Anda di halaman 1dari 12

II.

1 Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Kekhalifahan bani Abbasiyah merupakan kelanjutan dari kekhalifahan bani Umayyah,


dimana pendiri dari Khilafah ini adalah keturunan Al-Abbas, paman Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alihi wasallam, yaitu Abdullah al-Saffah ibnAli ibn Abdullah ibn al-Abbas
Rahimahullah, kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, yaitu dari
tahun 132 H (750 M) s/d. 656 H (1258 M). (Khoiriyah, 2012, p. 86)

Pandangan publik dari sutu golongan Alawiyin adalah lebih dekat kepada Rasulullah
SAW, karena kedudukan Fatimah yang menjadi anak baginda, dan juga kedudukan Ali
yang menjadi sepupu dan menantu baginda, karena keutumaan Ali yang telah memeluk
islam lebih dahulu dari yang lain-lain serta perjuangan nya yang terkenal untuk
menggerakkan islam. Tetapi golongan Abbasiyah setelah berkuasa lantas mengumumkan
bahwa mereka lebih utama dari Bani Hasyim untuk mewarisi Rasulullah SAW kerena
nenek moyang meraka adalah paman baginda dan pusaka peninggalan tidak diperoleh
pihak sepupu, jika ada paman , dan ketutunan dari anak perempuan tidak mewarisi pusaka
datuk dengan adanya pihak ‘ashabah. (Syalabi, 2003, p. 17)

Dasar-dasar Pendirian Dinasti Abbasiyah antara lain:

1. Dasar kesatuan untuk menghadapi perpecahan yang timbul di dinasti sebelumnya


2. Dasar universal tidak terlandaskan oleh kesukuan
3. Dasar politik dan administrasi menyeluruh, tidak diangkat atas dasar keningratan
4. Dasar kesamaan hubungan dalam hukum bagi setiap masyarakat islam
5. Pemerintahan bersifat muslim moderat, ras arab hanyalah dipandang sebagai salah
satu bagian saja diantara ras-ras lain
6. Hak memerintah sebagai ahli waris nabi masih tetap di tangan mereka (Lintas Jari,
2017)

II.2 Wilayah Kekuasaan Dinasti Abbasiyah

Pada masa daulat Abbasiyah kekuasaan Islam bertambah luas dengan pusat
pemerintahaanya di Bagdad. Perluasa kekuasaan dan pengaruh islam bergerak ke Wilayah
timur Asia Tengah, Hindia dan perbatasan Cina. Ini terjadi masa Khalifah Al-Mahdi (158-
169H).

Penguasaan Byzantium berlangsung dalam waktu yang lama. Penyerangan Byzantium


terhadap Islam pada masa Khalifah Al-Mansyur dapat ditangkis oleh tentara Islam pada
tahun 138 H. Pada tahun 165 H, dimasa khalifah Al-Mahdi, umat Islam berhasil memasuki
selat Bosporus yang membuat Ratu Irene menyerah dan berjanji membayar upeti. Pada
masa daulat Bani Abbasiyah ini Wilayah Islam sangat luas, yaitu meliputi wilayah yang
telah dikuasai oleh Bani Umayyah, antara lain Saudi Arab, Kuwait, Irak, Iran, Yordania,
Palestina (Israel), Libia, Tunisia, Aljazair, Maroko, spanyol, Afghanistan, Pakistan.

Daerah-daerah tersebut diatas memang belum sepenuhnya berada di wilayah Bani


Umayyah. Namun di jaman Bani Abbasiyah perluasan daerah dan penyiaran Islam
semakin berkembang sehingga meliputi daerah : Turki, Wilayah-wilayah Armenia dan
daerah sekitar Laut Kaspia, yang sekarang termasuk Wilayah Uni Soviet, wilayah bagian
Barat India dan Asia Tengah, dan wilayah perbatasan Cina sebelah Barat.

