Bab II
TANGGAPAN TERHADAP KAK
Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang diberikan oleh pihak proyek telah cukup memberikan
gambaran, batasan tentang pekerjaan dan dapat dijadikan pegangan dalam melaksanaan
Pekerjaan Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) dan Rencana Teknis
Jalan (RTJ) = 1 Paket di lokasi Truntum Kabupaten Kotawaringin Barat.
Setelah konsultan mempelajari isi KAK, maka konsultan telah cukup memahami
pekerjaan tersebut. Oleh karena itu dalam menanggapi Kerangka Acuan Kerja (KAK)
yang diberikan hanya bersifat penegasan dan memperjelas pekerjaan, sehingga konsultan
dapat bekerja dan mencapai hasil seperti yang diharapkan.
Sesuai dengan ringkasan kegiatan dalam Pekerjaan Penyusunan Rencana Teknis Satuan
Permukiman (RTSP) dan Rencana Teknis Jalan (RTJ) = 1 Paket di lokasi Truntum
Kabupaten Kotawaringin Barat yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK),
terdapat 12 jenis kegiatan yaitu : Pemetaan Topografi dan Lereng, Penelitian Tanah,
Survey Tata Guna Lahan dan Hutan, Penelitian Iklim dan Hidrologi, Penyusunan Study
Penelitian dan Perencanaan Tata Ruang Transmigrasi, Survey Rencana Teknis Jalan, ,
Penyusunan Usulan Pengembangan Pertanian, Perkiraan Biaya, Spesifikasi Teknis
Penyediaan Lahan dan Bangunan Pemukiman Transmigrasi, Penyusunan Laporan Study
Penelitian dan Perencanaan Tata Ruang Transmigrasi dan Penyusunan Laporan Rencana
Teknis Jalan.
Pengamatan Topografi dan Lereng merupakan kegiatan awal dilapangan yang akan
menentukan beberapa kegiatan selanjutnya terutama kegiatan yang berkaitan dengan fisik
lahan yaitu penelitian tanah / survey tanah, penelitian hidrologi, dan penelitian tata guna
lahan dan hutan serta penyusunan rencana tata ruang bagi pemukiman transmigrasi. Ini
disebabkan dari hasil pengamatan topografi akan didapatkan peta dasar areal Survey yang
akan dijadikan pegangan bagi kegiatan – kegiatan lanjutan dari pemetaan topografi dan
lereng diatas. Scope pekerjaan Pemetaan Topografi sudah jelas diuraikan dalam Kerangka
Acuan Kerja (KAK) dan dapat dimengerti oleh consultant. Produk dari pemetaan topografi
ini adalah terbuatnya peta topografi dan peta lereng (kemiringan lahan) pada areal survey.
Dari peta tersebut dapat terbaca gambaran topografi dan kelas kemiringan lahan areal
1
survey sehingga dapat menjadi salah satu acuan penyusunan tata ruang bagi pemukiman
transmigrasi.
Penelitian tanah merupakan kegiatan penelitian terhadap kondisi tanah – tanah pada areal
survey calon lahan transmigrasi. Seperti yang terurai dalam kerangka acuan kerja bahwa
penelitian tanah dilakukan dengan melakukan pemboran, pengambilan contoh tanah
komposit dan deskripsi profil pewakil. Pemboran dimaksudkan untuk dapat mengetahui
macam tanah yang ada dalam areal survey dengan sifat – sifat lingkungan disekitarnya.
Dari macam tanah dan karakteristik lingkungannya tersebut lahan diareal survey dapat
dikelompokan kedalam Satuan Peta Lahan (SPL). Pengambilan contoh tanah komposit
diperlukan untuk penilaian kesuburan tanah di areal survey. Muara dari penelitian tanah
ini adalah terbentuknya kesesuaian lahan untuk berbagai komoditi pertanian. Secara
umum apa yang diuraikan tentang penelitian tanah ini dalam kerangka acuan kerja sudah
dapat dimengerti konsultan.
