Anda di halaman 1dari 375

Studio Perencanaan Desa

Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014


Kabupaten Malang

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelaksanaan kegiatan survei Studio Perencanaan Desa Tahun 2014 berlokasi di Desa
Bambang Kecamatan Wajak Kabupaten Malang meliputi karakteristik fisik Desa Bambang
berupa kondisi fisik dasar, serta karakteritik nonfisik yang berupa kondisi fisik binaan,
kegiata survei tersebut mengacu pada desain survei dan jadwal pelaksanaan kegiatan yang
terdapat pada laporan pendahuluan, dalam menyusun desain survei disesuaikan dengan tema
pembahasan dalam kegiatan Studio Perencanaan Desa Tahun 2014 yaitu pemanfaatan
kotoran ternak sapi menjadi energi yang terbaharukan berbasis biogas yang sering di kenal
sebagai Desa Mandiri Energi berbasis biogas kotoran ternak.
Dalam mencapai tujuan tersebut dilakukan survei untuk mendapatkan data terkait
tema yang telah di tetapkan, salah satunya yaitu kondisi peternakan yang terdapat di Desa
Bambang dengan cara survai primer dan sekunder. Hasil perolehan data yang didapat dari
kegiatan survei primer, survei sekunder dan kegiatan Participatory Rural Appraisial (PRA)
kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui potensi dan permasalahan yang terdapat di
Desa Bambang. Berdasarkan hasil analisis tersebut kemudian dapat di susun arahan rencana
berupa beberapa alternatif proyek untuk menentukan rencana sektoral dan spasial untuk
wilayah studi yaitu Desa Bambang, terutama arahan yang mendukung upaya untuk
mewujudkan Desa Bambang menjadi Desa Mandiri Energi Berbasis Biogas yang dapat
diwujudkan dengan pembangunan biodigester biogas.

1.2 1dentifikasi Masalah


Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Kesehatan (DPKH) Kecamatan Wajak,
Desa Bambang memiliki ternak sapi perah sejumlah 797 ekor, hal tersebut menjadikan Desa
Bambang memiliki potensi berupa limbah ternak yang dapat dimanfaatkan sebagai energi
biogas, namun hal tersebut belum termanfaatkan dengan baik, terkait dengan karakterikstik
yang dimiliki oleh desa, kegiatan ekonomi di Desa Bambang juga berbasis pertanian, dan hal

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-1
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

tersebut perlu di tingkatkan lebih lanjut, sehingga dibutuhkannya arahan rencana yang dapat
mengakomodir potensi sumber daya yang dimiliki Desa Bambang.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan Identifikasi Masalah yang terdapat di Desa Bambang, maka hal-hal yang
menjadi rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut:
1 Bagaimana karakteristik fisik, sosial, ekonomi dan biogas Desa Bambang Kecamatan
Wajak Kabupaten Malang?
2 Bagaimana potensi dan masalah yang terdapat Di Desa Bambang terkait dengan
rencana pengambangan Desa Bambang menjadi Desa Mandiri Energi berbasis
biogas?

1.4 Tujuan
Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut dapat dirumuskan tujuan penenlitian
yaitu:
1. Untuk mengetahui potensi dan masalah yang terapat di Desa Bambang yang dapat
mendukung dan menghambat proses dalam mewujudkan Desa Bambang menjad
Desa Mandiri Energi brbasis biogas.
2. Untuk mengetahui beberapa alternatif proyek atau arahan yang dapat dilakukan untuk
memanfaatkan limbah ternak menjadi energi biogas dan untuk menigkatkan
perekonomian masyarakat Desa Bambang.

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup yang akan dibahas pada laporan ini terdiri dari tiga yaitu ruang lingkup
wilayah, ruang lingkup materi dan ruang lingkup waktu pelaksanaan survei. Penjelasan untuk
masing-masing pembahasan sebagai berikut.
1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah merupakan lokasi studi yaitu Desa Bambang, Kecamatan
Wajak, Kabupaten Malang yang terdiri dari 3 dusun. Desa Bambang memiliki posisi yang
dibatasi oleh batas administratif yaitu:

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-2
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Sebelah Utara : Desa Patok picis Kecamatan Wajak


Sebelah Barat : Desa Bringin Kecamatan Wajak
Sebelah Selatan : Desa Bringin Kecamatan Wajak
Sebelah Timur : Hutan Semeru di Kabupaten Lumajang.
1.5.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini mencakup kondisi fisik dan nonfisik Desa
Bambang serta, analisis yang digunakan dalam menentukan potensi dan masalah yang akan
dijadikan dasar dalam penentuan alternatif proyek.
1.5.3 Ruang Lingkup Waktu
Ruang lingkup waktu pada penelitian ini berlangsung selama kegiatan perkuliahan
mata kuliah Studio Perencanaan Desa, yakni dilakukan selama empat bulan pada bulan
September 2014 hingga bulan Januari 2015.

1.6 Sistematika Pembahasan


Sistematika pembahasan menjelaskan mengenai penjabaran-penjabaran yang akan
ditulis dalam laporan, hal-hal yang akan dibahas sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi pembahasan mengenai latar belakang penulisan laporan,
identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup, sistematika pembahasan
dalam penyusunan laporan Data dan Analisa
BAB II HASIL SURVEI
Hasil survei berisi data hasil pelaksanaan kegiatan survei primer, survei sekunder
maupun hasil kegiatan Participatory Rural Appraisial (PRA) di Desa bambang.
BAB III FAKTA ANALISA
Fakta analisa membahas kajian analisis terhadap data yang pada Laporan Hasil
Survei, dan data tersebut sebagai data yang akan digunakan dalam analisis untuk menentukan
potensi dan masalah yang terdapat pada Desa Bambang, sehingga menghasilkan akar
masalah, akar tujuan serta alternatif proyek yang akan dilakukan baik sektoral maupun
spasial.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-3
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

BAB II
HASIL SURVEI

2.1 Gambaran Umum Desa Bambang


Desa Bambang merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Wajak,
Kabupaten Malang yang memiliki potensi akan peternakan khususnya untuk sapi perah.
Gambaran umum Desa Bambang dijelaskan berdasarkan karakteristik fisik dasar yang terdiri
dari kondisi geografis, kondisi topografi, kondisi hidrologi, kondisi geologi dan kondisi
iklim, karakteristik fisik binaan yang terdiri dari kondisi guna lahan, transek Desa Bambang
atau guna lahan Desa Bambang jika ditinjau dari potongan tertentu, kondisi permukiman,
kondisi sarana prasarana. Selain membahas karakteristik fisik dasar dan binaan juga
membahas karakteristik sosial kependudukan masyarakat Desa Bambang, kondisi ekonomi,
kondisi kelembagaan, serta karakteristik biogas yang terdapat di Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-4
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 1 Peta Administrasi Desa Bambang

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-5
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

2.1.1 Orbitasi Desa


Orbitasi Desa Bambang dapat diketahui melalui jarak tempuh Desa Bambang ke Ibu
Kota Kecamatan Wajak adalah 13 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 30 menit.
Sedangkan jarak tempuh ke Ibu Kota Kabupaten adalah 38 km, yang dapat ditempuh dengan
waktu sekitar 1 jam 15 menit. Rincian orbitasi Desa Bambang dapat diketahui pada Tabel
2.1
Tabel 2. 1 Orbitasi Desa Bambang
No Orbitasi Keterangan
1. Jarak dengan Desa Terdekat 5 km
Waktu tempuh menuju ke desa terdekat dengan menggunakan kendaraan bermotor 15 menit
Waktu tempuh menuju ke desa terdekat tanpa menggunakan kendaraan bermotor 30 menit
2. Jarak dengan Kecamatan 13 km
Waktu tempuh menuju ke desa terdekat dengan menggunakan kendaraan bermotor 30 menit
Waktu tempuh menuju ke desa terdekat tanpa menggunakan kendaraan bermotor 45 menit
3. Jarak dengan Kabupaten 38 km
Waktu tempuh menuju ke desa terdekat dengan menggunakan kendaraan bermotor 1 jam 15 menit
Waktu tempuh menuju ke desa terdekat tanpa menggunakan kendaraan bermotor 3 jam
Sumber: RP JMDes Desa Bambang (2010)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-6
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 2 Peta Orbitasi Desa Bambang

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-7
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

2.1.2 Kondisi Fisik Dasar


Karakteristik fisik dasar adalah gambaran fisik dasar Desa Bambang yang merupakan
ciri khas alami dari desa tersebut. Kondisi ini meliputi lima aspek, yaitu kondisi geografis,
kondisi topografi, kondisi geologi, kondisi hidrologi, dan kondisi klimatologi.
A. Kondisi Geografis
Desa Bambang merupakan salah satu dari 13 desa di Kecamatan Wajak Kabupaten
Malang yang memiliki luas wilayah 2342,2 Ha. Secara administrasi Desa Bambang dibatasi
oleh wilayah desa lainnya yaitu:
Sebelah Utara : Desa Patok picis Kecamatan Wajak
Sebelah Barat : Desa Bringin Kecamatan Wajak
Sebelah Selatan : Desa Bringin Kecamatan Wajak
Sebelah Timur : Hutan Semeru di Kabupaten Lumajang.
Desa Bambang terdiri dari 3 dusun yaitu, Dusun Bendo yang berada di bagian Barat
desa, Dusun Krajan yang biasa disebut Bambang dan Dusun Pandanrejo yang berada di
bagian Timur desa. Desa Bambang terbagi menjadi beberapa RW dan RT, rincian RW dan
RT yang terdapat di Desa Bambang pada Tabel 2.2
Tabel 2. 2 Jumlah RW dan RT di Desa Bambang
Dusun RW Jumlah RT
Bendo 1 3
2 3
Krajan 3 3
4 3
5 3
6 3
7 3
8 3
Pandanrejo 9 3
10 4
11 4
Total 11 35
Sumber: Profil Desa Bambang (2011)

B. Kondisi Geologi
Jenis tanah yang terdapat di Desa Bambang yaitu, Tanah Litosol, tanah yang
berwarna pucat, memiliki kandungan pasir kuarsa tinggi, sangat peka terhadap erosi.
Dikarenakan tekstur tanah yang beRp asir, hal tersebut cocok sebagai lahan pertanian dengan
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-8
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

tanaman palawija dan perkebunan, selain cocok sebagai lahan pertanian dan perkebunan,
dengan kondisi tanah yang beRp asir beRp otensi untuk menyediakan lapangan pekerjaan
bagi masyarakat Desa Bambang sebagai penambang pasir. Kondisi tanah di Desa Bambang
terdapat pada Peta 2.3.
C. Kondisi Topografi
Luas seluruh wilayah Desa Bambang 2342,2 Ha. dengan tingkat kelerengan sebesar
2% hingga > 40 %, yang terletak pada ketinggian 450-700 m diatas permukaan air laut.
Berdasarkan kondisi topografi yang dimiliki Desa Bambang, Desa Bambang terhindar dari
bencana banjir karena dengan tingkat kemiringan lahan memudahkan air untuk selalu
mengalir dan tidak menyebabkan genangan. Kondisi kemringian dan ketinggian Desa
Bambang terdapat pada Peta 2.4.
D. Kondisi Hidrologi
Berdasarkan kondisi eksisting, masyarakat Desa Bambang menggunakan air bersih
yang berasal dari jaringan peRp ipaan (HIPPAM). Sumber air jaringan tersebut berasal dari
beberapa mata air yang terdapat di daerah hutan sekitar Desa Bambang. Sumber air tersebut
dialirkan dengan menggunakan sistem gravitasi yakni menggunakan perbedaan ketinggian
agar air dapat mengalir ke rumah warga. Kualitas air di Desa Bambang memenuhi standar
fisik dari keputusan menteri kesehatan mengenai standar air minum. Hampir tidak ada warga
yang menggunakan sumber air non HIPPAM seperti sumur dikarenakan kedalaman untuk
mendapat air tanah tersebut sangat dalam mencapai kedalaman 37-55m. Untuk mendapatkan
sumber air yang berasal dari sungai yaitu Sungai Bambang Utara dan Sungai Bambang
Selatan, masyarakat sangat kesulitan dikarenakan letaknya sangat jauh dengan permukiman.
Sungai yang ada di Desa Bambang merupakan sungai dangkal yang memiliki kedalaman 25
cm yang memiliki aliran air tidak begitu deras dan berwarna coklat keruh, oleh karena kondisi
tersebut masyarakat tidak menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-
harinya. Berikut ini merupakan gambar sungai yang ada di Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-9
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 1 Sungai Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

E. Kondisi Iklim
Kondisi iklim Desa Bambang umumnya adalah daerah tropis yang terletak pada
ketinggian 700 m diatas permukaan laut. Berdasarkan data BPS curah hujan di Desa
Bambang rata-rata mencapai 1.789 mm, curah hujan tersebut banyak terjadi pada bulan
Desember hingga mencapai 405,04 mm yang merupakan curah hujan tertinggi selama kurun
waktu 2000-2011.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-10
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 3 Peta Jenis Tanah

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-11
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 4 Peta Topografi

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-12
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 5 Peta Kelerangan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-13
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 6 Peta Curah Hujan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-14
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

2.1.3 Kependudukan
Desa Bambang merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Wajak
Kabupaten Malang yang terdiri dari 11 RW dan 35 RT. Berikut merupakan penjelasan
tentang kependudukan di Desa Bambang.
A. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data Kecamatan Wajak Dalam Angka 2013, jumlah penduduk Desa
Bambang adalah 3.916 jiwa, dengan rincian 1.959 laki-laki dan 1.957 perempuan. Jumlah
penduduk demikian ini tergabung dalam 1170 KK. Dari jumlah tersebut,sebagian besar adalah
penduduk usia produktif dengan persentase sebesar 63,24%, jumlah penduduk Desa Bambang
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2. 3 Jumlah Penduduk Desa Bambang berdasarkan Usia
Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)
Laki-Laki 1.959 50,02%
Perempuan 1.957 49,98%
Jumlah 3.916 100%
Sumber: Kecamatan Dalam Angka (2013)

B. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk Desa Bambang menurut umur yang terbanyak adalah kelompok
umur 5-9 tahun dengan 9,17%. Komposisi penduduk Desa Bambang berdasarkan kelompok
umur terdapat pada Tabel 2.4.
Tabel 2. 4 Jumlah Penduduk Desa Bambang Berdasarkan Kelompok Umur
Jumlah
No Umur %
(jiwa)
1 0-4 238 6,1
2 5-9 365 9,32
3 10-14 343 8,75
4 15-19 326 8,32
5 20-24 356 9,09
6 25-29 319 8,14
7 30-34 286 7,3
8 35-39 306 7.81
9 40-44 305 7,82
10 45-49 320 8,17
11 50-54 299 7,71
12 55-59 223 6,1
13 >59 230 5,87
Total 3916
Sumber: Profil Desa (2013)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-15
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Dijadikan dalam bentuk grafik, kondisi jumlah penduduk Desa Bambang berdasarkan
umur terdapat pada Gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Grafik Jumlah Penduduk Desa Bambang berdasarkan Umur


Sumber: Hasil Survei (2014)

Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian terdapat pada Tabel 2.5


Tabel 2. 5 Jumlah Penduduk Desa Bambang Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian
No Macam Pekerjaan Jumlah
1 Pertanian 791 orang
2 Jasa/ Perdagangan
1. Pegawai Desa 10 orang
2. Pegawai Negri Sipil (PNS)
- PNS 10 orang
- Guru 9 orang
- Bidan 1 orang
3. Pensin ABRI/Sipil 1 orang
4. Pegawai Swasta 15 orang
5. Perdagangan
- Warung 7 orang
- Kios 4 orang
- Toko 24 orang
6. Jasa Angkutan dan 36 orang
Transportasi 1 orang
7. Jasa Hiburan/Tontonan
8. Jasa Keterampilan 18 orang
- Tukang Kayu 17 orang
- Tukang Batu 2 orang
- Tukang Jahit/Bordir 2 orang
9. Jasa lainnya
3 Sektor Industri 14 orang
4 Sektor lain 56 orang
Jumlah 1018 orang
Sumber: Profil Desa Bambang (2012)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-16
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan Desa Bambang terdapat pada


Tabel 2.6.
Tabel 2. 6 Jumlah Penduduk Desa Bambang berdasarkan Usia Sekolah
No Keterangan Jumlah Prosentase (%)
1 Tidak/Belum Sekolah 1635 41,28
2 SD/Sederajat 1611 41,19
3 SLTP/Sederajat 350 8,98
4 SLTA/Sederajat 173 4,78
5 Diploma 77 1,98
6 Sarjana 70 1,79
Jumlah 3916 100
Sumber: Profil Desa Bambang (2012)

Rentetan data kualitatif di atas menunjukan bahwa mayoritas penduduk Desa


Bambang hanya mampu menyelesaikan sekolah dijenjang pendidikan wajib belajar sembilan
tahun (SD dan SMP). Dalam hal kesediaan sumber daya manusia (SDM) yang memadahi
dan mumpuni, keadaan ini merupakan tantangan tersendiri. Sebab ilmu pengetahuan setara
dengan kekuasaan yang akan berimplikasi pada penciptaan kebaikan kehidupan. Rendahnya
kualitas pendidikan di Desa Bambang, tidak terlepas dari terbatasnya sarana dan prasarana
pendidikan yang ada, disamping masalah ekonomi dan pandangan hidup masyarakat. Sarana
pendidikan di Desa Bambang baru tersedia di level pendidikan dasar 9 tahun (SD dan SMP),
sementara akses ke pendidikan menengah ke atas berada ditempat lain yang relatif jauh.
C. Kepadatan Penduduk
Tingkat Kepadatan Penduduk adalah jumlah penduduk pada suatu wilayah dibagi
dengan luas wilayah administratif pada wilayah tersebut. Tingkat kepadatan penduduk di
Desa Bambang menggunakan data luas wilayah administratif dan jumlah penduduk yang
diperoleh dari data monogafi Desa Bambang. Berikut merupakan tingkat kepadatan
penduduk per dusun di Desa Bambang pada Tabel 2.7.
Tabel 2. 7 Kepadatan Penduduk Desa Bambang
Jumlah
Luas Wilayah Kepadatan
Nama Dusun Penduduk
(Ha) (Jiwa/Ha)
(Jiwa)
Bendo 654 293,52 2
Krajan 2047 554,03 4
Pandanrejo 1215 1495,35 1
Sumber: Profil Desa Bambang (2011)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-17
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 2.7 menunjukkan bahwa kepadatan tertinggi terdapat di Dusun Krajan dengan
kepadatan sebesar 4 Jiwa/Ha. Sedangkan kepadatan terendah terdapat di Dusun Pandanrejo
dengan kepadatan sebesar 1 Jiwa/Ha. Kepadatan rata rata di Desa Bambang sebesar 2
Jiwa/Ha.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-18
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 7 Peta Eksisting Kependudukan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-19
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

2.1.4 Kondisi Fisik Binaan


Kondisi fisik binaan dapat menjelaskan bentuk fisik dari gambaran Desa Bambang,
bentuk fisik yang dimaksud yaitu kondisi yang diakibatkan oleh adanya campur tangan
manusia
A. Kondisi Tata Guna Lahan
Kondisi guna lahan di Desa Bambang terdiri dari lahan terbangun dan tidak
terbangun, luas guna lahan tak terbangun di Desa Bambang yaitu 2266.85 Ha, terbangun 55.9
Ha dan jalan seluas 20.15 Ha . Kepemilikan lahan di Desa Bambang terdiri dari miliki pribadi
seluas 1238.76 Ha dan lahan milik perhutani seluas 1026.35 Ha. Perbandingan luas lahan
terbangun, tak terbangun dan jalan serta perbandingan luas lahan milik pribadi dan perhutani
terdapat pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4

1% 2%
LAHAN TERBANGUN

LAHAN TIDAK
TERBANGUN
97%
JALAN

Gambar 2. 3 Perbandingan Luas Lahan Terbangun, Lahan Tak Terbangun dan Jalan
Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-20
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

45% perhutani
55% pribadi

Gambar 2. 4 Perbandingan Luas Lahan Milik Perhutani dan Milik Pribadi


Sumber: Hasil Survei (2014)

Gambar 2.4 menunjukkan bahwa perbandingan guna lahan terbangun, tak terbangun
dan jalan di Desa Bambang yaitu 97% lahan tak terbangun, 2% lahan terbangun dan 1%
jalan, perbandingan tesebut menunjukkan bahwa kondisi lahan di Desa Bambang didominasi
oleh lahan yang tak terbangun, yang pada kondisi eksisiting di Desa Bambang lahan tak
terbangun dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan, sedangkan untuk
kepemilikan lahan di Desa Bambang, dari luas total Desa Bambang 2342,2 Ha, 45 %
merupakan milik perhutani dan sisanya merupakan milik pribadi. Rincian guna lahan Desa
Bambang sebagai berikut:
1. Lahan Terbangun
Lahan terbangun di Desa Bambang terdiri dari lahan permukiman, lahan sarana
terkecuali untuk sarana RTH dan lapangan olahraga. Penggunaan lahan terbangun di
Desa Bambang terdapat pada Tabel 2.8.
Tabel 2. 8 Penggunaan Lahan Terbangun di Desa Bambang
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1 Permukiman 52.62
2 Sarana
PPU 0.14
Pendidikan 0.8
Kesehatan 0.19
Peribadatan 0.44
Perdagangan 0.34
Jasa 0.14

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-21
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)


Kebudayaan dan rekreasi 0.36
Keamanan 0.2
Industri dan pergudangan 0.69
Total 55.9
Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2.8 menunjukkan bahwa luas lahan terbangun di Desa Bambang


didominasi oleh guna lahan permukiman seluas 52.62 Ha, sedangkan untuk luas guna
lahan sarana dari rincian pada Tabel 2.8 yaitu 3.3 Ha. Jadi dari luas seluruh Desa
Bambang 2342,2 Ha 2% diantaranya merupakan lahan terbangun.
2. Lahan Tak Terbangun
Lahan tak terbangun di Desa Bambang terdiri dari lahan-lahan pertanian,
perkebunan, sarana RTH dan lapangan olah raga. Penggunaan lahan tak terbangun di
Desa Bambang terdapat pada Tabel 2.9.
Tabel 2. 9 Penggunaan Lahan Tak Terbangun di Desa Bambang
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1 Pertanian 2265.13
2 Jalan 20.15
4 Sarana
 Sarana pemakaman 0.38
 Sarana RTH dan Lapangan 1.34
olahraga
Total 2266.85
Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2.9 menunjukkan bahwa luas lahan tak terbangun di Desa Bambang
didominasi oleh guna lahan pertanian dengan total luas 2265.13 Ha, hal tersebut
dikarenakan mayoritas penduduk Desa Bambang berkerja pada sektor pertanian dan
memiliki kerja sampingan sebagai peternak. Luas seluruh jalan yang terdapat di Desa
Bambang yaitu 20.15 Ha, dan untuk luas sarana yang tak terbangun yaitu 1.72 Ha.
Jadi dari luas seluruh Desa Bambang 2342,2 Ha, 98% diantaranya merupakan lahan
tak terbangun, dan 1% nya merupakan jalan.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-22
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 8 Peta Eksisting Tata Guna Lahan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-23
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

B. Kondisi Permukiman
Kondisi permukiman di Desa Bambang dapat diidentifikasi berdasarkan tipe
konstruksi bangunan yaitu kondisi fisik permukiman.
1. Kondisi Fisik Permukiman
Kondisi fisik permukiman dapat diidentifikasi menjadi tiga yaitu rumah
permanen, rumah semi permanen dan rumah non permanen. Kondisi fisik
permukiman di Desa Bambang telah berkembang dikarenakan sebagian besar rumah
telah memiliki konstruksi bangunan permanen dan hanya sebagian kecil rumah di
Desa Bambang yang memiliki konstruksi semi permanen dan non permanen.
Permukiman yang ada di Desa Bambang juga dilengkapi dengan beberapa sarana dan
prasarana yang mendukung aktivitas dan kegiatan warga. Kondisi fisik rumah yang
ada di Desa Bambang terdapat pada Tabel 2.10.
Tabel 2. 10 Tabel Rincian Jumlah Rumah per Konstruksi
Konstruksi
Jumlah
No. Dusun Semi Permanen Non Permanen
Permanen (unit) (unit)
(unit) (unit)
1 Bendo 113 63 16 192
2 Krajan 673 153 38 864
3 Pandanrejo 180 238 33 451
Total 966 454 87 1507
Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2.10 menunjukkan bahwa jumlah perumahan yang terdapat di Desa


Bambang yaitu 1507 unit, yang didominasi dengan konstruksi permanen, dan jumlah
rumah di Desa Bambang, paling banyak terdapat di Dusun Krajan dengan jumlah 864
unit. Kondisi perumahan untuk masing-masing jenis konstruksi terdapat pada
Gambar 2.5 Gambar 2.6 dan Gambar2.7.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-24
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 5 Perumahan dengan Jenis Konstruksi Permanen


Sumber: Hasil Survei (2014)

Gambar 2. 6 Perumahan dengan Jenis Konstruksi Semi Permanen


Sumber: Hasil Survei (2014)

Gambar 2. 7 Perumahan dengan Jenis Konstruksi Non Permanen


Sumber: Hasil Survei (2014)

2. Pola permukiman Desa Bambang


Pola pengelompokan permukiman di Desa Bambang terdiri atas pola linear
mengikuti jalan, teRp usat dan sebagian besar menyebar. Untuk pola linear umumnya

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-25
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

adalah rumah-rumah yang ada disepanjang jalan utama Desa Bambang. Berikut
merupakan pola linear mengikuti jalan yang terdapat di Desa Bambang

Gambar 2. 1 Pola Linear Mengikuti Jalan Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

Pola permukiman terpusat berada didaerah pusat desa yang berdekatan dengan
Kantor Desa tepatnya di Dusun Krajan. Pola permukiman tersebar dan memisah
terdapat di permukiman Sumber Piji yang terletak di tengah hutan sebelah Selatan
Dusun Pandanrejo. Permukiman Sumber Piji yang beRp enghuni 26 KK memiliki
akses yang buruk hal tersebut dikarenakan kondisi jalan menuju lokasi permukiman
tersebut rusak. Selain permukiman Sumber Piji terdapat dua permukiman yang
memiliki pola tersebar dan memisah yaitu permukiman Komplangan di Dusun Bendo
dan permukiman Kramat di Dusun Krajan.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-26
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 9 Peta Eksisting Konstruksi Perumahan Blad A

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-27
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 10 Peta Eksisting Konstruksi Perumahan Blad B

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-28
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 11 Peta Eksisting Konstruksi Perumahan Blad C

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-29
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 12 Peta Eksisting Konstruksi Perumahan Blad D

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-30
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 13 Peta Eksisting Konstruksi Perumahan Blad E

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-31
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 14 Peta Eksisting Konstruksi Perumahan Blad F

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-32
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 15 Peta Eksisting Konstruksi Perumahan Blad G

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-33
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 16 Peta Eksisting Pola Perumahan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-34
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 2 Foto Mapping Kontruksi Perumahan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-35
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3. Transek Desa
Berbagai macam kegiatan manusia sangat bergantung pada keadaan lingkungan
dan kondisi fisik alam. Hal ini sangat mempengaruhi dan menentukan pola
perekonomian masyarakat. Segala kegiatan pengelolaan lahan akan ditentukan oleh
keadaan dan jenis tanah yang menjadi potensi. Rapatnya hubungan antara kondisi
fisik lingkungan dengan pola perekonomian manusia memerlukan suatu konsep
pemahaman pengenalan mengenai kondisi lingkungan sekitar. Sehingga akan dapat
ditemukan suatu strategi dan rencana pengembangan maupun pengelolaan lahan yang
ada. Dalam hal ini metode yang sangat cocok untuk mengenali dan
menginformasikan kondisi lahan pada suatu kawasan dengan variabel-variabelnya
adalah transek desa.
Secara harfiah pengertian transek adalah suatu gambaran irisan permukaan bumi
secara vertikal yang disajikan pada suatu bidang. Sehingga dari penyajian tersebut
dapat dituliskan mengenai variabel-variabel tertentu pada masing-masing jenis lahan
yang ada. Pada awalnya metode ini dulunya dilakukan para ahli dengan menelusuri
suatu kawasan yang akan ditransek, kemudian mencatat dan menggambarkannnya
secara potongan permukaan lahan dan disajikan pada kertas. Kemudian dari setiap
variabelnya akan diisi dengan kalimat atau kata-kata penjelasan pada masing-masing
tabel dan kolom.
Desa Bambang memiliki kondisi geografis yang memiliki permukaan tidak datar,
artinya dari setiap segmen lahan memiliki kontur yang berbeda-beda. Pada kondisi
eksistingnya Desa Bambang memiliki kontur yang lebih tinggi pada bagian utara dan
timur. Sedangkan pada bagian selatan dan barat cenderung menurun. Setiap lahan
yang ada di Desa Bambang memiliki potensi tersendiri sehingga masyarakat sekitar
menggunakannya sebagai cocok tanam. Namun akibat kondisi dan jenis tanah yang
kurang mendukung menyebabkan proses mata pencaharian masyarakat menjadi
kurang maksimal meskipun sudah diberi air pada setiap tanaman. Gambar transek
Desa Bambang dengan sembilan variable terdapat pada Gambar 2.10.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-36
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 3 Transek Desa Bambang Potongan A


Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-37
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 4 Transek Desa Bambang Potongan B


Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-38
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Berdasarkan hasil diskusi dengan masyarakat sekitar dalam forum PRA mengenai
gambar transek tersebut dapat dituliskan beberapa potensi dan masalah yang ada pada setiap
guna lahan yang menjadi potongan transek.
a. Tambang pasir
Berdasarkan Gambar 6.10 dapat disimpulkan bahwa tambang pasir memiliki
keadaan tanah yang berpasir dengan tekstur lembut dan tutupan lahannya adalah pasir
itu sendiri. Pada kawasan tambang pasir tersebut tidak memiliki jenis tanaman, tidak
memiliki prasarana atau fasilitas umum yang terbangun diatas permukaannya, serta
tidak terdapat sumber air. Tambang tersebut juga memiliki masalah bagi masyarakat
seperti menyebabkan longsor, rusaknya lingkungan, banyak polusi debu yang
berterbangan, dan adanya ilegalitas penggalian pasir pada kawasan tertentu.
b. Jalan pasir
Pada jalan pasir memiliki keadaan tanah yang beRp asir dan tutupan lahannya adalah
pasir itu sendiri, dimana diatas permukaannya tidak ada tanaman apaun yang tumbuh
melainkan hanya rumput kecil yang tumbuh pada bagian tepi jalan. Pada jalan beRp
asir ini tidak terdapat prasarana apapun seperti penerangan maupun fasilitas
pelengkap jalan lainnya. Jalan pasir ini tidak memiliki potensi apapun seperti jalan
yang layak lainnya, hanya sebagai akses warga untuk beraktifitas. Masalahnya adalah
banyak debu yang berterbangan akibat kendaraan yang lewat, adanya hambatan pada
kendaraan yang melintas seperti roda kendaraan masuk kedalam pasir sehingga sulit
untuk melintas, dan tidak ada sarana dan prasarana maupun fasilitas pelengkap jalan
yang layak.
c. Kebun kopi
Kebun kopi mempunyai kondisi tanah yang berpasir pula, dengan tutupan lahan dan
jenis tanamannya adalah tanaman kopi itu sendiri. Pada permukaannya tidak terdapat
jenis prasarana maupun fasilitas umum, serta tidak memiliki sumber air melainkan
irigasi dari distribusi HIPPAM. Potensi pada kebun kopi ini dapat dijadikan mata
pencaharian bagi masyarakat dengan komditas yang bersifat stabil dalam harga, hasil
panen dapat dijual langsung tanpa diolah, sebagian hasil panen dapat digunakan atau

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-39
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

dikonsumsi sendiri bagi masyarakat. Masalahnya adalah sulit perawatannya karena


kondisi tanah yang kurang mendukung dan harga pupuk yang relatif mahal.
d. Ladang cabe
Kondisi tanah pada ladang cabe juga sama dengan kondisi tanah pada kebun kopi,
tutupan lahannya adalah tanaman cabe itu sendiri, juga tidak memiliki fasilitas umum
maupun sarana dan prasarana. Potensi yang dimiliki hampir sama dengan kebun kopi,
hanya yang berbeda pada masalah. Masalahnya adalah tanaman cabe tersebut
gampang mati dan panen kurang maksimal dikarenakan musim kemarau yang
menyebabkan debit air HIPPAM berkurang, sehingga tanaman cabe tersebut
kekurangan air dan disertai dengan kondisi tanah yang beRp asir dan kurang
mendukung, yang bisa menyebabkan banyak tanaman cabe yang mati.
e. Kandang
Pada kandang memiliki kondisi tanah beRp asir dengan tutupan lahan dan jenis
tanaman yang tumbuh adalah rumput kecil. Fasilitas terbangunnya adalah atap dan
pagar kandang sebagai tempat sapi atau kambing bernaung. Beberapa masalahnya
adalah banyak kondisi kandang yang kurang layak, artinya sebagian besar kandang
sapi yang terdapat di Desa Bambang kurang bersih dan jarang sekali ada kegiatan
pembersihan kandang, sehingga kondisi kandang ternak menjadi bau, kotor, dan bisa
menyebabkan suatu gangguan penyakit pada pemilik kandang. Namun potensinya
terdapat pada hasil hewani ternak seperti daging yang diperoleh dari sapi atau
kambing, susu dari sapi perah, kotoran yang bisa dijadikan biogas dan pupuk, dan
sistem bagi hasil pada warga yang bekerja sebagai perawat sapi milik orang.
f. Guna lahan permukiman
Permukiman di Desa Bambang memiliki tutupan lahan berupa bangunan rumah atau
persil lainnya seperti sarana. Terdapat fasilitas umum berupa sarana seperti sarana
peribadatan, pendidikan, perdagangan, dan lain-lain. Prasarananya adalah berupa
jaringan pipa distribusi air HIPPAM dan jaringan kabel listrik PLN. Pada
permukiman tidak terdapat sumber air melainkan berasal dari hasil distribusi air
HIPPAM. Potensi yang terdapat pada permukiman adalah sebagai tempat tinggal para

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-40
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

masyarakat Desa Bambang dan pola permukiman yang linier sehingga setiap persil
mendapatkan akses yang mudah. Masalahnya adalah banyaknya bangunan yang semi
permanen maupun non permanen, tidak semua kawasan permukiman memiliki sarana
dan prasarana yang lengkap, dan adanya permukiman yang polanya tersebar sehingga
kesulitan dalam aksesibilitas.
g. Jalan beraspal
Pada jalan beraspal memiliki tutupan lahan berupa aspal dan terdapat berbagai
macam fasilitas dan prasarana yang ada seperti jaringan drainase. Namun
kelemahannya adalah pada jalan aspal tersebut tidak semua permukiman dibangun
jalan aspal, ada juga yang sudah dibangun tetapi berkondisi rusak dan berlubang,
disertai dengan tidak adanya penerangan jalan yang memadai. Potensinya adalah
jalan aspal dibangun pada jalan akses utama desa sehingga mempermudah pergerakan
mobilitas desa. Sedangkan pada jalan bermakadam tidak memiliki fasilitas pelengkap
jalan maupun prasarana seperti penerangan jalan maupun drainase yang memadai.
Kondisi jalan yang bermakadam tersebut sangat bermasalah mengenai tingkat
kemudahaan lintasnya, batu yang dijadikan makadam berbentuk lancip dan tajam,
sehingga menyebabkan roda dan ban kendaraan mencadi rusak dan pecah.
h. Ladang tebu dan jagung
Isi dari variabel ladang tebu dan ladang jagung sama seperti isi dari variabel guna
lahan ladang cabe. Tanaman tebu tersebut memiliki potensi berupa nilai jual tebu
yang sangat stabil, mengingat tebu sangat dibutuhkan dalam industri pembuatan gula.
Hal ini dikarenakan tebu juga mudah sekali tumbuh dan tidak terlalu berkendala saat
kondisi air debitnya berkurang. Masalahnya terdapat pada beberapa kendala proses
tanam tebu yang disebabkan oleh banyaknya hama perusak, sehingga beberapa tebu
ada yang mati meskipun tidak banyak. Sedangkan pada ladang jagung memiliki
potensi harga yang stabil pula. Namun masalahnya terdapat pada waktu tanam yang
bermusim, jika bukan musimnya maka tanaman jagung tidak dapat tumbuh.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-41
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

i. Guna lahan hutan


Guna lahan hutan memiliki banyak sekali potensi yang dikembangkan oleh
masyarakat. Salah satunya adalah komoditas terbesar hasil tanam di Desa Bambang
yaitu tanaman pohon sengon. Dimana pohon sengon tersebut ditanam pada lahan satu
hektar dengan jarak 2,5 meter dengan jumlah 1600 pohon pada satu hektar. Hasil
panen dapat diambil setelah usia pohon 6 sampai 7 tahun. Harga perbatang pohon
sangat beragam berkisar antara Rp 600.000 sampai dengan Rp 1.000.000 . Kendala
yang dihadapi oleh para masyarakat petani sengon adalah penyakit tanaman berupa
kanker yang menyebabkan pohon bisa mati dalam usia pendek. Faktanya banyak
sekali pohon sengon yang mati berkisar antara 400 sampai dengan 500 pohon per
hektar, dengan begitu maka petani akan sangat mengalami kerugian besar.
C. Kondisi Sarana Prasarana
Kondisi sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Bambang dapat dilihat dari peta
persebaran sarana, sebagai berikut:
1. Kondisi Sarana
a. Sarana pemerintahan dan pelayanan umum
Sarana pemerintahan dan pelayanan umum merupakan sarana yang disediakan
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat umum dan memberi
kemudahan dalam segala aktivitas yang berhubungan dengan pemerintahan.
Sarana pemerintahan dan pelayanan umum di Desa Bambang terdapat pada Tabel
2.11.
Tabel 2. 11 Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum di Desa Bambang
Lokasi Jumlah
Jenis Sarana Kondisi
Sarana (unit)
Dusun Krajan Balai Desa 1 Layak
MCK Umum 2 Kurang layak
POS IB 1 Layak
Dusun Bendo pendopo 1 Layak
Total 5
Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2.11 menunjukkan bahwa terdapat empat unit sarana PPU di Desa
Bambang dan berlokasi di Dusun Krajan. Pendopo yang bersebelahan dengan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-42
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Balai desa biasanya digunakan pada saat kegiatan penyuluhan dan digunakan
sebagai tempat latihan dalam rangka persiapan acara tahunan desa yaitu karnaval,
sedangkan sarana PPU berupa POS IB (isiminasi buatan), sarana tersebut khusus
untuk peternakan, untuk sarana MCK umum yang terdapat di Dusun Pandanrejo
memiliki skala pelayanan hanya untuk warga yang berada disekitarnya yaitu 9
rumah, kondisi sarana tersebut dapat dikatakan tidak layak, karena MCK umum
tersebut dalam keadaan kotor/tidak terawat. Kondisi MCK umum yang terdapat
di Dusun Pandanrejo terdapat pada Gambar 2.12.

Gambar 2. 5 MCK Umum di Dusun Pandanrejo


Sumber: Hasil Survei (2014)

b. Sarana pendidikan
Sarana pendidikan merupakan sarana yang penting bagi masayarakat karena
dengan sarana pendidikan yang tersedia dapat membantu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Sarana pendidikan di Desa Bambang
berjumlah 5 unit, dengan rincian pada Tabel 2.12.
Tabel 2. 12 Sarana Pendidikan di Desa Bambang
Lokasi Jenis Jumlah
Nama Sarana Kondisi
Sarana Sarana (unit)
Dusun TK
Krajan TK 1 Dharmawanita
dan
SD 2 Desa
SD 1
Bambang Layak
SMP Negeri 1
SMP dan
1 Satu Atap Desa
SD
Bambang
TPQ 1 Al-iklas

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-43
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Lokasi Jenis Jumlah


Nama Sarana Kondisi
Sarana Sarana (unit)
Dusun SD 3 Desa
SD 1
Pandanrejo Bambang
Total 5
Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2.12 menunjukan bahwa jumlah sarana pedidikan di Desa Bambang yaitu
5 unit, dengan rincian satu sarana pendidikan SMP yang bergabung dengan 1 SD,
sehingga jumlah total SD di Desa Bambang berjumlah tiga unit, 1 TK dan 1 TPQ.
Sarana pendidikan di Desa Bambang hanya tersedia hingga SMP saja, sedangkan
untuk memenuhi kebutuhan akan sarana pendidikan SMA, masyarakat Desa
Bambang harus keluar desa yaitu menuju Desa Bringin, sehingga untuk
memperoleh pelayanan sarana pendidikan SMA membutuhkan biaya transportasi
yang lebih. Skala pelayanan sarana pendidikan yang berada di Desa Bambang,
dalam kondisi eksisting telah mampu melayani seluruh masyarakat kecuali untuk
sarana pendidikan SMA. Salah satu kondisi sarana pendidikan di Desa Bambang
pada Gambar 2.13.

Gambar 2. 6 Sarana Pendidikan SD 1 Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-44
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

c. Sarana kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Bambang berjumlah 8 unit dengan
rincian pada Tabel 2. 13.
Tabel 2. 13 Sarana Kesehatan di Desa Bambang
Jumlah
Lokasi Jumlah
Jenis Sarana Nama Sarana Tenaga Kondisi
Sarana (unit)
Kesehatan
Dusun Posyandu bugenfil 1
Krajan Posyandu bugenfil 2
Posyandu bugenfil 3
Posyandu 6
Posyandu bugenfil 4
Posyandu bugenfil 5
2 orang Layak
Posyandu bugenfil 6
Pondok ..
Kesehatan Desa 1
(PONKESDES)
Polindes 1 ..
Total 8
Sumber: Survei Primer (2014)

Tabel 2.13 menunjukkan bahwa sarana kesehatan di Desa Bambang


berjumlah 8 unit yang terdiri dari enam unit sarana kesehatan posyandu, satu
unit Pondok Kesehatan desa (PONKESDES) bergabung dengan TK, yang
berlokasikan di Dusun Pandanrejo, dan satu unit Polindes yang berada di
Dusun Krajan dengan pegawai kesehatan sebanyak dua orang yaitu, satu
orang bidan dan satu orang perawat. Kondisi eksisting skala pelayanan untuk
Ponkesdes dan Polindes yaitu telah mencapai satu desa, sedangkan untuk
sarana kesehatan posyandu, berdasarkan hasil wawancara kegiatan posyadu
dilaksanakan selama enam hari berturut-turut yaitu dimulai tanggal 8-13
setiap bulannya. Pelaksanaan posyandu setiap harinya dilaksanakan secara
bergilir dimulai dari pos satu pada hari pertama sampai dengan hari ke-6 yaitu
pos ke-6. Sarana kesehatan posyandu di Desa Bambang hanya sebatas untuk
bayi, sedangkan posyandu untuk lansia belum dapat dipenuhi karena
terbatasnya jumlah pegawai kesehatan di Desa Bambang yang hanya
berjumlah dua orang. Salah satu kondisi sarana kesehatan di Desa Bambang
pada Gambar 2.14.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-45
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 7 Sarana Kesehatan Posyandu Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

d. Sarana peribadatan
Sarana peribadatan merupakan penunjang kebutuhan masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan rohani. Sarana peribadatan yang terdapat di Desa
Bambang terdiri dari musholla dan masjid. Persebaran sarana peribadatan
terdapat pada Tabel 2.14.
Tabel 2. 14 Persebaran sarana peribadatan di Desa Bambang
Jenis
No Lokasi Sarana Jumlah Kondisi
Musholla Masjid
1 Dusun Bendo 3 1 4
2 Dussun Krajan 4 2 6 Layak
3 Dusun Pandanrejo 6 1 7
Total 17
Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2.14 menunjukkan bahwa jenis sarana peribadatan di Desa Bambang


didominasi oleh musholla dengan jumlah 13 unit. Cakupan skala pelayanan
setiap musholla adalah lingkup RT, sedangkan untuk masjid memiliki skala
pelayanan lingkup dusun. Secara umum, kondisi sarana peribadatan di Desa
Bambang dapat dikategorikan layak, dari persebaran lokasi sarana
peribadatan dapat disimpulkan bahwa kondisi eksisting pada tahun 2014,
dengan jumlah pada saat ini telah mampu melayani seluruh masyarakat Desa
Bambang, kondisi salah satu sarana peribadatan masjid dan musholla di Desa
Bambang terdapat pada Gambar 2.15 dan Gambar 2.16.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-46
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 8 Sarana Peribadatan Masjid di Dusun Krajan


Sumber: Hasil Survei (2014)

Gambar 2. 9 Sarana Peribadatan Musholla di Dusun Bendo


Sumber: Hasil Survei (2014)

e. Sarana perdagangan dan jasa


Sarana perdagangan dan jasa merupakan sarana yang berfungsi untuk menunjang
pemenuhan kebutuhan sehari-hari penduduk Desa Bambang. Terdapat 19 unit
sarana perdagangan dan 2 unit sarana jasa. Jenis-jenis sarana perdagangan dan
jasa terdapat pada Tabel 2.15.
Tabel 2. 15 Sarana Perdagngan dan Jasa di Desa Bambang
Sarana Perdagngan
Jumlah Kondisi
dan Jasa
Perdagngan
Toko 17
Warung 2 Layak
Jasa
Bengkel 2
Total 21
Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-47
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Secara umum, sarana perdagangan yang terdapat di Desa Bambang merupakan


toko sembako yang melayani warga dalam desa. Kondisi fisik salah satu sarana
perdagangan di Desa Bambang terdapat pada Gambar 2.17.

Gambar 2. 10 Sarana Perdagangan Toko


Sumber: Hasil Survei (2014)

f. Kebudayaan dan Rekreasi


Sarana kebudayaan merupakan bangunan yang dimanfaatkan untuk
mewadahi berbagai kegiatan kebudayaan dan untuk rekreasi warga. Sarana
kebudayaan dan rekreasi di Desa Bambang terdiri dari tempat bermain biliard
serta situs sejarah Setjo Setuhu, jumlah dan persebaran sarana kebudayaan
dan rekreasi terdapat pada Tabel 2.16.
Tabel 2. 16 Sarana Kebudayaan dan Rekreasi di Desa Bambang
Lokasi sarana Jenis Sarana Jumlah (unit) Kondisi
Dusun Pandanrejo Arena bermain
2
biliard
Layak
Dusun Krajan Wisata Sejarah
1
Setjo Situhu
Total 3
Sumber: Hasil Survei (2014)

Salah satu objek wisata lokal yang terdapat di Desa Bambang yaitu situs
sejarah Setjo-Setuhu yang terdapat di Dusun Krajan, cakupan pelayanan situs
sejarah tersebut telah mencapai Provinsi. Keberadaan situs sejarah Setjo-
Setuhu di Desa Bambang dapat dikembangkan menjadi wisata sejarah yang
dapat memberikan pemasukan untuk desa, namun dengan kondisi akses yang

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-48
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

sulit menuju lokasi, pengembangan situs sejarah Setjo-Setuhu kawasan wisata


sejarah masih sulit untuk dilaksanakan. Kondisi situs Setjo-Setuhu yang
berupa dua makam yang mengarah Timur-Barat dan Utara-Selatan terdapat
pada Gambar 2.18 dan Gambar 2.19.

Gambar 2. 11 Makam Mbah Setjo yang Menghadap Timur-Barat


Sumber: Hasil Survei (2014)

Gambar 2. 12 Makam Mbah Setuhu yang Menghadap Utara-Selatan


Sumber: Hasil Survei (2014)

g. Sarana RTH dan Olahraga


Sarana RTH dan olahraga yang terdapat di Desa Bambang berupa lapangan
sejumlah 3 unit. Sarana RTH dan olahraga di Desa Bambang pada Tabel 2.17.
Tabel 2. 17 Sarana RTH dan Lapangan Olahraga
Lokasi sarana Jenis Sarana Jumlah (unit)
Lapangan sepakbola 2
Dusun Krajan
Lapangan olahraga 1
Total 3
Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-49
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 2.17 menunjukkan bahwa di Desa Bambang hanya terdapat sarana


lapangan olahraga dan sepakbola, dan kedua jenis sarana tersebut terdapat di
Dusun Krajan, cakupan pelayanan sarana tersebut mencakup Dusun Krajan
saja. Kondisi salah satu sarana lapangan olahraga pada Gambar 2.20.

Gambar 2. 13 Lapangan di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

h. Sarana keamanan
Sarana keamanan yang dimiliki Desa Bambang berupa pos keamanan yang
berjumlah 12 unit. Persebaran dan jumlah sarana keamanan di Desa Bambang
terdapat Pada Tabel 2.18.
Tabel 2. 18 Sarana Keamanan di Desa Bambang
Lokasi Sarana Jumlah (unit)
Dusun Bendo 1
Dusun Krajan 10
Dusun Pandanrejo 1
Total 12
Sumber: Hasil Survei (2014)

Berikut merupakan salah satu sarana keamanan yang terdapat di Desa


Bambang pada Gambar 2.21.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-50
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 14 Sarana Keamanan di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

i. Sarana industri dan pergudangan


Desa Bambang merupakan salah satu binaan dari Pemerintah Daerah sebagai
tempat produksi keju, industri keju yang terdapat di Desa Bambang dimulai sejak
tahun 1997. Bahan baku susu untuk produksi keju diperoleh langsung dari sapi
milik dinas peternakan yang berjumlah 22 ekor. Industri tersebut memiliki 2
pekerja yang berasal dari Desa Bambang, pemasaran keju yang telah jadi hingga
ke tingkat Kecamatan Wajak dan Kabupaten Malang dan hal tersebut tergantung
pemesanan yang diterima oleh industri. Selain industri keju, di Desa Bambang
juga terdapat industri batu bata dengan skala rumahan yang terletak di Dusun
Krajan, pembuatan batu bata juga tergantung dengan pesanan yang diterima.
Selain sarana industri, di Desa Bambang terdapat sarana pergudangan berupa
gudang kayu dan gudang pasir. Jenis-jenis sarana industri dan pergudangan di
Desa Bambang terdapat pada Tabel 2.19.
Tabel 2. 19 Sarana Industri dan Pergudangan di Desa Bambang
Lokasi Jumlah
Jenis Sarana Kondisi
Sarana (unit)
Dusun Gudang kayu 10
Krajan Gudang pembuatan batu
1
bata
Layak
Pabrik keju 1
Dusun
Budang pasir 1
Bendo
Total 13
Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-51
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 2.19 menunjukkan bahwa di Desa Bambang terdapat satu jenis sarana
industri dan tiga jenis sarana pergudangan, berdasarkan kondisi eksisting di
Desa Bambang terdapat sumber penghasilan perekonomian masyarakat yang
berhubungan dengan susu sapi, tanah yang cocok untuk batu bata serta
terdapat hasil sektor berupa pohon sengon, sehingga dengan keberadaan
industri dan pergudangan tersebut dapat menunjang komoditas yang terdapat
di Desa Bambang, kondisi salah satu sarana pergudangan pasir di Desa
Bambang pada Gambar 2.22.

Gambar 2. 15 Sarana Pergudangan Pasir di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

j. Sarana Pemakaman
Sarana pemakaman yang terdapat di Desa Bambang berjumlah 1 Unit dengan
luas 0,3 Ha. Sarana pemakaman tersebut terletak di Dusun Krajan skala
pelayanan sarana tersebut yaitu Desa. Kondisi sarana pemakaman di Desa
Bambang terdapat pada Gambar 2.23.

Gambar 2. 16 Sarana Pemakaman di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-52
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 17 Peta Eksisting Persebaran Sarana Blad A

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-53
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 18 Peta Eksisting Persebaran Sarana Blad B

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-54
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 19 Peta Eksisting Persebaran Sarana Blad C

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-55
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 20 Peta Eksisting Persebaran Sarana Blad D

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-56
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 21 Peta Eksisting Persebaran Sarana Blad E

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-57
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 22 Peta Eksisting Persebaran Sarana Blad F

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-58
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 23 Peta Eksisting Persebaran Sarana Blad G

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-59
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 17 Foto Mapping Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-60
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 18 Foto Mapping Sarana Pendidikan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-61
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 19 Foto Mapping Sarana Kesehatan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-62
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 20 Foto Mapping Sarana Peribadatan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-63
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 21 Foto Mapping Sarana Perdagangan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-64
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 22 Foto Mapping Sarana Jasa

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-65
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 23 Foto Mapping Sarana Kebudayaan dan Rekreasi

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-66
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 24 Foto Mapping Sarana RTH dan Olahraga

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-67
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 25 Foto Mapping Sarana Keamanan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-68
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 26 Foto Mapping Sarana Industri dan Pergudangan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-69
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 27 Foto Mapping Sarana Pemakaman

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-70
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

2. Kondisi Prasarana
a. Jalan
Jaringan jalan yang terdapat di Desa Bambang, Kecamatan Wajak dapat ditinjau
berdasarkan perkerasan, kualitas, fasilitas pelengkap jalan dan hierarki pada
setiap dusun sebagai berikut.
1) Hierarki
Hierarki yang terdapat di Desa Bambang, Kecamatan Wajak, secara
keseluruhan terdapat dua macam hirarki jalan, yaitu jalan dengan hirarki lokal
primer yaitu Jl. Bendo A di Dusun Bendo dan Jl. Krajan 1A di Dusun Krajan.
Sedangkan pada jalan lainnya dapat digolongkan menjadi hirarki lingkungan
primer karena hanya melayani dalam desa saja.
2) Perkerasan
Perkerasan jalan dalam Desa Bambang, Kecamatan Wajak terdiri dari empat
macam, yakni tanah, aspal, paving dan makadam. Berikut merupakan
persentase perkerasaan jalan tiap dusun pada Tabel 2.20.
Tabel 2. 20 Perkerasan Jalan Per Dusun Desa Bambang
Perkerasan Jalan
Dusun
Tanah Makadam Paving Aspal
Bendo 6% 94% - -
Krajan 94% 4% - 2%
Pandanrejo 96 2% 2% -
Sumber: Hasil Survei (2014)

Kondisi perkerasan Jalan di Desa Bambang terdapat pada Gambar 2.35,


Gambar 2.36 dan Gambar 2.37 .

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-71
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 28 Kondisi Perkerasan Jalan Tanah di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

Gambar 2. 29 Kondisi Perkerasan Jalan Aspal di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

Gambar 2. 30 Kondisi Perkerasan Jalan Makadam di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-72
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3) Kualitas
Kualitas Jalan dalam Desa Bambang, Kecamatan Wajak rata rata memiliki
kualitas jalan yang buruk yaitu sebesar 98 % karena perkerasan jalan pada
jalan tersebut rata rata merupakan jalan dengan perkerasan tanah dan
makadam sehingga mengurangi kenyamanan bagi pengguna jalan. Sedangkan
untuk kualitas jalan baik terdapat pada jalan dengan perkerasan aspal dan
paving yaitu sebesar 2% yakni di Dusun Bendo yaitu Jl. Bendo B dengan
perkerasan aspal, pada Dusun Krajan di Jl. Krajan A dan Jl. Krajan 1A dengan
perkerasan aspal dan pada Dusun Pandanrejo di Jl. Pandanrejo 5A dengan
perkerasan paving.
4) Fasilitas Pelengkap Jalan
Desa Bambang tidak memiliki fasilitas pelengkap jalan sama sekali. Hal ini
disebabkan karena pelengkap jalan seperti lampu penerangan jalan di Desa
Bambang semuanya merupakan ampu swadaya masyarakat Desa Bambang
sendiri dimana listrik yang digunakan oleh lampu tersebut merupakan aliran
dari listrik rumah warga Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-73
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 24 Peta Eksisting Hierarki Jalan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-74
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 25 Peta Eksisting Perkerasan Jalan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-75
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 26 Peta Eksisting Kualitas Jalan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-76
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 31 Foto Mapping Perkerasan Jalan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-77
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

b. Air Bersih
Hasil survei sektor air bersih di Desa Bambang menunjukkan bahwa rata-rata
sumber air bersih yang digunakan didesa Bambang adalah HIPPAM dengan
kualitas air yang baik pada musim kemarau meski debit air berkurang dan kualitas
air yang kadang kurang baik saat musim hujan dikarenakan air yang kadang
keruh, berwarna karena bercampur dengan pasir. Salah satu tandon air HIPPAM
di Desa Bambang pada Gambar 2.39.

Gambar 2. 32 Tandon Air HIPPAM Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

Penggunaan air bersih di Desa Bambang, seluruh masyarakat menggunakan


HIPPAM, berdasarkan hasil survei dengan 92 responden, didapatkan data
mengenai pengguna air bersih pada Tabel 2.21
Tabel 2. 21 Pengguna Air bersih Desa Bambang
Sumber Air Kualitas Air
Nama Dusun
HIPPAM Sungai Sumur Kemarau Penghujan
Dusun Bendo 16 16 responden semuanya 2 responden menyatakan
berkata Baik, tidak berbau, keruh ketika musim hujan,
berasa, berwarna dan tidak sedangkan 14 sisanya
keruh menyatakan air masih
berkualitas bagus
Dusun Krajan 47 47 responden menyatakan 39 responden menyatakan
kualitas air Baik, tidak keruh ketika musim hujan,
berbau, berasa, berwarna sedangkan 8 sisanya
dan tidak keruh menyatakan air masih
berkualitas bagus
Dusun 29 29 responden menyatakan 7 responden menyatakan
Pandanrejo kualitas air Baik, tidak keruh ketika musim hujan,

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-78
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Sumber Air Kualitas Air


Nama Dusun
HIPPAM Sungai Sumur Kemarau Penghujan
berbau, berasa, berwarna sedangkan 22 sisanya
dan tidak keruh menyatakan air masih
berkualitas bagus
Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2.21 menunjukkan bahwa semua pengguna air bersih memiliki sumber
air HIPPAM, tidak ada pengguna sumur dikarenakan untuk menggunakan sumur
harus memiliki kedalaman minimum 37 m atau menggunakan air artesis.
Pengguna HIPPAM juga menyatakan air bersih kualitasnya pada musim kemarau
dan mengalami perubahan pada musim hujan. Di Dusun Bendo, Krajan dan
Pandanrejo masing-masing memiliki 2, 39 dan 7 responden yang menyatakan
airnya keruh pada musim hujan.
Debit air di Desa Bambang bervariasi dikarenakan air bersih menjadi barang
yang langka dan meski pemenuhannya melalui HIPPAM, air pada HIPPAM tidak
mengalir 24 jam serta seringkali sebuah rumah hanya dialiri air pada pagi hari,
siang atau malam hari saja. Ketika beberapa rumah diambil debit airnya secara
acak pada saat air HIPPAM sedang mengalir, rumah tersebut memiliki debit air
rata-rata adalah 0,04 liter/detik.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-79
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 27 Peta Eksisting Pengguna Air Bersih Blad A

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-80
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 28 Peta Eksisting Pengguna Air Bersih Blad B

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-81
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 29 Peta Eksisting Pengguna Air Bersih Blad C

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-82
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 30 Peta Eksisting Pengguna Air Bersih Blad D

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-83
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 31 Peta Eksisting Pengguna Air Bersih Blad E

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-84
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 32 Peta Eksisting Pengguna Air Bersih Blad F

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-85
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 33 Peta Eksisting Pengguna Air Bersih Blad G

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-86
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 34 Peta Eksisting Persebaran Mata Air dan Tandon

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-87
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 33 Foto Mapping Potensi dan Masalah Air Bersih

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-88
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

c. Drainase
Kondisi saluran drainase yang ada di Desa Bambang beberapa telah dibangun
perkerasan. Banyak saluran drainase yang didalamnya terdapat endapan sampah,
tumbuhan dan tanah. Beberapa ruas jalan yang belum di aspal tidak memiliki
saluran drainase, sehingga limpasan air hujan meresap langsung ke jalan yang
masih berupa tanah. Kondisi tersebut cukup berbahaya untuk pejalan kaki dan
pengguna sepeda motor pada saat musim hujan karena mengakibatkan jalan
menjadi licin. Hierarki jaringan drainase yang ada di Desa Bambang rata-rata
memiliki hierarki conveyor dan maindrain. Hierarki collector tidak terdapat di
Desa Bambang, umumnya hierarki conveyor hanya dialiri air pada saat musim
hujan saja karena drainase yang ada di Desa Bambang hanya untuk menampung
limpasan air hujan pada saat musim hujan. Berikut merupakan data kondisi
saluran drainase yang ada di Desa Bambang pada Tabel 2.22.
Tabel 2. 22 Bentuk Jaringan Drainase di Desa Bambang
Lokasi Hirarki Jaringan Drainase
Keterangan
(Dusun) Collector Conveyor Maindrain
Bendo Bentuk - Setengah lingkaran -
dan persegi
Perkerasan - Semen, perkerasan -
dan tanah
Krajan Bentuk - Persegi dan -
setengah lingkaran
Perkerasan - Semen, batu dan -
tanah
Pandanrejo Bentuk - Persegi dan -
setengah lingkaran
Perkerasan - Tanah -
Sumber: Hasil Survei (2014)

Hierarki conveyor yang ada di Desa Bambang berbentuk setengah lingkaran dan
persegi dengan jenis saluran terbuka. Sebagian besar drainase yang ada di Desa
Bambang masih belum diberi perkerasan semen atau biasa disebut dengan drainase
alami. Tiga dusun yang ada di Desa Bambang yaitu Dusun Bendo, Dusun Krajan,
dan Dusun Pandanrejo dialiri oleh Sungai Bambang Selatan dan Sungai Bambang
Utara. Kondisi saluran drainase di Desa Bambang terdapat pada Gambar 2.41.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-89
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 34 Kondisi Saluran Drainase di Tiga Dusun di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

Penampang saluran drainase berbentuk segi empat dengan panjang 0,30 meter dan
lebar 0,40 meter, dan penampang saluran drainase berbentuk setengah lingkaran
dengan panjang 0,35 meter dan memiliki diameter 0,45 meter, dapat dilihat pada
Gambar 2.42 dan Gambar 2.43.

Gambar 2. 35 Penampang Drainase dengan Bentuk Segi Empat di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-90
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 36 Penampang Drainase dengan Bentuk Setengah Lingkaran di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-91
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 35 Peta Eksisting Jaringan Drainase

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-92
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 37 Foto Mapping Potensi dan Masalah Jaringan Drainase

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-93
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

d. Sampah
Kondisi sistem pengelolaan persampahan di Desa Bambang dikelola secara
individu oleh masyarakat di masing-masing rumah. Mekanisme pengelolaannya
adalah sampah yang dihasilkan disetiap rumah dikumpulkan di halaman rumah,
kemudian sampah-sampah tersebut dibakar, selain itu sampah juga
ditimbun/dipendam di dalam tanah. Kondisi pengelolaan sampah di Desa
Bambang terdapat pada Tabel 2.23.
Tabel 2. 23 Pengelolaan Sampah di Desa Bambang
Pengelolaan Sampah
Nama Dusun Disalurkan ke
Dibakar Dipendam
TPS
Dusun Bendo 16 - -
Dusun Krajan 45 2 -
Dusun Pandanrejo 26 3 -
Total
Sumber: Hasil Survei (2014)

Berdasarkan hasil survei terhadap 92 responden di 3 dusun di Desa Bambang,


sebanyak 87 responden melakukan pengelolaan sampah dengan cara di buang di
halaman belakang maupun depan rumah kemudian sampah tersebut dibakar,
sedangkan 5 orang responden melakukan pengelolaan sampah dengan cara
menggali lubang di tanah, kemudian sampah-sampah tersebut dipendam di dalam
tanah. Hal tersebut terjadi karena tidak tersedianya Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) di Desa Bambang. Salah satu kondisi pengelolaan sampah di
Desa Bambang terdapat pada Gambar 2.44.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-94
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 38 Pengelolaan sampah yang di bakar di Dusun Krajan


Sumber: Hasil Survei (2014)

e. Sanitasi
Berdasarkan hasil survei, kondisi sistem sanitasi di Desa Bambang menggunakan
sistem sanitasi “cubluk” yaitu menggali lubang tanah untuk membuang limbah
yang dihasilkan oleh manusia. Hal tersebut dikarenakan beberapa masyarakat di
Desa Bambang tidak memiliki MCK individu atau komunal, sehingga masyarakat
menggunakan tanah secara tradisional untuk membuang limbah yang dihasilkan.
Terdapat 2 unit MCK umum yang digunakan oleh masyarakat untuk mandi, cuci,
dan kakus di Dusun Bambang Krajan dan Kampung Kramat dengan kondisi MCK
yang layak dan masih terawat dengan dinding terbuat dari beton dan berada
didekat perumahan warga. Kepemilikan MCK dan septictank di Desa Bambang
terdapat pada Tabel 2.24.
Tabel 2. 24 Kepemilikan MCK dan Septictank
MCK
Nama Dusun Septictank
Individu Komunal
Dusun Bendo 16 - -
Dusun Krajan 44 2 7
Dusun Pandanrejo 27 - -
Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-95
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Berdasarkan hasil survei terhadap 92 responden di 3 dusun di Desa Bambang,


sebanyak 87 responden telah memiliki MCK pribadi di masing-masing rumah.
Namun dari 87 responden yang memiliki MCK pribadi, hanya 7 responden yang
sudah memiliki septictank. Terdapat 2 unit MCK komunal yang masih digunakan
oleh warga di Dusun Krajan dan Kampung Kramat. Salah satu kondisi sanitasi di
Desa Bambang pada Gambar 2. 46.