Seluruh Wilayah-wilayah yang telah memeluk agama Islam tersebut tidak seluruhnya
dibawah kekeuasaan Bani Abbasiyah di Bagdad, seperti Andalusia (Spanyol), Afrika
Utara dan Mesir, Syam serta India dan lainnya. (Misbah & Qusyairi, 2001, p. 28)

II.3 Kebijakan Dinasti Abbasiyah

Sikap politik Daulat Bani Abbasiyah berbeda dengan Daulat Bani Umayyah, sebab
didalam daulat Bani Abbasiyah pemegang kekuasaan lebih merata, bukan hanya dipegang
oleh bangsa Arab, tetapi lebih demokratif, melihat bahwa kekuasaan itu harus dibagi-bagi
dalam segala kekuataan masyarakat, maka bangsa Persia juga diberi wewenang untuk
memegang kekuasaan, begitu juga bangsa Turki dan lainnya. Adapun para penguasa dalam
menjalankan kekuasaanya, lebih mengutamakan kepada pembangunan terhadap wilayah
yang dikuasai. Adapun kebijakan yang diambil lebeih terperinci adalah sebagai berikut :

a) Para kholifah tetap keturunan Arab sedangkan para menteri, gubernur panglima
dan pegawai diangkat dari bangsa Persia.

2
b) Kota Bagdad sebagai ibu kota, dijadikan kota Internasional untuk segala kegiatan
ekonomi, politik, sosial dan budaya, sehingga berkumpullah sebagai bangsa Arab,
Persi, Romawi, Hindia, Zindi, Barbar dan sebagainya.
c) Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatau yang sangat mulia dan berharga. Pada
Khalifah membuka kesepakatan pengembangan ilmu pengetahuan seluas-luasnya.
d) Rakyat bebas berfikir serta memperoleh hak asasinya dalam segala bidang. Seperti
Aqidah, Ibadah, Filsafat, dan Ilmu pengetahuan.
e) Para menteri keturunan Persia diberi hak penuh menjalankan pemerintahan,
sehingga mereka memegang peranan penting dalam memajukan kebudayaan
Islam.
f) Daulat Abbasiyah berkat usaha Kahlifah yang sungguh-sungguh membangun
ekonominya. Mereka memiliki perbendaharaan yang berlimpah-limpah
disebabkan penghematan dalam pengeluaran
g) Dari segi sosial yang meliputi susunan masyarakat keluarga, kehidupan pribadi dan
sebagainya, disusun sebagai berikut: Masyarakat dibagi atas dua kelompok, yaitu
kelompok khusus dan kelompok umum. Kelompok umum terdiri dari seniman,
ulama’, fuqoha, pujangga, saudagar, pengusha, kaum buruh dan para petani.
Sedangkan kelompok khusus terdiri dari Khalifah, keluarga Khalifah, pembesar
negara, bangsa dan petugas-petugas negara.
h) Dalam pengenbangan ilmu pengetahuan, para Khalifah banyak mendukung
perkambangan tersebut, sehingga banyak buku-buku yang dikarang dalam
berbagai ilmu pengetahuan, serta buku-buku pengetahuan berbahasa asing
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. (Misbah & Qusyairi, 2001, p. 29)

II.4 Pola Pemerintahan Dinasti Abbasiyah

Selama dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda


sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya. Berdasarkan perubahan pola
pemerintahan dan politik itu, para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abbas
menjadi lima periode yaitu:

1. Periode pertama (132- 232 H/750-847 M), disebut periode pengaruh Persia
pertama.
2. Periode kedua (232-334 H/847-945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.