Survey tata guna lahan dan hutan dilakukan untuk mengetahui jenis penggunaan lahan
pada areal survey dan kondisi lahan. Data penggunaan lahan diperlukan agar lahan untuk
transmigrasi terbebas dari penggunaan lain yang dapat menjadi masalah di kemudian hari.
Survey hutan dilakukan selain untuk menghindari hutan – hutan yang tidak dapat
dikonversi ke penggunaan untuk transmigrasi juga untuk mengetahui potensi tegakan kayu
bagi kemungkinan penggunaan bangunan transmigrasi. Lingkup kerja dan metode survey
tata guna lahan dan hutan ini juga sudah diuraikan dengan jelas dalam kerangka acuan
kerja.
Model tata ruang unit pemukiman transmigrasi sudah memang harus mencerminkan
terintegrasinya kehidupan masyarakat setempat dengan ruang kehidupan masyarakat
pendatang yang meliputi dimensi: (1). Sosial budaya, politik, ekonomi dan fisik secara
berkeadilan dan harmonis, (2). Terintegrasi dengan wilayah yang lebih luas, dan (3).
Berazaskan optimalisasi pemanfaatan ruang serta efisiensi dalam pelayanan publik.
Dimensi - dimensi tersebut harus diwujudkan kedalam tata ruang yang baru.
Pada tahapan ini dilakukan Survei di lapangan untuk mengumpulkan data tentang:
(1). Fisik lahan yang meliputi data tografi, tanah, penggunaan lahan (land use), iklim,
hidrologi dan sebagainya,
(2). Ekonomi, untuk menyusun rekomendasi pola usaha dengan melihat kelayakan
ekonomi kegiatan usaha (feavisibility study)
(3). Kondisi sosial masyarakat kawasan transmigrasi, dana daerah asal masyarakat
pendatang (calon transmigran) agar serasi baik ditinjau dari segi agama /
kepercayaan maupun adat istiadatnya sehari hari sehingga kelak proses adaptasi dan
asimilasi budaya dapat berjalan dengan lancar,
(4). Budaya masyarakat meliputi adat istiadat, tingkah laku (behavior), kebiasaan, cara
hidup masyarakat setempat agar diperoleh referensi dalam upaya penyeserasian
budaya masyarakat setempat dengan masyarakat pendatang / calon transmigran.
Dengan cara ini sehingga proses keharmonisan budaya antara penduduk setempat
dan transmigran tercapai,
(5). Aspirasi dan keinginan masyarakat setempat dan rencana Pembangunan Unit
Pemukiman sehingga dapat disusun rencana teknis tata ruang Unit Pemukiman yang
sesuai dengan aspirasi masyarakat setempat dan kebijakan lokal,
(6). Kondisi lingkungan yang dimulai dari rona lingkungan yang dikumpulkan dan
diarahkan untuk penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UPL).
Dengan latar belakang seperti dikemukakan diatas, dan agar kawasan transmigrasi
kedepan atau dimasa mendatang dapat diterima dengan baik oleh Pemerintah Daerah dan
masyarakat setempat sebagian dari kegiatan pembangunan di daerah, maka perlu
dirumuskan suatu konsep Perumahan, Pasar, Pelabuhan, Terminal dan sebagainya serta
fungsi konservasi. Sebagai bagian dari konsep pengembangan wilayah dari daerah maka
pembangunan kawasan transmigrasi dapat dilakukan diwilayah cepat tumbuh dan
strategis, wilayah tertingal dan wilayah perbatasan.
Sehubungan dengan itu keterkaitan antara kegiatan ekonomi setempat (lokal) dan
pengembangan wilayah yang lebih luas perlu terus dikembangkan agar kegiatan
ekonomi kawasan transmigrasi dapat berkembang secara efektif, efisien dan tangguh
yang dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi yang lebih luas.