Gambar 2. 39 Sistem sanitasi “cubluk” di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-96
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 36 Peta Eksisting Kepemilikan MCK dan Septictank Blad A

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-97
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 37 Peta Eksisting Kepemilikan MCK dan Septictank Blad B

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-98
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 38 Peta Eksisting Kepemilikan MCK dan Septictank Blad C

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-99
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 39 Peta Eksisting Kepemilikan MCK dan Septictank Blad D

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-100
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 40 Peta Eksisting Kepemilikan MCK dan Septictank Blad E

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-101
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 41 Peta Eksisting Kepemilikan MCK dan Septictank Blad F

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-102
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 42 Peta Eksisting Kepemilikan MCK dan Septictank Blad G

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-103
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 40 Foto Mapping Potensi dan Masalah Sanitasi dan Sampah

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-104
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

f. Listrik
Berdasarkan hasil survei, Desa Bambang sudah dialiri Listrik PLN untuk
memenuhi semua kebutuhannya. Beberapa warga yang tidak sanggup untuk
memenuhi biaya pemasangan listrik dari PLN menggunakan listrik dengan
menghubungkan jaringan listriknya ke tetangga yang sudah menggunakan
Listrik PLN. Sistem pembayaran untuk masyarakat yang listriknya ikut
dengan rumah lain adalah dengan pembayaran bulanan yang dibagi rata
(patungan). Jenis dan tegangan listrik yang di Gunakan oleh Masyarakat Desa
Bambang terdapat pada Tabel 6.25.
Tabel 2. 25 Jenis Energi Listrik dan Tegangan Listrik yang digunakan di Desa Bambang
Tegangan Listrik
Nama Dusun Jenis Energi Listrik
220 VA 450 VA  900 VA
Dusun Bendo PLN: 16 Pengguna - 15 1
Dusun Krajan PLN: 47 Pengguna 8 16 9
Dusun Pandanrejo PLN: 29 Pengguna 4 12 3
Jumlah Total Pengguna 12 43 13
Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 6.25 menunjukkan bahwa pada Dusun Krajan terdapat 14 rumah yang
aliran listriknya menumpang dengan tetangga sehingga tidak mengetahui daya
tegangan listrik. Pada Dusun Pandanrejo juga terdapat 10 rumah yang
menumpang dengan tetangga sehingga tidak mengetahui daya tegangan
listrik. Salah satu tiang listrik di Desa Bambang terdapat pada Gambar 2.48.

Gambar 2. 41 Tiang Listrik Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-105
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 43 Peta Eksisting Jaringan Listrik

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-106
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

g. Telekomunikasi
Hasil survey di Desa Bambang menunjukkan bahwa sistem telekomunikasi sudah
masuk ke Desa Bambang. Mayoritas masyarakat Desa Bambang menggunakan
jaringan telekomunikasi Handphone. Sedangkan untuk jaringan internet sudah
ada di Desa Bambang namun masih minim pengguna karena sinyal terkadang
hilang dan jaringan lambat. Jenis telekomunikasi yang digunakan oleh
masyarakat Desa Bambang terdapat pada Tabel 2.26.
Tabel 2. 26 Jenis Telekomunikasi yang digunakan di Desa Bambang
Telpon Tidak memiliki alat
Lokasi Hp
rumah komunikasi
Dusun Bendo - 16 -
Dusun Krajan - 42 5
Dusun Pandanrejo - 25 4
Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2.26 menunjukkan bahwa penggunaan telepon rumah di Desa Bambang


tidak ada, dan penggunaan Handphone menjadi mayoritas meski beberapa
responden di Dusun Krajan dan Pandanrejo tidak memiliki alat komunikasi.
2.1.5 Kondisi Sosial
Sosial kependudukan di Desa Bambang menjelaskan mengenai kondisi Desa
Bambang secara non fisik yang meliputi, sejarah munculnya Desa Bambang, perubahan yang
terjadi di Desa bambang dijelaskan dengan menggunakan bagan kecenderungn, aktivitas
masing-masing keluarga berdasarkan jenis mata pencaharian yang dijelaskan dengan
menggunakan diagram aktivitas, serta kondisi kependudukan di Desa Bambang.
1. Sejarah Desa Bambang
a. Asal-usul Desa Bambang
Sejarah nama Desa Bambang berasal dari cerita tentang sepasang suami istri yang
bernama Kyai Kures yang tinggal di lereng gunung semeru. Kemudian istri Kyai
Kures melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Bambang. Suami istri
tersebut membesarkan Bambang secara sabar hingga akhirnya Bambang tumbuh
menjadi pria dewasa dan menikahi wanita yang berasal dari kota. Kemudian
Bambang mempunyai seorang bayi laki-laki yang dilahirkan oleh istrinya, namun

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-107
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

istri Bambang meninggal ketika ia melahirkan putranya. Bayi laki-laki tersebut


bernama Aji. Setelah istri Bambang meninggal, Bambang kebingungan untuk
mengurus dan memberikan susu untuk Aji. Setelah itu Bambang memperoleh
petunjuk untuk mendapatkan susu disuatu daerah kawasan Yang Onto Bugo,
karena panik dan takut Aji meninggal kelaparan maka Bambang yang cukup keras
kepala mencoba untuk mencuri susu dari Yang Onto Bugo dengan cara mencoba
untuk membunuhnya, namun karena kesaktian Yang Onto Bugo maka sebelum
Bambang membunuhnya Yang Onto Bugo membunuh Bambang terlebih dahulu.
Kemudian setelah kejadian tersebut, daerah tersebut menjadi ramai dengan nama
Bambang karena kasus kematiannya. Sehingga tak lama kemudian Kyai Kures
beRp esan agar nama daerah tersebut diberi nama Desa Bambang.
b. Sejarah pembangunan Desa Bambang
Desa Bambang mempunyai tiga dusun yang pertama Dusun Bendo, Dusun Krajan
dan Dusun Pandanrejo. Selain itu di antara wilayah Desa Bambang dan Patok
Picis terdapat suatu wilayah Keramat. Wilayah keramat ini muncul pada saat
utusan dari Aji Saka anak dari Bambang bertemu dengan utusan guru mengaji Aji
Saka yang berasal dari arab bertemu dan berkelahi sehingga mengakibatkan
kedua utusan tersebut meninggal diwilayah Keramat tersebut. Karena kedua
utusan tersebut sangat patuh dan setia dalam mengemban amanah, maka utusan
dari Aji Saka setelah meninggal dunia diberi sebutan Setjo (setia) dan makamnya
menghadap ke timur sedangkan utusan dari guru mengaji Aji Saka setelah
meninggal diberi sebutan Setuhu. Wilayah Keramat sampai sekarang masih ada
dan dihuni oleh beberapa warga yang memiliki beberapa jenis sarana seperti
Musholla dan MCK Umum. Wilayah tersebut dihuni oleh beberapa masyarakat
di sebabkan oleh faktor pekerjaan. Masyarakat yang awalnya bekerja dan
akhirnya mereka merasa ingin menetap di wilayah tersebut, sehingga munculah
suatu permukiman. Wilayah Keramat mulai tersambung oleh jaringan listrik pada
tahun 1990 setahun setelah tiga dusun yang ada di Desa Bambang di aliri oleh
jaringan listrik.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-108
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

c. Adat istiadat Desa Bambang


Masyarakat Desa Bambang memiliki beberapa acara yang menjadi tradisi
masyarakat yaitu acara selamatan desa yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali
serta acara 17’an atau yang biasa disebut karnaval dan kuda lumping. Selain itu
terdapat acara yang dahulunya menjadi tradisi sekarang tidak dilaksanakan lagi
yaitu acara kentongan, acara ini tidak dilaksanakan lagi dikarenakan wilayah
Desa Bambang sekarang sudah aman. Tetapi menurut masyarakat desa acara ini
masih dianggap penting dikarenakan fungsinya untuk menjaga keamanan desa.
Akibat dari tidak dilaksanakan lagi kegiatan ini maka potensi desa tersebut
menjadi tidak aman semakin besar.
2. Bagan Kecenderungan
Bagan kecenderungan menunjukkan proses perubahan yang terjadi di Desa Bambang
pada setiap periode. Terdapat beberapa variabel yang digunakan dalam bagan
kecenderungan, yaitu tata guna lahan, jaringan jalan, jaringan listrik, jaringan
telekomunikasi, jaringan air bersih, saluran drainase, moda transportasi, sarana,
permukiman, jumlah penduduk, jenis lembaga, jenis mata pencaharian, dan hasil
produksi. Perkembangan Desa Bambang dari Tahun 1970 sampai tahun 2014 terdapat
pada Tabel 2.27.
Tabel 2. 27 Bagan Kecendrungan Desa Bambang dari Tahun 1970-Sekarang
Tahun
Sebelum Tahun 1971-
No Variabel 1991- Ket
Tahun 1970 1990
Sekarang
FISIK
1 Tata Guna Hutan Hutan Hutan Hutan yang ada di Desa Bambang
Lahan Pertanian Pertanian Pertanian merupakan milik Perhutani dan
15% 30% 50% tidak mengalami perubahan luasan,
Perkebunan Perkebunan Perkebunan lahan pertanian yang ada di Desa
65% 40% 10% Bambang mengalami peningkatan
Permukiman Permukiman Permukiman dikarenakan seiring meningkatnya
20% 30% 40% biaya hidup untuk melakukan
kegiatan mata pencaharian, lahan
perkebunan mengalami penurunan
karena adanya penebangan pohon
untuk kayu bakar dan beRp
indahnya mata pencaharian
penduduk untuk bertani, sedangkan
lahan permukiman mengalami

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-109
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tahun
Sebelum Tahun 1971-
No Variabel 1991- Ket
Tahun 1970 1990
Sekarang
peningkatan seiring bertambahnya
penduduk.
SARANA PRASARANA
2 Jaringan Tanah 100% Tanah 70% Tanah 30% Jaringan jalan di Desa Bambang
Jalan Makadam Makadam mengalami perkembangan dengan
30% 50% usaha dari masyarakat untuk
Aspal 20% memperbaiki dan dibantu dana dari
pemerintah untuk perbaikan jalan
sehingga akses menjadi lebih
mudah.
3 Jaringan Belum ada Listrik 40% Listrik 100% Jaringan listrik di Desa Bambang
Listrik mengalami perkembangan karena
masuknya bantuan pemasangan
listrik dari PLN
4 Jaringan Belum ada HT HP Jaringan telekomunikasi di Desa
Telekomuni Telepon Bambang semakin canggih seiring
kasi Rumah berkembangnya teknologi
5 Jaringan Air Sungai Sungai HIPPAM Jaringan air bersih di Desa
Bersih Sumur Sumur 100% Bambang menjadi semakin mudah
HIPPAM dan lancar karena adanya usaha
10% sendiri dari masyarakat dan bantuan
dari HPPAM
6 Saluran Non Non Permanen Saluran drainase di Desa Bambang
Drainase Permanen Permanen 20% dengan bantuan PNPM
100% 100% Non
Permanen
80%
7 Moda Jalan Kaki Sepeda 10% Kendaraan Moda Transportasi di Desa
Transportasi 95% Sepeda Motor Bermotor Bambang semakin canggih seiring
Sepeda 5% 50% (Motor dan berkembangnya teknologi
Jalan Kaki Mobil) 80%
40% Sepeda 10%
Jalan Kaki
10%
8 Sarana Gudang SDN 2 SDN 2 Sarana yang ada di Desa Bambang
Kopi Bambang Bambang semakin berkembang seiring
Warung Musholla SDN 1 berkembangnya ebutuhan
Warung Bambang masyarakat desa dan dibantu oleh
dan SMP 2 biaya dari pemerintah
Wajak
Masjid Al-
Mutaqin
Warung
9 Permukiman Non Non Non Permukiman yang ada di Desa
Permanen Permanen Permanen Bambang telah meningkat menjadi
100% 60% 10% bangunan permanen seiring
Semi Semi bertambahnya pertumbuhan
Permanen Permanen ekonomi
40% 30%

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-110
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tahun
Sebelum Tahun 1971-
No Variabel 1991- Ket
Tahun 1970 1990
Sekarang
Permanen
60%
SOSIAL
10 Jumlah ±1500 jiwa 2000-3000 3000-4000 Jumlah penduduk yang ada di Desa
Penduduk jiwa jiwa Bambang tidak memiliki
penambahan yang sangat pesat
karena mobilitas penduduk yang
keluar lebih banyak daripada
mobilitas yang masuk ke desa.
KELEMBAGAAN
11 Jenis PKK PKK PKK Jenis lembaga di Desa Bambang
Lembaga Karang Karang Karang semakin bertambah berdasarkan
Taruna Taruna Taruna kebutuhan masyarakat untuk
Kelompok Kelompok mensejahterakan masyarakat
Tani Tani
LPMD
BPD
Gapoktan
LKDPM
EKONOMI
12 Jenis Mata Petani Petani Petani Jenis mata pencaharian di Desa
Pencaharian Peternak Peternak Peternak Bambang terdiri dari macam-
Buruh Tani Buruh Tani Buruh Tani macam seiring dengan
Tukang Tukang Tukang keterampilan yang dimiliki oleh
Pedagang Pedagang Pedagang masyarakat desa.
Penambang Penambang
Pasir Pasir
TKW
13 Hasil Kopi Kopi Jagung Hasil produksi yang ada di Desa
Produksi Lada Lada Cabe Bambang menjadi berkurang
Jagung Jagung Cengkeh diakibatkan dari penambangan
Ubi Kayu Alpukat Sengon pasir yang illegal sehingga tanah
Alpukat Cabe tidak menjadi subur seperti dulu.
Cabe Cengkeh
Cengkeh Pepaya
Pepaya Tebu
Sumber: Hasil Survei (2014)

3. Diagram Aktivitas
a. Pekerja industri keju
Pekerja industri di pabrik keju yang terdapat di Desa Bambang merupakan salah
satu mata pencaharian masyarakat Desa Bambang. Pabrik keju yang terdapat di
Desa Bambang merupakan milik pemerintah Kabupaten Malang. Produksi keju
tidak dilakukan setiap hari, berdasarkan hasil wawancara produksi keju dilakukan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-111
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

pada hari senin-kamis namun produksi dilakukan tergantung pada pemesanan


yang ada. Proses pembuatan keju berlangsung selama 24 jam, dimulai dari proses
pasturisasi susu sampai dengan proses penggaraman keju hingga proses
permentasi selama satu sampai empat bulan. Aktivitas keluarga buruh keju terdiri
aktivitas yang dilakukan oleh ayah, ibu dan anak.
1) Ayah
Ayah memulai kegiatan pada pukul 04.00 persiapan untuk mulai berkerja
memproduksi keju pada pukul 06.00, produksi keju dilakukan selama 24 jam,
namun dalam proses produksinya ayah tidak selalu berada di pabrik, tetapi
ayah dapat menyambili pekerjaannya dengan pekerjaan lain atau beristrahat.
Ketika pukul 18.00 ayah kembali ke rumah dan pada pukul 19.00 kembali ke
pabrik untuk memeriksa dan membalik keju yang sedang dalam proses
penggaraman, dan setelah itu ayah kembali ke rumah untuk beristirahat
sampai dengan paginya hasil produksi keju diperiksa kembali.
2) Ibu
Ibu memulai kegiatan pada pukul 04.00 mempersiapkan ayah untuk berkerja
dan anak sekolah serta memerah susu sapi, kegiatan sehari-hari ibu hanya
berada di rumah kecuali pada pukul 07.00 ibu ke pasar untuk berbelanja dan
memasak, pada pukul 09.00 ibu memberi makan ternak dan setelah itu ibu
beristirahat. Pada pukul 13.00 ibu melakukan pemerahan susu yang kedua dan
setelah itu tidak ada kegiatan lain yang dilakukan melainkan hanya
beristirahat dan mengurus anak.
3) Anak
Anak memulai kegiatan pada pukul 05.00 dan bersiap-siap untuk sekolah
sampai pukul 14.00, setelah pulang sekolah kegiatan anak hanya beristirahat,
belajar, mengerjakan tugas dan bermain, sampai pada pukul 21.00 anak mulai
tidur.
Berdasarkan penjelasan kegiatan keluarga pekerja industri keju, aktivitas istri
dalam kesehariannya hanya berada di rumah, mengurus keluarga, mengurus

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-112
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

ternak dan memerah susu sapi yang akan di bawa ke KUD di Kecamatan Wajak,
istri tidak ikut terlibat dalam proses pembuatan keju yang dilakukan oleh suami.
Diagram aktivitas keluarga buruh keju di Desa Bambang terdapat pada Gambar
2.49.

Gambar 2. 42 Diagram Aktivitas Kelurga Pekerja Industri


Sumber: Hasil Survei (2014)

Gambar 2.49 menunjukkan bahwa antara kegiatan suami istri dan anak dalam
waktu 24 jam berbeda, suami berkerja di pabrik, istri berada di rumah dan anak
bersekolah. Berdasarkan Gambar 2.49 diketahui kegiatan anak selama 24 jam
hanya bersekolah, mengerjakan tugas serta bermain, dapat disimpulkan bahwa
masih terdapat waktu luang sehingga dapat dimanfaatkan untuk membantu orang
tua dalam mengelola sapi perah atau memproduksi keju di pabrik.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-113
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

b. Penambang pasir
Kegiatan yang dilakukan oleh keluarga penambang pasir.
1) Ayah
Ayah memulai kegiatan nya pada pukul 04.00 untuk mandi, sholat dan makan
lalu pada pukul 05.00 ayah pergi ke tempat pertambangan untuk menambang
pasir hingga pukul 12.00 setelah itu ayah istirahat, makan, sholat dan tidur
hingga pukul 15.00 lalu ayah pergi ke ladang untuk membantu ibu bekerja di
ladang sampai pukul 18.00 setelah itu ayah sholat makan dan berkumpul
bersama keluarga, mengaji atau mengobrol dengan tetangga hingga pukul
22.00 setelah itu ayah tidur sampai jam 04.00
2) Ibu
Ibu memulai kegiatan pada pukul 04.00 untuk mandi, solat, masak dan
sarapan hingga pukul 06.00 setelah itu ibu mengantar anak untuk ke sekolah
lalu selesai mengantar anak ke sekolah ibu pergi ke ladang untuk bekerja
hingga pukul 10.00 lalu ibu menjemput anak dan pulang ke rumah untuk
masak dan sholat sampai jam 12.00 setelah itu ibu makan, sholat dan tidur
hingga pukul 15.00 lalu ibu kembali pergi ke ladang untuk bekerja hingga
pukul 18.00 dan setelah itu ibu kembali ke rumah untuk sholat dan
menghangatkan makan malam hingga pukul 19.00 lalu mulai pukul 19.00
sampai pukul 22.00 ibu berkumpul bersama keluarga, makan, nonton tv, ngaji
setelah itu ibu tidur sampai jam 04.00
3) Anak
Anak memulai kegiatan pada pukul 05.00 untuk mandi, sholat, sarapan dan
persiapan untuk pergi ke sekolah, jam 06.00 anak pergi ke sekolah hingga
pukul 10.00 setelah itu anak makan, istirahat, sholat dan tidur dari jam 10.00
hingga pukul 14.00 lalu anak main hingga pukul 17.00 setelah itu anak
istirahat, sholat, makan hingga pukul 19.00 lalu pada pukul 19.00 anak
mengerjakan PR dan menonton tv hingga pukul 20.00 setelah itu anak tidur

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-114
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

hingga pukul 05.00. Diagram aktivitas untuk keluarga penambang pasir


tedapat pada Gambar 2.50.

Gambar 2. 43 Diagram Aktivitas Keluarga Penambang Pasir


Sumber: Hasil Survei (2014)

c. Peternak
Keluarga peternak tersebut terdiri dari ayah yang bekerja sebagai peternak, ibu
sebagai ibu rumah tangga, dan anak sebagai pelajar. Keluarga yang kami
wawancarai yaitu keluarga peternak sapi yang memproduksi susu sapi dengan
jumlah sapi perah sebanyak enam ekor. Peternak sapi ini memiliki keuntungan
yang cukup besar. Dapat diketahui dari tingkat produksi susu sapi yang dihasilkan
oleh setiap tiga ekor sapi sebanyak 25-30 liter perhari, dengan harga jual susu Rp
4000/liter. Hasil susu sapi ini kemudian dipasarkan ke Koperasi Sumber Abadi
yang ada di Desa Bambang.
1) Ayah
Ayah merupakan kepala dari keluarga begitu juga dalam beternak sapi. Pukul
05.00 ayah bangun untuk bersiap-siap. Setelah menyiapkan diri pada pukul
05.30 ayah memerah sapi, membuang kotoran sapi, dan memberi makan.
Kemudian setelah selesai melakukan kegiatan tersebut, ayah sibuk mencari
rumput di ladang guna memberi asupan makanan untuk ternak sapi yang

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-115
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

dimilikinya. Setelah itu, pada pukul 11.00 ayah beristirahat untuk makan dan
sholat dirumah. Pukul 13.00 ayah kembali mengurus sapinya dengan cara
membersihkan sapinya dan memberikan obat untuk sapi, kemudian pada
pukul 16.00 ayah mandi dan bersiap-siap untuk melakukan sholat ashar dan
magrib sampai pukul 18.00. Pukul 18.00 sampai pukul 23.00 ayah melakukan
kegiatan berkumpul dan santai bersama keluarga kemudian ayah tidur pukul
23.00.
2) Ibu
Peran ibu dalam keluarga ini hanya sebagai ibu rumah tangga atau bisa
dikatakan ibu tidak bekerja. Ibu bangun pada pukul 05.00 untuk bersiap-siap,
ibu mengawali kegiatannya dengan memasak dan mengurus anak. Setelah itu
pada pukul 06.00 ibu membantu ayah untuk memerah ternak sapinya sampai
pukul 11.00 setelah pukul 11.00 ibu beristirahat untuk menyiapkan makan
sekaligus makan siang dan dilanjutkan dengan sholat. Pukul 13.00 ibu
melanjutkan kegiatannya yaitu memerah sapi kembali sampai pukul 16.00
dilanjutkan mencuci dan mandi. Setelah itu pada pukul 18.00 ibu mengurus
anak dan bersantai bersama keluarga. Setelah mengurus anak, pada pukul
23.00 ibu tidur.
3) Anak
Pukul 05.00 anak bangun dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah dan pada
pukul 06.00 anak sudah pergi ke sekolah sampai pukul 12.00. Pukul 12.00
anak pulang kerumah dan beristirahat sampai pukul 15.00. Setelah
beristirahat, anak melakukan kegiatan bermain pada pukul 15.00 sampai
pukul 16.00. Kemudian pada pukul 16.00 anak mandi dan pergi untuk
melakukan kegiatan mengaji di TPQ Desa Bambang sampai pukul 18.00 dan
dilanjutkan dengan belajar mulai dari pukul 18.00 sampai dengan pukul
19.00. Selanjutnya anak mulai bersantai dan menonton tv pada pukul 19.00
dan pada pukul 20.00 anak tidur. Diagram aktivitas dari keluarga peternak
yang menjadi sampel pada Gambar 2.51.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-116
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 44 Diagram Aktivitas Keluarga Peternak


Sumber: Hasil Survei (2014)

d. Jasa Keterampilan-Tukang Bangunan


1) Ayah
Aktivitas ayah dimulai dari pukul 04.00 pagi yaitu bangun, mandi kemudian
sholat dan bersiap untuk berangkat bekerja sebagai tukang bangunan pada
pukul 07.00 hingga 15.00, untuk sarapan disediakan di tempat kerja. Pukul
15.00 – 16.00, ayah kembali bekerja mencari rumput di ladang untuk mencari
rumput sebagai makanan sapi. Setelah selesai mencari rumput, ayah
melakukan perawatan untuk bibit jamur tiramnya hingga pukul 17.00.
Kemudian setelah selesai, di rumah ayah menonton televisi dan berkumpul
dengan keluarga hingga pukul 22.00 dan bangun tidur kembali pada pukul
04.00 untuk melanjutkan rutinitas sehari-harinya.

2) Ibu
Kegiatan ibu dimulai dari pukul 04.00 pagi yaitu bangun, mandi, sholat,
memeras susu, kemudian menyetorkan susu sapi ke pengepul susu. Kemudian
dilanjutkan dengan berbelanja dan memasak sampai pukul 08.00. Setelah itu,
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-117
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

ibu mengisi bibit-bibit untuk jamur tiram karena ibu bekerja sebagai petani
jamur tiram hingga pukul 12.00. Pada pukul 12.00, ibu selesai melakukan
pekerjaannya dilanjutkan dengan istirahat, sholat duhur dan merawat sapi.
Kemudian, dilanjutkan dengan merawat jamur tiramnya. Pada pukul 17.00,
ibu mandi, sholat kemudian beristirahat dan berkumpul untuk menonton tv
bersama keluarga dan tidur pukul 22.00 .
3) Anak
Aktivitas anak dimulai pada pukul 05.00 yaitu bangun tidur, mandi, sholat
dan persiapan berangkat ke sekolah. Pukul 06.00 anak berangkat ke sekolah
dan belajar di sekolah hingga pukul 14.00. Kemudian, anak pulang dan
sampai dirumah dilanjutkan dengan belajar dan mengerjakan tugas hingga
pukul 17.00. Setelah itu, dilanjutkan dengan beristirahat dan berkumpul
bersama keluarga. Diagram aktivitas keluarga pekerja jasa keterampilan di
Desa Bambang terdapat pada Gambar 2.52.

Gambar 2. 45 Diagram Aktivitas Keluarga Pekerja Jasa Keterampilan


Sumber: Hasil Survei (2014)

e. Buruh tani
Buruh tani adalah profesi pekerja yang bekerja untuk pemilik ladang, bertugas
untuk mengurus ladang.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-118
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

1) Ayah
Ayah memulai kegiatannya pada pukul 05.00 untuk mandi, sholat, dan
sarapan. Pada pukul 07.00 ayah pergi ke ladang untuk bekerja hingga pukul
11.00. Setelah itu ayah beristirahat untuk makan dan sholat hingga pukul
13.00. Setelah ishoma, ayah mencari rumput untuk pakan sapi hingga pukul
17.00. Selesai mencari rumput ayah beristirahat untuk sholat, makan malam,
dan menonton televisi hingga pukul 21.00. Setelah itu ayah tidur sampai jam
05.00.
2) Ibu
Ibu memulai kegiatan pada pukul 05.00 untuk mandi, sholat, dan sarapan.
Pada pukul 07.00 ibu mencari rumput, memasak, dan membersihkan rumah
sampai pukul 11.00. Setelah itu ibu beristirahat untuk makan dan sholat
hingga pukul 13.00. Setelah ishoma, ibu mencari rumput untuk pakan sapi
hingga pukul 17.00. Selesai mencari rumput ibu beristirahat untuk sholat,
makan malam, dan menonton televisi hingga pukul 21.00. Setelah itu ibu tidur
sampai jam 05.00.
3) Anak
Anak memulai kegiatan pada pukul 05.30 untuk mandi, sholat, dan saran.
Setelah itu anak berangkat ke sekolah pada pukul 07.00 hingga pukul 12.00.
Setelah pulang sekolah anak beristirahat untuk makan siang dan sholat hingga
pukul 13.00. Kemudian anak bermain dari pukul 13.00 hingga pukul 15.00,
setelah itu anak kembali ke rumah untuk beristirahat, mandi, dan persiapan
untuk mengaji hingga pukul 18.00. Anak mengaji dan belajar dari pukul 18.00
sampai pukul 19.00, setelah itu anak menonton televisi hingga pukul 20.00.
Setelah itu anak tidur dari pukul 20.00 hingga bangun pukul 05.30.
Berdasarkan diagram aktivitas dan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
ayah, ibu, dan anak memiliki kegiatan yang berbeda dalam 24 jam setiap harinya.
Ayah dan ibu hampir memiliki kegiatan yang serupa, hanya saja pada saat ayah
bekerja di ladang, ibu melakukan kegiatan rumah tangga seperti memasak dan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-119
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

membersihkan rumah, serta mencari rumput. Kegiatan anak setiap harinya hanya
sekolah, bermain, belajar, dan mengaji. Dapat disimpulkam bahwa anak masih
memiliki banyak waktu luang yang dapat dimanfaatkan untu membantu pekerjaan
orang tua dalam mencari rumput untuk pakan sapi. Diagram aktivitas keluarga
buruh tani di Desa Bambang terdapat pada Gambar 2.53.

Gambar 2. 46 Diagram Aktivitas Keluarga Buruh Tani


Sumber: Hasil Survei (2014)

2.1.6 Kondisi Ekonomi


Kondisi Ekonomi Desa Bambang diuraikan dalam kajian mata pencahariaan, arus
pemasukan dan pengeluaran, usaha tani, kalender musim, sketsa kebun dan bagan peringkat
sebagai berikut.
A. Mata Pencaharian
Ada berbagai macam mata pencaharian di Desa Bambang, berdasarkan hasil
pembahasan yang dilakukan pada Partisipatory Rural Appraisal, terdapat 11 Mata
Pencaharian yang dikaji, dengan hasil pada Gambar 2.54.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-120
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 47 Hasil PRA Kajian Mata Pencaharian


Sumber: Hasil Survei (2014)

1. Jenis mata pencaharian


Terdapat 11 jenis mata pencaharian yang dikaji. 11 Mata pencaharian itu adalah
petani tebu, petani jagung, petani cabai serta buruh tani, dan usaha kayu sengon pada
sektor pertanian, kemudian peternakan sapi, pertambangan pasir, jasa ketrampilan
yakni tukang dan pengrajin, serta perdagangan dan terakhir Tenaga Kerja Wanita di
Luar Negeri.
2. Kajian mata pencaharian
Mata pencaharian yang ada dikaji berdasarkan varibel Tenaga Kerja. Cara untuk
memulai usaha awal, modal/ bahan baku, hasil dan masalah. Tenaga kerja adalah
jumlah orang yang mengerjakan pekerjaan tersebut, apabila pekerjaan bersifat
perorangan (seperti tukang dan buruh tani) maka tenaga kerja dapat dikosongkan.
Cara memulai usaha awal adalah untuk menentukan pengetahuan yang digunakan
dalam melakukan pekerjaan (seperti pengetahuan yang turun-temurun, pengetahuan
sendiri atau dari penyuluhan) dan kemungkinan untuk peningkatannya (semisal
apabila diketahui pengetahuan yang digunakan adalah pengetahuan sendiri untuk
usaha tani maka ada kemungkinan untuk meningkatkan hasil tani apabila dilakukan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-121
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

penyuluhan). Modal adalah bahan baku yang digunakan untuk memulai atau
melanjutkan usaha. Hasil adalah segala bentuk penghasilan dari mata pencaharian
yang dapat dirupiahkan. Masalah adalah segala masalah dan kekhawatiran yang
terjadi ketika menjalankan usaha. Hasil kajian mata pencaharian yang terdapat di
Desa Bambang terdapat pada Tabel 2.28
Tabel 2. 28 Kajian Mata Pencaharian Desa Bambang
Mata Tenaga Kerja Memulai Modal/ Bahan
Hasil Masalah
Pencaharian L P Usaha Baku
Petani Tebu 3 4 Pengetahuan Bibit 100 kg =  70-80 ton ke  Pupuk Za sulit.
sendiri Rp 60.000, tebu per  Ada penyakit
1 hektar lahan hektar. uret, dan cacat
membutuhkan 7  Dijual ke  Harga murah
ton bibit pengepul
Petani Jagung 3 4 Turun Bibitnya  6-7 ton  Angin (batang
temurun membuat jagung per jagung roboh)
sendiri dan hektar  Penyakit uret dan
kadang dapat  Dijual ke gasir
dari pemerintah pengepul  Harga murah
Petani Cabai 5 10 Penyuluhan Bibitnya  100 kg per  Harga tak
dan turun membuat hektar sekali menentu
temurun sendiri panen  Harus tepat
 dapat panen waktu
2x dalam
seminggu
 dijual ke
pengepul
seharga Rp
5500 per Kg
Ternak sapi Proyek 1 sapi butuh  1 Hari rata-  Sulit rumput
pemerintah, rumput 25 ribu rata  Kebutuhan air
milik sendiri sehari dan menghasilkan sapi sulit
dan bagi idealnya 1 kg 15 liter susu dipenuhi
hasil konsentrat  dijual ke  Harga susu
untuk 3 liter penadah murah
susunya untuk  Kesehatan sapi
disalurkan ke kurang
nestle  Butuh
penyuluhan
Kayu Sengon 3-4 Pengetahuan Beli bibit  Rp 500 – 700  Angin (batang
orang sendiri seharga 1000 ribu per patah)
hingga 3000 pohon dengan  Penyakit nonol/
rupiah, 1 hektar umur pohon  tumor kayu
lahan 6-7 tahun  Penyakit uret
membutuhkan  Ketika masih
3000-5000 bibit kecil terkena
gasir

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-122
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Mata Tenaga Kerja Memulai Modal/ Bahan


Hasil Masalah
Pencaharian L P Usaha Baku
Tambang Darat: Turun Cangkul, garuk  Dijual dengan  Merusak
Pasir 20 temurun atau sekop satuan 1 truk Lingkungan
Sungai: seharga Rp  Banyak
40 orang 150.000 pertambangan
hingga Rp Liar
200.000 ke
luar desa

Tukang Pelatihan Ketrampilan  Rp 50.000  Tidak ada proyek


dan turun per hari dan panggilan
temurun  Peralatan Kurang
Buruh Tani Turun Tenaga  Rp 30.000  Ekonomi
temurun per hari keluarga susah
 Tidak punya
ketrampilan
 Tidak punya
lahan
Perdagangan Pengetahuan Uang sendiri  Laba bersih  Pembeli banyak
Sendiri atau uang Rp 500.000 berhutang
simpan pinjam per bulan  Persaingan tidak
untuk toko sehat
kecil
Pengerajin Penyuluhan Uang modal 1  Dapat  Modal
tusuk sate juta, dan modal menghasilkan  Bahan baku sulit
mesin 5 juta 500 kg tusuk  Dipengaruhi
sate per cuaca
minggu
 dijual seharga
4000/kg ke
pengepul
TKI (wanita) Pelatihan Ketrampilan dan  4-7 juta  TKI Ilegal
Bahasa rupiah per  Perilaku Majikan
orang  Ketika pulang
bergantung dari Luar negeri
pada negara minta cerai
tempat dengan suami
berkerja lama
Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2.28 menunjukkan masalah yang sering dihadapi dalam sektor pertanian
adalah harga yang sangat murah ketika dijual ke tengkulak utamanya waktu panen
dan menyebabkan petani merugi. Disamping itu terdapat pula masalah seperti angin
kencang, penyakit dan serangan hama serta rusaknya lingkungan Desa Bambang
disebabkan pertambangan pasir yang ilegal dan turun-temurun. Permasalahan paling

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-123
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

banyak terdapat pada peternakan sapi dikarenakan sulitnya rumput, sulitnya


pemenuhan kebutuhan air serta kesehatan sapi yang kurang (sapi sering ambruk atau
roboh sendiri). Disamping itu terdapat pula masalah susu sapi yang dijual mentah
tanpa diolah sehingga berharga murah dan kurangnya penyuluhan.
3. Kajian Gender
Kajian Gender adalah kajian yang membahas mengenai proporsi wanita dan pria
dalam suatu pekerjaan.
Tabel 2. 29 Kajian Gender Desa Bambang
Proses Kajian Gender

Penanaman

Perawatan

Pemupukan

Panen

Pembersihan Lahan

Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2. 30 Kajian Gender Sektor Pertanian Jagung


Proses Kajian Gender

Penanaman

Perawatan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-124
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Pemupukan

Panen

Pembersihan Lahan

Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2. 31 Kajian Gender Sektor Pertanian Cabai


Proses Kajian Gender

Penanaman

Perawatan

Pemupukan

Panen

Pembersihan Lahan

Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-125
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 2. 32 Kajian Gender Sektor Peternakan Sapi


Proses Kajian Gender

Pemberian Pakan

Perawatan

Memeras Susu Sapi

Penjualan Susu Sapi

Penjualan Sapi

Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2. 33 Kajian Gender Sektor Kayu Sengon


Proses Kajian Gender

Penanaman

Perawatan

Pemupukan

Panen

Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-126
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 2. 34 Kajian Gender Sektor Pertambangan Pasir


Proses Kajian Gender

Pembelian Alat

Pengambilan Pasir (Darat)

x20

Pengambilan Pasir (Sungai)

x40

Pengangkutan Pasir

Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2. 35 Kajian Gender Sektor Pengrajin Tusuk Sate


Proses Kajian Gender

Pengambilan Bahan Baku

Produksi Tusuk Sate

Penjemuran

Penjualan

Sumber: Hasil Survei (2014)

Keterangan:

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-127
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Laki-Laki: Perempuan:
Berdasarkan kajian mata pencaharian ini, Pekerjaan sektor pertanian cabai paling
banyak menyerap tenaga kerja di sektor pertanian hingga 15 pekerja untuk tiap hektar
lahan waktu panen yakni 10 pekerja wanita dan 5 pekerja pria. Proporsi kerja di
sektor pertanian cenderung setara antara laki-laki dan perempuan kecuali disaat panen
tiba dengan mayoritas di perempuan.
Sektor primer lain yang hampir setara adalah pekerjaan ternak sapi yang memiliki
proporsi wanita dan pria hampir seimbang, kecuali saat pemberian pakan dan
penjualan sapi. Pekerjaan pengrajin tusuk sate juga hampir setara kecuali saat
pembeliaan bahan baku yang membutuhkan lebih banyak tenaga. Untuk pekerjaan
usaha kayu sengon, dan pertambangan pasir didominasi oleh kaum laki-laki
dikarenakan membutuhkan tenaga yang ekstra.
B. Arus Pemasukan dan Pengeluaran
Arus masukan dan pengeluaran bertujuan untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan
dalam melakukan kegiatan ekonomi dan untuk mengetahui hasil dari kegiatan yang
dilakukan. Pengeluaran yang dimaksud yaitu, seluruh biaya produksi yang digunakan
sedangkan maksud, yaitu hasil penjualan yang didapatkan setelah melakukan produksi, yang
selanjutnya total pemasukan dikurangi dengan total pengeluaran dan didapatkan nilai
keuntungan atau kerugian dari kegiatan ekonomi yang dilakukan.
1. Peternakan Sapi Perah (skala kecil)
Sapi perah merupakan salah satu komoditas yang terdapat di Desa Bambang.
Untuk mengetahui berapa besar biaya keluaran dan pemasukan sistem peternakan
sapi perah dengan skala kecil atau rumahan, maka kita mengambil sampel salah satu
keluarga yang memiliki 6 ekor sapi perah. Sapi perah ini membutuhkan pakan berupa
rumput, sentrat dan obat setiap harinya berupa mineral, sehingga peternak
membutuhkan modal dengan rincian sebagai berikut:
Modal = - Pakan ternak (rumput) = 40kg/ekor (sehari)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-128
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

- Sentrat 10kg/ekor (Rp 3.100/kg)


- Obat perhari 2 gram/ekor (Rp 8000-10.000/kg)
Peternakan sapi perah dengan skala rumahan ini dikelola oleh peternak itu sendiri
dan tidak membutuhkan karyawan. Namun demikian pemerahan sapi dilakukan
sebanyak 2 kali dalam setiap harinya dengan hasil produksi sebanyak 10 liter/ekor
nya dengan harga jual Rp 4000/liter. Perhitungan keuntungan peternak sapi perah
dengan skala rumahan di Desa Bambang terdapat pada Tabel 2.36.
Tabel 2. 36 Perhitungan Biaya Masukan dan Pengeluaran Ternak Sapi Perah (Skala Kecil)
Hasil
Jumlah Harga
Modal (perekor) Produksi/Bulan Keuntungan (perekor)
sapi Jual
(perekor)
-Sentrat 10x Rp 4.000 = Rp
10xRp 3.100 = Rp 31.000 40.000 (sehari)
Rp 1.200.000-(Rp
-Obat 31.000+Rp 3.600+Rp
Rp 3600/bulan Rp 600.000)
6 ekor
4000/liter = Rp 1.200.000 – Rp
Rp 40.000x30 = Rp
-Rumput 634.600
1.200.000 (sebulan)
Rp 20.000x30 = Rp = Rp 565.400
600.000/bulan

Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2.36 menunjukkan hasil perhitungan tersebut peternak sapi perah dengan
skala rumahan yang ada di Desa Bambang menghasilkan 10 liter/hari setiap ekornya.
Harga jual setiap harinya sebesar Rp 40.000, tetapi peternak sapi perah tersebut
memperoleh uang hasil penjualannya setiap sepuluh hari sekali, sehingga peternak
sapi perah memperoleh uang hasil penjualan susu sebesar Rp 1.200.000/bulan belum
termasuk pemotongan modal sentrat, obat dan rumput. Setelah dihitung diperoleh
keuntungan hasil penjualan susu setiap ekornya dalam satu bulan sebesar Rp 565.400.
Hasil produksi susu ini di pasarkan ke PT Nestle dan Granfield di Desa Codo. Bagan
arus masukan dan pengeluaran usaha ternak sapi perah terdapat pada Gambar 2.55.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-129
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 48 Bagan Arus Masukan dan Pengeluaran Usaha Ternak Sapi Perah
Sumber: Hasil Survei (2014)

2. Kayu Sengon
Kayu Sengon merupakan salah satu komoditas hasil kebun Desa Bambang yang
dikembangkan mulai sejak tahun 2001, dikarenakan tanah di Desa Bambang cocok
untuk kayu sengon, keberadaannya bertahan hingga saat ini. Penanaman pohon
sengon dilakukan dengan cara tumpang sari, artinya pada satu petak lahan berisikan
pohon sengon yang diselingi tanaman lain seperti kopi, cabe dan tanaman musim
lainnya. Bibit yang digunakan yaitu bibit lokal, harga untuk bibit tergantung pada
ukuran, penanaman dilakukan secara terus-menerus, maksudnya yaitu setelah
melakukan panen lahan dipersiapkan kembali untuk ditanami bibit yang baru atau
sebagian dari yang dipanen mengalami tumbuh tunas kembali. Proses pembibitan
dilakukan selama 3 bulan dengan pemberian pupuk kandang, pemberian pupuk
kandang selama pembibitan dapat dilakukan sendiri tanpa menggunakan tenaga kerja
dan dengan menggunakan pupuk kandang. Penanaman biasanya dilakukan pada awal
tahun untuk menghindari hama. Proses perawatan untuk pohon sengon dilakukan
selama 2 tahun awal, karena pada 2 tahun awal pohon sengon rentan terhadap hama
atau penyakit. Perhitungan untuk arus masukan dan pengeluaran selama proses
penanman pohon sengon terdapat pada Tabel 2.37.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-130
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 2. 37 Perhitungan Biaya Masukan dan Pengeluaran Petani Sengon di Desa Bambang
Total Harga
Proses Uraian Jumlah Per Ha.
(Rp /Ha)
Pengeluaran Bibit (tinggi 100 cm) 1600 bibt Rp 4.800.000
Persiapan lahan (gali 3 orang tenaga kerja Rp 1.800.00
lubang) selama 30 hari
Persiapan bibit di kolibeek 3 orang tenaga kerja Rp 180.000
kecil (jam kerja setengah selama 3 hari
hari)
Pemupukan 1: pupuk urea 320 kg pupuk (7 sak) Rp 560.000
(usia 5 atau 6 bulan)
Pemupukan 2: pupuk urea 260 kg pupuk (6 sak) Rp 480.000
(usia 1 tahun)
Pemupukan 3: pupuk urea 220 kg pupuk (5 sak) Rp 400.000
(usia 2 tahun)
Pemupukan 4: pupuk urea 200 kg pupuk (4 sak) Rp 320.000
(usia 3 tahun)
Upah tenaga kerja 3 orang, 3 hari untuk 4 kali Rp 720.000
pemupukan
Biaya angkut 12 truk Rp 72.000.000
Total pengeluaran Rp 81.260.000
Pemasukan Hasil Produksi Pohon 1000 pohon Rp 600.000.000
Sengon
Keuntungan/kerugian Rp 518. 740.000
Sumber: Hasil Survei (2014)

Keterangan:
1. Harga 1 bibit Rp 3000/bibit
2. Upah tenaga kerja 1 orang Rp 20.000/ hari
3. Pemupukan usia 5-6 bulan (1600 pohon) = satu pohon membutuhkan 0.2 kg
pupuk, dengan harga 1 sak pupuk Rp 80.000 (1 sak 50 kg)
4. Pemupukan usia 1 tahun (1300 pohon) = satu pohon membutuhkan 0.2 kg pupuk,
dengan harga 1 sak pupuk Rp 80.000 (1 sak 50 kg)
5. Pemupukan usia 2 tahun (1100 pohon) = satu pohon membutuhkan 0.2 kg pupuk,
dengan harga 1 sak pupuk Rp 80.000 (1 sak 50 kg)
6. Pemupukan usia 3 tahun (1000 pohon) = satu pohon membutuhkan 0.2 kg pupuk,
dengan harga 1 sak pupuk Rp 80.000 (1 sak 50 kg)
7. Biaya angkut 1 truk 6 juta (1 Ha menghasilkan 12 truk)
8. Hasil panen 1 pohon rata-rata memiliki harga Rp 600.000 (usia 6-7 tahun)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-131
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 2.37 Menunjukkan bahwa, komoditas pohon kayu sengon yang terdapat
di Desa Bambang dengan luas lahan 1 Ha memberikan pemasukan sebesar Rp
600.000.000, dan jika dikurangi dengan total biaya pengeluaran selama penanaman
pohon tersebut (6-7 tahun), masyarakat Desa Bambang mendapatkan keuntungan
sebesar Rp 519. 220.000. Keuntungan yang didapatkan dapat dikatakan sangat besar,
namun keuntungan tersebut didapatkan setelah 6-7 tahun menunggu untuk pohon
kayu sengon mulai di panen, dapat dikatakan usaha budidaya pohon kayu sengon
merupakan usaha masyarakat dalam jangka panjang yang termasuk investasi. Proses
pendistribusian hasil panen dilakukan dengan cara langsung membawa ke pabrik
yang terdapat di Jombang atau Lumajang, yang setiap sekali panen dalam 1 Ha lahan
menghasilkan 12 truk. Bagan arus masukan dan pengeluaran komoditas Kayu Sengon
terdapat pada Gambar 2.56.

Gambar 2. 49 Bagan Arus Masukan dan Pengeluaran Komoditas Kayu Sengon


Sumber: Hasil Survei (2014)

3. Penambangan pasir

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-132
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Pertambangan pasir merupakah salah satu sektor yang memajukan perekonomian


di Desa Bambang. Proses penambangan aktif dilakukan pada saat musim hujan, pada
saat musim panas penambangan tetap dilakukan namun tidak seintensif dilakukan
pada saat musim hujan dan jumlah tetap pekerja tambang pada saat musim panas
hanya berkisar sebanyak 18 orang dan pada saat musim hujan jumlah penambang
pasir meningkat drastis hingga 50 orang. Para penambang ini diupah setiap hari nya
dengan kisaran 50.000-80.000 dengan waktu kerja selama 5-7 jam lalu alat-alat yang
gunakan untuk menambang pasir terdiri dari alat-alat tradisional seperti cangkul dan
sekop hingga alat-alat modern seperti buldoser dan mesin diesel. Pengeluaran untuk
membeli dan perawatan alat pertambangan berkisar 25 juta/tahun, harga ini sudah
termasuk dengan penyewaan alat berat seperti buldoser dan mesin diesel. Untuk
pemasarannya Desa Bambang tidak mendistribusikan hasil pertambangan nya,
namun para pembeli berdatangan dengan menggunakan truk. Biaya pemasukan dan
pengeluaran penambang pasir di Desa Bambang terdapat pada Table 2.38.
Tabel 2. 38 Perhitungan Biaya Masukan dan Pengeluaran
Penambangan Pasir di Desa Bambang
Proses Uraian Jumlah Total harga (Rp )
Pengeluaran Cangkul 30 Rp 300.000
Sekop 30 Rp 450.000
Diesel (sewa) 2 Rp 6.000.000
Buldoser (sewa) 2 Rp 18.000.000
Upah Pekerja 50 Rp 13.000.000
Pemasukan Hasil pertambangan Rp 100.000.000
Keuntungan/Kerugian Rp 62.250.000
Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2.38 menunjukkan hasil perhitungan pertambangan pasir yang ada di Desa
Bambang. Harga jual pasir satu truk sejumlah Rp 300.000 apabila ditotal dari
perkiraan seluruh truk yang mengambil pasir di Desa Bambang maka pendapatan
yang diperoleh berjumlah sekitar Rp 100.000.000 dalam setahun, dalam proses
menambang pasir diperlukan berbagai macam peralatan dari mulai peralatan
tradisional hingga modern, biaya yang diperlukan untuk membeli dan merawat
peralatan tersebut sejumlah Rp 24.750.000, untuk total upah pekerja selama setahun
dengan asumsi pekerja 50 orang sejumlah Rp 13.000.000, setelah dilakukan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-133
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

perhitungan selisih jumlah pendapatan dengan total seluruh biaya pengeluaran


didapatkan total keuntungan sejumlah Rp 62.250.000 dalam setahun. Bagan arus
masukan dan pengeluaran usaha tambang pasir terdapat pada Gambar 2.57.

Gambar 2. 50 Bagan Arus Masukan dan Pengeluaran Usaha Tambang Pasir


Sumber: Hasil Survei (2014)

4. Tebu
Tanaman tebu merupakan salah satu komoditas yang diunggulkan oleh
masyarakat Desa Bambang. Masyarakat di Desa Bambang banyak yang menanam
tanaman tebu di ladangnya, hal tersebut dikarenakan kondisi tanah di Desa Bambang
yang kering sangat cocok untuk dijadikan lokasi budidaya tebu. Masa panen tebu
adalah 9 bulan usia tebu saat tebu mengandung kadar gula tertinggi. Dalam bercocok
tanam tebu dibutuhkan 20.000 bibit per hektar. Dalam masa tanamnya terdapat 2 kali
pemupukan yaitu pada saat usia tebu 7 hari dan saat usia 30 hari. Untuk
mempersiapkan lahan dibutuhkan 5 orang dalam waktu 1 bulan dengan upah Rp
20.000/hari. Biaya pemasukan dan pengeluaran usaha tani tebu di Desa Bambang
terdapat pada Table 2.39.
Tabel 2. 39 Perhitungan Biaya Masukan dan Pengeluaran Tebu di Desa Bambang
Total Harga (Rp
Proses Uraian Jumlah Per Ha.
/Ha)
Pengeluaran Bibit 20.000 bibit Rp 11.000.000
Persiapan lahan (gali 5 orang tenaga kerja Rp 3.000.000
lubang) selama 30 hari
pemupukan: pupuk urea 120 kg Rp 192.000
(usia 7 hari)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-134
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

pemupukan: pupuk urea 200 kg Rp 320.000


(30 hari)
Upah tenaga kerja (5 2 kali pemupukan Rp 100.000
orang)
Biaya tebang-angkut 100 ton/Ha Rp 10.000.000
Total Rp 24.612.000
pengeluaran
Pemasukan Hasil Produksi Tebu Rp 40.000.000
Keuntungan Rp 15.388.000
Sumber: Hasil Survei (2014)

Untuk memperoleh 20.000 bibit tebu, petani membutuhkan biaya Rp 11.000.000


dimana harga satu bibit tebu harganya adalah Rp 550. Untuk mempersiapkan lahan
untuk penanaman tebu yang membutuhkan 5 orang tenaga kerja selama 30 hari,
diasumsikan upah tenaga kerja perorangnya adalah Rp 20.000/hari. Tanaman tebu
membutuhkan dua kali pemupukan yaitu pada saat usia 7 hari dan 30 hari, dengan
pupuk urea sebagai pupuk yang digunakan. Harga pupuk urea adalah Rp 1.600/kg.
Satu hektar tanaman tebu usia 7 hari membutuhkan 120 kg pupuk urea yang
menghabiskan sekitar Rp 192.000 dan tanaman tebu usia 30 hari membutuhkan 200
kg yang menghabiskan Rp 320.000. Untuk biaya tebang angkut 100 ton tebu
menghabiskan biaya sebesar Rp 10.000.000 karena harga jasa tebang angkut tebu
adalah Rp 10.000 per kuintal. Hasil yang didapat petani dari 100 ton tebu adalah Rp
40.000.000, dimana harga tebu perkuintalnya adalah Rp 40.000. Berdasarkan hasil
perhitungan arus keluar masuk tebu dapat disimpulkan bahwa pendapatan petani tebu
dalam sekali masa panen dengan kebun tebu seluas 1Ha adalah Rp 15.388.000. Bagan
arus pemasukan dan pengeluaran tebu terdapat pada Gambar 2.58.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-135
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 51 Bagan Arus Masukan dan Pengeluaran Tebu


Sumber: Hasil Survei (2014)

5. Cabe Rawit
Cabe rawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang ada di Desa
Bambang. Penanaman cabe rawit menggunakan bibit yang dibuat sendiri oleh
masyarakat. Untuk 1 hektar lahan mempunyai sekitar 20.000 tanaman cabe. 1
tanaman cabe diperkirakan memakan biaya dari Rp 1000 hingga Rp 1250 per batang
pohon mulai dari perawatan, pekerja hingga pemupukan. Hasil dari cabe rawit secara
normal di dalam 1 hektar lahan adalah 100 kg per panen atau sekitar 2 kwintal dalam
1 minggu, dapat dipanen hingga 18 minggu. Harga Jual tiap kilogram cabe rawit saat
survey adalah 5500. Perhitungan untuk arus masukan dan pengeluaran selama proses
penanaman cabe rawit terdapat pada Tabel 2.40.
Tabel 2. 40 Perhitungan Biaya Masukan dan Pengeluaran Cabe Rawit
Proses Uraian Jumlah Total Harga (Rp /Ha)
Pengeluaran Bibit cabe rawit 20.000 bibit Rp 20.000.000
Pemasukan Hasil sekali Rp 1.100.000
panen 200kg ,
dengan harga jual
Rp 5500,00

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-136
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

18 kali panen, Rp 19.800.000


Keuntungan/Kerugian Rp 19.800.000 – Rp Rp -200.000
20.000.000
Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2.40 Menunjukkan dari hasil Arus Pemasukan dan Pengeluaran dari
komoditas cabai ini, diketahui dari hasil pengurangan dari total pemasukan dan total
pengeluaran petani cabai sedang merugi hingga 200.000. Disamping itu petani cabai
juga tidak mendapat penghasilan selama 3,5 bulan (100 hari). Bagan arus masukan
dan pengeluaran komoditas Cabe Rawit terdapat pada Gambar 2.59.

Gambar 2. 52 Bagan Arus Masukan dan Pengeluaran Cabe Rawit


Sumber: Hasil Survei (2014)

6. Cabe Besar
Cabe besar menjadi salah satu bagian dari komoditas yang ada di Desa Bambang,
meskipun hanya beberapa masyarakat yang menanam cabe besar sebagai hasil
pertanian. Dalam 1 Ha lahan pertanian cabe besar memiliki sekitar 20.000 tanaman
cabe. 1 tanaman cabe diperkirakan memakan biaya dari Rp 2000 per batang pohon
mulai dari perawatan, pekerja hingga pemupukan. 1 hektare lahan sekali panen bisa
menghasilkan 500- 800 kg, dan sekali tanam, tanaman lombok besar dapat dipanen
hingga 10 x panen. Perhitungan untuk arus masukan dan pengeluaran selama proses
penanaman Cabe besar terdapat pada Tabel 2.41.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-137
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 2. 41 Perhitungan Biaya Masukan dan Pengeluaran Cabe Besar


Total Harga
Proses Uraian Jumlah
(Rp /Ha)
Pengeluaran Jumlah bibit cabe dalam 20000 x Rp 2000 Rp 40.000.000
1 ha adalah 20.000,
dengan harga setiap bibit
adalah Rp 2000
Pemasukan Hasil sekali panen 500kg x Rp 15.000 Rp 7.500.000
mencapai 500kg, dengan
harga jual normal di
pasar Rp 15000
Total Cabe besar dapat dipanen 10 x Rp 7.500.000 Rp 75.000.000
pemasukan hingga 10x
Keuntungan/Kerugian Rp 75.000.000 – Rp Rp 35.000.000
40.000.000
Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2.41 menunjukkan hasil arus pemasukan dan pengeluaran komoditas cabe
besar dapat diketahui dari hasil pengurangan total pemasukan dan total pengeluaran
petani cabai besar mendapatkan untung sebesar Rp 35.000.000.- untuk 10x panen,
sehingga untuk 1x panen petani mendapatkan penghasilan Rp 3.500.000,- selama 3,5
bulan (100 hari) masa panen. Bagan arus masukan dan pengeluaran komoditas Cabe
Besar terdapat pada Gambar 2.60.

Gambar 2. 53 Bagan Arus Masukan dan Pengeluaran Cabe Besar


Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-138
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

7. Kacang Panjang
Komoditas kacang panjang di Desa Bambang merupakan salah satu bagian
komiditi yang tidak menjadi prioritas pertanian di Desa Bambang. Perhitungan untuk
arus masukan dan pengeluaran selama proses penanaman kacang panjang terdapat
pada Tabel 2.42
Tabel 2. 42 Perhitungan Biaya Masukan dan Pengeluaran Kacang Panjang
Total Harga
Proses Uraian Jumlah
(Rp /Ha)
Pengeluaran Biaya pembibitan = 8 x Rp 45.000 Rp 360.000
- 8 kantong bibit kacang (1
kantong Rp 45.000)
Biaya Pemupukan = Rp 120.000/18 x10 Rp 66.666,67
- Harga pupuk 50 kg adalah
Rp 120.000 (50 kg dapat
digunakan untuk 18 x
panen)
- 10 kali panen
Biaya pekerja = Rp 15.000 x 5 x 30 Rp 2.250.000
(5 orang tenaga kerja, 1 hari
pekerja dibayar Rp 15.000
per setengah hari, Masa
kerja buruh adalah 20 hari)

Biaya sewa lahan Rp 1.166.666


Total Rp 3.843.333
Pengeluaran
Pemasukan - Hasil panen 800kg/Ha 800 x 2500 x 10 Rp 20.000.000
- Harga Kacang Panjang Rp
2500/kg
- 10 kali panen
Keuntungan/Kerugian Rp 16.156.667
Sumber: Hasil Survei (2014)

Keterangan
1. Untuk 1 hektar lahan membutuhkan 8 kantong bibit kacang panjangg
2. Satu kantong bibit memiliki harga 45.000
3. Satu kantong bibit sekali panen menghasilkan 100 kg kacang panjang
4. Masa tanam kacang panjang adalah 60 hari
5. Harga pupuk 50 kg adalah 120.000 dan dapat digunakan untuk 18 kali panen
6. 10 x panen

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-139
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

7. Untuk 1 hektar lahan membutuhkan 10 pekerja dengan masing-masing berupah


15.000 per setengah hari
Tabel 2.42 menunjukkan hasil arus Pemasukan dan Pengeluaran komoditas
Kacang Panjang dapat diketahui dari hasil pengurangan total pemasukan dan total
pengeluaran petani kacang panjang mendapatkan untung sebesar Rp 16.673.334
untuk 10x panen, sehingga untuk 1x panen petani mendapatkan penghasilan Rp
1.667.333 selama 2 bulan (60 hari) masa panen. Bagan arus masukan dan pengeluaran
komoditas Kacang Panjang terdapat pada Gambar 2.61.

Gambar 2. 54 Bagan Arus Masukan dan Pengeluaran Kacang Panjang


Sumber: Hasil Survei (2014)

8. Kacang Tanah
Komoditas kacang tanah di Desa Bambang merupakan salah satu bagian komiditi
yang tidak menjadi prioritas pertanian di Desa Bambang. Petani kacang tanah
menanam kacang bersamaan dengan penanaman komoditas jagung. Perhitungan
untuk arus masukan dan pengeluaran selama proses penanaman kacang tanah terdapat
pada Tabel 2.43.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-140
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 2. 43 Perhitungan Biaya Masukan dan Pengeluaran Kacang Tanah


Total Harga
Proses Uraian Jumlah
(Rp /Ha)
Pengeluaran Biaya Pekerja Rp 1.000.000
Biaya Pemupukan 200kg x 1800/kg Rp 360.000

Sewa Lahan Rp 7.000.000 / 12 x 3,5 Rp 2.041.667


Biaya Pembibitan = Rp 20.000 x 20 kg benih Rp 400.000
1 kg benih = Rp 20.000
Diperlukan 20kg benih
kacang tanah
Pemasukan Hasil panen 1500kg 1500 kg x Rp 5500 Rp 8.250.000
Harga jual Rp 5500/kg
Keuntungan/Kerugian Rp 8.250.000 - Rp Rp 4.448.333
3.801.667
Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2.43 menunjukkan hasil arus pemasukan dan pengeluaran komoditas


kacang tanah dapat diketahui dari hasil pengurangan total pemasukan dan total
pengeluaran petani kacang tanah mendapatkan untung sebesar Rp 4.448.333,- untuk
1x panen selama 3,5 bulan (100 hari). Bagan arus masukan dan pengeluaran
komoditas Kacang Tanah terdapat pada Gambar 2.62.

