Anda di halaman 1dari 54

USULAN TEKNIS

Bab II
TANGGAPAN TERHADAP KAK

Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang diberikan oleh pihak proyek telah cukup memberikan
gambaran, batasan tentang pekerjaan dan dapat dijadikan pegangan dalam melaksanaan
Pekerjaan Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) dan Rencana Teknis
Jalan (RTJ) = 1 Paket di lokasi Truntum Kabupaten Kotawaringin Barat.

Setelah konsultan mempelajari isi KAK, maka konsultan telah cukup memahami
pekerjaan tersebut. Oleh karena itu dalam menanggapi Kerangka Acuan Kerja (KAK)
yang diberikan hanya bersifat penegasan dan memperjelas pekerjaan, sehingga konsultan
dapat bekerja dan mencapai hasil seperti yang diharapkan.

Sesuai dengan ringkasan kegiatan dalam Pekerjaan Penyusunan Rencana Teknis Satuan
Permukiman (RTSP) dan Rencana Teknis Jalan (RTJ) = 1 Paket di lokasi Truntum
Kabupaten Kotawaringin Barat yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK),
terdapat 12 jenis kegiatan yaitu : Pemetaan Topografi dan Lereng, Penelitian Tanah,
Survey Tata Guna Lahan dan Hutan, Penelitian Iklim dan Hidrologi, Penyusunan Study
Penelitian dan Perencanaan Tata Ruang Transmigrasi, Survey Rencana Teknis Jalan, ,
Penyusunan Usulan Pengembangan Pertanian, Perkiraan Biaya, Spesifikasi Teknis
Penyediaan Lahan dan Bangunan Pemukiman Transmigrasi, Penyusunan Laporan Study
Penelitian dan Perencanaan Tata Ruang Transmigrasi dan Penyusunan Laporan Rencana
Teknis Jalan.

Pengamatan Topografi dan Lereng merupakan kegiatan awal dilapangan yang akan
menentukan beberapa kegiatan selanjutnya terutama kegiatan yang berkaitan dengan fisik
lahan yaitu penelitian tanah / survey tanah, penelitian hidrologi, dan penelitian tata guna
lahan dan hutan serta penyusunan rencana tata ruang bagi pemukiman transmigrasi. Ini
disebabkan dari hasil pengamatan topografi akan didapatkan peta dasar areal Survey yang
akan dijadikan pegangan bagi kegiatan – kegiatan lanjutan dari pemetaan topografi dan
lereng diatas. Scope pekerjaan Pemetaan Topografi sudah jelas diuraikan dalam Kerangka
Acuan Kerja (KAK) dan dapat dimengerti oleh consultant. Produk dari pemetaan topografi
ini adalah terbuatnya peta topografi dan peta lereng (kemiringan lahan) pada areal survey.
Dari peta tersebut dapat terbaca gambaran topografi dan kelas kemiringan lahan areal

1
survey sehingga dapat menjadi salah satu acuan penyusunan tata ruang bagi pemukiman
transmigrasi.
Penelitian tanah merupakan kegiatan penelitian terhadap kondisi tanah – tanah pada areal
survey calon lahan transmigrasi. Seperti yang terurai dalam kerangka acuan kerja bahwa
penelitian tanah dilakukan dengan melakukan pemboran, pengambilan contoh tanah
komposit dan deskripsi profil pewakil. Pemboran dimaksudkan untuk dapat mengetahui
macam tanah yang ada dalam areal survey dengan sifat – sifat lingkungan disekitarnya.
Dari macam tanah dan karakteristik lingkungannya tersebut lahan diareal survey dapat
dikelompokan kedalam Satuan Peta Lahan (SPL). Pengambilan contoh tanah komposit
diperlukan untuk penilaian kesuburan tanah di areal survey. Muara dari penelitian tanah
ini adalah terbentuknya kesesuaian lahan untuk berbagai komoditi pertanian. Secara
umum apa yang diuraikan tentang penelitian tanah ini dalam kerangka acuan kerja sudah
dapat dimengerti konsultan.
Survey tata guna lahan dan hutan dilakukan untuk mengetahui jenis penggunaan lahan
pada areal survey dan kondisi lahan. Data penggunaan lahan diperlukan agar lahan untuk
transmigrasi terbebas dari penggunaan lain yang dapat menjadi masalah di kemudian hari.
Survey hutan dilakukan selain untuk menghindari hutan – hutan yang tidak dapat
dikonversi ke penggunaan untuk transmigrasi juga untuk mengetahui potensi tegakan kayu
bagi kemungkinan penggunaan bangunan transmigrasi. Lingkup kerja dan metode survey
tata guna lahan dan hutan ini juga sudah diuraikan dengan jelas dalam kerangka acuan
kerja.

Penelitian hidrologi sangat penting dilakukan terutama untuk pemukiman transmigrasi


yang menyangkut keberlangsungan kesehatan manusia yang akan ditempatkan pada areal
survey. Penelitian hidrologi disini meliputi penelitian iklim, air tanah, air permukaan dan
daerah aliran sungai. Iklim di analisa untuk kemungkinan pola tanam yang bisa diterapkan
di lokasi study. Air tanah diteliti guna kemungkinan penggunaan untuk sumber air
bersih/air minum serta air permukaan dan daerah aliran sungai diteliti guna kemungkinan
untuk sumber air pertanian dan untuk menghindari areal transmigrasi dari bahaya banjir
dan genangan. Lingkup kerja dan metode penelitia hidrologi juga sudah diuraikan dengan
jelas dalam kerangka acuan kerja dan dapat dimengerti oleh konsultan.

Untuk selanjutnya tentang penyusunan Pekerjaan Penyusunan Rencana Teknis Satuan


Permukiman (RTSP) dan Rencana Teknis Jalan (RTJ) = 1 Paket di lokasi Truntum
Kabupaten Kotawaringin Barat, Survey Rencana Teknis Jalan, Penyusunan Usulan
Pengembangan Pertanian, Perkiraan Biaya, Spesifikasi Teknis Penyediaan Lahan dan
Bangunan Pemukiman Transmigrasi, Penyusunan Laporan Pembuatan RTSP/RTUPT dan
Penyusunan Laporan Rencana Teknis Jalan juga semua sudah dijelaskan dengan terperinci
dalam kerangka acuan tugas sehingga dapat dipahami oleh konsultan.
Satu hal yang mungkin belum lengkap dalam kerangka acuan kerja dalam pandangan
konsultan adalah belum diuraikannya tentang latar belakang dibuatnya program
transmigrasi di propinsi Kalimantan Tengah khususnya di Sei Rahayu Kabupaten Barito
Utara dan kemungkinan diuraikannya paradigma program transmigrasi pada saat era
reformasi sekarang ini dan bila dikaitkannya program otonomi daerah. Oleh karena itu
konsultan menyarankan dalam tanggapan terhadap KAK ini kalau bisa hal-hal tersebut
dicantumkan dalam Kerangka Acuan Kerja pada Bab Pendahuluan Sub Bab Latar
Belakang.

2.1. Model Penataan Ruang Unit Pemukiman Transmigrasi

Model tata ruang unit pemukiman transmigrasi sudah memang harus mencerminkan
terintegrasinya kehidupan masyarakat setempat dengan ruang kehidupan masyarakat
pendatang yang meliputi dimensi: (1). Sosial budaya, politik, ekonomi dan fisik secara
berkeadilan dan harmonis, (2). Terintegrasi dengan wilayah yang lebih luas, dan (3).
Berazaskan optimalisasi pemanfaatan ruang serta efisiensi dalam pelayanan publik.
Dimensi - dimensi tersebut harus diwujudkan kedalam tata ruang yang baru.

Pembuatan RTSP/RTUPT pada hakekatnya adalah perencanaan detail untuk dapat


mewujudkan ruang unit permukiman, melanjutkan hasil penyusunan tahap sebelumnya,
yaitu Rencana Kerangka Pembangunan Kawasan (RKPK) pada unit permukiman yang
terekomendasi.

Pada tahapan ini dilakukan Survei di lapangan untuk mengumpulkan data tentang:
(1). Fisik lahan yang meliputi data tografi, tanah, penggunaan lahan (land use), iklim,
hidrologi dan sebagainya,
(2). Ekonomi, untuk menyusun rekomendasi pola usaha dengan melihat kelayakan
ekonomi kegiatan usaha (feavisibility study)
(3). Kondisi sosial masyarakat kawasan transmigrasi, dana daerah asal masyarakat
pendatang (calon transmigran) agar serasi baik ditinjau dari segi agama /
kepercayaan maupun adat istiadatnya sehari hari sehingga kelak proses adaptasi dan
asimilasi budaya dapat berjalan dengan lancar,
(4). Budaya masyarakat meliputi adat istiadat, tingkah laku (behavior), kebiasaan, cara
hidup masyarakat setempat agar diperoleh referensi dalam upaya penyeserasian
budaya masyarakat setempat dengan masyarakat pendatang / calon transmigran.
Dengan cara ini sehingga proses keharmonisan budaya antara penduduk setempat
dan transmigran tercapai,
(5). Aspirasi dan keinginan masyarakat setempat dan rencana Pembangunan Unit
Pemukiman sehingga dapat disusun rencana teknis tata ruang Unit Pemukiman yang
sesuai dengan aspirasi masyarakat setempat dan kebijakan lokal,
(6). Kondisi lingkungan yang dimulai dari rona lingkungan yang dikumpulkan dan
diarahkan untuk penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UPL).

Dengan demikian, Pembuatan RTSP/RTUPT ini akan memuat:


(1). Informasi teknis termasuk metode dan data,
(2). Tata ruang desa meliputi tapak rumah, lahan usaha, prasarana dan sarana,
(3). Rancangan bangun sarana dan prasarana dan fasilitas pemukiman,
(4). Rencana pengembangan kegiatan usaha,
(5). Rencana pengembangan pranata sosial, dan
(6). Rencana penempatan transmigran

Dengan latar belakang seperti dikemukakan diatas, dan agar kawasan transmigrasi
kedepan atau dimasa mendatang dapat diterima dengan baik oleh Pemerintah Daerah dan
masyarakat setempat sebagian dari kegiatan pembangunan di daerah, maka perlu
dirumuskan suatu konsep Perumahan, Pasar, Pelabuhan, Terminal dan sebagainya serta
fungsi konservasi. Sebagai bagian dari konsep pengembangan wilayah dari daerah maka
pembangunan kawasan transmigrasi dapat dilakukan diwilayah cepat tumbuh dan
strategis, wilayah tertingal dan wilayah perbatasan.

2.2. Pengertian Kawasan Transmigrasi


Kawasan adalah wilayah atau kesatuan geografis pemanfaatan ruang untuk suatu fungsi
utama tertentu. Sedangkan kawasan transmigrasi adalah kawasan budidaya yang
ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten / Kota merupakan suatu hamparan integral dari
wilayah yang lebih luas. Didalam kawasan tersebut terdapat pemukiman transmigrasi
yang dihuni atau akan dihuni transmigran dan penduduk setempat. Kawasan tersebut
merupakan pendorong terciptanya pusat - pusat pertumbuhan wilayah dengan susunan
fungsi - fungsi ruang didalamnya sebagai satuan - satuan pemukiman, pelayanan sosial
ekonomi dan pemerintahan.
Dengan demikian, suatu kawasan transmigrasi mempunyai sifat atau karakteristik
sebagai: (1). Kawasan budidaya, (2). Merupakan suatu hamparan, (3). Merupakan bagian
integral dari wilayah yang lebih luas, (4). Mendorong terciptanya pusat - pusat
pertumbuhan wilayah, dan (5). Mempunyai susunan fungsi - fungsi ruang.

1. Sebagai Kawasan Budidaya


Kawasan transmigrasi merupakan kawasan budidaya yang mempunyai sumberdaya
alam yang potensial dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan usaha
perekonomian sperti agribisnis, industri rumah tangga, industri jasa, industri
pertambangan rakyat dan sebagainya.
2. Suatu Hamparan
Kawasan transmigrasi merupakan hamparan yang mempunyai batas - batas geografis
tertentu yang didalamnya terdapat desa, dusun (bagian desa), dukuh (bagian dusun),
lahan tidur dan lahan berpotensi lainnya. Kawasan tersebut memiliki luasan tertentu
karena terkait dengan skala ekonomi usaha atau kelayakan ekonomi, komoditi yang
akan dikembangkan (terutama komoditi pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan dan pertambangan rakyat), serta dapat menampung perpindahan
penduduk secara menetap.

3. Merupakan bagian integral dari wilayah yang lebih luas


Kawasan transmigrasi perlu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
manfaat yang lebih besar bagi transmigran dan masyarakat sekitar. Untuk itu,
perencanaannya secara menyeluruh dan menjadi bagian integral dari perencanaan
yang lebih luas dengan mengacu secara hirarkis pada rencana tata ruang diatasnya
untuk mengantusipasi perkembangan wilayah dimasa yang akan datang. Acuan
tersebut berupa rencana tata ruang wilayah Kabupaten / Kota (RTRWK) dan rencana
tata ruang wilayah Provinsi (RTRWP).

4. Mendorong terciptanya pusat-pusat pertumbuhan wilayah


Kawasan transmigrasi dapat berfungsi sebagai daerah belakang (hinterland) yang
dapat mempercepat pertumbuhan pusat-pusat pertumbuhan yang sudah ada atau
mendorong terciptanya pusat-pusat pertumbuhan baru.

Sehubungan dengan itu keterkaitan antara kegiatan ekonomi setempat (lokal) dan
pengembangan wilayah yang lebih luas perlu terus dikembangkan agar kegiatan
ekonomi kawasan transmigrasi dapat berkembang secara efektif, efisien dan tangguh
yang dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi yang lebih luas.

5. Mempunyai susunan fungsi-fungsi ruang


Kawasan transmigrasi terdiri berbagai fungsi ruang yang terkait dengan beberapa
kegiatan seperti kegiatan usaha pertanian, perkebunan, perikanan / tambak,
peternakan, aktifitas sosial budaya (kesemuanya tercakup dalam fasilitas umum dan
sosial budaya), yang terkait dengan berbagai infrastruktur pendidikan, kesehatan dan
ekonomi (seperti sekolah, puskesmas, perkantoran).

.
BAB. IV
METODOLOGI PENDEKATAN TEKNIS

Metode pendekatan Pekerjaan Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP)


dan Rencana Teknis Jalan (RTJ) = 1 Paket di lokasi Truntum Kabupaten Kotawaringin
Barat ini diselaraskan dengan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, ruang lingkup
pekerjaan, alokasi waktu pelaksanaan dan permasalahan yang mungkin dihadapi serta
hasil (prduk) yang diharapkan. Secara garis besar pelaksanaannya dapat dibagi menjadi 3
(tiga) tahapan, yaitu: (1). Tahap Persiapan, (2). Tahap Survei lapangan, dan (3). Tahap
Analisa dan Penyususunan Laporan.

4.1. TAHAP PERSIAPAN


Tahapan ini merupakan suatu rangkaian kegiatan, yang meliputi: (1). Proses pengumpulan
data - data sekunder atau literatur, (2). Penyusunan tim pelaksana Survei, (3).
Mempersiapkan bahan dan peralatan Survei, (4). Menyelesaikan kelengkapan
administrasi, (5). Penyusunan Laporan Pendahuluan / Inception Report, dan (6). Diskusi /
Presentasi.