.
BAB. IV
METODOLOGI PENDEKATAN TEKNIS
Pengukuran Sungai
Dalam hal didalam lokasi terdapat sungai yang dapat berpengaruh terhadap sistem tata air
pemukiman, maka diharuskan untuk melakukan pengukuran terhadap situasi sungai
tersebut. Pengukuran dilakukan dengan syarat sebagai berikut :
Unsur - unsur iklim yang sangat penting dalam budidaya pertanian adalah; curah hujan,
lama bulan basah / kering, suhu, kelembaban dan lama penyinaran matahari. Data iklim
tersebut dapat diperoleh dari Stasiun Klimatologi atau stasiun penakar hujan terdekat
selama periode 10 tahun terakhir.
Hujan sebagai salah satu unsur iklim merupakan komponen ekologi utama pemasok air
dalam sistem produksi tanaman. Namum, karena karakteristiknya yang memang sangat
dinamis, bearagam, dan sulit dikendalikan, maka ketersediaan air yang berharap dari curah
hujan sering mengancam sistem produksi tanaman tersebut. Sebagai akibat dari sifat
ekstrimnya yang kadang melebihi kebutuhan dan kekeringan tanpa ada hujan.
Dengan demikian, maka kesetimbangan air yang tersedia dan jumlah air yang dibutuhkan
berfluktuasi menurut waktu. Akibat keadaan tersebut, pada periode tertentu akan terjadi
kelebihan air, dan terjadi kekurangan air pada periode lainnya, yang mungkin pada saat
periode pertumbuhan tanaman. Stagnasi ketersediaan air tersebut harus dapat diketahui
sebelum membangun kebun agar resiko kegagalan panen yang diakibatkan oleh
kekurangan air lebih kecil. Resiko tersebut dapat diketahui dengan cara memyusun potensi
masa tanam berdasarkan perhitungan neraca air.
Perhitungan Neraca Air Tanah menggunakan kriteria Thornthwaite dan Mather, 1977
dalam Heryani et. al., 2000. Dalam perhitungan tersebut menggunakan pendekatan data
Curah hujan, Evavotranspirasi potensial, Evapotranspirasi aktual, Kadar air tanah, dan
Surplus/Defisit, dengan rumus persamaannya adalah:
CH = ETA KAT Li, dimana CH = curah hujan, ETA = avapotranspirasi aktual (
ETP), KAT = kadar lengas tanah, dan Li = limpasan (surplus/depisit).
Tanah sebagai faktor tumbuh tanaman, memiliki arti penting terhadap pertumbuhanya,
yaitu: (1). Sebagai tempat berjangkar dan berkembang sistem perakaran serta pelindung
akar dari gangguan mekanik, dan (2). Sumber hara dan air bagi kebutuhan tanaman.
Apalagi jika tanaman tersebut diharapkan untuk menghasilkan produksi secara maksimal,
tentunya harus dibudidayakan pada tanah - tanah yang secara agronomis sesuai terhadap
pertumbuhanya.
Sifat agronomis disini bukan semata - mata didasarkan pada tingkat kesuburan tanah yang
identik dengan penambahan pupuk, tetapi lebih dari itu bahwa kondisi perakaran yang
dapat menghambat tumbuh dan berkembangnya akar lebih dulu diperhatikan. Faktor -
faktor penghambat ini bisa berasal dari sifat fisik yang dimiliki tanah dan atau senyawa
kimia yang pada tingkat tertentu meracuni perakaran.
Sebagai acuan dalam pengamatan tanah ini adalah Pedoman Pengamatan Tanah di Lapang
(Dok, LPT, 1969), yang dilakukan dengan cara: (a). Pemboran, (b). Deskripsi Profil
Pewakil, (c). Pengambilan Contoh Tanah, dan (d). Penggambaran Peta Satuan Peta Lahan.