Gambar 2. 55 Bagan Arus Masukan dan Pengeluaran Kacang Tanah


Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-141
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

9. Jagung
Jagung merupakan salah satu hasil komoditas di Desa Bambang. Petani menanam
jagung biasanya pada musim hujan agar bisa tumbuh dengan subur, karena apabila
lewat dari musim hujan maka jagung tidak akan tumbuh dengan subur dan petani
akan mengalami kerugian. Menanam jagung memerlukan perawatan yang tidak
mudah karena petani harus mengendalikannya dari hama agar jagung tidak
rusak/mati. Bibit untuk menanam jagung dapat didapatkan melalui bantuan dari
pemerintah atau milik sendiri. Agar jagung tetap tumbuh subur diperlukan pupuk
kotoran ayam sebanyak 70 sack untuk 1 hektar. Panen hasil jagung diperlukan waktu
selama ±100 hari/3,5 bulan, hasil yang didapatkan dari waktu panen biasanya
sebanyak 6 ton dan dijual ke tengkulak dengan harga jual jagung Rp 3.000/kg atau
dapat dikonsumsi sendiri. Biaya masukan dan keluaran petani jagung di Desa
Bambang terdapat pada Tabel 2.44
Tabel 2. 44 Perhitungan Biaya Masukan dan Pengeluaran Jagung
Biaya bibit Biaya Upah tenaga Untung/panen
Jagung yang dijual
jagung/ha pupuk/ha kerja/hari 3,5 bulan
Rp 720.000 Rp 4 orang x Rp Rp = 3.000/kg x 6 ton = Rp 16.755.000
455.000 17.500/hari = Rp Rp 18.000.000
70.000
Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2.34 menunjukkan bahwa komoditas jagung menghasilkan keuntungan


yang banyak yaitu sebesar Rp 16.755.000 per panen atau sama dengan Rp 5.585.000
per bulan. Bagan arus masukan dan pengeluaran komoditas Jagung terdapat pada
Gambar 2.63.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-142
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 56 Bagan Arus Masukan dan Pengeluaran Jagung


Sumber: Hasil Survei (2014)

10. Kopi
Kopi merupakan salah satu hasil komoditas di Desa Bambang. Banyak dari petani
menanam kopi di lahan milik sendiri. Biasanya petani menggunakan bibit kopi taman
sari yang dijual dengan harga Rp 2000/kg. Bibit kopi juga bisa didapatkan melaui
bantuan dari pemerintah atau milik sendiri. Untuk menanam kopi diperlukan pupuk
kandang dengan harga 1 sack/30 kg Rp 6.000. Menanam kopi dapat dilakukan dengan
sendiri atau dengan bantuan buruh tani. Biasanya buruh tani yang diperlukan untuk
luas 1 hektar sebanyak 10 orang dengan upah Rp 20.000/orang/setengah hari. Panen
hasil kopi diperlukan waktu selama 1 tahun, hasil yang didapatkan dari waktu panen
biasanya sebanyak 30blek/600kg dan dijual ke tengkulak dengan harga jual kopi
basah Rp 75.000/blek/20 kg dan kopi kering Rp 125.000/blek/20kg.
Menurut petani kopi apabila kopi basah diolah menjadi kopi kering maka akan
mengalami penyusutan. Contoh : sebanyak 4kg kopi basah menjadi kopi kering maka
penyusutannya sebesar 1,5 kg. Sehingga kopi basah yang dihasilkan petani sebanyak
600kg akan menyusut apabila diolah menjadi kopi kering. Dapat dihitung :
1,5/4 x 100% = 26,66%
600 x 26,66 / 100 = 159,96

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-143
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

600 – 159,96 = 440,04


Jadi kopi kering yang dihasilkan sebanyak 440,04 kg ≈ 440kg = 22 blek. Biaya
masukan dan keluaran petani kopi basah dan kering di Desa Bambang terdapat pada
Tabel 2.45 dan Tabel 2.46.
Tabel 2. 45 Perhitungan Biaya Masukan dan Pengeluaran Kopi (basah)
Biaya Bibit Upah Tenaga Kopi yang
Biaya Pupuk/ha Untung
Kopi/ha Kerja dijual basah
5 kg x Rp 2.000 300 kg x Rp 6.000 10 orang x Rp Rp 2.250.000 Rp 240.000
: Rp 10.000 = Rp 1.800.000 20.000/setengah
hari = Rp 200.000
Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2. 46 Perhitungan Biaya Masukan dan Pengeluaran Kopi (kering)


Biaya Biaya Pupuk/ha Upah Tenaga Kopi yang dijual Untung
Kopi/ha Kerja/hari kering
5 x Rp 2.000 : 300 kg x Rp 6.000 10 orang x Rp 22 x Rp 125.000 = Rp 740.000
Rp 10.000 = Rp 1.800.000 20.000/setengah Rp 2.750.000
hari = Rp 200.000
Sumber: Hasil Survei (2014)

Berdasarkan hasil Arus Pemasukan dan Pengeluaran komoditas kopi ini dapat
diketahui bahwa kopi yang dijual basah lebih menguntungkan daripada kopi yang
dijual kering yaitu dengan selisih untung Rp 500.000. Bagan arus masukan dan
pengeluaran komoditas Kopi terdapat pada Gambar 2. 64.

Gambar 2. 57 Bagan Arus Masukan dan Pengeluaran Kopi


Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-144
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 44 Peta Eksisting Komoditas Pertanian

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-145
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

C. Usaha Tani
Pembahasan usaha tani yang ada di Desa Bambang meliputi beberapa hal yaitu:
1. Corak dan Sifat kegiatan usaha tani
Corak dan Sifat kegiatan usaha tani memiliki tujuan yang berbeda karena dipengaruhi
oleh lingkungan alam dan kemampuan petani. Tujuan usaha tani dapat berupa untuk
memenuhi kebutuhan individu maupun keluarga (Subsistence farm) atau guna
mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya (Commercial farm).
Penggolongan kegiatan usaha tani ditujukan untuk menggambarkan suatu keadaan
tertentu. Perbedaan antara usaha tani komersial dan susbsistence di ukur dengan
tindakan ekonomi seorang petani dalam menggunakan unsur-unsur produksi. Salah
satu unsur produksi misalnya tenaga kerja.
2. Organisasi usaha tani
Kayu sengon dilihat dari organisasi usaha dapat dikatakan termasuk kolektif
dikarenakan usahanya melibatkan banyak orang untuk pembibitan, mereka
membutuhkan buruh untuk melakukan pembibitan dan untuk melakukan penanaman,
perawatan, ketika panen untuk mengangkut hasil kayu tersebut menyewa truck dan
membawa kayu tersebut ke pabrik. Tebu dilihat dari organisasinya dapat dikatakan
termasuk kolektif dikarenakan usahanya melibatkan banyak tenaga kerja yaitu untuk
penanaman, pemupukan, pengelolaan dan ketika panen untuk mengangkut hasil
panen tersebut ke pabrik.
3. Tipe usaha tani
Tipe usaha tani yang ada di Desa Bambang adalah tipe perseorangan (individual
farm). Tipe ini tenaga kerja yang dibutuhkan didapatkan dari berbagai sumber, tetapi
sebagian besar dikelola oleh petani sendiri dan dibantu oleh keluarganya. Desa
Bambang merupakan desa penghasil kayu sengon, tebu dan tambang pasir. Cara
penanaman pertanian yang ada di Desa Bambang adalah tumpang sari, dimana
penggunaan lahan yang digunakan lebih dari satu komoditas secara bersamaan,
seperti penanaman kayu sengon dan pepaya.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-146
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

D. Kalender Musim
Tabel 2. 47 Kalender Musim Desa Bambang
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEPT OK NOV DES
NO KOMODITAS T POTENSI MASALAH

1 SAPI Perawatan dan setiap hari dilakukan pemerahan susu sebanyak 2 kali sehari Menghasilkan Sulit untuk
susu yang mencari pakan
dapat ternak (rumput),
dikonsumsi kesehatan
atau dijual, ternak kurang
kotoran sapi baik, sapi betina
yang dapat susah untuk
dikonversikan hamil
menjadi energi
biogas
2 SENGON Perawatan (penyiraman, pemberantasan hama) dan pemupukan Penanaman, Pupuk kompos Waktu panen
Perawatan berasal dari antara 5-7 tahun
(penyiraman, desa sendiri
pemupukan,
pemberantasan
hama)
3 TEBU Perawatan (penyiraman, pemupukan, pemberantasan panen Penanaman, - Pupuk Distribusi
hama) Perawatan kompos pupuk (kimia)
(penyiraman, berasal dari kurang dan
pemupukan, desa sendiri harga pupuk
pemberantasan mahal, tanaman
hama) diserang hama
(embuk)
4 JAGUNG Panen Penanaman, Panen Penanaman, Pupuk kompos Hasil tidak
Perawatan Perawatan berasal dari maksimal,
(penyiraman, (penyiraman, desa sendiri musim panen
pemupukan, pemupukan, harga anjlok,
pemberantasan pemberantasan musim hujan
hama), hama) tanaman rusak.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-147
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

pengolahan
tanah

5 CABE Perawatan (penyiraman, Panen Penanaman, Pupuk kompos Mengalami


pemupukan, pemberantasan Perawatan berasal dari fluktuasi harga
hama) (penyiraman, desa sendiri
pemupukan,
pemberantasan
hama)
6 PEPAYA Perawatan (penyiraman, pemupukan, pemberantasan Panen Penanaman, - Hasil panen
hama) Perawatan kurang
(penyiraman, maksimal
pemupukan,
pemberantasan
hama)
7 Singkong Perawatan (penyiraman, panen Penanaman Perawatan Pupuk kimia
pemupukan, pemberantasan (penyiraman, harga nya
hama) pemupukan, mahal dan sulit
pemberantasan dicari
hama)
9. Kambing Perawatan Dijual waktu Sulit mencari
idul adha pakan, ternak
memiliki
penyakit kulit.
Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-148
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Musim merupakan salah satu hal yang memiliki pengaruh dalam suatu kegiatan,
terdapat 2 musim di Indonesia sendiri yaitu musim kemarau dan musim hujan. Kedua
musim ini tentu mempengaruhi kegiatan maupun aktivitas manusia seperti pertanian,
peternakan dan perkebunan. Dalam sektor pertanian musim sangat mempengaruhi waktu
penanaman maupun waktu panen hasil pertanian serta kualitas hasil panen. Dengan
adanya pergantian musim setiap tahunnya kita dapat mengetahui kecenderungan atau pola
kegiatan masyarakat khususnya dalam hal pertanian,perkebunan, dan peternakan dalam
jangka waktu satu tahun dengan menggunakan alat yakni kalender musim. Kalender
musim merupakan salah satu alat PRA yang digunakan untuk mengetahui keadaan alam
(musim) serta kegiatan sektor-sektor seperti pertanian, perkebunan dan peternakan dalam
kurun waktu satu tahun. Berikut merupakan hasil PRA di Desa Bambang dengan
menggunakan kalender musim.
1. Pertanian
a. Jagung
Jenis tanaman selain tebu dalam sektor pertanian di Desa Bambang adalah
jagung. Dalam kurun waktu satu tahun petani jagung di Desa Bambang dapat
memanen jagung sebanyak 2 kali dalam setahun yaitu pada Bulan Januari dan
Februari lalu pada Bulan Mei hingga Agustus. Proses penanaman dilakukan 2
kali dalam setahun yaitu pada Bulan Maret dan April serta November dan
Desember, selama proses penanaman juga dilakukan proses perawatan seperti
penyiraman dan pemberian pupuk, kendala yang dialami petani jagung di
Desa Bambang adalah kualitas hasil produksi yang kurang maksimal
dikarenakan kondisi tanah yang minim kandungan mineral, lalu karena
kualitas yang kurang baik menyebabkan harga jual di pasar tidak dapat
bersaing, selain itu kendala yang dihadapi adalah pohon jagung yang sering
roboh pada musim hujan. Kondisi ladang jagung di Desa Bambang terdapat
pada Gambar 2.65.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-149
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 58 Ladang Jagung di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

b. Cabe
Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang terdapat di Desa Bambang,
dalam kurun waktu satu tahun petani cabe hanya memanen sebanyak satu kali
yakni pada awal musim kemarau yaitu pada Bulan Mei hingga Agustus, lalu
dilakukan penanaman pada Bulan November dan Desember setelah itu
dilakukan perawatan tanaman cabe hingga tiba waktu nya musim panen.
Kendala yang dihadapi petani cabe adalah harga jual produksi yang fluktuatif,
namun untuk masalah pupuk, petani di Desa Bambang dapat memproduksi
pupuk kompos yang berasal dari kotoran ternak. Kondisi ladang Cabe di Desa
Bambang terdapat pada Gambar 2.66.

Gambar 2. 59 Ladang Cabe di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-150
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

c. Singkong
Jenis tanaman dalam sektor pertanian lainnya yakni singkong, proses
penanaman tanaman singkong dilakukan pada akhir musim kemarau yaitu
mulai Bulan Agustus hingga Oktober setelah itu dilakukan perawatan hingga
masa panen tiba pada Bulan Mei, kendala yang dialami petani singkong sama
seperti kendala yang dialami oleh petani tanaman lain nya yaitu ketersediaan
pupuk kimia yang minim dan harga nya yang sangat mahal.
2. Perkebunan
a. Sengon
Salah satu jenis tanaman dalam sektor perkebunan adalah sengon, masa tanam
sengon terdapat pada Bulan November dan Desember dan masa tanam sengon
hingga panen tergolong cukup lama yaitu 7 tahun, dalam perawatan nya
tanaman sengon tidak memerlukan banyak pupuk dan perawatan lebih, salah
satu kendala yang dihadapi petani sengon adalah kemunculan hama yang
merusak batang tanaman sengon. Kondisi Kebun Sengon di Desa Bambang
terdapat pada Gambar 2.67.

Gambar 2. 60 Kebun Sengon di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

b. Pepaya
Hasil komoditi dari sektor perkebunan lainnya yakni pepaya, dalam kurun
waktu satu tahun petani pepaya hanya melakukan panen satu kali yaitu di
Bulan Agustus hingga Oktober, lalu penanaman dilakukan pada awal musim
penghujan yaitu Bulan November hingga Desember. Namun pada saat ini

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-151
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

jumlah petani pepaya di Desa Bambang telah berkurang dikarenakan hasil


panen yang kurang maksimal dikarenakan kondisi tanah yang kurang
produktif sehingga kurang laku dipasaran
c. Tebu
Tebu merupakan salah satu tanaman dari sektor perkebunan yang terdapat di
Desa Bambang. Dalam satu tahun petani tebu di Desa Bambang dapat
memanen Tebu sebanyak satu kali yakni pada Bulan Agustus, September dan
Oktober dengan lama tanam selama 9 bulan. Proses penanaman dan
pengolahan tanah dilakukan pada saat awal musim hujan yaitu pada Bulan
November dan Desember, hal ini dikarenakan kondisi tanah di Desa Bambang
yang berjenis pasir menyulitkan petani untuk dapat menanam tebu pada
musim kemarau, setelah itu dilakukan perawatan seperti penyiraman,
pemberian pupuk dan pemberantasan hama selagi menungu panen. Kendala
yang dialami petani tebu selama proses perawatan adalah kurangnya distribusi
pupuk kimia dan mahal nya harga pupuk tersebut, selain itu hama dan ulat
kerap menyerang tanaman tebu. Kondisi kebun tebu di Desa Bambang
terdapat pada Gambar 2.68.

Gambar 2. 61 Ladang Tebu di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

3. Peternakan
a. Sapi
Sapi merupakan komoditas utama dari sektor peternakan yang terdapat di
Desa Bambang. Peternak biasanya memerah susu sapi sehari 2 kali pada saat

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-152
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

pagi sekitar pukul 07.00-09.00 dan siang pada pukul 13.00-15.00. Dalam satu
tahun beberapa ekor sapi jantan dijual ke luar desa pada saat perayaan Idul
Adha untuk dijadikan hewan kurban. Kondisi peternakan sapi di Desa
Bambang terdapat pada Gambar 2.69.

Gambar 2. 62 Peternakan Sapi di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

b. Kambing
Selain sapi, kambing merupakan salah satu komoditas dari sektor peternakan
yang ada di Desa Bambang. Peternak kambing biasanya membeli kambing
indukan terlebih dahulu yang berumur 6-8 bulan. Dalam satu tahun, biasanya
hasil ternak dijual ke luar desa pada saat perayaan Idul Adha sebagai hewan
kurban. Kondisi peternakan kambing di Desa Bambang terdapat pada
Gambar 2.70.

Gambar 2. 63 Peternakan Kambing di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-153
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 45 Peta Eksisting Komoditas Peternakan Blad A

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-154
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 46 Peta Eksisting Komoditas Peternakan Blad B

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-155
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 47 Peta Eksisting Komoditas Peternakan Blad C

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-156
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 48 Peta Eksisting Komoditas Peternakan Blad D

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-157
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 49 Peta Eksisting Komoditas Peternakan Blad E

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-158
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 50 Peta Eksisting Komoditas Peternakan Blad F

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-159
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 51 Peta Eksisting Komoditas Peternakan Blad G

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-160
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

E. Sketsa Kebun
Sketsa kebun merupakan sketsa yang menggambarkan keadaan kebun yang
mewakili keadaan kebun di suatu desa. Pemilihan kebun merupakan pemilihan kebun
terbaik yaitu berdasarkan pendapatan yang dihasilkan dari kebun tersebut. Dengan
adanya sketsa kebun, dapat diketahui potensi dan masalah serta kebutuhan yang ada pada
kebun tersebut. Kondisi kebun di Desa Bambang terdapat pada Gambar 2.71.

Gambar 2. 64 Sketsa Kebun di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

Berdasarkan hasil survei di Desa Bambang, Kecamatan Wajak, Kabupaten


Malang, Kebun terbaik merupakan kebun penghasil tebu dan kayu sengon yang
merupakan dua komoditas unggulan di Desa Bambang. Jenis kebun tersebut adalah kebun
tadah hujan, yaitu kebun yang hanya mengandalkan air hujan sebagai pengairan untuk
kebun tersebut. Kebun seluas 1 Ha tersebut terdiri atas 6.000 m2 untuk menanam tebu dan
4.000 m2 untuk menanam kayu sengon.

Gambar 2. 65 Sketsa Kebun Tebu


Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-161
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Jarak tanam antar tanaman tebu adalah 30 cm dengan lebar antar petak sepanjang
1m. Lebar kebun tebu adalah 60 meter dan panjang 100 meter

Gambar 2. 66 Sketsa Kebun Sengon


Sumber: Hasil Survei (2014)

Sedangkan untuk jarak tanam antartanaman sengon tidak teratur. Tidak ada jarak
yang jelas dalam penanaman bibit pohon sengon. Lebar kebun sengon adalah 40 meter
dan panjang 100 meter. Masalah yang dihadapi di kebun ini dan semua kebun di Desa
Bambang ialah tidak adanya sumber air untuk pengairan kebun, dan hanya mengandalkan
air hujan. Selain itu tanah yang kering dan beRp asir juga merupakan kendala yang
dihadapi para pemilik kebun di Desa Bambang.
F. Bagan Peringkat
Terdapat 4 variabel atau kriteria yang digunakan untuk menilai dan menentukan
komoditas utama di Desa Bambang, yaitu:
1. Hasil Produksi
a. Nilai 3 digambarkan dengan 3 bintang (***) apabila hasil produksi komoditas
sesuai dengan permintaan pasar.
b. Nilai 2 digambarkan dengan 2 bintang (**) apabila hasil produksi komoditas
mampu memenuhi separuh dari permintaan pasar.
c. Nilai 1 digambarkan dengan 1 bintang (*) apabila hasil produksi komoditas
tidak memenuhi permintaan pasar.
2. Kualitas
a. Nilai 3 digambarkan dengan 3 bintang (***) apabila kualitas tanaman atau
hasil produksi baik.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-162
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

b. Nilai 2 digambarkan dengan 2 bintang (**) apabila kualitas tanaman atau hasil
produksi sedang.
c. Nilai 1 digambarkan dengan 1 bintang (*) apabila kualitas tanaman atau hasil
produksi tidak baik.
3. Keuntungan Harga Jual
a. Nilai 3 digambarkan dengan 3 bintang (***) dikatakan baik jika keuntungan
setiap panen selain dapat memenuhi kebutuhan tersier sehingga mampu
meningkatkan kualitas hidup petani tersebut.
b. Nilai 2 digambarkan dengan 2 bintang (**) dikatakan sedang jika keuntungan
setiap panen hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari petani.
c. Nilai 1 digambarkan dengan 1 bintang (*) dikatakan kurang baik jika
keuntungan setiap panen belum bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari petani
tersebut.
4. Lokasi Pemasaran
a. Nilai 3 digambarkan dengan 3 bintang (***) dikatakan baik apabila lokasi
pemasaran berada di desa tersebut lebih dari satu lokasi bahkan hingga keluar
dari kecamatan.
b. Nilai 2 digambarkan dengan 2 bintang (**) dikatakan sedang apabila lokasi
pemasaran di desa tersebut lebih dari satu hingga di dalam kecamatan.
c. Nilai 1 digambarkan dengan 1 bintang (*) dikatakan kurang baik apabila
lokasi pemasaran hanya terdapat di dalam desa, maupun disatu tempat atau
melalui tengkulak.
Jika ada dua atau lebih komoditas yang jumlahnya sama, maka yang digunakan
untuk menentukan yang paling tinggi rankingnya adalah jenis komoditi yang paling
banyak di tanam oleh masyarakat. Bagan peringkat komoditas yang terdapat di Desa
Bambang dapat dilihat pada Tabel 2.48.
Tabel 2. 48 Bagan Peringkat Komoditas Desa Bambang
Komoditas
No. Variabel
Jagung Tebu Cabe Sengon Susu
1. Hasil Produksi *** ** *** *** **
2. Kualitas ** ** *** *** **
3. Keuntungan Harga
** *** * *** ***
Jual
4. Lokasi Pemasaran *** *** ** *** ***

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-163
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Jumlah 10 10 9 12 10
Ranking
Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 2.48 menunjukkan peringkat komoditas di Desa Bambang diketahui bahwa


sengon menjadi salah satu komoditas utama di Desa Bambang dalam sektor perkebunan
dikarenakan hasil penilaian terhadap hasil produksi, kualitas, keuntungan harga jual dan
lokasi pemasaran memiliki kondisi yang sangat baik sehingga kehidupan petani sengon
dapat menunjang kebutuhan hidupnya. Selanjutnya perkebunan jagung, perkebunan tebu
dan susu berada di peringkat kedua untuk komoditas di Desa Bambang, pada perkebunan
mangga dan susu di dalam keuntungan harga jual dan lokasi pemasaran sudah baik.
Pertanian cabe merupakan peringkat ketiga komoditas yang memiliki keuntungan sangat
rendah atau rugi, dan lokasi pemasaran yang belum cukup menunjang kehidupan petani
cabe di Desa Bambang.
2.1.7 Karakteristik Kelembagaan
Kelembagaan yang terdapat di Desa Bambang, Kecamatan Wajak, Kabupaten
Malang terdiri dari kelembagaan formal dan informal, kelembagaan formal terdiri dari 3
dan kelembagaan informal terdiri dari 7. Berikut penjelasan untuk masing-masing jenis
kelembagaan yang terdapat di Desa Bambang.
A. Kelembagaan Formal
1. Pemerintah Desa
Lembaga pemerintah yang terdiri dari Kepala Desa, Sekertaris Desa, dan
Kamituwo, untuk Sekretaris Desa membawahi Kaur keuangan, Kaur umum,
Kepetengan, Kabayan, Modin, Kuwowo. Dari ketiga Kamituwo membawahi RW
dibawahnya, yang satu dusun terdiri dari beberapa RW dan RT.
a. Struktur keanggotaan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-164
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 67 Gambar Struktur Kelembagaan Desa


Sumber: Profil Desa Bambang (2011)
Keterangan :
Garis Komando :
Garis Koordinasi :
Gambar 2.74 menunjukkan nama-nama pejabat Pemerintah Desa Bambang
beserta penjelasan fungsi dan tanggung jawabnya:
1) Kepala Desa (Sugiarto)
Kepala desa bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berada di Desa
Bambang baik segala pertumbuhan maupun perkembangan desa, dalam
menjalankan tugasnya kepala desa dibantu oleh aparat desa sebagai
pemberi pertimbangan dalam merumuskan suatu kebijakan desa.
2) Sekretaris Desa
Tugas sekretaris desa adalah sebagai pendamping kepala desa dalam
menjalankan tugasnya sebagai pemimpin kelembagaan di desa. Sekretaris
desa juga bertugas mengurusi administrasi pemerintahan desa dan
mendukung keberhasilan program kerja desa.
3) Kepala Urusan Umum (Yunani I.L.)
Menangani administrasi surat-menyurat secara eksternal dan internal,
Kepala Urusan Umum juga menangani masalah perlengkapan dan
kebutuhan desa dalam setiap forum kegiatan yang diadakan di desa.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-165
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

4) Kepala Urusan Keuangan (Nuriski Alif Irawan)


Kepala Urusan Keuangan bertugas mengelola arus masukan dan keluaran
keuangan yang berada dalam sistem pemerintahan desa.
5) Kebayan (Gatot Sianto)
Kebayan adalah kepala urusan keamanan di Desa Bambang.yang
mengatur keamanan dengan penyelenggaraan siskamling desa agar
masyarakat merasa nyaman dan tentram.
6) Modin (Ahamad Mud’har)
Modin adalah kepala urusan keagamaan di desa yang bertugas mengatur
jalannya kegiatan masyarakat Desa Bambang seperti pengajian, ruwatan
dll.
7) Kuwowo (Erinanto)
Kuwowo adalah kepala urusan bidang pembangunan di desa yang
mengatur program-program pembangunan yang akan diadakan di desa
dan bertindak sebagai pengawas atas keberhasilan suatu program
pembangunan yang dilaksanakan.
8) Kepetengan (Linardi)
Kepetengan adalah kepala urusan administrasi yang bertugas langsung
melayani masyarakat desa. Tugas kepetengan adalah bagian pengurusan
KTP, akta kelahiran, surat tanah dll
9) Kamituwo
Kamituwo adalah bertugas menjaga ketertiban dan keamanan suatu dusun
yang bertanggung jawab atas masyarakat dalam ruang lingkup dusunnya.
Kamituwo Dusun Bambang Krajan : Wijiono
Kamituwo Dusun Bendo : Eko Purwadi
Kamituwo Dusun Pandan Rejo : Puji Mulyono
b. Fungsi
Pemerintahan desa sebagai lembaga yang tertinggi yang ada di Desa Bambang
memiliki fungsi untuk menyelenggarakan pemerintahan desa. Dalam
melaksanakan fungsinya pemerintahan desa melakukan fungsi koordinatif

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-166
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

dengan Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) dimana BPD berkoordinasi


langsung dengan kepala desa.
c. Hubungan Kelembagaan
Pemerintahan Desa Bambang memiliki hubungan erat terhadap lembaga-
lembaga di bawahnya karena sebagai lembaga tertinggi pemerintahan desa
merupakan pelindung dari lembaga-lembaga di bawahnya baik lembaga
formal maupun lembaga informal.
2. BPD
Badan Permusyawaratan Desa di Desa Bambang beranggotakan 5 orang yang
terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Bendahara, 2 Anggota. Pemilihan anggota BPD
dilakukan dengan musyawarah tokoh atau perwakilan masyarakat Desa Bambang.
a. Struktur keanggotaan

Gambar 2. 68 Struktur Keanggotaan BPD Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

Gambar 2.75 menunjukkan struktur kelembagaan BPD Desa Bambang,


nama-nama penjabat pada tahun 2014 ketua dijabat oleh Drs. Mulyoadi
Nugroho, Wakil Ketua Edi Mistari, Bendahara M. Sudiono S.Pd, dan 2
anggota bernama Priadi dan Parno.
b. Fungsi
BPD berfungsi sebagai mitra kerja dari Kepala Desa, serta bertugas
menampung berbagai aspirasi dari masyarakat untuk disampaikan ke Kepala

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-167
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Desa. Selain bertugas menampung aspirasi masyarakat, BPD berfungsi


menyusun PERDES (peraturan desa).
c. Jenis kegiatan
Jenis kegiatan yang dilakukan BPD yang ada di Desa Bambang yaitu :
1. Membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa
2. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan
Peraturan Kepala Desa
3. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa
4. Membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa
5. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan
aspirasi masyarakat
6. Memberi persetujuan pemberhentian-pemberhentian sementara Perangkat
Desa
7. Menyusun tata tertib BPD.
d. Hubungan kelembagaan
BPD sebagai mitra kerja Kepala Desa yang berfungsi untuk menampung
aspirasi masyarakat sehingga berhubungan erat dengan pemerintahan desa
serta dengan masyarakat.
3. LPMD
Lembaga Permusyawaratan Masyarakat Desa atau yang disingkat LPMD
merupakan salah satu lembaga formal yang ada Di Desa Bambang dan berstatus
aktif dalam melaksanakan tugasnya. LPMD mempunyai 10 anggota yang
keanggotaannya di pilih oleh Kepala Desa.
a. Struktur kelembagaan
Struktur Lembaga Permusyawaratan Masyarakat Desa (LPMD) Desa
Bambang terdapat pada Gambar 2.76.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-168
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Ketua

Bendahara Sekretaris

Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota


Gambar 2. 69 Struktur Lembaga Permusyawaratan Masyarakat
Desa (LPMD) Desa Bambang
Sumber: Hasil Survei (2014)

Berikut ini merupakan nama-nama pengurus LPMD Desa Bambang


Ketua : Drs. Sukirman
Sekretaris : M. Yahya Khoirul
Bendahara : Adi Santoso
Seksi Agama : Ahmad Fauzan
Seksi Pembangunan : Pamuji
Seksi Keamanan dan Ketertiban : Pitono
Seksi Sosial Budaya dan Kesehatan : Paramita Sandi Negara
Seksi Ekonomi : Slamet Tri Sunu
Seksi Pemuda dan Olahraga : M. Yahdi Rohman
Seksi Pendidikan dan Peranan Wanita : Ridha Agustiawati, S.Pd
b. Fungsi
LPMD berfungsi sebagai pelaksana kegiatan yang telah disusun oleh Kepala
Desa dan BPD, untuk menyusun rencana pembangunan secara partisipatif,
menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat, melaksanakan serta
mengendalikan pembangunan.
1. Penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan.
2. Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat
dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-169
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

4. Penyusunan rencana pelaksanaan pelestarian dan pengembangan hasil-


hasil pembangunan secara partisipatif.
5. Penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya
gotong masyarakat.
6. Penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya alam
serta keserasian lingkungan hidup.
c. Jenis kegiatan
Membuat perencanaan pembangunan desa 5 tahun yang akan datang (RP JM
Desa), mengadakan kegiatan pengajian disesuaikan dengan anggaran yang
minimal dilakukan setahun sekali
d. Hubungan kelembagaan
LPMD merupakan lembaga tertinggi kedua yang ada di Desa Bambang
setelah BPD dan berhubungan langsung dengan BPD. Selain itu LPMD juga
berhubungan dengan masyarakat yang dimana membantu dan berusaha
melaksanaan kemauan dari masyarakat demi untuk perkembangan desa.
B. Kelembagaan Informal
Kelembagan informal di Desa Bambang terdiri dari 7 jenis kelembagaan yaitu:
1. Koperasi Wanita (KOPWAN)
a. Struktur kelembagaan

Gambar 2. 70 Struktur Kelembagaan KOPWAN Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-170
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

b. Fungsi
Unit simpan pinjam wanita, yang berfungsi untuk mempermudah masyarakat
terutama kelompok-kelompok wanita yang membutuhkan biaya untuk
membuka usaha ataupun modal.
c. Jenis kegiatan
Jenis kegiatannya yaitu berupa simpan pinjam yang dimana mendapat dana
hibah dari pemerintah sebesar Rp 25.000.000 yang tujuannya untuk
membantu masyarakat terutama para wanita dalam memenuhi kebutuhan
finansialnya. Selain itu, rapat yang dilaksanakan tiga bulan sekali, agar untuk
mengetahui supaya hasil uang simpan pinjam dapat terus berjalan
sebagaimana mestinya dan dapat berkembang. Yang anggotanya juga ikut
rapat sebanyak 46 dan adanya Rapat Anggota Tahunan yang dilaksanakan
dalam satu tahun sekali pada Bulan Januari atau Februari.
d. Hubungan kelembagaan
Hubungan Kopwan dengan masyarakat sangat erat terutama para ibu-ibu
wanita, selain itu para anggota dari kopwan kebanyakan adalah ibu-ibu PKK.
2. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN)
Merupakan singkatan dari gabungan kelompok tani, yang terdiri kelompok usaha
tani per dukuh yaitu, asehwono krajan, asehwono bendo, asehwono pandanrejo.
a. Struktur kelembagaan

Gambar2. 71 Struktur Kelembagaan GAPOKTAN Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-171
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Dari bagan diatas, berikut nama-nama penjabat dari lembaga Gapoktan.


Ketua : Erinanto, Sek
Bendahara : Adisantoso
Asehwono I untuk dusun bambang krajan : Kunarjo
Asehwono II untuk dusun Bendo : Eko Purwadi
Asehwono III untuk dusun Pandanrejo : Puji
b. Fungsi
Fungsi dari gapoktan adalah unit simpan pinjam yang diperuntukkan oleh
anggota kelompok tani agar memudahkan masyarakat untuk meminjam uang
sebagai bahan modal pertanian.
c. Jenis kegiatan
Kegiatan yang dilakukan dalam gabungan kelompok tani ini adalah
menyediakan benih-benih tanaman untuk petani, menyediakan mesin bajak
dan pompa air. Mendapat dana hibah dari pemerintah sebesar Rp 100.000.000,
program pertanian PUAP. Selain itu, Gapoktan menyediakan simpan pinjam
kelompok tani pembelian pupuk, peralatan pertanian dan segala sesuatu yang
dibutuhkan oleh petani dalam hal pengelolaan pertanian.
d. Hubungan kelembagaan
Hubungannya sangat erat dengan masyarakat khususnya kelompok petani,
juga berhubungan dengan dinas pertamanan pangan yang dimana mengajukan
pemesanan benih-benih pertanian yang dibutuhkan oleh kelompok tani.
3. SPP
SPP merupakan salah satu kelembagaan aktif yang diikuti masyarakat Desa
Bambang.
a. Struktur kelembagaan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-172
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 72 Struktur Kelembagaan SPP Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

Dari bagan tersebut, berikut merupakan nama-nama yang menjabat sebagai


Ketua Indarti, Sekretaris Lilis Suswanti, Bendahara Sri Winanti dan terdiri
dari 4 anggota.
b. Fungsi
Lembaga SPP merupakan organisasi yang mewadahi kegiatan simpan-pinjam
yang dilakukan oleh ibu-ibu atau kaum wanita di Desa Bambang untuk
menambah modal usaha ketika akan memulai musim tanam atau membuat
suatu kegiatan usaha.
c. Jenis kegiatan
Kegiatan yang dilakukan dalam lembaga Simpan Pinjam Perempuan yaitu
selain mengelola dan mengurus uang simpan pinjam juga terdapat rapat pada
tiga bulan sekali seperti MAD Musyawarah antardesa yang dihadiri oleh
anggota LPMD juga tokoh masyarakat dengan saling bermusyawarah untuk
menemukan solusi yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah.
d. Hubungan kelembagaan
Dalam melaksanakan kegiatan kelembagaan SPP berhubungan dengan
LPMD, seperti dalam setiap tahunnya mendapat dana untuk simpan pinjam
perempuan sebesar 10% dari pemerintah untuk desa sehingga LPMD
berhubungan erat dengan SPP, selain itu anggotanya yang berasal dari
masyarakat terutama ibu-ibu ataupun perempuan yang ada di Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-173
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

4. LKDPH
Lembaga Kemitraan dan Pengelolaan Hutan yang terdapat di Desa Bambang
bernama Wana Tani Sido Makmur yang berdiri sejak Tahun 2005 yang berbadan
hokum No. 19/LKDPH.BAMBANG/28.02.2005 merupakan lembaga yang dibuat
untuk melindungi dan mengelola hutan agar kelestariannya tetap terjaga.
a. Struktur kelembagaan

Gambar 2. 73 Struktur Kelembagaan LKDBH Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

Dari bagan diatas, berikut merupakan nama-nama pengurus dari LKDPH :


Ketua : Ardani Warianto
Sekretaris : Yasmiadi Ali Maskut
Bendahara : Puji Mulyono
Seksi Perencanaan : Slamet Trisunu
Seksi Keamanan : Purnomo
Seksi Pendidikan : Sulianah S.Pd
Seksi Keagamaan : M. Juni
Seksi Humas : Muhammad S.
Seksi Usaha : Majuri
b. Fungsi
Fungsi dari LKDPH yaitu untuk mengontrol dan mengelola keadaan hutan
agar terlindung dari kegiatan yang merugikan alam.
c. Jenis kegiatan
Kegiatannya yaitu melakukan reboisai hutan, menjaga lingkungan hutan agar
tetap seimbang yang dimana tidak hanya pengurus yang bertanggungjawab
atas keselamatan lingkungan hutan, namun masyarakat juga dituntut untuk
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-174
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

selalu menjaga hutan. Selain itu, dari seksi-seksi yang ada mereka berusaha
menjaga amanat yang telah diberikan untuk mewakili dan bertanggung jawab
dari masing-masing seksinya.
d. Hubungan kelembagaan
Hubungannya sangat erat dengan masyarakat dimana dalam pengelolaan
hutan dan perlindungan hutan merupakan tanggungjawab seluruh masyarakat
agar hutan tetap terlindung dari hal-hal yang merugikan kelangsungan hidup
masyarakat desa. Selain itu LKDPH merupakan kegiatan yang dibawahi oleh
LPMD sehingga dalam pelaksanaan teknisnya LPMD bertanggungjawab atas
kinerja pelaksanaan LKDPH.
5. PKK
Lembaga PKK merupakan organisasi yang mewadahi kegiatan sosial yang secara
rutin dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga.
a. Struktur kelembagaan

Gambar 2. 74 Struktur Kelembagaan PKK Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

b. Fungsi
Fungsi dari PKK adalah sebagai penyuluh, motivator dan penggerak
masyarakat agar mampu melaksanakan program PKK. Selain itu, sebagai

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-175
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

fasilitator perencana, pelaksana, pengendali, dan pembina dan pembimbing


gerakan PKK.
c. Jenis kegiatan
Terdiri dari 4 macam Pokja (kelompok kerja) yaitu:
1. Pokja I, berupa program penghayatan dan pengamatan pancasila dan
program gotong royong, contohnya seperti kegiatan tahlil, yasin, diba‘
kelompok dasa wisma yang dimana satu RT terdapat 3 dasa wisma, yang
dimana dalam satu dasa wisma terdiri dari 10 rumah, serta kegiatan lain
berupa arisan setiap satu bulan sekali.
2. Pokja II, berupa pendidikan, keterampilan, dan pengembangan kehidupan
berkoperasi yang dimana kegiatannya berupa sosialisasi berhubungan
dengan poktan 4 dalam kegiatan kesehatan berupa sosialisasi baca tulis
dengan adanya ibu guru, mendatangkan guru membuat kue, sulam pita,
membuat kerajinan lampion, bungkusan kertas, serta pembelajaran cara
merawat bayi yang benar.
3. Pokja III, berupa sandang pangan rumah hijau yang dimana pengadaan
sosialisasi untuk penanaman tanaman-tanaman kecil yang menggunakan
polyback kecil ukuran 9, yang fungsinya untuk taman di depan rumah agar
terlihat lebih asri.
4. Pokja IV, berupa posyandu, kegiatan kesehatan yang dilakukan selama
satu bulan sekali dengan berlanjut selama 6 hari dari dusun ke dusun yang
ada di Desa Bambang. Masing-masing terdapat bidan dan perawat,
bertempat di polindes, juga pembagian pil KB, Bina keluarga balita yang
dibina ibunya ngasih pendidikan ke anak
d. Hubungan kelembagaan
Lembaga PKK membantu Pemerintah Desa/Lurah dan merupakan mitra
dalam pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga memiliki
hubungan dengan masyarakat Desa Bambang khususnya para wanita dan ibu-
ibu.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-176
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

6. HIPPAMS
HIPPAMS merupakan singkatan dari Himpunan Pengguna Air Bersih dan
Sanitasi, merupakan program yang dilaksanakan mulai Tahun 1975 di Desa
Bambang yang diawasi oleh LPMD.
a. Struktur kelembagaan :

Gambar 2. 75 Struktur Kelembagaan HIPPAMS Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

b. Fungsi
Penyediaan jaringan pipa air bersih secara menyeluruh di Desa Bambang
dikarenakan di Desa Bambang pada umumnya tidak mempunyai sumur untuk
mendapatkan air tanah dan sangat sulit untuk melakukan penggalian karena
sangat dalam dan harus mencapai air artesis di kedalaman 37-55m.
c. Jenis Kegiatan
Penyuluhan dan kegiatan berkumpul yang dilakukan sebulan sekali untuk
saling bertukar informasi masalah-masalah HIPPAM seperti pada saat musim
kemarau debit air mulai kecil dan pada saat musim hujan terjadi longsor
sehingga menyebabkan masalah pipa bocor dan penyelesaian tindak lanjut
perbaikannya, serta ada pembayaran uang HIPPAM rumah tangga setiap
bulan sebesar 4000 per bulan sedangkan untuk masyarakat yang beRp
enghasilan rendah membayar semampunya.
d. Hubungan Kelembagaan
Lembaga HIPPAM sangat berhubungan erat dengan masyarakat Desa
Bambang dimana sumber mata air tersebut satu satunya yang ada di Desa
Bambang juga berhubungan dengan LPMD berupa pembangunan awal
penampungan air dan berlanjut ke peRp ipaan dari sumber kepengguna air
bersih di Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-177
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

7. Karang Taruna
Karang taruna karya mandiri merupakan salah satu kelembagaan yang berdiri di
desa bambang pada Tahun 1965 yang telah mendapat sertifikat aktif pada tanggal
2 Februari 2012.
a. Struktur kelembagaan

Gambar 2. 76 Struktur Kelembagaan Karang Taruna Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

b. Fungsi
Karang Taruna memiliki tugas menanggulangi berbagai masalah
kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda dan
pengembangan potensi generasi muda dilingkungannya. Diantaranya
memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Penyelenggara usaha kesejahteraan sosial;
2. Penyelenggara pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat;
3. Penyelenggara pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda di
lingkungannya secara komprehensif, teRp adu dan terarah serta
berkesinambungan;
4. Penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi
muda di lingkungannya;
5. Penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggung
jawab sosial generasi muda;
6. Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa
kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan
dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia;
7. Pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan
tanggung jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-178
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala


sumber dan potensi kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya;
8. Penyelenggara rujukan, pendampingan dan advokasi sosial bagi
penyandang masalah kesejahteraan sosial;
9. Penguatan sistem jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan
kemitraan dengan berbagai sektor lainnya;
10. Penyelenggara usaha-usaha pencegahan permasalahan sosial yang aktual;
11. Pengembangan kreativitas remaja, pencegahan kenakalan,
penyalahgunaan obat terlarang (narkoba) bagi remaja; dan
12. Penanggulangan masalah-masalah sosial, baik secara preventif,
rehabilitatif dalam rangka pencegahan kenakalan remaja, penyalahgunaan
obat terlarang (narkoba) bagi remaja.
c. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan oleh organisasi ini adalah dengan melakukan rapat
atau pertemuan anggota yang dilakukan setiap satu bulan sekali, untuk
membahas tentang kegiatan yang akan diadakan di Desa Bambang seperti
kegiatan hari besar nasional yang dalam kepanitiaannya yang beRp eran besar
adalah para pemuda dari Karang Taruna. Selain itu kegiatan sosial budaya
yang ada di Desa Bambang berupa seni budaya camur sari, pencak silat yang
anggotanya dari para pemuda yang ada di Desa Bambang.
d. Hubungan kelembagaan
Lembaga Karang Taruna yang merupakan lembaga non formal yang terdapat
di Desa Bambang memiliki hubungan langsung dengan masyarakat desa
terutama bagi para pemuda masyarakat Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-179
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 77 Hubungan Kelambagaan di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

Gambar 2.84 menunjukkan hubungan antar lembaga satu dan yang lain dengan
masyarakat. Lembaga paling tertinggi di Desa Bambang yaitu pemerintahan desa yang
memiliki fungsi untuk menyelengarakan pemerintahan desa yang dalam kenyataanya
terdapat hubungan langsung dengan BPD dan LPMD terutama dalam hal
penyelenggaraan pembangunan, menampung aspirasi masyarakat, dan sebagainya.
LPMD juga memiliki hubungan dengan berbagai macam lembaga yaitu HIPPAMS, SPP,
Karang Taruna. Sedangkan untuk Gapoktan merupakan lembaga gabungan kelompok
tani yang berdiri sendiri dimana anggotanya terdiri dari (poktan) kelompok tani dari
ketiga dusun tersebut yaitu Asehwono I,II, dan III. Untuk PKK merupakan lembaga yang
berhubungan langsung dengan Kopwan karena kebanyakan anggota dari PKK adalah
anggota dari Kopwan juga, sehingga lembaga tersebut saling berhubungan. Intinya dalam
kegiatan kelembagaan ini semuanya sangat berhubungan dengan masyarakat yang
dimana tujuan dari dibentuknya berbagai macam lembaga ini untuk mempermudah
masyarakat dalam pelayanan kegiatan serta untuk mewadahi kegiatan-kegiatan yang ada
dalam Desa Bambang.
2.1.8 Kegiatan PRA
Kegiatan Partisipatory Rural Appraisal adalah sebuah pendekatan atau metode
untuk menggali data dan mengajak masyarakat berdiskusi, memikirkan dan
mengungkapkan potensi dan masalah yang ada dalam desanya. PRA Desa Bambang

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-180
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2014 pada pukul 19.00 dengan mengundang para
stakeholder Desa Bambang. Kegiatan PRA dimulai dengan sambutan dari Bapak Kepala
Desa, sambutan dan perkenalan dari perwakilan kelompok dan dilanjutkan dengan
membahas Alat-alat PRA kecuali Diagram Aktivitas, Alur sejarah Desa serta Sketsa
Kebun. Diagram Aktivitas tidak dilakukan pada saat PRA karena bersifat pribadi tiap
mata pencaharian. Alur sejarah desa tidak dilakukan pada saat PRA karena tidak banyak
masyarakat desa yang mengetahui sejarah desa, hanya tokoh kunci saja sehingga data ini
didapatkan dari wawancara. Sketsa kebun dilakukan tidak saat PRA dikarenakan,
surveyor perlu berada di kebun langsung untuk pembuatan sketsa.
Kegiatan yang dilakukan saat PRA yang pertama masyarakat dibagi kelompok-
kelompok kecil untuk membahas mengenai beberapa alat yang telah disiapkan. Berikut
merupakan gambar saat mahasiswa PWK Universitas Brawijaya sebagai fasilitator
memperkenalkan alat PRA yang akan dibahas.

Gambar 2. 78 Sambutan Dari Bapak Kepala Desa


Sumber: Hasil Survei (2014)

Kegiatan PRA diawali dengan sambutan yang disampaikan oleh Bapak Kepala
Desa Bambang yang dihadiri oleh perwakilan masyarakat Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-181
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 79 Kegiatan Diskusi Pemetaan Desa


Sumber: Hasil Survei (2014)

Gambar 2. 80 Diskusi Bagan Kecenderungan


Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-182
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 81 Diskusi Bagan Kelembagaan


Sumber: Hasil Survei (2014)

Gambar 2. 82 Diskusi Transek Desa


Sumber: Hasil Survei (2014)

Kegiatan PRA di Desa Bambang dengan fasilitator yaitu mahasiswa PWK


Universitas Brawijaya yang dihadiri oleh beberapa masyarakat Desa Bambang sebagai
partisipan akan mendapatkan hasil berupa data-data yang digunakan dalam penyusunan
Laporan Hasil Survei, Data Analisa dan Perencanaan Desa Bambang dengan mengetahui
potensi dan permasalahan apa saja yang ada di Desa Bambang. Hasil yang diharapkan saat
kegiatan PRA telah sesuai dengan harapan fasilitator dibuktikan dengan keaktifan masyarakat
dalam menyampaikan pendapat dan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator, sehingga fasilitator tidak kesulitan dalam memperoleh data. Adapun data-data
yang dibutuhkan saat kegiatan PRA yaitu Peta Administrasi Desa, Kalender Musim, Kajian

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-183
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Mata Pencaharian, Kajian Gender, Diagram Kelembagaan, Bagan Peringkat, dan Bagan
Kecenderungan yang telah disesuaikan dengan hasil diskusi bersama para peserta PRA
(masyarakat).
A. Stakeholder dalam PRA
Stakeholder dalam Parsipatory Rural Appraisal didefinisikan sebagai orang-
orang yang terlibat, terdampak dan memiliki peran dalam masyarakat. Stakeholder yang
diundang dalam PRA desa Bambang adalah perangkat desa, tokoh masyarakat, ketua atau
perwakilan lembaga seperti PKK, karangtaruna, hingga HIPPAMS, semua kepala dusun,
semua ketua RW, perwakilan 5 ketua RT tiap dusun serta pemilik biogas eksisting.
B. Pelaksanaan Kegiatan PRA
Data primer di Desa Bambang salah satunya dapat diperoleh melalui kegiatan
PRA, selain itu dapat dilakukan survei lapangan dan wawancara kepada pihak-pihak
terkait untuk memperoleh informasi. Pelaksanaan PRA dilakukan untuk memastikan
informasi yang diperoleh saat wawancara secara langsung kepada pihak-pihak terkait
maupun saat survei lapangan. Kegiatan PRA dilaksanakan di Kantor Balai Desa Bambang
dengan dihadiri oleh 42 masyarakat Desa Bambang.
1. Pemetaan desa
Pemetaan desa merupakan salah satu alat yang digunakan dalam pelaksanaan
PRA Desa Bambang Kecamatan Wajak Kabupaten Malang. Pemetaan desa
digunakan untuk mengetahui batas-batas administrasi Desa Bambang, jaringan
jalan serta jaringan drainase dan sungai yang ada di Desa Bambang. Selain hal
tersebut, pemetaan desa dilakukan untuk mengetahui batas antardusun yang ada
di Desa Bambang serta batas desa itu sendiri.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-184
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 83 Hasil Pemetaan Desa pada kegiatan PRA Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

2. Transek desa
Transek Desa merupakan salah satu alat yang digunakan dalam pelaksanaan PRA.
Transek desa dibuat untuk mengetahui kondisi lahan, potensi dan masalah
penggunaan lahan yang ada di Desa Bambang.

Gambar 2. 84 Hasil Transek Desa pada kegiatan PRA Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

3. Diagram venn kelembagaan


Diagram venn merupakan salah satu alat yang digunakan saat kegiatan PRA.
Deskripsi tentang analisis kelembagaan, baik yang formal maupun informal dapat
diketahui dengan menggunakan alat ini.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-185
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 2. 85 Hasil Hubungan Kelambagaan pada Kegiatan PRA Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

4. Bagan peringkat
Bagan Peringkat merupakan salah satu alat yang digunakan dalam pelaksanaan
PRA. Komoditas utama terkait dengan mata pencaharian yang ada di Desa
Bambang dapat diketahui dengan alat ini. Beberapa komoditas yang digunakan
adalah tebu, jagung, cabe, sengon dan susu. Variabel yang digunakan yaitu hasil
produksi, kualitas, keuntungan harga jual dan lokasi pemasaran.

Gambar 2. 86 Hasil Bagan Peringkat pada Kegiatan PRA Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

5. Kalender musim
Kalender musim digunakan untuk mengetahui proses waktu panen komoditas
yang ada di Desa Bambang, selain untuk mengetahui waktu panen komoditas
kalender musim digunakan untuk mengetahui jenis kegiatan yang ada di Desa
Bambang dan waktu pelaksanaan kegiatan tersebut.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-186
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

6. Pembahasan akar masalah


Akar masalah digunakan untuk mengetahui pokok dari suatu permasalahan yang
terdapat di Desa Bambang, dengan mengetahui permasalahan pokok tersebut
maka akan ditemukan solusi untuk menyelesaikan permasalahan pokok yang ada
di Desa Bambang.
7. Bagan kecenderungan
Gambaran perubahan berbagai macam kegiatan, kejadian serta kegiatan
masyarakat yang ada di Desa Bambang dari waktu ke waktu dapat diketahui
dengan menggunakan alat PRA ini. Fungsi lain dari alat ini adalah akan didapat
informasi mengenai perkembangan ketersediaan sarana dan prasarana, perubahan
kondisi fisik sosial, ekonomi dan kelembagaan desa setiap tahunnya. Selain itu
berbagai macam sejarah yang ada di Desa Bambang juga dapat diketahui dengan
bagan kecenderungan.
C. Partisipasi Masyarakat dalam Pencarian Solusi
Kegiatan PRA merupakan suatu metode pendekatan dalam pemberdayaan dan
peningkatan partisipasi masyarakat, yang menekankan pada keterlibatan masyarakat
dalam kegiatan pembangunan yang ada di desa. Kegiatan PRA ini digunakan untuk
memfasilitasi masyarakat dalam menyampaikan masalah dan potensi apa saja yang ada
di desa mereka, serta masyarakat difungsikan sebagai perencana dalam pembangunan
yang ada di Desa Bambang.
Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam kegiatan ini, kontribusi
masyarakat yang ada di Desa Bambang dalam kegiatan PRA cukup baik. Undangan yang
diberikan kepada masyarakat sebanyak 66 undangan dan dihadiri oleh 42 orang.
Masyarakat yang hadir sangat aktif menyampaikan jawaban dan menyampaikan potensi
serta permasalahan yang ada di Desa Bambang. Partisipasi masyarakat dalam pemetaan
desa, transek desa, bagan kecenderungan, dan lain-lain cukup baik, dapat diketahui dari
informasi apa saja yang diperoleh.
2.1.9 Karakteristik Biogas Desa Bambang
Dalam sub bab Karakteristik Biogas Desa Bambang akan dijelaskan mengenai
Kondisi Peternakan Desa Bambang, Kebutuhan Energi Desa Bambang, dan Kondisi
Eksisting Biodigester Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-187
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

A. Kondisi Peternakan Desa Bambang


Desa Bambang memiliki 630 peternak yang memiliki dua jenis sapi yaitu sapi
perah sebanyak 797 ekor dan sapi potong sebanyak 987 ekor. Sehingga jumlah sapi di
Desa Bambang yaitu 1784 ekor.
Kondisi kandang sapi memiliki tanah yang beRp asir dengan tutupan pasir dan
rumput kecil. Fasiltas terbangunnya adalah atap dan pagar sebagai tempat bernaungnya
sapi dan kambing. Jumlah kandang sapi di Desa Bambang sebanyak 422 kandang.
Masalah yang dihadapi oleh guna lahan kandang di Desa Bambang yaitu minimnya
perawatan kandang, sehingga kandang menjadi kotor, bau, dan menimbulkan penyakit.
Selain itu pengolahan pupuk kandang di Desa Bambang masih sangat minim. Sedangkan
potensi yang ada yaitu menghasilkan produk hewani seperti daging dan susu, serta
kotoran hewan yang dapat dimanfaatkan sebagai biogas dan pupuk kandang.
B. Kebutuhan Energi Desa Bambang
Pengembangan Desa Bambang menjadi Desa Mandiri Energi (DME) berbasis
biogas dengan mengandalkan potensi peternakan yang dimilki Desa Bambang, hal
tersebut bertujuan agar Desa Bambang dapat memenuhi kebutuhan energinya sendiri dan
mengurangi ketergantungan pasokan energi kepada pihak atau daerah lain. Penggunaan
energi biogas di Desa Bambang diprioritaskan untuk kebutuhan rumah tangga
(memasak), penerangan untuk sarana pendidikan, kesehatan dan sarana peribadatan, dan
juga untuk lampu penerangan jalan. Untuk mengetahui kebutuhan energi di Desa
Bambang, data yang di perlukan yaitu jumlah KK di Desa Bambang, jumlah sarana yang
telah ditentukan, serta jumlah lampu penerang jalan. Berdasarkan hasil survei data
tersebut terdapat pada Tabel 2.49.
Tabel 2. 49 Kebutuhan Energi Desa Bambang untuk Rumah Tangga dan Fasilitas Umum
Kebutuhan Data yang
No. Jumlah
energi diperlukan
1 Rumah tangga Jumlah KK 1.048 kk
(memasak)
2 Penerangan Jumlah sarana 5 unit
pendidikan
Jumlah sarana 8 unit
kesehatan
Jumlah sarna 17 unit
peribadatan
Jumlah lampu
penerangan jalan
Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-188
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Setelah mengetahui data pada Tabel 2.49 lalu dilakukan perhitungan untuk
masing-masing kebutuhan dengan cara mengalikan jumlah KK atau jumlah tiap jenis
fasilitas umum dengan standar energi listrik untuk masing-masing kebutuhan dan
kemudian mengalikannya dengan lama waktu yang diinginkan (sesuai keinginan
peneliti). Standar dan rumus yang digunakan yaitu:
1. Rumah tangga : 450 Watt 2. Sarana pendidikan
a. Memasak : 1,02 Kwh a. TK : 450 Watt
b. Penerangan : 0, 17 Kwh b. SD : 900 Watt
c. SLTP : 1300 Watt
3. Sarana kesehatan 4. Sarana peribadatan
a. Puskesmas : 450 Watt a. Masjid : 900 Watt
b. Musholla :450 Watt
Standar kebutuhan energi listrik untuk fasilitas umum diubah dalam bentuk kwh dengan
cara membagi dengan 1000, dan kemudian dihitung menggunakan rumus:
Kebutuhan energi = Jumlah KK/Jumlah fasum x standar x 365
(6-
Hari
1)
Rumus perhitungan kebutuhan energi tersebut untuk menghitung kebutuhan
selama 1 tahun dikalikan dengan 365 hari, dan waktu tersebut sesuai dengan kebutuhan
peneliti. Perhitungan akan dilakukan sesuai dengan hasil proyeksi hingga 20 tahun yang
akan datang.
C. Kondisi Eksisting Biodigester Desa Bambang
Berdasarkan kondisi eksisting di Desa Bambang terdapat 8 pengguna biogas dan
yang berhasil diwawancarai sebanyak 6 pengguna biogas. Pemilik biogas eksisting Desa
Bambang memiliki jenis pekerjaan yakni, 4 orang petani sekaligus peternak sedangkan
sisanya adalah PNS dan wirausaha. Dari semua responden yang diwawancarai hampir
semua memiliki pendapatan per bulan diatas 2,4 juta rupiah kecuali 1 orang
(wirausahawan). Semua responden yang diwawancarai memiliki sapi lebih dari 2 ekor
dan salah satu responden memiliki sapi hingga 14 ekor. Dari riwayat pendidikan
responden, 1 orang merupakan lulusan D3, 1 orang merupakan lulusan SMA, 1 orang
merupakan lulusan SMP dan 2 orang merupakan lulusan SD. Dapat disimpulkan dari

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-189
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

profil pemilik biogas rata-rata adalah penduduk yang memiliki kondisi ekonomi yang
baik dan cukup beRp endidikan di desa.
Dari semua responden yang diteliti, 4 responden (3 beRp rofesi sebagai tani
ternak dan 1 pensiunan PNS) membuat biogas setelah mendapat bantuan untuk
pembangunannya, sedangkan 2 responden (tani ternak dan wirausaha) membuat biogas
secara mandiri. Semua responden memiliki kesamaan ukuran biodegester yakni digester
berukuran 3-4 m3 dengan biaya pembuatan sekitar 4 juta rupiah.
Diketahui bahwa 4 responden mendapatkan informasi dan bantuan untuk
membuat biogas. 2 responden mendapat bantuan dari Kementerian ESDM, sedangkan 2
responden lainnya mendapat bantuan dari Fakultas peternakan Universitas Brawijaya.
Dari 4 responden tersebut menyatakan biogas dapat menggantikan pengeluaran untuk gas
elpiji hingga Rp 60.000 tiap bulannya, sedangkan 2 orang yang memiliki biogas buatan
sendiri menyatakan biogas hanya menghemat Rp 0 – Rp 29.900. Mereka mendapat
informasi mengenai biogas dari pemerintah, salah satunya menyebutkan bahwa ada
penyuluhan desa mengenai biogas pada tahun 2010, namun banyak warga yang tidak mau
dikarenakan warga merasa repot, perlu biaya dan dianggap berbau tak sedap.Saluran
pembuangan kotoran sapi yang menuju digester biogas terdapat pada Gambar 2.94.

Gambar 2. 87 Saluran Pembuangan Kotoran Sapi


Sumber: Hasil Survei (2014)
Kondisi dari biogas yang saat ini ada di Desa Bambang masih kurang baik. Rata-
rata penggunanya mengeluh biogas sering macet sehingga mereka terkadang harus
berganti dari biogas ke LPG hingga biodegesternya selesai diperbaiki. Kesulitan yang
dirasakan dalam pengelolaan biogas menurut responden adalah dikarenakan kurangnya
tenaga ahli dan kurangnya sosialisasi mengenai penggunaan biogas.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-190
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Dilihat dari pembiayaan biogas eksisting berukuran 3-4 m3 adalah 4 juta rupiah,
maka apabila dilakukan pembuatan biodigester secara komunal berukuran 18 m3 dengan
konstruksi beton, dan potensi pasir dan batu bata yang berasal dari Desa Bambang dan
tanpa membeli, ditambahkan dengan tenaga kerja dari swadaya serta sudah adanya warga
yang tahu cara pembuatan biodigester. Maka diperkirakan dana yang dibutuhkan untuk
membuat biodigester 18 m3 adalah di kisaran 12-15 juta. Kondisi biodigester yang ada di
Desa Bambang terdapat pada Gambar 2.95.