3
3. Periode ketiga (334-447 H/945-1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih
dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh
Persia kedua.
4. Periode keempat (447-590 H/1055-1194 M), masa kekuasaan daulat Bani Saljuk
dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh
Turki kedua.
5. Periode kelima (590-656 H/ 1194-1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad (Khoiriyah,
2012, p. 86)

II.5 Khalifah-khalifah Dinasti Abbasiyah

1) Abu al-Abbas bin Muhammad Al-Saffah (132-136 H /750-754 M)


2) Abu Ja’far bin Muhammad Al-Manshur (136-158 H /754-775 M)
3) Abu Abdullah Muhammad Al-Mahdi (158-169 H /775-785 M)
4) Abu Musa Al-Hadi (169-170 H /785-786 M)
5) Abu Ja’far Harun Al-Rasyid (170-193 H /786-809 M)
6) Abu Musa Muhammad Al-Amin (193-198 H /809-813 M)
7) Abu al-Abbas bin Muhammad Al-Ma’mun (198-218 H /813-833 M)
8) Abu Ishak Muhammad Al-Mu’tashim (218-227 H /833-842 M)
9) Abu Ja’far Harun Al-Watsiq (227-232 H /842-847 M)
10) Abu Al-Fadhl Ja’far Al- Mutawakkil (232-247 H /847-861 M)
11) Abu Ja’far Muhammad Al-Mustanshir (247-248 H /861-862 M)
12) Abu Al-Abbas Ahmad Al-Musta’in (248-252 H /862-866 M)
13) Abu Abdullah Muhammad Al-Mu’tazz (252-255 H /866-869 M)
14) Abu Ishak Muhammad Al-muhtadi (255-256 H /869-870 M)
15) Abu Al-Abbas Ahmad Al-Mu’tamid (256-279 H /870-892 M)
16) Abu Al-Abbas Ahmad Al-Mu’tadhid (279-289 H /892-902 M)
17) Abu Muhammad Ali Al-Muktafi (289-295 H /902-905 M)
18) Abu Al-Fadhl Ja’far Al-Muqtadir (295-320 H /905-932 M)
19) Abu Manshur Muhammad A-Qahir (320-322 H /932-934 M)
20) Abu Al-Abbas Ahmad Al-Radhi (322-329 H /934-940 M)
21) Abu Ishak Ibrahim Al-Muttaqi (329-332 H /940-944 M)
22) Abu Al-Qasim Abdullah Al-Mustakfi (332-334 H /944-946 M)
4
23) Abu Al-Qasim Al-Mufadhdhal Al-Muthi’ (334-362 H /946-974 M)
24) Abu Al-Fadhl Abdul Karim Al Tha’i (362-381 H /974-991 M)
25) Abu Al-Abbas Ahmad Al-Qadir (381-422 H /991-1031 M)
26) Abu Ja’far Abdullah Al-Qa’im (422-467 H /1031-1075 M)
27) Abu Al-Qasim Abdullah Al-Muqtadhi (467-487 H /1075-1094 M)
28) Abu Al-Abbas Ahmad Al-Mustazhhir (487-512 H /1094-1118 M)
29) Abu Manshur al-Fadhl Al-Mustarsyid (512-529 H /1118-1135 M)
30) Abu Ja’far Al-Manshur Al-Rasyid (529-530 H /1135-1136 M)
31) Abu Abdullah Muhammad Al-Muqtafi (530-555 H /1136-1160 M)
32) Abu Al-Muzhaffar Al-Mustanjid (555-566 H /1160-1170 M)
33) Abu Muhammad Al-Hasan Al- Mustadhi’ (566-575 H /1170-1180 M)
34) Abu Al-Abbas Ahmad Al-Nashir (575-622 H /1180-1225 M)
35) Abu NashrMuhammad Al-Zhahir (622-623 H /1225-1226 M)
36) Abu Ja’far Al-Manshur Al-Mustanshir (623-640 H /1226-1242 M)
37) Abu Ahmad Abdullah Al-Musta’shim (640-656 H /1242-1258 M) (Syalabi,
2003, p. 19)

II.6 Bentuk-bentuk Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah

Bentuk-bentuk peradaban islam di masa Bani Abbasiyah, dapat dibagi menjadi


beberapa bentuk yakni :