Dengan mengikuti rintisan topografi setiap jarak 250 meter dilakukan pengamatan.
Pengamatan tanah melalui pemboran dilakukan sedalam 120 cm atau sampai bahan induk
untuk kedalaman tanah yang kurang dari 120 cm. Sifat - sifat yang diteliti pada pemboran
ini mengacu terhadap Pedoman pengamatan tanah di lapang (Dok. LPT. 1969) atau Soil
Survey Manual (USDA, 1962).
Untuk tanah gambut, pemboran dilakukan sampai lapisan tanah moneral dengan
menggunakan bor gambut. Pengamatan meliputi kedalaman gambut, tingkat
kematangannya dan lapisan tanah dibawahnya. Kualitas potensi gambut perlu ditentukan
berdasarkan analisis kadar abu sehingga diketahui jenis gambut tersebut.
Untuk tanah - tanah aluvial yang belum menunjukan tingkat perkembangnnya, kriteria
terpenting adalah variabilitas tanah yang mungkin rumit, kendala - kendala drainase /
banjir dan potensi irigasi sehingga perlu dilakukan pengamatan tambahan agar variabilitas
tersebut dapat diketahui dengan pasti.
(b). Deskripsi Profil Pewakil
Tujuan dari deskripsi profil ini adalah untuk mengklasifikasikan dan penamaan tanah di
kawasan studi. Klasifikasi tanah ditetapkan dengan mengacu pada TOR Survei Kapabilitas
Tanah (PPT, 1983) dengan disertai padanan nama tanah sistem Taksonomi Tanah (USDA,
1990), dan sistem FAO/UNESCO (1985).
Pembuatan profil tanah harus mewakili satuan tanah. Untuk luasan satuan tanah yang
lebih dari 500 ha, perlu diwakili oleh lebih satu profil pewakil. Kedalaman profil tanah
adalah 150 - 180 cm atau sampai lapisan bahan induk untuk kedalaman tanah kurang dari
batas tersebut. Deskripsi morfologi dari profil tersebut dilakukan dengan menggunakan
kaidah dan simbol seperti yang diuraikan pada Pedoman pengamatan tanah di lapang
Dok.LPT. 1969.
Contoh tanah profil diambil dari setiap lapisan/ horison sebanyak ± 1kg. Sedangkan
contoh tanah komposit merupakan kumpulan sub contoh dari tanah lapisan atas yang
diambil 1 contoh per 25 Ha dengan kedalaman 0 - 30 cm pada Lahan Pekarangan. Untuk
pola tambak, kerapatan pengambilan 1 contoh per 50 Ha dengan kedalaman 0 - 30 cm dan
30 - 60 cm. Dari semua contoh ini kemudian dicampur dan diambil ± 1kg untuk dianalisa
di laboratorium, yang untuk setiap satuan tanah diambil minimal 2 contoh. Untuk contoh
tanah utuh diambil pada masing - masing satuan tanah utama yang memiliki lereng
< 25 %.
Kualitas lahan (Land Quality) yang dinilai menurut karakteristik lahan (Land
Characteristic) yang dimilikinya, dan mengacu terhadap Kriteria Kesesuaian Lahan
Komoditi Pertanian dari Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslitanak, 2000).
Beberapa karakteristik lahan (Land Characteristic) yang dimaksud adalah meliputi: (a).
Temperatur, yang merupakan nilai rata - rata bulanan, (b). Ketersediaan air, yang meliputi
; curah hujan pada masa pertumbuhan, lama bulan kering, dan kelembaban. (c).
Ketersediaan oksigen, yang berupa drainase tanah, (d). Media perakaran yang meliputi ;
tekstur, bahan kasar, dan kedalaman efektif, kedalaman gambut, dan kematangan gambut,
(e). Retensi hara, yang meliputi ; KTK, Kejenuhan basa, pH, dan C-Organik, (f).
