringan sarana Menciptakan jaringan Terwujudkannya
dan prasarana informasi dan sarana dan prasarana prasarana informasi dan
telekomunikasi informasi untuk lokasi telekomunikasi pada
prioritas dari keterpencilan di wilayah-wilayah lokasi
kawasan perbatasan Natuna prioritas yang terpencil
- Anambas
Sumber : Hasil Analisa, 2015

5.3 Prediksi Kebutuhan Infrastruktur Kawasan


5.3.1 Analisis Kebutuhan Infrastruktur Kabupaten Natuna
A. Bidang Bina Marga
Acuan analisis adalah Standar Minimal Pelayanan Bidang Jalan di Indonesaia, yang
meliputi :
1. Tinjauan Jaringan Jalan
 Aspek Aksesibilitas
 Aspek Mobilitas
 Aspek Kecelakaan (tidak dianalisis)

2. Tinjauan Ruas Jalan


 Kondisi Jalan <setelah hasil analisis ini bila diperlukan data IRI (International
Roughness Index) akan dilakukan collecting kembali>
 Kondisi Pelayanan (tidak dianalisis)

Pada kajian ini tentu analisis akan dibatasi yang mengacu pada judul kajian ini yaitu :
Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia ‐ Laut China Selatan di Natuna,
dimana kajian ini menitikberatkan pada simbol eksistensi pemerintah, masyarakat dengan
dukungan infrastruktur khususnya untuk jaringan jalan. Analisis ini mencakup parameter
Jalan Primer dan Jalan Sekunder, dimana analisis akan dibatasi pada :
a. Apakah jalan eksisting yang sudah ada sudah memnuhi kapasitas untuk kebutuhan
transportasi darat di pulau Natuna tersebut.
b. Apabila hasilnya tidak memadai tentu perlu direncanakan penambahan panjang jalan
sesuai kapasitas, tanpa menentukan dan memperhitungkan alinyemen jalan tersebut,
jadi sebatas berapa panjangnya
c. Apabila hasilnya jalan eksisting yang sudah tersedia sudah memadai untuk
memenuhi kapasitas transportasi darat di Pulau Natuna, selanjutnyan
direkomendasikan treatment terhadap kondisi jalan eksisting tersebut, diantaranya :
 pemeliharaan rutin
 pemeliharaan berkala
 peningkatan
 rehabilitasi

Kapasitas Jalan Kabupaten :


a). Jalan dengan lebar (B ≥ 3.50 meter), panjangnya = 577.80 Km
b). Jalan dengan lebar (B ≤ 3.50 meter), panjangnya = 365.07 Km

EXECUTIVE SUMMARY 123


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Ditnjau dari panjangnya sudah memenuhi syarat, namun untuk jalan dengan lebar (B≤
3.50 meter), direkomendasikan untuk diperlebar dengan lebar minimum (B ≥ 3.50 meter),
pada keadaan darurat dapat dilewati ambulans, mobil pemadam kebakaran, dan
kendaraan khusus lainnya.

Penanganan atau treatment selanjutnya diserahkan kepada kebijakan Pemerintah


Kabupaten, sudah barang tentu mengikuti kaidah baku penanganan jalan meliputi :
‐ pemeliharaan rutin
‐ pemeliharaan berkala
‐ peningkatan
‐ rehabilitasi
‐ pelebaran

Kapasitas Jalan Nasional :


Jalan Nasioanal dengan lebar (B ≈ 6.00 meter), dengan panjang = 115.96 Km . Ditinjau
dari panjangnya sudah memenuhi syarat, namun sebagai Jalan Nasional yang
merupakanLintas Utama, tentu harus mengikuti lebar yang disyaratkan yaitu : B ≥ 7.00
meter. Sebagai kawasan perbatasan dalam kerangka eksitensi kedaulatan rakyat dimana
perlu menonjolkan aspek simbol eksitensi pemerintah dan rakyat diperlukan adanya
penambahan perpanjangan diantaranya dengan menaikan status Jalan Kabupaten yang
mengelilingi pulau Natuna menjadi Jalan Nasional.
Jalan eksisting Kabupatan dg lebar (B ≈ 6.00 meter), membentang di tepi pantai
sepanjang = 46.65 Km.

B. Bidang Pengembangan Cipta Karya


Berdasarkan SK Bupati No. 318 tahun 2014, Kawasan kumuh di Kabupaten Natuna
terletak di Kelurahan Ranai Kota dan Jemengan, Kecamatan Bunguran Timur dengan
luas 60,12 Ha dengan tingkat kekumuhan sedang. Berdasarkan alokasi dana untuk tiap
tipologi kawasan, kawasan kumuh dengan tipe sedang total kebutuhan investasi
infrastruktur (tidak termasuk hunian) adalah 5,625 Miliar Rupiah/Ha (Direktorat
Pengembangan Permukiman, Cipta Karya). Dengan asumsi tersebut, maka untuk
menghilangkan kawasan kumuh sebesar 60,12 Ha dibutuhkan dana sekitar 338,175 Miliar
Rupiah.

Pengurangan kawasan kumuh dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu perbaikan jalan
dan drainase, IPAL Kawasan, IPAL Komunal, Modul 3R, SPAM, dan pembangunan
kawasan RTH. Satuan investasi penanganan kawasan kumuh (Direktorat Pengembangan
Permukiman, Cipta Karya) terlihat pada tabel 5.5 berikut ini.

Tabel 5.5
Satuan Investasi Penanganan Kawasan
Kegiatan Investasi Penanganan Kumuh
Jalan dan Drainase Rp 1 Miliar / Ha
IPAL Kawasan Rp 7-8 Jt (250 kk)=Rp. 1,75-2M/ Ha
IPAL Komunal Rp 400 Jt/80 kk (+ Pemberdayaan 600 Jt)
Modul 3 R Rp 525 Jt/250 kk Kws (+ Pemberdayaan 620 jt)
SPAM Rp. 7.5 Jt (250 kk) = Rp 1.875M/ Ha
RTH Rp. 500 Rb/m2 (standar Luasan RTH 15% = 750 Jt/Ha)

EXECUTIVE SUMMARY 124


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Pada tahun 2014, telah dilakukan Pembangunan Prasarana Dasar Permukiman


P.Kecil atau Terluar di Kecamatan Bunguran Timur. Untuk mengurangi kawasan
kumuh di Kecamatan Bunguran Timur diusulkan dilakukan dalam 5 tahun (sampai
tahun 2021) dengan setiap tahunnnya melakukan kegiatan seperti yang telah
dijelaskan diatas.

B.1 Pengembangan Air Minum


Dalam upaya pencapaian akses air minum 100% layak, maka dilakukan pengkajian
kebutuhan analisis jiwa terlayani di kecamatan-kecamatan di kabupaten Natuna
sampai tahun 2021. Seluruh daerah didorong untuk mencapai akses air minum layak
dengan jaringan perpipaan hingga mencapai 60% dari jumlah penduduk. Dari analisis
tersebut maka akan didapatkan perkiraan jumlah penduduk yang harus dilayani
Jaringan Perpipaan hingga tahun 2021. Tabel kebutuhan SR untuk setiap Kab/kota
terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.6
Proyeksi kebutuhan SR setiap kecamatan hingga tahun 2021

Jumlah Perkiraan Perkiraan


Idle Yang NRW Yang
Penduduk Jumlah Jumlah
Bisa Bisa Kebutuhan Kebutuhan
Kecamatan Terlayani Penduduk Penduduk
Dimanfaatkan Dimanfaatkan SR L/detik
SPAM Terlayani JP yang harus
(L/detik) (L/detik)
2015 2021 dilayani JP
Bunguran
3.600 3.027 0 15,00 0,50 0 0
Timur Laut
Bunguran
1.068 1.562 494 0 2,03 0 0
Tengah
Pulau Laut - 1.550 1.550 1,80 0 208 2
Bunguran
- 1.786 1.786 9,00 0 0 0
Selatan
Belum ada
Subi 1.815 1.815 0 0 454 5
SPAM
Serasan Belum ada
1.919 1.919 0 0 480 5
Timur SPAM
Bunguran
- 2.681 2.681 5,40 0 130 1
Utara
Serasan - 3.142 3.142 1,80 0 605 6
Pulau Tiga - 3.398 3.398 5,40 0 310 3
Belum ada
Midai 3.534 3.534 0 0 884 9
SPAM
Bunguran
1.280 7.630 6.350 0,50 0 1.056 11
Barat
Bunguran
9.340 16.364 7.024 2,06 13,79 170 2
Timur
Total Kab
10.620 27.528 16.908 3 14 2.110 21
Natuna
Sumber : Hasil Analisa, 2015

Dari data kebutuhan SR setiap kecamatan hingga tahun 2021, maka dapat dianalisis
kebutuhan program yang akan dilakukan dengan menentukan beberapa kriteria Prioritas
waktu pembangunan infrastruktur. Urutan prioritas yang dilakukan yaitu :
1. Prioritas 1 : Banyaknya jumlah penduduk yang belum terlayani SR hingga tahun 2021
2. Prioritas 2 : Kecamatan yang merupakan daerah kumuh

EXECUTIVE SUMMARY 125


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3. Prioritas 3 : Belum terdapat SPAM


4. Prioritas 4 : Terdapat SPAM di kecamatan tersebut, tetapi terdapat idle capacity dari
SPAM yang ada
5. Prioritas 5 : Terdapat SPAM di kecamatan tersebut, tetapi masih terdapat kebocoran
yang harus ditangani
6. Prioritas 6 : Masih terdapat penduduk yang belum terlayani meskipun sudah dilakukan
pengurangan idle capacity dan penurunan NRW.