1. Kota-kota pusat peradaban

Diantara kota pusat peradaban bani abbasiyah yang terkenal adalah :

 Bagdad, merupakan kota yang paling indah yang dikerjakan oleh lebih dari
100.000 pekerja, dipimpin oleh Hajaj bin Arthal dan Amran bin Wadldlah.
Terdapat istana di pusat kota, asrama pengawal, rumah keppala polisi, dan rumah-
rumah keluarga khalifah. Istana disebut “Qoshruzzabad” dengan luas 160.000
hasta persegi, dibuat sangat indah membujur padanya empat jalan utama keluar
kota .
 Samarra, letaknya di sebelah timur sungai tigtris, kurang lebih 60 Km dari kota
Bagdad. Nama Samarra diberikan oleh khalifah Al-Manshir. Ketika peresmian,
dimana para undangan sangat terkesan atas keindahan kota Samarra. SARRA

5
MANRA’A yang berarti senang memandangnya. Dikota ini terdapat 17 istana
yang cantik mungil yang menjadi contoh-contoh seni kota-kota lain.

2. Bangunan-bangunan
 Madrasah, didirikan pertama kali oleh Nizamul mulk, seorang perdana mentri pada
tahun 456 – 486 M, terdapaay di kota Bagda, Muro, Tabrisan, Naisabur, Hara,
Isfahan, mausil, Basrah dan kota lain.
 Kuttab, yaitu tempat bagi pelajar tingkat rendah dan menengah
 Masjid, biasanya digunakan untuk tempat belajar tingkat tinggi dan takhassus
 Majelis Munadharah, tempat pertemuan para pujangga, ahli fikir dan para sarjana
untuk menseminarkan masalah-masalah ilmiah, majlis ini banyak dijumpai di kota
– kota besar
 Darul Hikmah, merupakan perpusatakan pusat, di bangun oleh khalifah Harun Al-
Rayid dan diteruskan oleh Al-Makmun
 Masjid Raya Kordova, dibangun tahun 786 M
 Masjid Ibnu Taulon diKairo, dibangun tahun 876 M
 Istana Al-Hamra di Kordova
 Istana Al-Cazar dan lain-lainnya.

3. Invention atau penemuan-penemuan dan tokoh-tokohnya

Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para alim ulama,
berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan bidang-bidang ilmu
pengetahuan antara lain :

 Ilmu Filsafat
a) Al – Kindi (194 – 260 H = 809 -873 M), buku karangannya sebanyak 236 judul
b) Al – farabi (wafat tahun 390 H =916 M) dalam usia 80 tahun. Orang Eropa
menyebutkanya Al – Pharabius, karangan yang masih tinggal ada 12 judul
c) Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H)
d) Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H)
e) Ibnu Shina (370 – 428 H = 980 -1037 M). orang eropa menyebutnya Avicena.
Disamping seorang filosofi, ia juga seorang dokter dan ahli musik. Karangan yang

6
terkenal adalah : Shafa (terdiri dari 18 jilid), Najat, Qanun, Sadidiya (terdiri dari 5
jilid), Danes Nameh, Najmul Hikmah (terdiri dari 10 jilid), Al-Qanun Fi At Thib
(buku tentang kedokteran yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin)
f) Al – Ghazali (tahun 450 – 505 H = 1058 -1101 M). ia digelari sebagai Hujjatul
Islam, buku karangannya berjumlah 70 judul walaupun usianya hanya 55 tahun.
Buku karangannya yang terkenal, anatara lain : Al- Munqizh Minadl –Dlalal,
tahuful Falasifah, Mizanul Amal, Ihya Ulumuddin, Al – Wajiz, Mahkun Nazzar,
Myazul Ilmi, Maqasidul Falasifah
g) Ibnu Rusyd (520 – 595 H =1126 -1198 M). di barat namanya dikenal AVEROES.
Diantara buku karangannya yang dikenal adalah : Mabadiul Falasifah, Kulliyaat,
Taffsir Urjuza, Kasful Afillah, Kitab dogma- dogma dan lain- lainnya