Tosisitas, yang berupa salinitas, (g). Sodisitas, yang berupa alkalinitas, (h). Bahaya
sulfidik, yang berupa kedalaman sulfidik, (i). Bahaya erosi, yang meliputi ; lereng dan
bahaya erosi, (j). Bahaya banjir, yang berupa genangan, dan (k). Penyiapan lahan, yang
meliputi batuan dipermukaan dan singkapan batuan.
Data informasi sosial-budaya dan ekonomi disekitar lokasi studi, dapat diperoleh melalui
pengamatan langsung dilapangan melalui wawancara / quisioner terhadap masyarakat,
pedagang, kelompok tani dan PPL. Sedangkan untuk menunjang informasi tersebut
dilengkapi dengan data sekunder dari Desa, Kecamatan, dan instansi terkait.
Khusus untuk lokasi - lokasi transmigrasi yang sudah ada disekitar lokasi studi, Konsultan
hendaknya mengevaluasi sampai sejauh mana tingkat keberhasilan yang sedah dicapai
oleh transmigran tersebut dengan mengacu terhadap Kep. Men. 269/Men/1984.
Berkaitan dengan hal tersbut diatas, Konsultan harus mendapatkan data informasinya yang
dapat diperoleh dari: (a). Kecamatan / Kabupaten / Kota Dalam Angka, (b). Rencana
Umum Tata Ruang Kabupaten / Provinsi, dan (c). Instansi terkait (Dinas Pertanian /
Perkebunan, Kimpraswil, Kehutanan, dll).
Pengamatan visual tanah dasar menggunakan bor tangan setiap 1 Km dengan kedalaman
1.5 m dan pembuatan bor log lengkap dengan derkripsi tanah visual dan tinggi muka air
tanah.
Penyelidikan Summer Quarry
Summer quarry adalah material timbunan (sected naterial), material perkerasan dan
material lain yang digunakan dalam pembangunan jonstruksi jalan. Penyelidikan yang
dilakukan adalah:
Material timbunan, pengambilan minimal masing - masing 1 contoh tanah tidak
terganggu dan contoh tanah terganggu dari lapisan tnah sedalam 1.5 m dari permukaan
tanah dengan memakai alat bor tangan,
Material perkerasan (sub base kelas C yaitu sirtu atau laterit atau
sejenis).
Pemeriksaan perkerasan dilakukan dengan secara visual saja. Pengamatan sirtu berupa
kekerasan dan gradasinya sedangkan pengamatan visual laterit dengan melakukan
pengeboran sedalam 1.5 m dari muka tanah,
Mencari sumber - sumber material lain seperti kayu
dll
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, hasil analisis terhadap data topografi harus disajikan
dalam bentuk Peta Kemiringan Lahan pada skala 1:10.000 (untuk semua areal studi), dan
Peta Topografi pada skala 1:5.000 (untuk LP/FU dan LU I). Ketentuan kelas kemiringan
lahan, adalah sebagai berikut; kelas A kemiringan lahan 0-3 %, kelas B kemiringan lahan
4-8 %, kelas C kemiringan lahan 9-15 %, kelas D kemiringan lahan 16-25 %, kelas E
kemiringan lahan 26-40 %, dan kelas F kemiringan lahan > 40 %. Sedangkan Peta
Topografi harus menyajikan garis kontur yang memiliki selang ketinggian 0.5 M.
Kelompok kemiringan lahan tersebut akan dipakai dalam menilai kesesuaian lahannya,
dan desain tata ruang.
(2). Analisa Iklim dan Sumberdaya Air.