Tabel 5.7
Penentuan prioritas waktu pembangunan infrastruktur setiap kecamatan

Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Prioitas 5 Prioritas 6


Masih Ada
Banyaknya Gak
Kecamatan Jumlah Ada SPAM, Ada SPAM, Setelah
Daerah Belum ada
Penduduk tetapi ada tetapi ada dilakuan
Kumuh SPAM
yang belum Idle NRW idle dan
terlayani JP NRW dan
Kumuh

Bunguran
X X X X
Timur

Bunguran
X X X
Barat

Midai X X
Pulau Tiga X X X
Serasan X X X
Bunguran
X X X
Utara
Serasan Timur X X
Subi X X
Bunguran
X X X
Selatan
Pulau Laut X X X
Bunguran
X X
Tengah
Bunguran
X X X X
Timur Laut
Sumber : Hasil Analisa, 2015

Dengan mengetahui prioritas pembangunan infrastruktur terbangun dan lokasinya maka


didapatkan ususlan kegiatan air minum hingga tahun 2021. Diasumsikan 1 SR dibangun
dengan investasi sebesar Rp 6.500.000,- (Analisis Direktorat PAM, Cipta Karya). Untuk
sumber pembiayaan, dilakukan pembagian menurut proporsi pusat dan daerah, yaitu
sekitar 13% APBN, 47% APBD, dan sisanya adalah pendanaan dari sumber lainnya yaitu

EXECUTIVE SUMMARY 126


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KPS, DAK, B to B, dll. Indikasi Program Air minum hingga tahun 2021 terlihat pada tabel
5.8 dibawah ini.
Tabel 5.8
Indikasi Program Air Minum Tahun 2017 - 2021

Kebutuhan
Output Lokasi Vol Satuan L/Detik Tahun SR Dana (x Rp Sumber
1.000.000)
SPAM Kumuh Bunguran APBD Prov /
1 Kawasan 5 2017 500 3.250
Perkotaan Timur KabKota
SPAM Kawasan APBD Prov /
Midai 1 Kawasan 3 2017 300 1.950
Nelayan KabKota
SPAM Kawasan APBD Prov /
Midai 1 Kawasan 3 2017 300 1.950
Nelayan KabKota
SPAM Kawasan Sumber
Midai 1 Kawasan 3 2017 300 1.950
Nelayan Lainnya
SPAM Kumuh Bunguran
1 Kawasan 5 2017 500 3.250 APBN
Perkotaan Selatan
SPAM Kawasan Serasan Sumber
1 Kawasan 2,5 2017 250 1.625
Nelayan Timur Lainnya
SPAM Kawasan Serasan Sumber
1 Kawasan 2,5 2017 250 1.625
Nelayan Timur Lainnya
Bunguran
SPAM Kumuh
Timur 1 Kawasan 5 2018 500 3.250 APBN
Perkotaan
Laut
SPAM Kawasan Sumber
Subi 1 Kawasan 2,5 2018 250 1.625
Nelayan Lainnya
SPAM Kawasan APBD Prov /
Subi 1 Kawasan 2,5 2018 250 1.625
Nelayan KabKota
Bunguran APBD Prov /
Pemanfaatan Idle 1 Kawasan 2 2018 200 1.300
Timur KabKota
Bunguran APBD Prov /
Pemanfaatan NRW 1 Kawasan 7 2018 700 4.550
Timur KabKota
Bunguran Sumber
Pemanfaatan NRW 1 Kawasan 7 2018 700 4.550
Timur Lainnya
Bunguran APBD Prov /
Pemanfaatan Idle 1 Kawasan 0,5 2019 50 325
Barat KabKota
Pulau APBD Prov /
Pemanfaatan Idle 1 Kawasan 6 2019 600 3.900
Tiga KabKota
Pemanfaatan Idle Serasan 1 Kawasan 2 2019 200 1.300 APBN
Bunguran APBD Prov /
Pemanfaatan Idle 1 Kawasan 6 2019 600 3.900
Utara KabKota
Bunguran Sumber
Pemanfaatan Idle 1 Kawasan 9 2019 900 5.850
Selatan Lainnya
Pulau APBD Prov /
Pemanfaatan Idle 1 Kawasan 2 2020 200 1.300
Laut KabKota
Bunguran APBD Prov /
Pemanfaatan NRW 1 Kawasan 3 2020 300 1.950
Tengah KabKota
Bunguran
SPAM Perdesaan 1 Kawasan 2 2020 200 1.300 APBN
Timur
Penambahan kapasitas Bunguran Sumber
1 Kawasan 11 2020 1.100 7.150
Eksisting Barat Lainnya
SPAM Kawasan Pulau APBD Prov /
1 Kawasan 3 2021 300 1.950
Nelayan Tiga KabKota
SPAM Kawasan Serasan 1 Kawasan 3 2021 300 1.950 Sumber

EXECUTIVE SUMMARY 127


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Kebutuhan
Output Lokasi Vol Satuan L/Detik Tahun SR Dana (x Rp Sumber
1.000.000)
Nelayan Lainnya
SPAM Kawasan
Serasan 1 Kawasan 3 2021 300 1.950 APBN
Nelayan
SPAM Kawasan Bunguran
1 Kawasan 3 2021 300 1.950 APBN
Nelayan Utara
Bunguran
APBD Prov /
Pemanfaatan Idle Timur 1 Kawasan 7,5 2021 750 4.875
KabKota
Laut
Bunguran
Sumber
Pemanfaatan Idle Timur 1 Kawasan 7,5 2021 750 4.875
Lainnya
Laut
Bunguran
APBD Prov /
Pemanfaatan NRW Timur 1 Kawasan 0,5 2021 50 325
KabKota
Laut
Sumber : Hasil Analisa, 2015

B.2 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman


Kabupaten Natuna telah mempunyai TPA yang berada di Sebayar Kecamatan Bunguran
Timur dengan luasan TPA sebesar 24 Ha, dan sudah terpakai sebesar 2 Ha. Penglolaan
TPA dilakukan dengan sistem Control Landfill. Untuk mengoptimalkan kinerja TPA, maka
dibutuhkan dana perawatan dan penambahan alat berat yang akan dilakukan setiap
tahun. Untuk kebutuhan dan TPA ini diproyeksikan pada tabel 5.9 berikut ini.

Tabel 5.9
Kebutuhan Dana TPA Bunguran Timur (Tahun 2017 – 2021)

5.3.1 Analisis Kebutuhan Infrastruktur Kabupaten Kep. Anambas


A. Bidang Bina Marga
Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas 590.14 Km, dengan jumlah penduduk
45.851 jiwa yang tersebar di pulau-pulau yang ada di kabupaten ini. Berdasarkan PDRB
kabupaten yang ada, diketahui bahwa pertumbuhannya mencapai 3% setiap tahunnya.
Untuk kebutuhan jaringan jalan dilihat dari perkembangan penduduk dan kondisi PRDB
kabupaten. Kebutuhan jaringan jalan di kabupaten ini berbeda dengan Kabupaten

EXECUTIVE SUMMARY 128


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Natuna, mengingat kabupaten ini terdiri dari gugus-gugus pulau yang menjadi kecamatan
di kabupaten ini. Berdasarkan kondisi jaringan jalan yang ada di Kabupaten ini, status
jalan yang ada tidak ada jalan nasional. Jalan yang ada adalah jalan provinsi dan jalan
kabupaten. Berdasarkan hasil kegiatan FGD dan workshop yang telah dilakukan
pemerintah daerah minta kepada pemerintah untuk memberikan jalan nasional kepada
kabupaten ini, mengingat kabupaten ini merupakan kabupaten yang berbatasan dengan
Negara tetangga. Kendala yang ada saat ini adalah terbenturnya di kriteria jalan yang ada
untuk menetapkan menjadi jalan nasional.

Berdasarkan hal tersebut, analisis terhadap jaringan jalan di kabupaten Kepulauan


Anambas adalah sebagai berikut :
 Perhitungan Indeks Aksesibilitas
Kepadatan Penduduk = (Jumlah Penduduk)/(Luas Wilayah) = 78.85 jiwa/km2 < 100
jiwa/km2 - (sangat rendah)
Indeks Aksesibilitas = (Panjang jalan) / (Luas Wilayah) = 0.27 > 0.05 (MEMENUHI)
 Perhitungan Indeks Aksesibilitas
PDRB per kapita = 16.40 > 10 (sangat tinggi)
Indeks Mobilitas = (Panjan Jalan)/(1000 penduduk)= 272.84 > 5 (MEMENUHI)
Jalan Kabupaten membentang dengan panjang = 161.02 Km
Ditnjau dari panjangnya sudah memenuhi syarat, namun sebagian ruas yang terletak di
tepi pantai direkomendasikan untuk diperlebar menjadi B ≥ 6.00 meter, jika akan
ditingkatkan statusnya menjadi
Jalan Nasional tentu lebarnya menjadi B ≥ 7.00 meter.
Penanganan atau treatment selanjutnya diserahkan kepada kebijakan Pemerintah
Kabupaten, sudah barang tentu mengikuti kaidah baku penanganan jalan meliputi :
‐ pemeliharaan rutin
‐ pemeliharaan berkala
‐ peningkatan
‐ rehabilitasi
‐ pelebaran

B. Bidang Cipta Karya


Berdasarkan SK Bupati No. 204 tahun 2014, Kawasan kumuh di Kabupaten Anambas
terletak di Kelurahan Tarempa, Kecamatan Siantan dengan luas 7,58 Ha dengan tingkat
kekumuhan sedang. Berdasarkan alokasi dana untuk tiap tipologi kawasan, kawasan
kumuh dengan tipe sedang total kebutuhan investasi infrastruktur (tidak termasuk hunian)
adalah 5,625 Miliar Rupiah/Ha (Direktorat Pengembangan Permukiman, Cipta Karya).
Dengan asumsi tersebut, maka untuk menghilangkan kawasan kumuh sebesar 7,58 Ha
dibutuhkan dana sekitar 42,6375 Miliar Rupiah.