4.1.1. Pengumpulan data sekunder / informasi pendahuluan


Data sekunder / informasi pendahuluan yang dapat dikumpulkan adalah:
(1). Laporan terdahulu hasil studi lokasi yang akan distudi.
(2). Kebijakan dan peraturan pemerintah daerah provinsi / kabupaten yang menyangkut
data ruang dan strategi pembangunan daerah seperti Rencana Umum Tata Ruang
Wilayah Provinsi/Kabupaten (RUTRP/K),
(3). Data produksi pertanian, peternakan dan data pendukung lainnya baik sekala lokal,
regional dan provinsi untuk mengetahui prospek peningkatan sesuai dengan produk
unggulan dalam rangka memenuhi kebutuhan lokal, regional, provinsi ataupun
ekspor,
(4). Peta - peta seperti, Peta Rupa Bumu, Foto Udara, RePPProt, Peta RTRWP/K, Peta
Topografi, Peta Hidrogelogi, Peta tanah, Peta Lokasi, Peta BPN, Peta Kehutanan,
Peta Status Tanah atau Penguasaan Tanah.

4.1.2. Penyusunan Tim Pelaksana Survei


Penyusunan tim pelaksana Pekerjaan Pembuatan Rencana Teknis Satuan Permukiman
Transmigrasi di Desa Sei Rahayu I Km. 38 (Muara Teweh XIX.a/B/1) Kabupaten Barito
Utara dimulai sejak diterbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Jumlah personil yang
terlibat dalam pekerjaan ini adalah:
(1). Ahli Perencanaan Wilayah/Team Leader
(2). Ahli Geodesi
(3). Ahli Tanah/Soil
(4). Ahli Teknik Jalan/Prasarana/Teknik Sipil
(5). Ahli Ekonomi Pembangunan/Agro - Sosek
(6). Ahli Pengairan/Hidrologi
(7). Ahli Lingkungan
(8). Ahli Kehutanan

Selain itu didukung oleh tenaga teknis yang terdiri dari:


(1). Surveyor Tanah
(2). Surveyor topografi
(3). Drafter
(4). Estimator
(5). Operator

4.1.3. Persiapan bahan dan alat - alat Survei


Peralatan Survei yang dibutuhkan dalam studi ini adalah:
(1). Geodesi, yaitu; GPS Navigasi, Theodolit, Clino, Compas, Pita ukur, dan Cecklis /
form isian / Blangko Isian
(2). Tanah, yaitu; Bor Belgi/Gambut, Munsell Soil SC, pH Meter, Soil Test Kit, Ring
sampel, dan Form Isian
(3). Hidrologi, yaitu; pH-meter, Current Meter, Salinity Tester, dan Form Isian
(4). Sipil Jalan, yaitu; Handborring, Wild T0, dan
(5). Kehutanan, yaitu; Pita ukur dan Haga Meter.

4.1.4. Menyelesaikan Kelengkapan Administrasi


Kegiatan ini merupakan penyiapan kelengkapan surat - surat / administrasi yang berupa:
(1). Surat Pengantar Survei dari Dinas Kependudukan dan Transmigrasi Provinsi
Kalimantan Tengah (2). Surat - surat dinas intern seperti surat penugasan personil dan
surat pengantar Survei

4.1.5. Penyusunan Laporan Pendahuluan / Inception Report


Laporan pendahuluan disusun atas dasar peta lokasi, dan data - data sekunder informasi
pendahuluan yang dapat digunakan sebagai dasar penyusunan rencana kerja Pekerjaan
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) dan Rencana Teknis Jalan (RTJ)
= 1 Paket di lokasi Truntum Kabupaten Kotawaringin Barat. Laporan ini berisikan rencana
kerja dan quisioner / form isian dari masing - masing tenaga ahli dan dilengkapi peta kerja
yang digambar pada skala 1:10.000, yaitu:
(1). Rencana kerja pengukuran topografi
(2). Rencana kerja pengamatan tanah
(3). Rencana kerja pengamatan sunberdaya air
(4). Rencana kerja penggunaan lahan dan hutan
(5). Rencana kerja pengambilan sampel agrososek, dan
(6). Rencana kerja tata ruang UPT

4.1.6. Diskusi / Presentasi Rencana Kerja


Diskusi ini bertujuan untuk menyempurnakan rencana kerja yang telah disusun oleh tim
melalui masukan terhadap metode pelaksanaan, data informasi yang berupa kebijakan atau
sosial budaya di lokasi yang akan disurvei. Berdasarkan masukan ini konsultan
menyempurnakan rencana kerjanya yang selanjutnya akan dimantapkan dilokasi studi.

4.2. TAHAP SURVEI LAPANGAN


Survei lapangan dilaksanakan setelah peta rencana kerja dan peta orientasi disepakati dan
disetujui oleh pihak Dinas Kependudukan dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Tengah
Tahapan ini meliputi 11 jenis kegiatan yaitu: (1). Mobilisasi Tim, (2). Survei Orientasi
Lapang, (3). Survei Topografi, (4). Penelitian Iklim dan Sumberdaya Air, (5). Penelitian
Tanah dan Penilaian Kesesuaian Lahan, (6). Penelitian Penggunaan Lahan dan
Sumberdaya Hutan, (7). Penelitian Agronomi, Sosial-budaya dan Ekonomi, (8). Survei
Jalan Poros dan Penghubung, (9). Analisa Aspek Regional, Kelayakan Pemukiman dan
Konsep Pembuatan RTSP/RTUPT, dan (10). Demobilisasi Tim

4.2.1. Mobilisasi Tim


Mobilisasi tim pelaksanaan Survei Pembuatan RTSP/RTUPT dilakukan setelah tahap
persiapan selesai dilaksanakan. Dalam hal ini, mobilisasi tim dilakukan dua tahap. Tahap
pertama merupakan Tim kecil untuk melakukan Survei orientasi lapang, sedangkan tahap
berikutnya adalah tim inti untuk melakukan pengamatan / pengukuran sumber daya lahan
dan aspek sosial ekonomi serta tata ruang.
4.2.2. Survei Orientasi Lapang
Orientasi lapang merupakan pengamatan dan orientasi daerah Survei untuk memperoleh
gambaran umum tentang kondisi lapangan, identifikasi masalah dan kendala setempat.
Dari gambaran umum tersebut, sehingga dapat diambil strategi baru untuk melakukan
pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara dan pengukuran lahan. Kegiatan pada
Survei orientasi lapang ini meliputi:
(1). Menemui instansi terkait dan pemerintah setempat untuk koordinasi terhadap lokasi
yang akan disurvei,
(2). Melakukan sosialisasi terhadap masyarakat desa yang terkena proyek,
(3). Menyiapkan tenaga kerja rintis untuk membantu pekerjaan Survei,
(4). Pengecekan legelitas lahan dan ketersediaan lahan di tingkat kecamatan dan desa,
(5). Pengecekan aksesibilitas lokasi Survei, dan
(6). Pemantapan peta rencana kerja dan orientasi titik awal pengamatan.

4.2.3. Survei Topografi


Ruang lingkup dari kegiatan ini adalah: (1). Penentuan titik referensi (titik ikat), (2).
Pengukuran Base line, (3). Pengukuran Detail Topografi pada Rintinsan per 500 m, (4).
Pengukuran Detail Topografi pada Rintisan per 250 m, (5). Pengukuran Detail Topografi
pada Rintisan per 125 m, (6). Pengamatan Azimut Matahari, (7). Pemasangan Patok, dan
(8). Plotting data dan Penggambaran.

(1). Penentuan Titik Referensi (Titik Kontrol).


Suatu titik referensi atau titik kontrol (reference point) dari wilayah yang dipetakan harus
dapat diketahui. Tanpa titik referensi akan menyulitkan penempatan dari observasi atau
batasannya. Simpang jalan, cabang sungai, jembatan, bangunan, titik triangulasi dapat
digunakan sebagai titik - titik yang dapat dipegang sebagai titik referensi. Oleh karena titik
ini memiliki arti yang sangat penting dalam pemetaan, maka titik yang dipakai sebagai
acuan harus teridentifikasi keberadaanya pada Peta Rupa Bumi. Pada titik tersebut harus
dipasang patok (BM) yang terbuat dari beton. Namun bila tidak memungkinkan BM
tersebut dapat diganti dengan balok yang memiliki ukuran dan kekuatan yang hampir
sama.
(a). Pengukuran Poligon
Jalur pengikatan berawal dari titik kontrol (reference point) sampai titik awal poligon
utama / Base Line. Pengukuran dilakukan dengan metode poligon, yaitu:
 Jalur pengikatan harus dirintis bersih dan dipasang patok kayu pada setiap jarak
500 m,
 Sudut poligon diukur dengan alat ukur sudut yang memiliki skala terkecil 1 detik (1
second theodolite), dalam 1 seri ganda (B,B,BL,LB), selisih sudut B dengan LB 12
detik,
 Jarak poligon diukur alat ukur jarak elektronik (EDM) dar 2 (dua) arah yakni arah
pergi dan arah pulang, pembacaan dilakukan 3 kali. Sudut vertikal alat dibaca dalam
keadaan B dan LB,
 Koreksi sudut diantara 2 titik pengamatan azimut matahari 12 detik

(b). Pengukuran Sifat Datar


Elevasi (Z) titik poligon jalur pengikatan diukur dengan alat Sifat Datar Otomatis
(automatic level) dengan persyaratan sebagai berikut:
 Jalur pengukuran harus dibagi atas seksi - seksi dimana panjang seksi maksimum 1,5
Km,
 Beda tinggi seksi diukur dari 2 arah yang berbeda yakni arah pergi dan pulang,
 Semua titik poligon harus ditentukan elevasinya (termasuk jalur pengukuran),
 Jarak alat ke rambu 50 m
 Salah penutup beda tinggi 10 mm dimana D adalah panjang jalur pengukuran dalam
klinometer

(2). Pengukuran Jalur Base Line.


Jalur Base Line merupakan kerangka dasar pengukuran yang mana semua pengamatan /
pengukuran harus terikat pada jalur ini. Jalur Base Line dibuat membelah lahan yang
luasnya hampir sama dan terikat pada titik kontrol (reference point). Pada awal dan akhir
Base Line harus dipasang BM, dan setiap jarak 5 KM. Pada setiap jarak 500 meter pada
jalur tersebut harus dipasang patok base line (BL). Titik ini akan digunakan sebagai jalur
rintisan pengamatan lereng.

(a). Pengukuran Poligon


Koordinat horizontal (x, y) titik kontrol tetap diukur dengan metode poligon dengan
persyaratan sebagai berikut:
 Jalur rintisan Base Line harus dibersihkan agar penggunaan alat tidak terganggu,
 Pengukuran dilakukan sepanjang jalur Base Line,
 Sudut poligon diukur dengan alat ukur sudut yang memiliki skala terkecil 1 detik (1
second theodolite), dalam 1 seri ganda (B,B,BL,LB), selisih sudut B dengan LB 12
detik,
 Jarak poligon diukur alat ukur dari 2 arah yakni arah pergi dan pulang, pembacaan
dilakukan 3 kali. Sudut vertikal alat dibaca dalam keadaan B dan LB,
 Koreksi sudut diantara 2 titik pengamatan azimut matahari 8 detik

(b). Pengukuran Sifat Datar


Elevasi (Z) titik poligon jalur pengikatan diukur dengan alat Sifat Datar Otomatis
(automatic level) dengan persyaratan sebagai berikut:
 Jalur pengukuran harus dibagi atas seksi - seksi dimana panjang seksi maksimum 1,5
Km,
 Beda tinggi seksi diukur dari 2 arah yang berbeda yakni arah pergi dan pulang,
 Semua titik poligon harus ditentukan elevasinya (termasuk jalur pengukuran),
 Jarak alat ke rambu 50 m
 Salah penutup beda tinggi 10 mm dimana D adalah panjang jalur pengukuran dalam
klinometer

(3). Pengukurkan Topografi pada Rintisan per 500 meter.


Pengamatan ini bertujuan untuk melakukan screning lokasi untuk lahan usaha dan lahan
pekarangan berdasarkan bentuk wilayahnya, dengan melakukan pengamatan sebaran
lereng dan beda tingginya. Jalur rintisan dibuat setiap jarak 500 meter dan arahnya tegak
lurus terhadap jalur base line serta dibuat sebagai ring tertutup. Pengamatan dilakukan
diseluruh jalur rintisan. Pengukuran detail topografi dilakukan pada setiap jarak 50 meter,
namun bila ditemukan perubahan topografi sebelum jarak 50 meter, harus dilakukan
pengamatan pada titik tersebut. Pengamatan lereng dilakukan dengan klinometer sedang
arah rintisan denggunakan kompas.

(4). Pengukuran Topografi pada Rintisan per 250 meter


Setelah diperoleh calon lokasi pemukiman berdasarkan pengukuran detail topografi pada
rintisan per 500 meter, maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan pencarian Lahan
Pekarangan dan Lahan Usaha I melalui pengukuran detail topografi pada jalur rintisan per
250 meter. Kegiatan ini dilaksanakan setelah melakukan koordinasi dengan tim tanah,
hidrologi, dan planner. Pengukuran ini bertujuan untuk memilih lahan yang sesuai untuk
lahan pekarangan. Pengukuran dilakukan dengan persyaratan sebagai berikut:
(a). Pengukuran Poligon Cabang
 Pengukuran dilakukan sepanjang jalur rintisan,
 Pengukuran detail topografi dilakukan pada setiap jarak 50 meter, namun bila
ditemukan perubahan topografi sebelum jarak 50 meter, harus dilakukan pengamatan
pada titik tersebut.
 Susut poligon diukur dengan alat yang memiliki skala horizontal terkecil 20 - 30 detik,
 Jarak poligon diukur dengan pita ukur baja atau fiber glass dan dibaca sampai fraksi
milimeter, lalu dicek dengan jarak optis,
 Pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik poligon utama (baseline) sehingga jalur
rintisannya tetap terikat,
 Salah penutup sudut maksimum adalah 5 detik dimana n adalah jumlah titik poligon.

(b). Pengukuran Sifat Datar Cabang


 Pengukuran dilakukan mengikuti jalur rintisan yang telah dilalui oleh pengkuran
poligon,
 Beda tinggi setiap slag diukur dari 2 posisi alat (double stand),
 Pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik poligon utama (baseline) sehingga tetap
terikat,
 Salah penutup beda tinggi maksimum harus < 15 mm dimana D panjang jalur
pengukuran dalam klinometer,
 Tinggi patok diatas tanah harus diukur dan dicatat untuk mendapatkan tinggi tanah
eksisiting.