Lahan pada setiap SP terdiri dari lahan yang diberikan kepada transmigran (kapling)
dan lahan yang dialokasikan kepada fasilitas umum. Lahan yang diserahkan menjadi
milik transmigran dalam Pembuatan RTSP/RTUPT ini nanti adalah :
2. Kuburan = 1 – 2 Ha
3. Tanah Kas Desa = 10 Ha
4. Test Farm = 2 – 4 Ha
5. Penggembalaan = 3 – 5 Ha
Kemiringan Lahan
2. Lahan usaha I = 0 –8 %
3. Lahan usaha II = 0 – 15 %
Daya Tampung
Jumlah kepala keluarga pada setiap SP seharusnya 500 KK, jumlah tersebut
dipertimbangkan sebagai jumlah ideal. Jumlah lebih kecil bisa diterima, dengan
jumlah minimum 200 KK. Tafsiran dari jumlah KK diberikan sampai kelipatan 10
KK.
Jarak Tempuh
Lahan Konservasi
50 meter dari kiri dan kanan sungai besar / lereng yang curam
Patok – patok batas pembukaan lahan dipasang pada titik batas lahan yang akan dibuka
dan dibuat sesederhana mungkin, karena batas – batas yang rumit akan sulit diikuti oleh
kontraktor pembukaan lahan. Batas pembukaan lahan dapat mudah diidentifikasi dari jalan
yang ada atau detail alam terdapat pada areal tersebut misalnya sungai.
2. Jalan poros yang memberikan aksesibilitas untuk segala cuaca dari pusat SP
3. Jalan desa yang memberikan aksesibilitas untuk segala cuaca dari pusat SP kelahan
pekarangan.
Lebar perkerasan, ROW dan lebar jalur hijau untuk masing – masing kelas jalan adalah
sebagai berikut :
Kelas Jalan Perkerasan Lebar ROW Ja
Organisasi konsultan ini disusun berdasarkan kebutuhan sesuai arahan yang tertuang
didalam Kerangka Acuan Kerja, serta optimalisasi kerja sesuai dengan beban kerja/tugas
yang harus dilaksanakan oleh masing – masing personil. Dengan demikian diharapkan
akan dapat dengan cepat mengakomodasikan kebutuhan dan mengadakan pengumpulan
data seakurat mungkin dan menyampaikan informasi sejelas mungkin kepada pelaku
pembuat kebijakan, sehingga mesukan teknis dapat tersusun dengan baik dan konsisten.
Untuk mendapatkan hasil pekerjaan sesuai dengan yang dimaksud dengan Kerangka
Acuan Kerja, maka konsultan menyusun organisasi penanganan pekerjaan yang
disesuaikan dengan Kerangka Acuan Kerja serta berdasarkan pendekatan pelaksanaan
pekerjaan. Dalam penyusunan organisasi penanganan pekerjaan dibagi dalam tiga bagian
yaitu :
a. Surveyor Tanah
b. Surveyor Topografi
a. Estimator
b. Drafter
c. Operator Komputer
Struktur organisasi pelaksanaan yang akan terlibat dalam pekerjaan ini disajikan pada
Gambar 4.1, sedangkan pengalaman kerja masing – masing Tenaga Ahli disajikan pada
lampiran.
b. Melaksanakan pekerjaan identifikasi dan evaluasi data dan informasi dari study
terdahulu maupun survey lapangan.
c. Mengadakan hubungan dengan pihak proyek dan instansi lain yang terkait dengan
pekerjaan dimaksud guna penunjang kegiatan proyek.
e. Sebagai tenaga senior planologi melakukan inventarisasi semua data-data yang ada
dilapangan yang berhubungan dengan pekerjaan ini.
5.4.2. Geodesi
Sarjana Teknik Geodesi ( S1 ) dengan pengalaman minimal 3 ( tiga ) tahun dalam
pekerjaan pengukuran dan pemetaan bidang pengembangan kawasan.