Pengurangan kawasan kumuh dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu perbaikan jalan
dan drainase, IPAL Kawasan, IPAL Komunal, Modul 3R, SPAM, dan pembangunan
kawasan RTH. Satuan investasi penanganan kawasan kumuh (Direktorat Pengembangan
Permukiman, Cipta Karya) terlihat pada tabel 5.10 berikut ini.

EXECUTIVE SUMMARY 129


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tabel 5.10
Satuan Investasi Penanganan Kawasan
Kegiatan Investasi Penanganan Kumuh
Jalan dan Drainase Rp 1 Miliar / Ha
IPAL Kawasan Rp 7-8 Jt (250 kk)=Rp. 1,75-2M/ Ha
IPAL Komunal Rp 400 Jt/80 kk (+ Pemberdayaan 600 Jt)
Modul 3 R Rp 525 Jt/250 kk Kws (+ Pemberdayaan 620 jt)
SPAM Rp. 7.5 Jt (250 kk) = Rp 1.875M/ Ha
RTH Rp. 500 Rb/m2 (standar Luasan RTH 15% = 750 Jt/Ha)

B.1 Pengembangan Air Minum


Dalam upaya pencapaian akses air minum 100% layak, maka dilakukan pengkajian
kebutuhan analisis jiwa terlayani di kecamatan-kecamatan di kabupaten Anambas
sampai tahun 2021. Seluruh daerah didorong untuk mencapai akses air minum layak
dengan jaringan perpipaan hingga mencapai 60% dari jumlah penduduk. Dari analisis
tersebut maka akan didapatkan perkiraan jumlah penduduk yang harus dilayani
Jaringan Perpipaan hingga tahun 2021. Di kabupaten anambas ini sudah mempunyai
SPAM, tetapi belum ada pelayanan, sehingga SPAM yang ada masih bersifat idle.
Tabel kebutuhan SR untuk setiap Kab/kota terlihat pada tabel 5.11 berikut ini.

Tabel 5.11
Proyeksi kebutuhan SR setiap kecamatan hingga tahun 2021
Estimasi
Jumlah Jumlah Idle Yang
Penduduk Penduduk Bisa Kebutuhan Kebutuhan
Kecamatan
Terlayani JP Dimanfaatkan SR L/detik
2021 2021 (L/detik)
Palmatak 12.698 7.619 7,20 1.185 12
Siantan Selatan 3.758 2.255 1,80 384 4
Siantan Timur 3.791 2.275 3,60 209 2
Siantan Tengah 3.143 1.886 4,50 22 0
Siantan 11.822 7.093 19,79 (206) (2)
Jemaja 6.492 3.895 14,40 (466) (5)
Jemaja Timur 2.335 1.401 9,00 (550) (5)
Total Kab Anambas 44.039 26.423 60 578 6
Sumber : Hasil Analisa, 2015

Dari data kebutuhan SR setiap kecamatan hingga tahun 2021, maka dapat dianalisis
kebutuhan program yang akan dilakukan dengan menentukan beberapa kriteria Prioritas
waktu pembangunan infrastruktur. Urutan prioritas yang dilakukan yaitu :
1. Prioritas 1 : Banyaknya jumlah penduduk yang belum terlayani SR hingga tahun 2021
2. Prioritas 2 : Kecamatan yang merupakan daerah kumuh
3. Prioritas 3 : Terdapat SPAM di kecamatan tersebut, tetapi terdapat idle capacity dari
SPAM yang ada
4. Prioritas 4 : Masih terdapat penduduk yang belum terlayani meskipun sudah dilakukan
pengurangan idle capacity dan penurunan NRW.

EXECUTIVE SUMMARY 130


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tabel 5.12
Penentuan prioritas waktu pembangunan infrastruktur setiap kecamatan
Kecamatan Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas
4
GAP Penduduk Belum Daerah Ada Idle
Terlayani JP Kumuh
Palmatak x x x
Siantan Selatan x x x
Siantan Timur x x x
Siantan Tengah x x
Siantan x x x
Jemaja x x
Jemaja Timur x x
Sumber : Hasil Analisa, 2015

Dengan mengetahui prioritas pembangunan infrastruktur terbangun dan lokasinya maka


didapatkan ususlan kegiatan air minum hingga tahun 2021. Diasumsikan 1 SR dibangun
dengan investasi sebesar Rp 6.500.000,- (Analisis Direktorat PAM, Cipta Karya). Untuk
sumber pembiayaan, dilakukan pembagian menurut proporsi pusat dan daerah, yaitu
sekitar 13% APBN, 47% APBD, dan sisanya adalah pendanaan dari sumber lainnya yaitu
KPS, DAK, B to B, dll.
Tabel 5.13
Indikasi Program Air Minum Tahun 2017 - 2021
Output Lokasi Vol Satuan L/Detik Tahun SR Dalam Juta Sumber
SPAM Kumuh Siantan 1 Kawasan 10 2017 1.000 6.500 APBN
Perkotaan
Pemanfaatan Idle Palmatak 1 Kawasan 8 2017 800 5.200 APBD
Prov/KabKota
Pemanfaatan Idle Siantan 1 Kawasan 2 2018 200 1.300 APBD
Selatan Prov/KabKota
Pemanfaatan Idle Siantan Timur 1 Kawasan 4 2018 400 2.600 APBD
Prov/KabKota
Pemanfaatan Idle Siantan 1 Kawasan 5 2018 500 3.250 APBD
Tengah Prov/KabKota
Pemanfaatan Idle Siantan 1 Kawasan 10 2019 1.000 6.500 Sumber Lainnya
Pemanfaatan Idle Jemaja 1 Kawasan 8 2019 800 5.200 Sumber Lainnya
Pemanfaatan Idle Jemaja 1 Kawasan 7 2019 700 4.550 APBD
Prov/KabKota
Pemanfaatan Idle Jemaja Timur 1 Kawasan 9 2020 900 5.850 APBD
Prov/KabKota
Penambahan Palmatak 1 Kawasan 12 2020 1.200 7.800 Sumber Lainnya
kapasitas
Eksisting
SPAM Kawasan Siantan 1 Kawasan 2 2021 200 1.300 APBD
Nelayan Selatan Prov/KabKota
SPAM Kawasan Siantan 1 Kawasan 2 2021 200 1.300 APBN
Rawan Air Selatan
SPAM Kawasan Siantan Timur 1 Kawasan 2 2021 200 1.300 APBD
Rawan Air Prov/KabKota
Sumber : Hasil Analisa, 2015

EXECUTIVE SUMMARY 131


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

B.2 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman


Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya melakukan kegiatan
pembangunan TPA di Kabupaten Anambas pada TA 2016. Penglolaan TPA dilakukan
dengan sistem Sanitary Landfill. Untuk mengoptimalkan kinerja TPA, maka dibutuhkan
dana perawatan dan penambahan alat berat yang akan dilakukan setiap tahun. Untuk
kebutuhan dan TPA ini diproyeksikan pada tabel 5.14 berikut in
Tabel 5.14
Kebutuhan Dana TPA Anambas (Tahun 2017 – 2021)
Proyeksi Penduduk Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021
1 Jumlah Penduduk (jiwa) 43.432 44.492 45.578 46.690 47.829
Pertumbuhan penduduk (%) 1,44 1,44 1,44 1,44 2,44
Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021
Penduduk terlayani sampah (jiwa) 35.615 39.153 42.843 46.690 47.829
Penduduk tid ak terlayani sampah (jiwa) 7.818 5.339 2.735 - -

Pertambahan Jumlah Penduduk yang dilayani per tahun


2 2.358 2.479 2.604 2.735 -
(asumsi pencapaian 6%/tahun)

Timbulan sampah dari Pertambahan Jumlah Penduduk


6 6 7 7 -
yang dilayani per tahun (ton/hari)

Kebutuhan Pendanaan Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021
3 Biaya TPA (Rp 225 juta/ton/hari) 1.326.184.087 1.394.309.540 1.464.969.958 1.538.248.488 -
Prognosis target pemenuhan sampah terlayani (%) 82% 88% 94% 100% 100%
Sumber : Hasil Analisa, 2015