(5). Pengukuran Topografi pada Rintisan per 125 meter (LP)


Dalam merancang suatu permukiman dimana didalamnya sebagai tempat usaha dan
tempat tinggal, faktor utama yang harus diperhatikan adalah bentuk wilayahnya. Unsur -
unsur bentuk wilayah yang paling penting dalam hal ini adalah beda tinggi dan kelas
lereng. Dengan beda tinggi dan lereng, suatu lahan dapat dihitung luas permukaan yang
efektif. Berdasarkan luasan ini suatu bangunan seperti rumah, bedengan, saluran drainase,
jalan poros / desa serta infrastruktur lainya dirancang. Mengingat pentingnya pengukuran
ini, maka ketelitian dan ketepatan seorang surveyor topografi sangat dibutuhkan. Untuk
itu, pengukuran calon lahan pekarangan harus dilakukan dengan syarat sebagai berikut:
 Pengukuran dilakukan disepanjang jalur rintisan,
 Pengukuran detail topografi dilakukan pada setiap jarak 50 meter, namun bila
ditemukan perubahan topografi sebelum jarak 50 meter, harus dilakukan pengamatan
pada titik tersebut. Setiap titik pengamatan dipasang patok kayu dengan kokoh karena
akan digunakan pada tahap pengukuran selanjutnya,
 Posisi horizontal (x, y) titik detail diukur dengan metode poligon,
 Sudut poligon diukur dengan alat yang memiliki skala horizontal terkecil 20 - 30
detik,
 Jarak poligon diukur dengan pita ukur dan dibaca sampai fraksi milimeter lalu dicek
dengan jarak optis,
 Pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik poligon base line jadi merupakan jalur
yang terikat sempurna di kedua ujungnya,
 Elevasi titik detail (Z) diukur dengan metode tachimetry secara simultan dengan
pengukuran poligon,
 Sudut vertikal alat ke target harus diukur dalam keadaan B dan LB,
 Tinggi alat dan tingi patok harus diukur dan dicatat dengan baik,
 Salah penutup sudut poligon 5' dimana n = jumlah titik poligon,
 Salah penutup beda tinggi tidak boleh > 60 mm, dimana D = panjang jalur
pengukuran dalam klinometer.

Pengukuran Sungai
Dalam hal didalam lokasi terdapat sungai yang dapat berpengaruh terhadap sistem tata air
pemukiman, maka diharuskan untuk melakukan pengukuran terhadap situasi sungai
tersebut. Pengukuran dilakukan dengan syarat sebagai berikut :

(a). Arah Alur Sungai


 Pengukuran dilakukan dengan kompas theodolit (skala terkecil 20-30 detik) dengan
sisitem mengukur azimut magnetis poligon,
 Jarak poligon ditentukan cara optis, dicek dengan metode tachimetry,
 Pengukuran harus dimulai dan diakhiri pada titik poligon utama atau cabang,
 Azimut yang diplot di peta (gambar) terlebih dulu harus dikoreksi dengan koreksi
Boulsole,
 Jarak antara 2 titik poligon sungai disesuaikan di lapang,
 Setiap belokan (tikungan) harus diberi patok poligon agar tikungan tersebut dapat
diplot dengan baik dan jelas pada peta dasar.
(b). Penampang melintang sungai
 Pengukuran melintang sungai dilakukan pada setiap jarak 500 meter dan tikungan,
dengan alat sifat datar otomatis atau bila tidak memungkinkan dapat dilakukan
dengan alat theodolit (20-30 detik) dengan metode tachimetry,
 Titik profil adalah titik pengukuran arah sungai, pengukuran dilakukan dengan arah
tegak lurus as sungai sejauh 25 meter dari pinggir - pingir sungai,
 Bila pengukuran tidak memungkinkan dengan theodolit, maka dapat dilakukan
dengan alat Echosounder.

(6). Pengamatan Azimut Matahari


Pengamatan azimut matahari dilakukan dengan alat ukur yang memiliki skala horizontal
terkecil 1 detik (second theodolit). Pengamatan dapat dilakukan dengan cara ditadah,
metode tinggi matahari. Intensitas pengamatan dilakukan pagi dan sore hari. Titik
pengamatan harus dilakukan diatas BM dan targetnya harus titik poligon utama (patok
kayu sementara).

(7). Pemasangan Patok BM dan Paralon


Pemasangan patok dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
(a). Patok BM (Bench Mark)
 Pada titik reference point (titik kontrol) sebagai titik awal pengukuran,
 Pada titik awal dan akhir jalur Base Line. Bila panjang jalur Base Line lebih dari 5
Km, maka patok dipasang setiap jarak 5 Km,
 Pada batas areal yang direkomendasikan minimal setiap sudutnya,
 Pada titik awal dan akhir jalan poros, dan
 Pada titik calon Pusat Desa
(b). Patok Paralon
 Pada setiap jarak 500 meter disepanjang jalur Base Line,
 Pada setiap jarak 500 meter disepanjang jalur Jalan Poros /Penghubung,
 Pada setiap titik Batas Pembukaan Lahan,
 Pada setiap titik pengamatan Sumur Uji, dan
 Pada setiap titik calon jembatan

(8). Plotting Data Ukur dan Penggambaran Peta


(a). Plotting Data Ukur
 Data hasil pengukuran harus dihitung dilapangan agar ketelitian hasil pengukuran
segera diketahui,
 Pengukuran harus dicek kembali atau diulang apabila hasil yang diperoleh tidak
memenuhi persyaratan,
 Perhitungan harus dilakukan pada formulir yang telah disetujui oleh pemberi tugas,
 Semua formulir yang digunakan harus diisi lengkap dan rapi,
 Hasil pengukuran harus dilengkapi dengan sketsa jalur pengukuran, dan
 Poligon dihitung dengan metode bowditch dan sifat datar dihitung dengan jenis
peralatan yang sederhana saja.
(b). Penggambaran Peta
 Hasil hitungan yang definitif harus diplot langsung dilapangan, diatas kertas
milimeter blok untuk peta situasi dengan skala 1:10.000 dan 1:5.000 dan interval
kontur 0.5 meter,
 Koordinat harus disajikan dalam bentuk UTM,
 Peta dan gambar yang harus disajikan antara lain adalah; peta lereng skala 1:10.000,
dan peta topografi dengan skala 1:2.000, interval kontur 0.5 meter dan peta lainya
yang dianggap perlu, dan
 Format peta disesuaikan dengan ketentuan dari Dinas Kependudukan dan
Transmigrasi Propinsi Kalimantan Tengah.

4.2.4. Penelitian Iklim dan Sumberdaya Air.


Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik iklim, ketersediaan sumber air
untuk minum dan air pertanian, resiko banjir dan genangan.

(1). Penelitian Iklim


Informasi data iklim sangat diperlukan dalam perencanaan pembangunan kebun tanaman
semusim dan tahunan karena iklim merupakan faktor penentu sistem produksi pertanian
yang paling sulit dikendalikan. Oleh karena itu, dalam melakukan evaluasi lahan
pertanian, kualitas lahan yang pertama diperhatikan adalah kondisi iklimnya. Bila
karakteristiknya tidak mendukung untuk budidaya tanaman, maka lahan tersebut tidak
sesuai untuk dikembangkan.

Unsur - unsur iklim yang sangat penting dalam budidaya pertanian adalah; curah hujan,
lama bulan basah / kering, suhu, kelembaban dan lama penyinaran matahari. Data iklim
tersebut dapat diperoleh dari Stasiun Klimatologi atau stasiun penakar hujan terdekat
selama periode 10 tahun terakhir.
Hujan sebagai salah satu unsur iklim merupakan komponen ekologi utama pemasok air
dalam sistem produksi tanaman. Namum, karena karakteristiknya yang memang sangat
dinamis, bearagam, dan sulit dikendalikan, maka ketersediaan air yang berharap dari curah
hujan sering mengancam sistem produksi tanaman tersebut. Sebagai akibat dari sifat
ekstrimnya yang kadang melebihi kebutuhan dan kekeringan tanpa ada hujan.
Dengan demikian, maka kesetimbangan air yang tersedia dan jumlah air yang dibutuhkan
berfluktuasi menurut waktu. Akibat keadaan tersebut, pada periode tertentu akan terjadi
kelebihan air, dan terjadi kekurangan air pada periode lainnya, yang mungkin pada saat
periode pertumbuhan tanaman. Stagnasi ketersediaan air tersebut harus dapat diketahui
sebelum membangun kebun agar resiko kegagalan panen yang diakibatkan oleh
kekurangan air lebih kecil. Resiko tersebut dapat diketahui dengan cara memyusun potensi
masa tanam berdasarkan perhitungan neraca air.
Perhitungan Neraca Air Tanah menggunakan kriteria Thornthwaite dan Mather, 1977
dalam Heryani et. al., 2000. Dalam perhitungan tersebut menggunakan pendekatan data
Curah hujan, Evavotranspirasi potensial, Evapotranspirasi aktual, Kadar air tanah, dan
Surplus/Defisit, dengan rumus persamaannya adalah:
CH = ETA KAT Li, dimana CH = curah hujan, ETA = avapotranspirasi aktual (
ETP), KAT = kadar lengas tanah, dan Li = limpasan (surplus/depisit).

(2). Sumber Daya Air


Survei Sumberdaya air mencakup studi tata air dan kebutuhan air, berdasarkan kajian
terhadap sumber data yang ada seperti RePPProT, Tipologi Sumberdaya Air, data geologi
/ hidrogeologi, dan peta prezoning air permukaan. Prinsip dasar dari Survei ini adalah
mengevaluasi terhadap Daerah Aliran Sungai (DAS) setempat. Ruang lingkup dari
kegiatan ini meliputi: (a). Daerah Aliran Sungai (DAS), (b). Air Tanah, (d). Air
Permukaan, (e). Persediaan Air Bersih.
(a). Daerah Aliran Sungai (DAS).
Pengamatan daerah aliran sungai (DAS) ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
daerah studi tentang potensi banjir yang meliputi lamanya banjir dan tinggi genangan yang
mungkin terjadi bila musim hujan tiba. Untuk itu, sungai - sungai yang terdapat disekitar
studi harus dilakukan pengamatan untuk mendapatkan debit, kualitas dan kuantitasnya
pada musim penghujan atau kemarau, serta dibeckup wawancara dengan penduduk.
Bila lokasi studi merupakan daerah pasang surut, maka sungai - sungai yang mengalir
didaerah studi harus diamati naik turunnya pasang surut, pasang maksimum dan surut
terendah serta batas pengaruh pasang surut. Selain itu sungai - sungai yang terpengaruh
pasang surut harus diambil sampel airnya untuk ditentukan nilai pH, DHL dan
salinitasnya. Pengamatan pasang surut adalah sebagai berikut:
 Pengamatan pasang surut yang dilakukan secara terus menerus dimana pengamatan
tinggi muka air dilakukan setiap interval waktu 1 jam selama 1 bulan penuh,
 Pengamatan pasang surut sesaat, yaitu pengamatan tinggi muka air selama 26 jam
setiap interval 1 jam pada kondisi pasang (spring tide) dan 26 jam pada kondisi pasang
rendah (neap tide),
 Lokasi dan waktu pengamatan harus sama dengan waktu pengukuran kecepatan arus,
 Pengamatan pasang surut menggunakan alat mistar ukur / staffguage, dipasang pada
beberapa tempat sepanjang sungai (down stream, upstream dan diantaranya),
 Pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan alat currentmeter pada
kondisi pasang tinggi (spring tide) dan pasang rendah (neap tide),
 Pengukuran dilakukan di satu tempat sepanjang sungai selama 26 jam terus menerus,
setiap interval waktu 1 jam,
 Kecepatan arus diukur pada kedalaman 0.2 D dan 0.8 D, dimana D = kedalaman air
saat pengukuran diukur dari permukaan air,
 Pengukuran harus dilakukan secara simultan / serempak disemua lokasi pengukuran
arus,
 Untuk mengetahui hubungan muka air dengan topografi lokasi studi harus dilakukan
pengkuran hidro-topografi.

(b). Sumber Air Potensial


Pengamatan air tanah bertujuan untuk mendapatkan data poetnsi air tanah pada lokasi
yang distudi. Pengamatan ini dapat dilakukan pada air tanah, air permukaan (danau dan
sungai) maupun air hujan (data iklim). Pengamatan dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
 Sumber air yang diharapkan adalah air tanah dangkal, namun air permukaan dan air
hujan harus diperhatikan juga. Dalam hal tidak ditemukan sumber air seperti
disebutkan diatas, maka Konsultan harus mencari alternatif lain seperti pengadaan
Kolam Tandon Air (KTA), bendali atau studi lebih lanjut khususnya untuk penelitian
air tanah dalam,
 Potensi Sumber air tanah yang terdapat dilokasi studi harus diuji di lahan pekarngan
dan pusat desa sekurang - kurangnya 4 buah pada tempat yang mewakili daerah yang
diteliti. Sumur Uji dibuat sampai kedalaman 10 meter dengan mengunakan alat bor
tangan untuk mengetahui kedalaman akuifer, sedangkan untuk mengukur debit ai
sumur uji digunakan metode recovery test,
 Posisi / letak sumur uji ditandai dengan patok paralon dicat merah dan dikatkan ke
patok / BM terdekat,
 Air sumur uji harus diukur DHL-nya untuk membedakan air jebakan atau air tanah
dangkal,
 Variasi kedalaman air tanah harus ditentukan dengan alat tersebut diatas dan
mangamati permukaan air selama studi untuk mengetahui fluktuasi airnya,
 Air permukaan yang dapat digunakan sebagai air bersih harus diteliti kualitas,
kuantitas dan kontinuitasnya,
 Hasil analisa laboratorium kualitas air minum yang direkomendasikan dibandingkan
terhadap SK.Men.Kes. nomor 416/MenKes/Per/IX/1990. Sedangkan untuk air
pertanian dibandingkan terhadap standar kriteria FAO dan US Salinity Staf. Untuk
kualitas sumber air tambak dibandingkan terhadap Standard Biological Requirment.
 Dalam hal kualitas air minum kurang memenuhi syarat, Konsultan harus
merekomendasikan sistem pengolahan air minum yang dapat diterapkan dilokasi
transmigrasi,
 Penelitian tempat - tempat yang dapat dipakai untuk pengumpulan dan penyimpanan
air permukaan dan air hujan perlu dilakukan sebagai dasar untuk dibangun bendali
atau KTA,
 Pengukuran kualitas air (DHL dan pH) harus dilakukan dilapang dan laboratorium
untuk sumber air tanah dan air permukaan,
 Untuk daerah studi yang dipengaruhi air laut harus diketahui batas instrusinya,
penelitian DHL harus dilakukan secara mendalam, dan
 Dalam lokasi studi yang dipengaruhi pasang surut perlu dicatat fluktuasi pasang surut,
hidrotopografi, tinggi genangan luapan pasang selama Survei hidrometri.
4.2.5. Penelitian Tanah dan Penilaian Kesesuaian Lahan
(1). Penelitian Tanah
Tujuan dari penelitian tanah ini adalah untuk mengetahui kecocokan atau kesesuaian suatu
tanah yang ditinjau dari aspek persyaratan agronomis dan lingkungannya untuk usaha
budidaya tanaman tertentu agar diperoleh produksi yang optimal. Persyaratan agronomis
ditinjau dari karakteristik fisik - kimia tanah, sedangkan persyaratan lingkungan ditinjau
dari zone agroklimat atau iklim dan ketinggian tempat dari permukaan laut.