Gambar 2. 88 Digester di Desa Bambang


Sumber: Hasil Survei (2014)

18 m3 digester memerlukan kotoran dari 10-12 ekor sapi dan menghasilkan 6 m3


biogas tiap harinya (Pujianto, 2009). Rata-rata penggunaan gas LPG adalah 3 kg gas LPG
untuk 14 hari (2 minggu) maka per hari dibutuhkan 0,214 kg gas LPG. 1 m3 biogas apabila
dikonversi ke gas LPG adalah 0,49 kg LPG (Farida Sukmawati, 2010). Apabila 18 m 3
digester menghasilkan 6 m3 biogas per hari atau setara dengan 2,76 kg LPG per hari maka
digester tersebut mampu memenuhi kebutuhan hingga 12 rumah.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-191
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 52 Peta Eksisting Pengguna Biogas Blad A

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-192
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 2. 53 Peta Eksisting Pengguna Biogas Blad B

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-193
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

D. Keinginan dan Alasan Masyarakat Desa Bambang untuk menggunakan


Biogas
Salah satu cara untuk mengetahui kesiapan warga Desa Bambang untuk beralih
menggunakan biogas dalam pengembangkan Desa Bambang menjadi Desa Mandiri
Energi berbasis Biogas , yaitu dengan cara melakukan wawancara dan dengan
menggunakan kuisioner. Penentuan responden dilakukan dengan cara sample secara
acak. Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sample yang ada di Desa
Bambang adalah dengan menggunakan metode sampling Sloving. Yakni dengan rumus:
n= N/1+Ne2
n = jumlah sample
N = jumlah populasi
e =kesalahan pengambilan sample yang dapat ditolerir
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah KK dikarenakan peneliti
mengasumsikan bahwa 1 KK memiliki 1 rumah. Dengan menggunakan metode sloving,
maka dari 1148 KK yang ada di Desa Bambang dan tingkat kesalahan sebesar 10 %, maka
jumlah sample yang ada di Desa Bambang adalah 92 KK. 92 KK bermakna 92 rumah
yang dijadikan sample.
Sample 92 rumah tersebut apabila diberikan proporsi berdasarkan dusun, dengan
presentase persil di Dusun Bendo, Krajan, dan Pandanrejo adalah 17%, 51,4% dan 31,6%
maka jumlah sample dimasing-masing dusun tersebut adalah 16 sample di Dusun Bendo,
47 di Dusun Krajan dan 29 di Dusun Pandanrejo. Berdasarkan AWP yang telah
dilakukan, didapatkan data kesiapan masyarakat untuk pengembangan DME dari segi
pendapatan atau kesiapan masyarakat dalam hal pendanaan yang terdapat pada Tabel
2.50
Tabel 2. 50 Profil Responden AWP Masyarakat Desa Bambang
Variabel/Jenis
A B C D E
Pekerjaan
Petani- PNS Wirausaha Petani Lainnya
Pekerjaan peternak
48 1 4 20 19
Dibawah Rp Rp 600.000 – Rp 1.200.000 – Rp 1.800.000– Diatas Rp
Pendapatan 600.000 Rp 1.190.000 Rp 1.790.000 Rp 2.390.000 2.400.000
37 40 7 0 8
Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
Jumlah anggota
Keluarga 2 Keluarga 3 Keluarga 4 Keluarga 5 Keluarga >5
keluarga
14 23 28 19 8

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-194
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Jumlah Dibawah Rp Rp 600.000 – Rp 1.200.000 – Rp 1.800.000– Diatas Rp


pengeluaran 600.000 Rp 1.190.000 Rp 1.790.000 Rp 2.390.000 2.400.000
keluarga 46 34 8 1 3
Jumlah Rp 11.000 – Rp Rp 20.100 – Rp Rp 30.100 – Rp Diatas Rp
pengeluaran listrik Dibawah 11.000 20.000 30.000 40.000 40.000
per bulan 6 21 42 8 15
Jumlah Dibawah Rp Rp 30.000 – Rp Rp 60.100 – Rp Rp 90.100 – Rp Diatas Rp
pengeluaran untuk 30.000 60.000 90.000 120.000 120.000
LPG 44 42 5 1 0
Minyak Tanah Kayu Bakar Gas LPG Biogas Lainya
Bahan Bakar yang
digunakan untuk
memasak sekarang
9 46 35 1 1
Sumber: Hasil Survei (2014)

Diketahui bahwa jumlah responden yang diwawancarai untuk AWP sejumlah 92


responden, dari 92 responden rata-rata memiliki pekerjaan sebagai petani sekaligus
peternak sebanyak 48 orang, pekerjaan sebagai petani saja sebanyak 20 orang, PNS
sebanyak 1 orang, Wirausaha sebanyak 4 orang dan pekerjaan lain sebanyak 19 orang.
Berbagai macam pekerjaan tersebut sebanyak 37 responden memiliki penghasilan
dibawah Rp 600.000, 40 responden memiliki penghasilan per bulan sebesar Rp 600.000
- Rp 1.200.000, 7 responden memiliki penghasilan sebesar Rp 1.200.000 – Rp 1.700.000,
sedangkan 8 responden sisanya memiliki penghasilan diatas 2,4 juta rupiah. Berdasarkan
hasil tersebut dapat diketahui warga Desa Bambang memiliki penghasilan rata-rata
sebesar Rp 900.000.
Rata-rata jumlah anggota keluarga di Desa Bambang adalah sebanyak 4 orang
dengan 28 responden, 3 orang dengan 23 responden, 5 orang dengan 19 responden, 2
orang dengan 14 responden dan lebih dari 5 orang dengan 8 responden. Pengeluaran
keluarga dalam 1 bulan bermacam-macam, 46 responden memiliki pengeluaran dibawah
Rp 600.000 per bulan, 34 responden memiliki pengeluaran diantara Rp 600.000 - Rp
1.200.000, 8 responden dengan Rp 1.200.000 – Rp 1.800.000, 1 responden Rp 1.800.000
– Rp 2.400.000 dan terakhir 3 responden memiliki pengeluaran diatas 2,4 juta rupiah.
Penggunaan bahan bakar yang sering dipakai di Desa Bambang berdasarkan hasil
survei adalah kayu bakar sebanyak 46 responden serta gas LPG sebanyak 35 responden.
Rata-rata pengeluaran untuk bahan bakar kayu bakar ataupun LPG tersebut dibawah Rp
30.000 sebanyak 44 responden dan antara Rp 30.000 – Rp 60.000 sebanyak 42 responden.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-195
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Banyak warga yang juga menyatakan bahwa sekalipun memiliki LPG penggunaan LPG
tersebut seringkali diganti dengan kayu bakar yang gratis untuk menghemat biaya.
Berdasarkan hasil AWP, selain mengetahui kesiapan masyarakat dalam hal dana,
didapatkan data berupa keinginan serta alasan-alasan masyarakat untuk menggunakan
biogas. Data tersebut terdapat pada Tabel 6.51.
Tabel 2. 51 Keinginan dan Alasan Masyarakat Desa Bambang untuk Menggunakan Biogas
A B C D E
Tidak Memiliki 1-3 ekor sapi 4-6 ekor sapi 7-9 ekor sapi >10 ekor sapi
Jumlah Sapi
sapi
yang dimiliki
40 40 11 0 1
Apakah sudah Sudah Belum
menggunakan
Biogas 91 1
Apakah Ingin Tidak ingin Ingin
menggunakan
Biogas 51 41
Jika Ingin apa Tidak punya Minim Minim Dana Kurang Lahan Minim
yang jadi sapi pengetahuan sosialisasi
penghambat 12 23 6 4 6
Jika tidak ingin Lebih murah Takut berbau Lebih praktis Perawatannya Lainnya...
beralih ke kayu bakar LPG sulit
biogas, kenapa 22 4 9 3 3
Berapa Dibawah atau Rp 100.100 – Rp 150.100 – Rp 200.000 – Rp Diatas Rp
kemauan untuk sama dengan Rp Rp 150.000 Rp 200.000 250.000 250.000
membayar 100.000
instalasi Biogas 35 11 2 1 2
Berapa Dibawah atau Rp 10.100 – Rp Rp 15.100 – Rp Rp 20.100 – Rp Diatas Rp
kemauan untuk sama dengan Rp 15.000 20.000 25.000 25.000
membayar 10.000
iuran bulanan 28 18 3 1 1
biogas
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-196
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

2.1.10 Potensi dan Masalah


Berdasarkan hasil survei potensi dan masalah yang terdapat di Desa Bambang
terdapat pada Tabel 2.52.
Tabel 2. 52 Potensi dan Masalah di Desa Bambang
No. Sektor/Bidang Potensi Masalah
1 Guna lahan  Kondisi topografi yang miring  Kondisi topografi yang miring
menyebabkan Desa Bamabng dan kondisi tanyah yang beRp
terhindar dari bencana banjir asir menyebabkan Desa
 Terdapatnya lahan milik Bambang rentan terhadap
perhutani yang dapat bencana tanah longsor
dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai tempat melakukan
kegiatan pertanian
2 Permukiman  Terdapat pola permukiman  Masih terdapat kondisi
yang linier sehingga setiap perumahan yang memiliki
persil mendapatkan akses yang konstruksi semi permanen
mudah sebanyak 454 unit rumah dan
non permanen sebanyak 87
unit rumah
 Tidak semua kawasan
permukiman memiliki sarana
dan prasarana yang lengkap
 Adanya permukiman yang
polanya tersebar sehingga
kesulitan untuk
menjangkaunya dan jauh dari
jangkauan pelayanan
(permukiman Sumber Piji,
Kramat dan Komplangn)
 Kondisi perumahan yang
menyatu dengan kandang
ternak
3 Sarana
Sarana Pemerintah dan Pelayanan Umum
-  Kondisi MCK yang tidak
layak atau kotor
 Fungsi dari POS IB tidak
berjalan dengan baik
dikarenakan kurangnya tenaga
ahli
Sarana Pendidikan
-  Belum terdapat sarana
pendidikan SMA sehingga
untuk mengaksesnya
masyarakat Desa Bambang
harus menempuh akses yang
lebih jauh yaitu menuju ke
Desa Bringin
 Kurangnya tenaga pengajar
 Kurangnya keterampilan dan
pengetahuan warga yang

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-197
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

No. Sektor/Bidang Potensi Masalah


diakibatkan oleh kurangnya
minat untuk sekolah
Sarana Kesehatan
 Sistem pelaksanaan posyandu  Belum adanya posyandu untuk
bergilir di setiap dusun lansia
sehingga pelayanan kesehatan  Bangunan posyandu masih
untuk balita menjadi terjamin bergabung dengan rumah-
rumah warga
Saranan Kebudayaan dan Rekreasi
 Terdapat wisata sejarah Stio-  Kondisi jalan yang buruk
Setuhu menjadi salah satu
penghambat pengembagan
situs sejarah Stio-Setuhu
sebagai kawasan wisata
Sarana Keamanan
-  Sarana kemanan yang tidak
difungsikan dengan baik
Industri dan Pergudangan
 Terdapatnya industri keju yang
dapat menyediakan lapangan
pekerjaan
 Terdapat gudang kayu dan
pasir yang dapat menunjang
kegiatan penambangan pasir
dan pertanian berupa kayu
sengon
4 Prasarana
Jalan
 Jalan aspal dibangun pada  Kondisi jalan yang rusak di
jalan utama desa sehingga jalan selain jalan utama
mempermudah pergerakan (tanah, beRp asir dan
desa makadam)
 Kurangnya PJU
Drainase
-  Kondisi drainase masih
tanah/alami
 Banyak timbunan tanah,
sampah dan tumbuhan yang
menghalangi aliran air
Air Bersih
 Desa Bambang memiliki  Kurangnya pipa air untuk
sumber mata air sendiri mendistribusikan air bersih
 Distribusi air yang tidak
merata dikarenakan
ketersediaan air pada musim
kemarau berkurang

Sampah dan sanitasi


-  Belum terdapat pengelolaan
sampah yang baik, sampah
hanya dibakar dan dibuang ke
ladang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-198
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

No. Sektor/Bidang Potensi Masalah


 Terdapat masyarakat yang
tidak memiliki septictank
5 Pertanian
 Lahan perhutani yang terdapat  Tidak terdapatnya pengolahan
di desa dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk hasil sektor
oleh masyarakat dengan syarat yang ada
tidak mengganggu atau  Adanya hama yang merusak
merusak tanaman milik tanaman
perhutani  Desa belum memiliki koperasi
 Terdapat berbagai macam hasil untuk mengelola hasil sektor
pertanian yaitu tebu, jagung, sendiri
cabe (rawin dan besar), kacang  Harga jual yang murah
(kacang tanah dan panjang) diakibatkan musim panen
dan pohon sengon yang sama
 Pemerintah banyak
mengimpor bahan pokok
(gula) sehingga menyebabkan
harga jual tebu lokal rendah
 Kesulitan petani untuk
mendapatkan bantuan pupuk
dan bibit
6 Peternakan
 Memiliki jumlah sapi yang  Belum termanfaatkannya
banyak yaitu 1748 ekor kotoran ternak secara
dengan rincian sapi perah maksimal
sebanyak 797 ekor dan sapi  Belum adanya lembaga desa
potong sebanyak 987 ekor. yang mengelola biogas
 Peternakan yang dapat  Di Desa Bambang terdapat
memberikan hasil hewani sistem blantik yang dapat
berupa daging dan susu murni menyebabkan jumlah sapi
 Terdapat orang yang menjadi tidak stabil sehingga
mengakomodir langsung hasil dapat menghambat
susu sapi dari masyarakat pengembangan biogas di Desa
 Kotoran ternak yang Bambang
dihasilkan oleh sapi dapat  Kondisi kandang yang kotor
dimanfaatkan atau diolah
menjadi pupuk kandang yang
mempunyai kualitas baik
 Terdapat 2 orang masyarakat
yang telah memasang instalasi
biogas (digester) secara
mandiri, serta terdapat 5 titik
instalasi biogas dari
pemerintah dan swasta
 Adanya hewan ternak berupa
sapi dapat memberikan
pekerjaan bagi orang yang
tidak memiliki pekerjaan
dengan cara merawat ternak
orang lain dengan sistem bgi
hasil.
7 Penambangan Pasir

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-199
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

No. Sektor/Bidang Potensi Masalah


 Memberikan lapangan  Penambangan pasir ilegal
pekerjaan bagi masyarakat yang dilakukan oleh
desa sehingga menambah masyarakat
penghasilan masyarakat  Kerusakan lingkungan
 Adanya pasir dapat
dimanfaatkan untuk
membangun rumah warga
sehingga tidak perlu membeli
dari luar
8 Sosial  Kurangnya lapangan
pekerjaan bagi para wanita
 Kenakalan anak dan
kurangnya minat belajar anak
karena disebabkan oleh
kurangnya perhatian dari
orang tua yang menyebabkan
pendidikan anak terlupakan
 Keamanan desa kurang
 Kesadaran keagamaan warga
masih kurang
Sumber: Hasil Survei (2014)

2.1.11 Kebijakan Terkait


Kebijakan terkait merupakan suatu acuan kebijakan yang sudah pernah disusun
oleh pemerintah daerah atau kota maupun pemerintah desa. Kebijakan tersebut dijadikan
sebuah panduan untuk menyusun dan perencanaan dokumen tata ruang suatu kawasan
atau wilayah dan kesesuaian tata ruang selanjutnya untuk menjadi lebih bersifat dinamis
mengikuti perkembangan fisik maupun nonfisik dari suatu kawasan mapun wilayah.
Kebijakan terkait terdapat 2 macam yaitu kebijakan internal dan kebijakan eksternal.
A. Kebijakan Eksternal
Kebijakan eksternal merupakan suatu kebijakan pengembangan suatu wilayah
yang terkait dengan undang-undang atau peraturan resmi suatu wilayah dalam skala kota
maupun kabupaten. Adapun kebijakan internal yang terkait dari Desa Bambang adalah
kebijakan RTRW Kabupaten Malang, khususnya pada paragraf 2 pasal 7 tentang
Kebijakan dan Strategi Penetapan Struktur Ruang Wilayah. Kebijakan dan strategi
penetapan struktur ruang wilayah daerah memuat:
1. Kebijakan dan strategi sistem perdesaan;
2. Kebijakan dan strategi sistem perkotaan;
3. Kebijakan dan strategi penetapan fungsi kawasan perdesaan dan kawasan
perkotaan; serta
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-200
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

4. Kebijakan dan strategi pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah.


Kemudian dalam pasal 8 termuat suatu penjelasan tentang Kebijakan dan Strategi
Sistem Perdesaan sebagaimana termuat dalam pasal 7. Kebijakan dan strategi sistem
perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a memuat:
1. Pengembangan kawasan perdesaan sesuai potensi masing-masing kawasan yang
dihubungkan dengan pusat kegiatan pada setiap kawasan perdesaan, dengan
strategi sebagai berikut:
a. Pengembangan kawasan perdesaan berbasis hasil perkebunan pada wilayah
Malang Selatan;
b. Peningkatan pertanian berbasis hortikultura pada wilayah Malang Barat dan
Timur; serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
c. Pengembangan pusat pengolahan dan hasil pertanian termasuk lumbung
modern pada pusat produksi di kawasan perdesaan.
2. Pengembangan kawasan agropolitan untuk mendorong pertumbuhan kawasan
perdesaan di Wilayah Malang Timur dan Malang Barat, dengan strategi sebagai
berikut:
a. Peningkatan produksi, pengolahan dan pemasaran produk pertanian unggulan
sebagai satu kesatuan sistem;
b. Pengembangan infrastruktur penunjang agropolitan; serta
c. Pengembangan kelembagaan penunjang agropolitan.
3. Pengembangan pusat desa mulai dari tingkat dusun sampai pusat desa secara
berhierarki, dengan strategi sebagai berikut:
a. Pembentukan pusat pelayanan permukiman perdesaan pada tingkat dusun
terutama pada permukiman perdesaan yang berbentuk cluster;
b. Pengembangan pusat kawasan perdesaan secara mandiri;
c. Pengembangan kawasan perdesaan potensial secara ekonomi melalui Pusat
Pelayanan Lingkungan; serta
d. Meningkatkan interaksi antara pusat kegiatan perdesaan dan perkotaan secara
berjenjang.
Kebijakan dan strategi penetapan fungsi kawasan perdesaan dan kawasan
perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c, memuat:

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-201
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

1. Penetapan kawasan perdesaan, yang meliputi:


a. Pengembangan produk unggulan perdesaan, dengan strategi sebagai berikut:
1) Pada kawasan perdesaan yang beRp otensi sebagai pusat sentra produksi
dilengkapi dengan lumbung desa modern;
2) Pengembangan fungsi kawasan perdesaan sesuai potensi wilayah, yakni
perdesaan terletak di kawasan pegunungan untuk hutan lindung, hutan
produksi, perkebunan dan hortikultura, perdesaan di dataran rendah untuk
pertanian pangan, dan perdesaan pesisir pengembangan perikanan;
3) Peningkatan nilai tambah produk pertanian dengan pengolahan hasil;
4) Mendorong ekspor hasil pertanian unggulan daerah; serta
5) Pengembangan fasilitas sentra produksi-pemasaran pada pusat kegiatan
ekonomi di Mantung - Pujon.
b. Penetapan kawasan lahan pertanian pangan, dengan strategi sebagai berikut:
1) Peningkatan sarana dan prasarana pertanian untuk meningkatkan nilai
produktivitas pertanian;
2) Pemberian insentif pada lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan pangan
berkelanjutan; serta
3) Pengendalian secara ketat kawasan yang telah ditetapkan sebagai lahan
pangan berkelanjutan.
c. Pengembangan sistem agropolitan pada kawasan potensial, dengan strategi
sebagai berikut:
1) Pengembangan produk unggulan disertai pengolahan dan perluasan
jaringan pemasaran;
2) Menetapkan prioritas pengembangan kawasan agropolitan dengan
mengarahkan pada Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang, Kecamatan
Poncokusumo, dan Kecamatan Sumbermanjing Wetan;
3) Peningkatan kemampuan permodalan melalui kerjasama dengan swasta
dan pemerintah; serta
4) Pengembangan sistem informasi dan teknologi pertanian.
Pada RTRW Kabupaten Malang juga termuat rencana struktur ruang wilayah pada
bab 3 bagian ketiga tentang sistem perdesaan yaitu :

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-202
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

1. Sistem perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dilakukan dengan


membentuk pusat pelayanan desa secara berhirarki.
2. Pengembangan Kawasan Perdesaan meliputi: Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Malang
a. Pengembangan perdesaan berbasis potensi dasar yang dimiliki;
b. Pengembangan perdesaan sebagai kawasan pengembangan agropolitan di
wilayah Malang Timur dan Malang Barat; serta
c. Pengembangan pusat desa mulai dari tingkat dusun sampai pusat desa secara
berhirarki.
3. Sistem perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan
pelayanan perdesaan secara berhirarki, meliputi:
a. Pusat pelayanan antar desa;
b. Pusat pelayanan setiap desa; serta
c. Pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman.
4. Pusat pelayanan perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara berhirarki
memiliki hubungan dengan:
a. Pusat pelayanan wilayah kecamatan sebagai kawasan perkotaan terdekat;
b. Perkotaan sebagai pusat pelayanan Wilayah Pengembangan; serta
c. Ibukota daerah masing-masing.
B. Kebijakan Internal
Kebijakan internal merupakan acuan tata ruang yang mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RP JMD) Tahun 2010 sampai Tahun 2014.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa ini merupakan suatu dokumen rencana
strategis/jangka menengah desa yang ditetapkan dengan suatu peraturan desa. RP JM ini
disusun melalui forum musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang). RP JM ini
dibuat agar menjadi pedoman dalam melakukan kegiatan pembangunan desa. Adapun
manfaat dari RP JM desa antara lain:
1. Lebih menjamin kesinambungan pembangunan
2. Sebagai rencana induk pembangunan desa yang merupakan acuan pembangunan
desa
3. Pemberi arah seluruh kegiatan pembangunan di desa

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-203
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Kebijakan internal yang menyangkut Desa Bambang sebagai dasaran


pembangunan Desa Bambang ialah:
a. Arah Kebijakan Pembangunan Desa
Pembangunan Desa Bambang untuk lima tahun kedepan dititikberatkan dari
prioritas kebutuhan masyarakat yang telah dilakukan mulai dari penggalian
gagasan yang di prioritaskan berdasarkan musyawarah perencanaan
pembangunan desa (Musrenbangdes). Selain itu mengacu dengan dokumen RP
JM desa sebelumnnya.
b. Potensi Dan Masalah
Potensi yang terdapat di Desa Bambang dilihat dari sumber daya alam dan sumber
daya manusia, seperti peternakan, pertanian, pertambangan, dan lain lain.
Sedangkan masalah yang terdapat di Desa Bambang yaitu pengangguran,
aksesibilitas, dan lain lain.
c. Program Pembangunan Desa
Program - program yang diprioritaskan di Desa Bambang menurut RP JM ialah
program yang berdasarkan peningkatan perekonomian dengan memperbaiki pola
tanam pertanian, mengatasi kelangkaan pupuk, penambahan modal usaha, dan
mengoptimalkan sumber daya alam yang ada, serta peningkatan tingkat kesehatan
masyarakat.
d. Strategi Pencapaian
Dalam perencanaan suatu pembangunan membutuhkan suatu perencanaan yang
matang dengan menggunakan strategi yang bisa dikembangkan ke arah
pembangunan yang lebih baik terutama mengenai pembangunan kepribadian
masyarakat yang masih rendah akan pentingnya pembangunan di desa.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-204
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

BAB III
FAKTA ANALISIS

3.1 Analisis Kependudukan


Analisis kependudukan di Desa Bambang, Kecamatan Wajak membahas
mengenai pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk.
3.1.1 Proyeksi Penduduk
Pertumbuhan penduduk suatu daerah sangat mempengaruhi dalam perencanaan
pembangunan yang akan dilakukan di daerah tersebut, oleh karena itu dibutuhkan
proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk ialah gambaran pertumbuhan penduduk Desa
Bambang untuk tahun-tahun yang akan datang. Proyeksi penduduk sangat berguna dalam
menentukan rencana pembangunan yang akan datang sesuai dengan kebutuhan dan
pertumbuhan penduduk agar perencanaan yang dilakukan dapat berjalan secara efektif
dan efisien. Perhitungan untuk proyeksi penduduk dapat menggunakan data jumlah
penduduk selama 5 tahun terakhir yakni dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.
Berikut tabel pertumbuhan penduduk Desa Bambang, Kecamatan Wajak dari tahun 2009
sampai 2013
Tabel 3. 1 Pertumbuhan Penduduk Desa Bambang
Tahun Jumlah
2009 3847
2010 3867
2011 3878
2012 3897
2013 3916
Total 41063
Sumber: Kecamatan Wajak Dalam Angka (2013)

Berdasarkan Tabel 3.1 dapat diketahui tren pertumbuhan penduduk di Desa


Bambang yang selalu mengalami penambahan jumlah penduduk tiap tahunnya, mulai
dari tahun 2009 dengan jumlah penduduk sebesar 3.847 jiwa. Selama empat tahun
berikutnya selalu mengalami peningkatan jumlah penduduk sampai tahun 2013 yang
mencapai 3.916 jiwa. Adapun tren peningkatan jumlah penduduk digambarkan seperti
Gambar 3.1

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-205
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Pertumbuhan Penduduk
Desa Bambang
3950
3916
3900 3897
3878
3867
3850 3847

3800
2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah Penduduk
Gambar 3.1 Pertumbuhan Penduduk Desa Bambang
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Gambar 3.1 menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di Desa Bambang


mengalami kenaikan, hal ini disebabkan banyaknya kelahiran dan migrasi dibandingkan
kematian penduduk. Pertumbuhan penduduk yang mengalami kenaikan secara stagnan
dapat dianalisis menggunakan proyeksi penduduk secara eksponensial. Perhitungan
proyeksi penduduk secara eksponensial menggunakan rata-rata rasio pertumbuhan
penduduk tiap tahun. Rasio pertumbuhan penduduk tiap tahun dapat dicari dengan rumus:

Keterangan:
r : Rasio Pertambahan jumlah penduduk
Po : Jumlah Penduduk tahun dasar
Pi : Jumlah Penduduk tahun ke-n
Dari rumus tersebut maka diperoleh perhitungan laju rata-rata penduduk Desa
Bambang sebagai berikut.
3867 − 3847
𝑟1 = 𝑥 100% = 0,52%
3847
3878 − 3867
𝑟2 = 𝑥 100% = 0,28%
3867
3897 − 3878
𝑟3 = 𝑥 100% = 0,49%
3878

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-206
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3916 − 3897
𝑟4 = 𝑥 100% = 0,49%
3897
Diperoleh laju rata-rata pertumbuhan penduduk sebagai berikut.
0,52 + 0,28 + 0,49 + 0,49
𝑟𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 0,44%
4
Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh rasio rata-rata pertumbuhan penduduk
sebesar 0,44 % hal ini berarti pertumbuhan penduduk Desa Bambang tiap tahunnya
sebesar 0,44%. Perhitungan rasio ini juga dapat digunakan dalam mencari proyeksi
penduduk untuk 20 tahun mendatang dengan menggunakan rumus metode eksponensial
sebagai berikut

Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk tahun proyeksi
Po = Jumlah penduduk tahun awal
r = Laju rata-rata pertumbuhan penduduk
n = Selisih tahun proyeksi dengan tahun awal
Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk dalam kurun waktu 20 tahun
mendatang yaitu tahun 2014-2034 dengan menggunakan metode perhitungan
eksponensial, maka diperoleh hasil perhitungan pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3. 2 Proyeksi Jumlah Penduduk Desa Bambang
Jumlah Penduduk
Tahun
(Jiwa)
2014 3933
2015 3951
2016 3969
2017 3989
2018 4004
2019 4022
2020 4040
2021 4058
2022 4076
2023 4094
2024 4112
2025 4131
2026 4149
2027 4167
2028 4186
2029 4205
2030 4223
2031 4242

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-207
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Jumlah Penduduk
Tahun
(Jiwa)
2032 4261
2033 4280
2034 4299
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan data jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di atas, maka


dapat diketahui tren proyeksi jumlah penduduk Desa Bambang mulai tahun 2014 sampai
dengan tahun 2034. Adapun data proyeksi jumlah penduduk Desa Bambang seperti pada
Gambar 3.2.

Proyeksi Jumlah Penduduk


4400
Desa Bambang
4300 4299
4200 4205
4100 4112
4000 4022
3933
3900
3800
3700
2014 2019 2024 2029 2034
Jumlah Penduduk

Gambar 3.2 Proyeksi Jumlah Penduduk Desa Bambang


Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi penduduk, maka dapat disimpulkan


bahwa proyeksi penduduk Desa Bambang selalu mengalami peningkatan dari tahun 2014
sampai dengan tahun 2034. Hal ini sangat memungkinkan terjadi karena kondisi Desa
Bambang yang masih tersedia lahan untuk tempat tinggal penduduk seiring dengan
penambahan penduduk yang terjadi. Melihat hal tersebut adanya penambahan penduduk
adalah sesuatu yang wajar terjadi.
Tiga dusun yang ada di Desa Bambang juga dilakukan proyeksi penduduk per
dusun untuk jangka waktu 20 tahun ke depan. Perhitungan proyeksi penduduk per dusun
di Desa Bambang dilakukan dengan menggunakan data proyeksi per lima tahun, yakni
pada tahun 2014, 2019, 2024, 2029 dan tahun 2034. Hasil perhitungan proyeksi penduduk
yang dilakukan per dusun seperti pada Tabel 3.3 berikut.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-208
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 1 Proyeksi Jumlah Penduduk Per Dusun Desa Bambang


Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Proyeksi (Jiwa)
Dusun
Tahun 2013 (Jiwa) 2014 2019 2024 2029 2034
Bendo 654 657 672 687 702 718
Krajan 2047 2056 2102 2150 2198 2247
Pandanrejo 1215 1220 1248 1276 1305 1334
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan Tabel 3.3 jumlah penduduk tertinggi di Desa Bambang terdapat pada
Dusun Krajan dengan jumlah penduduk sebesar 2.247 jiwa pada tahun 2034. Sedangkan
untuk jumlah penduduk terendah terdapat pada Dusun Bendo dengan jumlah penduduk
sebesar 718 jiwa pada tahun 2034. Kemudian jumlah penduduk Dusun Pandanrejo pada
tahun 2034 sebesar 1.334 jiwa.

Proyeksi Penduduk Dusun


2500

2198 2247
2102 2150
2000 2056

1500
1276 1305 1334
1220 1248
1000

657 672 687 702 718


500

0
2014 2019 2024 2029 2034

Bendo Krajan Pandanrejo

Gambar 3.3 Proyeksi Jumlah Penduduk Perdusun


Sumber: Hasil Analisis (2014)

3.1.2 Kepadatan Penduduk


Analisis kepadatan penduduk merupakan analisis yang berisi mengenai kepadatan
proyeksi penduduk Desa Bambang, Kecamatan Wajak dalam jangka waktu 20 tahun
kedepan. Untuk mengetahui kepadatan penduduk suatu daerah, dapat dihitung dengan
menggunakan rumus jumlah penduduk dibagi dengan luas wilayah daerah tersebut.
Perhitungan proyeksi kepadatan penduduk ini dilakukan menggunakan data proyeksi
penduduk tahun 2014, 2019, 2024, 2029, dan tahun 2034.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-209
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 2 Proyeksi Kepadatan Penduduk Desa Bambang


Jumlah
Tahun Proyeksi Luas Wilayah Desa Proyeksi Kepadatan
Penduduk
Penduduk Bambang (Ha) Penduduk (Jiwa/Ha)
Proyeksi
2014 3933 2
2019 4022 2
2024 4112 2342,8 2
2029 4205 2
2034 4299 2
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan Tabel 3.4 kepadatan penduduk Desa Bambang dari tahun ke tahun
relatif memiliki kepadatan penduduk yang rendah yakni dengan kepadatan 2 jiwa/Ha. Hal
ini dikarenakan masih luasnya lahan tak terbangun di Desa Bambang, Kecamatan Wajak
dan ditambah dengan pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun yang tidak terlalu tinggi
sehingga mengakibatkan kepadatan penduduk di Desa Bambang di golongkan menjadi
kepadatan yang sangat rendah. Rendahnya tingkat kepadatan penduduk dapat
mengjndikasikan bahwa Desa Bambang memiliki potensi dalam menjaga daerah hijau di
Desa Bambang, Kecamatan Wajak.
Tiga dusun di Desa Bambang juga dilakukan analisis kepadatan penduduk per
dusun untuk jangka waktu 20 tahun ke depan. Perhitungan kepadatanproyeksi penduduk
per dusun di Desa Bambang dilakukan dengan menggunakan data kepadatan proyeksi per
lima tahun, yakni pada tahun 2014, 2019, 2024, 2029 dan tahun 2034. Hasil kepadatan
proyeksi penduduk yang dilakukan per dusun seperti pada Tabel 3.5 berikut.
Tabel 3. 3 Kepadatan Penduduk Desa Bambang Tahun 2014-2034
Luas Jumlah Kepadatan Penduduk
Dusun Wilayah Penduduk (Jiwa/Ha)
(Ha) 2014 2019 2024 2029 2034 2014 2019 2024 2029 2034
Bendo 293.52 657 672 687 702 718 2 2 2 2 2
Krajan 554.03 2056 2102 2150 2198 2247 4 4 4 4 4
Pandanrejo 1495.35 1220 1248 1276 1305 1334 1 1 1 1 1
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan Tabel 3.5 pada tiga dusun di Desa Bambang memiliki kepadatan
yang tergolong rendah. Hal ini dikarenakan masih banyaknya lahan yang tidak terbangun
yang mencapai 97% dari luas Desa Bambang. Di tambah dengan pertumbuhan penduduk
yang relatif kecil dari tahun ke tahun memberikan dampak kepadatan penduduk yang
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyaknya lahan yang dapat direncanakan
untuk memajukan perkembangan Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-210
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 3. 1 Peta Kepadatan dan Proyeksi Penduduk

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-211
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3.2 Analisis Kemampuan Lahan


Analisis kemampuan lahan merupakan analisis tentang kelas kemampuan suatu
lahan yang digunakan untuk mengetahui kemampuan lahan yang ada di Desa Bambang.
Kemampuan lahan adalah kemampuan suatu lahan untuk digunakan secara intensif yang
terdiri dari tindakan pengelolaannya tanpa menyebabkan tanah asal menjadi rusak dalam
tindakan tersebut. Menurut Notohadiprawiro (1991), kemampuan lahan menyiratkan
daya dukung lahan. Standar atau ketentuan yang digunakan untuk menentukan fungsi
kawasan dalam kaitannya kemampuan suatu lahan di Desa Bambang yang digunakan
adalah Peraturan Menteri PU No. 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis
Kawasan Budidaya dan SK Menteri Pertanian No. 837 Tahun 1980 tentang Kriteria
Penetapan Lahan. Terdapat tiga faktor dalam menentukan kelas kemampuan suatu lahan
yang ada, yaitu:
1. Kelas Lereng
2. Kelas Jenis Tanah
3. Kelas Intensitas Hujan
Berdasarkan ketiga faktor tersebut, dapat diklasifikasikan dan skoring secara
berturut-turut pada Tabel 3.3, Tabel 3.4, dan Tabel 3.5.
Tabel 3. 3 Klasifikasi dan Hasil Nilai Faktor Kelas Lereng
Hasil Nilai Skoring
Kelas Lereng Kisaran Lereng (%) Klasifikasi
(Kelas x Bobot)
1 0–8 Datar 20
2 8 – 15 Landai 40
3 15 – 25 Agak Curam 60
4 25 – 45 Curam 80
5 ≥ 45 Sangat Curam 100
Sumber: Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya (2007)

Tabel 3. 4 Klasifikasi dan Hasil Nilai Faktor Kelas Jenis Tanah


Hasil Nilai Skoring
Kelas Tanah Kelompok Jenis Tanah Klasifikasi
(Kelas x Bobot)
Aluvial, Tanah, Glei,
1 Planossol, Hidromorf Tidak Peka 15
Kelabu, Literite Air Tanah
2 Latosol Agak Peka 30
Brown Forest Soil, Non
3 Kurang Peka 45
Calcic
Andosol, Lateristic
4 Peka 60
Gromusol, Podsolik
Regosol, Litosol, Organosol,
5 Sangat Peka 75
Renzine
Sumber: Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya (2007)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-212
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 5 Klasifikasi dan Hasil Nilai Faktor Kelas Intensitas Hujan


Kelas
Kisaran Curah Hujan Hasil Nilai Skoring
Intensitas Klasifikasi
(mm/hari hujan) (Kelas x Bobot)
Hujan
1 0 – 13,6 Sangat Rendah 10
2 13,6 – 20,7 Rendah 20
3 20,7 – 27,7 Sedang 30
4 27,7 – 34,8 Tinggi 40
5 ≥ 34,8 Sangat Tinggi 50
Sumber: Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya (2007)

Setelah menghitung masing-masing skor ketiga faktor tersebut, maka dengan


menjumlahkan skor ketiganya dapat ditetapkan penggunaan lahan pada tiap kawasan
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kawasan Lindung
Kriteria-kriteria suatu kemampuan lahan dengan penggunaan lahan sebagai
kawasan lindung adalah sebagai berikut:
a. Area dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan lahan ≥175.
b. Mempunyai lereng lapang sebesar >45% dengan tanah sangat peka terhadap
erosi, yaitu jenis tanah Regosol, Litosol, Organosol, dan Renzine dengan
tingkat kelerengan >45%.
c. Jalur pengaman aliran sungai/air sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan
sungai/aliran air tersebut.
d. Mempunyai ketinggian 2000 meter diatas permukaan air laut.
e. Memiliki guna keperluan atau kepentingan khusus dan ditetapkan oleh
pemerintah sebagai kawasan lindung.
2. Kawasan Penyangga
Kriteria-kriteria suatu kemampuan lahan dengan penggunaan lahan sebagai
kawasan penyangga adalah sebagai berikut:
a. Area dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan lahannya berkisar antara
124 – 174.
b. Keadaan fisik area memungkinkan untuk dilakukan budidaya secara
ekonomis.
c. Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan
penyangga.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-213
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

d. Tidak merugikan segi-segi ekologi lingkungan.


3. Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
Kriteria-kriteria suatu kemampuan lahan dengan penggunaan lahan sebagai
kawasan budidaya tanaman tahunan adalah sebagai berikut:
a. Area dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan lahannya <124.
b. Tingkat kemiringan lahan sebesar 15-40% serta cocok atau seharusnya
dikembangkan usaha tani tanaman tahunan (kayu-kayuan, tanaman
perkebunan dan tanaman industri).
c. Keadaan fisik area memungkinkan untuk dilakukan budidaya secara
ekonomis.
d. Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan
penyangga.
e. Tidak merugikan segi-segi ekologi lingkungan.
4. Kawasan Budidaya Tanaman Semusim dan Kawasan Permukiman
Kriteria-kriteria suatu kemampuan lahan dengan penggunaan lahan sebagai
kawasan budidaya tanaman semusim adalah sebagai berikut:
a. Area dengan kriteria seperti dalam penetapan kawasan budidaya tanaman
tahunan, akan tetapi area tersebut cocok atau seharusnya dikembangkan usaha
tani tanaman semusim/setahun.
b. Memiliki nilai kemampuan lahan maksimal 124 dan memiliki kemiringan
tidak lebih dari 8%.
c. Kawasan permukiman merupakan area yang memenuhi kriteria budidaya
cocok untuk area permukiman serta mikro mempunyai kelerengan 0-8%.
Berdasarkan kondisi eksisting Desa Bambang, klasifikasi dan skor dari faktor-
faktor kemampuan lahan, maka analisis kemampuan lahan pada wilayah Desa Bambang
ditunjukkan melalui Tabel 3.6 Klasifikasi dan Nilai Skor Kelerengan Desa Bambang,
Tabel 3.7 Klasifikasi dan Nilai Skor Jenis Tanah Desa Bambang, dan Tabel 3.8
Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Intensitas Hujan Desa Bambang secara berturut-turut.
Tabel 3. 6 Klasifikasi dan Nilai Skor Kelerengan Desa Bambang
Dusun Kelas Lereng Kisaran Lereng (%) Klasifikasi Skor
Bendo 1 0–8 Datar 20
2 8 – 15 Landai 40
3 15 – 25 Agak Curam 60

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-214
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Dusun Kelas Lereng Kisaran Lereng (%) Klasifikasi Skor


4 25 – 45 Curam 80
5 ≥ 45 Sangat Curam 100
Krajan 1 0–8 Datar 20
2 8 – 15 Landai 40
3 15 – 25 Agak Curam 60
4 25 – 45 Curam 80
5 ≥ 45 Sangat Curam 100
Pandanrejo 1 0–8 Datar 20
2 8 – 15 Landai 40
3 15 – 25 Agak Curam 60
4 25 – 45 Curam 80
5 ≥ 45 Sangat Curam 100
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 7 Klasifikasi dan Nilai Skor Jenis Tanah Desa Bambang


Dusun Kelas Jenis Tanah Klasifikasi Skor
Bendo 3 Non Calcic Kurang Peka 45
Krajan 3 Non Calcic Kurang Peka 45
Pandanrejo 3 Non Calcic Kurang Peka 45
5 Litosol Sangat Peka 75
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 8 Klasifikasi dan Nilai Skor Intensitas Hujan Desa Bambang


Curah Hujan
Dusun Kelas Klasifikasi Skor
(mm/hari)
Bendo 1 0 – 13,6 Sangat Rendah 10
Krajan 1 0 – 13,6 Sangat Rendah 10
Pandanrejo 1 0 – 13,6 Sangat Rendah 10
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Dari hasil analisis tersebut, maka penetapan fungsi kawasan dilakukan dengan
menjumlahkan nilai skor dari ketiga faktor yang dinilai pada setiap satuan lahan.
Besarnya jumlah nilai total skor dapat dilihat pada Tabel 3.9 Jumlah Nilai Skor
Kemampuan Lahan Untuk Masing-masing Satuan Lahan.
Tabel 3. 9 Jumlah Nilai Skor Kemampuan Lahan Untuk Masing-masing Satuan Lahan
Jumlah Nilai
Dusun Fungsi Kawasan
Skor
Bendo 75 Kawasan Budidaya Tanaman Semusim dan Kawasan
Permukiman
95 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
115 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
135 Kawasan Penyangga
155 Kawasan Penyangga
Krajan 75 Kawasan Budidaya Tanaman Semusim dan Kawasan
Permukiman
95 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
115 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
135 Kawasan Penyangga

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-215
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Jumlah Nilai
Dusun Fungsi Kawasan
Skor
155 Kawasan Penyangga
Pandanrejo 75 Kawasan Budidaya Tanaman Semusim dan Kawasan
Permukiman
95 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
105 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
115 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
125 Kawasan Penyangga
135 Kawasan Penyangga
145 Kawasan Penyangga
155 Kawasan Penyangga
165 Kawasan Penyangga
185 Kawasan Lindung
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3.9 menunjukkan Jumlah Nilai Skor Kemampuan Lahan Untuk Masing-
masing Satuan Lahan, dapat dilihat bahwa peruntukan kawasan yang terdapat di Desa
Bambang terdiri dari kawasan budidaya tanaman semusim dan kawasan permukiman,
kawasan budidaya tanaman tahunan, kawasan penyangga, dan kawasan lindung. Satu-
satunya kawasan lindung yang terletak di Desa Bambang berada di Dusun Pandanrejo,
yang merupakan kawasan Perhutani. Menurut Peraturan Menteri PU No. 41/PRT/M/2007
tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya, yang dimaksud kawasan lindung
adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan
hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumberdaya buatan. Sedangkan kawasan
budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas
dasar kondisi alam dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya
buatan. Kawasan penyangga memiliki definisi yaitu kawasan yang dapat berfungsi
sebagai kawasan lindung dan berfungsi budidaya, terletak diantara kawasan fungsi
lindung dan kawasan fungsi budidaya seperti contohnya hutan produksi terbatas,
perkebunan, kebun campur dan lain-lain.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-216
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 3. 2 Peta Peta Analisis Kemampuan Lahan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-217
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3.3 Analisis Kesesuaian Lahan


Analisis kesesuaian lahan merupakan suatu cara untuk menggambarkan tingkat
kesesuaian atau kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Menentukan
kesesuaian suatu lahan dapat dilakukan dengan cara overlay peta kelerengan, jenis tanah,
dan intensitas curah hujan rata-rata di Desa Bambang. Besarnya skor yang telah didapat
dari overlay peta tersebut menggambarkan kemampuan lahan. Untuk mendapatkan
kesesuaian lahan, maka dapat dilakukan dengan cara overlay antara peta tata guna lahan
dengan kemampuan lahan untuk setiap satuan lahan.
Penentuan suatu kawasan sesuai atau tidaknya dapat dilakukan dengan cara
menggunakan perbandingan antara keadaan eksisting di Desa Bambang dengan standar
yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri PU No. 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Kriteria Teknis Kawasan Budidaya dan SK Menteri Pertanian No. 837 Tahun 1980
tentang Kriteria Penetapan Lahan. Apabila keadaan eksisting telah sesuai dengan hasil
skoring, maka kawasan tersebut dikatakan sudah sesuai. Kesesuaian lahan di Desa
Bambang dapat dilihat pada Tabel 3.10 Kesesuaian Lahan Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-218
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 10 Kesesuaian Lahan Desa Bambang


Kesesuaian
Dusun Fungsi Kawasan Kriteria Kawasan Keadaan Eksisting
Lahan
Bendo Kawasan Budidaya Tanaman a. Area dengan kriteria seperti dalam penetapan a. Nilai kawasan sebesar 75. Sesuai
Semusim dan Kawasan kawasan budidaya tanaman tahunan, akan tetapi b. Area permukiman di Dusun Bendo
Permukiman area tersebut cocok atau seharusnya mempunyai tingkat kelerengan tidak
dikembangkan usaha tani tanaman lebih dari 8%.
semusim/setahun.
b. Memiliki nilai kemampuan lahan maksimal 124
dan memiliki kemiringan tidak lebih dari 8%.
c. Kawasan permukiman merupakan area yang
memenuhi kriteria budidaya cocok untuk area
permukiman serta mikro mempunyai kelerengan
0-8%.

Kawasan Budidaya Tanaman a. Area dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan a. Nilai kawasan sebesar 95 dan 115. Sesuai
Tahunan lahannya <124. b. Area permukiman berada pada
b. Tingkat kemiringan lahan sebesar 15-40% serta tingkat kelerengan kisaran 15-40%.
cocok atau seharusnya dikembangkan usaha tani c. Terdapat penggunaan lahan berupa
tanaman tahunan (kayu-kayuan, tanaman perkebunan, pertanian (sengon, tebu,
perkebunan dan tanaman industri). kopi).
c. Keadaan fisik area memungkinkan untuk d. Tidak merusak lingkungan.
dilakukan budidaya secara ekonomis.
d. Lokasinya secara ekonomis mudah
dikembangkan sebagai kawasan penyangga.
e. Tidak merugikan segi-segi ekologi lingkungan.
Kawasan Penyangga a. Area dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan a. Nilai kawasan sebesar 135 dan 155. Sesuai
lahannya berkisar antara 124 – 174. b. Adanya penggunaan lahan
b. Keadaan fisik area memungkinkan untuk permukiman (kawasan budidaya)
dilakukan budidaya secara ekonomis. dan penggunaan lahan perkebunan.
c. Lokasinya secara ekonomis mudah
dikembangkan sebagai kawasan penyangga.
d. Tidak merugikan segi-segi ekologi lingkungan.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-219
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Kesesuaian
Dusun Fungsi Kawasan Kriteria Kawasan Keadaan Eksisting
Lahan
Krajan Kawasan Budidaya Tanaman a. Area dengan kriteria seperti dalam penetapan a. Nilai kawasan sebesar 75. Sesuai
Semusim dan Kawasan kawasan budidaya tanaman tahunan, akan tetapi b. Area permukiman di Dusun Krajan
Permukiman area tersebut cocok atau seharusnya mempunyai tingkat kelerengan tidak
dikembangkan usaha tani tanaman lebih dari 8%.
semusim/setahun.
b. Memiliki nilai kemampuan lahan maksimal 124
dan memiliki kemiringan tidak lebih dari 8%.
c. Kawasan permukiman merupakan area yang
memenuhi kriteria budidaya cocok untuk area
permukiman serta mikro mempunyai kelerengan
0-8%.

Kawasan Budidaya Tanaman a. Area dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan a. Nilai kawasan sebesar 95 dan 115. Sesuai
Tahunan lahannya <124. b. Area permukiman berada pada
b. Tingkat kemiringan lahan sebesar 15-40% serta tingkat kelerengan kisaran 15-40%.
cocok atau seharusnya dikembangkan usaha tani c. Terdapat penggunaan lahan berupa
tanaman tahunan (kayu-kayuan, tanaman perkebunan, pertanian (sengon).
perkebunan dan tanaman industri). d. Tidak merusak lingkungan.
c. Keadaan fisik area memungkinkan untuk
dilakukan budidaya secara ekonomis.
d. Lokasinya secara ekonomis mudah
dikembangkan sebagai kawasan penyangga.
e. Tidak merugikan segi-segi ekologi lingkungan.
Kawasan Penyangga a. Area dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan a. Nilai kawasan sebesar 135 dan 155. Sesuai
lahannya berkisar antara 124 – 174. b. Adanya penggunaan lahan
b. Keadaan fisik area memungkinkan untuk permukiman (kawasan budidaya)
dilakukan budidaya secara ekonomis. dan penggunaan lahan perkebunan.
c. Lokasinya secara ekonomis mudah
dikembangkan sebagai kawasan penyangga.
d. Tidak merugikan segi-segi ekologi lingkungan.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-220
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Kesesuaian
Dusun Fungsi Kawasan Kriteria Kawasan Keadaan Eksisting
Lahan
Pandanrejo Kawasan Budidaya Tanaman a. Area dengan kriteria seperti dalam penetapan a. Nilai kawasan sebesar 75. Sesuai
Semusim dan Kawasan kawasan budidaya tanaman tahunan, akan tetapi b. Area permukiman di Dusun
Permukiman area tersebut cocok atau seharusnya Pandanrejo mempunyai tingkat
dikembangkan usaha tani tanaman kelerengan tidak lebih dari 8%,
semusim/setahun. walaupun letaknya dekat dengan areal
b. Memiliki nilai kemampuan lahan maksimal 124 kawasan Perhutani yang cenderung
dan memiliki kemiringan tidak lebih dari 8%. tinggi.
c. Kawasan permukiman merupakan area yang
memenuhi kriteria budidaya cocok untuk area
permukiman serta mikro mempunyai kelerengan
0-8%.
Kawasan Budidaya Tanaman a. Area dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan a. Memiliki nilai kawasan sebesar 95, Sesuai
Tahunan lahannya <124. 105 dan 115.
b. Tingkat kemiringan lahan sebesar 15-40% serta b. Area permukiman berada pada
cocok atau seharusnya dikembangkan usaha tani tingkat kelerengan kisaran 15-40%.
tanaman tahunan (kayu-kayuan, tanaman c. Terdapat penggunaan lahan berupa
perkebunan dan tanaman industri). perkebunan, pertanian (sengon,
c. Keadaan fisik area memungkinkan untuk tebu).
dilakukan budidaya secara ekonomis. d. Tidak merusak lingkungan.
d. Lokasinya secara ekonomis mudah
dikembangkan sebagai kawasan penyangga.
e. Tidak merugikan segi-segi ekologi lingkungan.
Kawasan Penyangga a. Area dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan a. Memiliki nilai kawasan sebesar 125, Sesuai
lahannya berkisar antara 124 – 174. 135, 145, 155 dan 165.
b. Keadaan fisik area memungkinkan untuk b. Adanya penggunaan lahan
dilakukan budidaya secara ekonomis. permukiman (kawasan budidaya)
c. Lokasinya secara ekonomis mudah dan penggunaan lahan perkebunan.
dikembangkan sebagai kawasan penyangga. c. Kawasan penyangga yang terletak di
d. Tidak merugikan segi-segi ekologi lingkungan. Dusun Pandanrejo ada yang terdapat
di dekat kawasan lindung, kawasan
ini berfungsi sebagai penyangga
kawasan budidaya agar tidak meluas

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-221
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Kesesuaian
Dusun Fungsi Kawasan Kriteria Kawasan Keadaan Eksisting
Lahan
pertumbuhannya ke kawasan
lindung.
Kawasan Lindung a. Area dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan a. Nilai kawasan sebesar 185.
lahan ≥175. b. Tingkat kelerengan yang berada di
b. Mempunyai lereng lapang sebesar >45% dengan Dusun Pandanrejo sebesar 45%
tanah sangat peka terhadap erosi, yaitu jenis keatas, dengan jenis tanah litosol.
tanah Regosol, Litosol, Organosol, dan Renzine c. Terdapatnya sumber mata air.
dengan tingkat kelerengan >45%. d. Kawasan lindung yang berada di
c. Jalur pengaman aliran sungai/air sekurang- Dusun Pandanrejo terdiri dari areal
kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai/aliran milik Perhutani dan kawasan lindung
air tersebut. BTS (Bromo-Tengger-Semeru).
d. Mempunyai ketinggian 2000 meter diatas e. Kawasan perhutani yang berada di
permukaan air laut. ketinggian 2000 meter diatas laut
e. Memiliki guna keperluan atau kepentingan seluas 1026,35 hektar.
khusus dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai
kawasan lindung.
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-222
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 3. 3 Peta Analisis Kesesuaian Lahan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-223
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3.4 Analisis Partisipatif


Merupakan sebuah analisis yang dipergunakan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi pelaku-pelaku yang memiliki kepentingan yang berbeda dalam suatu
tahapan perencanaan, program atau proyek. Analisis Partisipatif tujuannya antara lain ialah:
Mendapatkan gambaran seluruh lembaga atau kelompok masyarakat yang berperan di
wilayah Desa Bambang.
1. Menyelidiki kepentingan dari keikutsertaan pihak-pihak tersebut.
2. Meneliti kekhawatiran dan konflik agar kelompok yang berbeda, serta memberikan
wawasan akan potensi dan masalah yang dimiliki masing-masing kelompok.
3. Menelaah berbagai konsekuensi dan implikasi yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan, sehingga memudahkan pengambilan langkah yang harus ditempuh.
Data yang digunakan dalam analisis partisipatif meliputi kelompok penduduk,
kepentingan, konflik, potensi, masalahdan arahan dari tahapan rencana yang akan dilakukan.
Kelompok masyarakat merupakan kelompok yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
pembangunan, usaha atau bidang mata pencaharian dan minat atau fungsi. Kepentingan
merupakan harapan atau keinginan dari kelompok penduduk yang berhubungan dengan
bidang usaha mereka yang perlu diperhatikan oleh perencana. Konflik merupakan
kepentingan yang bertentangan antar kelompok. Potensi merupakan kelebihan yang dimiliki
oleh masing-masing kelompok penduduk. Masalah merupakan faktor-faktor yang dapat
menghambat keberhasilan dari kelompok-kelompok penduduk. Arahan adalah cara
menampung dan merencanakan program, mengurangi kelemahan dan mengembangkan
potensi yang ada dalam kelompok. Berikut ini merupakan matriks partisipatif Desa
Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-224
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 11 Matriks Analisis Partisipatif


No Kelompok Kepentingan Kekhawatiran Konflik Potensi Masalah Arahan
1 Pemerintah 1. Mensejahterakan 1. Pembangunan 2 dan 3 1. Terdapat lembaga 1. Pemerintah 1. Peningkatan
Desa masyarakat Desa kurang berjalan yang mengawasi desa belum koordinasi antara
2. Pendapatan kas Desa 2. Jalannya jalannya pelaksanaan sepenuhnya pemerintahan desa
bertambah pembangunan pemerintahan dan menyelesaikan dan lembaga-
3. Pembangunan desa lambat penyalur aspirasi dari seluruh lembaga terkait
terus berjalan dengan 3. Kurangnya masyarakat permasalahan lainnya.
lancar partisipasi 2. Terdapat lembaga masyarakat 2. Peningkatan
4. Mengembangkan masyarakat yang membantu desa koordinasi didalam
potensi desa dalam pengembangan 2. Masyarakat kepengurusan
desa kurang sadar internal pemerintah
dan peduli desa.
dalam menjaga 3. Peningkatan
serta merawat partisipasi
bantuan yang masyarakat dalam
telah diberikan program PNPM.
3. Masih memiliki
pemiikiran
proyek
pembangunan
desa masih
belum merata
2 PKK 1. Peningkatan 1. Tidak adanya 4 dan 6 1. Keaktifan wanita 1. Masih banyak 1. Peningkatan
kesejahteraan keluarga partisipasi wanita dalam kegiatan ibu muda yang Kualitas dan
melalui wanita dalam program PKK sibuk mengurus kesadaran ibu-ibu
2. Peningkatan partisipasi pembangunan desa 2. Kegiatan yang positif anaknya dalam
wanita dalam kegiatan untuk anggota PKK sehingga belum berpartisipasi
desa contohnya dalam bergabung untuk bergabung
kegiatan dasa wisma secara aktif di dalam PKK
yang dilaksanakan PKK
setiap satu minggu
sekali
3 KOPWAN 1. Pemberdayaan ibu-ibu 1. Pengembalian 8 dan 6 1. Modal yang 1. Tidak memiliki 1. Membuat
rumah tangga simpan pinjam dipinjamkan kepada tempat untuk peraturan proses
yang kurang lancar berkumpul simpan pinjam

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-225
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

No Kelompok Kepentingan Kekhawatiran Konflik Potensi Masalah Arahan


2. Membantu 2. Anggota semakin masyarakat cukup antar anggota agar dalam
perekonomian berkurang besar kopwan pengembaliannya
keluarga yang ada di 2. Banyak ibu-ibu 2. Proses simpan berjalan lancar.
Desa rumah tangga yang pinjam dalam 2. Pembangunan
antusias ikut pengembaliann tempat
berpartisipasi dalam ya tida berjalan perkumpulan
simpan pinjam lancar anggota KOPWAN
Kopwan
4 GAPOKT 1. Peningkatan 1. Tidak adanya 1 dan 2 1. Dapat menyediakan 1. Masih adanya 1. Penyedianan dan
AN kesejahteraan petani partisipasi petani bibit, pupuk atau kelompok tani penambahan bibit,
2. Peningkatan 2. Berkurangnya obat untuk pertanian yang tidak ikut pupuk, obat dan alat
partisipasi petani dan jumlah anggota 2. Menampung dalam kelompok pertanian dengan
buruh tani dari Gapoktan permasalahan di tani. harga yang
3. Menampung pertanian 2. Kurang adanya terjangkau yang
permasalahan di 3. Adanya struktur komunikasi dapat menunjang
kelompok tani keanggotaan antar petani kualitas pertanian.
4. Peminjaman modal sehingga ketika ada mengenai 2. Peningkatan
untuk petani rapat dengan petani- permasalahan kualitas dan
petani luar desa dalam tani. kesadaran petani
bambang dapat dalam Gapoktan
diwakilkan oleh
salah satu orang
5 SPP 1. Membantu 1. Pengembalian uang 4 dan 8 1. Adanya rapat MAD 1. Kebanyakan 1. Membuat peraturan
perekonomian simpan pinjam musyawarahh Antar anggota dari dan proses simpan
keluarga yang yang kurang lancar Desa yang SPP adalah para pinjam agar dalam
ada di desa 2. Anggota semakin dilaksanakan pada ibu-ibu PKK pengembaliannya
2. Peningkatan berkurang tiga bulan sekali. dan para wanita berjalan lancar.
kesejahteraan 2. Setiap tahunnya muda maih 2. Peningkatan
melalui para mendapatkan dana jarang terlibat partisipasi terutama
wanita sebesar 10% dari dalam kegiatan wanita muda dalm
pemerintah desa ini. pengembangan
untuk kegiatan 2. Pengembalian kegiatan SPP
simpan pinjam uang simpan
perempuan. pinjam yang

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-226
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

No Kelompok Kepentingan Kekhawatiran Konflik Potensi Masalah Arahan


tidak berjalan
lancar.
6 HIPPAMS 1. Membantu memenuhi 1. Tidak adanya 3 dan 8 1. Memiliki sumber 1. Pipa air dari 1. Ketika terjadinya
kebutuhan masyarakat partisipasi air di Desa sumber ke kebocoran pipa
terutama dalam masyarakat Bambang pengguna sering diharapkan
pemenuhan kebutuhan 2. Telah dibangun terjadi masyarakat dapat
air sehari-hari beberapa tandon air kebocoran memperbaiki secara
yang dipergunakan 2. Pengurus bersama-sama
untuk menampung HIPPAMS 2. Dalam struktur
air dari sumber selaku kepala, kepengurusan perlu
mulai awal diadakannya
dibentuknya pergantian pengurus
HIPPAMS agar kepengurusan
hingga skarang dapat beregenerasi
masih belum
pernah berganti.
7 Karang 1. Pengembangan potensi 1. Tidak adanya 3 dan 1 1. Mengadakan 1. Kurangnya 1. Perlu
Taruna generasi muda dalam partisipasi untuk kegiatan rapat keikutsertaan adanyakegiatan
hal sosial generasi muda setiap satu bulan generasi pemuda penjadwalan rapat
2. Peningkatan partisipasi sekali dalam secara rutin dan
para generasi muda 2. Berbagai macam pelaksanaan pembahasan
kegiatan sosial yang kegiatan yang secaramenyeluruh
ada di esa bambang ada 2. Adanya pengaktifan
seperti pencak silat, 2. Dalam kembali seksi-seksi
Campur sari yang pelaksanaannya yang ada dengann
anggotanya pemuda yang aktif hanya cara sering
pemudi Desa beberapa seksi mengadakan rapat
Bambang saja yang dan meberitahukan
lainnya tidak kepada generasi
berjalan. muda untuk ikut
aktif dalam kegiatan
karang taruna.
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-227
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Kelembagaan di Desa Bambang terdiri dari lembaga Formal dan non formal.
Lembaga formal antara lain pemerintah Desa, BPD, LPMD. Lembaga formal memiliki peran
yang sangat penting dalam pembangunan desa. Lembaga formal memiliki hubungan antar
lembaga yang dikontrol oleh pemerintah Desa. Dalam melakukan kegiatan Proyek
pembangunan desa lembaga formal memerlukan partisipasi langsung dari masyarakat dalam
melakukan kegiatan tersebut.
Sedangkan untuk lembaga non formal terdiri dari lembaga PKK, KOPWAN, SPP,
Gapoktan, HIPPAMS, LKDPH dan Karang Taruna yang paling berpengaruh dalam
peningkatan ekonomi adalah kelompok tanikarena mayoritas masyarakat desa Bambang
mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan kelompok tani mewadahi masyarakat untuk
mengembangkan kualitas produk pertanian yang dihasilkan.