5.4 Rencana Strategis Infrastruktur PUPR dan Non PUPR


Kawasan Natuna – Anambas
Untuk menentukan strategi pembangunan infrastruktur PUPR dan Non PUPR serta apa
yang menjadi prioritas di kawasan perbatasan Natuna - Anambas, perlu dirumuskan
kriteria-kriteria penentunya. Adapun kriteria-kriteria yang bisa digunakan untuk
mempertimbangkan kebijakan yang akan diambil pada lokasi kawasan perbatasan
Natuna - Anambas, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Ancaman Kedaulatan
Pada lokasi kawasanNatuna - Anambas sangat mungkin terjadi pelanggaran
perbatasan negara kita oleh negara tetangga. Pembangunan infrastruktur PUPR dan
Non PUPR dalam pengembangan wllayah perbatasan harus diarahkan juga untuk
mengantisipasi atau mencegah terjadinya pelanggaran kedaulatan negara kita.
2. Ketergantungan pada kawasan perbatasan
Sebagaimana kondisi faktual yang ada saat ini, ada beberapa kawasan di perbatasan
yang aksesnya lebih mudah ke negara lain dari pada ke Indonesia. Suplai kebutuhan
hidup sehari-hari lebih tergantung kepada negara lain. Kondisi ini sangat
memprihatinkan, terlebih jika sampai negara lain menutup wilayah perbatasannya
karena sesuatu dan lain hal. Karena itu, kebijakan pembangunan infrastruktur PUPR
dan Non PUPR harus diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan ini.
3. Kondisi Geografis
Beberapa kawasan perbatasan, memiliki kondisi geografis yang sulit. Sehingga
wilayah tersebut terisolir baik dari wilayah Indonesia sendiri maupun dari negara lain.
Pilihan kebijakan pembangunan infrastruktur PUPR dan Non PUPR harus juga
mendukung pemecahan permasalahan keterisolasian di kawasan Natuna - Anambas.
4. Potensi Unggulan
Untuk mengembangkan wilayah perbatasan diantaranya adalah dengan
memanfaatkan potensi unggulan setempat. Karena itu kebijakan pembangunan
infrastruktur PUPR dan Non PUPR di kawasan perbatasan khususnya kawasan

EXECUTIVE SUMMARY 132


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Natuna - Anambas harus juga memperhatikan dukungannya dalam pemanfaatan


potensi unggulan yang ada di wilayah yang bersangkutan.
5. Ketersediaan SDA
Wilayah di perbatasan pada umumnya kaya akan sumberdaya alam (SDA), baik
sumberdaya hayati mineral sumberdaya mineral. Pilihan kebijakan pembangunan
infrastruktur PUPR dan Non PUPR di kawasan perbatasan Natuna – Anambas harus
juga memperhatikan dukungannya pada pengelolaan SDA yang ada di wilayah yang
bersangkutan.
6. Kelestarian Lingkungan
Dalam mengelola SDA dan potensi unggulan wilayah tidak boleh melupakan

PROGRAMDANKEGIATAN
keseimbangan alam. Namun karena berbagai kondisi banyak terjadi pembalakan liar
ataupun eksploitaasi SDA secara tidak bertanggungjawab yang sangat berpotensi
merusak lingkungan hidup. Karena itu pilihan kebijakan pembangunan infrastruktur
PUPOR dan Non PUPR di kawasan perbatasan Natuna - Anambas harus juga
memperhatikan pengaruhnya dalam melestarikan lingkungan hidup.
7. Kondisi Keterbatasan Infrastruktur PUPR dan Non PUPR
Banyak kawasan-kawasan di wilayah perbatasan yang masih sangat kekurangan
sarana dan prasarana dasar baik jaringan jalan maupun perumahan dan
permukiman. Karena itu kebijakan pembangunan infrastruktur PUPR dan Non PUPR
harus bisa menutup kekurangan pasokan sarana dan prasarana di berbagai kawasan
yang sangat kekurangan.

5.4.1. Rencana Strategis Infrastruktur PUPR Bidang Bina Marga


Adapun program pengembangan Bina Marga adalah melaksanakan program
penyelenggaraaan Jalan dengan keluarannya adalah :
1. Meningkatnya kondisi mantap jaringan jalan nasional, yang diukur dari
indikator kinerja outcome: Tingkat kemantapan jalan.
2. Meningkatnya fasilitasi penyelenggaraan jalan daerah untuk menuju 60 %
kondisi mantap, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Tingkat fasilitasi
penyelenggaraan jalan daerah menuju 60% kondisi mantap.
3. Meningkatnya panjang peningkatan struktur/pelebaran jalan, yang diukur
dari indikator kinerja outcome: Panjang peningkatan struktur/ pelebaran
jalan.
4. Meningkatnya panjang jalan baru yang dibangun, yang diukur dari indikator
kinerja outcome: Panjang jalan baru yang dibangun.
5. Meningkatnya penggunaan jalan nasional, yang diukur dari indikator kinerja
outcome: Tingkat penggunaan jalan nasional.
A. Program Infrastruktur Bidang Bina Marga di Kawasan Natuna
Kegiatan Prioritas untuk strategis infrastruktur Bina Marga di Kawasan Natuna adalah
BAB 5

meliputi :
1. Rekonstruksi, peningkatan dan pelebaran jalan Arteri dari Teluk Buton – Kelarik
dengan perkiraan panjang jalan 46,65 km. Diharapkan kedepannya dapat
ditingkatkan menjadi Jalan Nasional.
2. Rekonstruksi dan perkerasan jalan Kolektor dari Batubi – Kelarik dengan panjang
jalan 26,49 km.
3. Rekonstruksi, peningkatan dan pelebaran jalan kolektor yang berfungsi sebagai
jalan masuk menuju Pelabuhan KKP Sabang Mawang, dengan panjang jalan 0,8
km.
4. Rekonstruksi dan peningkatan jalan masuk ke kawasan industry maritime di Teluk
Depeh, dengan panjang jalan 6,6 km.
5. Rekonstruksi dan peningkatan jalan masuk menuju kawasan wisata Batu Kasah,
dengan panjang jalan 4,4 km.

EXECUTIVE SUMMARY 133


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

6. Rekonstruksi dan peningkatan jalan lingkar masuk ke Bandara Ranai dan


Pelabuhan Laot Roro Penagih dengan panjang jalan 3 km.

B. Program Infrastruktur Bidang Bina Marga di Kawasan Anambas


Adapun kegiatan prioritas untuk strategis infrastruktur Bina Marga di Kawasan Anambas
adalah meliputi :
1. Rekonstruksi, peningkatan dan pelebaran jalan kolektor sebagai jalan lingkar masuk
dari Tebang Ladan ke Bandara Matak dengan perkiraan panjang jalan 3 km.
Diharapkan kedepannya dapat ditingkatkan menjadi Jalan Nasional.
2. Rekonstruksi dan perkerasan jalan Kolektor dari Tarempa – Air Bini dengan panjang
jalan 16,29 km.
3. Rekonstruksi, perkerasan dan pelebaran jalan kolektor dalam kota Letung ke
Bandara Letung dan Kuala Maras, dengan panjang jalan 32,24 km.
4. Rekonstruksi dan perkerasan jalan Kolektor dari Tarempa – Air Bini dengan panjang
jalan 16,29 km.

5.4.2. Rencana Strategis Infrastruktur PUPR Bidang Cipta Karya dan Perumahan
Rakyat
Program pembinaan dan pengembangan Infrastruktur Cipta Karya meliputi permukiman
dengan keluarannya adalah :
1. Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam
pengembangan kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/
kawasan bagi terwujudnya pembangunan permukiman, yang diukur dari
indikator kinerja outcome:
a. Jumlah Kabupaten/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan
mereplikasi Bantek Permukiman.
b. Jumlah Kabupaten/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan
mereplikasi Bantek bangunan gedung dan lingkungan.
c. Jumlah Kabupaten/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan
mereplikasi Bantek air limbah dan drainase.

PROGRAMDANKEGIATAN
d. Jumlah Kabupaten/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan
mereplikasi Bantek air minum.
e. Jumlah dukungan manajemen bidang permukiman.
f. Jumlah Kebijakan, Program Dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data
Informasi Serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman.
g. Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK.
2. Berkurangnya kawasan kumuh perkotaan, yang diukur dari indikator
kinerja outcome: Jumlah Kawasan kumuh di perkotaan yang ditangani.
3. Terlaksananya pembangunan rusunawa, yang diukur dari indikator kinerja
outcome: Jumlah rusunawa terbangun.
4. Menurunnya kesenjangan antar wilayah, yang diukur dari indikator
kinerja outcome:
a. Jumlah Kawasan Permukiman Perdesaan ditangani.
b. Jumlah Kawasan Pusat Pertumbuhan terbentuk.
5. Meningkatnya jumlah kelurahan/desa yang ditingkatkan infrastruktur
permukiman perdesaan/kumuh/nelayan, yang diukur dari indikator kinerja
outcome:
a. Jumlah desa tertinggal yang ditangani.
b. Jumlah Kelurahan/Desa yang yang meningkat kualitasnya melalui
pemberdayaan masyarakat.

EXECUTIVE SUMMARY 134


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

6. Terwujudnya revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan,


yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah Kawasan yang
meningkat fungsinya.
7. Meningkatnya jumlah pelayanan sanitasi, yang diukur dari indikator
kinerja outcome:
a. Jumlah cakupan pelayanan sistem air limbah.
b. Luas kawasan potensi banjir di perkotaan yang tertangani.
8. Berkurangnya potensi timbunan sampah, yang diukur dari indikator

BAB 5
kinerja outcome: Jumlah cakupan pelayanan persampahan.
9. Terlaksananya pembinaan kemampuan Pemda/PDAM, yang diukur dari
indikator kinerja outcome: Jumlah Kabupaten/Kota/PDAM yang memperoleh
pembinaan kemampuan.
10. Meningkatnya cakupan pelayanan air minum, yang diukur dari indikator
kinerja outcome: Jumlah cakupan pelayanan (kawasan) SPAM.
11. Tersedianya infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan mendesak, yang
diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah paket infrastruktur tanggap
darurat/kebutuhan mendesak.