Tanah sebagai faktor tumbuh tanaman, memiliki arti penting terhadap pertumbuhanya,
yaitu: (1). Sebagai tempat berjangkar dan berkembang sistem perakaran serta pelindung
akar dari gangguan mekanik, dan (2). Sumber hara dan air bagi kebutuhan tanaman.
Apalagi jika tanaman tersebut diharapkan untuk menghasilkan produksi secara maksimal,
tentunya harus dibudidayakan pada tanah - tanah yang secara agronomis sesuai terhadap
pertumbuhanya.

Sifat agronomis disini bukan semata - mata didasarkan pada tingkat kesuburan tanah yang
identik dengan penambahan pupuk, tetapi lebih dari itu bahwa kondisi perakaran yang
dapat menghambat tumbuh dan berkembangnya akar lebih dulu diperhatikan. Faktor -
faktor penghambat ini bisa berasal dari sifat fisik yang dimiliki tanah dan atau senyawa
kimia yang pada tingkat tertentu meracuni perakaran.

Sebagai acuan dalam pengamatan tanah ini adalah Pedoman Pengamatan Tanah di Lapang
(Dok, LPT, 1969), yang dilakukan dengan cara: (a). Pemboran, (b). Deskripsi Profil
Pewakil, (c). Pengambilan Contoh Tanah, dan (d). Penggambaran Peta Satuan Peta Lahan.

(a). Pemboran Tanah


Tujuan dari pemboran tanah ini adalah untuk mengetahui penyebaran tanah di kawasan
studi. Dari hasil pemboran ini dapat ditentukan deliniase satuan tanah, kerapatan
pembuatan profil tanah dan pengambilan sampel komposit serta fisik tanah.

Dengan mengikuti rintisan topografi setiap jarak 250 meter dilakukan pengamatan.
Pengamatan tanah melalui pemboran dilakukan sedalam 120 cm atau sampai bahan induk
untuk kedalaman tanah yang kurang dari 120 cm. Sifat - sifat yang diteliti pada pemboran
ini mengacu terhadap Pedoman pengamatan tanah di lapang (Dok. LPT. 1969) atau Soil
Survey Manual (USDA, 1962).

Untuk tanah gambut, pemboran dilakukan sampai lapisan tanah moneral dengan
menggunakan bor gambut. Pengamatan meliputi kedalaman gambut, tingkat
kematangannya dan lapisan tanah dibawahnya. Kualitas potensi gambut perlu ditentukan
berdasarkan analisis kadar abu sehingga diketahui jenis gambut tersebut.

Untuk tanah - tanah aluvial yang belum menunjukan tingkat perkembangnnya, kriteria
terpenting adalah variabilitas tanah yang mungkin rumit, kendala - kendala drainase /
banjir dan potensi irigasi sehingga perlu dilakukan pengamatan tambahan agar variabilitas
tersebut dapat diketahui dengan pasti.
(b). Deskripsi Profil Pewakil
Tujuan dari deskripsi profil ini adalah untuk mengklasifikasikan dan penamaan tanah di
kawasan studi. Klasifikasi tanah ditetapkan dengan mengacu pada TOR Survei Kapabilitas
Tanah (PPT, 1983) dengan disertai padanan nama tanah sistem Taksonomi Tanah (USDA,
1990), dan sistem FAO/UNESCO (1985).

Pembuatan profil tanah harus mewakili satuan tanah. Untuk luasan satuan tanah yang
lebih dari 500 ha, perlu diwakili oleh lebih satu profil pewakil. Kedalaman profil tanah
adalah 150 - 180 cm atau sampai lapisan bahan induk untuk kedalaman tanah kurang dari
batas tersebut. Deskripsi morfologi dari profil tersebut dilakukan dengan menggunakan
kaidah dan simbol seperti yang diuraikan pada Pedoman pengamatan tanah di lapang
Dok.LPT. 1969.

(c). Pengambilan Contoh Tanah.


Pengambilan contoh tanah meliputi; contoh tanah dari profil pewakil, contoh tanah
komposit untuk penilaian keburan, dan contoh tanah untuh untuk penilaian sifat fisik
tanah.

Contoh tanah profil diambil dari setiap lapisan/ horison sebanyak ± 1kg. Sedangkan
contoh tanah komposit merupakan kumpulan sub contoh dari tanah lapisan atas yang
diambil 1 contoh per 25 Ha dengan kedalaman 0 - 30 cm pada Lahan Pekarangan. Untuk
pola tambak, kerapatan pengambilan 1 contoh per 50 Ha dengan kedalaman 0 - 30 cm dan
30 - 60 cm. Dari semua contoh ini kemudian dicampur dan diambil ± 1kg untuk dianalisa
di laboratorium, yang untuk setiap satuan tanah diambil minimal 2 contoh. Untuk contoh
tanah utuh diambil pada masing - masing satuan tanah utama yang memiliki lereng
< 25 %.

(d). Penggambaran Peta Satuan Peta Lahan


Satuan tanah dideliniase berdasarkan kelas lerengnya sehingga membentuk satuan lahan.
Penggambaran satuap peta lahan dibedakan pada kelas lereng 0-3%, 4-8%, 9-15%, 16-
25%, 26-40% dan > 40%. Peta satuan peta lahan di gambar pada skala 1:50.000 yang
memuat informasi batas SPL dan karakteristik lahan.

(2). Penilaian Kesesuaian Lahan


Tujuan dari penilaian kesesuaian lahan adalah untuk menduga tingkat kesesuaiannya
terhadap komoditas yang dipilih menurut karakteristik lahannya, apakah secara agronomis
dan lingkungan mendukung untuk pertumbuhannya. Hasil dari penilaian ini haruslah dapat
memberikan pengertian tentang hubungan keterkaitan antara karakteristik lahan dan
penggunaannya, serta memberikan perbandingan dan alternatif penggunaan yang dapat
diharapkan berhasil kepada perencana.

Kualitas lahan (Land Quality) yang dinilai menurut karakteristik lahan (Land
Characteristic) yang dimilikinya, dan mengacu terhadap Kriteria Kesesuaian Lahan
Komoditi Pertanian dari Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslitanak, 2000).

Beberapa karakteristik lahan (Land Characteristic) yang dimaksud adalah meliputi: (a).
Temperatur, yang merupakan nilai rata - rata bulanan, (b). Ketersediaan air, yang meliputi
; curah hujan pada masa pertumbuhan, lama bulan kering, dan kelembaban. (c).
Ketersediaan oksigen, yang berupa drainase tanah, (d). Media perakaran yang meliputi ;
tekstur, bahan kasar, dan kedalaman efektif, kedalaman gambut, dan kematangan gambut,
(e). Retensi hara, yang meliputi ; KTK, Kejenuhan basa, pH, dan C-Organik, (f).
Tosisitas, yang berupa salinitas, (g). Sodisitas, yang berupa alkalinitas, (h). Bahaya
sulfidik, yang berupa kedalaman sulfidik, (i). Bahaya erosi, yang meliputi ; lereng dan
bahaya erosi, (j). Bahaya banjir, yang berupa genangan, dan (k). Penyiapan lahan, yang
meliputi batuan dipermukaan dan singkapan batuan.

(a). Kesesuaian Lahan Aktual


Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan pada saat ini (current suitibilirty) adalah
kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan data yang ada. Pada kelas ini, belum
mempertimbangkan asumsi atau usaha perbaikan dan tingkat menejemen yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki kelasnya (Puslitanak, 1993).

(b). Kesesuaian Lahan Potensial


Kesesuaian lahan potensial menyatakan keadaan kesesuaian lahan yang akan dicapai
setelah dilakukan usaha - usaha perbaikan atau improvement. Usaha perbaikan diberikan
sejalan dengan tingkatan kesesuaian lahan yang akan dilaksanakan (Puslitanak, 1993).

(c). Penggambaran Peta Kesesuaian Lahan


Peta kesesuaian lahan digambar pada sekala 1:50.000, yang memuat delianiase kelas
kesesuaian lahan, faktor pembatas kesesuaian lahan, masukan / tingkat pengelolaan dan
tingkat input.
4.2.6. Penelitian Sumberdaya Hutan dan Penggunaan Lahan

(1). Penelitian Sumberdaya Hutan


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi tegakan kayu, kelas hutan dan
statusnya, serta jenis flora dan fauna. Hasilnya akan dipakai sebagai masukan dalam
penentuan kelas hutan yang berguna dalam mengurus ijin pemanfaatan kayu. Sedangkan
penelitian kelas hutan adalah untuk mengetahui kelas hutan dikaitkan dengan biaya
pembukaan lahan (menurut standar pembukaan lahan pemukiman transmigrasi) serta
dalam penentuan kelas hutan yang akan dibuka. Penelitian status hutan menjadi masukan
bagi penyelesaian calon lokasi (pelepasan hutan). Penelitian flora dan fauna dimaksudkan
bagi masukan dalam telaahan lingkungan.

Penelitian sumberdaya hutan ini dengan persyaratan sebagai berikut:


 Penelitian tegakan kayu dilakukan dengan cara sampling, yaitu dengan membuat plot
sampel 0.1 Ha (20 m x 50 m), mengikuti jalur rintisan topografi dan dilakukan secara
random (acak). Penelitian ini dilakukan hanya meliputi 1 % dari areal yang akan
digunakan untuk pemukiman (LP dan LU). Bila Konsultan akan menggunakan cara
lain harus dikonsultasikan terlebih dulu dengan pengawas lapangan.
 Garis tengah pohon yang akan diukur adalah 1.3 m diatas permukaan tanah / 10 cm
diatas banir, untuk semua jenis pohon yang tidak rusak dan dikelompokkan dengan
garis tengah 7-30 cm, 31-61 cm, 91-120 cm dan diatas 120 cm. Kesalahan penarikan
contoh 10 % atau kurang pada taraf nyata 95 %.
 Inventaris rinci tidak perlu pada hutan sekunder, kecuali Survei pendahuluan
menunjukkan bahwa ada 20 m3 / Ha atau lebih kayu yang bisa dipakai dengan DBH
lebih dari 60 cm. Untuk keadaan ini cukup dihitung jumlah pohon beserta
diameternya,
 Sebagai panduan mentransfer nama lokal pohon ke nama botaninya, Konsultan dapat
menggunakan Buku hijau Dept. Kehutanan.
 Dalam penentuan klasifikasi jenis hutan, perlu diinformasikan kondisi lahan
(basah,kering,rawa) untuk masukan cara terbaik pembukaan lahan,
 Status hutan perlu diinformasikan menurut peta tata guna hutan kesepakatan, kategori
hutan (basah, kering, rawa dsb) dan pemegang konsesi hutan (HPH),
 Penelitian flora dilakukan berdasarkan pengamatan jenis flora yang terdapat selama
penelitian potensi tegaka kayu, sedangkan penelitian fauna dilakukan berdasarkan
wawancara dengan Dinas Kehutanan setempat dan penduduk / tokoh masyarakat
setempat.
(2). Penelitian Penggunaan Lahan
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan ketersediaan lahan (land avaibility) di
daerah studi yang bebas dari permasalahan / kendala. Untuk itu, dalam melakukan
penelitian penggunaan lahan ini perlu diperhatikan persyaratan berikut:
 Penelitian lapangan digunakan dan dicatat pada semua kategori yang diidentifikasikan
dengan 1 pengamatan setiap 50 meter disepanjang jalur rintisan topografi / penelitian
tanah,
 Data penelitian langsung dilapangan harus dilengkapi dengan data - data sekunder dari
instansi terkait seperti BAPPEDA, Bakosurtanal, Pertanian, BPN / Agraria,
Kimpraswil, Kehutanan, serta Kecamatan setempat khususnya mengenai keadaan
lahan pada saat dilakukan studi serta rencana dari instansi - instansi tersebut yang
berkaitan dengan masalah penggunaan lahan daerah studi maupun sekitarnya,
 Wawancara dengan Lurah / Kepala Desa dan petani / masyarakat setempat diperlukan
untuk mengetahui status kepemilikan tanah di daerah tersebut,
 Peta Penggunaan Lahan disajikan pada skala 1:10.000 yang memberi informasi
penggunaan lahan dalam kategori yang telah ditetapkan, jika ada peta juga harus
menunjukkan batas - batas HPL, Log Yard dan Camp serta jalan - jalan angkutan kayu
utama dengan cabang - cabangnya dan jembatan yang ada.

4.2.7. Penelitian Agronomi, Sosial-Budaya dan Ekonomi


Informasi data agronomi, sosial budaya dan ekonomi merupakan komponen penting yang
digunakan untuk mengambil keputusan terhadap lahan usahatani yang akan
dikembangkan. Hal tersebut oleh karena adanya hubungan keterkaitan antara proses
produksi dengan pemilihan jenis tanaman yang sesuai, kebutuhan tenaga kerja, tersedianya
pusat - pusat pasar sebagai penampung hasil - hasil produksi, dan tata nilai masyarakat
sebagai agen penerima teknologi yang akan diterapkan.
(1). Penelitian Agronomi (Pertanian)
Produktivitas lahan suatu wilayah dapat didekati dari survei agronomi. Informasi data
agronomi yang penting adalah: (1). Komoditas yang biasa diusahakan, (2). Teknik
Budidaya, (3). Pola budidaya, (4). Penggunaan tenaga kerja, (5). Produksi yang dihasilkan,
dan (6). Sejarah penggunaan lahan.

(a). Tanaman Indikator


Bila suatu tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada wilayah, maka
tanaman lain yang sefamili dengannya juga dapat diusahakan, meskipun dengan tingkat
pengelolaan yang berbeda. Cara ini merupakan pengamatan yang paling praktis untuk
menentukan jenis tanaman yang akan diusahakan pada lahan. Pendekatan padanan
tanaman indikator, dapat memprediksi kemapuan lahan dan memilih komoditas unggulan
alternatif yang akan disesuaikan dengan kondisi iklim, tanah, dan sifat fisik lingkungan
diwilayah tersebut.

(b). Pola Budidaya


Informasi pola budidaya sangat membantu dalam mengambil keputusan. Rotasi tanaman
dan musim tanam dapat mencerminkan kemampuan lahan tersebut. Pemilihan pengolahan
tanah seperti pencangkulan, perataan, dan pembuatan bedengan atau garitan merupakan
parameter keterampilan petani.

(c). Tingkat input


Tingkat input yang diberikan oleh petani seperti penggunaan pupuk, obat - obatan, dan
tenaga kerja yang terlebat dalam proses produksi untuk memperoleh hasil yang optimal,
mencerminkan tingkat menejemen. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui wawancara
dengan penduduk.

(d). Tingkat Produksi


Produksi rata - rata per musim dapat dijadikan indikator potensi lahan daerah survei.
Informasi tersebut diperoleh melalui wawancara dengan petani. Seyoganya data yang
dikumpulkan selama 5 - 10 tahun terakir, agar dapat mencerminkan keadaan yang
sebenarnya.

(e). Sejarah penggunaan lahan


Sejarah penggunaan lahan perlu diperoleh informasinya, kususnya informasi tentang
terjadinya serangan hama dan penyakit yang bersifat endemik, karena kemungkinan
timbulnya serangan yang sama peluangnya lebih besar pada lahan - lahan tersebut.
(2). Penelitian Sosial-budaya dan Ekonomi
Penelitian kondisi sosial-budaya dan ekonomi penduduk setempat sebagai masukan untuk
memperkirakan kondisi sosial budaya calon transmigran yang sesuai maupun sebagai
masukan dalam penyusunan rekomendasi penyiapan pemukiman, penempatan,
pengembangan pertanian / tambak transmigran dan telaahan lingkungan.