3.5 Analisis Permukiman


Analisis permukiman Desa Bambang yang akan di analisis mengenai kondisi fisik
permukiman, pola permukiman dan proyeksi kebutuhan permukiman.
3.5.1 Analisis Kondisi Fisik Permukiman
Kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk di suatu wilayah pada setiap tahunnya. Kondisi fisik
perumahan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan rumah, berikut
merupakan tabel persebaran jenis rumah berdasarkan konstruksi bangunan yang terdiri dari
rumah permanen, semi permanen dan non permanen yang terdapat di Desa Bambang.
Tabel 3. 12 Kondisi Rumah Berdasarkan Konstruksi Di Desa Bambang
Konstruksi
Jumlah
No. Dusun Semi Permanen Non Permanen
Permanen (unit) (unit)
(unit) (unit)
1 Bendo 113 63 16 192
2 Krajan 673 153 38 864
3 Pandanrejo 180 238 33 451
Total 966 454 87 1507
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Persebaran rumah berdasarkan konstruksinya adalah sebanyak 113 unit rumah


permanen terdapat di Dusun Bendo, 673 unit di Dusun Krajan, dan 180 unit di Dusun

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-228
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Pandanrejo. Sedangkan untuk rumah semi permanen terdapat di Dusun Bendo sebanyak 63
unit, di Dusun Krajan 153 unit dan di Dusun Pandanrejo sebanyak 238 unit. Lalu untuk rumah
dengan konstruksi non permanen tersebar sebanyak 16 unit di Dusun Bendo, 38 unit di Dusun
Krajan dan 33 unit di Dusun Pandanrejo.
Meskipun sebagian besar konstruksi bangunan perumahan di Desa Bambang
merupakan konstruksi permanen, namun tidak sedikit jumlah rumah yang masih berupa
konstruksi semi permanen dan non permanen. Hal ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan masyarakat akan bahaya memiliki rumah dengan konstruksi semi permanen dan
non permanen, seperti pada saat hujan deras masyarakat mengalami masalah seperti atap
bocor dan angin yang masuk lewat celah-celah papan tembok yang tentu saja mengurangi
tingkat kenyamanan penghuninya. selain itu banyak nya jumlah rumah dengan konstruksi
selain permanen juga dikarenakan masyarakat di Desa Bambang tidak memiliki pendanaan
yang cukup untuk merenovasi rumah mereka menjadi rumah permanen.
3.5.2 Analisis Pola Permukiman
Pola pengelompokan permukiman di Desa Bambang terdiri atas pola linear mengikuti
jalan dan sebagian besar terpusat. Untuk pola linear umumnya adalah rumah-rumah yang ada
disepanjang jalan utama Desa Bambang, hal ini dikarenakan jalan utama Desa Bambang
adalah jalan yang menghubungkan antara ketiga dusun sehingga segala aktivitas dan
mobilisasi umumnya terjadi di jalan utama ini dan menyebabkan permukiman tersusun linier
mengikuti jalan. Pola permukiman terpusat berada didaerah pusat desa yang berdekatan
dengan kantor desa tepatnya di Dusun Krajan, pola terpusat ini terbentuk karena
kecenderungan beberapa masyarakat untuk selalu dekat dengan pusat kegiatan di desa
terutama para perangkat desa, selain itu terdapat pola permukiman tersebar yang terdapat
pada permukiman Sumber Piji yang terletak di tengah hutan sebelah Selatan Dusun
Pandanrejo lalu permukiman Komplangan di Dusun Bendo dan permukiman Kraamat di
Dusun Krajan, permukiman tersebar ini disebabkan karena tuntutan pekerjaan di suatu
tempat yang jauh sehingga pekerja memutuskan untuk menetap di daerah tersebut guna
mengurangi mobilitas, selain itu juga disebabkan oleh tingkat kesuburan tanah sehingga
mereka mendirikan tempat tinggal berdekatan dengan sumber penghidupannya.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-229
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

1. Analisis Kebutuhan Rumah


Kebutuhan rumah dapat ditentukan berdasarkan jumlah penduduk desa yang
meningkat setiap tahun nya dan dapat dianalisis dengan rumus berikut:
∑ jumlah penduduk tahun (n)
𝑃𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 (𝑛) =
∑ Standar Penghuni dalam satu rumah
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat hunian yang didapatkan dengan rumus :
Jumlah Penduduk Tahun (n)
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐻𝑢𝑛𝑖𝑎𝑛 =
Jumlah KK Tahun (n)
Jumlah Penduduk Desa Bambang (2013)
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐻𝑢𝑛𝑖𝑎𝑛 𝐷𝑒𝑠𝑎 𝐵𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 =
Jumlah KK (2013)

3916
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐻𝑢𝑛𝑖𝑎𝑛 𝐷𝑒𝑠𝑎 𝐵𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 =
1165
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐻𝑢𝑛𝑖𝑎𝑛 𝐷𝑒𝑠𝑎 𝐵𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 = 3,36 ~ 4

Diketahui bahwa tingkat hunian di Desa Bambang adalah 4 Jiwa/Unit, hal ini
menunjukan standar bahwa terdapat 4 orang penghuni dalam satu rumah.
Tabel 3. 13 Jumlah Sarana Permukiman Desa Bambang
Eksisting data rumah tahun
No Jumlah Penduduk Tahun 2014 (Jiwa)
2014 (Unit)
1. 3916 1507
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat hunian di Desa Bambang, untuk menampung


3916 orang diperlukan rumah sejumlah 1306 Unit untuk memenuhi kebutuhan tempat
tinggal masyarakat Desa Bambang dengan parameter untuk satu rumah dihuni oleh 3
Jiwa. Perhitungan proyeksi jumlah rumah di Desa Bambang adalah sebagai berikut:
3916
𝑃𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 (2014) = = 979
4

Berdasarkan kondisi eksisting banyaknya rumah di Desa Bambang untuk tahun


2014 adalah sebanyak 1507 unit, Berikut merupakan proyeksi kebutuhan rumah Desa
Bambang dengan selisih setiap 5 tahun dalam rentang waktu 20 tahun.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-230
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 14 Proyeksi Kebutuhan Rumah Desa Bambang Tahun 2014-2034


Jumlah penduduk Proyeksi kebutuhan
No Tahun
(Jiwa) rumah (unit)
1 2014 3933 984
2 2019 4022 1006
3 2024 4112 1028
4 2029 4205 1052
5 2034 4299 1075
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Seperti diketahui padaTabel 3.14 , kebutuhan akan rumah setiap waktu akan
terus meningkat yang akan menyebabkan berkurangnya lahan kosong dan perubahan
tata guna lahan yang akan di dominasi oleh sektor permukiman. Berdasarkan proyeksi
kebutuhan rumah dari tahun 2014 hingga 2034. Total kebutuhan rumah yang ada di
Desa Bambang dapat dilihat pada Tabel 3.15.
Tabel 3. 15 Total Kebutuhan Rumah Desa Bambang Tahun 2014-2034
Eksisting Rumah tahun Proyeksi Kebutuhan Rumah Tabel Kebutuhan Rumah
2014 (Unit) Tahun 2034 (Unit) Tahun 2014-2034 (Unit)
1507 1075 -
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan Tabel 3.15 dapat diketahui bahwa jumlah eksisting rumah tahun
2014 saat ini sudah dapat memenuhi kebutuhan rumah hingga tahun 2034, hal ini
tidak akan menyebabkan sektor permukiman mendominasi perubahan tata guna lahan
selama 20 tahun kedepan dikarenakan peningkatan jumlah penduduk yang relatif
rendah sehingga kebutuhan akan rumah pun tidak terlalu tinggi setiap tahun nya.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-231
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 3. 4 Peta Analisis Pola Permukiman

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-232
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3.6 Analisis Sarana Permukiman


Sarana merupakan fasilitas umum yang penting bagi perkembangan wilayah Desa
Bambang, karena dengan ketersediaan sarana di lingkungan permukiman mendukung
masyarakat untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Analisis yang dilakukan dalam mengkaji
kondisi sarana permukiman di Desa Bambang yaitu, analisis persebaran sarana, analisis
kebutuhan sarana serta analisis skala pelayanan sarana.
3.6.1 Analisis Persebaran Sarana
Pola sarana di Desa Bambang memiliki dua karakteristik pola lokasi yaitu pola linier
dan pola menyebar. Pada pola linier, sarana umumnya mengikuti jalan dan memanjang di
sepanjang jalan di wilayah survei, sedangkan pada pola menyebar, sarana terletak tidak
beraturan dan terletak di wilayah survei. Berikut mengenai pola persebaran sarana di Desa
Bambang.
Tabel 3. 16 Pola Persebaran Sarana di Desa Bambang
Jenis sarana Pola Sarana
Sarana PPU Menyebar
Sarana Pendidikan Menyebar
Sarana Kesehatan Menyebar
Sarana Peribadatan Linear
Sarana Perdagangan dan
Linear
Jasa
Sarana Kebudayaan dan
Menyebar
Rekreasi
Sarana RTH dan
Menyebar
Olahraga
Sarana Keamanan
Menyebar
Sarana Industri dan
Menyebar dan Linear
Pergudangan
Sarana Pemakaman Menyebar
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Dari data diatas dapat diketahui Sarana Pemerintah dan Pelayanan Umum,
Pendidikan, Kesehatan, Kebudayaan dan Rekreasi, RTH dan Olahraga, Keamanan, Industri
dan Pergudangan, Pemakaman termasuk dalam berpola menyebar karena setiap sarana
tersebut terletak tidak saling berdekatan dan tidak beraturan. Sedangkan untuk Sarana
Peribadatan, Perdagangan dan Jasa termasuk berpola Linear karena setiap sarana terletak di
sepanjang jalan di Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-233
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3.6.2 Analisis Kebutuhan dan Skala Pelayanan Sarana


Analisis Proyeksi kebutuhan sarana bertujuan untuk mengetahui kebutuhan
penduduk terhadap sarana untuk 20 tahun ke depan, yaitu terbagi menjadi 4 periode, periode
pertama tahun 2014-2019, periode kedua pada tahun 2020-2024, periode ketiga pada tahun
2025-2029, periode keempat pada tahun 2030-2034.
Perhitungan kelayakan dan kebutuhan sarana dapat dihitung dengan menggunakan
SNI 03-1733-2004 tentang cara perencanaan lingkungan perumahan perkotaan. Beberapa hal
yang dibutuhkan adalah jumlah luasan sarana yang dibutuhkan penduduk di suatu kawasan.
Berikut adalah rumus perhitungan proyeksi tingkat kebutuhan sarana, baik dari segi jumlah
dan luasan tiap penduduk pada beberapa tahun ke depan:
∑ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑃𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 − 𝑖
𝑆𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑎𝑑𝑎 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 − 𝑖 =
∑ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑖

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑆𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑎𝑑𝑎 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 − 𝑖


∑ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑃𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 − 𝑖
= 𝑋 ∑ 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑡
∑ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑖

A. Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum


Sarana pemerintahan dan pelayanan umum disediakan untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat umum dan memberi kemudahan dalam segala aktivitas yang
berhubungan dengan pemerintahan. Sarana pemerintahan dan elayanan umum di Desa
Bambang memiliki fungsi untuk melayani kebutuhan pelayanan sosial bagi masyarakat Desa
Bambang. Berikut merupakan Analisa kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan
Umum Desa Bambang tahun 2014-2034
Tabel 3. 17 Analisis Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum di Desa Bambang
Tahun 2014-2019
Jumlah Eksisting Kebutuhan Tahun
Luas Kebutuhan Tahun 2014
Jenis Pend. thn 2014 2019
Lahan
Sarana yang Jm Jm Jumlah Jm
(m2) Luas Jumlah pend Luas Luas
Dilayani l l pend l
Pendop 163.3
1000 30000 1 1 131.10 1 134.07
o 8 4022
3933
Balai 293.9
300 250 1 2 471.96 2 482.64
Desa 2

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-234
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Jumlah Eksisting Kebutuhan Tahun


Luas Kebutuhan Tahun 2014
Jenis Pend. thn 2014 2019
Lahan
Sarana yang Jm Jm Jumlah Jm
(m2) Luas Jumlah pend Luas Luas
Dilayani l l pend l
2753.1
MCK 167.8
42 60 2
Umum 7 66 0 67 2815.4
Pos IB - - 1 50.44 - - - -

Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 18 Analisis Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum di Desa Bamban
Tahun 2024-2034
Kebutuhan Tahun 2024 Kebutuhan Tahun 2029 Kebutuhan Tahun 2034 Penambahan
Jenis
Sarana Jumlah Jumlah Jumlah
Jumlah Luas Jml Luas Jml Luas Jml Luas
pedd pend pend
Pendop
1 137.07 1 140.17 1 143.3 - -
o
Balai
2 439.44 2 504.60 2 515.88 1 221.96
desa
4112 4205 4299
MCK 2943.5
69 2878.40 70 72 3009.3 70 2841.43
Umum 0
Pos IB - - - - - - - -
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan kondisi eksisting sarana pemerintahan dan pelayanan umum yang


terdapat di Desa Bambang berupa Pendopo, Balai Desa, MCK umum, dan Pos IB.
Berdasarkan perhitungan hingga tahun 2034 di atas kebutuhan sarana Pemerintahan dan
pelayanan Umum berupa pendopo tidak membutuhkan penambahan baik unit maupun luasan
karena kondisinya mencukupi, untuk balai desa membutuhakan penambahan baik unit
maupun luasan yaitu sebanyak 1 unit dan 221.96 m2, untuk MCK umum membutuhkan
penambahan sebanyak 70 unit dan luasan sebesar 2841 m2. Namun, dari hasil perhitungan
analisis tersebut tidak akan ditambahkan sebanyak itu untuk MCK umum karena dari setiap
rumah tangga memiliki kamar mandi pribadi.
B. Sarana Pendidikan
1. Analisis kebutuhan sarana pendidikan
Sarana Pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting bagi
kehidupan masyarakatkarena dengan adanya sarana pendidikan masyarakat dapat

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-235
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

menunjang dan meningkatkan pengetahuan serta mengembangkan potensi dan


kreativitas yang ada dalam diri masyarakat dan merupakan fasilitas pendidikan
(bukan peralatan) yang dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam
mengakses pendidikan. Terdapat dua jenis sarana pendidikan di Desa Bambang yaitu
pendidikan formal dan non formal. Berikut merupakan hasil analisa kebutuhan
Sarana Pendidikan Desa Bambang tahun 2014-2034.

Tabel 3. 19 Analisis Kebutuhan Sarana Pendidikan Desa Bambang Tahun 2014-2019


Eksisting
Jumlah Kebutuhan Tahun 2014 Kebutuhan Tahun 2019
Luas Tahun 2014
Pend.
Jenis Laha Jml
yang Jml Jumla Jml
Sarana n Jumla
Dilayan Luas h Luas (unit Luas
(m2) (unit h pend
i (unit) pend )
)
TK/PAU 104. 1573. 1608.8
500 1250
D 1 9 3 2 3 0
4916. 5027.5
SD/ MI 2000 1600
3 1264 3933 2 3 4022 3 0
SMP/ 7374. 7541.2
9000 4800
MTs 1 1331 1 4 1 5
Non 82.5
- - - - - -
Formal 1 7
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 20 Analisis Kebutuhan Sarana Pendidikan Desa Bambang Tahun 2024-2034


Kebutuhan Tahun 2024 Kebutuhan Tahun 2029 Kebutuhan Tahun 2034 Penambahan
Jenis
Jumlah Jml Jumlah Jml Jumlah Jml Jml
Sarana Luas Luas Luas Luas
pend (unit) pend (unit) pend (unit) (unit)
TK/ 3 1644.80 3 1682.00 3 1719.60 2 1614.68
PAUD
SD/ MI 3 5140.00 3 5256.25 3 5373.75 - 4109.83
4112 4205
SMP/ 4299
1 7710.00 1 7884.38 1 8060.63 - 6729.40
MTs
Non
- - - -
Formal
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan Kondisi Eksisting Sarana Pendidikan yang terdapat di Desa


Bambang berupa TK/PAUD, SD/MI, SMP/MTs, dan pendidikan non formal seperti
TPQ. Berdasarkan perhitungan hinga tahun 2034 untuk TK dibutuhkan sebanyak 3
unit, sedangkan untuk SD/MI 3 unit dan SMP/MTs 1 unit. Dengan demikian untuk
20 tahun kedepan dibutuhkan adanya penambahan unit sarana pendidikan sebanyak

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-236
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

2 unit untuk TK/PAUDdengan penambahan luasan sebesar 1614.68 m2, sedangkan


untuk SD/MI dan SMP/MTS tidak membutuhkan penambahan unit baru namun
hanya perlu perluasan bangunan masing- masing sebesar 4109.83 dan 6729.40 m2.
2. Analisis skala pelayanan sarana pendidikan
Sarana pendidikan di Desa Bambang secara formal maupun nonformal terdiri dari
TK, SD, SMP dan TPQ. Dalam penjelasan skala pelayanan ini hanya mencakup
sarana pendidikan formal saja karena sarana pendidikan non formal tidak memiliki
standar khusus dalam perencanaan.
Tabel 3. 21 Analisis Skala pelayanan sarana Pendidikan di Desa Bambang
Jenis
Sarana Standar Eksisting Analisis Sarana
Pendidikan
TK - Jumlah penduduk Seluruh TK di Desa Berdasarkan analisis skala
pendukung 1250 Bambang terdapat di pelayanan daerah yang
- Radius Pencapaian Dusun Krajan. Radius terlayani hanya terdapat
500 m pencapaian eksisting pada Dusun Krajan Saja
TK yang terdapat di dan juga pada perhitungan
dusun Krajan. kebutuhan sarana
membutuhkan
penambahan karena dua
dusun belum terlayani.
SD - Jumlah penduduk SD didesa Bambang Berdasarkan analisis Skala
pendukung 1.600 terdapat di Dusun Pelayanan sarana
- Radius pencapaian Krajan sebanyak dua pendidikan berupa SD
1000 m unit dan dusun daerah yang terlayani
Pandanrejo sebanyak mencakup seluruh desa
satu unit. bambang dan berdasarkan
perhitungan kebutuhan
sudah mencukupi wilayah
desa bambang.
SMP - Jumlah penduduk SMP di Desa Bambang Berdasarkan analisis Skala
pendukung 4.800 hanya terdapat di pelayanan sarana
- Radius pencapaian Dusun Krajan pendidikan berupa SMP
1000 m untuk daretah yang
terlayani hanya mencakup
dusun krajan dan dusun
bendo.sedangkan untuk
dusun Pandanrejo masih
belum terlayani dari hasil
perhitungan kebutuhan
tidak membutuhkan
penambahan
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-237
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Dari hasil perbandingan antara kondisi eksisting dengan Analisis Skala


pelayanan sarana pendidikan formal yaitu berupa TK, skala pelayanan kondisi
eksisting hanya terdapat pada dusun Krajan saja sehingga pendudk dari dusun Bendo
dan Dusun Pandanrejo belum terlayani oleh sarana tersebut dan juga dari hasil
perhitungan kebutuhan sarana membutuhkan penambahan sehingga pelayanan akan
pendidikan TK dapat merata di setiap dusun di Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-238
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 3. 5 Peta Analisis Skala Pelayanan Sarana Pendidikan TK (500 m2)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-239
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 3. 6 Peta Analisis Skala Pelayanan Sarana Pendidikan SD (1000 m2)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-240
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 3. 7 Peta Analisis Skala Pelayanan Sarana SMP (1000 m2)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-241
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

C. Sarana Kesehatan
1. Analisis kebutuhan sarana kesehatan
Sarana Kesehatan merupakan sarana yang berfungsi untuk membantu memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam hal kesehatan. Sarana kesehatan juga memiliki peran
yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatkan derajat kesehatan masyarakat
sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk (SNI-03-1733-2004). Di
Desa Bambang Terdapat sarana Kesehatan formal yaitu Posyandu, Ponkendes dan
Polindes. Berikut merupakan Analisa Kebutuhan sarana Kesehatan Desa Bambang
tahun 2014-2034.
Tabel 3. 22 Analisa kebutuhan Sarana Kesehatan Desa Bambang Tahun 2014-2019
Eksisting thn
Luas Jumlah Kebutuhan Tahun 2014 Kebutuhan Tahun 2019
2014
Jenis Laha Pend.
Jml
Sarana n yang Jml Jumlah Jml Jumlah
Luas Luas (unit Luas
(m2) Dilayani (unit) pend (unit) pend
)
235.9 241.3
Posyandu
60 1000 6 587.11 4 8 4 2
3933 4022
235.9 241.3
Ponkendes
60 1000 1 128.59 4 8 4 2
235.9 241.3
Polindes
150 2500 1 110.37 2 8 2 2
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 23 Analisa kebutuhan Sarana Kesehatan Desa Bambang Tahun 2024-2034


Kebutuhan Tahun 2024 Kebutuhan Tahun 2029 Kebutuhan Tahun 2034 Penambahan
Jenis Jml
Jumla Jml Jumlah Jumlah Jml Jml
Sarana Luas (unit Luas Luas Luas
h pend (unit) pend pend (unit) (unit)
)
257.9
Posyandu - -
4 246.72 4 252.30 4 4
4112 4205 4299
257.9
Ponkende 129.3
3
s 4 246.72 4 252.30 4 4 5
257.9
147.5
Polindes 1
2 246.72 2 252.30 2 4 7
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan kondisi eksisting sarana kesehatan yang terdapat di Desa Bambang


berupa 6 unit Posyandu, 1 unit Ponkendes dan 1 unit Polindes. Berdasarkan hasil
analisis hingga tahun 2034 dibutuhkan sarana kesehatan berupa posyandu sebanyak

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-242
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

4 unit, Ponkendes sebanyak 4 unit dan sarana Polindes sebanyak 2 unit, sedangkan
untuk posyandu tidak membutuhakn penambahan. Dengan demikian untuk 20 tahun
kedepan dibutuhkan adanya penambahan unit sarana kesehatan sebanyak 3 unit
ponkendes dengan luasan 129.35 m2 , 1 unit polindes dengan luasan 147.57 m2.
Namun, berdasarkan kondisi eksisting, penambahan sarana tersebut tidak sebanyak
yang disebutkan ditabel karena sarana kesehatan ponkendes fungsinya hapir sama
dengan posyandu, dan disini posyandu kondisinya melebihi standar shingga masih
mencukupi untuk 20 tahun kedepan.
2. Analisis skala pelayanan sarana kesehatan
Sarana Kesehatan yang ada di desa Bambang adalah posyandu, polindes, dan
ponkendes. Analisis Skala pelayanan sarana Pendidikan berfungsi untuk mengetahui
seberapa jauh sarana kesehatan melayani penduduk melalui standar ketentuan yang
telah ditentukan oleh SNI 03-1733-2004.
Tabel 3. 24 Analisis Skala pelayanan sarana Kesehatan
Jens
Sarana Standar Eksisting Analisis
Kesehatan
Posyandu - Posyandu dengan Posyandu yang ada Berdasarkan analisis skala
jumlah penduduk didesa bambang pelayanan sarana
pendukung 1250 sebanyak 6 unit dimana kesehatan berupa posyandu
- Radius pencapaian letaknya yang di dusun untuk daerah terlayani
1000 m bendo dan dusun terdapat pada Dusun
Krajan. Krajan, Dusun Bendo.dan
dusun Pandanrejo. Dan
dari hasil perhitungan
kebutuhan sarana
posyandu tidak
membutuhkan penambahan
karena kondisinya sudah
mencukupi masyarakat
Desa Bambang.
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Sarana Kesehatan berupa Posyandu merupakan sarana yang kondisi eksistingnya


sebanyak 6 unit, dimana terdapat pada Dusun Bendo 2 unit dan Dusun Krajan 4 unit.
Dari hasil analisis skala pelayanan sarana tersbut daerah yang terlayani mencakup
seluruh desa dan juga berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan tidak memerlukan
tambahan karena jumlahnya sudah mencukupi untuk Desa Bambang.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-243
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 3. 8 Peta Analisis Skala Pelayanan Sarana Kesehatan Posyandu (500 m2)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-244
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

D. Sarana Peribadatan
1. Analisis kebutuhan sarana peribadatan
Menurut SNI 03-1733-2004, sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan
untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan
yang direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai keputusan
masyarakat yang bersangkutan. Berikut merupakan hasil analisa Kebutuhan Sarana
Peribadatan di Desa Bambang tahun 2014-2034.
Tabel 3. 25 Analisa kebutuhan Sarana Peribadatan Desa Bambang Tahun 2014-2019
Jumlah Eksisting thn
Luas Pend. Kebutuhan Tahun 2014 Kebutuhan Tahun 2019
Jenis 2014
Lahan yang
Sarana Jmlh Jumlah Jmlh Jumlah Jmlh
(m2) Dilayan Luas Luas Luas
i (unit) pend (unit) pend (unit)
Musholla 100 250 12 1094.89 16 1573.20 16 1608.8
3933 4022
Masjid 600 2500 4 826.74 2 943.92 2 965.28
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 26 Analisa kebutuhan Sarana Peribadatan Desa Bambang Tahun 2024-2034


Kebutuhan Tahun 2024 Kebutuhan Tahun 2029 Kebutuhan Tahun 2034 Penambahan
Jenis
Sarana Jumla Jmlh Jumlah Jmlh Jumlah Jmlh Jmlh
Luas Luas Luas Luas
h pend (unit) pend (unit) pend (unit) (unit)
Musholla 16 1644.80 17 1682.00 17 1719.60 5 624.72
4112 4205 4299
Masjid 2 986.88 2 1009.20 2 1031.76 - 205.02
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan Kondisi Eksisting sarana peribadatan yang terdapat di Desa


Bambang berupa Masjid dan Musholla.Berdasarkan perhitungan hingga tahun 2034
untuk mushola dibutuhkan 17 unit dan untuk Masjid 2 unit. Dengan demikian untuk
20 tahun kedepan dibutuhkan adanya penambahan unit sarana peribadatan sebanyak
5 unit dan luasan sebesar 624.72 untuk Mushola sedangkan untuk Masjid tidak
memerlukan penambahan dikarenakan kondisinya sudah mencukupi kebutuhan untuk
20 tahun kedepan. Namun, berdasarkan kondisi eksisting sarana peribadatan berupa
mushola penambahan sarana tersebut tidak sebanyak yang disebutkan karena kondisi
sarana peribadatan masjid masih mencukupi untuk kebutuhan rohani masyarakat desa
Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-245
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

2. Analisis skala pelayanan sarana peribadatan


Sarana Peribadatan yang terdapat didesa Bambang berupa Mushola dan Masjid
karena mayoritas agama masyarakat Desa Bambang adalah Islam. Analisis Skala
pelayanan Sarana peribadatan berfungsi untuk mengetahui seberapa jauh sarana
peribadatan tersebut dapat melayani desa Bambang.
Tabel 7. 4 Analisis Skala pelayanan peribadatan
Jenis
Sarana Standar Eksisting Aalisis Sarana
Peribadatan
Musholla - Jumlah penduduk Mushola yang Kebutuhan akan sarana
yang terlayani terdapat di desa peribadatan di Desa bambang
minimal 250 bambang kondisinya sudah terpenuhi walaupun
orang menyebar di setiap secara perhitungan
dusun. dibutuhkan penambahan.
Sarana peribadatan berupa
mushola bisa dicapai hanya
dengan berjalan kaki karena
melayani warga tingkat
dusun dan setiap dusun sudah
memiliki mushola.
Masjid - Jumlah penduduk Masjid di desa Kebutuhan akan sarana
yang terlayani Bambang terdapat peribadatan berupa masjid
minimal 2500 pada dusun sudah terpenuhi dan
orang Pandanrejo dan tercukupi. Sarana peribadatan
Krajan. yang ada di Desa Bambang
sudah melayani penduduk
hingga skala desa.
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan hasil skala pelayanan sarana Peribadatan berupa mushola dan masjid
untuk daerah yang terlayani mencakup Dusun Bendo, Dusun Krajan, dan dusun
Pandanrejo, ini menunjukkan bahwa sarana peribadatan sudah mencukupi seluruh
Desa Bambang dan seluruh penduduk Desa Bambang dapat mengaksesnya dengan
mudah, cukup dengan berjalan kaki mereka sudah dapat sampai pada lokasi sarana
peribadatan.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-246
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 3. 9 Peta Analisis Skala Pelayanan Sarana Peribadatan Musholla (100 m2)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-247
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 3. 10 Peta Analisis Skala Pelayanan Sarana Peribadatan Masjid (1000 m2)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-248
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

E. Sarana Perdagangan dan Jasa


1. Analisis kebutuhan sarana perdagangan dan jasa
Sarana perdagangan dan jasa adalah sarana yang melayani kebutuhan masyarakat
sehari- hari yang didukung oleh fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan. Sarana
perdagangan dan jasa yang ada di Desa Bambang adalah toko, warung dan bengkel.
Tabel 3. 27 Analisa kebutuhan Sarana Perdagangan dan jasa Desa Bambang Tahun 2014-2019
Jumlah Eksisting thn
Luas Kebutuhan Tahun 2014 Kebutuhan Tahun 2019
Jenis Pend. 2014
Lahan
Sarana yang Jmlh Jumlah Jmlh Jumlah Jmlh
(m2) Luas Luas Luas
Dilayani (unit) pend (unit) pend (unit)
Toko 100 250 17 1546.88 16 1573.20 16 1608.8
3933 4022
Warung 100 250 2 225.76 16 1573.20 16 1608.8
Sumber: Hasil Survei (2014)

Tabel 3. 28 Analisa kebutuhan Sarana Perdagangan dan jasa Desa Bambang Tahun 2024-2034
Kebutuhan Tahun 2024 Kebutuhan Tahun 2029 Kebutuhan Tahun 2034 Penambahan
Jenis
Sarana Jumlah Jmlh Jumlah Jmlh Jumlah Jmlh Jmlh
Luas Luas Luas Luas
pend (unit) pend (unit) pend (unit) (unit)
Warung 16 1644.80 17 1682.00 17 1719.60 15 172.72
4112 4025 4299
Toko 16 1644.80 17 1682.00 17 1719.60 - 1493.84
Sumber: Hasil Survei (2014)

Berdasarkan tabel analisis kebutuhan sarana perdagangan dan jasa kebutuhan


untuk warung dan toko pada Tahun 2034 mengalami peningkatan baik peningkatan
unit maupun luas. Warung di Desa Bambang diperlukan penambahan sebanyak 17
unit dengan penambahan luas sebesar 17119.6 m2. Toko junga mengalami
penambahan hingga tahun 2034 sebanyak 17 unit dengan penambahan luas sebesar
1719.60 m2. Namun secara eksisting, dengan jumlah tersebut sudah dapat melayani
penduduk Desa Bambang, karena kebanyakan Warung dan Toko yang terdapat di
Desa Bambang kondisinya mix use dengan rumah sehingga dapat dipertimbangkan
terlebih dahulu sebelum membangun sarana perdagangan
Sarana jasa tidak memiliki standar pemenuhan kebutuhan layaknya sarana yang
lain pada umumnya, sehingga untuk dapat menentukan proyeksi kebutuhan 20 tahun

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-249
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

kedepan hanya dapat melalui pengamatan kondisi eksisting di Desa Bambang, baik
itu untuk proyeksi penduduk.
2. Analisis skala pelayanan sarana perdagangan dan jasa
Sarana perdagangan yanga ada di desa Bambang yaitu berupa Toko dan warung,
namun dari penjelasan skala pelayanan hanya Toko yang dijelaskan karena standar
dari keduanya sama. Analisis Skala pelayanan sarana perdagangan berfungsi untuk
mengetahui seberapa jauh daerah yang tercukupi akan sarana perdagangan tersebut.
Tabel 3. 29 Analisis Skala Pelayanan Sarana Perdagangan dan Jasa
Jenis Sarana
Perdagangan Standar Eksisting Analisis Sarana
dan Jasa
Toko - Jumlah penduduk Toko yang terdapat di Toko yang ada di Desa
pendukung 250 Desa Bambang Bambang sudah dapat
- Radius Kondisinya menyebar di memenuhi kebutuhan untuk
pencapaian 500 m semua Dusun desa Bambang walaupun pada
perhitungan kebutuhan sarana
tersebut tidak membutuhkan
penambahan hanya
perluasannya saja yang
membutuhkan penambahan,
namun dari hasil survei banyak
ditemukan mix use antara
rumah dengan toko.
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan Kondisi eksisting jumlah sarana toko sebanyak 17 unit. Berdasarkan


analisis skala pelayanan toko sudah mencakup seluruh desa karena letaknya
menyebar diseluruh dusun yang ada di Desa Bambang dan pada perhitungan
kebutuhan sarana membutuhkan perluasan namun berdasarkan kondisi eksistingnya
banyak toko yang mix use dengan rumah sehingga dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari masyarakat desa bambang dapat tercukupi dan terlayani dengan mudah.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-250
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 3. 11 Peta Analisis Skala Pelayanan Sarana Perdagangan Toko (300 m2)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-251
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

F. Sarana Kebudayaan dan Rekreasi


Sarana kebudayaan dan Rekreasi yang terdapat didsa Bambang yaitu berupa Biliyard
dan Wisata Makam Setjo Setuhu. Analisis Skala pelayanan sarana Kebudayaan dan rekreasi
berfungsi untuk mengetahui seberapa jauh sarana tersebut dapat melayani masyarakat.
Tabel 3. 30 Analisis Skala Pelayanan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi
Jenis Sarana
Kebudayaan Standar Eksisting Analisis Sarana
dan Rekreasi
Biliyard dan Radius Sarana tersebut hanya Berdasarkan pada analisis
wisata Setjo pencapaian 100m terdapat pada Dusun skala pelayanan wisata makam
Setuhu Pandanrejo dimana setjo Setuhu cakupan
lokasinya sangat pelayanan situs sejarah
berjauhan tersebut mencapai provinsi
yang dimana pengunjung
kebanyakan berasal dari luar
Kabupaten malang.
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan hasil eksisting terdapat 2 sarana bilyard dan 1 sarana Wisata makam
Setjo Setuhu yang lokasinya terdapat pada Dusun Pandanrejo saja. Dilihat dari Skala
Pelayanannya tidak mencukupi satu Desa Bambang namun dari kenyataannya sejarah dari
mkam tersebut terkenal higga sampai provinsi, hal ini dapt menimbulkan pendapatan
ekonomi masyarakt dea bambang menjadi bertambah karena banyak pengunjung
berdatangan.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-252
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 3. 12 Peta Analisis Skala Pelayanan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Balai Warga
(100 m2)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-253
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

G. Sarana RTH dan Olahraga


1. Analisis kebutuhan sarana RTH dan olahraga
Ruang terbuka hijau merupakan sarana yang memiliki nilai tersendiri bagi suatu
permukiman guna memberikan ruang bagi masyarakat sekitar untuk berinteraksi,
ruang untuk bermain, ruang untuk olahraga, dan ruang untuk resapan air hujan.
Jumlah proyeksi sarana ruang terbuka hijau di Desa Bambang dapat dilihat pada
Tabel 3.31 dan Tabel 3.32.
Tabel 3. 31 Proyeksi Sarana Ruang Terbuka Hijau Desa Bambang Tahun 2014-2019
Proyeksi
Jumlah Eksisting Kebutuhan
Jumlah Jumlah Kebutuhan
Pddk Tahun 2014 Tahun 2014
Jenis Luas Pddk Pddk Tahun 2019
No. Minimum
Sarana (m²) Jmlh Tahun Jmlh Tahun
yang Luas Luas Jmlh Luas
(unit 2014 (unit 2019
Dilayani (m²) (m²) (unit) (m²)
) )
Taman/t
1 empat 250 250 0 0 3933 16 4000 4022 0 0
main
Taman
dan
2 9000 30000 3 784 3933 0 0 4022 0 0
lapangan
olahraga
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 32 Proyeksi Sarana Ruang Terbuka Hijau Desa Bambang Tahun 2024-2034
Proyeksi Proyeksi
Jumlah Proyeksi Kebutuhan Jumlah Jumlah
Kebutuhan Tahun Kebutuhan
Penduduk Tahun 2024 Penduduk Penduduk
2029 Tahun 2034
Tahun Tahun Tahun
2024 Jumlah Luas 2029 Jumlah Luas 2034 Jumlah Luas
(unit) (m²) (unit) (m²) (unit) (m²)
4112 1 250 4205 0 0 4229 0 0
4112 0 0 4205 0 0 4229 0 0
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan sarana RTH yang disajikan pada Tabel
3.31 dan Tabel 3.32 dapat di simpulkan bahwa adanya penambahan sarana taman
dan tempat main di Desa Bambang pada periode pertama sebanyak 16 unit sarana,
kemudian perlu penambahan kembali sarana taman dan tempat main sebanyak 1 unit

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-254
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

pada periode kedua, dan setelah itu tidak ada penambahan unit sarana baru sampai
periode terakhir.
Pada periode pertama sampai terakhir di Desa Bambang tidak memerlukan sarana
taman dan olahraga, karena pada tahun 2014 di Desa Bambang sudah memiliki sarana
tersebut sebanyak 3 unit sarana. Maka secara tidak langsung sarana tersebut dapat
melayani warga secara keseluruhan dari periode pertama sampai terakhir dan tidak
memerlukan adanya penambahan unit.
2. Analisis skala pelayanan sarana RTH dan olahraga
Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga yang terdapat di Desa Bambang
berupa lapangan olahraga dan lapangan sepak bola. Analisis Skala pelayanan RTH
dan Olahraga berfungsi untuk mengetahui seberapa jauh sarana tersebut dapat
melayani masyarakt Desa Bambang.
Tabel 3. 33 Analisis Skala Pelayanan Sarana RTH dan Olahraga
Jenis Sarana RTH
Standar Eksisting Analisis Sarana
dan Olahraga
Lapangan sepak - Jumlah Hanya terdapat pada Berdasarkan analisis skala
bola dan Lapangan penduduk Dusun Krajan yaitu pelayanan tersebut dapat
olahraga minimum selurhnya berupa diketahui daerah yang
yang dilayani lapangan olahraga terlayani hanya terdapat pada
30000 jiwa dusun Krajan, dan pada
- Radius perhitungan kebutuhan
Pencapaian sarana tersebut
1000 m2 membutuhkan penambahan
agar seluruh dusun dapat
merata terlayani.
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan kondisi eksistng sarana Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga ini
terdapat pada Dusun Krajan saja, yang dimana berupa lapangan olahraga dan
lapangan sepak bola. Dari hasil Skala Pelayanan yang terlayani hanya terdapat pada
Dusun Krajan saja sehingga untuk dua dusun lainnya Bendo dan Pandanrejo belum
terlayani sarana tersebut dan juga berdasarkan perhitungan kebutuhan membutuhkan
penambahan akan sarana tersebut agar masyarakat dusun lain dapat terlayani saran
oalhraga tersebut.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-255
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 3. 13 Peta Analisis Skala Pelayanan Sarana RTH dan Olahraga Lapangan (1000 m2)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-256
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

H. Sarana keamanan
Sarana keamanan merupakan sarana yang memiliki peranan dalam melayani
keamanan warga atau masyarakat pada suatu permukiman. Proyeksi kebutuhan sarana
keamanan di Desa Bambang selama 20 tahun kedepan secara bertahap 5 tahunan dapat dilihat
pada Tabel 3.34 dan Tabel 3.35 berikut.
Tabel 3. 34 Proyeksi Kebutuhan Sarana Keamanan Desa Bambang Tahun 2014-2019
Proyeksi
Jumlah Eksisting Kebutuhan
Jumlah Jumlah Kebutuhan
Penduduk Tahun 2014 Tahun 2014
Jenis Luas Penduduk Penduduk Tahun 2019
Minimum
Sarana (m²) Jmlh Tahun Jmlh Lua Tahun Jmlh
yang Luas Luas
(unit 2014 (unit s 2019 (unit
Dilayani (m²) (m²)
) ) (m²) )
Pos
Ronda/ 12 2500 12 126 3933 0 0 4022 0 0
Satpam
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 35 Proyeksi Kebutuhan Sarana Keamanan Desa Bambang Tahun 2024-2034


Proyeksi Proyeksi
Jumlah Jumlah Proyeksi Kebutuhan
Kebutuhan Kebutuhan Jumlah
Penduduk Pendudu Tahun 2034
Tahun 2024 Tahun 2029 Penduduk
Tahun k Tahun
Jmlh Luas Jmlh Luas Tahun 2034 Jmlh
2024 2029 Luas (m²)
(unit) (m²) (unit) (m²) (unit)
4112 0 0 4205 0 0 4229 0 0
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan hasil analisa yang disajikan pada Tabel 3.35 dapat diambil kesimpulan
bahwa jumlah sarana keamanan pada tahun 2014 di Desa Bambang adalah sebanyak 12 unit.
Sedangkan pada standar yang telah ditetapkan pemerintah bahwa satu unit sarana keamanan
diasumsikan dapat melayani sebanyak 2500 penduduk. Hasil proyeksi 20 tahun kedepan
dengan secara bertahap 5 tahunan menunjukkan bahwa proyeksi jumlah penduduk di tahun
2034 menjadi 4229 jiwa. Maka jika dilihat dari jumlah sarana keamanan di Desa Bambang
akan mencukupi pelayanan keamanan hingga 20 tahun ke depan.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-257
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3.7 Analisis Prasarana Permukiman


Kondisi prasarana permukiman yang baik akan mendukung kegiatan masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari seperti kondisi jalan, drainase, persampahan dan sanitasi, serta
air bersih. Berikut ini merupakan analisis kondisi prasarana permukiman yang ada di Desa
Bambang.
3.7.1 Analisis Kondisi Prasarana
Prasarana permukiman merupakam kebutuhan dasar yang harus dimiliki oleh
permukiman, karena merupakan penunjangn awal untuk adanya aktifitas atau pergerakan di
permukiman, kondisi prasarana yang akan di kaji yaitu mengenai, kondisi jalan, drainase, air
bersih, sampah dan sanitasi, jaringan listrik serta kondisi jaringan telekomunikasi di Desa
Bambang.
A. Analisis Kondisi Jalan
Kegiatan sehari-hari masyarakat Desa Bambang sangat tergantung dengan kondisi
jalan yang ada di desa tersebut untuk melaksanakan kegiatan ekonomi maupun sosial. Akses
jalan sangat menentukan kegiatan masyarakat Desa Bambang, karena apabila jalan terputus,
maka kegiatan masyarakat Desa Bambang juga akan terganggu. Masyarakat Desa Bambang
membutuhkan akses jalan yang nyaman, cepat, dan aman untuk menunjang kehidupan
sehari-harinya. Untuk itu diperlukan analisis mengenai jaringan jalan serta kualitas jalan di
Desa Bambang.
1. Analisis perkerasan jalan
Perkerasan jalan dan kualitasnya menjadi faktor penting dalam pergerakan
masyarakat sehari-hari karena akan mempermudah aksesibilitas dalam kegiatan
perekonomian dan sosial masyarakat Desa Bambang. Berikut analisis perkerasan
jalan di Desa Bambang

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-258
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 36 Analisis Kondisi Jalan


Perkerasan
No Lokasi Analisis
Jalan
1 Aspal Jl.Bendo A, Jl.Bendo B, Kondisi aspal yang sudah baik hanya terpusat di jalan
Jl.Krajan A utama desa.

2 Makadam Jl.Krajan B, Jl.Krajan C, Kondisi perkerasan macadam di Desa Bambang yang


Jl.Pandanrejo C berbatu tajam akan membahayakan pengguna jalan
tersebut baik pengguna moda transportasi maupun
pejalan kaki. Hal ini selain mengurangi keselamatan
pengguna jalan juga mengurangi kenyamanan dalan
mengakses jalan.
3 Paving Jl.Pandanrejo 5A Jalan paving yang ada di Desa Bambang sudah baik
kualitasnya
4 Tanah Jl.Pandanrejo 1E, Jl. Kondisi tanah yang pasir sangat membahayakan
Pandanrejo 4E, pengendara kendaraan bermotor karena akan
Jl.Pandanrejo 5E, Jl. menyebabkan tergelincir. Selain itu bila terjadi hujan
Pandanrejo 6E jalan tanah tersebut akan menjadi berlumpur dan becek
akan mengakibatkan kecelakaan.
Sumber: Hasil Analisis (2014)

2. Analisis Pola Pergerakan


Terdapat dua pola pergerakan yaitu pola pergerakan internal dan pola pergerakan
eksternal. Pola pergerakan internal adalah pola pergerakan yang terjadi di dalam Desa
Bambang. Sedangkan pola pergerakan eksternal adalah pola pergerakan keluar masuk
Desa Bambang.
a. Pola pergerakan internal
Pola pergerakan internal yang terjadi di Desa Bambang diantaranya kegiatan
ekonomi seperti pergerakan masyarakat untuk melakukan kegiatan jual beli di
dalam desa. Kegiatan sosial yang menyebabkan adanya pola pergerakan internal
diantaranya kegiatan masyarakat Desa Bambang untuk saling berkomunikasi
seperti kegiatan arisan, tahlilan, pengajian, dan pergerakan siswa menuju sekolah.
b. Pola pergerakan eksternal
Pola pergerakan eksternal masyarakat di Desa Bambang biasanya terjadi akibat
kegiatan perekonomian , pertanian, dan sosial. Pada sektor perekonomian yaitu
adanya kegiatan pengumpul yang mengumpulkan susu hasil perah sapi warga
setiap harinya dari luar desa dan akan dibawa menuju Gunung Kawi untuk
dikumpulkan lagi dengan susu hasil perah dari daerah lain sebelum disetor ke

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-259
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

pabrik nestle. Pada kegiatan pertanian yaitu pergerakan masuk dan keluar para
tengkulak maupun para petani yang akan mengambil dan menjual hasil pertanian.
Selain itu pada pola pergerakan di bidang sosial diantaranya kegiatan masyarakat
Desa Bambang yang pulang dan pergi untuk bekerja di luar Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-260
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 3. 14 Peta Analisis Perkerasan dan Kualitas Jalan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-261
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

B. Analisis Kondisi Drainase


Hierarki saluran drainase yang ada di Desa Bambang berhierarki Maindrain,
Conveyor, dan Collector. Umunya masyarakat desa membuang air limbah rumah tangga
mereka ke tanah secara langsung dan di biarkan menggenang di tanah. Hierarki Collector
drainase yang ada di Desa Bambang juga tidak berfungsi secara optimal, karena saluran
drainase berfungsi pada saat musim hujan saja untuk menampung limpasan air hujan. Saat
musim kemarau saluran drainase yang ada di Desa Bambang tidak digunakan, hanya terdapat
timbunan sampah dan tanaman liar.
Saluran drainase yang ada di Desa Bambang masih minim, dapat diketahui dari
kondisi eksisting yang ada di Desa Bambang dimana saluran drainase hanya terdapat di jalan
utama Desa Bambang dan beberapa jalan kecil yang terdapat saluran drainase. Selain itu jenis
saluran drainase yang ada di Desa Bambang masih banyak yang belum diberi perkerasan,
banyak saluran drainase yang masih terbentuk secara alami. Upaya yang dapat dilakukan
untuk mengurangi permasalahan drainase yaitu dengan memperbaiki kondisi saluran
drainase, dan menambah saluran drainase yang ada di Desa Bambang agar air yang melimpas
pada permukaan jalan dapat secara langsung mengalir pada saluran. Selain itu upaya
perbaikan dan penambahan saluran drainase dilakukan agar tidak mengganggu keselamatan
masyarakat pengguna jalan yang ada di Desa Bambang saat musim hujan, mengingat kondisi
jalan yang ada di Desa Bambang masih berupa pasir dan macadam yang pada saat musim
hujan tiba, kondisi jalan tersebut licin dan becek.
Selain saluran drainase yang masih minim, bangunan pelengkap saluran drainase
tidak terdapat di Desa Bambang, dengan kondisi tersebut semakin menggambarkan masih
buruknya sistem drainase yang ada di Desa Bambang.
C. Analisis Kondisi Air Bersih
Berdasarkan Hasil Survei Desa Bambang, 100% penggunaan sumber air bersih untuk
kehidupan sehari-hari adalah bersumber dari HIPAM. Kualitas Air bersih telah memenuhi
standar kualitas fisik dari keputusan menteri kesehatan no 492 tahun 2011 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, yakni dinilai dari sisi kekeruhan, warna, bau dan rasa.
Kualitas air bersih ini senantiasa terpenuhi pada musim kemarau namun pada musim hujan,

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-262
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

52% responden menyatakan, air bersih yang disediakan HIPAM terkadang keruh. Berikut
merupakan analisis kondisi air bersih yang terdapat di Desa Bambang.
Tabel 3. 37 Analisis Kondisi Air Bersih
Dusun Kondisi Eksisting Analisis
Bendo Dari 16 Responden yang  Kualitas Air bersih pada musim kemarau, memenuhi
semuanya menggunakan standar fisik yakni Keputusan Menteri Kesehatan no 492
sumber air HIPAMS tahun 2011 tentang kualitas air minum. Namun pada
musim hujan 12,5% responden menyatakan terjadi
perubahan kualitas air sehingga tidak sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan no 492 tahun 2011
 HIPAMS digunakan oleh warga dikarenakan HIPAMS
merupakan penyedia air masyarakat yang sudah lama ada
yakni sejak 1980an
 Air Tanah sangat sulit didapat karena harus mengambil
air hingga kedalaman minimum 37 meter
Krajan Dari 47 Responden, 100%  Kualitas Air bersih pada musim kemarau, memenuhi
menggunakan HIPAMS standar fisik yakni Keputusan Menteri Kesehatan no 492
tahun 2011 tentang kualitas air minum. Namun pada
musim hujan 82,9% responden menyatakan terjadi
perubahan kualitas air sehingga tidak sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan no 492 tahun 2011
 HIPAMS digunakan oleh karena sistem jaringannya
sudah ada sejak tahun 1980an
 Air HIPAMS meskipun berubah warna dan dirasakan
oleh sebagian besar warga pada musim penghujan tetap
digunakan sebagai sumber air primer dikarenakan air
Tanah sangat sulit didapat karena harus mengambil air
hingga kedalaman artesis serta belum ada cara
pengumpulan pengelolahan air hujan sebagai sumber air
bersih
Pandanrejo 29 Responden semuanya  Kualitas Air bersih pada musim kemarau, memenuhi
menggunakan sumber air standar fisik yakni Keputusan Menteri Kesehatan no 492
HIPAMS tahun 2011 tentang kualitas air minum. Namun pada
musim hujan 24,1% responden menyatakan terjadi
perubahan kualitas air sehingga tidak sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan no 492 tahun 2011
 Penggunaan sumber Air HIPAM digunakan karena
memang sudah 100% pengguna HIPAMS sejak 1991
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-263
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 3. 15 Peta Analisis Kebutuhan Air Bersih

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-264
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

D. Analisis Kondisi Sanitasi Dan Sampah


Sampah merupakan sumber dari lingkungan yang tidak bersih. Jika pengelolaannya
salah maka lingkungan yang bersih tidak akan didapat. Sistem pengelolaan sampah dan
sanitasi yang kurang memadai maka akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya
adalah munculnya berbagai penyakit seperti demam berdarah, diare, dan malaria. Untuk itu
perlu ada pengelolaan sampah dan sanitasi yang baik agar lingkungan bersih dapat terwujud.
Dalam bagian ini akan dijelaskan tentang analisis mengenai sistem pengelolaan sampah dan
sanitasi yang terdapat di Desa Bambang.
1. Sampah
Kondisi sistem persampahan yang terdapat di Desa Bambang memiliki pengelolaan
yang tergolong kurang. Hal tersebut disebabkan oleh perilaku masyarakat di Desa
Bambang yang membakar sampah dengan cara menggali lubang di depan maupun
belakang rumah masing-masing warga. Kegiatan tersebut rutin dilakukan saat pagi
dan sore hari. Pembakaran sampah tersebut dilakukan karena tidak adanya TPS yang
ada di Desa Bambang, sehingga masyarakat lebih memilih untuk membakar sampah
daripada memilah antara sampah organik yang dapat dijadikan sebagai pupuk
kompos serta sampah anorganik yang dapat di daur ulang menjadi barang yang
memiliki nilai guna lebih.
Tabel 3. 38 Analisis Prasarana Persampahan di Desa Bambang
No Jenis Prasarana Standar Analisis
1. Persampahan Terdapat TPS setiap 30.000 jiwa Dengan jumlah penduduk
dimana jarak bebas TPS dengan sebanyak 3933 jiwa, Desa
lingkungan perumahan minimal Bambang belum memenuhi
30 m. Serta tersedianya sarana standar pembangunan TPS.
pelengkap seperti gerobak
sampah berdimensi 2m3 dan bak
sampah berdimensi 12m3.
Gerobak mengangkut 3x
seminggu. Dan ritasi yang
dilakukan petugas 1x sehari .
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-265
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

2. Sanitasi
Kondisi sistem sanitasi di Desa Bambang masih sangat kurang, dikarenakan sistem
sanitasi yang digunakan masih menggunakan “cubluk”. Terdapat 90% dari responden
telah memiliki MCK pribadi, serta terdapat pula 2 unit MCK komunal yang ada di
Kampung Kramat dan Dusun Krajan.
Tabel 3. 39 Analisis Prasarana Sanitasi di Desa Bambang
No Jenis Prasarana Standar Analisis
1. Sanitasi Setiap rumah memiliki septic Septic Tank pribadi hanya dimiliki
tank pribadi , apabila tidak oleh 7 dari 92 responden yang ada
dimungkinkan membuat tangki di Desa Bambang. Oleh karena itu
septik maka lingkungan desa perlu adanya peningkatan jumlah
tersebut harus dilengkapi kepemilikan septictabk pribadi di
dengan bidang resapan di setiap setiap rumah.
rumah.
Sumber: Hasil Analisis (2014)

E. Analisis Kondisi Jaringan Listrik


Menurut (SK Menteri Permukiman dan Prasarana No. 534/KPTS/M/2001),
Kebutuhan listrik rumah tangga adalah 150 VA/Jiwa atau 450 VA per rumah. Meskipun
seluruh kebutuhan listrik Desa sudah berusaha dipenuhi oleh daya bersumber dari PLN.
Namun berdasarkan hasil survey diketahui bahwa terdapat rumah yang hanya memiliki daya
listrik sebesar 220 VA. Disamping itu meskipun banyak rumah yang memiliki daya diatas
900 VA, rumah tersebut cenderung menyalurkan dayanya ke beberapa rumah lain yang tidak
memiliki sambungan listrik, sehingga apabila dilihat dari standar sebenarnya tidak memenuhi
kebutuhan listrik.
F. Analisis Kondisi Jaringan Telekomunikasi
Kondisi Jaringan Telekomunikasi desa Bambang tidak memiliki jaringan telepon
rumah dan sarana telepon umum, namun sudah memiliki jaringan telepon telekomunikasi
nirkabel yakni telepon genggam. Meskipun di Desa Bambang tidak terdapat BTS (Base
Tranceiver Station), Desa Bambang masih mendapatkan jaringan telekomunikasi berupa
sinyal dari beberapa provider. Didesa Bambang juga berusaha mengembangankan jaringan
telekomunikasi sebagai program dari desa dengan membuat Jaringan wifi yang disediakan di
Kantor Desa Bambang

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-266
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3.7.2 Analisis Kebutuhan Prasarana


Berdasarkan survei diketahui bahwa sebagian besar jalan yang ada di Desa Bambang
memiliki kualitas yang buruk dengan perkerasan makadam dan tanah. Hal tersebut karena
hanya sebagian kecil saja jalan yang memiliki kondisi jalan yang baik dan memiliki
perkerasan aspal, jalan yang memiliki kondisi baik hanya terpusat di beberapa titik penting
kegiatan desa. Selain itu penerangan jalan umum di Desa Bambang jumlahnya juga masih
sangat kurang.
A. Analisis kebutuhan jalan
1. Analisis kondisi dan kebutuhan jalan
Berdasarkan hasil survei dapat diketahui bahwa kondisi jalan di Desa Bambang
sebagian besar berkualitas buruk yaitu dengan prosentase 98% dari total jalan di Desa
Bambang, dan menggunakan perkerasan tanah. Ada juga jalan yang berkualitas baik
dan menggunakan perkerasan aspal namun hanya terpusat pada daerah tertentu.
Selain itu masih kurangnya penerangan jalan di Desa Bambang menjadi masalah
dalam akses jalan.

Tabel 3. 40 Analisis Kondisi dan Kebutuhan Jalan Desa Bambang


Analisis Kondisi dan
Dusun Kondisi Lokasi Gambar
Kebutuhan
Bendo Baik Jl.Bendo B Jl.Bendo B dikatakan
memiliki kondisi baik
karena kualitas
perkerasannya yaitu
aspal tidak mengalami
kerusakan dan
kendaraan dapat
melaju tanpa
hambatan. Dibutuhkan
penerangan di
Jl.Bendo B

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-267
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Analisis Kondisi dan


Dusun Kondisi Lokasi Gambar
Kebutuhan
Buruk Jl.Bendo 2A, Semua jalan di Dusun
Jl.Bendo 3A, Bendo kecuali
Jl.Bendo 3B, Jl.Bendo B memiliki
Jl.Bendo 10B, kualitas yang buruk
Jl.Bendo 14B, karena kondisi jalan
Jl.Bendo 2C, yang rusak dan
Jl.Bendo 6C, mengganggu
Jl.Bendo 1D, kenyamanan pengguna
Jl.Bendo 2D jalan. Untuk itu
dibutuhkan
peningkatan kualitas
perkerasan jalan.
Selain itu masih
kurang penerangan
jalan di Dusun Bendo
Krajan Baik Jl.Krajan A Jalan utama di Dusun
Krajan dikatakan baik
karena memiliki
perkerasan aspal yang
tidak mengalami
kerusakan. Jalan
utama di Dusun
Krajan memerlukan
tambahan penerangan
jalan

Buruk Jl.Krajan B, Jl.Krajan B dan


Jl.Krajan C Jl.Krajan C adalah dua
contoh jalan di Dusun
Krajan dikatakan
buruk karena memiliki
perkerasan tanah dan
makadam berbahaya
bagi pengendara. Jalan
di Dusun Krajan
memerlukan perbaikan
kualitas perkerasan
dan tambahan
penerangan jalan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-268
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Analisis Kondisi dan


Dusun Kondisi Lokasi Gambar
Kebutuhan
Pandanrejo Buruk Jl.Pandanrejo Jalan di Dusun
A, Pandanrejo semuanya
Jl.Pandanrejo berkualitas buruk
B, karena memiliki
Jl.Pandanrejo perkerasan macadam
C dengan batu yang
tajam dan berpasir
yang membahayakan
pengendara. Perlu
penambahan kualitas
perkerasan jalan dan
penerangan di
Pandanrejo.
Sumber: Hasil Analisis (2014)

2. Analisis hierarki jalan


Berdasarkan hasil survei hierarki jalan di Desa Bambang yang terdiri atas jalan
lokal sekunder dan lingkungan sekunder. Untuk menganalisa hierarki jalan maka
dibutuhkan standart untuk membandingkan kondisi eksisting dengan ketentuan yang
berlaku dan menentukan rencana. Standar yang kami gunakan untuk menganalisis
hierarki jalan adalah PP No. 34 Tahun 2006 dan SNI 03-1733-2004.
Tabel 3. 41 Analisis Hierarki Jalan Desa Bambang
Eksisting Standart
Dusun Hierarki Analisis
Lebar Kecepatan Lebar Kecepatan
Berdasarkan kondisi eksisting
lebar badan jalan untuk
lingkungan primer masih belum
Lokal Min Min 10
Bendo 4m 30km/jam memenuhi standar yakni
Sekunder 7,5m km/jam
minimal 7,5 m sehingga perlu
pelebaran jalan.