A. Program Infrastruktur Bidang Cipta Karya dan Perumahan Rakyat di


Kawasan Natuna
Kegiatan prioritas untuk strategis infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kawasan Natuna
meliputi program pembinaan dan pengembangan infrastruktur perumahan rakyat beserta
keluaran dan targetnya, dimana untuk kawasan Natuna akan meliputi :
1. Peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh di Kota Ranai dengan tetap
memperhatikan kondisi dan adat istiadat serta lingkungan sekitarnya
2. Peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh di Pulau Sedanau yng bercirikan
kehidupan masyarakat di pesisir pantai dan bangunan diatas laut, dengan tetap
mempertahankan adat istiadat dan lingkungan di sekiytarnya.
3. Pembangunan dan penyediaan Air Baku Sabang Mawang untuk kegiatn Pelabuhan
perikanan Terpadu dari kementerian Kelautan dan Perikanan. Konstruksi yang
dibangun dengan membendung Laguna yang ada di Sabang Mawang dengan
harapan di masa dating menjadi air tawar
4. Pembangunan dan penyediaan Air Baku untuk melayani penduduk Kota Ranai yaitu
dengan memanfaatkan sumber air dari sungai Ranai.

EXECUTIVE SUMMARY 135


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Peta Infrastruktur Jalan Natuna

EXECUTIVE SUMMARY 136


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Peta Infrastruktur Jalan Anambas

EXECUTIVE SUMMARY 137


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 138


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

B. Program Infrastruktur Bidang Cipta Karya dan Perumahan Rakyat di


Kawasan Anambas
Adapun kegiatan prioritas untuk strategis infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kawasan
Anambas meliputi program pembinaan dan pengembangan infrastruktur perumahan
rakyat beserta keluaran dan targetnya, dimana untuk kawasan Natuna akan meliputi :
1. Peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh di Kota Ranai dengan tetap
memperhatikan kondisi dan adat istiadat serta lingkungan sekitarnya
2. Peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh di Pulau Sedanau yng bercirikan
kehidupan masyarakat di pesisir pantai dan bangunan diatas laut, dengan tetap
mempertahankan adat istiadat dan lingkungan di sekiytarnya.
3. Pembangunan dan penyediaan Air Baku Sabang Mawang untuk kegiatn Pelabuhan
perikanan Terpadu dari kementerian Kelautan dan Perikanan. Konstruksi yang
dibangun dengan membendung Laguna yang ada di Sabang Mawang dengan
harapan di masa dating menjadi air tawar
4. Pembangunan dan penyediaan Air Baku untuk melayani penduduk Kota Ranai yaitu
dengan memanfaatkan sumber air dari sungai Ranai.

EXECUTIVE SUMMARY 139


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

5.4.3. Rencana Strategis Infrastruktur PUPR Bidang Sumber Daya Air (SDA)
Program Pengelolaan Sumber Daya Air, dengan keluarannya yaitu meningkatkan
kinerja pengelolaan sumber daya air, yang diukur dari indicator kinerja out come:
1. Cakupan layanan pendukung dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring,
dan evaluasi pengelolaan SDA.
2. Debit air layanan sarana/prasarana air baku untuk air minum yang dibangun
maupun direhabilitasi, dioperasikan dan dipelihara.
3. Kapasitas tampung sumber air yang dibangun/ditingkatkan, direhabilitasi,
dioperasikan dan dipelihara.
4. Jumlah kawasan sumber air yang dilindungi/dikonservasi.
5. Luas cakupan layanan jaringan irigasi yang dibangun/ditingkatkan,
direhabilitasi, dioperasikan dan dipelihara.
6. Luas cakupan layanan jaringan reklamasi rawa yang dibangun/
ditingkatkan, direhabilitasi, dioperasikan dan dipelihara.
7. Luas cakupan layanan jaringan irigasi air tanah yang dibangun/
ditingkatkan, direhabilitasi, dioperasikan dan dipelihara.
8. Luas cakupan layanan jaringan tata air tambak yang dibangun/
ditingkatkan, direhabilitasi, dioperasikan dan dipelihara.
9. Luas kawasan yang terlindungi dari bahaya banjir melalui pembangunan,
melalui rehabilitasi dan melslui pemelihaaan sarana/prasarana
pengendalian banji.
10. Volume lahar/sedimen yang dikendalikan melalui rehabilitasi, melalui
operasi dan pemeliharaan prasarana pengendalian lahar/sedimen.
11. Panjang garis pantai yang dilindungi dari bahaya abrasi melalui
pembangunan, melalui rehabilitasi, dan melalui pemeliharaan
sarana/prasarana pengamanan pantai.

5.4.4. Rencana Strategis Infrastruktur Non PUPR


Rencana strategis infrastruktur Non PUPR adalah kegiatan prioritas yang dilaksanakan
perencanaan, pembinaan dn pembangunannya oleh Instansi terkait diluar Kementerian
PUPR yang meliputi kegiatan prioritas sebagai berikut :

A. Program Infrastruktur Non PUPR di Kawasan Natuna


Adapun kegiatan-kegiatan prioritasnya meliputi :
1. Kawasan Kelautan dan Perikanan Terpadu di Sabang Mawang
2. Kawasan Marine Services di Teluk Depeh
3. Kawasan Wisata di Batu Kasah – Cemaga
4. Kawasan Water Front City di Pantai Kencana – Ranai
5. Kawasan Industri Migas di Tanjung Datuk
BAB 5

EXECUTIVE SUMMARY 140


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 141


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

1. Rencana Strategis Pengembangan Kawasan Kelautan dan Perikanan Terpadu di


Sabang Mawang
Kawasan Natuna yang terletak di kawasan laut China Selatan memiliki potensi perikanan
laut yang terbesar di Indonesia dan ini belum termasuk potensi yang terdapat di ZEE
(zone ekonomi eksklusif) yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh
karena itu kawasan Natuna layak untuk diposisikan sebagai pusat pengembangan sekor
kelautan dan perikanan yang lengkap dan terpadu untuk wilayah Indonesia Bagian Barat
dan ASEAN.
Kawasan yang dipersiapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan di Sabang
Mawang adalah sebuah kawasan yang menyediakan fasilitas berupa dermaga kapal ikan,
pabrik es, dan sumber air bersih. Selain itu sarana dan prasarana tersebut ditunjang pula
dengan pelabuhan pendaratan ikan yang memadai, tempat pelelangan ikan dan juga
ketersediaan ruang pendingin (cold storage) untuk menjaga keawetan ikan hasil
tangkapan.
Sejalan dengan itu, maka pengadaan peralatan tangkap seperti kapal motor berikut alat
tangkap ikan juga disiapkan dan ini memerlukan perhatiann khusus mengingat hal ini
dapat mendukung kegiatan eksplorasi dan eksploitasi hasil laut secaara optimal.
Disamping itu dari aspek pemasaran akan mendapatkan perhatian khusus dimana
pemasaran nikan hasil tangkapan akan mempengaruhi kelangsungan pengembangan
sector terpadu ini. Gambar – gambar berikut memperlihatkan potensi kelautan dan
perikanan di kawasan Selat Lampa.

EXECUTIVE SUMMARY 142


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3. Rencana Strategis Pengembangan Kawasan Marine Services di Teluk Depeh


Daerah perairan Laut Cina Selatan sekitar Kawasan Natuna merupakan jalur pelayaran
yang sangat sibuk. Jalur pelayaran ini melalui Selat Malaka ke arah Laut Cina Selatan
(jalur Eropa - Singapura dan negara-negara Asia Tenggara dan Timur). Diperkirakan lebih
dari 300 kapal per hari (tanker, cargo, container, ferry dan kapal ikan) melintasi alur
pelayaran ini. Jika Kawasan Natuna dikelola dengan baik dapat digunakan sebagai jasa
maritim untuk reparasi kapal dan penunjang jasa migas, disamping untuk jasa pengisian
bahan bakar. Peluang Kawasan Natuna untuk memberikan pelayanan jasa dan
pergudangan sebagai supply base sangat masuk akal. Hal ini dapat diperkirakan dengan
adanya jasa pergerakan transit kapal penunjang dan barang melalui jaur transportasi laut.
Dalam rangka menunjang kegiatan tersebut telah dipersiapkan lokasi di Teluk Depeh
dengan jarak sekitar 6,6 km dari jalan nasional Ranai –Selat Lampa. Mengingat kondisi
pantai Teluk Depeh dimana pantainya landai sampai sejauh 0,5 – 1,0 kilometer maka
untuk mencapai daerah yang ideal untuk pelabuhan dengan kedalaman 20 meter perlu
dilakukan reklamasi. Reklamasi ini akan menambah lahan seluas 225 hektar di pesisir
pantai Teluk Depeh. Sehingga total luas kawasan yang ideal untuk dibangun adalah
sebesar 715 Hektar.
Rencana kawasan ini akan dilengkapi dengan kawasan pelabuhan dengan fasiltas
penunjangnya, industry jasa maritime mencakup kegiatan bongka muat barang atau peti
kemas, pengiriman barang, perbaikan dan perawatan kapal, kawasan permukiman dan
daerah wisata. Gambar-gambar berikut memperlihatkan lokasi dan rencana tapak
kegiatan jasa maritime di Teluk Depeh.