Data informasi sosial-budaya dan ekonomi disekitar lokasi studi, dapat diperoleh melalui
pengamatan langsung dilapangan melalui wawancara / quisioner terhadap masyarakat,
pedagang, kelompok tani dan PPL. Sedangkan untuk menunjang informasi tersebut
dilengkapi dengan data sekunder dari Desa, Kecamatan, dan instansi terkait.

Khusus untuk lokasi - lokasi transmigrasi yang sudah ada disekitar lokasi studi, Konsultan
hendaknya mengevaluasi sampai sejauh mana tingkat keberhasilan yang sedah dicapai
oleh transmigran tersebut dengan mengacu terhadap Kep. Men. 269/Men/1984.

(a). Penelitian Sosial - Budaya


Penelitian kegiatan sosial budaya dimaksudkan untuk mengetahui antara lain; jumlah
penduduk dan kepadatannya; komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur dengan
tekanan terhadap kelompok usia kerja; tingkat perkembangan jumlah penduduk;
komposisi penduduk berdasarkan agama / kepercayaan, rata - rata tingkat pengetahuan
keluarga; komposisi berdasarkan pekerjaan / mata pencaharian; kemungkinan
pemanfaatan tenaga kerja penduduk lokal untuk pembangunan lokasi transmigrasi;
fasilitas pelayanan sosial yang ada; adat istiadat dan hukum adat atas kepemilikan /
penggunaan lahan, kemungkinan pengaruhnya terhadap program transmigrasi; tanggapan
penduduk terhadap program transmigrasi; dan perkiraan jumlah penduduk lokal yang
terkena proyek.

(b). Penelitian Perekonomian


Penelitian kegiatan perekonomian dimaksudkan untuk mengetahui antara lain; luas dan
jenis kepemilikan lahan usaha, Pemasaran hasil - hasil pertanian, jenis dan ketersediaan
pasar, ketersediaan kios saprotan, pendapatan dan pengeluaran penduduk, sumber -
sumber penghasilan, industri pengolahan hasil pertanian.

4.2.8. Penelitian Aspek Regional, Kelayakan Pemukiman dan Konsep RTUPT

(1). Penelitian Aspek Regional


Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai: (a). Gambaran
aksesibilitas dari lokasi studi terhadap sistem perhubungan pusat-pusat pelayanan yang
ada, dan (b). Mengetahui kebijaksanaan daerah dan program pembangunan daerah studi
dan sekitarnya.

Lingkup penelitian ini meliputi:


(a). Letak administratif lokasi studi,
(b). Letak lokasi studi didalam sistem perhubungan dan pusat-pusat pelayanan, dan
(c). Kebijaksanaan pembangunan daerah terhadap lokasi studi maupun daerah sekitarnya.

Berkaitan dengan hal tersbut diatas, Konsultan harus mendapatkan data informasinya yang
dapat diperoleh dari: (a). Kecamatan / Kabupaten / Kota Dalam Angka, (b). Rencana
Umum Tata Ruang Kabupaten / Provinsi, dan (c). Instansi terkait (Dinas Pertanian /
Perkebunan, Kimpraswil, Kehutanan, dll).

(2). Kelayakan Pemukiman


Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi terhadap data dan informasi dari penelitian /
pengukuran / wawancara di lapangan serta yang dilengkapi dengan data-data sekunder
dari instansi terkait, maka Konsultan harus melakukan evaluasi kelayakan pemukiman
dengan mempertimbangkan semaksimal mungkin terhadap: (a). Aspek legalitas, (b).
Aksesibilitas, (c). Kesesuaian lahan, (d). Ketersediaan air bersih, (e). Soaial budaya dan
ekonomi, serta (f). Kebijakan pengembangan daerah.

(3). Konsep Tata Ruang Pendahuluan)


Dari hasil analisis terhadap kelayakan pemukiman, maka Konsultan membuat konsep draft
Pekerjaan Pembuatan Rencana Teknis Satuan Permukiman Transmigrasi di Desa Sei
Rahayu I Km. 38 (Muara Teweh XIX.a/B/1) Kabupaten Barito Utara ini akan dipakai
sebagai dasar penyusunan Laporan Sementara (Interim Report) yang selanjutnya
didiskusikan / dipresentasikan dengan pihak Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Barito Utara untuk mendapatkan masukan atau penyempurnaan.

4.2.9. Penelitian Jalan Poros /


Penghubung
Lingkup dari tahap kegiatan ini adalah meliputi: (1). Penyelidikan mekanika tanah, dan
(2). Penelitian terase jalan serta Sumber material.

(1). Penyelidikan Mekanika tanah


Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik fisik tanah seperti indeks
propertis dan engineering propertis tanah guna menunjang rencana pekerjaan tanah dan
desain struktur prasarana / sarana. Lokasi penyelidikan atau pengambilan contoh tanah
harus terdistribusi dengan baik pada areal pembangunan prasarana / sarana dan atau
pertambakan. Penyelidikan tanah ini meliputi:
(a). Uji Tekan Tanah (Hand Penetrometer Test),
(b). Uji Kipas Geser (Vane Shear Test),
(c). Test Pits, dan
(d). Penyelidikan Summer Material (quarry) dan Harga satuan.

(a). Uji Tekan Tanah (Hand Penetrometer Test)


Menggunakan Hand Penetrometer sampai kedalaman 6 - 8 meter atau sampai diperoleh
daya dukung tanah 100kg/cm2. Jumlah titik uji penetrometer sebanyak 6 titik.

(b). Uji Kipas Geser (Vane Shear Test)


Pengujian dilakukan sampai kedalaman 6 - 8 meter. Pembacaan dilakukan pada
kedalaman 25 - 50 cm dan dilanjutkan pada setiap interval 50 cm, baik untuk contoh tanah
utuh maupun terganggu. Jumlah titik uji kipas ini sebanyak 16 titik.

(c). Test Pits


Ukuran lubang test pits 1.25 m x 1.25 m x 2.0 m. Contoh tanah terganggu diambil
minimal 30 Kg.

(d). Penyelidikan Sumber Material (quarry) dan Harga satuan


Penyelidikan ini meliputi:
 Konsultan harus meneliti sumber quarry (letak dan tansportasinya) dan
memperkirakan kandungannya (deposit),
 Pada lokasi quarry harus diambil minimal 1 contoh tanah tidak terganggu pada
kedalaman 2 meter,
 Pada saat pengambilan contoh tanah harus dicatat informasi mengenai deskripsi tanah,
muka air tanah, lokasi dan lainya pada bor log yang telah disiapkan,
 Konsultan harus melakukan Survei harga satuan metrial / bahan yang diperkirakan
akan digunakan, harga sewa perlatan (alat berat) untuk pelaksanaan fisik dan harga
satuan upah tenaga kerja, data harga satuan ini harus diperoleh dari instansi / dinas
yang croscek dengan harga pasar yang berlaku saat melakukan Survei.

(2). Penelitian Terase Jalan dan Sumber Material


Kegiatan ini meliputi: (a). Peneltian terase jalan, (b). Pengukuran beda tinggi, (c).
Pengukuran situasi, (d). Pengukuran situasi sungai dan jembatan, (e). Pembuatan Peta
Situasi dan Alinemen Horizontal Rencana Jalan, (f). Stake Out (Pematokan) Sumbu
Rencana Jalan, (g). Penelitian Tanah Dasar dan Sumber Quarry, dan (h). Membuat
Dokumentasi Lapangan.
(a). Peneltian Trase Jalan
Dalam melakukan kegiatan adalah dengan ketentuan - ketentuan sebagai berikut:
 Dalam Pekerjaan Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) dan
Rencana Teknis Jalan (RTJ) = 1 Paket di lokasi Truntum Kabupaten Kotawaringin
Barat perkiraan trase jalan penghubung / poros sudah ditentukan / direncanakan.
Pertimbangan - pertimbangan didalam penentuan terase jalan tersebut diupayakan
memenuhi syarat - syarat aman dan ekonomis (sedikit mungkin tikungan dan
pelintasan dengan sungai, jarak sependek mungkin),
 Perencanaan geometrik jalan dan konstruksi jalan poros / penghubung mengikuti
standar geometrik jalan raya no:13 / 1970 / Ditjen Bina Marga yang sudah
dimodifikasi oleh Direktorat Bina Program Dept. Nakertrans,
 Rencana trase harus dijajaki terlebih dulu sebelum pengukuran dilakukan untuk
memastikan bahwa rencana trase tersebut memenuhi syarat untuk dibangun. Trase
jalan dalam Unit Pemukiman (UP) yang telah direncanakan sebaiknya dipertahankan
karena jika trase jalan dalam UP berubah, maka tata ruang yang telah disusun
terpaksa harus disesuaikan lagi terhadap perubahan trase jalan tersebut,
 Bila dari penjajakan dilapangan terdapat indikasi rencana trase jalan tersebut tidak
memenuhi syarat, perlu dicari alternatif lain yang diperkirakan memenuhi syarat dan
penyesuaian tata ruang akibat perubahan trase jalan tersebut harus dilakukan.

(b). Pengukuran beda tinggi


Beberapa ketentuan dalam pengukuran beda tinggi ini adalah:
 Elevasi titik poligon ditentukan dengan alat ukur sifat datar otomatis (automatic
level),
 Beda tinggi tiap slag diukur dari 2 posisi alat yang berbeda (double stand),
 Titik awal / akhir jalan poros harus diikat ke BM terdekat sehingga jalur
pengukurannya terikat sempurna kedua ujungnya,
 Kesalahan penutup beda tinggi 25 mm, dimana D = panjang jalur dalam kilometer.

(c). Pengukuran Situasi


Beberapa ketentuan dalam pengukuran beda tinggi ini adalah:
 Pengukuran situasi yang dimaksud adalah pengukuran profil melintang yang erat
hubungannya dengan penggambaran penampang melintang sepanjang rencana trase
jalan,
 Alat ukur yang digunakan setara dengan Wild TO,
 Lebar pengukuran meliputi daerah koridor sejauh; 25 m sebelah kanan dan kiri
sumbu jalan yang lurus / datar; 25 m sisi luar dan 50 m ke sisi dalam dijalan
menikung,
 Untuk daerah yang pada saat ditentukan rencana center line jalannya, koridor perlu
diperlebar sehingga diperoleh jangkauan medan yang lebih luas.

(d). Pengukuran situasi sungai dan jembatan


Beberapa ketentuan dalam pengukuran beda tinggi ini adalah:
 Pengukuran situasi sungai meliputi daerah sejauh 50 m ke hilir dan 50 m kehulu dari
rencana as jalan. Pengukuran situasi dilakukan 25 m sebelah kiri dan kanan tepi
sungai,
 Gambaran detail sungai neliputi keadaan topografi dasar, tebing, tepi sungai dan
daerah sekitarnya,
 Mencatat ketinggian muka air banjir, normal dan air terendah,
 Rencana jembatan dan gororng-gorong diplot (sketsa) dengan memperhatikan tinggi
muka air sungai. Ukuran, jenis material dan kondisi konstruksi jembatan serta
gorong-gorong dicantumkan,
 Disetiap tepi sungai dan saluran sejarak 7.5 m dari tebing kiri dan kanan sungai dan
terletak pada rencana as jalan dipasang patok paralon (patok JBT) yang diisi dengan
adukan semen cor.

(e). Pembuatan Peta Situasi dan Alinemen Horizontal Rencana Jalan


Pekerjaan ini haus dikerjakan dilapangan, peta situasi dibuat diatas kertas miimeter
dengan interval garis tinggi 1 m pada skala 1:2.000, yang berisikan informasi sebagai
berikut:
 Semua patok dan titik detail lengkap dengan tanda - tanda nomor, elevasi dan
koordinat,
 Detail situasi yang ada seperti batas rawa, kebun, ladang dan lainnya yang ada
disekitar trase jalan,
 Lebar sungai, saluran, arah aliran air, dimensi rencana jembatan dan gorong-gorong,
 Alinemen horizontal dengan bentuk tikungan "full circle".
(f). Stake Out (Pematokan) Sumbu Rencana Jalan
Kegiatan ini bertujuan untuk memasang patok-patok dan tanda-tanda di trase jalan
berdasarkan hasil perhitungan (desain) alinemen horizontal. Stake out ini dilakukan
dengan menggunakan alat ukur Wild TO. Patok-patok yang dipasang terdiri:
 Patok PI (Point of Intersection), yaitu:
 dibuat dari paralon d = 10 cm panjang 80 cm diisi adukan beton,
 dicat warna kuning dan ditanama sedalam 50 cm
 dilengkapi azimut dan jarak
 Patok Jalan (Jl), yaitu:
 dibuat dari paralon d = 10 cm panjang 80 cm diisi adukan beton,
 dicat warna kuning dan ditanama sedalam 50 cm
 dipasang pada setiap 1.000 m pada sumbu jalan
 Patok TC dan CT (Tangan ke Circle dan dari Circle ke Tangan, yaitu:
 dibuat dari kayu dolken d = 5 cm panjang 80 cm
 dicat warna kuning dan ditanama sedalam 30 cm
 dipasang dititik TC dan CT dan diberi nomor urut
 Patok Jembatan, yaitu:
 dibuat dari paralon d = 10 cm panjang 80 cm
 dicat warna kuning dan ditanama sedalam 50 cm
 dipasang pada lokasi jembatan di sumbu jalan sebanyak 2 buah masing-masing
7.5 m dari tebing kiri dan kanan sungai
 Patok BMJ, yaitu:
 dibuat dari beton cor ukuran 15 cm x 15 cm x 70 cm panjang 70 cm
 dipasang ditempat yang aman dan mudah ditemukan, 15 cm disebelah kiri
rencana as jalan
 dipasang pada setiap jarak maksimum5 Km pada sumbu jalan.

(g). Penelitian Tanah Dasar dan Sumber Quarry


Kegiatan ini bertujuan untuk menyelidiki, menganalisis dan mengamati tanah dasar,
material timbunan dan perkerasan untuk pembangunan jalan dipandang dari segi kualitas
dan kuantitas. Penyelidikan tanah dan sumber material ini dilakukan secara visual
dilapngan dan test di laboratorium.
 Penyelidikan tanah dasar disepanjang rencana trase jalan, yaitu:
Contoh tanah terganggu diambil dari tanah yang diperkirakan sebagai subgrade, dibawah
top soil sebanyak 40 Kg setiap 5 Km atau minimal 2 titik pada awal da akhir jalan yang
panjangnya < 5 Km. Contoh tanah terganggu diambil pada kedalaman 1.5 m dari
permukaan tanah. Alat yang digunakan adalah bor tangan. Sedangkan contoh tanah tidak
terganggu diambil setiap 5 Km atau minimal 2 titik pada awal dan akhir rencana jalan
yang panjangnya < 5 Km. Contoh tanah tidak terganggu diambil pada kedalaman 1.5 m
dari permukaan tanah. Alat yang digunakan adalah tabung sampel.