Berdasarkan kondisi eksisting


lebar badan jalan untuk
Lingkungan Min Min 10 lingkungan primer masih belum
3m 10km/jam
Sekunder 6,5m km/jam memenuhi standar yakni
minimal 6,5 m sehingga perlu
pelebaran jalan.
Berdasarkan kondisi eksisting
lebar badan jalan untuk
Lokal Min Min 10 lingkungan primer masih belum
Krajan 4m 30km/jam
Sekunder 7,5m km/jam memenuhi standar yakni
minimal 7,5 m sehingga perlu
pelebaran jalan.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-269
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Eksisting Standart
Dusun Hierarki Analisis
Lebar Kecepatan Lebar Kecepatan
Berdasarkan kondisi eksisting
lebar badan jalan untuk
Lingkungan Min Min 10 lingkungan primer masih belum
3m 10km/jam
Sekunder 6,5m km/jam memenuhi standar yakni
minimal 6,5 m sehingga perlu
pelebaran jalan.
Berdasarkan kondisi eksisting
lebar badan jalan untuk
Lingkungan Min Min 10 lingkungan primer masih belum
Pandanrejo 3m 10km/jam
Sekunder 6,5m km/jam memenuhi standar yakni
minimal 6,5 m sehingga perlu
pelebaran jalan.
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan Tabel 3.41 dapat diketahui bahwa hierarki jalan di Desa Bambang
belum memenuhi standar, sehingga perlu adanya perlebaran jalan.
B. Analisis Kebutuhan Air Bersih
Berdasarkan Hasil Survei Desa Bambang, 100% penggunaan sumber air bersih untuk
kehidupan sehari-hari adalah bersumber dari HIPAM. Kualitas Air bersih telah memenuhi
standar kualitas fisik dari keputusan menteri kesehatan no 492 tahun 2011 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, yakni dinilai dari sisi kekeruhan, warna, bau dan rasa.
Kualitas air bersih ini senantiasa terpenuhi pada musim kemarau namun pada musim hujan,
52% responden menyatakan, air bersih yang disediakan HIPAM terkadang keruh.
Air Bersih adalah suatu kebutuhan pokok manusia yang senantiasa meningkat seiring
pertumbuhan manusia. Oleh karena itu, kebutuhan air bersih Desa Bambang perlu
diproyeksikan untuk 20 tahun kedepan. Dengan standar perhitungan dari Dinas PU, dengan
kebutuhan air bersih perkapita standar V atau desa, adalah antara 60-80 liter perdetik,
kehilangan air antara 20-30%, Kebutuhan fasos 15% dari Kebutuhan Domestik, Kebutuhan
Industri 10% dari kebutuhan Domestik dan Kebutuhan Komersial 20% dari Kebutuhan
Domestik. Berikut adalah proyeksi kebutuhan Air bersih Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-270
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 42 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Desa Bambang


Kebutuhan Air Bersih Non Domestik Kebutuhan
Kebutuhan Kebutuhan Air Kebutuhan Air
Kehilangan Rata-rata
Jumlah Air bersih Bersih Fasos Komersial Industri Maksimum
Tahun Air Harian
Penduduk Domestik (70 Domestik
15 % x 20% x 10% x 20%
liter/hari) (liter/detik) (D+ND+KA) 1,15
Domestik Domestik Domestik
2014 3933 275341,096 3,187 0,478 0,637 0,319 0,462 5,083 5,845
2015 3951 276567,632 3,201 0,480 0,640 0,320 0,464 5,106 5,871
2016 3969 277799,631 3,215 0,482 0,643 0,322 0,466 5,128 5,898
2017 3986 279037,118 3,230 0,484 0,646 0,323 0,468 5,151 5,924
2018 4004 280280,118 3,244 0,487 0,649 0,324 0,470 5,174 5,950
2019 4022 281528,655 3,258 0,489 0,652 0,326 0,472 5,197 5,977
2020 4040 282782,754 3,273 0,491 0,655 0,327 0,475 5,220 6,003
2021 4058 284042,439 3,288 0,493 0,658 0,329 0,477 5,244 6,030
2022 4076 285307,736 3,302 0,495 0,660 0,330 0,479 5,267 6,057
2023 4094 286578,669 3,317 0,498 0,663 0,332 0,481 5,290 6,084
2024 4112 287855,263 3,332 0,500 0,666 0,333 0,483 5,314 6,111
2025 4131 289137,545 3,346 0,502 0,669 0,335 0,485 5,338 6,138
2026 4149 290425,538 3,361 0,504 0,672 0,336 0,487 5,361 6,166
2027 4167 291719,269 3,376 0,506 0,675 0,338 0,490 5,385 6,193
2028 4186 293018,763 3,391 0,509 0,678 0,339 0,492 5,409 6,221
2029 4205 294324,045 3,407 0,511 0,681 0,341 0,494 5,433 6,248
2030 4223 295635,142 3,422 0,513 0,684 0,342 0,496 5,458 6,276
2031 4242 296952,080 3,437 0,516 0,687 0,344 0,498 5,482 6,304
2032 4261 298274,884 3,452 0,518 0,690 0,345 0,501 5,506 6,332
2033 4280 299603,580 3,468 0,520 0,694 0,347 0,503 5,531 6,361
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-271
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3.42 menunjukkan bahwa kebutuhan air bersih maksimum pada tahun 2033
adalah 6,361 liter per detik, sedangkan untuk kebutuhan harian rata-ratanya memerlukan
paling tidak 5,531 liter per detik. Dibandingkan dengan debit air hipam saat ini, maka perlu
dilakukan penambahan untuk memenuhi kebutuhan Air Desa Bambang dimasa depan.
C. Analisis kebutuhan sanitasi dan sampah
Limbah sanitasi di Desa Bambang berasal dari limbah rumah tangga dan limbah yang
berasal dari kegiatan dan aktivitas penduduk. Limbah cair di Desa Bambang berupa limbah
manusia (black water) air bekas mandi, cucian serta yang berasal dari rumah tangga dan
kegiatan lain seperti sarana perdagangan, industri dan sebagainya (grey water). Namun masih
terdapat rumah yang tidak mempunyai septic tank pribadi ini dikarenakan kurangnya biaya
yang dimiliki untuk membangun septic tank dan kurangnya lahan sehingga sulit untuk
membangun septic tank baru.
1. Sanitasi
Berikut merupakan analisis kondisi sistem sanitasi di Desa Bambang adalah sebagai
berikut.
Tabel 3. 43 Analisis Sanitasi
No Kondisi Eksisting Analisis Standar
1. Tidak adanya Sistem sanitasi yang ada di Desa Keputusan menteri permukiman
pengelolaan antara Bambang memiliki pengelolaan dan prasarana wilayah nomer
limbah grey water dan yang sangat kurang. 534/KPTS/M/2001 tentang
black water. Pengelolaan limbah grey water PEDOMAN PENENTUAN
Penduduk di Desa dan black water dilakukan secara STANDAR PELAYANAN
Bambang membuang tepisah. MINIMA (SPM) ermukiman
limbah grey water di a. Limbah Grey water pedesaaan prasarana lingkungan
halaman belakang Penduduk di Desa Bambang a. 50-70% penduduk terlayani
masing-masing rumah. memerlukan saluran b. b. Searasi antara greywater
Sedangkan pembuangan limbah grey (limbah domestik) terhadap
pembuangan limbah water karena saat ini black water (limbah kakus)
black water di buat pengelolaan yang dilakukan c. Penyaluran blackwater
dengan cara menggali penduduk Desa Bambang yang baik ke septictank,
lubang di tanah dengan masih membuang limbah grew tanpa ada kebocoran dan
sistem sanitasi water langsung di halaman bau d. Sistem pembuangan
“cubluk”. belakan rumah. air imbah terdiri dari dua
b. Limbah Black water macam, yakni:
Penduduk sebanyak.... KK d. Sistem sanitasi setempat
telah memiliki MCK pribadi, (On-site sanitation), yaitu
namun sebanyak ... KK belum apabilacubluk atau
memiliki MCK pribadi septictank sudah penuh
sehingga memerlukan adanya makaharus disedot dan
diangkut dengan truk tinja

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-272
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

No Kondisi Eksisting Analisis Standar


penambahan MCK pribadi ke IPLT (Instalasi
maupun komunal. Pengelolaan Lumpur Tinja),
dengan kegiatan berupa:
e. Individual, yaitu berupa
sistem pembuangan melalui
kloset peturasan yang
dilakukan oleh masing-
masing keluarga pada setiap
rumah
f. Komunal, yaitu sistem
pembuangan mellui kloset
yang dilakukan secara
bersama-sama oleh
beberapa keluarga yang
biasanya berupa jamban
jamak, mck umum, atau
septictank komunal.
g. Sistem sanitasi tidak
setempat (off-site
sanitation), yaitu proses
pembuangan air lmbah atau
penyaluran air limbah yang
berasal dari rumah-rumah
dan berbagai fasilitas
lainnya melalui jaringan
perpipaan menuju IPAL
(Instalasi penglahan air
Limbah)
h. Pemilihan teknologi
pembuangan air limbah:
Sumber: Hasil Analisis (2014)

2. Sampah
Kepemilikan tempat sampah yang terdapat di Desa Bambang belum ada di setiap
bangunan rumah penduduk. Tidak adanya pemisahan antara sampah organik dan
anorganik. Penduduk melakukan pengelolaan sampah dengan cara membakar
sampah-sampah yang telah dikumpulkan di halaman maupun di depan bangunan
rumah sehingga jika hal tersebut terus menerus dilakukan, maka dapat mencemari
dan merusak lingkungan. Arahan rencana yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan sampah Desa Bambang adalah adanya pengadaan tempat sampah
organik dan anorganik serta sosialisasi mengenai pemisahan sampah organik dan
anorganik sehingga dapat menambah perekonomian masyarakat di Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-273
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3.8 Analisis Pendapatan dan Ekonomi


Analiis pendapatan dan ekonomi digunakan sebagai elemen penentu laba dan rugi
suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan dalam suatu periode, hal yang menentukan sesorang
mendapatkan laba atau kerugian yaitu, nilai pengeluaran dan pemasukan selama melakukan
usaha. Pendapatan yang dimaksud yaitu seluruh hasil (Rp) yang didapat selama satu periode
atau musim tertentu sebelum dikurangin dengan biaya produksi atau biaya yang dikeluarkan
selama melakukan usaha, sehingga memberikan nilai keuntungan atau kerugian dalam
kegiatan ekonmi. Analisis yang akan di bahas yaitu mengenaia analisis usaha tani, yang
merupakan mayorotas mata pencaharian masyarakat Desa Bambang, analisis pendapatan
usaha penambang, dan usaha ternakan sapi perah yang mehasilkan susu.
3.8.1 Analisis Usaha tani
Analisis usaha tani digunakan untuk mempelajari cara mengalokasikan sumber daya
atau potensi pertanian yang terdapat di Desa Bambang dengan tujuan untuk mendapatkan
hasil yang optimal, untuk melakukan analisis usaha tani, sebelumnya dilakukan pencatatan
terlebih dahulu terhadap seluruh biaya pengeluaran dan penerimaan usahatani dalam satu
misim sehingga menemukan pendapatan kotor usaha tani dan perhitungan pendapatan
usahatania atas biaya total atau pendapatan bersih (keuntungan atau kerugian). Analisis
udaha tani yang dilakukan yaitu untuk beberapa komoditas pertanian yang terdapat di Desa
Bambang yaitu kayu sengon, tebu, cabe rawit, cabe besar, kacang panjang, kacang tanah,
jagung, dan kopi (basah dan kering)
A. Kayu Sengon
Data pemasukan dan pengeluaran dalam usaha Kayu Sengon terdapat pada Tabel
3.44.
Tabel 3. 44 Biaya Masukan dan Pengeluaran Petani Sengon di Desa Bambang
Proses Uraian Jumlah Per Ha. Total Harga
(Rp/Ha)
Pengeluaran Bibit (tinggi 100 cm) 1600 bibt Rp. 4.800.000
Persiapan lahan (gali 3 orang tenaga kerja Rp. 1.800.00
lubang) selama 30 hari
Persiapan bibit di kolibeek 3 orang tenaga kerja Rp. 180.000
kecil (jam kerja setengah selama 3 hari
hari)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-274
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Pemupukan 1: pupuk urea 320 kg pupuk (7 sak) Rp. 560.000


(usia 5 atau 6 bulan)
Pemupukan 2: pupuk urea 260 kg pupuk (6 sak) Rp. 480.000
(usia 1 tahun)
Pemupukan 3: pupuk urea 220 kg pupuk (5 sak) Rp. 400.000
(usia 2 tahun)
Pemupukan 4: pupuk urea 200 kg pupuk (4 sak) Rp. 320.000
(usia 3 tahun)
Upah tenaga kerja 3 orang, 3 hari untuk 4 kali Rp. 720.000
pemupukan
Biaya angkut 12 truk Rp. 72.000.000
Total pengeluaran Rp. 81.260.000
Pemasukan Hasil Produksi Pohon 1000 pohon Rp. 600.000.000
Sengon
Keuntungan/kerugian Rp. 518. 740.000
Sumber: Hasil Survei (2014)

1. Analisis pendapatan dan keuntungan usaha Kayu Sengon


Berdasarkan Tabel 3.44 diketahui bahwa:
Pendapata (1) = 1000 pohon x Rp. 600.000 = Rp. 600.000.000
Biaya usaha tani (2) = total pengeluaran = Rp. 81.260.000
Keuntungan usaha tani (1-2) = Rp. 518. 740.000
Hasil panen Kayu Sengon selama periode penanaman (6-7 tahun) mencapai 1000
pohon, dengan harga masing-masing pohon ditetapkan Rp. 600.000/pohon sehingga
meberikan pendapatan sebesar Rp. 600.000.000 dalam 1 Ha lahan, sedangkan total
biaya yang dikeluarkan yaitu Rp. 81.260.000. sehingga hasil perhitungan pendapatan
menunjukkan bahwa, pemilik usaha Pohon Kayu Sengo mendapatkan keuntungan
sebesar Rp. 518. 740.000 pada periode satu musim (6-7 tahun) dengan luas lahan 1
Ha.
2. Analisis titik impas (BEP) usaha Tani Kayu Sengon
Analisis titip impas atau Break Even Point (BEP) adalah kondisi yang
menggambarkan hasil usahatani yang diperoleh sama dengan modal yang
dikeluarkan, dalam kondisi ini, usahatani yang dilakukan tidak menghasilkan
keuntungan dan tidak mengalami kerugian.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-275
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

a. BEP volume produk


BEP volume produk menggambarkan produksi minimal yang harus dicapai dalam
usaha tani agar tidak mengalami kerugian.
BEP Volume Produksi = Total Biaya (2) : Harga di tingkat petani/pohom
= Rp. 81.260.000 : Rp. 600.000
= 135,43 ≈ 135 pohon
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat diperoleh produksi 135 pohon
dalam 1 Ha lahan, usaha tersebut tidak menghasilkan keuntungan dan tidak
mengalami kerugian (impas), dan pada kondisi eksisting pemilik usaha Kayu
Sengon medapatkan hasil lebih dari 135 pohon sehingga mendapat keuntungan.
b. BEP harga produksi
BEP Harga Produksi menggambarkan harga terendah dari produk yang
dihasilkan. Jika harga pasaran di tingkat petani lebih rendah daripada BEP, maka
usaha tani akan mengalami kerugian. Harga BEP ini merupakan harga pokok atau
harga dasar untuk pengembalian modal. Agar usaha tani untung, maka petani
harus menjual produksi diatas harga dasar.
BEP harga produksi = Total Biaya (2) : Total Produksi
= Rp. 81.260.000: 1000 pohon
= Rp 8.1260/pohon
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat harga Pohon Kayu Sengon di
tingkat petani sebesar Rp 8.1260/pohon, usaha tani Pohon Kayu Sengon tidak
memperoleh keuntungan dan tidakn mengalami kerugian (impas). Dan pada
kondisi eksisting, pemilik usaha menjual Kayu Sengon dengan harga Rp.
600.000/pohon, hal tersebut menunjukkan harga jual jauh lebih tingi
dibandingkan dengan BEP harga produksi sehingga pemilik usaha mendapatkan
kuntungan yang sangat besar.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-276
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3. Analisis kelayakan usaha tani Kayu Sengon


Analisis Kelayakan Usaha Tani atau Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) biasa digunakan
dalam analisis kelayakan usaha tani yaitu perbandingan antara pendapatan dan total
biaya yang digunakan.
(B/C Ratio) = Total Pendapatan (1) : Total Biaya Produksi atau pengeluaran (2)
= Rp. 600.000.000 : Rp. 81.260.000
= 7,38
Nilai Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 7,38, karena nilai (B/C Ratio) > 1, maka
penggunaan biaya tergolong efisien dan dapat disimpulkn bahwa usaha tani Kayu
Sengon layak untuk dilanjutkan dan dapat di kembangkan krena berdasarkan hasil
perhitungan usaha tani Kayu Sengon mendapatkan keuntungan.
B. Tebu
Data pemasukan dan pengeluaran dalam usaha tani Tebu terdapat pada Tabel 3.45.
Tabel 3. 45 Biaya Masukan dan Pengeluaran Tebu di Desa Bambang
Total Harga
Proses Uraian Jumlah Per Ha.
(Rp/Ha)
Pengeluaran Bibit 20.000 bibit Rp. 11.000.000
Persiapan lahan (gali 5 orang tenaga kerja Rp. 3.000.000
lubang) selama 30 hari
pemupukan: pupuk urea 120 kg Rp. 192.000
(usia 7 hari)
pemupukan: pupuk urea 200 kg Rp. 320.000
(30 hari)
Upah tenaga kerja (5 2 kali pemupukan Rp.100.000
orang)
Biaya tebang-angkut 100 ton/Ha Rp. 10.000.000
Total Rp. 24.612.000
pengeluaran
Pemasukan Hasil Produksi Tebu Rp. 40.000.000
Keuntungan Rp.15.388.000
Sumber: Hasil Survei (2014)

1. Analisis pendapatan dan keuntungan usaha Kayu Sengon


Berdasarkan Tabel 3.45 diketahui bahwa:
Pendapata (1) = 1000 kwintal x Rp. 40.000 = Rp. 40.000.000
Biaya usaha tani (2) = total pengeluaran = Rp. 24.612.000
Keuntungan usaha tani (1-2) = Rp. 15.388.000

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-277
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Penghasilan Tebu dalam 1 Ha lahan yaitu 100 ton atau setara dengan 1000 kwintal,
dan harga perkwintal tebu yaitu Rp. 40.000, sehingga tota pendapatan petani Tebu
yaitu sebesar Rp. 40.000.000 untuk satu kali panen, biaya yang dikeluarkan selama
penanaman yaitu Rp. 24.612.000, sehingga hasil perhitungan pendapatan
menunjukkan bahwa, pemilik usaha Tebu mendapatkan keuntungan sebesar Rp.
15.388.000, dengan masa panen selama 9 bulan.
2. Analisis titik impas (BEP) usaha tani Tebu
a. BEP volume produk
BEP Volume Produksi = Total Biaya (2) : Harga di tingkat petani/kwintal
= Rp. 24.612.000 : Rp. 40.000
= 615,3 ≈ 615 kwintal

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat diperoleh produksi Tebu sebanyak
615 kwintal dalam 1 Ha lahan, usaha tersebut tidak menghasilkan keuntungan
dan tidak mengalami kerugian (impas), jadi untuk memperoleh keuntungan petani
Tebu harus menghasilkan lebih dari 615 kwintal, dan pada kondisi eksisting
dalam 1 kali panen pemilik usaha tani Tebu medapatkan hasil lebih dari 615
kwintal, yaitu mendapatkan hasil sebanyak 100 ton atau setara dengan 1000
kwintal sehingga petani Tebu mendapatkan keuntungan.
b. BEP harga produksi
BEP harga produksi = Total Biaya (2) : Total Produksi
= Rp. 24.612.000 : 1000 kwintal
= Rp 24.612/kuintal
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat harga Tebu di tingkat petani sebesar
Rp 24.612/kuintal, usaha tani Tebu tidak memperoleh keuntungan dan tidak
mengalami kerugian (impas). Pada kondisi eksisting, harga per kuintal Tebu yaitu
Rp. 40.000/kuiantal, hal tersebut menunjukkan harga jual lebih tinggi dari pada
nilai BEP harga produksi sehingga pe tani Tebu mendapatkan kuntungan.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-278
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3. Analisis kelayakan usaha tani Tebu


(B/C Ratio) = Total Pendapatan (1) : Total Biaya Produksi atau pengeluaran (2)
= Rp. 600.000.000 : Rp. 80.780.000
= 7,43
Nilai Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 7,43, karena nilai (B/C Ratio) > 1, maka
penggunaan biaya tergolong efisien dan dapat disimpulkn bahwa usaha tani Tebu
layak untuk dilanjutkan dan dapat di kembangkan karena berdasarkan hasil
perhitungan usaha tani Tebu mendapatkan keuntungan.
C. Cabe Rawit
Data pemasukan dan pengeluaran dalam usaha Kayu Sengon terdapat pada Tabel
3.46.
Tabel 3. 46 Biaya Masukan dan Pengeluaran Petani Cabe Rawit di Desa Bambang
Proses Uraian Jumlah Total Harga (Rp/Ha)
Pengeluaran Bibit Cabe Rawit 20.000 bibit Rp. 20.000.000
Pemasukan Hasil sekali Rp 1.100.000
panen 200kg ,
dengan harga jual
Rp 5500,00
18 kali panen, Rp 19.800.000
Keuntungan/Kerugian Rp. 19.800.000 – Rp -200.000
Rp. 20.000.000
Sumber: Hasil Survei (2014)

1. Analisis pendapatan dan keuntungan usaha tani Cabe Rawit


Berdasarkan Tabel 3.46 diketahui bahwa:
Pendapata (1) = 200 kg x Rp. 5.500/kg = Rp. 1.100.000
= 18 x Rp. 1.100.000 = Rp 19.800.000
Biaya usaha tani (2) = total pengeluaran = Rp. 20.000.000
Keuntungan usaha tani (1-2) = Rp. -200.000
Cabe Rawit dalam 1 Ha lahan, petani dapat melakukan 18 kali panen, dan setiap kali
panen mendapatkan 200 kg, petani menjualnya dengan harga 5.500/kg sehingga
pendapatan sebesar Rp. 1.100.000 untuk 1 kali panen, sedangkan untuk 18 kali panen
total pendpatan yang didapatkan petani Cabe Rawit yaitu Rp 19.800.000. biaya yang
dikeluarkan selamam penanaman yaitu Rp. 20.000.000, biaya tersebut sudah

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-279
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

termasuk biaya pemupukan untuk perpohon. Berdasrkan hasil perhitungan


pendapatan menunjukkan hasil yang bernilai negatif (-), yang artinya pemilik usaha
pertanian Cabe Rawit dengan luas lahan 1 Ha. mengalami kerugian sebesar Rp.
200.000.
2. Analisis titik impas (BEP)
a. BEP volume produk usaha Cabe Rawit
BEP Volume Produksi = Total Biaya (2) : Harga di tingkat petani/kg
= Rp. 20.000.000: Rp. 5.500
= 3.636,364 kg ≈ 3.636 kg
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat diperoleh produksi 3.636 kg Cabe
Rawit dalam 1 Ha lahan, usaha tersebut tidak menghasilkan keuntungan dan tidak
mengalami kerugian (impas), dan pada kondisi eksisting dengan 18 kali panen,
setiap panen mendapatkan 200 kg maka jumlah total produksi 18 kali panen yaitu
3600 kg, nilai tersebut lebih kecil dari nilai BEP volume produk, sehingga petani
Cabe Rawit mengalami kerugian. Kerugian yang dialami petani umumnya
dikarenakan, harga cabe yang tidak stabil dan turun. Harga turun disebabkan oleh
musim panen cabe yang sama didaerah satu dengan yang lainnya, sehingga
menyebabkan harga cabe di pasaran menjadi turun, dan petani Cabe Rawit lebih
memilih untuk membiarkan tanamannya kering dilahan.
b. BEP harga produksi
BEP harga produksi = Total Biaya (2) : Total Produksi
= Rp. 20.000.000 : 3.600 kg
= Rp 5.555,5566/kg
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat harga Cabe Rawit di tingkat petani
sebesar Rp 5.555,5566/kg, usaha tani Cabe Rawit tidak memperoleh keuntungan
dan mengalami kerugian (impas). Dan pada kondisi eksisting, pemilik usaha
menjual Cabe Rawit dengan harga Rp. 5.500/kg , dan berada di bawah nilai BEP
harga produksi sehingga petani Cabe Rawit mengalami kerugian.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-280
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3. Analisis kelayakan usaha tani Cabe Rawit


(B/C Ratio) = Total Pendapatan (1) : Total Biaya Produksi atau pengeluaran (2)
= Rp 19.800.000 : Rp. 20.000.000
= 0,99
Nilai Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 0,99, karena nilai (B/C Ratio) < 1, maka
penggunaan biaya tergolong belum atau tidak efisien dan dapat disimpulkn bahwa
usaha tani Cabe Rawit belum layak untuk dilanjutkan dan dapat di kembangkan krena
berdasarkan hasil perhitungan usaha tani Cabe Rawit mengalami kerugian. Kerugian
yang dialami petani disebabkan oleh musim panen yang sama, maka dibutuhkannya
stategi pengembangan yang mampu untuk mengatasi hal tersebut, misalnya dengan
mengolah cabe yang dihasilkan menjadi barang jadi dan lebih awet.
D. Cabe Besar
Data pemasukan dan pengeluaran dalam usaha Cabe Besar terdapat pada Tabel 3.47.
Tabel 3. 47 Biaya Masukan dan Pengeluaran Petani Cabe Besar di Desa Bambang
Total Harga
Proses Uraian Jumlah
(Rp/Ha)
Pengeluaran Jumlah bibit cabe dalam 20000 x Rp 2000 Rp 40.000.000
1 ha adalah 20.000,
dengan harga setiap bibit
adalah Rp 2000
Pemasukan Hasil sekali panen 500kg x Rp 15.000 Rp 7.500.000
mencapai 500kg, dengan
harga jual normal di
pasar Rp 15000
Total Cabe besar dapat dipanen 10 x Rp 7.500.000 Rp 75.000.000
pemasukan hingga 10x
Keuntungan/Kerugian Rp 75.000.000 – Rp Rp 35.000.000
40.000.000
Sumber: Hasil Survei (2014)

1. Analisis pendapatan dan keuntungan usaha tani Cabe Besar


Berdasarkan Tabel 3.47 diketahui bahwa:
Pendapata (1) = 500 kg x Rp. 15.000 = Rp. 7.500.000
= 10 x Rp. 7.500.000 = Rp 75.000.000
Biaya usaha tani (2) = total pengeluaran = Rp. 40.000.000
Keuntungan usaha tani (1-2) = Rp. 35.000.000

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-281
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Hasil panen Cabe Besar dalam 1 Ha mencapai 500 kg dengan harga perkolonya yaitu
Rp. 15.000, dan petani dapat penen sebanyak 10 kali, sehingga total pendpatan
menjadi Rp 75.000.000. perhitungan pendapatan menunjukkan bahwa, pemilik usaha
Cabe Besar mendapatkan keuntungan sebesar Rp. Rp. 35.000.000 dengan periode
waktu panen selama 3,5 atau setara dengan 100 hari, jadi untuk 10 kali panen kurang
lebih membutuhkan waktu selama 2.78 tahun (3 tahun), sedangkan keuntungan untuk
sekali panen yaitu, petani mendapat keuntungan sebesar Rp. 3.500.000 dengan total
biaya pengeluaran sebesar Rp. 4.000.000. Petani Cabe Besar mendapatkan
keuntungan dikarenakan harga Cabe Besar dipasaran lebih stabil, sedangkan untuk
Cabe rawit sering mengalami penurunan harga yang sangat drastis.
2. Analisis titik impas (BEP) usaha tani Cabe Besar
a. BEP volume produk
BEP Volume Produksi = Total Biaya (2) : Harga di tingkat petani/kg
= Rp. 40.000.000 : Rp. 15.000
= 2.666,667 ≈ 2.667 kg
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat diperoleh produksi 2.667 kg dalam
1 Ha lahan, usaha tersebut tidak menghasilkan keuntungan dan tidak mengalami
kerugian (impas), dan pada kondisi eksisting pemilik usaha tani Cabe Besar
medapatkan hasil lebih dari 2.667 kg, yaitu 5.000 kg untuk 10 kali panen sehingga
mendapat keuntungan.
b. BEP harga produksi
BEP harga produksi = Total Biaya (2) : Total Produksi
= Rp. 40.000.000: 5000 kg
= Rp 8.000/kg
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat harga Cabe Besar di tingkat petani
sebesar Rp 8.000/kg, maka usaha tani Cabe Besar tidak memperoleh keuntungan
dan tidak mengalami kerugian (impas), dan pada kondisi eksisting, pemilik usaha
Cabe Rawit menjual Cabenya dengan harga Rp. 15.000/kg, dikarenakan harga

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-282
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

jual lebih tinggi dibandingkan nilai BEP harga produk maka pemilik usaha
mendapatkan kuntungan.
3. Analisis kelayakan usaha tani Cabe Besar
(B/C Ratio) = Total Pendapatan (1) : Total Biaya Produksi atau pengeluaran (2)
= Rp. 75.000.000 : Rp. 40.000.000
= 1,875
Nilai Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 71,875 yang menunjukkan bahwa nilai
(B/C Ratio) > 1, maka penggunaan biaya tergolong efisien dan dapat disimpulkan
bahwa usaha tani Cabe Besar layak untuk dilanjutkan dan dapat di kembangkan
karena berdasarkan hasil perhitungan usaha tani Cabe Rawit mendapatkan
keuntungan.
E. Kacang Panjang
Data pemasukan dan pengeluaran dalam usaha tani Kacang Panjang terdapat pada
Tabel 3.48.
Tabel 3. 48 Biaya Masukan dan Pengeluaran Petani Kacang Panjang di Desa Bambang
Total Harga
Proses Uraian Jumlah
(Rp/Ha)
Pengeluaran Biaya pembibitan = 8 x Rp 45.000 Rp 360.000
- 8 kantong bibit kacang (1
kantong Rp 45.000)
Biaya Pemupukan = Rp 120.000/18 x10 Rp. 66.666,67
- Harga pupuk 50 kg adalah
Rp 120.000 (50 kg dapat
digunakan untuk 18 x
panen)
- 10 kali panen
Biaya pekerja = Rp 15.000 x 5 x 30 Rp 2.250.000
(5 orang tenaga kerja, 1 hari
pekerja dibayar Rp 15.000
per setengah hari, Masa
kerja buruh adalah 20 hari)
Biaya sewa lahan Rp 1.166.666
Total Pengeluaran Rp 3.843.333
Pemasukan - Hasil panen 800kg/Ha 800 x 2500 x 10 Rp 20.000.000
- Harga Kacang Panjang Rp
2500/kg
- 10 kali panen
Keuntungan/Kerugian Rp 16.156.667
Sumber: Hasil Survei (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-283
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

1. Analisis pendapatan dan keuntungan usaha atani Kacang Panjang


Berdasarkan Tabel 3.48 diketahui bahwa:
Pendapata (1) = 800 kg x Rp. 2.500 = Rp. 2.000.000
= 10 x Rp. 2.000.000 = Rp 20.000.000
Biaya usaha tani (2) = total pengeluaran = Rp 3.843.333
Keuntungan usaha tani (1-2) = Rp 16.156.667
Hasil perhitungan pendapatan menunjukkan bahwa, pemilik usaha tani Kacang
Panjang mendapatkan keuntungan sebesar Rp 16.156.667 untuk 10 kali panen.
periode waktu untuk 1 kali panen yaitu 2 bulan atau 60 hari apa bila d hitung
keuntungan setiap kali penen, petani Kacang Panjang mendapat keuntungan sebesar
Rp. 1.615.666,7.
2. Analisis titik impas (BEP)
a. BEP volume produk
BEP Volume Produksi = Total Biaya (2) : Harga di tingkat petani/kg
= Rp 3.843.333 : Rp. 2.500/kg
= 1537, 333 ≈ 1537 kg
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat diperoleh produksi Kacang Panjang
sejumlah 1537 kg dalam 1 Ha lahan dalam kurun waktu 10 kali panen dan dengan
harga jual Rp. 2.500/kg, usaha tersebut tidak menghasilkan keuntungan dan tidak
mengalami kerugian (impas), dan pada kondisi eksisting pemilik usaha tani
Kacang Panjang untuk 10 kali panen medapatkan hasil lebih dari 1537 kg, yaitu
5.000 sehingga petani Kacang Panjang mendapat keuntungan.
b. BEP harga produksi
BEP harga produksi = Total Biaya (2) : Total Produksi
= Rp 3.843.333 : 5000 kg
= Rp 768,6665/kg
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat harga Kacang Panjang di tingkat
petani sebesar Rp 768,6665/kg, maka usaha tani Kacang Panjang tidak
memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian (impas). dan pada kondisi

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-284
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

eksisting, pemilik usaha Kacang Panjang menjual dengan harga Rp. 2.500/kg,
dikarenakan harga jual lebih tinggi dibandingkan nilai BEP harga produk maka
pemilik usaha mendapatkan kuntungan.
3. Analisis kelayakan usaha tani kacang Panjang
(B/C Ratio) = Total Pendapatan (1) : Total Biaya Produksi atau pengeluaran
(2)
= Rp. 20.000.000 : Rp. 3.843.333
= 5,2
Nilai Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 5,2 yang menunjukkan bahwa nilai (B/C
Ratio) > 1, maka penggunaan biaya tergolong efisien dan dapat disimpulkn bahwa
usaha tani Kacang Panjang layak untuk dilanjutkan dan dapat di kembangkan.
F. Kacang Tanah
Data pemasukan dan pengeluaran dalam usaha tani Kacang Tanah terdapat pada
Tabel 3.49.
Tabel 3. 49 Biaya Masukan dan Pengeluaran Petani Kacang Tanah di Desa Bambang
Total Harga
Proses Uraian Jumlah
(Rp/Ha)
Pengeluaran Biaya Pekerja Rp 1.000.000
Biaya Pemupukan 200kg x 1800/kg Rp 360.000

Sewa Lahan Rp 7.000.000 / 12 x 3,5 Rp 2.041.667


Biaya Pembibitan = Rp 20.000 x 20 kg benih Rp 400.000
1 kg benih = Rp 20.000
Diperlukan 20kg benih
Kacang Tanah
Total Rp. 3.801.667
pengeluaran
Pemasukan Hasil panen 1500kg 1500 kg x Rp 5500 Rp 8.250.000
Harga jual Rp 5500/kg
Keuntungan/Kerugian Rp. 8.250.000 - Rp. Rp. 4.448.333
3.801.667
Sumber: Hasil Survei (2014)

1. Analisis pendapatan dan keuntungan usaha atani Kacang Tanah


Berdasarkan Tabel 3.49 diketahui bahwa:
Pendapata (1) = 1500 kg x Rp. 5.500 = Rp. 8.250.000
Biaya usaha tani (2) = total pengeluaran = Rp. 3.801.667

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-285
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Keuntungan usaha tani (1-2) = Rp. 4.448.333


Hasil panen Kacang Tanah alam 1 Ha lahan yaitu 1500 kg dengan harga jual Rp.
5.500/kg sehingga total pendapatan petani Kacang Tanah sebesar Rp. 3.801.667.
Perhitungan pendapatan menunjukkan bahwa, pemilik usaha tani Kacang Tanah
mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 4.448.333. Berdasrkan hasil perhitungan
pendapatan usaha tani Kacang Panjang, keuntungan usaha tani Kacang Panjang lebih
banyak jika dibandingkan dengan Kacang Tanah (2 : 1) hal tersebut karena Kacang
Tanah hanya panen satu kali, sedankan Kacang Panjang petani dapat melakukan
panen sebanyak 10 kali sehingga keuntungan yang di dapatkan menjadi lebih banyak.
2. Analisis titik impas (BEP)
a. BEP volume produk
BEP Volume Produksi = Total Biaya (2) : Harga di tingkat petani/kg
= Rp. 3.801.667 : Rp. 5.500/kg
= 691,21 ≈ 691 kg

Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam 1 Ha lahan, pada saat diperoleh


produksi Kacang Tanah sejumlah 691, usaha tersebut tidak menghasilkan
keuntungan dan tidak mengalami kerugian (impas), dan pada kondisi eksisting
pemilik usaha tani Kacang Tanah medapatkan hasil panen sejumlah 1500 kg.
b. BEP harga produksi
BEP harga produksi = Total Biaya (2) : Total Produksi
= Rp. 3.801.667 : 1.500 kg
= Rp 2.534,444/kg
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat harga Kacang Tanah di tingkat
petani sebesar Rp 2.534,444/kg, maka usaha tani Kacang Tanah tidak
memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian, dan pada kondisi
eksisting, pemilik usaha Kacang Panjang menjual dengan harga Rp. 5.500/kg,
sehingga petani mendapatkan kuntungan.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-286
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3. Analisis kelayakan usaha tani Kacang Tanah


(B/C Ratio) = Total Pendapatan (1) : Total Biaya Produksi atau pengeluaran (2)
= Rp. 8.250.000 : Rp. 3.801.667
= 2,17
Nilai Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 2,17 menunjukkan bahwa nilai (B/C
Ratio) > 1, maka penggunaan biaya tergolong efisien dan dapat disimpulkn bahwa
usaha tani Kacang Tanah layak untuk dilanjutkan dan dapat di kembangkan. Namun
jika dibandingkan dengan usaha Tani Kacang Panjang, nilai (B/C Ratio) Usaha Tani
Kacang lebih besar yaitu 4,04, hal tersebut karena usaha tani Kacang Tanah hanya
dapat panen 1 kali sedangkan Kacang panjang 10 kali, sehingga usaha Tani Kacang
Panjang lebih layak untuk di kembangkan.
G. Jagung
Data pemasukan dan pengeluaran dalam usaha tani Jagung terdapat pada Tabel 3.50.
Tabel 3. 50 Biaya Masukan dan Pengeluaran Petani Jagung di Desa Bambang
Biaya bibit Biaya Upah tenaga Untung/panen
Jagung yang dijual
jagung/ha pupuk/ha kerja/hari 3,5 bulan
Rp 80.000 Rp 4 orang x Rp Rp = 3.000/kg x 6000 Rp 15.365.000
455.000 17.500/hari = Rp kg = Rp 18.000.000
70.000
3 kali kerja
(menanam,
pupuk panen)
Total upah
tenaga kerja =
Rp 2.100.000
Sumber: Hasil Survei (2014)

1. Analisis pendapatan dan keuntungan usaha atani Jagung


Berdasarkan Tabel 3.50 diketahui bahwa:
Pendapata (1) = 6000 kg x Rp. 3000 = Rp. 18.000.000
Biaya usaha tani (2) = total pengeluaran = Rp. 2.635.000
Keuntungan usaha tani (1-2) = Rp. 15.365.000
Hasil perhitungan pendapatan menunjukkan bahwa, pemilik usaha tani Jagung
mendapatkan keuntungan, jagung di panen dua kali dalam masa panen selama 1

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-287
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

tahun, jadi untuk 1 H lahan selama satu tahun, petani Jagung mendapatkan
keuntungan sebesar Rp. 15.365.000.
2. Analisis titik impas (BEP) usaha Tani Jagung
1) BEP volume produk
BEP Volume Produksi = Total Biaya (2) : Harga di tingkat petani/kg
= Rp. Rp. 2.635.000 : Rp. 3000
= 878,33 ≈ 878 kg

Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam 1 Ha lahan, pada saat diperoleh


produksi Jagung sejumlah 878 dengan harga 3000/kg, usaha tersebut tidak
menghasilkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian (impas), dan pada
kondisi eksisting pemilik usaha tani Jagung medapatkan hasil panen sejumlah
6000 kg untuk satu kali panen, jadi panen pertama petani jagung kembali modal.
2) BEP harga produksi
BEP harga produksi = Total Biaya (2) : Total Produksi
= Rp. 2.635.000 : 6000 kg
= Rp 439,17/kg
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat harga Jagung di tingkat petani
sebesar Rp 219,58/kg, maka usaha tani Jagung tidak memperoleh keuntungan dan
tidak mengalami kerugian (impas), pada kondisi ideal, pemilik usaha Jagung
menjual dengan harga Rp. 3.000/kg, sehingga petani mendapatkan kuntungan.
3. Analisis kelayakan usaha tani
(B/C Ratio) = Total Pendapatan (1) : Total Biaya Produksi atau pengeluaran (2)
= Rp. 18.000.000 : Rp. 2.635.000
= 6,83
Nilai Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 6,83 menunjukkan bahwa nilai (B/C
Ratio) > 1, maka penggunaan biaya tergolong efisien dan dapat disimpulkn bahwa
usaha tani Jagung layak untuk dilanjutkan dan dapat di kembangkan.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-288
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

H. Kopi
Kopi merupakan salah satu komoditas yang terdapat di Desa Bambang, penjualan
kopi dapat dilakukan secara langsung atau petani dapat menjualnya setelah dilakukan
pengolahan berupa pengeringan, jadi dapat juga di jual pada saat kering. Penjualan Kopi
Basah dan kering memiliki harga yang berbeda. Berikut analisis usaha tani petani Kopi Basah
dan kering
1. Kopi Basah
Data pemasukan dan pengeluaran dalam usaha tani Kacang Panjang terdapat pada
Tabel 3.51.
Tabel 3. 51 Biaya Masukan dan Pengeluaran Petani Kopi Basah di Desa Bambang
Biaya Bibit Upah Tenaga Kopi yang
Biaya Pupuk/ha Untung
Kopi/ha Kerja dijual basah
5 kg x Rp 2.000 300 kg x Rp 6.000 10 orang x Rp Rp 2.250.000 Rp 240.000
: Rp 10.000 = Rp 1.800.000 20.000/setengah
hari = Rp 200.000
Sumber: Hasil Survei (2014)

a. Analisis pendapatan dan keuntungan usaha tani Kopi Basah


Berdasarkan Tabel 3.51 diketahui bahwa:
Pendapatan (1) = 600 kg x Rp. 3.750 = Rp. 2.250.000
Biaya usaha tani (2) = total pengeluaran = Rp. 2.010.000
Keuntungan usaha tani (1-2) = Rp. 240.000
Hasil panen Kopi Basah sekali panen sebanyak 30 blek, masing-masing blek
berisi 20 kg, sehingga total produksi 1 kali panen yaitu 600 kg Kopi Basah, harga
1 blek kopi yaitu Rp. 75.000 sehingga harga 1 kg Kopi Basah yaitu Rp. 3.750.
Hasil perhitungan pendapatan petani kopi menunjukkan bahwa, pemilik usaha
tani kopi mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 240.000.
b. Analisis titik impas (BEP)
1) BEP volume produk
BEP Volume Produksi = Total Biaya (2) : Harga di tingkat petani/kg
= Rp. 2.010.000 : Rp. 3.750/kg
= 536 kg

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-289
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam 1 Ha lahan, pada saat diperoleh


produksi Kopi Basah sejumlah 536 dengan harga Rp. 3.750, usaha tersebut
tidak menghasilkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian (impas), dan
pada kondisi eksisting hasil panen yang didapatkan lebih dari 536 kg yaitu
600kg, sehingga petani mendapatkan keuntungan.
2) BEP harga produksi
BEP harga produksi = Total Biaya (2) : Total Produksi
= Rp. 2.010.000 : 600 kg
= Rp 3.350/kg
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat harga Kopi Basah di tingkat
petani sebesar Rp 3.350/kg, maka usaha tani Kopi Basah tidak memperoleh
keuntungan dan tidak mengalami kerugian (impas). Kondisi eksisiting
penjualan Kopi Basah perkilo seharga Rp. 3.7500/kg jadi petani hanya
mendapatkan keuntungan Rp 400/kg.
c. Analisis kelayakan usaha tani
(B/C Ratio) = Total Pendapatan (1) : Total Biaya Produksi atau pengeluaran (2)
= Rp. 2.250.000 : Rp. 2.010.000
= 1,119
Nilai Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 1,119 menunjukkan bahwa nilai
(B/C Ratio) > 1, dapat disimpulkn bahwa usaha tani kopi dijual secara langsung
tanpa di olah menjadi Kopi Kering masih layak untuk dilanjutkan dan dapat
dikembangkan.
2. Kopi Kering
Kopi kering merupakan hasil komoditas kopi setelah diolah atau di keringkan, dari
hasil produksi 600 kg setelah di keringkan menyusut menjadi 440 kg, jadi selama
pengeringan berat yang hilang yaitu 160 kg. Harga jual kopi kering lebih mahal
dibandingkan dengan kopi basah yaitu Rp. 125.000/blek/20kg, jadi harga perkilonya
yaitu Rp. 6.250, sehingga:

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-290
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

a. Analisis pendapatan dan keuntungan usaha tani Kopi Basah


Total pendapatan = 440 kg x Rp. 6.250 = Rp. 2.750.000
Biaya usaha tani (2) = total pengeluaran = Rp. 2.010.000
Keuntungan usaha tani (1-2) = Rp. 740.000
Keuntungan yang didapatkan jika menjual kopi kering yaitu Rp. 740.000, apabila
dibandingkan dengan kopi basah, penjualan kopi kering lebih memberikan
keuntungan sebesar Rp. 500.000.
b. Analisis titik impas (BEP)
1) BEP volume produk
BEP Volume Produksi = Total Biaya (2) : Harga di tingkat petani/kg
= Rp. 2.010.000 : Rp. 6.250/kg
= 321,6 ≈ 322 kg
Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam 1 Ha lahan, setelah melalui proses
penggeringan, berat Kopi kering menjadi 322 kg dengan harga Rp. 6.250 /kg,
usaha tersebut tidak menghasilkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian,
dan pada kondisi eksisting hasil dari 600 kg kopi basah, setelah melakukan
pengeringan hanya mengalami penyusutan 160 kg atau menjadi 440 kg.
2) BEP harga produksi
BEP harga produksi = Total Biaya (2) : Total Produksi
= Rp. 2.010.000 : 440 kg
= Rp 4.568,18/kg
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat harga Kopi Kering di tingkat
petani sebesar Rp 4.568,18/kg, maka usaha tani Kopi Basah tidak
memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Kondisi eksisiting
penjualan Kopi Kering perkilo seharga Rp. 6.250/kg sehingga petani
mendapatkan keuntungan yang lebih.
c. Analisis kelayakan usaha tani
(B/C Ratio) = Total Pendapatan (1) : Total Biaya Produksi atau pengeluaran (2)
= Rp. 2.750.000 : Rp. 2.010.000

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-291
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

= 1,368
Nilai Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 1,368 menunjukkan bahwa nilai
(B/C Ratio) > 1, dapat disimpulkn bahwa usaha tani Kopi Kering layak untuk
dilanjutkan, dan lebih layak jika di bandingkan dengan kopi basah, karena kopi
kering memiliki nilai (B/C Ratio) lebih besar dan mendapatkan keuntungn yang
lebih besar yaitu Rp. 500.000.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-292
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 3. 16 Peta Distribusi Jalur Komoditas

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-293
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 3. 17 Peta Pemasaran

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-294
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

7.8.2 Analisis pendapatan usaha penambangan pasir


Data pemasukan dan pengeluaran dalam usaha penambang pasir terdapat pada Tabel
3.52.
Tabel 3. 52 Biaya Masukan dan Pengeluaran Usaha Penambang Pasir di Desa Bambang
Proses Total harga
Uraian Jumlah
(Rp)
Pengeluaran Cangkul 30 Rp. 300.000
Sekop 30 Rp. 450.000
Diesel (sewa) 2 Rp. 6.000.000
Buldoser (sewa) 2 Rp. 18.000.000
Upah Pekerja 50 Rp. 13.000.000
Total pengeluaran Rp. 37.750.000
Pemasukan Hasil pertambangan Rp. 100.000.000
Keuntungan/Kerugian Rp. 62.250.000
Sumber: Hasil Survei (2014)

1. Analisis pendapatan dan keuntungan usaha ambang pasir


Berdasarkan Tabel 3.52 diketahui bahwa:
Pendapata (1) = Rp. 100.000.000/tahun
Biaya usaha tani (2) = total pengeluaran = Rp. 37.750.000
Keuntungan (1-2) = Rp. 62.250.000
Penghasilan pengusaha tambang pasir di Desa Bambang setiap tahunnya yaitu Rp.
100.000.000 dengan total pengeluaran sebanyak Rp. 37.750.000, jadi berdasarkan
hasil perhitungan usaha pertambangan psir di Desa Bambang mendapatkan
keuntungan sebesar Rp. 62.250.000 pertahunnya.
2. Analisis titik impas (BEP)
a. BEP volume produk
BEP Volume Produksi = Total Biaya (2) : Harga di tingkat petani/kg
= Rp. 37.750.000 : Rp. 300.000/truk
= 125.83 ≈ 126 truk/tahun
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat diperoleh hasil tambang pasir
sebnyak 126 truk selama satu tahun, usaha tersebut tidak menghasilkan
keuntungan dan tidak mengalami kerugian (impas), dan untuk mendapatkan
keuntungan, penambang pasir tersebut harus mendapatkan lebih dari 126

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-295
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

truk/tahunnya, pada kondisi eksisting pemilik usaha pertambangan pasir


menghasilkan krang lebih 333 truk pertahun dengan harga Rp. 300.000/truk,
sehingga usaha yang dilakukan memberikan keuntungan.
b. BEP harga produksi
BEP harga produksi = Total Biaya (2) : Total Produksi
= Rp. 37.750.000 : 333 truk/tahun
= Rp 113.363,3643/truk
Nilai BEP harga produksi menunjukkan bahwa pada saat harga satu truk pasir
Rp 113.363,3643, maka usaha tersebut tidak memperoleh keuntungan dan tidak
mengalami kerugian (impas). Dan pada kondisi eksisiting harga jula satu truk
pasir yaitu Rp. 300.000, sehingga memberi keuntungan.
3. Analisis kelayakan usaha tani
(B/C Ratio) = Total Pendapatan (1) : Total Biaya Produksi atau pengeluaran (2)
= Rp. 100.000.000 : Rp. 37.750.000
= 2,649
Nilai Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) usaha penambangan pasir sebesar 2,649 yang
menunjukkan bahwa usaha tersebut layak untuk dilanjutkan atau dikembangkan,
namun untuk mengembangkan usaha tersebut, harus mempertimbangkan daya
dukung lingkungan, karena pasir merupakan sumber daya alam yang jika di ambil
terus menerus akan menyebabkan bencana, sepeti tanah longsir, jadi untuk
mengembangkan usaha tersebut harus mempertimbangkan kondisi lingkungan
sekitar.
3.8.3 Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah
Data pemasukan dan pengeluaran dalam usaha ternak sapi perah terdapat pada Tabel
3.53.
Tabel 3. 53 Biaya Masukan dan Pengeluaran Usaha Penambang Pasir di Desa Bambang
Hasil
Jumlah Harga
Modal (perekor) Produksi/Bulan Keuntungan (perekor)
sapi Jual
(perekor)
-Sentrat 10x Rp 4.000 = Rp Rp 1.200.000-(Rp
Rp
6 ekor 10 x Rp 3.100 = Rp 40.000 (sehari) 31.000+Rp 3.600+Rp
4000/liter
31.000 600.000)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-296
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Hasil
Jumlah Harga
Modal (perekor) Produksi/Bulan Keuntungan (perekor)
sapi Jual
(perekor)
= Rp 1.200.000 – Rp
-Obat 634.600
Rp 3600/bulan = Rp 565.400
Rp 40.000x30 = Rp
-Rumput
1.200.000 (sebulan)
Rp 20.000x30 = Rp
600.000/bulan

Sumber: Hasil Survei (2014)

1. Analisis pendapatan dan keuntungan usaha peternakan sapi perah


Berdasarkan Tabel 3.53 diketahui bahwa:
Pendapata (1) = 10 liter/hari x Rp. 4.000/liter = Rp. 40.000/hari
= Rp. 40.000/hari x 30 = Rp. 1.200.000/bulan
Biaya (2) = total pengeluaran = Rp. 634.600/bulan
Keuntungan (1-2) = Rp. 565.400/bulan
Produksi susu sapi perah perhari yaitu 10 liter dengan 2 kali pemerahan, harga perliter
yaitu Rp. 4.000, sehingga pendapatan perhari sebesar Rp. 40.000, sedangkan
pendpatan perbulan yaitu Rp. 1.200.000. biaya yang dikeluarkan selama perbulan
untuk perawatan sapi yaitu Rp. 634.600. dan ditemukan keuntungan dari hasil perah
susu perbulan yaitu sebesar Rp. 565.400.
2. Analisis titik impas (BEP) usaha peternakan sapi perah
a. BEP volume produk
BEP Volume Produksi = Total Biaya (2) : Harga di tingkat petani/liter
= Rp. 634.600/bulan : Rp. 4000/liter
= 158,65 ≈ 159 liter/bulan
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat diperoleh hasil susu sapi sebanyak
159 liter/bulan, usaha tersebut tidak menghasilkan keuntungan dan tidak
mengalami kerugian, pada kondisi eksisting pemilik susu sapi perah
menghasilkan 300 liter perbulannya.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-297
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

b. BEP harga produksi


BEP harga produksi = Total Biaya (2) : Total Produksi
= Rp. 634.600 : 300 liter/bulan
= Rp 2.115,333/liter
Nilai BEP harga produksi menunjukkan bahwa pada saat harga sati liter susu sapi
Rp 2.115,333, maka usaha tersebut tidak memperoleh keuntungan dan tidak
mengalami kerugian, dan pada kondisi eksisiting harga jula satu liter susu yaitu
Rp. 4.000, sehingga memberi keuntungan.
3. Analisis kelayakan usaha peternakan susu sapi perah
(B/C Ratio) = Total Pendapatan (1) : Total Biaya Produksi atau pengeluaran (2)
= Rp. 1.200.000 : Rp. 634.600
= 1,89
Nilai Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) usaha peternakan sapi perah yaitu 1,89.
Menamdakan bahwa usaha tersebut masih layak untuk dilanjutkan atau untuk
dikembangkan.

3.9 Analisis Sketsa Kebun


Sketsa kebun merupakan alat yang digunakan untuk memfasilitasi pengkajian dan
pengelolaan kebun di wilayah suatu desa yang bersangkutan. Sketsa kebun ini dilakukan
supaya pengelolaan kebun dapat dilakukan oleh masyarakat Desa Bambang. Terdapat dua
komoditas utama yang menjadi unggulan di Desa Bambang yaitu komoditas tebu dan kayu
sengon. Berdasarkan hasil survei kami terdapat sebuah kebun yang memiliki kedua
komoditas unggulan tersebut.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-298
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3.9.1 Tebu

Gambar 3. 4 Sketsa Kebun Tebu Tampak Atas


Sumber: Survei Primer (2014)

Tabel 3. 54 Analisis Sketsa Kebun Komoditas Tebu


Variabel Tata Cara Eksisting Analisis
Penanaman Tebu
Jenis Tanah Alluvial Litosol Jenis tanah yang digunakan
untuk menanam pohon tebu
belum sesuai dengan tata cara
penanaman tebu
Suhu 25 ° – 28 °C 26 ° – 30 °C Suhu untuk menanam tebu di
Desa Bambang sudah sesuai
dengan tata cara penanaman tebu
Ketinggian < 500 mdpl 450 – 700 mdpl Ketinggian untuk menanam tebu
sudah sesuai dengan tata cara
penanaman tebu
Jarak Tanam Antar 90 cm, 100 cm, 110 100 cm Jarak tanam antar petak tebu
Petak cm sudah sesuai dengan tata cara
penanaman tebu
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan penjelasan Tabel 3.54 variabel yang digunakan dalam membandingkan


standart tata cara menanam tebu adalah jenis tanah, suhu, ketinggian, dan jarak tanam antar
petak. Pada variabel jenis tanah, jenis tanah yang ada di Desa Bambang belum sesuai dengan
standart tata cara penanaman tebu karena tebu membutuhkan tanah yang subuh seperti tanah
alluvial, sedangkan tanah di Desa Bambang berjenis litosol yang memiliki karakter berpasir,
kering, dan tidak subur. Walaupun begitu tebu memiliki kemampuan adaptasi yang baik dan
dapat bertahan hidup tanah kering seperti litosol. Suhu di Desa Bambang yang berkisar antara

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-299
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

26 ° – 30 °C sudah cocok dengan tata cara penanaman tebu yang memang membutuhkan
suhu yang hangat untuk tetap bertahan hidup. Ketinggian di Desa Bambang yaitu 450 – 700
mdpl sudah sesuai dengan standart penanaman tebu yaitu dibawah 500 mdpl. Jarak antar
petak penanaman tebu sudah sesuai dengan standart penanaman tebu yaitu 100 cm. Maka
dapat disimpulkan dari analisis tersebut bahwa komoditas tebu masih dapat dipertahankan
dan ditingkatkan di Desa Bambang dengan tata cara penanaman tebu yang baik agar
mendapat hasil tebu yang maksimal.
3.9.2 Kayu Sengon

Gambar 3. 5 Sketsa Kebun Sengon Tampak Atas


Sumber: Survei Primer (2014)

Tabel 3. 55 Analisis Sketsa Kebun Komoditas Sengon


Tata Cara
Variabel Eksisting Analisis
Penanaman Sengon
Jenis Tanah Ultisol, alfisol, Litosol Jenis tanah yang digunakan
inceptisol, latosol, untuk menanam pohon sengon
alluvial, podzol, sudah sesuai dengan tata cara
litosol penanaman pohon sengon
Suhu 18 ° – 27 °C 26 ° – 30 °C Suhu untuk menanam pohon
sengon di Desa Bambang sudah
sesuai dengan tata cara
penanaman pohon sengon
Ketinggian 0 – 800 mdpl 450 – 700 mdpl Ketinggian untuk menanam
pohon sengon sudah sesuai
dengan tata cara penanaman
pohon sengon
Jarak Tanam 3 x 3 meter Tidak teratur (jarak Jarak tanam tidak sesuai dengan
terdekat 2 x 3 tata cara penanaman pohon
meter) sengon dan bisa berakibat

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-300
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

pertumbuhan pohon yang tidak


merata
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan penjelasan Tabel 3.55 variabel yang digunakan dalam membandingkan


standart tata cara menanam tebu adalah jenis tanah, suhu, ketinggian, dan jarak tanam. Pada
variabel jenis tanah, jenis tanah di Desa Bambang yaitu litosol sudah sesuai dengan tata cara
penanaman sengon karena sengon mampu beradaptasi dengan tanah litosol yang kering dan
kurang subur. Suhu di Desa Bambang yaitu yang berkisar antara 26 ° – 30 °C sudah sesuai
dengan tata cara penanaman pohon sengon yang memang membutukan suhu hangat untuk
tetap bertahan hidup. Ketinggian untuk menanam pohon sengon sudah sesuai dengan standart
tata cara penanaman pohon sengon yaitu 450 – 700mdpl. Jarak tanam pohon sengon di Desa
Bambang masih belum teratur dan tidak sesuai dengan tata cara penanaman sengon, hal ini
dapat berakibat pada tidak meratanya persebaran pertumbuhan pohon sengon karena kurang
baiknya distribusi zat hara. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komoditas sengon
dapat dipertahankan dan ditingkatkan lagi di Desa Bambang dengan pengaturan tata letak
penanaman pohon sengon.

3.10 Analisis LQ
Location Quentient merupakan suatu kegiatan atau usaha yang digunakan untuk
mengatur konsentrasi dari suatu kegiatan dalam suatu daerah dengan cara membandingkan
peran kegiatan tersebut dalam perekonomian di daerah itu denga peranan kegiatan dalam
perekonomian regional/nasional. Tujuan Analisis Location Quentient adalah untuk
menganalisis komoditas unggulan yang terdapat di Desa Bambang dan dibandingkan dengan
seluruh komoditas yang terdapat di Kecamatan Wajak. Rumus yang digunakan untuk
menghitung LQ adalah sebagai berikut.
𝐸𝑖𝑗
𝐸𝑗
𝐿𝑄 =
𝐸𝑖𝑛
𝐸𝑛

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-301
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Keterangan :
𝐸𝑖𝑗 = variabel regional hasil komoditas sektor di wilayah j (Desa)
𝐸𝑗 = variabel regional di wilayah j
𝐸𝑖𝑛 = variabel regional di sektor i di wilayah n (Kecamatan)
𝐸𝑛 = variabel regional di wilayah n
Berdasarkan hasil perhitungan Location Quotient (LQ), dapat diketahui konsentrasi
suatu kegiatan pada suatu wilayah dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika nilai LQ<1, maka sektor yang di analisis bukan termasuk sektor unggulan di
daerah tertentu, sektor tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan di daerahnya
sendiri.
2. Jika nilai LQ=1, maka sektor yang di analisis lebih ungggul yang sama ditingkat
daerah tertentu, sehingga hanya dapat memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri.
3. Jika LQ>1, maka sektor yang di analisis memiliki keunggulan dibandingkan dengan
sektor yang sama di daerah tertentu, sehingga dapat disebut sektor unggulan. Selain
dapat memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri, sektor tersebut juga dapat memnuhi
kebutuhan daerah lainnya.
3.10.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sektor Pertanian
Perhitungan Location Quotient di Desa Bambang melibatkan berbagai hasil produksi
sektor pertanian dari desa lain yang berada di Kecamatan Wajak. Berikut adalah tabel hasil
produksi sektor yang ada di Desa Bambang dan Kecamatan Wajak.
Tabel 3. 56 Hasil Produksi Sektor Pertanian Desa Bambang dan Kecamatan Wajak
Hasil Produksi
Hasil Produksi Sektor Pertanian
No. Komoditas Desa Bambang LQ
Kecamatan Wajak (ton)
(ton)
1. Jagung 38.046 1507 0,86
2. Tebu 43.968 860 0.43
3. Sengon 3.557,82 1579 10
4. Kacang Tanah 78 5 0,5
5. Kopi 86,56 7 0,3
Total 85735,38 3949,5
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan Tabel 3.56 dapat diketahui LQ di Desa Bambang, berikut adalah


perhitungan LQ untuk sektor pertanian berupa komoditas jagung di Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-302
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

1507
3949,5
𝐿𝑄 𝑘𝑜𝑚𝑜𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑗𝑎𝑔𝑢𝑛𝑔 = = 0,86
38046
85735,38

Hasil perhitungan LQ pertanian jagung LQ<1, yakni sebesar 0,86 sehingga komoditas
jagung tidak dapat mencukupi kebutuhan Desa Bambang dan memerlukan tambahan
produksi serta pasokan dari wilayah lain.
Berikut adalah perhitungan LQ untuk sektor pertanian berupa komoditas tebu di Desa
Bambang.
860
3949,5
𝐿𝑄 𝑘𝑜𝑚𝑜𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑏𝑢 = = 0,43
43968
85735,38

Hasil perhitungan LQ pertanian tebu LQ<1, yakni sebesar 0,43 sehingga komoditas
tebu tidak dapat mencukupi kebutuhan Desa Bambang dan memerlukan tambahan produksi
serta pasokan dari wilayah lain.
Berikut adalah perhitungan LQ untuk sektor pertanian berupa komoditas kayu sengon
di Desa Bambang.
1579
3949,5
𝐿𝑄 𝑘𝑜𝑚𝑜𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑜𝑛 = = 10
3557,82
85735,38

Hasil perhitungan LQ perkebunan sengon LQ>1, yakni sebesar 10 sehingga


komoditas sengon dapat mencukupi kebutuhan Desa Bambang dan dapat dikirim keluar
wilayah.
Berikut adalah perhitungan LQ untuk sektor pertanian berupa komoditas kacang
tanah di Desa Bambang.
2
3949,5
𝐿𝑄 𝑘𝑜𝑚𝑜𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑎𝑐𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ = = 0,5
78
85735,38

Hasil perhitungan LQ pertanian tebu LQ<1, yakni sebesar 0,5 sehingga komoditas
kacang tanah tidak dapat mencukupi kebutuhan Desa Bambang dan memerlukan tambahan
produksi serta pasokan dari wilayah lain.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-303
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Berikut adalah perhitungan LQ untuk sektor pertanian berupa komoditas kopi di


Desa Bambang.
1,5
3949,5
𝐿𝑄 𝑘𝑜𝑚𝑜𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑎𝑐𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ = = 0,3
86,56
85735,38

Hasil perhitungan LQ pertanian tebu LQ<1, yakni sebesar 0,3 sehingga komoditas
kacang tanah tidak dapat mencukupi kebutuhan Desa Bambang dan memerlukan tambahan
produksi serta pasokan dari wilayah lain.
Berdasarkan hasil perhitungan LQ sektor pertanian tersebut, dapat diketahui sektor
dan komoditas yang menjadi basis dari Desa Bambang adalah komoditas pertanian Kayu
Sengon, sehingga komoditas sengon dapat diekspor ke wilayah lain. Komoditas sengon
tentunya memiliki potensi yang besar di sektor pertanian bagi masyarakat Desa Bambang.
Selain memiliki lahan perkebunan yang sangat luas, hal tersebut juga didukung oleh
masyarakat desa yang mayoritas bekerja sebagai petani. Pengadaan program penyuluhan di
bidang pertanian juga sangat membantu petani Desa Bambang dalam meningkatkan hasil
panen sehingga komoditas sengon dapat mencukupi kebutuhan untuk masyarakat Desa
Bambang sendiri, bahkan dapat diekspor ke wilayah lain dan dapat menjadi basis dari Desa
Bambang.
3.10.2 Analisis Location Qountient Sektor Peternakan
Berikut adalah hasil perhitungan LQ untuk sektor peternakan di Desa Bambang dan
Kecamatan Wajak.
Tabel 3. 57 Hasil Produksi Sektor Peternakan Desa Bambang dan Kecamatan Wajak
Hasil Produksi Sektor Hasil Produksi
No. Komoditas Peternakan Kecamatan Wajak Desa Bambang LQ
(ekor) (ekor)
1. Sapi 15704 1784 1,08
2. Kambing 3844 259 0,82
Total 19548 2043
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan Tabel 3.57 Diatas dapat diketahui LQ di Desa Bambang, berikut adalah
perhitungan LQ untuk sektor peternakan berupa komoditas sapi di Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-304
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

1784
𝐿𝑄 𝑘𝑜𝑚𝑜𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑝𝑖 = 2043 = 1,08
15704
19548

Hasil perhitungan LQ untuk peternakan sapi LQ>1, yakni 1,08 sehingga komoditas
sapi dapat mencukupi kebutuhan Desa Bambang dan dapat dikirim maupun dijual keluar
wilayah desa.
Berikut adalah hasil perhitungan LQ untuk sektor peternakan kambing di Desa
Bambang.
295
𝐿𝑄 𝑘𝑜𝑚𝑜𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑎𝑚𝑏𝑖𝑛𝑔 = 2043 = 0,82
3844
19548

Hasil perhitungan LQ untuk peternakan kambing LQ<1, yakni sebesar 0,82 sehingga
komoditas kambing tidak mencukupi kebutuhan Desa Bambang dan memerlukan adanya
tambahan produksi dan pasokan dari wilayah desa lain.
Berdasarkan hasil perhitungan LQ untuk sektor peternakan di Desa Bambang, dapat
diketahui komoditas yang menjadi basis dari Desa Bambang dalah komoditas sapi, sehinggan
komoditas sapi dpat di ekspor ke wilayah desa lain.
Komoditas sapi merupakan komoditas perternakan di Desa Bambang yang
merupakan penunjang perekonomian masyarakat Desa Bambang. Banyak masyarakat desa
yang bekerja sampingan sebagai peternak selain sebagai petani, sehingga sangat berpotensi
dari kegiatan beternak sapi perah memberikan banyak hasil ternak yang mencukupi
kebutuhan masyarakat Desa Bambang, bahkan dapat diekspor ke wilayah lain dan menjadi
basis dari Desa Bambang.