EXECUTIVE SUMMARY 143


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 144


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

4. Rencana Strategis Pengembangan Kawasan Wisata di Batu Kasah – Cemaga


Wisata alam di Kawasan Natuna masih asli dan belum terjamah dengan sentuhan
rekayasa manusia, hal ini perlu mendapat perhatian dalam pengembangan lebih lanjut.
Wisata alam yang berpotensi berupa air terjun, pantai pasir putih, gua-gua sarang Burung
Walet dan batu karang serta batu granit yang indah. Kawasan pariwisata di Kawasan
Natuna direncanakan di empat lokasi yaitu daerah Cemaga – Batu Kasah, Batu Kapal,
Selumit, dan Senubing sekitar Ranai dengan luas peruntukan masing-masing 500 ha,
2.500 ha, 1000 ha, dan 750 ha. Wisata yang ditawarkan di Batu Kasah - Cemaga berupa
kawasan pantai dengan pemandangan yang indah dan batu-batu granit yang besar.
Untuk Kawasan Natuna beberapa hal yang dapat dikembangkan berkaitan dengan
pengembangan pariwisata di Batu Kasah dapat melalui: - Pengembangan resort, hotel
dan restoran; -Pengembangan wisata bahari; - Ecotourism; - Pengembangan obyek
wisata bersejarah; -Pengembangan wisata hutan; dan lain – lain.
Secara umum Kawasan Wisata Batu Kasah saaat ini baru dimanfaatkan sebagian kecil
oleh penduduk baik untuk wisata maupun untuk permukiman, gambar- gambar berikut
memperlihatkan potensi pariwisata yang dapat direncnakan dan dikemnbangkan di Batu
Kasah.

EXECUTIVE SUMMARY 145


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 146


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

5. Rencana Strategis Pengembangan Kawasan Perkotaan Ranai “WATER FRONT


CITY = PANTAI KENCANA”
Kawasan Water Front City di sini merupakan kawasan yang berorientasi ke badan
perairan (dalam hal ini berupa laut) membentuk karakter koridor pesisir pantai. Kawasan
tersebut dicirikan dengan orientasi bangunan yang menghadap ke laut, atau dengan kata
lain bagian muka bangunan menghadap laut. Kawasan Water Front City yang
direncanakan untuk Kota Ranaidi Pantai Kencana merupakan satu kesatuan yang terdiri
dari pusat-pusat kegiatan yang bervariasi dengan lokasi menyebar di sepanjang pesisir
pantai Laut Natuna.
Untuk menjamin eksistensi dan keberlangsungan (sustainability) kawasan Water Front
City di Kota Ranai, ada beberapa persyaratan umum yang perlu dipenuhi antara lain
meliputi :
a. Tetap terpeliharanya kualitas pesisir pantai Laut Natuna. Untuk itu setiap
pelaku kegiatan yang berlokasi di kawasan Water Front City berkewajiban
untuk memelihara kelestarian lingkungan tersebut.
b. Adanya sistem yang mengatur pengelolaan kawasan Water Front City secara
keseluruhan, untuk mencegah terjadinya konflik berbagai kepentingan.
c. Adanya upaya untuk memperbaiki nilai estetika lingkungan, sehingga mampu
mendukung daya tarik kawasan Water Front City tersebut sebagai daerah
tujuan wisata.
Gambar berikut memperlihatkan rencana pengembangan tersebut berikut rencana
tapaknya.

EXECUTIVE SUMMARY 147


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

6. Rencana Strategis Pengembangan Kawasan Industri Migas di Tanjung Datuk


Pengembangan Kawasan Natuna dilihat dari aspek pembangunan industri, sangat
bergantung kepada pengembangan pemanfaatan gas alam sebagai keberadaan sumber
daya energi yang merupakan satu-satunya sumber daya alam yang potensial. Gas Alam
ini terletak di D Alpha Laut Cina Selatan yang berjarak 225 km dari arah Timur laut Pulau
Natuna. Besarnya cadangan gas alam diperkirakan sebesar 6 TSCF dengan kandungan
CO2 sebesar 71 % merupakan industri awal (hulu) yang dapat dikembangkan untuk
kegiatan industry.
Produk utama LNG (Liquid Natural Gas) sebesar 1,27 TSCF akan memberikan kontribusi
yang besar terhadap devisa dari sektor gas bumi. Di lain pihak, potensi CO2 yang besar
dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan industri kimia dasar.
Upaya untuk mengembangkan industri yang bertumpu pada gas bumi dan CO2 akan
memberikan sumbangan yang besar terhadap kebutuhan pokok setengah jadi atau
produk akhir untuk konsumsi dalam negeri dan internasional. Dalam kaitannya dengan
industri kimia dasar yang menghasilkan pupuk urea dapat secara langsung
memanfaatkan gas CO2 dan H2 dari lapangan gas bumi tersebut. Sedangkan kebutuhan
N2 dapat diperoleh dari udara untuk menghasilkan pupuk urea tersebut.
Dengan demikian, produk gas alam dan minyak di perairan sekitar Kawasan Natuna
diperkirakan cukup untuk memasok industri petrokimia dan kebutuhan minyak dunia.
Kecenderungan ini memberikan peluang bagi Kawasan Natuna untuk dapat memasok
pasaran tersebut. Dengan teknologi baru untuk pembuatan poliektera dan poliprospik
melalui teknologi perubahan natural kealokasi produksi gas Natuna dapat memasok
kebutuhan gas alam dunia.
Pengembangan suatu kilang minyak (LNG, Naphtha gasoline, kerosene, gas oil dan
asphalt) dengan kapasitas 150.000 BPSD dapat dilaksanakan di Kawasan Natuna, yang
salah satunya berlokasi di Tanjung Datuk dengan areal seluas 10.000 Ha.

EXECUTIVE SUMMARY 148


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Kawasan Tanjung Datuk merupakan kawasan industri dengan jenis industri dalam
kelompok industri kimia dasar dan hasil pengolahan perminyakan, struktur kawasan yang
disiapkan berupa :
a. Lahan industri, yang terdekat dari industri pupuk urea, industri penghasil
metanol, industri minuman non alkohol dan industri hasil pengolahan
perminyakan lainnya.
b. Lahan permukiman dan fasilitas pendukungnya seperti permukiman karyawan
industri, fasilitas pengolahan limbah industri yang terpusat.
c. Lahan jalur hijau untuk menjaga keseimbangan ekosistem di kawasan ini dan
ekosistem di Kawsan Natuna secara keseluruhan.

Gambar-gambar berikut secara rinci memperlihatkan kawasan industry migas di Tanjung


Datuk tersebut.

EXECUTIVE SUMMARY 149


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 150


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

B. Program Infrastruktur Non PUPR di Kawasan Anambas

Adapun kegiatan – kegiatan prioritas yang direncanakan pembangunannya meliputi


program sebagai berikut :
1. Rencana Strategis Pengembangan Pusat Perkotaan Kabupaten Kepulauan
Anambas di Kota Tarempa – Pulau Siantan
Tahapan dalam rencana pengembangan pusat perkotaan kabupaten Kepulauan
Anambas adalah :
 Pembangunan Kawasan Pusat Pemerintahan
 Peningkatan jaringan jalan
 Peningkatan jaringan air bersih
 Peningkatan pelayanan persampahan kota
 Peningkatan jaringan drainase
 Peningkatan pelabuhan roro di Antang
 Pembangunan sarana dan prasarana pelabuhan laut
Gambar-gambar berikut secara rinci memperlihatkan rencana pengembangan pusat
perkotaan Kabupaten Kepulauan Anambas.

Sebagai ibukota Kecamatan maka kota Matak perlu disiapkan sarana dan prasarana
perkotaan yang memadai seperti fasilitas perkantoran dan permukiman, air bersih,
sanitasi, drainase dan penunjang lingkungan hidup lainnya.
Kota Matak telah memiliki Bandara Matak yang dimiliki oleh PT. Conoco, akan tetapi
sarana penunjang masih terbatas untuk pelayanan perusahaan migas yang berada di
sekitar lokasi kabupaten Kepulauan Anambas, sehingga sangat diperlukan perencanaan
pembangunan untuk memenuhi kebutuhan penduduk terhadap fasilitas adminsitrasi
pemerintahan daerah.

EXECUTIVE SUMMARY 151


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 152


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 153


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2. Rencana Strategis Pengembangan Perkotaan di Matak

EXECUTIVE SUMMARY 154


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) di Jemaja


Visi pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kabupaten Kepulauan Anambas
adalah:
“Terwujudnya Kabupaten Kepulauan Anambas sebagai kawasan pariwisata bahari
dan perikanan yang berkeadilan, maju dan berdaya saing”
Dengan pengertian bahwa Kawasan Kabupaten Kepulauan Anambas akan menjadi pusat
pertumbuhan kawasan pariwisata dan perikanan yang unggul, dalam hal daya tarik
wisatanya maupun potensi perikanannya yang didukung dengan penyediaan infrastruktur
yang berkualitas, dan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakatnya.

Sedangkan Misi dari pengembangan KSCT adalah :


1. Mewujudkan KSCT Kabupaten Kepulauan Anambas sebagai kawasan tujuan
investasi yang prospektif yang didukung dengan kebijakan, kelembagaan, sumber
daya manusia dan infrastruktur yang berkualitas.
2. Mewujudkan KSCT Kabupaten Kepulauan Anambas sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi regional dan Propinsi Kepulauan Riau
3. Mewujudkan KSCT Kabupaten Kepulauan Anambas sebagai wilayah yang aman,
nyaman, berbudaya keadilan dan berkelanjutan dalam pembangunannya
4. Mewujudkan peran partisipatif masyarakat, dunia usaha, pemerintah dan seluruh
pemangku kepentingan untuk mendukung pembangunan KSCT yang berdasarkan
kebijakan nasional dan arahan tata ruang.