Pengamatan visual tanah dasar menggunakan bor tangan setiap 1 Km dengan kedalaman
1.5 m dan pembuatan bor log lengkap dengan derkripsi tanah visual dan tinggi muka air
tanah.
 Penyelidikan Summer Quarry
Summer quarry adalah material timbunan (sected naterial), material perkerasan dan
material lain yang digunakan dalam pembangunan jonstruksi jalan. Penyelidikan yang
dilakukan adalah:
 Material timbunan, pengambilan minimal masing - masing 1 contoh tanah tidak
terganggu dan contoh tanah terganggu dari lapisan tnah sedalam 1.5 m dari permukaan
tanah dengan memakai alat bor tangan,
 Material perkerasan (sub base kelas C yaitu sirtu atau laterit atau
sejenis).
Pemeriksaan perkerasan dilakukan dengan secara visual saja. Pengamatan sirtu berupa
kekerasan dan gradasinya sedangkan pengamatan visual laterit dengan melakukan
pengeboran sedalam 1.5 m dari muka tanah,
 Mencari sumber - sumber material lain seperti kayu
dll

(h). Membuat Dokumentasi Lapangan


Konsultan diwajibkan membuat photo lapangan untuk memberikan gambaran kondisi
medan sekitar rencana jalan, seperti rawa, kebun, ladang, alang-alang, hutan, bukit, batu-
batuan, sungai dan lain sebagainya. Photo diambil pada spot-spot yang penting antara lain
titik awal dan akhir jalan poros / penghubung beserta tanda-tandanya, titik pusat SP, patok
BMJ, patok paralon, tikungan titik lokasi jembatan gorong-gorong, lokasi sumber material
dan spot-spot yang memerlukan perhatian khusus.

4.2.10. Stake Out Batas Pembukaan Lahan


Batas - batas lahan yang direkomendasikan dibuka, dilapangan harus ditandai dengan
patok-patok permanen yang tidak mudah rusak namum mudah diidentifikasi / dicari
kembali dilapangan. Patok-patok ini akan berfungsi sebagai pedoman atau arahan bagi
pelaksanaan pembukaan lahan (kontraktor).
Pemasangan / staking out patok-patok BPL harus dilakukan dengan alat ukur yang setara
dengan Wild T0 untuk mengukur sudutnya dan jaraknya pada pita ukur.
4.2.11. Demobilisasi Tim
Demobilisasi tim akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan penyelesaian kegiatan di
lapangan.

4.3. TAHAP ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

4.3.1. Analisa Data


Kegiatan ini merupakan suatu proses analisis / pengkajian terhadap data hasil pengamatan
/ pengukuran / wawancara serta data sekunder dari instansi terkait mengenai kendala /
permasalahan yang ada untuk dicarikan alternatif pemecahan masalah sehingga
terbentuknya suatu Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) yang layak huni, layak usaha,
layak berkembang dan layak lingkungan. Data / informasi yang dianalisis meliputi: (1).
Topografi, (2). Iklim dan Sumberdaya Air, (3). Tanah dan Kesesuaian Lahan, (4). Hutan
dan Penggunaan Lahan, (5). Agronomi, Sosial-Budaya dan Perekonomian, (6). Jalan
Poros / Penghubung, (7). Telaahan Lingkungan, (8). Tata Ruang Unit Pemukiman
Transmigrasi.

(1). Analisa Data Topografi


Keadaan topografi suatu wilayah adalah kenampakan morfologi lahan yang dapat
menunjukan karakteristik kemiringan lahan, beda tinggi, dan pola drainase permukaan.
Oleh karena itu, batasan atau deleniase dan tata letak / posisi dari masing-masing
karakteristik lahan tersebut harus betul-betul berdasarkan analisis terhadap data hasil
pengukuran dilapangan, sehingga sketsa gambar yang disajikan pada peta lereng dan peta
topografi dapat mencerminkan posisi dan bentuk lahan di lapangan yang sebenarnya.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, hasil analisis terhadap data topografi harus disajikan
dalam bentuk Peta Kemiringan Lahan pada skala 1:10.000 (untuk semua areal studi), dan
Peta Topografi pada skala 1:5.000 (untuk LP/FU dan LU I). Ketentuan kelas kemiringan
lahan, adalah sebagai berikut; kelas A kemiringan lahan 0-3 %, kelas B kemiringan lahan
4-8 %, kelas C kemiringan lahan 9-15 %, kelas D kemiringan lahan 16-25 %, kelas E
kemiringan lahan 26-40 %, dan kelas F kemiringan lahan > 40 %. Sedangkan Peta
Topografi harus menyajikan garis kontur yang memiliki selang ketinggian 0.5 M.
Kelompok kemiringan lahan tersebut akan dipakai dalam menilai kesesuaian lahannya,
dan desain tata ruang.
(2). Analisa Iklim dan Sumberdaya Air.

(a). Analisis Data Iklim


Analisis ini meliputi:
 Klasifikasi Iklim berdasarkan kriteria Oldeman, 1974. Berdasarkan metode ini, bahwa
tanaman padi akan tercukupi kebutuhan airnya bila memiliki curah hujan > 200
mm/bulan selama masa pertumbuhannya. Oleh karena itu, dalam analisis ini harus
menyajikan rata - rata curah hujan bulanan serta jumlah bulan basah / bulan kering
serta distribusinya,
 Analisis juga dilakukan terhadap curah hujan harian, untuk mendapatkan frekuensi
hari hujan (> 1 mm) tiap bulan dan terjadinya periode kering selama 5, 10, 15 dan 20
hari (> 5 mm / hari),
 Analisis data curah hujan 1 harisn maksimum dan 3 harisn maksimum dihitung
dengan menggunakan probabilitas 80 %,
 Melakukan perhityungan evapotranspirasi potensial dengan metode Penman,
 Menghitung neraca air untuk menyususun rencana pola pertanian / pola tanaman.

(b). Analisis data Hidrologi Hidrometry


Analisis ini meliputi:
 Perhitungan kecepatan dan debit air sungai / saluran
 Analisis contoh air dilaboratorium untuk mengetahui muatan angkutan dasar dan
angkutan melayang
 Perhitungan tingkat angkutan eksisiting
 Perhitungan debit banjir dan tinggi muka banjir
 Perhitungan bebas drainase
 Perhitungan kebutuhan air tambak dan pembuangan air tambak (pola tamabak)
 Analisis contoh air bersih dilaboratorium untuk mengetahui kualitas air bersih
sehingga dapat dicari alternatif penanganan / pengolahan bila tidak memenuhi
persyaratan air bersih

(c). Analisis Data Hidrografi / Bathimetry(Pasut)


Jenis analisis ini meliputi:
 Analisis pasang surut (data 30 hari) memakai metode admiralty, gerak harmonis atau
metode lainnya yang lazim digunakan untuk mendapatkan harga-harga konstanta
pasut,
 Analisis ramalan pasang surut selama 1 tahun untuk memperoleh elevasi muka air
ekstrim seperti HHWL, MWL, MLWL, dan LLWL. Sebagai referensi tinggi + 0.00
M (datum level) diambil harga MLWL,
 Perhitungan fluktuasi muka air sungai senjang batas areal studi yang berpengaruh
terhadap rencana tinggi tanggul,
 Arah dan kecepatan arus laut disekitar lokasi rencana inlet dan outlet,
 Angkutan melayang per satuan waktu tingkat / pengaruh abrasi laut (terutama
disekitar rencana inlet dan outlet).

(3). Analisa Tanah dan Kesesuaian Lahan

(a). Analisa Data Tanah


Analisa ini meliputi:
 Analisa untuk klasifikasi tanah, yang meliputi sifat morfologi dari diskripsi profil dan
hasil anilisis laboratorium contoh tanah tiap lapisan / horison dari profil. Sebagai
acuan dalam klasifikasi tanah ini adalah sistem klasifikasi Pusat Penelitian Tanah
(PPT, 1983) dan sistem Taksonomi Tanah (USDA, 1998) serta FAO / UNESCO
(1985).
 Analisa satuan lahan serta uraianya dari masing - masing satuan lahan yang mencakup
bahan induk, bentuk wilayah, karakteristik tanah (morfologi, fisik dan kimia),
hidrologi dan luasanya.
 Analisa tingkat bahaya erosi aktual dan potensial yang ditinjau dari erodibiltas tanah,
lereng, indeks erosivitas hujan, tingkat pengelolaan tanah dan jenis tanaman yang
direkomendasikan,
 Analisis sifat fisik tanah, yang meliputi kedalaman efektif, tekstur, kadar air,
 Analisa sifat kimia tanah yang ditinjau dari hasil analisis laboratorium contoh tanah
komposit tiap-tiap satuan peta lahan. Analisa ini meliputi;pH tanah, C-Organik, NPK,
KB, dan KTK.

(b). Analisa Kesesuaian Lahan


Analisa kesesuaian lahan ini bertujuan membuat alokasi lahan - lahan untuk Lahan
Pekarangan, Lahan Usaha I dan Lahan Usaha II. Lahan - lahan yang akan dialokasikan
untuk budidaya pertanian, penilaianya adalah mengacu pada Kriteria Kesesuaian Komoditi
Pertanian Puslitanak (2000). Beberapa karakteristik lahan (Land Characteristic) yang
dianalisa adalah meliputi:
(a). Temperatur, yang merupakan nilai rata - rata bulanan,
(b). Ketersediaan air, yang meliputi ; curah hujan pada masa pertumbuhan, lama bulan
kering, dan kelembaban.
(c). Ketersediaan oksigen, yang berupa drainase tanah,
(d). Media perakaran yang meliputi ; tekstur, bahan kasar, dan kedalaman efektif,
kedalaman gambut, dan kematangan gambut,
(e). Retensi hara, yang meliputi ; KTK, Kejenuhan basa, pH, dan C-Organik,
(f). Tosisitas, yang berupa salinitas,
(g). Sodisitas, yang berupa alkalinitas,
(h). Bahaya sulfidik, yang berupa kedalaman sulfidik,
(i). Bahaya erosi, yang meliputi ; lereng dan bahaya erosi,
(j). Bahaya banjir, yang berupa genangan, dan
(k). Penyiapan lahan, yang meliputi batuan dipermukaan dan singkapan batuan.
Berdasarkan hasil analisa terhadap karakteristik / kualitas masing - masing satuan peta
lahan, maka harus dikelompokan kelas kesesuaian lahan aktualnya terhadap masing -
masing komoditi yang direkomendasikan. Usaha perbaikan kualitas lahan untuk
meningkatkan kelas kesesuaiannya harus mencantumkan jenis dan tingkat input yang
diberikan, dan selanjutnya dibuat kelas kesesuaian lahan potensialnya terhadap masing -
masing komoditi yang direkomendasikan.

(4). Analisa Data Hutan dan Penggunaan Lahan

(a). Analisa Data Hutan dan Statusnya


Data potensi tegakan dianalisa dan hitung jumlah dari masing-masing kategori lalu ditotal
keseluruhan untuk mendapatkan nilai Jumlah Pohon Ekivalen (JPE) sehingga diperoleh
Status Kelah Hutan di lokasi studi.

(b). Analisa data penggunaan lahan


Tipe penggunaan lahan seperti hutan sekunder, ladang / kebun, semak belukar, atau alang
- alang harus memiliki batasan yang jelas sehingga agar lahan-lahan yang
direkomendasikan pelas penggunaannya sehingga prediksi anggaran biaya pembukaan
lahan tidak meleset.

(5). Analisa Data Agronomi, Sosial-Budaya dan Ekonomi


(a). Analisa Data Agronomi
 Analisa ini dimaksudkan untuk membantu dalam membuat pola dan jadwal tanam
yang akan direkomendasikan. Analisa ini meliputi:
 Jenis tanaman unggulan yang memiliki nilai ekonomi berdasarkan tanaman indikator
yang terdapat dilokasi studi.
 Produktivitas masing - masing komoditi yang diusahakan penduduk sekitarnya
berdasarkan tingkat input yang diberikan,
 Pola dan Jadwal Tanam di lokasi,
 Teknik budidaya, dan
 Ketersediaan Tenaga Kerja

(b). Analisa Sosial-Budaya dan Ekonomi


Analisa data informasi sosial-budaya dan ekonomi ini meliputi:
 Jumlah penduduk dan kepadatannya pada tingkat kecamatan dan desa,
 Komposisi penduduk berdasarkan umur terutama komposisi angkatan kerja untuk
mengetahui ketersediaan tenaga kerja dikaitkan dengan kebutuhan untuk
pembangunan pemukiman,
 Tingkat perkembangan penduduk,
 Komposisi penduduk berdasarkan agama/kepercayaan,
 Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian,
 Fasilitas pelayanan sosial,
 Adat istiadat hukum dan adat kepemilikan / penggunaan tanah,
 Kemungkinan pengaruhnya terhadap program tansmigrasi,
 Tanggapan penduduk terhadap program ternasmigrasi,
 Perkiraan jumlah penduduk yang terkena proyek dengan mencantumkan nama, umur,
alamat, pekerjaan, kepemilikan rumah / lahan,
 Program pemberdayaan masyarakat setempat,
 Luas / kepemilikan lahan serta cara pengelolaannya,
 Ketersediaan sarana produksi,
 Jenis kegiatan usaha non pertanian,
 Pemasaran hasil-hasil pertanian,
 Pusat-pusat kegiatan ekonomi / pasar yang tersedia,
 Peranan lembaga koperasi / KUD, PPL,
 Jenis-jenis bantuan / proyek yang ada
 Pedapatan dan Pengeluaran penduduk
 Analisa kelayakan ekonomi dan pendapatan transmigran dari usaha pengembangan
pertanian yang diusulkan, yaitu:
 Analisa pendapatan transmigran, baik dari usaha pokok maupun dari luar usaha
pokok,
 Analisa pengeluaran transmigran untuk usaha pokoknya,
 Analisa pemasaran hasil pokok,
 Manfaat sosial-ekonomi proyek terhadap pembangunan daerah sekitarnya,
 Analisis finansial dan ekonomi proyek (NPV, B/C Ratio dan IRR) dengan
memperoleh :
Proyek biaya pembangunan permukiman kawasan transmigrasi,
Proyeksi pola pembayaran angsuran kredit transmigran dengan
pengusaha/pemilik modal sebagai perusahaan inti,
Proyeksi sasaran pendapatan bersih transmigran, termasuk dari usaha yang
ada kaitanya dengan perusahaan/ pemilik modal,
Analisis sensitifitas

(6). Analisa Lingkungan


Analisa lingkungan meliputi aspek Fisik - Kimia, Biologi dan Sosial Budaya yang
bertujuan untuk mengetahui kelayakan lingkungan pemukiman. Aspek analisa data
lngkungan meliputi:
(a). Rona Lingkungan awal, yaitu:
 Komponen lingkungan fisik-kimia; lereng, tanah, hidrologi,
 Komponen lingkungan biologi; flora dan fauna
 Komponen lingkungan sosial, yaitu yang mencakup kegiatan sosial budaya masarakat
sekitar

(b). Prakiraan dampak positif / negatif pembangunan


 Dampak perubahan lingkungan fisik-kimia lahan
 Dampak perubahan lingkungan bioilogi
 Dampak perubahan lingkungan sosial budaya