3.11 Analisis Indeks Sentralitas


Pusat desa merupakan suatu kawasan yang memiliki perkembangan lebih cepat
dibandingkan dengan kawasan sub lainnya. Dalam hal ini kawasan pusat akan semakin
berkembang seiring dengan adanya pertumbuhan jumlah penduduk dan persil yang berdiri
pada kawasan tersebut. Sehingga dari pertumbuhan tersebut menimbulkan munculnya

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-305
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

kegiatan-kegiatan ekonomi dan social yang semakin besar,secara tidak langsung akan
menambah beberapa sarana dan prasarana baru guna menunjang kegiatan tersebut. Parameter
yang bisa dijadikan tolak ukur indeks sentralitas pada kawasan perdesaan adalah persebaran
aksesbilitas setiap dusun, persebaran sarana setiap dusun, dan persebaran penduduk.
1. Jumlah Persebaran Sarana Setiap Dusun.
Persebaran sarana di Desa Bambang sangat beragam dari setiap jenisnya. Beberapa
kawasan ada yang mendominasi da nada yang tidak. Berikut merupakan tabel jumlah
persebaran masing-masing jenis sarana dan indeks sentralitas untuk masing-masing
dusun dengan jumlah sarana yang dimiliki.
Tabel 3. 58 Analisis Indeks Sentralitas Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Jumlah Sarana Pemerintahan Indeks Sarana
Indeks
Nama dan Pelayanan Umum Jumlah Pemerintahan
No.
Dusun Kantor MCK Pos Kantor MCK Pos Indeks dan Pelayanan
KUD KUD
Desa Umum IB Desa Umum IB Umum
1 Bendo - - - - 0 0 0 0 0 0
2 Krajan 1 1 1 1 100 100 50 100 350 87,5
3 Pandan - - 1 - 0 0 50 0 50 12,5
Rejo
Total 1 1 2 1 100 100 100 100 400 100
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 59 Analisis Indeks Sentralitas Sarana Pendidikan


Jumlah Sarana Indeks
Nama Indeks Jumlah
No. Pendidikan Sarana
Dusun Indeks
TPQ TK SD SMP TPQ TK SD SMP Pendidikan
1 Bendo - - - - 0 0 0 0 0 0
2 Krajan - 1 2 1 0 100 66,7 100 266,7 66,7
3 Pandan 1 - 1 - 100 0 33,3 0 133,3 33,3
Rejo
Total 1 1 3 1 100 100 100 100 400 100
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 60 Analisis Indeks Sentralitas Sarana Peribadatan


Jumlah Sarana Indeks
Nama Indeks Jumlah
No. Peribadatan Sarana
Dusun Indeks
Masjid Mushollah Masjid Mushollah Peribadatan
1 Bendo 1 3 25 23,1 48,1 24,1
2 Krajan 2 4 50 30,8 80,8 40,4
3 Pandan Rejo 1 6 25 46,1 71,1 35,5

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-306
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Total 4 13 100 100 200 100


Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 61 Analisis Indeks Sentralitas Sarana Kesehatan


Jumlah Sarana Kesehatan Indeks Indeks
Nama Jumlah
No. Sarana
Dusun Posyandu Poskesdes Poliklinik Posyandu Poskesdes poliklinik Indeks
Kesehatan
1 Bendo 1 - - 16,7 0 0 16,7 5,6
2 Krajan 5 1 1 83,3 100 100 283,3 94,4
3 Pandan - - - 0 0 0 0 0
Rejo
Total 6 1 1 100 100 100 300 100
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 62 Analisis Indeks Sentralitas Sarana Perdagangan dan Jasa


Jumlah Sarana Indeks Sarana
Nama Indeks Jumlah
No. Perdagangan dan Jasa Perdagangan
Dusun Indeks
Warung Toko Jasa Warung Toko Jasa dan Jasa
1 Bendo - 2 - 0 13,3 0 13,3 4,4
2 Krajan 5 11 4 83,3 73,4 100 256,7 85,6
3 Pandan Rejo 1 2 - 16,7 13,3 0 30 10
Total 6 15 4 100 100 100 300 100
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 63 Analisis Indeks Sentralitas Sarana Kebudayaan dan Rekreasi


Jumlah Sarana Kebudayaan Indeks Sarana
No Nama Indeks Jumlah
dan Rekreasi Kebudayaan
. Dusun Indeks
Kebudayaan Rekreasi Kebudayaan Rekreasi dan Rekreasi
1 Bendo - - 0 0 0 0
2 Krajan 1 - 100 0 100 50
3 Pandan - 2 0 100 100 50
Rejo
Total 1 13 100 100 200 100
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 64 Analisis Indeks Sentralitas Sarana RTH dan Olahraga


Jumlah Sarana Indeks
Indeks
Nama RTH dan Olahraga Jumlah Sarana
No.
Dusun Indeks RTH dan
Taman Lapangan Taman Lapangan
Olahraga
1 Bendo - - 0 0 0 0
2 Krajan - 3 0 100 100 100
3 Pandan Rejo - - 0 0 0 0
Total - 3 0 100 100 100
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-307
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 65 Analisis Indeks Sentralitas Sarana Keamanan


Jumlah Sarana Keamanan Indeks Indeks
Nama Jumlah
No. Pos Pos Sarana
Dusun Pos Satpam Pos Satpam Indeks
Kamling Kamling Keamanan
1 Bendo - 1 0 8,3 8,3 8,3
2 Krajan - 10 0 83,4 83,4 83,4
3 Pandan Rejo - 1 0 8,3 8,3 8,3
Total - 12 0 100 100 100
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 66 Analisis Indeks Sentralitas Sarana Industri dan Pergudangan


Jumlah Sarana Industri Indeks
Indeks
Nama dan pergudangan Jumlah Sarana
No.
Dusun Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Indeks Industri dan
Gudang Gudang
Keju Bata Keju Bata Pergudangan
1 Bendo 0 0 1 0 0 11,1 11,1 5,6
2 Krajan 1 2 8 100 100 89,9 289,9 94,4
3 Pandan
0 0 0 0 0 0 0 0
Rejo
Total 1 1 9 100 100 100 300 100
Sumber: Hasil Analisis (2014)

2. Jumlah Aksesibilitas Setiap Dusun


Tabel 3. 67 Indeks Sentralitas Jalan Setiap Dusun
Panjang Jalan Berdasarkan
Nama Indeks Jumlah
No. Hirearki Jalan Lingkungan Indeks Klasifikasi
Dusun Panjang Jalan
Sekunder
1 Bendo 6449,56 16,48 16,48 2
2 Krajan 14012,98 38,80 38,80 1
3 Pandan
18678,43 47,72 47,72 1
Rejo
Total 39140,97 100 100
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Keterangan Klasifikasi
1 = 34-50
2 = 17-33
3 = 0-16
3. Jumlah Persebaran Penduduk
Tabel 3. 68 Indeks Sentralitas Persebaran Penduduk Setiap Dusun
No. Indeks

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-308
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Nama Jumlah Penduduk Indeks Jumlah


Dusun Perdusun Penduduk
1 Bendo 645 16,5 16,6
2 Krajan 2047 52,4 52,5
3 Pandan Rejo 1215 31,1 31,2
Total 3907 100 100
Sumber: Hasil Analisis (2014)
4. Total Nilai Indeks Per Dusun
Tabel 3. 69 Total Indeks Sentralitas setiap Dusun
Nilai Indeks Total Total Nilai
Nama
No. Indeks Indeks Indeks Indeks Per Klasifikasi Status
Dusun
Sarana jalan Penduduk Dusun
1 Bendo 48,0 16,48 16,6 81,08 3 Sub Pusat Desa
2 Krajan 702,4 38,80 52,5 739,7 1 Pusat Desa
3 Pandan 114,1 47,72 31,2 193,02 2 Sub Pusat Desa
Rejo
Total 864,5 100 100 1013,8
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Keterangan :
Total Indeks = Klasifikasi = Status
≥ 181,0 = Klasifikasi 1 = Pusat
91,0 – 180,0 = Klasifikasi 2 = Sub Pusat
0 - 90,0 = Klasifikasi 3 = Sub Pusat

Berdasarkan hasil perhitungan indeks pada masing-masing jenis sarana dan panjang jalan
setiap dusun dapat ditentukan sebuah kawasan yang akan dijadikan pusat dan sub pusat
pada Desa Bambang.
a. Pusat Desa
Pusat desa dapat ditentukan berdasarkan perhitungan jumlah indeks tertinggi pada
masing-masing jenis sarana di setiap dusun dan klasifikasi tertinggi jalan disetiap
jalan yang tersebar pada setiap dusun. Dapat disimpulkan bahwa Dusun Krajan
merupakan dusun yang dijadikan pusat desa, karena di Dusun Krajan memiliki
jumlah penduduk dengan indeks tertinggi yaitu 52,5 dan aksesbilitas dengan jumlah
panjang jalan 14012,98 m dan berklasifikasi 1. Selain itu Dusun Krajan juga memiliki
banyak sekali jenis sarana yang hampir lengkap dan tersebar merata di setiap kawasan
di Dusun Krajan. Jika dijumlah indeks pada masing-masing jenis sarana di Dusun
Krajan memiliki nilai indeks yang tertinggi dengan jumlah indeks sarana 739,7 ,

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-309
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

dibandingkan dengan jumlah indeks sarana pada Dusun Bendo dan Dusun Pandanrejo
yang berturut-turut 48 dan 114,1.
b. Sub Pusat Desa
Hasil perhitungan mengenai nilai indeks sarana dan panjang jalan pada masing-
masing dusun dapat diketahui nilai indeks total dusun dengan menjumlah nilai
indeksnya pada masing-masing dusun, sehingga dapat diketahui bahwa sub pusat dari
Desa Bambang adalah Dusun Bendo dan Dusun Pandanrejo.
1) Dusun Bendo
Dusun Bendo merupakan dusun yang memilik nilai indeks jalan terkecil dengan
klasifikasi 2 dan memiliki nilai indeks sarana terkecil dengan nilai indeks total
48,0. Padahal secara eksistingnya Dusun Bendo adalah dusun yang memiliki nilai
perekonomian lebih tinggi jika dibandingkan dengan Dusun Pandanrejo. Namun
hal yang paling prioritas menyebabkan Dusun Bendo menjadi sub pusat klasifikasi
3 adalah jumlah penduduk yang sangat rendah yaitu 654 jiwa dengan indeks 16,6
,kemudian diikuti oleh faktor lainnya yaitu kruang adanya aksesbilitas dan jenis
sarana.
2) Dusun Pandanrejo
Dusun Pandanrejo mendapatkan nilai total indeks yang lebih besar jika
dibandingkan dengan Dusun Bendo yaitu 193,02 , meskipun Dusun Pandanrejo
dinilai memiliki banyak sekali penduduk yang berekonomi lemah namun dusun
tersebut memiliki nilai indeks panjang jalan dan sarana yang lebih unggul jika
dibandingkan dengan Dusun Bendo. Hal tersebut merupakan sebab bahwa Dusun
Pandanrejo mendapat klasifikasi 2.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-310
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Peta 3. 18 Peta Analisis Struktur Ruang

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-311
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3.12 Analisis Supply-Demand Biogas


Analisis Supply Demand adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa
besar ketersediaan suatu benda dibandingkan tingkat kebutuhan benda tersebut sehingga
menghasilkan nilai tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut. Dalam Analisis ini benda yang
dimaksud adalah energi biogas dengan hasil akhir untuk mengetahui tingkat pemenuhan
kebutuhan energinya.
Desa Bambang memeiliki sapi sebanyak 1.272 ekeor dengan rincian 797 ekor sapi
perah dan 475 sapi potong, dalam perhitungan supply Biogas ini diasumsikan bahwa semua
sapi yang menghasilkan 29 kg/hari kotoran dihasilkan oleh 1 ekor sapi. (Seminar Nasional
Mesin dan Industri, 2012). 1 kg kotoran Sapi mampu menghasilkan 0,036 m3 biogas (Ulaan,
Tertius V.Y., 2008). Jumlah Energi yang didapat dari 1 m3 biogas setara dengan 6 Kwh
(Sukmawati, 2010), dengan tingkat efisiensi konversi energi adalah 25%. (Kalbande, 2011),
untuk menghitung pemenuhan kebutuhan (supply) hingga 20 tahun mendatang, diasumsikan
bahwa sapi yang mengalami penambahan jumlah hanya sapi perah dengan penambahan 5
ekor sapi setiap tahunnya, sedangkan untuk sapi potog setiap tahunnya tidak mengalami
penambahan. Perhitungan penambahan sapi serta supply energi biogas terdapat pada Tabel
3.70

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-312
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 70 Supply Energi Biogas Desa Bambang


Jumlah Jumlah
Jumlah Jumlah
Jumlah Penambahan Biogas Jumlah Biogas Jumlah
Kotoran Jumlah Sapi Kotoran Jumlah Jumlah
Tahun Sapi Sapi yang Energi Yang Energi
Sapi Potong Sapi (Kg/ Energi/hari Energi/tahun
Perah Pertahun Hasilkan (Kwh) Hasilkan (Kwh)
(Kg/hari) hari)
(m3/hari) (m3/hari)
2014 797 5 23113 832.068 4992.408 475 13775 495.9 2975.4 7968 2908250
2015 802 5 23258 837.288 5023.728 475 13775 495.9 743.85 5768 2105166
2016 807 5 23403 842.508 5055.048 475 13775 495.9 743.85 5799 2116598
2017 812 5 23548 847.728 5086.368 475 13775 495.9 743.85 5830 2128030
2018 817 5 23693 852.948 5117.688 475 13775 495.9 743.85 5862 2139461
2019 822 5 23838 858.168 5149.008 475 13775 495.9 743.85 5893 2150893
2020 827 5 23983 863.388 5180.328 475 13775 495.9 743.85 5924 2162325
2021 832 5 24128 868.608 5211.648 475 13775 495.9 743.85 5955 2173757
2022 837 5 24273 873.828 5242.968 475 13775 495.9 743.85 5987 2185189
2023 842 5 24418 879.048 5274.288 475 13775 495.9 743.85 6018 2196620
2024 847 5 24563 884.268 5305.608 475 13775 495.9 743.85 6049 2208052
2025 852 5 24708 889.488 5336.928 475 13775 495.9 743.85 6081 2219484
2026 857 5 24853 894.708 5368.248 475 13775 495.9 743.85 6112 2230916
2027 862 5 24998 899.928 5399.568 475 13775 495.9 743.85 6143 2242348
2028 867 5 25143 905.148 5430.888 475 13775 495.9 743.85 6175 2253779
2029 872 5 25288 910.368 5462.208 475 13775 495.9 743.85 6206 2265211
2030 877 5 25433 915.588 5493.528 475 13775 495.9 743.85 6237 2276643
2031 882 5 25578 920.808 5524.848 475 13775 495.9 743.85 6269 2288075
2032 887 5 25723 926.028 5556.168 475 13775 495.9 743.85 6300 2299507
2033 892 5 25868 931.248 5587.488 475 13775 495.9 743.85 6331 2310938
2034 897 5 26013 936.468 5618.808 475 13775 495.9 743.85 6363 2322370
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-313
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Berdasarkan Tabel 3.70 perhitungan Supply Energi Biogas, dengan jumlah 797 ekor
sapi perah dan 475 sapi potong pada tahun 2014,berdasrkan hasil analisis supply energi
biogas, untuk tahun 2014 Desa Bambang sudah memiliki Kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan energi sebesar 2908250 Kwh per tahun. Pada tahun akhir 2034, total sapi Desa
Bambang diperkirakan berjumlah 1372 sapi, sehingga diperkirakan akan menghasilkan
jumlah Energi sebesar 2322370 Kwh per tahun apabila seluruh kotoran sapi berhasil
termanfaatkan.
Desa Mandiri Energi adalah sebuah desa dengan minimum 60% dari penduduknya
menggunakan energi terbarukan. Energi yang digunakan tidak hanya untuk Rumah tangga,
namun juga Sarana dan Penerangan Jalan. Untuk menggunakan Energi Biogas sebagai energi
terbarukan untuk sarana dan Penerangan Jalan maka energi biogas perlu dikonversikan
menjadi Energi Listrik. Kebutuhan Energi untuk pemenuhan kebutuhan Rumah Tangga agar
dapat setara satuaannya dengan kebutuhan energi sarana dan prasarana Jalan maka harus ikut
dikonversikan.
Kebutuhan Energi Rumah Tangga Terdiri dari Kebutuhan Energi untuk memasak dan
untuk Penerangan. Jumlah KK diasumsikan sama dengan Jumlah Rumah Tangga. Kebutuhan
Memasak rumah tangga adalah 0,57 m3 biogas per hari untuk tiap 1 rumah tangga (Ardana
Wayan, 2012) atau setara dengan 3,43 Kwh. Sedangkan kebutuhan penerangan dengan
standar lampu yang digunakan pada tiap rumah dengan 3 lampu biogas adalah 0,00017 (Ema
Pratnya, 2013). Deman energi untuk rumah tangga terdapat pada Tabel 3.71.
Tabel 3. 71 Kebutuhan Energi Rumah Tangga
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
Jumlah Memasak Memasak Penerangan Penerangan
Tahun
KK Standar: 3,42 Standar: 3,42 Standar: 0,00017 Standar: 0,00017
(hari) (tahun) (kwh/hari) (kwh/tahun)
2014 1170 4001.4 1460511 0.199 72.60
2015 1175 4018.5 1466753 0.200 72.91
2016 1181 4039.02 1474242 0.201 73.28
2017 1186 4056.12 1480484 0.202 73.59
2018 1191 4073.22 1486725 0.202 73.90
2019 1196 4090.32 1492967 0.203 74.21
2020 1202 4110.84 1500457 0.204 74.58
2021 1207 4127.94 1506698 0.205 74.89
2022 1213 4148.46 1514188 0.206 75.27
2023 1218 4165.56 1520429 0.207 75.58
2024 1223 4182.66 1526671 0.208 75.89

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-314
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan


Jumlah Memasak Memasak Penerangan Penerangan
Tahun
KK Standar: 3,42 Standar: 3,42 Standar: 0,00017 Standar: 0,00017
(hari) (tahun) (kwh/hari) (kwh/tahun)
2025 1229 4203.18 1534161 0.209 76.26
2026 1234 4220.28 1540402 0.210 76.57
2027 1240 4240.8 1547892 0.211 76.94
2028 1245 4257.9 1554134 0.212 77.25
2029 1251 4278.42 1561623 0.213 77.62
2030 1256 4295.52 1567865 0.214 77.93
2031 1262 4316.04 1575355 0.215 78.31
2032 1268 4336.56 1582844 0.216 78.68
2033 1272 4350.24 1587838 0.216 78.93
2034 1279 4374.18 1596576 0.217 79.36
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan Tabel 3.71 mengenai kebutuhan Energi Rumah Tangga tiap Harinya
pada tahun awal Kebutuhan Rumah Tangga untuk memasak adalah 1460511/tahun dengan
kebutuhan penerangan sebesar 72.60 kwh/tahun, untuk kebutuhan RT memasak, tidak
dikaliakan dengan 0,25 karena untuk memasak tidak diperlukan konversi ke enrgi listrik, dan
kebutuhan untuk memasak diutamakan sampai tingkat pemenuhan 100%, dan sisa supply
akan digunakan untuk kebutuhan penerangan RT, sarana, dan Penerang Jalan umum. Jika
supply energi biogas yang ada di kurangi dengan demand memasak, maka sisa supply energi
untuk penerangan (ennergi listrik) terdapat pada Tabel 3. 72.
Tabel 3. 72 Supply Energi Biogas untuk Listrik atau Penerangan di Desa Bambang
Kebutuhan Sisa Supply
Supply Energi Biogas Supply Listrik
Tahun Memasak Energi Biogas
(Kwh/tahun) (Kwh/tahun)
(Kwh/tahun) (Kwh/tahun)
2014 2908250 1460511 1447739 361934.73
2015 2105166 1466753 638413 159603.3675
2016 2116598 1474242 642355 160588.8675
2017 2128030 1480484 647546 161886.4425
2018 2139461 1486725 652736 163184.0175
2019 2150893 1492967 657926 164481.5925
2020 2162325 1500457 661868 165467.0925
2021 2173757 1506698 667059 166764.6675
2022 2185189 1514188 671001 167750.1675
2023 2196620 1520429 676191 169047.7425
2024 2208052 1526671 681381 170345.3175
2025 2219484 1534161 685323 171330.8175
2026 2230916 1540402 690514 172628.3925
2027 2242348 1547892 694456 173613.8925
2028 2253779 1554134 699646 174911.4675
2029 2265211 1561623 703588 175896.9675
2030 2276643 1567865 708778 177194.5425

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-315
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Kebutuhan Sisa Supply


Supply Energi Biogas Supply Listrik
Tahun Memasak Energi Biogas
(Kwh/tahun) (Kwh/tahun)
(Kwh/tahun) (Kwh/tahun)
2031 2288075 1575355 712720 178180.0425
2032 2299507 1582844 716662 179165.5425
2033 2310938 1587838 723101 180775.1925
2034 2322370 1596576 725794 181448.6175
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 72 menunjukkan bahwa supply energu biogas untuk penerangan yang akan
digunakan untuk penerangan sarana dan Penerangan Jalan Umum (PJU) pada jalan utama di
Desa Bambang. Untuk Menghitung Kebutuhan Energi Sarana yang ada di Desa Bambang,
perlu diketahui terlebih dahulu standar penggunaan Listrik masing-masing sarana.
Berdasarkan Peraturan Mendiknas no 24 tahun 2007, Standar energi Listrik sarana
pendidikan adalah Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah 900 watt dan SMA adalah 1300
watt. Sedangkan untuk Kebutuhan Energi Sarana Lain menurut Permen SDM RI No. 07
Tahun 2010. Masing-masing kebutuhan energi listrik :
a. Sarana kesehatan
Puskesmas (unit) : 450 watt
Posyandu (unit) : 450 watt
Praktek bidan (unit) : 450 watt
b. Sarana peribadatan
Masjid (unit) : 900 watt
Mushola (unit) : 450 watt
Gereja (unit) : 900 watt
c. Sarana pemerintahan (unit) : 450 watt
Dengan standar-standar energi listrik yang dibutuhkan oleh masing-masing sarana
maka perlu diketahui terlebih dahulu total jumlah sarana yang berkaitan serta
proyeksinya.
Tabel 3. 73 Jumlah Sarana Eksisting
Sarana Jumlah Keterangan
PPU 5
Pendidikan 5 (3SD; 1 SMP; 1TK)
Kesehatan 8 Semua Posyandu
Peribadatan 17 (masjid 4; sisanya mushola)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-316
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Sumber: Hasil Survei (2014)

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan sarana, kondisi sarana eksisting tidak


memerlukan penambahan jumlah sarana kecuali sarana pendidikan, selama 20 tahun
proyeksi. Sarana pendidikan yang perlu ditambahkan adalah Pendidikan Taman Kanak-
kanak sebesar 2 TK pada tahun 2019.
Tabel 3. 74 Kebutuhan Energi Sarana Desa Bambang
Total
Total
Total Kebutuhan
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
Kebutuhan Kebutuhan Energi
Tahun Energi Energi Energi Energi
Energi PPU Energi Sarana
Pendidikan Kesehatan Peribadatan Sarana
Sarana (w) (KwH)
(KwH) (hari)
(tahun)
2014 4450 3600 2250 9450 19750 19.75 7209
2015 4450 3600 2250 9450 19750 19.75 7209
2016 4450 3600 2250 9450 19750 19.75 7209
2017 4450 3600 2250 9450 19750 19.75 7209
2018 4450 3600 2250 9450 19750 19.75 7209
2019 5350 3600 2250 9450 20650 20.65 7537
2020 5350 3600 2250 9450 20650 20.65 7537
2021 5350 3600 2250 9450 20650 20.65 7537
2022 5350 3600 2250 9450 20650 20.65 7537
2023 5350 3600 2250 9450 20650 20.65 7537
2024 5350 3600 2250 9450 20650 20.65 7537
2025 5350 3600 2250 9450 20650 20.65 7537
2026 5350 3600 2250 9450 20650 20.65 7537
2027 5350 3600 2250 9450 20650 20.65 7537
2028 5350 3600 2250 9450 20650 20.65 7537
2029 5350 3600 2250 9450 20650 20.65 7537
2030 5350 3600 2250 9450 20650 20.65 7537
2031 5350 3600 2250 9450 20650 20.65 7537
2032 5350 3600 2250 9450 20650 20.65 7537
2033 5350 3600 2250 9450 20650 20.65 7537
2034 5350 3600 2250 9450 20650 20.65 7537
Sumber: Hasil Analis (2014)

Berdasarkan Tabel 3.74 pada tahun 2014 kebutuhan Energi untuk sarana adalah
7209 Kwh/tahun sejak tahun 2014 hingga 2018. Namun Pada tahun 2019 hingga tahun 2034
kebutuhan energinya meningkat menjadi 7.534 Kwh/tahun dikarenakan ada penambahan
sarana pendidikan berupa 2 buah TK yang menambah beban energi sebesar 900 watt atau 0,9
Kwh per hari.
Energi Listrik Penerangan Jalan adalah energi yang dibutuhkan untuk penerangan
jalan. Berdasarkan dari spesifikasi lampu penerangan jalan perkotaan No. 12/S/BNKT/1991
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-317
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

dengan kelas jalan lokal. Lampu yang digunakan minimal ukuran 18-20 atau 36-40 watt.
Daya yang dipakai dalam perhitungan Kebutuhan Penerangan Jalan ini adalah 40 watt per
jam dengan penyalaan lampu jalan selama 12 jam (dari jam 6 malam hingga jam 6 pagi).
Eksisting kondisi Desa Bambang tidak memiliki Penerangan Jalan yang khusus
kebutuhannya dipenuhi oleh PLN, dan hanya memiliki Penerangan Jalan Swadaya dari
Masyarakat Desa Bambang. Sehingga untuk pengadaan PJU untuk selanjutnya menggunakan
standar yang ada, pengadaan PJU hanya untuk jalan utama yeng memiliki hirarki lokal primer
dengan jarak antara lampu yaitu 50 m2. Berdasrakan panjang jalan utama 3.365 m2 , maka
jumlah lampu yang dibutuhkan yaitu sejumlah 68 unit, dan akan direncanakan selama 20
tahun secara bertahap mulai dari 2019-2034. Kebutuhan energi listrik untuk PJU terdapat
pada Tabel 3 .75.

Tabel 3. 75 Kebutuhan Energi Penerangan Jalan


Total
Kebutuhan
Jumlah Daya yang daya
Tahun Penerangan
Lampu dibutuhkan dalam 1
(Kwh)
hari (w)
2014 0 0 0 0
2015 0 0 0 0
2016 0 0 0 0
2017 0 0 0 0
2018 0 0 0 0
2019 17 680 8160 2978
2020 17 680 8160 2978
2021 17 680 8160 2978
2022 17 680 8160 2978
2023 17 680 8160 2978
2024 34 1360 16320 5957
2025 34 1360 16320 5957
2026 34 1360 16320 5957
2027 34 1360 16320 5957
2028 34 1360 16320 5957
2029 51 2040 24480 8935
2030 51 2040 24480 8935
2031 51 2040 24480 8935
2032 51 2040 24480 8935
2033 51 2040 24480 8935
2034 68 2720 32640 11914
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-318
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Keterangan:
1. Daya yang dibutuhkan = jumlah lampu x 40 watt
2. Total daya yang dibutuhkan dalam 12 jam = Daya yang dibutuhkan x 12 jam
3. Kebutuhan Penerangan adalah hasil konversi satuan dari total daya yang
dibutuhkan dalam 12 jam, semula watt menjadi Kwh.
Berdasarkan Perhitungan Supply Energi Biogas, Kebutuhan Energi Rumah Tangga,
Kebutuhan Energi Sarana dan Kebutuhan Energi Penerangan Jalan maka tingkat pemenuhan
kebutuhan dari energi biogas terdapat pada Tabel 3. 76.
Tabel 3. 76 Analisa Supply Demand Energi Desa Bambang
Total Total
kebutuhan Total Total Tingkat
Kebutuhan Kebutuhan
Tahun Penerangan Kebutuhan Supply Pemenuhan
Penerangan Energi Desa
RT Sarana listrik Energi
Jalan Bambang
2014 72.60 7208.75 0 7281.35 361934.73 4971%
2015 72.91 7208.75 0 7281.66 2105165.97 28911%
2016 73.28 7208.75 0 7282.03 2116597.77 29066%
2017 73.59 7208.75 0 7282.34 2128029.57 29222%
2018 73.90 7208.75 0 7282.65 2139461.37 29378%
2019 74.21 7537.25 2978.4 10589.86 2150893.17 20311%
2020 74.58 7537.25 2978.4 10590.23 2162324.97 20418%
2021 74.89 7537.25 2978.4 10590.54 2173756.77 20525%
2022 75.27 7537.25 2978.4 10590.92 2185188.57 20633%
2023 75.58 7537.25 2978.4 10591.23 2196620.37 20740%
2024 75.89 7537.25 5956.8 13569.94 2208052.17 16272%
2025 76.26 7537.25 5956.8 13570.31 2219483.97 16355%
2026 76.57 7537.25 5956.8 13570.62 2230915.77 16439%
2027 76.94 7537.25 5956.8 13570.99 2242347.57 16523%
2028 77.25 7537.25 5956.8 13571.30 2253779.37 16607%
2029 77.62 7537.25 8935.2 16550.07 2265211.17 13687%
2030 77.93 7537.25 8935.2 16550.38 2276642.97 13756%
2031 78.31 7537.25 8935.2 16550.76 2288074.77 13825%
2032 78.68 7537.25 8935.2 16551.13 2299506.57 13893%
2033 78.93 7537.25 8935.2 16551.38 2310938.37 13962%
2034 79.36 7537.25 11913.6 19530.21 2322370.17 11891%
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan Tabel 3.76 Tingkat pemenuhan Energi dari biogas mencapai angka
berlebih yakni 4.971% pada tahun 2014 dan mengalami penurunnan pada tahun 2019, 2024,
2029 dan tahun 2034 hal tersebut dikarenakan penambahan jumlah demand lebih besar
dibandingkan jumlah supply khususnya untuk PJU, karena pada tahun tersebut dilakukan
penambahan jumlah PJU masing-masing sebanyak 17 unit. Persyaratan desa Mandiri Energi

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-319
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

adalah 60% dari kebutuhan energi dipenuhi oleh energi yang terbarukan. Dengan ini dapat
disimpulkan bahwa Desa Bambang sangat berpotensi untuk menjadi sebuah Desa Mandiri
Energi. Kelebihan pemenuhan kebutuhan merupakan potensi berlebih yang dapat digunakan
untuk mensejahterahkan masyarakat desa melalui program serta proyek ekonomi, dengan
kebutuhan memasak dan penerangan program ataupun proyek tersebut melalui energi
Biogas.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-320
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3.13 Analisis kebijakan


Analisis kebijakan merupakan evaluasi terhadap tata ruang pedesaan terutama
pengaturan terhadap penggunaan lahan atau penempatan kawasan tertentu yang memiliki
fungsi tertentu. Analisis kebijakan meliputi kebijakan internal dan eksternal. Kebijakan
internal yang terkait dengan arahan pengembangan di Desa Bambang adalah RPJMD
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa)
Tabel 3. 77 Matriks analisis kesesuaian kebijakan Desa Bambang terhadap kondisi eksisting
Variabel Kebijakan Sub Variabel Kebijakan Eksisting Analisis
Pelayanan Kebutuhan Pelayanan kebutuhan dasar 1. Sebanyak Pengembangan
Dasar Masyarakat masyarakat utama yang 42,34% pelayanan kebutuhan
perlu dikembangkan adalah masyarakat di masyarakat ditekankan
pelayanan kesehatan dan Desa Bambang pada pelayanan
pendidikan seperti : tidak menempuh kesehatan dan
1. Setiap anak di pendidikan pendidikan. Hal ini
Desa Bambang sama sekali. bertujuan untuk
wajib menempuh 2. Belum ada meningkatkan kualitas
pendidikan sarana sumber daya manusia
minimal 9 tahun. pendidikan dan meningkatkan
2. Penambahan SMA di Desa kualitas hidup
sarana pendidikan Bambang masyarakat Desa
di Desa Bambang 3. pegawai Bambang.
terutama SMA kesehatan hanya
3. Penambahan dan berjumlah dua
revitalisasi fungsi orang yaitu, satu
operasional sarana orang bidan dan
kesehatan seperti satu orang
melengkapkan perawat.
alat-alat kesehatan, 4. sarana
menyediakan kesehatan
pelayanan rawat posyandu di
inap, dan Desa Bambang
memberikan hanya sebatas
pengobatan gratis untuk bayi,
bagi warga yang sedangkan
kurang mampu. posyandu untuk
4. Penambahan lansia belum
tenaga kerja pada dapat dipenuhi
Posyandu dan karena
Pondekes terbatasnya
jumlah pegawai
kesehatan di
Desa Bambang.
Strategi 1. Perbaikan kondisi 1. Kondisi jalan Strategi pengembangan
Pengembangan jalan dan dengan kualitas infrastruktur dan
Infrastruktur dan meningkatkan baik dan prasarana dibuat untuk
Prasarana kualitas jalan, perkerasan aspal mendukung semua
seperti mengganti hanya terdapat aktivitas dan mobilisasi

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-321
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Variabel Kebijakan Sub Variabel Kebijakan Eksisting Analisis


perkerasan tanah pada jalan masyarakat desa agar
menjadi utama Desa lebih efektif dan
perkerasan Bambang optimal, selain itu juga
makadam atau 2. Drainase hanya untuk meningkatkan
aspal. terdapat pada tingkat kesehatan
2. Pembangunan jalan utama masyarakat Desa
drainase di Desa Bambang dengan dibangun
sepanjang jalan di dan fungsi septictank komunal
Desa Bambang, drainase tidak sehingga tidak ada lagi
serta revitalisasi berjalan dengan warga yang
MCK, Sanitasi dan baik. menggunakan sistem
Drainase rumah 3. Tidak semua urug. Untuk
tangga. warga memiliki pembangunan drainase
septictank sudah ada bantuan dari
(selama ini PNPM untuk
warga membangun drainase
membuang dengan perkerasan
kotoran dengan beton yang saat ini
sistem urug) masih dalam proses
pembuatan.
Mengembangkan 1. Meratakan 1. Baru terdapat ... Masyarakat yang
Potensi Biogas penggunaan pengguna mendapatkan bantuan
biogas secara biogas di Desa biodigester kurang
menyeluruh Bambang hasil merawat biodigester
2. Mengoptimalkan bantuan dari .... tersebut dan tidak
penggunaan 2. Hanya tersisa ... menggunakannya
biogas yang telah pengguna secara optimal karena
ada biogas yang kurangnya pengetahuan
masih akan biogas sehingga
menggunakan mengalami kendala
biogas dalam penggunaanya.
dikarenakan
kendala
operasionalnya.
Melakukan Pelatihan 1. Mengembangkan 1. Telah ada Perlu dilakukan
kewirausahaan dan keterampilan kelompok pelatihan pembuatan
keterampilan melalui pelatihan- simpan pinjam pupuk kompos karena
pelatihan berupa terdapat potensi kotoran
keterampilan KOPWA. ternak dan sampah
2. Mengupayakan 2. Masyarakat tumbuhan yang dapat
kerjasama antara menginginkan diolah menjadi pupuk
pemodal, pasar untuk sehingga dapat
dan sumber bahan diadakannya mengurangi
baku pelatihan pengeluaran
3. Mengembangkan pembuatan masyarakat desa untuk
kelompok- pupuk kompos. membeli pupuk dari
kelompok simpan luar desa.
pinjam

Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-322
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 3. 6 Analisis Akar Masalah

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-323
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3.14 Analisis akar masalah


Berdasarkan Gambar 3.6 terdapat 2 jenis garis yaitu:
: Hubungan sebab akibat (kondisi x disebabkan oleh y)
: Kondisi atau permasalahan di Desa Bambang
Beberapa kondisi atau permasalahan utama yang disebabkan oleh permasalahan
lainnya, pada umumnya permasalahan penduduk merupakan salah satu masalah utama yang
terdapat dibeberapa wilayah, dengan bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhanpun
meningkat, hal tersebut berhubungan erat dengan daya dukung lingkungan yang
menyediakan sumber daya untuk kebutuhan manusia. Apabila kebutuhan penduduk terus
meningkat dan lingkungan sudah tidak mampu menyediakan sumber daya yang dibutuhkan
masyarakat maka akan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Beberapa
permasalahan utama di Desa Bambang yaitu:
1. Kondisi sarana dan prasarana yang bermasalah
Kondisi infrastruktur dibagi menjadi dua, yaitu prasaranan dan sarana. Permasalahan
prasarana utama di Desa Bambang berkaitan dengan jaringan jalan, sedangkan untuk
sarana berkaitan dengan ktersediaan sarana pendidikan di Desa bambang dan minat
masyarakat untuk melanjutkan sekolah.
a. Kondisi jalan yang rusak
Kondisi jalan yang rusak menyebabkan akses menuju Desa Bambang menjadi
sulit, hal tersebut juga berdampak pada kelancaran arus pemasaran hasil
komoditas desa yang menyebabkan biaya angkutpun meningkat, sehingga
masyarakat lenih memilih untuk menjual hasil komoditasnya secara langsung
pada tenkulak yang ada di Desa dengan harga yang lebih rendah dan keuntungan
masyarakat menjadi berkurang.
b. Kurangnya sarana pendidikan serta kurangnya minat masyarakat untuk
melanjutkan sekolah
Sarana pendidikan di Desa Bambang hanya tersdia sampai SMP, sedangkan
sarana pendidikan SMA tidak tersedia dan untuk menjangkau sarana pendidikan
SMA masyarakat Desa Bambang harus keluar desa, dengan biaya sekolah yang

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-324
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

tidak mampu di jangkau oleh masyarakat desa, banyak dari masayarakat Desa
Bambang usia sekolah tidak melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi.
Kondisi tersebut menyebabkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat Desa
Bambang menjadi minim sehingga untuk melakukan pengembangkan potensi
atau komoditas desa pun menjadi terhambat
2. Kurangnya kesejahteraan masyarakat desa
Kurangnya kesejahteraan masyarakat Desa Bambang berkaitan dengan
penghasilan atau pendapatan masyarakat, mata pencaharian masyarakat Desa
Bambang, yaitu yang didominasi oleh pertanian. Petani di Desa Bambang seringkali
menemukan kondisi hasil panen yang tidak maksimal atau petani mengalami
kerugian (gagal panen). Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat Desa
Bambang, yaitu berkerja di sektor pertanian dan pertambangan pasir. Penambangan
pasir yang tidak terkontrol maka akan menyebabkan kerusakan lingkungan, dan
kemampuan lingkungan untuk menyediakan sumber daya menjadi berkurang.
Ditambah lagi dengan kegiatan pertanian yang menggunakan pupuk berlebihan
dengan tujuan untuk mendapatkan hasil pertanian yang baik dapat menyebabkan
penurunan kualitas tanah yang berdampak pada harga dan ketersediaan pupuk.
Permasalahan tersebut akan menyebabkan usaha tani yang dilakukan masyarakat
menjadi tidak berkelanjutan, artinya yaitu akibat dari tingkah laku berkerja yang
merusak lingkungan menyebabkan lahan untuk melakukan kegiatan ekonomi
menjadi rusak, sehingga masyarakat dan petanilah yang akan merasakan dampaknya
yaitu beripa kerugian.
Sektor ekonomi yang terdapat di Desa Bambang yaitu pertanian dan peternakan,
seharunya keberadaan kedua sektor tersebut dapat saling mendukung, namun dengan
keterbatasan pengetahuan dan keterampilan masyarakat Desa Bambang keberadaan
kedua sektor tersebut belum dapat dimanfaatkan secara seimbang, pada sektor
pertanian masayrakat belum mampu untuk mengembangkan hasil komoditas
pertaniannya menjadi barang yang lebih bernilai tinggi dan dapat memberikan
penghasilan lebih, masyarakat hanya menjual secara langsung tanpa ada pengolahan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-325
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

lebih lanjut, namun dengan keterbatasan pengetahuan dan keterampilan masyarakat


menyebabkan potensi tersebut tidak dikembangkan dengan baik.
3. Pemanfaatan potensi kotoran sapi menjadi energi biogas belum berjalan dengan baik
Pengembangan potensi peternakan untuk biogas di Desa Bambang masih sangat
minim, hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
operasiobnal biogas, membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan juga ketergantungan
masyarakat terhadap hasil hutan berupa kayu bakar dan untuk memperolehnya sangat
mudah, hal tersebut menimbulkan persepsi masyarakat bahwa penggunaan kayu
bakar lebih hemat dan mudah untuk didapatkan, dibandingkan dengan penggunaan
biogas yang harus melalui proses dan membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kondisi
tersebut menyebabkan biogas di Desa Bambang menjadi belum berkembang.
Pemanfataan potensi peternakan dan pertanian di Desa Bambang belum dapat
dilakukan secara seimbang,misalnya dari kotoran ternak atau sisa buangan
pengolahan biogas (slurry) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk berkualitas baik
dengan pengolahan lebih lanjut, pupuk tersebut dapat menunjang pertanian di Desa
Bambang, namun dengan keterbatasn dan pengetahuan yang dimiliki msayarakat
Desa Bambang potensi tersebut belum dapat dikembangkan dengan baik. Selain hal
tersebut di Desa Bambang juga terdapat pertanian tebu, dengan adanya usahatani tebu
seharusnya hal tersebut dapat dimanfaatkan dalam penyediaan pakan ternak, yaitu
dengan pemanfaatan pucuk tebu.
Berbagai permasalahan yang terdapat di Desa Bambang, berdasarkan Gambar 3.6
permasalahan yang ada berujung pada kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat
untuk mengelola hasil pertanian dan peternakan secara seimbang serta kurangnya kesadaran
masyarakat untuk mengelola lingkungan dengan baik, sehinggan untuk mengatasi hal
tersebut diperlukan suatu strategi pengembangan yang sesuai dengan kondisi atau potensi
dan masalahan yang terdapat di Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-326
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 3. 7 Analisis Akar Tujuan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-327
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3.15 Analisis Akar Tujuan


Analisis Akar tujuan merupakan suatu metode yang dipakai dalam menggambarkan
masalah dan tujuan yang ingin dicapai beserta tahapan-tahapan untuk mencapai tujuan
tersebut sesuai dengan harapan. Tujuan utama dari analisis ini adalah meningkatkan
perkembangan Desa Bambang sehingga akan tercapai tujuan sebagai desa yang maju dari
segala aspek dan sektor.
Secara umum permasalahan yang dihadapi Desa Bambang, Kecamatan Wajak,
Kabupaten Malang adalah kebutuhan hidup masyarakat yang semakin tinggi namun
perkembangan perekonomian lambat. Berikut merupakan penjelasan secara rinci dari analisis
akar tujuan di Desa Bambang.
1. Peningkatan Kondisi Infrastruktur
Upaya peningkatan kondisi infrastruktur Desa Bambang bergantung pada pemerintah
Desa Bambang maupun pemerintah Kabupaten Malang. Segala bentuk peingkatan
kondisi infrastuktur tidak terlepas dari aspek pembiayaan dan pendanaan yang cukup
besar, oleh karena itu dibutuhkan peran pemerintah untuk membantu meningkatkan
kondisi infrastuktur baik secara kualitas maupun penambahan kuantitas. Peningkatan
kondisi infrastruktur meliputi perbaikan sarana dan prasarana di Desa Bambang.
a. Perbaikan Jaringan Air Bersih
Jaringan air bersih yang terdapat di Desa Bambang berupa penambahan pipa
jaringan air bersih dari sumber yang mengalir ke rumah warga. Adanya
kerusakan atau kebocoran pipa diharapkan dapat teratasi dengan perbaikan pipa
yang dilakukan oleh masyarakat. Setelah ada perbaikan diharapakan semua
masyarakat Desa Bambang sudah mendapatkan air bersih secara merata dan
lancar. Serta dengan perbaikan jaringan air bersih diharapkan mampu
meningkatan irigasi untuk sektor pertanian.
b. Perbaikan Kondisi Jalan Rusak
Upaya peningkatan kondisi infrastruktur jalan di Desa Bambang bisa delakukan
apabila tersedianya dana untuk perbaikan jalan. Jalan merupakan prasarana
penghubung antara wilayah. Oleh karena itu, perbaikan jaringan jalan perlu

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-328
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

dilakukan untuk aksesibilitas perekonomian Desa Bambang. Perbaikan jalan juga


bermanfaat bagi petani untuk menjual hasil panen komoditasnya secara langsung
ke pasar bukan melalui tengkulak. Penjualan secara langsung kepasar akan
berdampak pada harga jual yang tinggi dan sesuai dengan harga pasar dan
keuntungan petani menigkatkan. Selain itu, tujuan lainnya adalah penambahan
jumlah Penerangan Jalan Umum (PJU) sehingga mampu memenuhi jumlah PJU
yang masih kurang, serta warga diharapaka dapat mengaplikasikannya dengan
kegiatan ronda secara rutin setiap malam agar tingkat kriminalitas yang ada di
Desa Bambang berkurang.
c. Pengelolaan Sampah
Upaya untuk peningkatan kondisi infrastruktur dalam sektor sampah dapat
dilakukan dengan mencegah masyarakat membakar sampah, serta adanya
pengelolaan sampah dan limbah kotoran sapi. Sistem pengelolan dan pengolahan
sampah dapat di lakukan arahan perencanaan untuk pengadaan tempat sampah
sehingga tidak ada timbunan sampah dan pembakaran sampah rumah tangga dan
pengolahan dan daur ulang sampah non organik, sedangkan untuk pengelolaan
limbah kotoran sapi dapat dilakuakan arahan perencanaan untuk pengolahan
biogas.
2. Pembangunan Sarana Pendidikan
Masalah sumber daya manusia masyarakat Desa Bambang yang rendah dapat
berpengaruh terhadap kemajuan desa dalam berbagai aspek. Oleh karena itu perlu
adanya peningkatan sumber daya manusia masyarakat Desa Bambang. Peningkatan
SDM dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan masyarakat akan
pentingnya pendidikan demi kemajuan dan perkembangan suatu desa. Oleh karena
itu, perlu adanya pembangunan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dapat melayani
anak di 3 dusun yaitu Dusun Bendo, Dusun Krajan, dan Dusun Pandanrejo. Sehingga
jarak tempuh untuk ke sekolah lebih dekat dan siswa tidak perlu bersekolah di
wilayah luar Desa Bambang. Untuk masyrakat menengah kebawah akan
diberlakukan biaya pendidikan yang murah atau gratis sehingga SMA tersebut tidak

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-329
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

hanya melayani masyarakat menengah keatas namun juga masyarakat menengah


kebawah. Biaya sekolah yang murah akan meningkatkan minat anak untuk
bersekolah dan meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan anak, dengan
peningkatan ketrampilan danpengetahuan anak diharapkan pada saat lulus dan
mencari pekerjaan sudah memiliki bekal yang diberikan saat menmpuh pendidikan.
Dan penggangguran di Desa Bambang akan berkurang seiring dengan peningkatan
infrsatruktur lainnya.
3. Peningkatan Perekonomian di Desa Bambang
Peningkatan perekonomian di Desa Bambang dapat diketahui dari sektor pertanian,
sektor peternakan, dan pembatasan pertambangan liar.
a. Pembatasan Pertambangan Pasir Liar
Pembatasan pertambangan pasir ini ditujukan untuk mengurangi jumlah
penambang pasir yang melakukan secara illegal dan pengeksplotasian yang
sangat berlebihan. Pembatasan ini memiliki dampak yang positif apabila dapat
terealisasikan, seperti melakukan kembali peremajaan lingkungan tanah yang
digunakan sebagai kawasan tambang sehingga terciptanya keseimbangan antara
lingkungan dan tanah sehingga dengan terjaganya keseimbangan tersebut, tanah
akan kembali menjadi prouktif dan subur yang mampu meningkatkan
produktifitas datri sektor pertanian dan sektor peternakan.
b. Sektor Pertanian
Peningkatan perekonomian dalam sektor pertanian diketahui dari produktifitas
hasil panen yang tinggi. Hasil panen yang tinggi dan memiliki kualitas baik akan
memberikan manfaat dan dampak secara positif bagi sektor pertanian di Desa
Bambang. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
hasil panen, mulai dari pembasmian hama yang dapat memperkecil hasil panen,
penggunaan pupuk yang dilakukan dengan tidak berlebihan, sehingga kualitas
tanah masih tetap subur dan tidak terkontaminasi oleh bahan kimia yang
berlebihan akan membuat kualitas tanaman baik, tanah tetap subur. Sehingga hasil
panen yang meningkat membuat petani mendapatkan keuntungan yang maksimal.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-330
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Semua cara yang ditempuh dalam proses meningkatkan hasil panen tersebut dapat
dilakukan dengan mengikuti penyuluhan pertanian oleh UPT (Unit Pelatihan
Terpadu) untuk masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani di Desa
Bambang. Adanya peningkatan hasil panen di Desa Bambang dapat
mengoptimalkan hasil pendapatan desa sekaligus masyarakat yang berprofesi
sebagai petani. Pendapatan masyarakat dalam sektor pertanian berkaitan juga
dengan pemasaran hasil panen. Pemasaran yang dilakukan oleh masyarakat desa
sebaiknya langsung menuju pasar, karena harga jual ke pasar cenderung lebih
tinggi daripada ke tengkulak.
4. Pengoptimalan Potensi Peternakan di Desa Bambang
Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Desa Bambang yang
lambat adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi kotoran sapi menjadi
energi biogas, untuk itu diperlukan kelompok ternak dan kelembagaan yang
mengurus dan mengakomodir pemanfaatan kotoran sapi menjadi energi biogas agar
masyarakat mau beralih menggunakan biogas sehingga masyarakat tidak lagi
bergantung terhadap hasil hutan berupa kayu bakar sebagai bahan untuk memasak
dan tidak lagi menganggap penggunaan biogas sulit untuk dilakukan karena
masyarakat telah mendapatkan pengetahuan mengenai operasional penggunaan
biogas serta manfaat lebih dengan menggunakan biogas melalui penyuluhan
mengenai pemanfaatan potensi peternakan, selain penyuluhan mengenai
pemanfaatan energi biogas, dilakukan juga penyuluhan untuk mengembangkan
potensi peternakan lain nya yaitu mengenai pemanfaatan pengolahan kotoran ternak
menjadi pupuk yang lebih berkualitas

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-331
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3.16 Analisis SWOT


Analisis SWOT merupakan salah satu teknik analisis dari PRA yang digunakan
dalam menginterprestasikan wilayah perencanaan Desa Bambang, analisis SWOT berfungsi
untuk mengetahui kekuatan (strength), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunity), dan
ancaman (threat) yang ada di dalam desa yang akan digunakan dalam perencanaan. Analisis
ini menentukan tujuan yang spesifik dari proses perencanaan dalam mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal dan yang tidak dapat digunakan untuk mencapai tujuan perencanaan.
Fungsi lain dari analisi SWOT adalah untuk penentuan tujuan yang lebih nyata atau realistis
dan secara efektif. Manfaat penggunaan analisis SWOT adalah mengetahui kekuatan serta
kesempatan yang posotif dalam proses perencanaan untuk mencapai tujuan dan kelemahan
beserta ancaman yang dapat menjadi masalah negatif sehingga menghambat pencapaian
tujuan perencanaan. Sebelum melakukan analisis, yang harus dilakukan terlebih dahulu yaitu
mengelompokkan elemen-elemen yang termasuk kekuatan (strength), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunity), dan ancaman (threat) yang terdapat di Desa Bambang
dan membaginya dalam dua faktor yaitu internal dan eksternal . Penjelasan mengenai elemen
yang termasuk faktor internal dan eksternal antara lain:
1. Internal
a. Strengths (kekuatan) : Berbagai sumberdaya dan tatanan yang dimiliki daerah
atau desa baik yang sudah maupun yang belum dimanfaatkan atau bisa di artikan
sebagai potensi yang dimiliki oleh Desa Bambang
b. Weaknesses (kelemahan) : Berbagai sumberdaya desa dan tatanan yang dapat
menghambat perkembangan dan pembangunan Desa Bambang, atau bisa
diartikan sebagai masalahn yang terdapat di Desa Bambang.
2. Eksternal
a. Opportunity (kesempatan) : Berbagai kondisi, situasi, tatanan, informasi dan
kegiatan diluar wilayah atau desa, yang apabila dimanfaatkan akan memberikan
kontribusi terhadap perkembangan dan peningkatan kapasitas masyarakat di
dalam wilayah tersebut, atau bisa diartikan sebagai peluang yang berasal dari luar

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-332
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

desa yang dapat dimanfaatkan sebagai penunjang untuk menyelesaikan


permasalahan yang ada di Desa Bambang
b. Threat (ancaman) : Unsur-unsur di luar desa yang bersifat kontraproduktif yang
mungkin dapat memperlemah dan menurunkan kinerja pencapaian tujuan
tertentu.
Dalam memanfaatkan SWOT, juga terdapat alternatif penggunaan yang didasarkan
dari kombinasi masing-masing aspek sebagai berikut
a. SO : memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk meraih peluang (O).
b. ST : memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk mengantisipasi atau
menghadapi ancaman (T) dan berusaha maksimal menjadikan ancaman sebagai
peluang.
c. WO : meminimalkan kelemahan (W) untuk meraih peluang (O).
d. WT : meminimalkan kelemahan (W) untuk menghindari secara lebih baik dari
ancaman (T)
3.16.1 Analisis SWOT Persektor
Analisis SWOT yang akaln dilakukan yaitu, berdasarkan beberapa sektor yang
memberi pengeruh terhadap perkembangan Desa Bambang. Pengelompkan elemen SWOT
berdasarkan sektor terdapat pada Tabel 3.78.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-333
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 78 Elemen-Elemen SWOT


Faktor Internal Faktor Eksternal
No Sektor
Strengths (kekuatan) Weaknesses (kelemahan) Opportunity (kesempatan) Threat (ancaman)
1 Sosial dan 1. Adanya kegiatan rutin setiap 1. Kurangnya lapangan pekerjaan 1. Mendapatkan bantuan dana 1. Seringkali terjadinya bantuan
kebudayaan minggu seperti tahlilan, bagi ibu-ibu untuk kinerja kelembagaan yang diberikan oleh pemerintah
masyarakat pengajian, kerja bakti 2. Kurangnya keterampilan dan yang terdapat di Desa tidak tepat sasaran
membersihkan balai desa dan pengetahuan pemuda usia kerja Bambang dari pemerintah 2. Kurangnya sosialisasi dan
lingkungan sekitar serta acara 3. Kebiasaan masyarakat 2. Adanya organisasi bank pelatihan dari pemerintah
rutin tiap tahunan seperti membakar sampah sampah malang mengenai cara bertani yang baik
karnaval, dimana lokasi acara 4. lembaga karang taruna desa
tersebut berpindah dari dusun tidak berfungsi dengan baik
satu kedusun yang lain di
Desa Bambang
2. Adanya penerapan program
berupa, setiap dipekarangan
rumah warga yang kosong
harus dijadikan sebagai
ladang menanam sayur-
sayuran atau menyediakan
RTH untuk skala rumahan,
dan program tersebut berasal
dari Desa Bambang

2 Kelembagaan 1. Adanya lembaga Pemerintahan 1. Terdapat lembaga desa yang 1. Adanya bantuan dari 1. Bantuan dana dari pemerintah
Desa dan BPD tidak menjalankan fungsi yang pemerintan berupa dana hibah sering terlambat sampai ke
2. Adanya kelembagaan berupa seharusnya, atau kelembagaan yang diberikan utuk lembaga
KOPWAN dan PKK dan SPP yang tidak berjalan yaitu pelaksanaan fungsi
yang dapat memberikan modal karang taruna. kelembagaan di Desa
usaha bagi para ibu rumah 2. Belum terdapatnya kelompok Bambang
tangga. peternak di Desa Bambang 2. Adanya hubungan kerja sama
3. Adanya kelembagaan Gapoktan antara dinas Peternakan
yang mewadahi kegiatan Kabupaten Malang dengan
pertanian di desa Bambang Desa Bambang terkait dengan
pengembangan sapi perah dan
pengandaan biodigester
biogas untuk Desa Bambang

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-334
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Faktor Internal Faktor Eksternal


No Sektor
Strengths (kekuatan) Weaknesses (kelemahan) Opportunity (kesempatan) Threat (ancaman)
3 Sarana dan 1. Desa Bambang memiliki 1. Buruknya kualitas jalan berupa 1. Adanya program pemerintah 1. Berkurang atau hilangnya
prasarana sumber mata air sendiri, perkerasan jalan tanah dan berupa PNPM untuk perbaiksn sumber air bersih di Desa
sehingga untuk mengakses air makadam dan tidak jalan dan drainase Bambang
dapat dilakukan dengan mudah terdapatnya PJU, hal tersebut 2. Terdapatnya industri keju 2. Bantuan pemerintah untuk
2. Adanya wisata sejarah Setjo- menyebabkan mahalnya harga yang dapat menyediakan pengadaan infrastruktur tidak
Setuhu yang dapat dijadikan pengankutan hasil komoditaas lapangan pekerjaan menyeluruh pada setiap dusun
sebagai wisata sejarah atau pertanian 3. Bantuan dari pemerintah untuk
sarana kebudayaan dan rekreasi 2. Buruk dan kurangnya saluran sarana pendidikan berupa dana
drainase di Desa Bambang BOS
3. Adanya kebocoran pipa 4. Kebijakan pemerintah untuk
distribusi air bersih yang menjadikan Desa Bambang
menyebabkan debit air bersih menjadi Desa Mandiri Energi
tidak mencukupi kebutuhan berbasis biogas
4. Desa belum memiliki sarana
berupa KUD yang
mengakomidir hasil pertanian
5. Kualitas sarana pendidikan
yang buruk
6. penggunaan enrgi listrik pada
FASUM (sarana PPU,
pendidikan, kesehatan,
peribadatan serta PJU) belum
menggunakan energi alternatif
(biogas)
4 Pertanian 1. Terdapat beberapa jenis 1. Kerugian yang dialami petani 1. Terdapat lahan milik Perhutani 1. Harga jual hasil pertanian tidak
komoditas yang dapat 2. Belum termanfaatkannya yang dapat dimanfaatkan oleh stabil
dikembangkan potensi pertanian untuk pakan masyarakat dengan sistem
2. Terdapat lembaga ternak (pucuk tebu) tanam Tumpangsari, dengan
GAPOKTAN yang dapat 3. Belum adanya pengolahan hasil syarat masyarakat tidak
men.gkoordinir kegiatan pertanian lebih lanjut mengganggu atau merusak
pertanian di Desa Bambang dikarenakan kurangnya tanaman milik Perhutani
agar berjalan dengan baik pengetahuan masyarakat untuk 2. Adanya bantuan dari
mengelolah hasil pertanian pemerintah berupa bibit
tanaman

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-335
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Faktor Internal Faktor Eksternal


No Sektor
Strengths (kekuatan) Weaknesses (kelemahan) Opportunity (kesempatan) Threat (ancaman)
4. Adanya hama dan penyakit 3. Terdapat banyak informasi
yang menyerang tanaman terkait diversifikasi produk
warga pertanian
4. Terdapat pemanfatan potensi
pertanian untuk pakan ternak
5 Peternakan 1. Memiliki jumlah sapi lebih dari 1. Pemanfaatan kotoran ternak 1. Adanya kepercayaan 1. Terdapat belantik yang dapat
1200 ekor belum dilakukan secara perusahaan PT Nestle dan menyebabkan jumlah sapi
2. Terdapat orang yang maksimal Greenvile kepada Desa menjadi tidak stabil sehingga
mengakomodir langsung hasil 2. Belum terbentuknya kelompok Bambang untuk memproduksi dapat menghambat
susu sapi dari masyarakat peternak di Desa Bambang dan susu dari hewan sapi perah, pengembangan biogas
3. Kotoran ternak yang dihasilkan masih berjalan sendiri-sendiri yang akan membantu 2. Terdapatnya biaya perawatan
oleh sapi dapat dimanfaatkan atau individu meningkatkan pendapatan untuk sapi yang harganya tidak
atau diolah menjadi pupuk ekonomi masyarakat Desa murah
kandang yang mempunyai Bambang.
kualitas baik
6 Pengembangan 1. Dalam perwujudan Desa 1. Ketergantungan masyarakat 1. Kebijakan pemerintah untuk 1. Di Desa Bambang terdapat
DME Bambang menjadi DME, Desa terhadap hasil hutan berupa menjadikan Desa Bambang belantik yang dapat
Bambang memeiliki kayu bakar untuk memasak, menjadi Desa Mandiri Energi menyebabkan jumlah sapi
ketersediaan supply energi dan persepsi masyarakat yang berbasis biogas menjadi tidak stabil sehingga
biogas yang berasal dari menganggap bahwa 2. Adanya kerjasama antara dapat menghambat
kotoran ternak (sapi) yang penggunaan kayu lebih hemat pemerintahan Desa Bambang pengembangan biogas
dimiliki oleh masyarakat dan mudah dengan Dinas Peternakan 2. Penurunan supply energi biogas
2. Selain menggunakan kotoran 2. Minimnya pengetahuan Kabupaten Malang terkait yang disebabkan oleh tidak
ternak, untuk ketersediaan masyarakat mengenai bantuan penyediaan istalasi seimbangnya pertumbahan
supply energi biogas dapat operasional penggunaan biogas biogas. penduduk (peningkatan
menggunakan sampah organik 3. Di Desa Bambang belum 3. Pengembangan sapi perah kebutuhan) dengan
yang dihasilkan dari kegiatan terbentuknya kelompok yang dilakukan oleh pihak pertumbuhan sapi
pertaian peternak Pemerintah Kabupaten
3. Di Desa Bambang terdapat Malang di Desa Bambang
SDM yang mampu membuat
biodigester biogas

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-336
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Faktor Internal Faktor Eksternal


No Sektor
Strengths (kekuatan) Weaknesses (kelemahan) Opportunity (kesempatan) Threat (ancaman)
4. Untuk pengadaan biodigester di
Desa Bambang telah tersedia
pasir dan batu bata sehingga
dapat menghemat biaya
konstruksi.
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-337
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Setelah mengelompokkan elemen-elemen yang termasuk kekuatan (strength),


kelemahan (weaknesses), peluang (opportunity), dan ancaman (threat) yang terdapat di Desa
Bambang dan membaginya dalam dua faktor yaitu internal dan eksternal, selanjutnya akan dibuat
Matrik SWOT berdasarkan sektor yang ada.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-338
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 79 Matrik SWOT Sosial dan Kebudayaan


MATRIK SWOT SOSIAL DAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT
INTERNAL 3. Adanya kegiatanStrength (kekuatan)
rutin setiap minggu seperti tahlilan,
Weakness (kelemahan)
5. Kurangnya lapangan pekerjaan bagi ibu-
pengajian, kerja bakti membersihkan balai desa dan ibu
lingkungan sekitar serta acara rutin tiap tahunan seperti 6. Kurangnya keterampilan dan pengetahuan
karnaval, dimana lokasi acara tersebut berpindah dari pemuda usia kerja
dusun satu kedusun yang lain di Desa Bambang 7. Kebiasaan masyarakat membakar sampah
4. Adanya penerapan program berupa, setiap dipekarangan 8. lembaga karang taruna desa tidak berfungsi
rumah warga yang kosong harus dijadikan sebagai ladang dengan baik
menanam sayur-sayuran atau menyediakan RTH untuk
skala rumahan, dan program tersebut berasal dari Desa
EKTERNAL Bambang
3. Mendapatkan bantuan dana STRATEGI S-O STRATEGI W-O
Opportunity (kesempatan)

untuk kinerja kelembagaan 1. Pemaksimalan dana yang didapatkan dari pemerintah 1. Membentuk kelompok pemuda kreatif dan
yang terdapat di Desa untuk lebih meningkatkan program desa yang telah ada pengadaan program pelatihan keterampilan
Bambang dari pemerintah dan dapat dikembangkan sebagai usaha masyarakat untuk serta menciptakan program 1 produk 1
4. Adanya organisasi bank tanaman hias (2-1) Dusun (1,2-1)
sampah malang 2. Penyuluhan mengenai pengelolaan sampah
kepada masyarakat, agar masyarakat
mampu mengelola sampah dengan sistem
3R (reduse, reuse, recycle), dengan
melakukan kerja sama antara Bank Sampah
Malang dengan lembaga Karang Taruna
Desa Bambang (3,4-2).
3. Seringkali terjadinya STRATEGI S-T STRATEGI W-T
Threat (ancaman)

bantuan yang diberikan 1. Dalam pendistribusian bantuan dari pemerintah, selalu 1. Meningkatkan pemberdayaan SDM dan
oleh pemerintah tidak tepat melibatkan semua aspek masyarakat dari tingkat kepala pengelolaan lembaga desa dengan baik (2-
sasaran desa sampai dengan ketua RT, dan pemerintah harus 3)
4. Kurangnya sosialisasi dan selalu bersifat transparan
pelatihan dari pemerintah 2. Melakukan sosialisai dari pihak pemerintahan desa
mengenai cara bertani yang mengenai cara bertani dengan baik serta mewajibkan
baik setiap pekaranga rumah sebagai ladang untuk menanam
(2-2)
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-339
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 80 Matrik SWOT Kelembagaan Masyarakat


MATRIK KELEMBAGAAN MASYARAKAT
Strength (kekuatan) Weakness (kelemahan)
INTERNAL 4. Adanya lembaga 1. Terdapat lembaga desa yang
Pemerintahan Desa dan BPD tidak menjalankan fungsi
5. Adanya kelembagaan berupa yang seharusnya, atau
KOPWAN dan PKK dan kelembagaan yang tidak
SPP yang dapat memberikan berjalan yaitu karang taruna.
modal usaha bagi para ibu 2. Belum terdapatnya
rumah tangga. kelompok peternak di Desa
6. Adanya kelembagaan Bambang.
Gapoktan yang mewadahi
EKTERNAL kegiatan pertanian di desa
Bambang
3. Adanya bantuan dari STRATEGI S-O STRATEGI W-O
pemerintan berupa dana 1. Pemaksimalan dana yang 1. Perlu pemaksimalan dalam
hibah yang diberikan didapatkan dari pemerintah kerja lembaga agar berjalan
utuk pelaksanaan fungsi untuk dapat dikembangkan sesuai dengan fungsinya (1-
kelembagaan di Desa sebagai modal usaha 1)
Bambang masyarakat dalam 2. Pembentukan kelompok
Opportunity (kesempatan)

4. Adanya hubungan kerja mengembangkan kegiatan ternak disetiap dusun


sama antara dinas mata pencahariannya (pembentukan berdasrkan
Peternakan Kabupaten (peternakan dan pertanian) rumah yang berdekatan),
Malang dengan Desa (2,3-1) sehingga untuk bantuan
Bambang terkait dengan 2. Pemaksimalan seluruh pengadaan biodigester dari
pengembangan sapi kelembagaan yang mewadahi pemerintah langsung
perah dan pengandaan berbagai sektor agar dapat dikelola pleh kelompok
biodigester biogas untuk menjalankan fungsinya ternak yang terdapat di
Desa Bambang dengan baik (1,2,3,-1) masing-masing dusun (2-2)
3. Dalam pengajuan bantuan
instalasi biogas kepada Dinas
Peternakan Kabupeten
Malang, masyarakat dapat
melalui lembaga
Pemerintahan Desa dan BPD
(1-2)
1. Bantuan dana dari STRATEGI S-T STRATEGI W-T
pemerintah sering 1. Perlu adanya pihak yang 1. Peningktan partisipasi
Threat (ancaman)

terlambat sampai ke mengakomodir semua masyarakat untuk ikut serta


lembaga bantuan dari pemerintah dalam pengurusan
untuk Desa Bambang dengan kelembagaan desa, serta
memaksimalkan fungsi dari menghilangkan sifat
lembaga Pemerintahan Desa nepotisme dari lembaga agar
dan BPD, yang tidak terjadi ketimpangan
menjembatani pihak Desa sosial antar perangkat
Bambang dengan pihak lembaga dengan lapisan
pemerintah (1-1) masyarakat (1,2-1)
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-340
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 81 Matrik SWOT Sarana dan Prasarana


MATRIK SWOT SARANA DAN PRASARANA
Strength (kekuatan) Weakness (kelemahan)
3. Desa Bambang memiliki sumber 7. Buruknya kualitas jalan berupa perkerasan jalan tanah dan
INTERNAL mata air sendiri, sehingga untuk makadam dan tidak terdapatnya PJU, hal tersebut
mengakses air dapat dilakukan menyebabkan mahalnya harga pengankutan hasil komoditaas
dengan mudah pertanian
4. Adanya wisata sejarah Setjo-Setuhu 8. Buruk dan kurangnya saluran drainase di Desa Bambang
yang dapat dijadikan sebagai wisata 9. Adanya kebocoran pipa distribusi air bersih yang
sejarah atau sarana kebudayaan dan menyebabkan debit air bersih tidak mencukupi kebutuhan
rekreasi 10. Desa belum memiliki sarana berupa KUD yang
mengakomidir hasil pertanian
11. Kualitas sarana pendidikan yang buruk
EKTERNAL 12. penggunaan enrgi listrik pada FASUM (sarana PPU,
pendidikan, kesehatan, peribadatan serta PJU) belum
menggunakan energi alternatif (biogas)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-341
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