Secara rinci, tujuan pengembangan KSCT Kabupaten Kepulauan Anambas yaitu :


 meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk unggulan di kawasan;
 meningkatkan pertumbuhan ekonomi di pusat pertumbuhan;
 mendorong peningkatan kerjasama pembangunan antarwilayah secara fungsional,
dan antardaerah yang relatif sudah berkembang dengan daerah tertinggal di
sekitarnya dalam suatu keterpaduan sistem wilayah pengembangan ekonomi;
 mengoptimalkan pengelolaan potensi sumberdaya spesifik daerah
provinsi/kabupaten/ kota bagi peningkatan perekonomian daerah dan
kesejahteraan masyarakat, yang berwawasan kelestarian lingkungan; dan
 menciptakan perwujudan keterpaduan, keseimbangan dan keserasian
pertumbuhan antar wilayah.
Gambar berikut memperlihat peta rencana rinci dari KSCT di Jemaja – Kabupaten
Kepulauan Anambas.

EXECUTIVE SUMMARY 155


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Selanjutnya mengenai sasaran pengembangan KSCT Kabupaten Kepulauan Anambas


akan meliputi :

EXECUTIVE SUMMARY 156


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

 Menata dan Mengembangkan Klaster Industri MinaTeknoWisata Kabupaten


Kepulauan Anambas yng berdaya saing
 Meningkatkan kualitas pelayanan pariwisata dan produktivitas perikanan.
 Mengoptimalkan pemanfaatan kawasan dengan mempertimbangkan potensi dan
sumber daya alam.
 Meningkatkan pemerataan pendapatan masyarakat dengan mengacu pada
keseimbangan pertumbuhan Kecamatan.
 Mengembangkan sistem pusat kegiatan yang berorientasi pada peningkatan
keterkaitan antara pusat pengembangan dan wilayah hinterlandnya dalam
mewujudkan perwilayahan yang optimal.
 Mengembangkan sistem prasarana (transportasi dan prasarana lain) dalam
mendukung perkembangan klaster industri minateknowisata.
 Meningkatkan upaya pemeliharaan lingkungan dengan mengembangkan kegiatan
berorientasi pada penciptaan kelestarian lingkungan.
 Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi guna meningkatkan
daya guna dan hasil guna industri perikanan dan pariwisata Kabupaten Kep.
Anambas.

5.4.5. Rencana Strategis Pengembangan Infrastruktur Kawasan Perbatasan Pulau-


Pulau Kecil Terluar dalam Kawasan Natuna - Anambas
Kawasan Natuna – Anambas merupakan kawasan perbatasan laut Indonesia yang
meliputi Batas Laut Teritorial (BLT), Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), Batas Landas
Kontinen (BLK), Batas Zona Tambahan (BZT), dan Batas Zona Perikanan Khusus
(special Fisheries Zone/SFZ).Ketiga garis batas laut pertama ditentukan lebarnya oleh
keberadaan pulau-pulau kecil di kawasan perbatasan yang diperlukan untuk penentuan
titik dasar/garis pangkal kepulauan. Oleh karena itu, keberadaan pulau-pulau kecil terluar,
yang jumlahnya paling sedikit 92 pulau yang tersebar di 17 Provinsi mulai dari Nanggroe
Aceh Darussalam (NAD) sampai Papua, sangat startegis.
Oleh karena itu, kebijakan dan strategi spasial pengembangan kawasan perbatasan
hendaknya dapat pula mempertimbangkan dua hal sebagai berikut:
 Peluang kerjasama di bidang keamanan dan sosial ekonomi dalam rangka saling
mendukung dalam pengamanan aset daerah dan pencegahan kriminalitas di
perbatasan antar negara.
 Perlu dukungan politik dan keamanan dalam rangka mewujudkan titik-titik tertentu
sebagai pintu gerbang negara.
Kawasan perbatasan baik darat maupun laut (pulau-pulau kecil terluar) merupakan
“beranda depan” negara yang kinerja perkembangan wilayahnya hingga saat ini relatif
masih rendah. Khusus untuk wilayah perbatasan laut, kondisi permasalahan yang sering
ditemui pada sebagian besar pulau kecil terluar antara lain adalah tidak tersedianya
sarana dan prasarana dasar dan ekonomi, tidak terjaga oleh aparat keamanan,
penduduknya lebih banyak berorientasi ke negara tetangga karena letak pulau yang lebih
dekat ke negara tetangga, sangat minimnya akses informasi terhadap negara sendiri, dan
sebagainya. mengakibatkan kawasan perbatasan di beberapa daerah menjadi daerah
yang kurang tersentuh oleh dinamika pembangunan khususnya bidang sosial dan
ekonomi, sehingga masyarakat di daerah perbatasan laut (wilayah studi) pada umumnya
berada dalam kondisi serba terbatas dan akibatnya banyak yang berorientasi kepada
negara tetangga.
Karakteristik khusus lainnya yang dapat ditemukenali pada wilayah perbatasan laut yaitu:
1. Lokasi pulau-pulau kecil terluar pada umumnya terpencil, jauh dari pusat kegiatan
ekonomi, banyak yang belum mempunyai sumber air tawar.

EXECUTIVE SUMMARY 157


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2. Minimnya sarana dan prasarana. Hal ini dapat dilihat mulai dari belum adanya
fasilitas yang lengkap, tidak ada sarana jalan, belum ada terminal, tidak memiliki
pelabuhan laut dan sarana angkutan, prasarana air terlebih lagi irigasi, demikian pula
dengan jangkauan pelayanan lainnya seperti sarana listrik dan telekomunikasi.
3. Akses menuju pulau-pulau kecil terluar sangat terbatas sehingga sulit mengharapkan
sektor perekonomian bisa berkembang secara alami.
4. Secara geografis terdapat pulau-pulau kecil terluar di daearah studi yang berjarak
lebih dekat dengan negara tetangga (seperti pulau-pulau terluar di wilayah Kepri),
begitu juga dengan sarana dan prasarananya, sehingga kegiatan ekonominya lebih
dipengaruhi oleh kegiatan yang terjadi di wilayah negara tetangga.
5. Arus informasi dari negara tetangga lebih dominan. Karena letaknya yang terisolir
pulau-pulau kecil terluar sulit dijangkau oleh teknologi komunikasi dan informasi
sehingga cenderung memanfaatkan informasi dari negara tetangga.
6. Rendahnya kualitas SDM. Salah satu faktor yang menentukan kualitas SDM adalah
tersedianya infrastruktur dasar seperti pendidikan, kesehatan dan perumahan.

Berdasarkan Raperpres KPN tahun 2015 yang telah disusun oleh Kementerian Agraria
dan Tata Ruang, secara khusus menyatakan rencana strategis pengembangan
infrastruktur di Kawasan Natuna – Anambas meliputi :
1. Peningkatan dan pengembangan prasarana dan sarana pelayanan tenaga listrik,
telekomunikasi, fasilitas sosial, dan fasilitas umum di PKSN Ranai dan PKW
Tarempa
2. Peningkatan dan pengembangan prasarana dan sarana air minum, jaringan
drainase, jaringan limbah, dan pengelolaan persampahandi PKSN Ranai dan PKW
Tarempa
3. Pembangunan Jaringan Jalan Kolektor Primer :
 Menghubungkan Ranai-Pelabuhan Ranai
 Menghubungkan Ranai-Bandar Udara Ranai
 Menghubungkan Ranai-Simpang Ulu-Cemaga-Simpang Sekunyam-Selat
Lampa
 Menghubungkan Ranai-Tanjung-Kelanga-Pengadah-Tanjung Datuk-Teluk
Buton
4. Pembangunan Jaringan Jalan Strategis Nasional :
 Menghubungkan jaringan jalan lingkar Pulau Laut (sebagai satu kesatuan
dengan Pulau Sekatung)
 Menghubungkan jaringan jalan lingkar Pulau Subi Kecil
 Menghubungkan jaringan jalan lingkar Pulau Serasan

EXECUTIVE SUMMARY 158


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

EXECUTIVE SUMMARY 159


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Gambar di atas memperlihatkan pulau-pulau kecil terluar yang berada di kawasan Natuna
– Anambas yaitu sebanyak 12 pulau yang meliputi :
1. Pulau Tokong Malang Biru
Berlokasi Desa Kiabu – Kecamatan Siantan – Kabupaten Kepulauan Anambas,
berbatasan dengan Malaysia.
Karakateristik dan Potensi SDA:
 Pulau bukit batu, bervegetasi ketapang,
tebing dan curam
 Tidak berpenghuni
 Luasnya ± 1 Ha
 Sumberdaya perikanan
 Kondisi terumbu karang masih bagus
 Menara suar setinggi 12 meter

Permasalahan :
 Akses yang rendah
 Berkembangnya kegiatan illegal

Arahan pengembangan :
 Pembangunan sarana dan prasarana transportasi laut
 Peningkatan pengawasan antar instansi yang terkait
 Pengembangan perikanan terpadu

2. Pulau Damar
Berlokasi di Desa Air Abu - Kecamatan Jemaja – Kabupaten Kepulauan Anambas,
berbatasan dengan Malaysis.
Karakteristik dan Potensi SDA:
 Berupa pulau berkarang
 Pulau tidak berpenghuni dengan luas ± 0,25 km2
 Vegetasi dominan tranaman liar dan semak belukar
 Sumberdaya perikanan
 Menara suar setinggi 22 meter
Permasalahan:
 Akses yang rendah
 Berkembangnya kegiatan illegal
 Rawan terhadap abrasi dan kerusakan lingkungan
Arahan Pengembangan:
 Pembangunan sarana dan prasarana transportasi laut
 Peningkatan pengawasan antar instansi yang terkait
 Pengembangan perikanan terpadu
 Pengembangan kawasan konservasi