(7). Analisa Tata Ruang dan Penyusunanya


(a). Analisa Aspek Aksesibilitas
(b). Analisa Aspek Legalitas Lahan dan Status Hutan
(c). Analisa Aspek Perwilayahan
(d). Analisa Aspek Kesesuaian Lahan
(e). Analisa Aspek Ketersediaan Summer Air Bersih
(f). Analisa Aspek DAS
(g). Analisa Aspek Sosial Budaya
(h). Analisa Aspek Ketersediaan Lahan

(8). Kriteria Penyusunan Pembuatan RTSP/RTUPT


(a). Peruntukan lahan direncanakan pada areal yang sesuai / layak untuk pemukiman
dengan luas yang sesuai dengan pola pemukiman yang direncanakan, minimal
dengan kesesuaian S3.
(b). Pemukiman harus menyediaakan lingkungan sosial yang serasi dan sesuaia dengan
kebutuhan pemukiman,
(c). Tata ruang direncanakan dengan mempertimbangkan aksesibilitas baik didalam Unit
pemukiman (UP),maupun dengan daerah lain,
(d). Pola pemukiman transmigrasi yang konsentris dengan Fasilitas Umum (FU) dan
dikelilingi oleh Lahan Pekarangan (LP) dan Lahan Usaha I. Jarak dari LP ke FU /
PD antara < 1.5 Km , ke LU I < 2.5 Km dan ke LU II < 3.5 Km.
(e). Tata ruang Lahan Pekarangan harus mempertimbangkan faktor estetika,
kenyamanan, jalan desa tidak buntu dan bentuk kapling harus persegi empat (jika
memungkinkan),
(f). Prasarana harus efisien dalam penyediaan jasa-jasa dan biayanya,
(g). Pemukiman harus mempertimbangkan kelestarian lingkungan, dengan
merencanakan penggunaan lahan konservasi alam pada lokasi yang kritis,
(h). Alokasi lahan pada Unit Pemukiman terdiri dari lahan yang diberikan kepada
transmigrasn dan lahan yang dialokasikan pada fasilitas umum atau penggunaan
masyarakat,
(i). Jumlah Kepala Keluarga (KK) / Day Tampung pada setiap Unit Pemukiman
maksimum 500 KK dan minimum 200 KK atau 100 KK untuk pola tambak,
(j). Alokasi lahan konservasi yang tidak boleh dibuka adalah:
 50 meter dari kiri dan kanan sungai besar atau sungai dengan lereng yang curam
 25 meter dari kiri dan kanan sungai yang kecil
 200 - 250 meter dari garis pantai (batas air pasang)
 Lahan dengan kemiringan > 40 %
(k). Rencana tata ruang ditunjukan dalam blok-blok penggunaan lahan dengan luas
seperti yang ditunjukan dalam juklak
(l). Lahan Pekarangan 2.500 M2 / KK, dan 7.500 M2 LU I pola umum dan 10.000 M2
untuk pola tambak,
(m). Apabila hasil analisis kesesuaian lahan ternyata LP tidak dapat digunakan untuk
pertanian, dapat dipertimbangkan agar LP hanya berupa tapak rumah seluas 500 M2
/ KK.

(9). Kriteria Rencana Teknis Jalan / Penghubung


(a). Berdasarkan trase jalan yang sudah ada, Konsultan harus menghitung koordinat /
elevasi patok-patok yang dipasang seperti BMJ, PI, TC, CT, Jl, dan JBT yang
disajikan pada peta Alinemen Jalan skala 1:10.000,
(b). Perencenaan geometrik jalan dan konstruksi jalan poros / penghubung mengikuti
Standard Geometric Jalan Raya No. 13 / 1970 Ditjen. Bina Marga yang sudah
dimodifikasi oelh Direktorat Bina Program dan Pembangunan Kawasan, Direktorat
Jenderal Pemberdayaan Sumberdaya Kawasan Transmigrasi,
(c). Perkerasan jalan jenis material Sub Base kelas C,
(d). Standard perencanaan jembatan dan gorong-gorong sudah disiapkan Direktorat PL,
Ditjen Permukiman untuk jembatan non standard (bentang > 25 meter), Konsultan
mengusulkan untuk direncanakan pada studi tersendiri,
(e). Dilokasi dengan deporit pasir dan kerikil yang besar diusulkan konstruksi gorong-
gorong beton, dan sebaliknya diusulkan gorong-gorong kayu,
(f). Perencanaan drainase yang direncanakan sebatas saluran samping pada jalan
penghubung / poros dan jalan desa. Apabila tata ruang permukiman memerlukan
suatu sistem drainase tersendiri maka Konsultan akan mengusulkan untuk
direncanakan pada studi tersendiri,
(g). Konsultan harus membuat gambar situasi dan potongan memanjang jalan poros /
penghubung dalam skala (H) 1:2.000, (V) 1:200, serta typical potongan melintang
jalan dengan skala 1:200 yang menyajikan detail konstruksi dan saluran sampaing,
(h). Konsultan harus menghitung volume dan biaya pekerjaan jalan penghubung / poros
berdasarkan rencana yang dibuat termasuk jalan desa berdasarkan gambar tata ruang
pemukiman,
(i). Perhitungan Volume (BOQ) dan Estimasi Biaya (RAB), adalah sebagai berikut:
 Volume pekerjaan harus dihitung secara teliti berdasarkan gambar-gambar
rencana
 Biaya konstruksi diperhitungkan berdasrkan harga satu bulan, upah dan sewa alat
berat yang berlaku, analisa satuan tiap jenis pekerjaan menurut standar harga
yang berlaku disekitar studi.
4.3.2. Pelaporan
Pembuatan laporan harus mengikuti kaidah menulis sebuah laporan ilmiah/karya tulis
secara profesional. laporan yang disajikan terdiri atas 4 (empat) jenis laporan, yaitu: (1).
Laporan Pendahuluan (Inception Report), (2). Laporan Sementara (Interim Report), (3).
Konsep Laporan Akhir (Draft Final Report), dan (4). Laporan Akhir (Final Report).

1. Laporan Pendahuluan / Inception Report


Laporan ini merupakan laporan persiapan sebelum konsultan melaksanakan Survei di
lapangan, yang disampaikan sebanyak 5 eksemplar dan diserahkan ke pihak pemberi kerja
paling lambat 1 minggu setelah ditanda tangani Surat Perjanjian Kerja.

2. Laporan Sementara / Interim Report


Laporan ini merupakan hasil Survei lapangan yang sudah disosialisasikan /
dikonsultasikan terhadap Pemerintah Setempat. Laporan ini dibuat sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar dan diserahkan ke pihak pemberi kerja paling lambat 2 minggu setelah tim
konsultan melakukan demobilisasi.

3. Konsep Laporan Akhir / Draft Final Report


Konsep Laporan Akhir ini penyusunannya merupakan penyempurnaan dari hasil diskusi /
presentasi laporan lapangan. Laporan ini dibuat sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar dan
diserahkan ke pihak pemberi kerja paling lambat 1 minggu setelah laporan interim untuk
didiskusikan.

4. Laporan Akhir / Final Report


Laporan ini merupakan perbaikan / penyempurnaan dari Konsep Laporan Akhir setelah
diskusi dan asistensi yang intensip dengan pihak Dinas Kependudukan dan Transmigrasi
Provinsi kalimantan Tengah. Laporan Akhir dibuat sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar,
yang terdiri dari:
(a). Volume I : Kondisi Fisik, Sosial Budaya dan Ekonomi serta Rencana tata Ruang
Unit Pemukiman
(b). Volume II : Rencana Pembangunan Unit Pemukiman
(c). Volume III : Pembinaan Usaha Transmigrasi
(d). Volume IV : Pengerahan dan Penempatan Transmigrasi
(e). Volume V : Penilaian Kelayakan Program
(f). Executive Summary / Pilok diserahkan sebanyak 10 eksemplar. merupakan ringkasan
dari semua hasil pekerjaan yang telah dituangkan dalam laporan - laporan lainnya.
(g). Produk lain, terdiri dari:
 Kalkir asli Pekerjaan Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP)
dan Rencana Teknis Jalan (RTJ) (satu set)
 Produk # M dan Microfilm (satu set)

5. DAFTAR PETA YANG DISAJIKAN

1. Peta Orientasi Skala 1 : 500.00


2. Peta RSWPP/Kontek Regional Skala 1 : 250.00
3. Peta RSSKP Skala 1 : 10.000
4. Peta Kemiringan Lahan Skala 1 : 10.000
5. Peta Peng. Lahan dan Status Lahan Skala 1 : 10.000
6. Peta Satuan Tanah/Lahan Skala 1 : 10.000
7. Peta Kesesuaian Lahan Skala 1 : 10.000
8. Peta SDH dan Potensi Tegakan Skala 1 : 10.000
9. Peta Potensi Sumber Daya Air Skala 1 : 10.000
10. Peta Topografi (LP) Skala 1 : 5.000
11. Peta Satuan Tanah/Lahan (LP) Skala 1 : 5.000
12. Peta Kesesuaian Lahan (LP) Skala 1 : 5.000
13. Peta Analisa Tata Ruang Skala 1 : 10.000
14. Peta Rencana Tata Ruang Skala 1 : 10.000
15. Peta Detail Tata Ruang Skala 1 : 5.000
16. Peta Batas Pembukaan Lahan Skala 1 : 5.000
17. Peta Jaringan Jalan Skala 1 : 10.000
18 Peta Alinemen Jalan Skala 1 : 20.000
19. Peta Situasi dan Gambar Potongan Memanjang
Jalan (V) Skala 1 : 200
(H) Skala 1 : 2.000
20. Peta Pusat Desa Skala 1 : 2.000
4.4. PENYUSUNAN STUDY PEMBUATAN RTSP/RTUPT
Pekerjaan Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) dan Rencana Teknis
Jalan (RTJ) = 1 Paket di lokasi Truntum Kabupaten Kotawaringin Barat dimaksudkan
untuk memperoleh alokasi lahan untuk beberapa penggunaan tertentu dalam setiap satuan
pemukiman, bersama dengan rencana jalan penghubung, jalan poros, dan jalan desa.
Tujuannya sebagai dasar untuk pembukaan lahan dan pembuatan jalan guna memperoleh
pemanfaatan ruang yang optimal.

4.4.1. Rencana Blok


a. Prinsip
Prinsip-prinsip perencanaan dalam penyusunan Pembuatan RTSP/RTUPT adalah sebagai
berikut :
 Penggunaan lahan yang direncanakan berdasarkan kesesuaian lahan dan pola
pemukiman yang diusulkan.
 Areal yang direncanakan adalah areal yang terbebas dari penggunaan lahan lain,
seperti penggunaan HPH, ladang penduduk dan sebagainya.
 Pemukiman harus menyediakan suatu lingkungan social yang serasi dan sesuai dengan
kebutuhan pemukiman.
 RTUPT disusun dengan mempertimbangkan aksesibilitas (kemudahan hubungan),
baik hubungan di dalam SP maupun hubungan SP dengan daerah luar.
 Prasarana harus efisien dalam hal jasa – jasa yang disediakan serta
biayanya.
 Juga dengan mempertimbangkan kelestarian alam, antara lain dengan merencanakan
penggunaan lahan untuk konservasi alam.
 RTUPT ini disusun juga untuk menyediakan suatu areal untuk pengembangan masa
depan (lahan cadangan).
 Berdasarkan potensi air di daerah study juga harus dapat menjamin besarnya
kebutuhan.
b. Kriteria Perencanaan
Kriteria yang dipakai dalam Pembuatan RTSP/RTUPT ini adalah :
 Kesesuaian lahan yang direkomendasikan untuk penggunaan lahan pangan dan
tanaman keras diperbolehkan sampai dengan kelas kesesuaian lahan S3.
 Pola Permukiman

Dalam membentuk pola pemukiman perlu mempertimbangkan :


1. Kemudahan transmigran dalam mencapai lokasi fasilitas umum / kebutuhan sehari –
hari.
2. Kesinambungan jaringan jalan dalam daerah pemukiman terutama antara jalan desa.
 Alokasi lahan

Lahan pada setiap SP terdiri dari lahan yang diberikan kepada transmigran (kapling)
dan lahan yang dialokasikan kepada fasilitas umum. Lahan yang diserahkan menjadi
milik transmigran dalam Pembuatan RTSP/RTUPT ini nanti adalah :

1. Lahan pekarangan = 0,25 Ha

2. Lahan usaha I = 0,75 Ha


3. Lahan usaha II = 1,00 Ha

Lahan yang tidak diserahkan tetapi harus disediakan peruntukkannya adalah :


1. Pusat Desa = 8 – 12 Ha

2. Kuburan = 1 – 2 Ha
3. Tanah Kas Desa = 10 Ha

4. Test Farm = 2 – 4 Ha
5. Penggembalaan = 3 – 5 Ha

 Kemiringan Lahan

Batas kemiringan lahan yang dipakai untuk setiap penggunaan adalah :


1. Lahan pekarangan = 0 –8 %

2. Lahan usaha I = 0 –8 %
3. Lahan usaha II = 0 – 15 %

Fasilitas umum pada umumnya kemiringan lahan 0 – 8 % kecuali untuk kuburan,


pengangonan batas kemiringan lahan 0 -15 %.

 Daya Tampung

Jumlah kepala keluarga pada setiap SP seharusnya 500 KK, jumlah tersebut
dipertimbangkan sebagai jumlah ideal. Jumlah lebih kecil bisa diterima, dengan
jumlah minimum 200 KK. Tafsiran dari jumlah KK diberikan sampai kelipatan 10
KK.
 Jarak Tempuh

Jarak sasaran maksimum dari lahan pekarangan ke beberapa penggunaan adalah :


Dari lahan pekarangan ke :

 Fasilitas umum / PD 0,5 – 1,5 Km

 Lahan usaha I 1,5 – 2,5 Km


 Lahan usaha II 2,5 – 3,5 Km

 Lahan Konservasi

Untuk menjaga kelestarian lingkungan lokasi-lokasi di bawah ini akan diperuntukkan


sebagai lahan konservasi :

 50 meter dari kiri dan kanan sungai besar / lereng yang curam

 25 meter dari kiri dan kanan sungai kecil


 Lahan dengan kemiringan diatas 25 %

4.4.2. Rencana Batas Pembukaan Lahan


Pembuatan RTSP/RTUPT menghasilkan penentuan batas-batas pembukaan lahan. Untuk
mempermudah identifikasi batas-batas tersebut di lapangan, dipasang patok dari pipa
PVC.

Patok – patok batas pembukaan lahan dipasang pada titik batas lahan yang akan dibuka
dan dibuat sesederhana mungkin, karena batas – batas yang rumit akan sulit diikuti oleh
kontraktor pembukaan lahan. Batas pembukaan lahan dapat mudah diidentifikasi dari jalan
yang ada atau detail alam terdapat pada areal tersebut misalnya sungai.

4.4.3. Rencana Jaringan Jalan


Dalam penyusunan Pembuatan RTSP/RTUPT direncanakan tiga kelas jalan yaitu :

1. Jalan penghubung yang memberikan aksesibilitas untuk segala cuaca pemukiman,


khususnya kepusat SKP dari jalan propinsi yang paling dekat, atau ketitik lain yang
disetujui oleh Pemberi Tugas.