5. Adanya program STRATEGI S-O STRATEGI W-O


pemerintah berupa PNPM 1. Perbaikan jalan menuju wisata 1. Menggunakan Program pemerintahan seperti PNPM untuk
untuk perbaiksn jalan dan sejarah Setjo-Setuhu sehingga dapat melakukan pembangunan fisik seperti (1, 2, 3-1)
drainase dikembangkan sebagai wisata sejarah a. Perbaikan kualitas jalan serta pengadaan PJU sehingga
6. Terdapatnya industri keju atau sarana kebudayaan dan rekreasi memperlancar dalam proses pendistribusian hasil
yang dapat menyediakan (2-1) komoditas pertanian maupun peternakan
lapangan pekerjaan 2. Melakukan kerjasama dengan pihak b. Melakukan pemetaan kebocoran pipa pada wilayah yang
Opportunity (kesempatan)

7. Bantuan dari pemerintah pemerintah terkait adanya industri mengalami masalah kebocoran dan melakukan perbaikan
untuk sarana pendidikan keju di Desa Bambang untuk menarik c. Perbaikan kualitas drainase dan normalisasi saluran pada
berupa dana BOS pekerja dari Desa Bambang. (-2) saluran yang mengalami masalah (ditumbuhi tanaman,
8. Kebijakan pemerintah sampah dan material bangunan)
untuk menjadikan Desa 2. Pembangunan KUD sebagai tempat untuk mengakomodir
Bambang menjadi Desa hasil pertanian dan melakukan diversifikasi produk yang
Mandiri Energi berbasis dikelola oleh GAPOKTAN dengan melibatkan seluruh
biogas komponrn masyarakat, dimulai dari para ibu hingga anak
muda di Desa Bambang (4-1)
3. Peningkatan kualitas pendidikan dengan cara memperbaiki
sarana dan prasarana pendidikan di Desa Bambang, serta
membangun taman bermain yang dilengkapi dengan taman
bacaan (sejenis TK) dengan menggunakan dana BOS (5-3)
4. Memanfaatkan energi listrik dari biogas sebagai penerangan
unutk sarana PPU, pendidikan, kesehatan, peribadatan serta
PJU. (6-4)
3. Berkurang atau hilangnya STRATEGI S-T STRATEGI W-T
Threat (ancaman)

sumber air bersih di Desa 1. Melakukan penyuluhan tantang 1. Perbaikan infrastruktur jalan, drainase dan penambahan PJU
Bambang konservasi air dengan cara pelestarian berdasarkan skala prioritas yang dilakukan secara berkala
4. Bantuan pemerintah alam (1-1) atau bertahap (1,2,3-2)
untuk pengadaan 2. Menggunakan metode Eco-drainase berupa Rain-harvesting
infrastruktur tidak sebagai cadangan air pada musim kemarau, serta dapat
menyeluruh pada setiap mengurangi debit limpasan air hujan pada musim penghujan
dusun (3-1)

Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-342
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 82 Matrik SWOT Pertanian


MATRIK SWOT PERTANIAN
Strength (kekuatan) Weakness (kelemahan)
3. Terdapat beberapa jenis komoditas 5. Kerugian yang dialami petani
yang dapat dikembangkan 6. Belum termanfaatkannya potensi
INTERNAL 4. Terdapat lembaga GAPOKTAN pertanian untuk pakan ternak
yang dapat men.gkoordinir kegiatan (pucuk tebu)
pertanian di Desa Bambang agar 7. Belum adanya pengolahan hasil
berjalan dengan baik pertanian lebih lanjut dikarenakan
kurangnya pengetahuan
EKTERNAL masyarakat untuk mengelolah hasil
pertanian
8. Adanya hama dan penyakit yang
menyerang tanaman warga
5. Terdapat lahan milik Perhutani STRATEGI S-O STRATEGI W-O
yang dapat dimanfaatkan oleh 1. Setiap ada bantuan bibit dari pihak 1. Dengan banyaknya informasi
masyarakat dengan sistem luar, dikoordinir oleh GAPOKTAN terkait dengan diversifikasi
tanam Tumpangsari, dengan secara terbuka dan transparan (2-2) produk pertanian, masyarakat
syarat masyarakat tidak 2. Mengolah hasil pertanian menjadi dapat mengolah hasil pertanian
mengganggu atau merusak barang yang memiliki nilai lebih menjadi barang yang lebih bernilai
tanaman milik Perhutani tinggi sehingga dapat meningkat tinggi sehingga dapat memberikan
6. Adanya bantuan dari perekonomian di Desa Bambang. tambahan pendapatan bagi
Opportunity (kesempatan)

pemerintah berupa bibit (1-3) masyarakat sekitar (1,3-3)


tanaman 2. Memanfaatkan potensi pertanian
7. Terdapat banyak informasi berupa pucuk tebu sebagai pakan
terkait diversifikasi produk ternak sehingga mampu
pertanian meningkatkan kualitas dan
8. Terdapat pemanfatan potensi kuantitas susu dari hasil perahan
pertanian untuk pakan ternak sapi perah (2-4)
3. Untuk menhindari hama dapat
dilakukan dengan pengaturan pola
tanam, yaitu dengan melakukan
penanaman secara serentak
maupun dengan pergiliran
tanaman, atau menerapkan sistem
tanam tumpangsari sehingga dapat
mengurangi kerugian ekonomi
yang diakibatkan oleh hama. (1,4-
1)
1. Harga jual hasil pertanian STRATEGI S-T STRATEGI W-T
tidak stabil 1. Melakukan pengolahan lebih lanjut 1. Mengatasi masalah harga yang
Threat (ancaman)

untuk hasil panen yang didapatkan murah waktu panen dengan usaha
dan memaksimalkan GAPOKTAN pengelolaan hasil panen sehingga
terkait sistem indormasi mengenai langsung menjadi barang jadi yang
harga pasar sehingga masyarakat memberikan nilai tambah terhadap
tidak dapat dimonopoli oleh hasil panen tersebut dan
tengkulak. (1,2-1) memberikan dampak positif
terhadap perekonomian Desa
Bambang.. (3-1)
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-343
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 83 Matrik SWOT Peternakan


MATRIK SWOT PETERNAKAN
Strength (kekuatan) Weakness (kelemahan)
INTERNAL 4. Memiliki jumlah sapi lebih dari 3. Pemanfaatan kotoran ternak
1200 ekor belum dilakukan secara
5. Terdapat orang yang maksimal
mengakomodir langsung hasil 4. Belum terbentuknya
susu sapi dari masyarakat kelompok peternak di Desa
6. Kotoran ternak yang dihasilkan Bambang dan masih berjalan
oleh sapi dapat dimanfaatkan sendiri-sendiri atau individu
atau diolah menjadi pupuk
kandang yang mempunyai
EKTERNAL kualitas baik
1. Adanya kepercayaan STRATEGI S-O STRATEGI W-O
Opportunity (kesempatan)

perusahaan PT Nestle dan 1. Pengembangan hewan ternak 1. Membentuk kelompok


Greenvile kepada Desa (sapi) untuk membuka pekerjaan peternak yang dapat
Bambang untuk memproduksi tetap bagi masyarakat (1, 2 – 1) mengakomodir hasil hewani
susu dari hewan sapi perah, 2. Penyuluhan mengenai dari sapi perah berupa susu
yang akan membantu pemanfaatan kotoran ternak atau untuk di jual kepada
meningkatkan pendapatan sisa pembuatan biogas sebagai perusahaan Nestle dan
ekonomi masyarakat Desa pupuk kandang yang dapat Greenville agar pendapatan
Bambang. dimanfaatkan untuk kegiatan masyarakat Desa Bambang
pertanian (3 – 1) dapat lebih terakomodir. (1,2
– 1)

3. Terdapat belantik yang dapat STRATEGI S-T STRATEGI W-T


menyebabkan jumlah sapi 1. Dengan jumlah sapi yang 1. Penyuluhan mengenai
menjadi tidak stabil sehingga banyak, maka dapat dibentuk pemanfaatan kotoran ternak
dapat menghambat kelompok ternak sapi yang dapat agar tidak terbuang sia-sia,
Threat (ancaman)

pengembangan biogas mengakomodir hasil susu sapi yang dapat menaikkan


4. Terdapatnya biaya perawatan apabila belantik yang ingin perekonomian serta sebagai
untuk sapi yang harganya tidak menjual sapi datang ke Desa biaya perawatan sapi. (1 – 2)
murah Bambang. (1, 2 – 1) 2. Pembentukan kelompok
2. Pemanfaatan kotoran ternak ternak untuk menghambat
secara maksimal, salah satu masuknya belantik yang
caranya dengan menjual pupuk dapat mengganggu
berlebih yang nantinya akan perekonomian Desa. ( 2 – 1)
dibelikan biaya perawatan sapi.
(3 – 2)

Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-344
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 84 Matrik SWOT Pengambangan Desa Mandiri Energi berbasis Biogas


MATRIK SWOT PENGEMBANGAN DME
Strength (kekuatan) Weakness (kelemahan)
5. Dalam perwujudan Desa 4. Ketergantungan masyarakat
Bambang menjadi DME, Desa terhadap hasil hutan berupa
Bambang memeiliki kayu bakar untuk memasak,
ketersediaan supply energi dan persepsi masyarakat
biogas yang berasal dari kotoran yang menganggap bahwa
INTERNAL ternak (sapi) yang dimiliki oleh penggunaan kayu lebih
masyarakat hemat dan mudah
6. Selain menggunakan kotoran 5. Minimnya pengetahuan
ternak, untuk ketersediaan masyarakat mengenai
supply energi biogas dapat operasional penggunaan
menggunakan sampah organik biogas
yang dihasilkan dari kegiatan 6. Di Desa Bambang belum
pertaian terbentuknya kelompok
7. Di Desa Bambang terdapat peternak
EKTERNAL SDM yang mampu membuat
biodigester biogas
8. Untuk pengadaan biodigester di
Desa Bambang telah tersedia
pasir dan batu bata sehingga
dapat menghemat biaya
konstruksi.
4. Kebijakan pemerintah untuk STRATEGI S-O STRATEGI W-O
menjadikan Desa Bambang 1. Pemanfaatan kotoran ternak 1. Sosialisasi tentang
Opportunity (kesempatan)

menjadi Desa Mandiri Energi sapi sebagai energi biogas pemanfaatan biogas
berbasis biogas untuk menjadikan Desa (keuntungan memakai
5. Adanya kerjasama antara Bambang sebagai DME (1,2-1) biogas, cara dan proses
pemerintahan Desa Bambang 2. Pengembangan hewan ternak dalam penggunaan biogas
dengan Dinas Peternakan (sapi) untuk membuka atau operasional penggunaan
Kabupaten Malang terkait pekerjaan tetap bagi masyarakat biogas) (1,2-1)
bantuan penyediaan istalasi desa (1-3) 2. Membentuk kelompok
biogas. 3. Program pembuatan instalasi ternak untuk mempermudah
6. Pengembangan sapi perah biogas dengan memanfaatkan dalam mengelola
yang dilakukan oleh pihak SDM dan SDA yang terdapat di pengembangan biogas secara
Pemerintah Kabupaten Malang Desa, untuk menghemat biaya komunal (3-1,2,3)
di Desa Bambang konstruksi (3,4-2)
3. Di Desa Bambang terdapat STRATEGI S-T STRATEGI W-T
belantik yang dapat 1. Untuk mempertahankan supply 1. Pembentukan kelompok
menyebabkan jumlah sapi energi biogas dapat ternak yang selalu
Threat (ancaman)

menjadi tidak stabil sehingga menggunakan sampah organik mengontrol jumlah sapi yang
dapat menghambat yang berasal dari kegiatana terdapat di Desa serta
pengembangan biogas pertanian di Desa Bambang (2- mengontrol spplay energi
4. Penurunan supply energi 1,2) biogas setiap waktu. (3-1,2)
biogas yang disebabkan oleh
tidak seimbangnya
pertumbahan penduduk
(peningkatan kebutuhan)
dengan pertumbuhan sapi
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-345
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

3.17 Analisis IFAS-EFAS


IFAS (Internal Strategic Factors Analisis Summary) adalah sejenis analisis deskriptif
yang mana pada metode tersebut menggunakan ringkasan atau berupa rumusan-rumusan
faktor strategis internal dalam kerangka kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weakness),
sedangkan EFAS (Eksternal Strategic Factor Analysis Summary) yaitu sebuah analisis
deskriptif yang meringkas atau memberikan rumusan faktor-faktor strategis eksternal dalam
kerangka kesempatan (Opportunities) dan ancaman (Threats).
Analisis SWOT yang tepat dan akurat digunakan untuk menghasilkan keputusan agar
dioperasionalkan secara optimal dan dapat mencapai target. Perangkat analisis EFAS dan
IFAS dapat mendorong suatu organisasi untuk menganalisis faktor eksternal dan internal
organisasi dengan lebih tepat.

3.17.1 Analisis IFAS-EFAS Persektor


A. Sosial Dan Kebudayaan Masyarakat
Tabel 3. 85 Kriteria Nilai IFAS-EFAS Sosial dan Kebudayaan Masyarakat
Faktor Variabel Nilai Kriteria
Strengths Kegiatan rutin desa 1 Tidak ada kegiatan rutin desa
(kekuatan) 2 Ada kegiatan rutin desa
3 Banyak kegiatan rutin desa

Penerapan program setiap 1 Belum terdapat penerapan program


pekarangan yang kosong harus untuk penyediaan RTH
dijadikan sebagai ladang 2 Sebagian dusun menerapkan program
menanam sayur-sayuran atau untuk penyediaan RTH
menyediakan RTH untuk skala 3 Terdapat penerapan program untuk
rumahan penyediaan RTH di Desa Bambang
Weaknesses lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu 1 Lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu
(kelemahan) banyak tersedia
2 Lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu cukup
tersedia
3 Lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu kurang
tersedia
keterampilan dan pengetahuan 1 Keterampilan dan pengetahuan pemuda
pemuda usia kerja usia kerja baik
2 Keterampilan dan pengetahuan pemuda
usia kerja cukup
3 Keterampilan dan pengetahuan pemuda
usia kerja buruk
Kebiasaan masyarakat membakar 1 Masyarakat memahami pengelolaan
sampah sampah dengan baik
2

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-346
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Masyarakat belum paham pengelolaan


3 sampah namun sampah tidak dibakar
Masyarakat belum paham pengelolaan
sampah dan sampah dibakar
Lembaga karang taruna desa 1 Lembaga karang taruna desa berfungsi
dengan baik
2 Lembaga karang taruna desa berfungsi
kurang baik
3 Lembaga karang taruna desa tidak
berfungsi dengan baik
Opportunity Bantuan dana untuk kinerja 1 Belum ada bantuan dana untuk
(kesempatan) kelembagaan kelembagaan
2 Sudah mendapatkan bantuan dana untuk
kelembagaan namun tidak tepat sasaran
3 Sudah mendapatkan bantuan dana untuk
kelembagaan sesuai sasaran
Organisasi Bank Sampah Malang 1 Tidak ada organisasi Bank Sampah
2 Akan ada organisasi Bank Sampah
3 Sudah ada organisasi Bank Sampah
Threat (ancaman) Bantuan pemerintah tidak tepat 1 Bantuan pemerintah diberikan sesuai
sasaran sasaran
2 Bantuan pemerintah seringkali diberikan
tidak tepat sasaran
3 Bantuan pemerintah tidak pernah
diberikan sesuai sasaran
Kurangnya sosialisasi dan 1 Rutin dilakukan sosialisasi dan pelatihan
pelatihan keterampilan dari dan pelatihan
pemerintah 2 Kurangnya sosialisasi dan pelatihan dari
pemeintah
3 Tidak pernah dilakukan sosialisasi dan
pelatihan ketrampilan dari pemerintah
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 86 IFAS Sosial dan Kebudayaan Masyarakat


Faktor Internal Bobot Ranking Bobot x Ranking
Strengths
 Kegiatan rutin Desa Bambang 0,25 2 0,5
 penerapan program dari desa 0,15 3 0,45

Total 0,4 0,95


Weaknesses
 lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu 0,175 3 0,525
 keterampilan dan pengetahuan pemuda usia kerja 0,15 3 0,45
 Kebiasaan masyarakat membakar sampah 0,175 3 0,525
 Lembaga karang taruna desa 0,1 2 0,2
Total 0,6 1,7
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-347
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 87 EFAS Sosial dan kebudayaan masyarakat


Faktor Internal Bobot Ranking Bobot x Ranking
Opportunity
 Adanya bantuan dana untuk kinerja kelembagaan 0,2 3 0,6
 Adanya Bank Sampah Malang 0,25 3 0,75
Total 0,45 1,35
Threat
 Bantuan pemerintah tidak tepat sasaran 0,25 2 0,5
 Sosialisasi dan pelatihan keterampilan dari 0,3 2 0,6
pemerintah
Total 0,55 1,1
Sumber: Hasil Analisis (2014)

X = Kekuatan – Kelemahan Y = Peluang – Ancaman


= 0,95 – 1,7 = -0,75 = 1,35 – 1,1 = 0,25

Gambar 3. 8 Posisi Kuadran Analisis IFAS-EFAS Sosial dan Kebudayaan


Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-348
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Berdasarkan hasil perhitungan analisis IFAS-EFAS strategi yang dapat


dikembangkan pada sektor sosial dan kebudayaan di Desa Bambang yaitu menggunakan
Selective Maintenance Strategy. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan IFAS-EFAS yang
berada pada kuadran II pada bagian D, dapat diartikan bahwa strategi pengembangan untuk
sektor sosial dan kebudayaan dilakukan dengan cara meminimalkan kelemahan untuk meraih
peluang. Strategi pembangunan yang dilakukan untuk pengembangan sektor sosial dan
kebudayaan Desa Bambang adalah dengan strategi W-O dengan cara membentuk kelompok
muda kreatif, menciptakan 1 produk untuk 1 dusun, melakukan penyuluhan kepada
masyarakat mengenai pengelolaan sampah bekerjasama dengan Bank Sampah Kabupaten
Malang.
B. Kelembagaan
Tabel 3. 88 Kriteria Nilai IFAS-EFAS Kelembagaan
Faktor Variabel Nilai Kriteria
Strengths (kekuatan) Lembaga Pemerintahan 1 Belum adanya lembaga pemerintah
Desa dan BPD desa dan BPD
2 Sudah ada lembaga pemerintah
desa namun belum ada BPD
Adanya lembaga pemerintah desa
3 dan BPD
Lembaga KOPWAN, 1 Belum adanya pemberian modal
PKK, dan SPP yang usaha bagi ibu rumah tangga.
memeberi modal usaha Pemberian modal usaha bagi ibu
untuk ibu rumah tangga. 2 rumah tangga belum maksimal dan
merata.
Pemberian modal usaha bagi ibu
3 rumah tangga sudah maksimal dan
merata.
Lembaga Gapoktan 1 Belum ada lembaga Gapoktan
2 Terdapat lembaga Gapoktan namun
belum berfungsi secara optimal
Terdapat lembaga Gapoktan dan
3 berfungsi optimal

Weaknesses Kondisi Kelembagaan 1 Tidak berjalan berdasarkan


(kelemahan) dalam menjalankan fungsinya
fungsinya 2 Berjalan cukup baik, namun masih
ada lembaga yang belum berjalan
berdasarkan fungsinya
Semua lembaga desa berjalan sangat
3 baik sesuai dengan fungsinya
Kelompok peternak desa 1 Ada kelompok peternak desa
2 Ada kelompok peternak desa namun
tidak berjalan secara optimal

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-349
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Faktor Variabel Nilai Kriteria


Tidak ada kelompok peternak desa
3
Opportunity Bantuan dana dari 1 Belum ada bantuan dana hibah
(kesempatan) pemerintah berupa dana untuk kelembagaan dari pemerintah
hibah yang diberikan Sudah ada bantuan dana hibah
kepada lembaga desa 2 untuk kelembagaan dari pemerintah
namun tidak dimanfaatkan
Sudah mendapatkan bantuan dana
untuk kelembagaan dan bermanfaat
3
Hubungan kelembagaan 1 Tidak ada hubungan kerjasama
desa dengan kabupaten lembaga
2 Hanya ada hubungan kerjasama
lembaga antar desa
3 Ada hubungan kerjasama lembaga
desa dengan kabupaten
Threat (ancaman) Bantuan dana dari 1 Belum mendapatkan bantuan dana
pemerintah sering dari pemerintah untuk lembaga
terlambat sampai ke Sudah mendapatkan bantuan dana
lembaga. dari pemerintah untuk lembaga.
2 Sudah mendapatkan bantuan dana
dari pemerintah untuk lembaga
namun sering terlambat
3

Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 89 IFAS Kelembagaan


Faktor Internal Bobot Ranking Bobot x Ranking
Strengths
 Lembaga pemerintah desa dan BPD 0,3 3 0,9
 Lembaga KOPWAN, PKK, dan SPP yang
0,2 3 0.6
memberi modal usaha untuk ibu rumah tangga.
 Lembaga Gapoktan 0,2 3 0.6
Total 0,7 2,1
Weaknesses
 Kondisi Kelembagaan dalam menjalankan 0,2 2 0,4
fungsinya
 Kelompok peternak desa 0,1 3 0,3
Total 0,3 0,7
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-350
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 90 EFAS Kelembagaan


Faktor Eksternal Bobot Ranking Bobot x Ranking
Opportunity
 Bantuan dana dari pemerintah berupa dana hibah 0.5 3 1,5
yang diberikan kepada lembaga desa
 Hubungan kelembagaan desa dengan kabupaten 0,3 3 0,9
Total 0.8 3 2,4
Threat
 Bantuan dana dari pemerintah sering terlambat 0,2 3 0.6
sampai kelembaga
Total 0.2 0.6
Sumber: Hasil Analisis (2014)

X (IFAS) = Strength – Weakness = 2,1 – 0,7 = 1,4


Y (EFAS) = Opportunity – Threat = 2,4 – 0,6 = 1,8

Gambar 3. 9 Posisi Kuadran Analisis IFAS-EFAS Kelembagaan


Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-351
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Berdasarkan hasil analisis IFAS-EFAS, didapatkan matriks yang terdapat pada


Gambar 3.9, gambar tersebut menunjukkan bahwa strategi pengembangan sektor
kelembagaan yang terdapat di Desa Bambang menggunkan strategi Stable Grow Strategy,
dan pengembangan tersebut berada di kuadran I bagian B. Strategi pengembangan yang dapat
dilakukan adalah dengan mengkombinasikan antara Strength (kekuatan) dan Opportunity
(kesempetan) atau strategi pengembangan S-O dengan cara, memanfaatkan kekuatan atau
potensi kelembagaan yang dimiliki Desa Bambang secara maksimal untuk meraih peluang
yang ada. Hal yang dapat dilakukan yaitu dengan memanfaatkan dana dari pemerintah untuk
dikembangkan sebagai modal usaha masyarakat Desa Bambang, serta pengajuan bantuan
instalasi biogas kepada Dinas Peternakan Kabupaten Malang yang dapat disampaikan kepada
kelembagaan Pemerintahan Desa dan BPD yang ada di Desa Bambang, untuk melakukan hal
tersebut, kelembagaan yang terdapat di Desa Bambang harus menjalankan fungsinya sebaik
mungkin.
C. Sarana dan Prasarana
Tabel 3. 91 Kriteria Nilai IFAS-EFAS Sarana dan Prasarana
Faktor Variabel Nilai Kriteria
Strengths (kekuatan) Sumber mata air 1 Tidak memiliki sumber mata
air sendiri
2 Memiliki sumber mata air
sendiri namun akses air sulit
Memiliki sumber mata air
3 sendiri dan air mudah di akses
Wisata sejarah sebagai 1 Tidak ada wisata sejarah yang
sarana kebudayaan dan dapat dijadikan sarana
rekreasi kebudayaan dan rekreasi
Terdapat wisata sejarah
2 namun belum bisa dikunjungi
oleh wisatawan
Terdapat wisata sejarah yang
dapat dijadikan sebagai
3 wisata sejarah atau sarana
kebudayaan dan rekreasi
Weaknesses (kelemahan) Kondisi jalan dan PJU 1 Kondisi jalan beraspal dan
PJU memenuhi kebutuhan
2 Kondisi jalan sebagian besar
beraspal da nada PJU
Kondisi jalan tanah, macadam
3 dan tidak ada PJU
Kondisi saluran drainase 1 Kondisi saluran baik dan
mencukupi kebutuhan
2

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-352
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Faktor Variabel Nilai Kriteria


Kondisi saluran drainase baik
namun belum mencukupi
3 kebutuhan
Kondisi saluran drainase
buruk dan tidak mencukupi
kebutuhan
Kondisi pipa distribusi air 1 Pipa distribusi air bersih
bersih dalam kondisi baik
2 Pipa distribusi air bersih
dalam kondisi cukup baik
3 Pipa distribusi air bersih
dalam kondisi mengalami
kebocoran
Sarana KUD 1 Terdapat sarana KUD yang
berfungsi dengan baik
Terdapat sarana KUD yang
2 belum berfungsi dengan baik
Tidak ada sarana KUD

3
Kualitas pendidikan 1 Kualitas pendidikan baik
2 Kualitas pendidikan cukup
baik
3 Kualitas pendidikan buruk
Pemanfaatan energy 1 Sudah dimanfaatkan dengan
alternative biogas untuk baik
energy listrik pada 2 Hanya beberapa FASUM
FASUM yang menggunakan biogas
3 Tidak ada FASUM yang
menggunakan biogas
Opportunity Program PNPM untuk 1 Tidak ada program PNPM
(kesempatan) perbaikan jalan dan 2 Ada program PNPM
drainase perbaikan jalan atau drainase
Ada program PNPM
3 perbaikan jalan dan drainase
Lapangan pekerjaan 1 Tidak ada lapangan pekerjaan
industri keju industri keju
2 Ada lapangan pekerjaan
industri keju namun tidak
dimanfaatkan
3 Ada lapangan pekerjaan
industri keju dan
dimanfaatkan dengan baik
Bantuan dana BOS 1 Tidak ada bantuan dana BOS
Dana BOS belum digunakan
2 secara maksimal
Dana BOS digunakan secara
maksimal
3

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-353
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Faktor Variabel Nilai Kriteria


Kebijakan pemerintah 1 Belum adanya kebijakan
pemerintah untuk Desa
Mandiri Energi
2 Sudah ada kebijakan dari
pemerintah untuk Desa
Mandiri Energi namun belum
terlaksana
3 Sudah terlaksananya Desa
Mandiri Energi di Desa
Bambang
Threat (ancaman) Kondisi sumber air bersih 1 Sumber air bersih melimpah
dan tidak akan berkurang
Sumber air bersih berkurang
2 dan akan hilang
Tidak ada sumber air bersih
3
Pemerataan anggaran 1 Bantuan dilakukan secara
untuk pengadaan menyeluruh
infrastruktur desa 2 Bantuan dilakukan tidak
menyeluruh
3 Tidak ada bantuan yang
dilakukan untuk infrastruktur
desa
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 92 IFAS Sarana dan Prasaran


Faktor Internal Bobot Ranking Bobot x Ranking
Strengths
 Sumber mata air 0,2 3 0,6
 Wisata sejarah sebagai sarana kebudayaan dan 0,1 3 0,3
rekreasi
Total 0,3 0,9
Weaknesses
 Kondisi jalan dan PJU 0,2 3 0,6
 Kondisi saluran drainase 0,05 3 0,15
 Kondisi pipa distribusi air bersih 0,05 3 0,15
 Sarana KUD 0,15 3 0,45
 Kualitas pendidikan 0,15 3 0,45
 Pemanfaatan energi alternatif biogas untuk 0,1 3 0,3
energi listrik pada FASUM
Total 0,7 2,1
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-354
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 93 EFAS Sarana dan Prasarana


Faktor Internal Bobot Ranking Bobot x Ranking
Opportunity
 Program PNPM untuk perbaikan jalan dan 0,15 3 0,45
drainase
 Lapangan pekerjaan 355industry keju 0,1 2 0,2
 Bantuan dana BOS 0,15 2 0,3
 Kebijakan pemerintah 0,15 2 0,3
Total 0,55 1,25
Threat
 Kondisi sumber air bersih 0,25 2 0,5
 Pemerataan anggaran untuk pengadaan 0,2 2
infrastruktur desa 0,4
Total 0,45 0,9
Sumber: Hasil Analisis (2014)

X (IFAS) = Strength – Weakness = 0,9 – 2,1 = -1,2


Y (EFAS) = Opportunity – Threat = 1,25 – 0,9 = 0,35

Gambar 3. 10 Posisi Kuadran Analisis IFAS-EFAS Sarana dan Prasarana


Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-355
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Berdasarkan hasil perhitungan analisis IFAS-EFAS strategi yang dapat


dikembangkan pada sektor sarana dan prasarana di Desa Bambang yaitu menggunakan
Selective Maintenance Strategy. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan IFAS-EFAS yang
berada pada kuadran II pada bagian D, dapat diartikan bahwa strategi pengembangan untuk
sektor sarana dan prasarana dilakukan dengan cara meminimalkan kelemahan untuk meraih
peluang. Strategi pembangunan yang dilakukan untuk pengembangan sektor sarana dan
prasarana Desa Bambang adalah dengan strategi W-O dengan cara memanfaatkan bantuan
dari pemerintah untuk melakukan perbaikan kualitas jalan dan drainase, menyediakan
koprasi khusus (KUD) untuk mengakomodir hasil pertanian, meningkatkan kualitas
pendidikan dengan cara memperbaiki sarana pendidikan, dan pemanfaatan energy listrik dari
biogas.
D. Pertanian
Tabel 3. 94 Kriteria Nilai IFAS-EFAS Pertanian
Faktor Variabel Nilai Kriteria
Strength Variasi Hasil Komoditas 1 Minimnya komoditas di Desa
Bambang
2 Terdapat beberapa komoditas
yang dapat dimanfaatkan
3 Terdapat bermacam macam
komoditas yang dapat
dimanfaatkan
Koordinasi GAPOKTAN 1 Tidak ada sama sekali
koordinasi Gapoktan dengan
petani antar Dusun
2 Cukup adanya koordinasi
Gapoktan dengan petani antar
Dusun
3 Sering adanya koordinasi
Gapoktan dengan petani antar
Dusun
Weakness Kondisi petani 1 Petani mengalami keuntungan
banyak
2 Petani mengalami keuntungan
sedikit
3 Petani mengalami kerugian
Pemanfaatan pucuk tebu 1 Pucuk tebu sudah dimanfaatkan
untuk pakan ternak untuk pakan ternak
2 Pucuk tebu sudah dimanfaatkan
untuk kebutuhan lain
3 Pucuk tebu belum
dimanfaatkan untuk pakan
ternak

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-356
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Faktor Variabel Nilai Kriteria


Pengetahuan masyarakat 1 Pengelolaan hasil pertanian
tentang pengelolaan Hasil dikelola dengan baik
Pertanian 2 Masyarakat kurang mengetahui
tentang pengelolaan hasil
pertanian
3 Masyarakat tidak mengetahui
pengelolaan hasil pertanian
Hama tanaman 1 Tidak ada hama yang dapat
merusak tanaman
2 Terdapat hama tetapi tidak
menyerang tanaman
3 Terdapat hama yang
menyerang tanaman

Opportunity Pemanfaatan lahan 1 Lahan perhutani tidak


perhutani dimanfaatkan oleh masyarakat
2 Lahan perhutani tidak di
izinkan untuk dimanfaatkan
3 Lahan perhutani dimanfaatkan
oleh masyarakat
Bantuan bibit dari 1 Tidak ada bantuan bibit dari
pemerintah pemerintah
2 Adanya bantuan bibit dari
pemerintah yang tidak
dimanfaatkan
3 Adanya bantuan bibit dari
pemerintah yang dimanfaakan
Informasi mengenai 1 Tidak ada informasi mengenai
pemverifikasian produk verifikasi
pertanian 2 Hanya ada sedikit informasi
mengenai verifikasi
3 Banyaknya informasi mengenai
verifikasi
Pemanfatan potensi 1 Tidak dimanfaatkannya potensi
pertanian untuk pakan pertanian untuk pakan ternak
ternak 2 Pemanfaatan potensi pertanian
untuk pakan ternak tidak
maksimal
3 Pemanfaatan potensi pertanian
untuk pakan ternak secara
maksimal
Threat Harga jual hasil pertanian 1 Harga jual selalu stabil
2 Harga jual semakin tidak stabil
3 Harga jual tidak stabil
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-357
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 95 IFAS Sektor Pertanian


Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Strenght

 Variasi Hasil Komoditas 0,15 2 0,3


 Koordinasi Gapoktan 0,2 3 0,6
Total 0,35 0,9
Weakness
 Kondisi petani 0,2 3 0,6
 Pemanfaatan pucuk tebu untuk pakan
0,2 3 0,6
ternak
 Pengetahuan masyarakat tentang
0,15 2 0,3
pengelolaan hasil pertanian
 Hama tanaman 0,1 3 0,3
Total 0,65 1,8
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 96 Analisis EFAS Sektor Pertanian


Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Opportunity
 Pemanfaatan lahan perhutani 0,25 3 0,75
 Bantuan bibit dari pemerintah 0,25 3 0,75
 Informasi mengenai pemverifikasian
0,1 3 0,3
produk pertanian
 Pemanfatan potensi pertanian untuk
0,15 3 0,45
pakan ternak
Total 0,75 2,25
Threat

 Harga jual hasil pertanian 0,25 3 0,75


Total 0,25 0,75
Sumber: Hasil Analisis (2014)

X = Kekuatan–Kelemahan Y = Peluang-Ancaman
= 0,9 – 1,8 = 2,25 – 0,75
= -0,9 = 1,5

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-358
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 3. 11 Posisi Kuadran Analisis IFAS-EFAS Pertanian


Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan hasil perhitungan analisis IFAS-EFAS strategi yang dapat


dikembangkan pada sektor pertanian di Desa Bambang yaitu menggunakan Agresive
Maintenance Strategy. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan IFAS-EFAS yang berada pada
kuadran II pada bagian C, dapat diartikan bahwa strategi pengembangan untuk sektor
pertanian dilakukan dengan cara meminimalkan kelemahan untuk meraih peluang yang ada.
Strategi pembangunan yang dilakukan untuk pengembangan sektor pertanian Desa Bambang
adalah dengan strategi S-O dengan cara pengkoordiniran bantuan bibit yang dilakukan oleh
GAPOKTAN secara trasparan atau terbuka, dan pengolahan hasil pertanian agar bernilai jual
tinggi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-359
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

E. Peternakan
Tabel 3. 97 Kriteria Nilai IFAS-EFAS Peternakan
Faktor Variabel Nilai Kriteria
Strengths (kekuatan) Kepemilikan sapi 1 Jumlah sapi berkisar 100-500
ekor
2 Jumlah sapi berkisar 500-1000
ekor
3 Jumlah sapi 1000 ekor keatas
Pengkoordiniran hasil 1 Tidak ada yang
susu sapi mengkoordinir hasil susu sapi
Ada yang mengkoordinir
2 namun tidak berjalan dengan
baik
Ada yang mengkoordinir dan
3 berjalan dengan baik
Pemanfaatan kotoran sapi 1 Tidak dimanfaatkan menjadi
menjadi pupuk kandang pupuk
2 Dimanfaatkan menjadi pupuk
namun belum maksimal
Dimanfaatkan menjadi pupuk
3 sebagaimana mestinya dan
dengan maksimal
Weaknesses Pemanfaatan kotoran 1 Kotoran ternak tidak
(kelemahan) ternak dimanfaatkan sama sekali
2 Kotoran ternak sudah
dimanfaatkan namun belum
maksimal.
3 Kotoran ternak sudah
dimanfaatkan secara
maksimal dan seimbang.
Kelompok ternak desa 1 Tidak ada kelompok ternak di
Desa Bambang
2 Sudah ada kelompok ternak di
Desa Bambang namun belum
berjalan maksimal
3 Sudah ada kelompok ternak di
Desa Bambang yang sudah
dikoordinisr sebagaimana
mestinya.
Opportunity Adanya kepercayaan dari 1 Tidak ada kepercayaan dari
(kesempatan) perusahaan luar perusahaan luar Desa
Bambang
2 Ada kepercayaan dari
perusahaan luar Desa
Bambang, namun belum
sepenuhnya dapat dilakukan
peternak Desa.
3 Ada kepercayaan dari
perusahaan luar Desa
Bambang dan peternak Desa
sudah melakukan seluruhnya.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-360
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Faktor Variabel Nilai Kriteria


Threat (ancaman) Adanya belantik di Desa 1 Tidak adanya belantik
Bambang 2 Adanya belantik namun masih
dapat diantisipasi masyarakat
Adanya belantik yang
3 merajalela di Desa Bambang

Biaya perawatan sapi 1 Biaya perawatan sangat mahal


yang tidak murah Biaya perawatan masih dapat
2 terjangkau
Biaya perawatan sangan
3 terjangkau
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 98 IFAS Peternakan


Faktor Internal Bobot Ranking Bobot x Ranking
Strengths
 Kepemilikan sapi 0,25 3 0,75
 Pengkoordiniran hasil susu sapi 0,25 3 0,75
 Pemanfaatan kotoran sapi menjadi pupuk kandang 0,1 2 0,2

Total 0,6 8 1,7


Weaknesses
 Pemanfaatan kotoran ternak secara seimbang 0,25 2 0,5
 Kelompok ternak desa 0,15 1 0,15
Total 0,4 4 0,65
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3. 99 EFAS Peternakan


Faktor Internal Bobot Ranking Bobot x Ranking
Opportunity
 Adanya kepercayaan dari perusahaan luar Desa 0,6 3 1,8
Total 0,6 1,8
Threat
 Adanya belantik di Desa Bambang 0,3 3 0,9
 Biaya perawatan sapi yang tidak murah 0,1 2 0,2
Total 0,4 1,1
Sumber: Hasil Analisis (2014)

X = Kekuatan – Kelemahan Y = Peluang - Ancaman


= 1,7 – 0,65 = 1,05 = 1,8 – 1,1 = 0,7

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-361
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Gambar 3. 12 Posisi Kuadran Analisis IFAS-EFAS Peternakan


Sumber: Hasil Analisis (2014)

Berdasarkan hasil analisis IFAS-EFAS, Gambar 3. 12 menunjukkan bahwa strategi


pengembangan untuk sektor ekonomi di Desa Bambang salah satunya yaitu peternakan yang
dapat dikembangkan dalam program biogas. Gambar 3.12 menunjukkan strategi
pengembangan berada pada kuadran I bagian A yaitu strategi Rapid Growth Strategy yaitu
mengkombinasikan antara Strength (kekuatan) dan Opportunity (kesempetan) atau strategi
pengembangan S-O, hal pertama yang dapat dilakukan yaitu pengembangan hewan ternak
(sapi perah) untuk membuka pekerjaan tetap bagi masyarakat sehingga keberadaan sapi di
Desa Bambang tetap dipertahankan, strategi lain yang dapat dilakukan di Desa Bambang,
yaitu dengan mengadakan sosialisasi tentang pemanfaatan biogas (keuntungan menggunakan
biogas, cara dan proses dalam penggunaan biogas), serta memberitahukan kepada
masyarakat bahwa kotoran ternak (sapi) tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai biogas,
tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk yang memiliki kualitas lebih setelah

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-362
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

dilakukannya pengolahan lebih lanjut, sehingga dapat menunjang kegiatan pertanian di Desa
Bambang.
F. Desa Mandiri Energi
Tabel 3. 100 Kriteria Nilai IFAS-EFAS Peternakan
Faktor Variabel Ranking Kriteria
Strength Ketersediaan Supply 1 Tidak ada supply untuk biogas
energy biogas dari 2 Minimnya supply untuk biogas
kotoran sapi 3 Terdapat supply untuk biogas
yang berlebih
Ketersediaan Supply 1 Tidak ada supply untuk biogas
energy biogas dari 2 Minimnya supply untuk biogas
sampah organik 3 Terdapat supply untuk biogas
yang berlebih
SDM untuk pembuatan 1 Tidak ada SDM untuk
biodigester pembuatan biodigester
2 Terdapat sedikit SDM untuk
pembuatan biodegester
3 Terdapat banyak SDM untuk
pembuatan biodigester
Biaya kontruksi 1 Biaya pembuatan murah
pembuatan biodigester 2 Biaya pembuatan mahal dan
tidak ada alternative
3 Biaya pembuatan mahal tetapi
terdapat alternatif
Weakness Ketergantungan 1 Masyarakat telah
masyarakat kepada kayu menggunakan biogas untuk
bakar untuk memasak 2 memasak
Masyarakat telah
3 menggunakan gas LPG untuk
memasak
Masyarakat masih
menggunakan kayu bakar
untuk memasak
Pengetahuan oprasional 1 Masyarakat mampu
penggunaan biogas mengoprasionalkan biogas
2 Minimnya pengetahuan
masyarakat
3 Masyarakat tidak mengetahui
pengoprasionalan biogas
Kelompok peternak 1 Sudah terbentuk kelompok
peternak
2 Sudah ada kelompok peternak
namun tidak aktif
3 Belum terbentuk kelompok
peternak
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-363
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Opportunity Kebijakan pemerintah 1 Tidak ada kebijakan dari


untuk Desa Bambang pemerintah
sebagai Desa Mandiri 2 Ada kebijakan namun belum
Energi terlaksana
3 Kebijakan pemerintah
mengenai Desa Mandiri Energi
sudah terlaksana
Hubungan kelembagaan 1 Tidak ada hubungan kerjasama
desa dengan kabupaten lembaga
2 Hanya ada hubungan kerjasama
lembaga antar desa
3 Ada hubungan kerjasama
lembaga desa dengan kabupaten
Pengembangan sapi perah 1 Tidak ada pengembangan sapi
oleh Pemerintah perah yang dilakukan oleh
Kabupaten Malang pemerintah
2 Ada namun belum terlaksana
3 Ada dan sudah terlaksana
Threat Adanya belantik di Desa 1 Tidak ada belatik di Desa
Bambang Bambang
2 Terdapat belatik tetapi tidak
mengganggu kestabilan jumlah
sapi
3 Adanya belatik yang
menyebabkan jumlah sapi
tidak stabil
Pengaruh pertumbuhan 1 Pertumbuhan penduduk tidak
penduduk terhadap Supply berpengaruh
biogas 2 Pertumbuhan penduduk sedikit
berpengaruh
3 Pertumbuhan penduduk
banyak memberikan pengaruh

Tabel 3. 101 IFAS Desa Mandiri Energi


Faktor Internal Bobot Ranking Bobot x Ranking
Strengths
 Ketersediaan Supply energy biogas dari kotoran 0,25 3 0,75
sapi
 Ketersediaan Supply energy biogas dari sampah 0,15 3 0,45
organik
 SDM untuk pembuatan biodigester 0,1 3 0,3
 Biaya kontruksi pembuatan biodigester 0,1 3 0,3
Total 0,6 1,8
Weaknesses
 Ketergantungan masyarakat kepada kayu bakar 0,2 3 0,6
untuk memasak
 Pengetahuan oprasional penggunaan biogas 0,1 2 0,2
 Kelompok peternak 0,1 3 0,3
Total 0,4 1,1
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-364
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 102 EFAS Desa Mandiri Energi


Faktor Internal Bobot Ranking Bobot x Ranking
Opportunity
 Kebijakan pemerintah untuk Desa Bambang 0,25 2 0,5
sebagai Desa Mandiri Energi
 Hubungan kelembagaan desa dengan kabupaten 0,15 3 0,45
 Pengembangan sapi perah oleh Pemerintah 0,15 2 0,3
Kabupaten Malang
Total 0,55 1,25
Threat
 Adanya belantik di Desa Bambang 0,25 3 0,75
 Pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap 0,2 3 0,6
Supply biogas
Total 0,45 1,35
Sumber: Hasil Analisis (2014)

X = Kekuatan – Kelemahan Y = Peluang - Ancaman


= 1,8 – 1,1 = 0,7 = 1,25 – 1,35 = -0,1

Gambar 3. 13 Posisi Kuadran Analisis IFAS-EFAS Desa Mandiri Energi


Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-365
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Berdasarkan hasil analisis IFAS-EFAS, Gambar 3.13 menunjukkan bahwa strategi


pengembangan untuk menjadikan Desa Bambang menjadi Desa Mandiri Energi (DME).
Gambar 3.13 menunjukkan strategi pengembangan berada pada kuadran IV bagian H yaitu
strategi Conglomerate Strategy yaitu mengkombinasikan antara Strength (kekuatan) dan
Threat (ancaman) atau strategi pengembangan S-T, strategi yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan supply energy biogas yaitu memanfaatkan sampah organik yang dihasilkan
oleh kegiatan pertanian.

3.18 Analisis Alternatif Proyek


Analisis alternatif proyek merupakan pendekatan untuk menentukan urutan prioritas
program-program yang akan dijalankan dengan memilih beberapa program tertentu.
Program-program yang dipilih merupakan indentifikasi berdasarkan hasil analisa SWOT dan
IFAS/EFAS yang telah dikaji. Setelah itu dipilih beberapa program atau kriteria untuk
dijadikan pilihan dalam menentukan urutan prioritas proyek. Dalam proses penentuan urutan,
digunakan proses perkalian antara pembobotan dengan skor. Urutan langkah-langkah
penentuan urutan prioritas proyek adalah sebagai berikut:
3.18.1 Penentuan Kriteria Penilaian Terhadap Masing-masing Proyek
Penentuan kriteria didasarkan pada hasil identifikasi pada kepentingan atau prioritas
proyek yang akan dijalankan pada pelaksanaan pembangunan di Desa Bambang. Kriteria
yang akan dijalankan adalah:
1. Urutan prioritas prinsip pembangunan dan pengembangan suatu wilayah: Semakin
tinggi prioritas semakin tinggi nilai skornya.
2. Ketersediaan SDA (sumber daya alam) : Semakin banyak ketersediaan sumber daya
semakin tinggi nilai skornya.
3. Proporsi penerimaan manfaat atau keuntungan yang maksimal : Semakin banyak
proporsi penerimaan manfaat atau keuntungan semakin tinggi nilai skor.
4. Peningkatan jumlah pendapatan : Semakin banyak suatu kesempatan untuk
meningkatkan pendapatan maka semakin tinggi nilai skor.
5. Peningkatan pemanfaatan potensi SDM (sumber daya manusia) : Semakin tinggi
pemanfaatan potensi sumber daya manusia maka semakin tinggi nilai skor.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-366
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

6. Keterlibatan dengan program ditahun sebelumnya yang masih aktif : Semakin besar
nilai keterlibatan program yang dimulai tahun sebelumnya/sedang berjalan, semakin
tinggi prioritasnya
7. Sumbangan terhadap program strategis kabupaten/ kotamadya: Semakin tinggi
sumbangannya terhadap program strategis kabupaten/ kotamadya semakin tinggi
skornya
8. Pertimbangan ekologi: Semakin bersahabat dengan lingkungan, makin tinggi nilai
prioritas
9. Hubungan alat dengan tujuan :Semakin tinggi (erat) hubungan alat dengan tujuan,
makin tinggi nilai prioritas
10. Keterkaitan proyek antar desa: Semakin banyak desa yang menikmati hasil proyek,
makin tinggi nilai prioritas.
11. Keberlanjutan (Sustainability) :semakin berkelanjutan proyek, makin tinggi nilai
prioritas.
Tabel 3. 103 Kriteria Nilai Variabel Alternatif Proyek Desa
No. Variabel Nilai Kriteria
Urutan prioritas 1 Proyek tidak sesuai dengan prinsip arahan kebijakan pembangunan wilayah
prinsip 2 Proyek sedikit sesuai dengan prinsip arahan kebijakan pembangunan wilayah
pembangunan
1 3 Proyek cukup sesuai dengan prinsip arahan kebijakan pembangunan wilayah
dan
pengembangan 4 Proyek sesuai dengan prinsip arahan kebijakan pembangunan wilayah
suatu wilayah 5 Proyek sangat sesuai dengan prinsip arahan kebijakan pembangunan wilayah
1 Tidak terdapat macam atau jenis SDA untuk keperluan proyek
2 Terdapat satu macam atau jenis SDA untuk keperluan proyek
Ketersediaan
2 3 Terdapat dua macam atau jenis SDA untuk keperluan proyek
SDA
4 Terdapat tiga macam atau jenis SDA untuk keperluan proyek
5 Terdapat empat macam atau jenis SDA untuk keperluan proyek
1 Proyek tidak memberikan manfaat apapun
Proporsi 2 Proyek memberikan manfaat bagi satu sektor
penerimaan
3 manfaat atau 3 Proyek memberikan manfaat bagi dua sektor
keuntungan Proyek memberikan manfaat bagi tiga atau lebih dari tiga sektor (belum
4
yang maksimal menyeluruh
5 Proyek memberikan manfaat bagi semua sektor
Peningkatan 1 Proyek sama sekali tidak memberikan peningkatan pendapatan
jumlah 2 Proyek memberikan sedikit peluang untuk peningkatan pendapatan
4 pendapatan 3 Proyek memberikan cukup peluang untuk peningkatan pendapatan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-367
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

No. Variabel Nilai Kriteria


4 Proyek memberikan peluang besar untuk peningkatan pendapatan
5 Proyek pasti memberikan peningkatan pendapatan
1 Proyek tidak memanfaatkan potensi SDM
Peningkatan 2 Proyek memanfatkan sedikit potensi SDM (1-10 orang)
5 pemanfaatan 3 Proyek memanfaatkan cukup potensi SDM (11-25 orang)
Potensi SDM 4 Proyek memanfaatkan banyak potensi SDM (26-50 orang)
5 Proyek memanfaatkan potensi SDMsebanyak-banyaknya (lebih dari 50orang)
1 Proyek tidak memiliki keterkaitan dengan program sebelmnya
Keterlibatan
6 2 Proyek memiliki keterkaitan yang rendah dengan program sebelumnya
dengan program
di tahun 3 Proyek memiliki cukup keterkaitan dengan program sebelumnya
sebelumnya 4 Proyek memiliki keterkaitan yang tinggi dengan program sebelumnya
yang masih aktif
5 Proyek memiliki lanjutan dari program yang ada sebelumnya
Proyek tidak menyumbang apapun terhadap program strategi kabupaten atau
1
kotamadya
Proyek sedikit menyumbang terhadap program strategi kabupaten atau
Sumbangan 2
kotamadya
terhadap
Proyek cukup menyumbang terhadap program strategi kabupaten atau
7 program strategi 3
kotamadya
kabupaten atau
Proyek banyak menyumbang terhadap program strategi kabupaten atau
kotamadya 4
kotamadya
Proyek sangat banyak menyumbang terhadap program strategi kabupaten atau
5
kotamadya
1 Proyek akan merusak banyak komponen lingkungan
2 Proyek berpeluang besar merusak banyak komponen lingkungan
Pertimbangan
8 3 Proyek berpeluang cukup merusak banyak komponen lingkungan
ekologi
4 Proyek berpeluang sedikit merusak banyak komponen lingkungan
5 Proyek tidak akan merusak banyak komponen lingkungan
1 Proyek tidak menimbulkan hubungan antara alat dengan tujuan
2 Proyek menimbulkan hubungan sedikit erat antara alat dengan tujuan
Hubungan alat
9 3 Proyek tidak menimbulkan hubungan cukup erat antara alat dengan tujuan
dengan tujuan
4 Proyek tidak menimbulkan hubungan erat antara alat dengan tujuan
5 Proyek tidak menimbulkan hubungan sangat erat antara alat dengan tujuan
1 Proyek tidak memberikan manfaat antar desa
Keterkaitan 2 Proyek sedikit memberikan manfaat antar desa
10 proyek antar 3 Proyek cukup memberikan manfaat antar desa
desa 4 Proyek banyak memberikan manfaat antar desa
5 Proyek sangat memberikan manfaat antar desa
1 Proyek tidak akan berkelanjutan
Keberlanjutan 2 Proyek akan berkelanjutan dalam jangka pendek
11 (Sustainable) 3 Proyek akan berkelanjutan dalam jangka menengah
4 Proyek akan berkelanjutan dalam jangka panjang

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-368
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

No. Variabel Nilai Kriteria


5 Proyek akan berkelanjutan dalam jangka sampai kapanpun
Sumber: Hasil Analisis (2014)

3.18.2 Penentuan Bobot Kriteria dan Penentuan Skor Pada Masing-masing Proyek
Setelah penentuan kriteria, kemudian pemberian nilai bobot dengan cara memberikan
nilai pada setiap kriteria-kriteria yang telah dipilih untuk masing-masing pilihan proyek yang
akan dijalankan dengan interval antara 0 sampai 100. Setelah itu dilakukan penentuan nilai
skor terhadap masing-masing proyek yang akan dijalankan yaitu dengan interval 1 sampai
dengan 5, rincian pemberian nilai skor adalah sebagai berikut:
1 : rendah sekali
2 : rendah
3 : cukup
4 : tinggi
5 : tinggi sekali
Setelah penilaian pembobotan maka akan bisa ditentukan urutan prioritas dari pilihan
alternatif proyek yang akan dijalankan dengan cara mengkalikan nilai skor pada masing-
masing nilai skor setiap item pilihan alternative proyek dengan bobot yang sudah ditentukan.
3.18.3 Pilihan Alternatif Proyek
Berdasarkan hasil analisis SWOT, IFAS, dan EFAS dapat ditentukan beberapa
strategi yang akan dijalankan. Strategi tersebut berjumlah lima dengan satu strategi pada satu
proyek. Strategi yang digunakan tersebut merupakan awal penentuan proyek yang akan
dioperasionalkan pada lokasi Desa Bambang. Berikut meupakan lima sektor yang akan
dikembangkan dalam bentuk proyek yang sudah ditentukan berdasarkan hasil analisa akar
masalah, analisisakar tujuan, analisis SWOT, dan analisis IFAS- EFAS :
1. Pemberdayaan SDM Desa Bambang diberbagai Bidang Penting (pendidikan, social,
perekonomian)
Strategi pembangunan yang dilakukan untuk pengembangan sektor sosial dan
kebudayaan Desa Bambang adalah dengan strategi pengurangan kelemahan dengan
cara menggunakan kesempatan dari luar secara maksimal dengan cara meningkatkan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-369
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

pendidikan masyarakat khususnya anak, mengadakan program pelatihan


keterampilan kerja, dan mengadakan program cipta satu jenis produk untuk satu RW.
Pengembangan tehadap pendidikan anak ditunjang oleh adanya pengembangunan
taman bermain yang dilengkapi denga taman baca.
2. Pengembangan Potensi Kelembagaan di Desa Bambang
Proyek ini cenderung memanfaatkan kekuatan atau potensi kelembagaan yang
dimiliki Desa Bambang secara maksimal untuk meraih peluang yang ada. Hal yang
dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan fungsional dari masing-masing
kelembagaan. Strategi alternatif proyek yang akan dilaksanakan secara khusus adalah
peningkatan kinerja GAPOKTAN untuk mengelolah kegiatan dari KUD dan
meningkatkan lembaga khusus wanita seperti PKK, KOPWAN, dan SPP yang
mendukung program cipta satu jenis produk untuk satu RW.
3. Pembangunan Sarana dan Prasarana dengan Bantuan Pemerintah
Strategi pembangunan yang dilakukan untuk pengembangan sektor sarana dan
prasarana Desa Bambang adalah dengan strategi pengurangan kelemahan dengan
cara melakukan pembangunan pada infrastruktur yang masih kurang layak. Beberapa
prasarana yang akan dilakukan pembangunan adalah pembangunan jalan dan
drainase, sedangkan strategi pembangunan yang dilakukan pada sektor sarana adalah
pembagunan sarana keamanan, RTH (tempat bermain dan taman baca), dan sarana
kesehatan berupa bangunan khusus untuk posyandu.
4. Pengembangan Pengolahan Hasil Panen Nabati dan Hewani di Desa Bambang
Strategi pembangunan yang dilakukan untuk pengembangan sektor pertanian Desa
Bambang adalah dengan strategi meminimalkan kelemahan untuk menghindari
ancaman dari luar desa dengan cara pengelolaan hasil panen agar hasil panen dapat
dimanfaatkan secara maksimal. Diharapkan dengan adanya peningkatan pengolahan
hasil panen komoditas dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, lapangan
pekerjaan, dan kesejahteraan masyarakat, untuk hasil panen nabati beberapa alternatif
strategi proyek yang akan dilaksanakan yaitu pembuatan perabotan atau furnitur yang
berbahan kayu sengon dan pembuatan makanan yang berbahan dasar dari jagung,

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-370
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

sedangkan strategi proyek pengolahan hasil panen hewani yang dapat dilakukan
adalah pembuatan permen susu yang berbahan dasar susu sapi.
5. Pengembangan Pengolahan Kotoran Hewan Ternak untuk Mewujudkan Desa
Bambang Menjadi DME
Strategi ini difokuskan terhadap pengembangan potensi yang paling mendominasi di
desa Bambang yaitu jumlah hewan sapi ternak yang sangat banyak. Sesuai dengan
tema dan kebijakan arahan rencana Desa Bambang yaitu pemanfaatan kotoran hewan
ternak untuk dijadikan sumber listrik atau bahan bakar (biogas). Hal pertama yang
dapat dilakukan untuk menunjang program biogas yaitu pengembangan hewan ternak
(sapi perah) untuk membuka pekerjaan tetap bagi masyarakat sehingga keberadaan
sapi di Desa Bambang tetap dipertahankan, strategi lain yang dapat dilakukan untuk
pengembangan biogas di Desa Bambang, yaitu dengan mengadakan sosialisasi
tentang pemanfaatan biogas (keuntungan menggunakan biogas, cara dan proses
dalam penggunaan biogas), serta memberitahukan kepada masyarakat bahwa kotoran
ternak (sapi) tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai biogas, namun bisa juga
dimanfaatkan dan diolah menjadi pupuk yang sangat bermanfaat bagi kegiatan
pertanian.
Berdasarkan pilihan alternatif proyek masing-masing sektor, didapatkan beberapa
alternatif proyek yang dapatdilaksanakan yaitu:
1. Proyek pelatihan keterampilan kerja kepada masyarakat agar lebih mandiri serta
pembentukan kelompok pemuda kreatif
2. Proyek Pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk
3. Proyek pembuatan perabotan atau furnitur berbahan kayu sengon
4. Proyek pembuatan makanan berbahan dasar jagung
5. Proyek pembuatan permen susu yang berbahan susu sapi perah
6. Proyek pembangunan KUD yang dikelolah oleh GAPOKTAN
7. Proyek pemanfaatan kotoran sapi menjadi energi biogas
8. Proyek pembangunan dan peningkatan skala pelayanan sarana keamanan
9. Proyek pembangunan taman bermain yang dilengkapi dengan taman bacaan

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-371
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

10. Proyek pembangunan dan revitalisasi jalan yang dilengkapi dengan PJU
11. Proyek pembangunan sarana kesehatan berupa posyandu
12. Program cipta 1 produk untuk 1 RW yang dihasilkan oleh para ibu, yang dikelolah
oleh 3 lembaga khusus wanita (PKK, KOPWAN, dan SPP)
13. Proyek pembangunan dan revitalisasi saluran drainase
Dari 13 alternatif proyek, untuk menentukan proyek prioritas analisis yang digunakan
yaitu anaisis alternatif proyek, yang terdapat pada Tabel 3.104.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-372
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3. 104 Hasil Perhitungan Analisis Alternatif Proyek


Proyek
No. Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Bobot
N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN
Urutan prioritas
prinsip
pembangunan
1 5 4 20 3 15 2 10 2 10 3 15 4 20 3 15 2 10 4 20 3 15 4 20 5 25 5 25
dan
pengembangan
suatu wilayah
Ketersediaan
2 10 2 20 4 40 3 30 2 20 2 20 5 50 5 50 5 50 5 50 5 50 5 50 3 30 3 30
SDA
Proporsi
penerimaan
3 manfaat atau 15 4 60 3 45 3 45 3 45 3 45 4 60 4 60 2 30 4 60 5 75 3 45 5 75 3 45
keuntungan
yang maksimal
Peningkatan
4 jumlah 15 5 75 5 75 5 75 5 75 5 75 5 75 5 75 1 15 2 30 5 75 2 30 3 45 1 15
pendapatan
Peningkatan
5 pemanfaatan 10 3 30 2 20 4 40 3 30 4 40 4 40 4 40 4 40 2 20 4 40 2 20 3 30 3 30
Potensi SDM
Keterlibatan
dengan program
di tahun
6 5 4 20 3 15 2 10 2 10 2 10 4 20 4 20 2 10 4 20 4 20 4 20 4 20 4 20
sebelumnya
yang masih
aktif
Sumbangan
terhadap
7 program strategi 5 4 20 3 15 2 10 3 15 3 15 3 15 3 15 1 5 3 15 3 15 3 15 4 20 4 20
kabupaten atau
kotamadya

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-373
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Proyek
No. Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Bobot
N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN
Pertimbangan
8 10 4 40 4 40 3 30 4 40 4 40 5 50 4 40 5 50 5 50 5 50 5 50 5 50 5 50
ekologi
Hubungan alat
9 5 3 15 3 15 3 15 3 15 3 15 4 20 4 20 4 20 4 20 4 20 4 20 4 20 4 20
dengan tujuan
Keterkaitan
10 proyek antar 10 3 30 4 40 4 40 4 40 2 20 2 20 2 20 1 10 1 10 3 30 1 10 4 40 2 20
desa
Keberlanjutan
11 10 4 40 4 40 4 40 4 40 4 40 3 30 5 50 4 40 3 30 3 30 4 40 4 40 4 40
(Sustainable)
Total 100 370 360 345 340 335 400 405 280 325 420 320 395 315
Sumber: Hasil Analisis (2014)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-374
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang

Tabel 3.104 menunjukkan hasil perhitungan dari 13 alternatif proyek yang telah
ditentukan, dan dilakukan perhitungan berdasarkan kriteria dan bobot untuk masing-masing
variabel yang terdapat pada Tabel 3.104. Berdasarkan analisis tersebut didapatkan urutan
alternatif proyek berdasrkan tingkat kepentingannya. Hasil dari analisis alternatif proyek
terdapat pada Tabel 3.105.
Tabel 3. 105 Urutan Prioritas Proyek
Nilai Total Ranking Nama Proyek
420 1 Proyek perbaikan jalan
405 2 Proyek pembangunan biodigester
400 3 Proyek pembangunan Koperasi Unit Desa (KUD)
Program cipta 1 produk untuk 1 RW yang dihasilkan oleh para ibu, yang
395 4
dikelolah oleh 3 lembaga khusus wanita (PKK, KOPWAN, dan SPP)
Proyek pelatihan keterampilan kerja kepada masyarakat agar lebih mandiri
370 5
serta pembentukan kelompok pemuda kreatif
360 6 Proyek Pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk
345 7 Proyek pembuatan perabotan atau furnitur berbahan kayu sengon
340 8 Proyek pembuatan makanan berbahan dasar jagung
335 9 Proyek pembuatan permen susu yang berbahan susu sapi perah
329 10 Proyek pembangunan taman bermain yang dilengkapi dengan taman bacaan
320 11 Proyek pembangunan sarana kesehatan berupa posyandu
315 12 Proyek pembangunan dan revitalisasi saluran drainase
280 13 Proyek pembangunan dan peningkatan skala pelayanan sarana keamanan
Sumber: Hasil Analisis (2014)

Tabel 3.105 menunjukkan urutan prioritas proyek yang diambil berdasarkan potensi
dan masalah yang terdapat di Desa Bambang.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-375

Anda mungkin juga menyukai