3. Pulau Mangkai
Berlokasi di Desa Keramut – Kecamatan Jemaja – Kabupaten Kepulauan Anambas,
berbatasan dengan Malaysia.
Karakteristik dan Potensi SDA:
 Pulau berbentuk bukit dan memiliki pantai pasir putih dan sustrat batuan
 Pulau tidak berpenghuni dengan luas ± 30 Ha
 Vegetasi dominan pohon kelapa dan semak belukar
 Sumberdaya perikanan

EXECUTIVE SUMMARY 160


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

 Tempat bertelurnya penyu


 Menara suar setinggi 25 meter
Permasalahan:
 Akses yang rendah
 Berkembangnya kegiatan illegal
 Rawan abrasi lingkungan
Arahan Pengembangan:
 Pembangunan sarana dan prasarana transportasi laut
 Peningkatan pengawasan antar instansi yang terkait
 Pengembangan perikanan terpadu
 Pengembangan kawasan konservasi

4. Pulau Tokong Nanas


Berlokasi di Desa Air Payang – Kecamatan Pulau Laut – Kabupaten Kepulauan
Anambas, berbatasan dengan Malaysia
Karakteristik dan Potensi SDA:
 Berbentuk batu bersusun
 Tipe pantai berbatu
 Pulau tidak berpenghuni dengan luas ± 1 Ha
 Vegetasi pohon nanas dan semak belukar
 Sumberdaya perikanan
 Tempat bertelurnya burung camar
 Menara suar setinggi 25 meter
Permasalahan:
 Akses yang rendah
 Berkembangnya kegiatan illegal
Arahan Pengembangan:
 Pembangunan sarana dan prasarana
transportasi laut
 Peningkatan pengawasan antar instansi yang terkait
 Pengembangan perikanan terpadu
 Pengembangan kawasan konservasi

5. Pulau Tokong Berlayar


Berlokasi di Desa Mabur – Kecamatan Palmatak – Kabupaten Kepulauan Anambas,
berbatasan dengan Malaysia
Karakteristik dan Potensi SDA:
 Berupa tumpukan batu bersusun
 Pulau tidak berpenghuni dengan luas ± 1 Ha
 Tipe pantai berbatu dan tidak bervegetasi
 Sumberdaya perikanan
 Terumbu karang masih bagus
 Tempat bertelurnya burung camar
 Menara suar setinggi 40 meter

EXECUTIVE SUMMARY 161


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Permasalahan:
 Akses yang rendah
 Berkembangnya kegiatan illegal
Arahan Pengembangan:
 Pembangunan sarana dan prasarana transportasi laut
 Peningkatan pengawasan antar instansi yang terkait
 Pengembangan perikanan terpadu
 Pengembangan kawasan konservasi

6. Pulau Tokong Boro


Berlokasi di Desa Air Payang – Kecamatan Pulau Laut – Kabupaten Natuna,
berbatasan dengan Malaysia
Karakteristik dan Potensi SDA:
 Berupa tumpukan batu, pantai tebing curam
 Pulau tidak berpenghuni luas ± 1 Ha
 Vegetasi dominan semak belukar
 Sumberdaya perikanan
 Menara suar setinggi 30 meter
Permasalahan:
 Akses yang rendah
 Berkembangnya kegiatan illegal
Arahan Pengembangan:
 Pembangunan sarana dan prasarana transportasi laut
 Peningkatan pengawasan antar instansi yang terkait
 Pengembangan perikanan terpadu

7. Pulau Semiun
Berlokasi di Desa Air Payang – Kecamatan Pulau Laut – Kabupaten Natuna,
berbatasan dengan Malaysia dan Vietnam
Karakteristik dan Potensi SDA:
 Pulau berbukit dan berbatu serta tebing curam
 Pulau tidak berpenghuni luas ± 8 km2
 Vegetasi dominan pohon kelapa dan semak
belukar
 Sumberdaya perikanan
 Tempat bertelurnya penyu

Permasalahan:
 Akses yang rendah
 Berkembangnya kegiatan illegal
Arahan Pengembangan:
 Pembangunan sarana dan prasarana transportasi
laut
 Peningkatan pengawasan antar instansi yang terkait
 Pengembangan perikanan terpadu
 Pengembangan kawasan konservasi penyu

8. Pulau Sebetul
Berlokasi di Desa Air Payang – Kecamatan Pulau Laut – Kabupaten Natuna,
berbatasan dengan Vietnam

EXECUTIVE SUMMARY 162


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Karakteristik dan Potensi SDA:


 Tipe pulau berbukit, pantai berpasir putih
 Pulau tidak berpenghuni dengan luas ±
30 Ha
 Vegetasi dominan pohon kelapa dan
semak belukar
 Sumberdaya perikanan tangkap
 Menara suar setinggi 30 meter
Permasalahan:
 Akses yang rendah
 Berkembangnya kegiatan illegal
 Rawan abrasi lingkungan
Arahan Pengembangan:
 Pembangunan sarana dan prasarana transportasi laut
 Peningkatan pengawasan antar instansi yang terkait
 Pengembangan perikanan terpadu
 Pengembangan kawasan konservasi
 Penahan abrasi dengan pohon pelindung (mangrove) atau pemecah
gelombang

9. Pulau Sekatung
Berlokasi di Desa Tanjung Pala - Kecamatan Pulau Laut – Kabupaten Natuna,
berbatasan dengan Vietnam
Karakteristik dan Potensi SDA:
 Pulau berbukit/gunung
 Berpenghuni warga transmigran dan TNI AL
 Luas ± 20 km2
 Tipe pantai pasir berbatu
 Vegetasi dominan semak belukar dan pohon
keras
 Sumberdaya perikanan (teripang)
 Menara suar setinggi 26 meter
Permasalahan:
 Akses yang rendah
 Berkembangnya kegiatan illegal
 Pemeliharaan sarana bantu navigasi
Arahan Pengembangan:
 Pembangunan sarana dan prasarana
transportasi laut
 Peningkatan pengawasan antar instansi yang terkait
 Pengembangan perikanan terpadu (budidaya teripang)

10. Pulau Senoa


Berlokasi di Desa Sepempang – Kecamatan Bunguran Timur – Kabupaten Natuna,
berbatasan dengan Malaysia
Karakteristik dan Potensi SDA:
 Pulau berbukit, tebing dan pantai berpasir
 Berpenghuni
 Luas ± 5 Ha

EXECUTIVE SUMMARY 163


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

 Vegetasi dominan kelapa, sukun, manga, hutan dan semak belukar


 Sumberdaya perikanan dan kopra serta sarang burung walet
 Menara suar setinggi 30 meter
Permasalahan:
 Akses yang rendah
 Belum tergarapnya potensi wisata bahari yang ada
 Berkembangnya kegiatan illegal pengambilan telur penyu
Arahan Pengembangan:
 Pengembangan prasarana transportasi laut
 Pengembangan kegiatan ekonomi berupa hasil pertanian (kopra) dan sarang
burung wallet
 Pengembangan pariwisata bahari dan perikanan terpadu
 Peningkatan pengawasan antar instansi yang terkait

11. Pulau Subi Kecil


Berlokasi di Desa Subi Kecil – Kecamatan Subi – Kabupaten Natuna, berbatasan
dengan Malaysia
Karakteristik dan Potensi SDA:
 Berupa pulau dataran rendah
 Pantai dengan substrat berbatu
 Luas ± 200 km2
 Berpenghuni
 Vegetasi dominan cengkih dan semak
belukar
 Sumberdaya perikanan dan pertanian
 Menara suar setinggi 24 meter
Permasalahan:
 Akses yang rendah
 Berkembangnya kegiatan illegal
Arahan Pengembangan:
 Pembangunan sarana dan prasarana transportasi laut
 Peningkatan pengawasan antar instansi yang terkait
 Pengembangan perikanan terpadu
 Pengembangan kegiatan ekonomi berupa hasil pertanian (cengkih)

12. Pulau Kepala


Berlokasi di Desa Air Nusa – Kecamatan Serasan – Kabupaten Natuna, berbatasan
dengan Malaysia
Karakteristik dan Potensi SDA:
 Pulau timbul dengan susunan batuan
 Tipe pantai berpasir putih dan berbatu
 Pulau tidak berpenghuni dengan luas ±
3 Ha
 Sumberdaya perikanan dan kondisi
terumbu karang masih bagus
 Menara suar setinggi 30 meter
Permasalahan:
 Akses yang rendah

EXECUTIVE SUMMARY 164


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

 Berkembangnya kegiatan illegal


Arahan Pengembangan:
 Pembangunan sarana dan prasarana transportasi laut
 Peningkatan pengawasan antar instansi yang terkait
 Pengembangan perikanan terpadu
 Pengembangan kegiatan ekonomi
 Perlu pengawasan terpadu antara TNI-AL, KKP dan Polairut

EXECUTIVE SUMMARY 165


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA
SATUAN KERJA PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BAB
6

Berdasarkan analisa sampai dengan strategi pengembangan infrastruktur yang akan


dilakukan pada kawasan perbatasan Indonesia Laut Cina Selatan di Natuna, dimana
program-program pengembangan infrastruktur yang akan dilakukan di kabupaten-
kabupaten ini sesuai dengan tabel-tabel program berikut. Adapaun program
pengembangan infrastruktur untuk mendukung kawasan sebagai kawasan perbatasan
adalah sebagai berikut :

EXECUTIVE SUMMARY 166


PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
INDONESIA – LAUT CINA SELATAN DI NATUNA

Anda mungkin juga menyukai