2. Jalan poros yang memberikan aksesibilitas untuk segala cuaca dari pusat SP

3. Jalan desa yang memberikan aksesibilitas untuk segala cuaca dari pusat SP kelahan
pekarangan.
Lebar perkerasan, ROW dan lebar jalur hijau untuk masing – masing kelas jalan adalah
sebagai berikut :
Kelas Jalan Perkerasan Lebar ROW Ja

Jalan Penghubung 4,5 10

Jalan Poros 4,5 10


Jalan Desa 3 (jalan tanah) 10

Rencana jalan RTUPT didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas


pembangunan. Dalam hal ini maka pembuatan rencana jalan sebaiknya
mempertimbangkan :

 Jarak yang paling pendek


 Topografi guna menghindari cut dan fill yang tidak perlu

 Faktor – factor pembatas seperti sungai / rawa sedapat mungkin dihindari.


BAB V
BAGAN ORGANISASI
PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1 ORGANISASI PELAKSANAAN


Untuk pelaksanaan kegiatan ini, konsultan membentuk organisasi proyek yang mantap,
sederhana dan terpadu yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling
mendukung untuk tercapainya tujuan yang dikehendaki.

Organisasi konsultan ini disusun berdasarkan kebutuhan sesuai arahan yang tertuang
didalam Kerangka Acuan Kerja, serta optimalisasi kerja sesuai dengan beban kerja/tugas
yang harus dilaksanakan oleh masing – masing personil. Dengan demikian diharapkan
akan dapat dengan cepat mengakomodasikan kebutuhan dan mengadakan pengumpulan
data seakurat mungkin dan menyampaikan informasi sejelas mungkin kepada pelaku
pembuat kebijakan, sehingga mesukan teknis dapat tersusun dengan baik dan konsisten.

Untuk mendapatkan hasil pekerjaan sesuai dengan yang dimaksud dengan Kerangka
Acuan Kerja, maka konsultan menyusun organisasi penanganan pekerjaan yang
disesuaikan dengan Kerangka Acuan Kerja serta berdasarkan pendekatan pelaksanaan
pekerjaan. Dalam penyusunan organisasi penanganan pekerjaan dibagi dalam tiga bagian
yaitu :

1. Staf tenaga ahli, terdiri dari :


a. Ahli Perencanaan Wilayah/Team Leader
b. Ahli Geodesi
c. Ahli Tanah/Soil
d. Ahli Teknik Jalan/Prasarana/Teknik Sipil
e. Ahli Ekonomi Pembangunan/AgroSosek
f. Ahli Pengairan/Hidrologi
g. Ahli Lingkungan
h. Ahli Kehutanan
2. Staf Tenaga Pendukung, terdiri dari :

a. Surveyor Tanah
b. Surveyor Topografi

3. Staf Tenaga Penunjang, terdiri dari :

a. Estimator
b. Drafter
c. Operator Komputer

Struktur organisasi pelaksanaan yang akan terlibat dalam pekerjaan ini disajikan pada
Gambar 4.1, sedangkan pengalaman kerja masing – masing Tenaga Ahli disajikan pada
lampiran.

5.2. JADWAL PENUGASAN PERSONIL


Jadwal penugasan personil sebagaimana diberikan dalam gambar terlampir memberikan
uraian penugasan untuk semua anggota team yang diusulkan untuk melaksanakan layanan
yang diperlukan. Jadwal ini dibuat sedemikian rupa sehingga akan mengarah ke
optimalisasi keterbatasan tenaga ahli seperti diminta dalam Kerangka Acuan Kerja.
Namun, pada awal layanan mobilisasi tenaga ahli akan tetap didasarkan pada persetujuan
Pemberi Tugas.

5.3. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN


Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK), Konsultan mengusulkan suatu jadwal
pelaksanaan pekerjaan seperti ditunjukkan pada gambar terlampir. Disini konsultan
menekankan bahwa jadwal pelaksanaan pekerjaan tersebut bersifat sementara dan
diharapkan untuk kajian yang penting dan revisi bersama Pemberi Tugas pada awal
proyek dan selama berlangsungnya proyek.

5.4. URAIAN TUGAS DARI PERSONIL INTI


Untuk memastikan bahwa setiap kegiatan dapat diselesaikan dengan baik, maka perlu
dibuat uraian tugas dan tanggung jawab dari setiap anggota team sebagai berikut :

5.4.1 Ketua Team ( Team Leader )


Seorang Sarjana Teknik Planologi yang memiliki pengalaman dalam bidang perencanaan
dan pengembangan wilayah dengan pengalaman 4-5 Tahun.
Tugas Utama ketua team adalah bertanggung jawab pada hal – hal berikut :

a. Mengkoordinir pelaksanaan seluruh kegiatan team konsultan diproyek serta memeriksa


pekerjaan yang telah ditugaskan.

b. Melaksanakan pekerjaan identifikasi dan evaluasi data dan informasi dari study
terdahulu maupun survey lapangan.

c. Mengadakan hubungan dengan pihak proyek dan instansi lain yang terkait dengan
pekerjaan dimaksud guna penunjang kegiatan proyek.

d. Menyusun jadwal realisasi pelaksanaan dan mengadakan evaluasi berdasarkan rencana


jadwal pelaksanaan.

e. Sebagai tenaga senior planologi melakukan inventarisasi semua data-data yang ada
dilapangan yang berhubungan dengan pekerjaan ini.

f. Melaksanakan analisa perhitungan yang berhubungan dengan optimalisasi kawasan


transmigrasi guna menentukan hasil yang optmal.

g. Bersama seluruh anggota team menyusun laporan.


h. Bertanggung jawab sepenuhnya mengenai kwalitas seluruh hasil pelaksananaan
pekerjaan.

5.4.2. Geodesi
Sarjana Teknik Geodesi ( S1 ) dengan pengalaman minimal 3 ( tiga ) tahun dalam
pekerjaan pengukuran dan pemetaan bidang pengembangan kawasan.

Tugas Utama Geodetic adalah bertanggung jawab pada hal – hal berikut :

a. Memimpin dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pekerjaan survey dan


pengukuran / pemetaan dilapangan.

b. Bertanggung jawab terhadap hasil pengukuran dilapangan.


c. Melakukan pengukuran sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku.

d. Melakukan analisa data pengukuran serta mengkoordinir pekerjaan penggambaran dan


pemetaan digital.
e. Bersama ahli lainnya membuat kriteria desain dari tinjauan geodesi.
f. Membantu pembuatan laporan yang diperlukan oleh Team Leader.

5.4.3. Ahli Tanah


Sarjana Ilmu Tanah ( S1 ) dengan pengalaman minimal 3 ( tiga ) tahun .Ahli Tanah
bertanggung jawab kepada Ketua Tim atas palaksanaan pekerjaan penelitian tanah baik di
lapangan maupun di laboratorium berikut analisa kesuburan dan kesesuaian lahan serta
pendugaan erosi untuk kajian lingkungan.

Tugas Utama seorang Ahli Tanah adalah bertanggung jawab pada hal – hal berikut :
a. Memimpin dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pekerjaan survey analisa
tanah guna memberikan masukan kepada anggota team lainnya dalam analisa proyek.
b. Bertanggung jawab terhadap survey baseline dan survey kesesuaian lahan dan
melakukan koordinasi dengan instansi terkait yang berkaitan dengan survey ini.

c. Melakukan kajian alternatif pemanfaatan proyek ditinjau dari lainnya seperti perikanan,
peternakan, dan budidaya pertanian lainnya yang dapat menambah nilai manfaat dari
adanya proyek ini.

d. Bersama ahli lainnya membuat criteria desain dari segi pertanian.


e. Membuat dan membantu pembuatan laporan yang diperlukan team leader bersama
anggota lainnya.

5.4.4. Ahli Teknik Sipil / Jalan


Sarjana Teknik Sipil ( S1 ) dengan pengalaman minimal 3 ( tiga ) tahun dalam bidang
hukum pertanahan dalam kawasan studi yang akan dilaksanakan.

Tugas Utama seorang Ahli Teknik Sipil adalah bertanggung jawab pada hal – hal
berikut :
a. Memimpin dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap Jaringan Jalan yang terkait
dengan pekerjaan study dimaksud.

b. Membuat dan membantu pembuatan laporan yang diperlukan team leader bersama
anggota lainnya.
5.4.5. Ahli Agro - Sosek
Sarjana Pertanian ( S1 ) atau Sarjana Sosial ( S1 ) dengan pengalaman minimal 3 ( tiga )
tahun dalam bidang Agronomi dan Sosial Ekonomi kemasyarakatan.

Tugas Utama seorang Ahli Agro - Sosek adalah bertanggung jawab pada hal – hal berikut
:

a. Memimpin dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pekerjaan survey analisa


pendapatan pertanian guna memberikan masukan kepada anggota team lainnya dalam
perencanaan analisa ekonomi proyek.

b. Bertanggung jawab terhadap survey baseline dan survey kesesuaian lahan dan
melakukan koordinasi dengan instansi terkait yang berkaitan dengan survey ini.

c. Melakukan kajian alternatif pemanfaatan proyek ditinjau dari lainnya seperti perikanan,
peternakan, dan budidaya pertanian lainnya yang dapat menambah nilai manfaat dari
adanya proyek ini.

d. Bersama ahli lainnya membuat criteria desain dari segi pertanian.

e. Membuat dan membantu pembuatan laporan yang diperlukan team leader bersama
anggota lainnya.

5.4.6. Ahli Hidrologis


Sarjana Geografi atau Teknik Sipil/Pengairan ( S1 ) dengan pengalaman minimal 3 ( tiga )
tahun dalam pekerjaan survey dan analisis hidrologi dalam bidang pengembangan sebuah
kawasan daerah permukiman .

Tugas Utama seorang Ahli Hidrologis adalah bertanggung jawab pada hal – hal berikut :

a. Membantu team leader dalam menyiapkan data, iklim, curah hujan, evapotranspirasi.
b. Melakukan analisa dan perhitungan water balance, ketersediaan air, debit banjir dan
debit andalan.

c. Bertanggung jawab terhadap laporan hidrologi.

d. Membantu pembuatan laporan yang diperlukan oleh team leader.


5.4.7. Ahli Sipil Jalan
Sarjana Teknik Sipil ( S1 ) dengan pengalaman minimal 3 ( tiga ) tahun dalam pekerjaan
perencanaan jalan dan jembatan dalam sebuah kawasan daerah permukiman .

Tugas Utama seorang Ahli Sipil Jalan Raya adalah bertanggung jawab pada hal – hal
berikut :

a. Bekerja sama dengan anggota team lainnya untuk menentukan metode dan format serta
jenis data yang diperlukan untuk analisis dan menentukan desain standar serta
perkiraan biaya pembangunan jalan dan jembatan.

b. Menghitung perkiraan kwantitas bahan yang diperkirakan dan perkiraan biaya


pekerjaan jalan dan jembatan.

c. Bersama ahli lainnya membuat criteria desain jalan dan jembatan.


d. Membuat dan membantu pembuatan laporan yang diperlukan team leader bersama
anggota lainnya.

5.4.8. Ahli Lingkungan


Sarjana Teknik Lingkungan ( S1 ) dengan pengalaman minimal 3 ( tahun ) dalam bidang
analisis dampak lingkungan daerah pengembangan kawasan.

Tugas Utama seorang Ahli Lingkungan adalah bertanggung jawab pada hal – hal berikut :

a. Memimpin dan bertanggung jawab terhadap pengambilan data yang berkenaan dengan
lingkungan.

b. Melakukan semua kegiatan yang mencakup pengumpulan data, analisis dan menyusun
rekomendasi mengenai hal-hal yang menyangkut aspek lingkungan akibat pekerjaan
dimaksud.

c. Melakukan analisa dampak potensial yang diperkirakan akan terjadi berpedoman pada
standar baku mutu lungkungan.
d. Menyusun laporan UKL dan UPL.

e. Membuat dan membantu pembuatan laporan yang diperlukan oleh Team Leader.
Semua tenaga ahli yang tergabung dalam tim berada dibawah koordinasi dan manajemen
dari seorang Ketua Tim yang bertanggung jawab kepada Pimpinan Proyek secara teknis.

Agar pekerjaan dapat selesai tepat pada waktunya dan tercapai suatu efisiensi penggunaan
tenaga ahli maka perlu dijadwalkan penggunaan tenaga ahli. Tenaga ahli akan ditugaskan
sesuai dengan keahlian dan jangka waktu tertentu. Diharapkan dengan adanya
penjadwalan penugasan tenaga ahli maka pekerjaan berlangsung lebih efisien.
Volume Pekerjaan Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) dan Rencana
Teknis Jalan (RTJ) = 1 Paket di lokasi Truntum Kabupaten Kotawaringin Barat dapat
dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1. Volume Pekerjaan


Kapasitas
Personil Waktu
No. Jenis Kegiatan Volume Kerja/Orang/
(Orang) (hari)
Hari
TS L
1. Persiapan LS LS 2 - 7
2. Mobilisasi dan Koordinasi LS LS 11 - 2
3. Orientasi lapangan LS LS 11 - 2
4. Survey topografi
- Survey pengikatan 1 Titik 1 Titik 1 4 1
- Survey Topografi pada jalur Base line 5 Km 1 Km 2 8 3
- Survey Topografi pada jalur rintisan 33 km 2,5 Km 2 8 7
500 Km
5. Survey tanah pada jalur 500 meter
- Pengeboran tanah 77 5 2 4 8
- Pembuatan profil tanah 3 1 2 2 2
6. Survey Hidrologi LS LS 1 2 7
7. Survey Agro - Sosek LS LS 1 1 3
8. Analisa tata ruang LS LS 69 - 1
9. Penentuan rencana tata ruang (RTUPT LS LS 6 - 1
Pendahuluan
10. Survey topografi pada jalur 250 meter 13,5 Km 2,5 2 8 3
11. Survey tanah pada jalur rintisan 250 m
- Pengeboran tanah 54 Titik 10 2 4 3
- Pengambilan komposit tanah 6 Titik 3 2 4 2
12. Survey hidrologo pada jalur 250 meter LS LS 1 2 2
13. Demobilisasi LS LS 11 - 1
14. Penyusunan interim report (Laporan LS LS 11 - 14
Lapangan)
15. Analisa contoh tanah di laboratorium LS LS - - 21
16. Analisa contoh air di laboratorium LS LS - - 21
17. Pembuatan laporan akhir sementara LS LS 6 - 45
(Draft final report)
18. Presentase laporan akhir sementara LS LS 6 - 1
19. Perbaikan laporan akhir sementara LS LS 6 - 28
20. Penyerahan laporan akhir LS LS 1 - 1
Keterangan :
TS : Tim Survey
L : Tenaga Lokal
Jadwal pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP)
dan Rencana Teknis Jalan (RTJ) = 1 Paket di lokasi Truntum Kabupaten Kotawaringin
Barat disusun berdasarkan :

Pemahaman terhadap pekerjaan, metodologi, tahapan pelaksanaan pekerjaan, lingkup


pekerjaan, serta batasan waktu yang digariskan oleh TOR. Tujuan pokok penyusunan dan
penetapan jadwal pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai upaya meletakkan acuan
dalam pengendalian dan pengawasan waktu kerja.

Anda mungkin juga menyukai