Tugas Utama Geodetic adalah bertanggung jawab pada hal – hal berikut :
Tugas Utama seorang Ahli Tanah adalah bertanggung jawab pada hal – hal berikut :
a. Memimpin dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pekerjaan survey analisa
tanah guna memberikan masukan kepada anggota team lainnya dalam analisa proyek.
b. Bertanggung jawab terhadap survey baseline dan survey kesesuaian lahan dan
melakukan koordinasi dengan instansi terkait yang berkaitan dengan survey ini.
c. Melakukan kajian alternatif pemanfaatan proyek ditinjau dari lainnya seperti perikanan,
peternakan, dan budidaya pertanian lainnya yang dapat menambah nilai manfaat dari
adanya proyek ini.
Tugas Utama seorang Ahli Teknik Sipil adalah bertanggung jawab pada hal – hal
berikut :
a. Memimpin dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap Jaringan Jalan yang terkait
dengan pekerjaan study dimaksud.
b. Membuat dan membantu pembuatan laporan yang diperlukan team leader bersama
anggota lainnya.
5.4.5. Ahli Agro - Sosek
Sarjana Pertanian ( S1 ) atau Sarjana Sosial ( S1 ) dengan pengalaman minimal 3 ( tiga )
tahun dalam bidang Agronomi dan Sosial Ekonomi kemasyarakatan.
Tugas Utama seorang Ahli Agro - Sosek adalah bertanggung jawab pada hal – hal berikut
:
b. Bertanggung jawab terhadap survey baseline dan survey kesesuaian lahan dan
melakukan koordinasi dengan instansi terkait yang berkaitan dengan survey ini.
c. Melakukan kajian alternatif pemanfaatan proyek ditinjau dari lainnya seperti perikanan,
peternakan, dan budidaya pertanian lainnya yang dapat menambah nilai manfaat dari
adanya proyek ini.
e. Membuat dan membantu pembuatan laporan yang diperlukan team leader bersama
anggota lainnya.
Tugas Utama seorang Ahli Hidrologis adalah bertanggung jawab pada hal – hal berikut :
a. Membantu team leader dalam menyiapkan data, iklim, curah hujan, evapotranspirasi.
b. Melakukan analisa dan perhitungan water balance, ketersediaan air, debit banjir dan
debit andalan.
Tugas Utama seorang Ahli Sipil Jalan Raya adalah bertanggung jawab pada hal – hal
berikut :
a. Bekerja sama dengan anggota team lainnya untuk menentukan metode dan format serta
jenis data yang diperlukan untuk analisis dan menentukan desain standar serta
perkiraan biaya pembangunan jalan dan jembatan.
Tugas Utama seorang Ahli Lingkungan adalah bertanggung jawab pada hal – hal berikut :
a. Memimpin dan bertanggung jawab terhadap pengambilan data yang berkenaan dengan
lingkungan.
b. Melakukan semua kegiatan yang mencakup pengumpulan data, analisis dan menyusun
rekomendasi mengenai hal-hal yang menyangkut aspek lingkungan akibat pekerjaan
dimaksud.
c. Melakukan analisa dampak potensial yang diperkirakan akan terjadi berpedoman pada
standar baku mutu lungkungan.
d. Menyusun laporan UKL dan UPL.
e. Membuat dan membantu pembuatan laporan yang diperlukan oleh Team Leader.
Semua tenaga ahli yang tergabung dalam tim berada dibawah koordinasi dan manajemen
dari seorang Ketua Tim yang bertanggung jawab kepada Pimpinan Proyek secara teknis.
Agar pekerjaan dapat selesai tepat pada waktunya dan tercapai suatu efisiensi penggunaan
tenaga ahli maka perlu dijadwalkan penggunaan tenaga ahli. Tenaga ahli akan ditugaskan
sesuai dengan keahlian dan jangka waktu tertentu. Diharapkan dengan adanya
penjadwalan penugasan tenaga ahli maka pekerjaan berlangsung lebih efisien.
Volume Pekerjaan Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) dan Rencana
Teknis Jalan (RTJ) = 1 Paket di lokasi Truntum Kabupaten Kotawaringin Barat dapat
dilihat pada tabel 5.1