 Bidang kedokteran

Ada beberapa perguruan tinggi kedokteran yang terkenal, antara lain :

a. Sekolah tinggi kedokteran di Yunde Shapur (Iran). Perguruan ini telah termansyur
sejak sebelum islam
b. Sekolah tinggi kedokteran di Harran, Syria
c. Sekolah tinggi kedokterandi Bagdad

Para dokter adan ahli kedokteran islam yang terkenal antara lain adalah :

a) Jabir bin Hayyan (wafat tahun 161 H = 778 M), di anggap sebagai bapak Ilmu
Kimia. Buku karangannya sebanyak 500 judul.
b) Hunain bin Ishaq (194 – 264 H = 810 -878 M ), ahli mata yang terkenal, disamping
terkenal seorang penerjemah buku-buku bahasa asing
c) Ar-Razi atau Razes (251-313 H= 809-873 M). karangannya terkenal dalam bidang
penyakit campak dan cacar yang diterjemahkan dalam bahasa latin.

 Bidang matematika

Hasil dari penerjemah buku asing dari Yunani, Persia, dan Hindia ke dalam bahasa
Arab adalah bidang ilmu matematika. Adapun para ahlli ilmu tersebut adalah:

a. Umar Al-Farukhan, dia adalah insinyur arsitek pembangunan Kota bagdad.


7
b. Al-Khawarizmi, dia pengarang kitab Al-Gebra (Al-Jabar), ahli matematika
terkenal. Ia juga penemu angka 0 (nol), sedangkan angka 1 sampai 9 berasal dari
Hindia yang dikembangkan oleh islam.
c. Banu Nusa, yaitu anak-anak Syakir Musa. Mereka ada 3 orang, mereka menulis
banyak buku dan ilmu ukur.
 Bidang Astronomi

ilmu Astronomi atau perbintangan berkembang subur di kalangan umat islam,


sehingga banyak para ahli yang terkenal dalam ilmu perbuntangan ini, seperti :

a) al- Fazari, seorang pencipta Astrolobe yaitu alat pengukur tinggi jarak bintang-
bintang
b) al-Battani atau Al betagnius, bukunya telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin.
Al Battani lebih dikenal dibandingkan Al-Khawarizmi dalam ilmu perbintangan
c) abul Wafak, ia menemukan jalan ketiga dari bulan ( jalan ke 1 dan ke 2 telah
diitemukan oleh orang Yunani)
d) al-Farghoi atau alFrafenius, disamping para sarjana ahli astronomi yang trekenal,
di berbagai kota dibangun beberapa observatiorium, yang antara lain terdapat di
Bagdad dan Jende Shahpur. Ada juga observatotium milik pribadi, yaitu milik
Thobit biin Qurra dan milik Al-battani

 Bidang seni ukir

Dalam bidang seni ukir, umat islam cukuo terekenal dengan hasil seninya pada
botol tinta, papan catur, payur, vas / jambangan bunga, butung-burung, pohon-pohonan

 Bidang-bidang lain

Seperti seni sastra, seni lukis, seni sulam, seni arsitektur serta berbagai bidang ilmu
agama. (Misbah & Qusyairi, 2001, pp. 37-41)

II.7 Masalah – masalah besar yang dihadapi golongan Abbasiyah

8
Golongan Abbasiyah mengahadapi banyak kesulitan dan pernah tergugat karena
banyaknya nyawa dan jiwa orang-orang yang tidak berdosa menjadi korban dalam usaha
untuk mendirikan kerjaan mereka. Dengan demikian tidak berarti tamatnya perjuangan
mereka, juga tidak menghapuskan kesulitan dan kerumitan yang mereka hadapi, bahkan
perjuangan merka terus berjalan dengan kekuatan dan keganasan yang sama seperti
sebelumnya guna memelihara kerjaan dan melindungi kepentingan-kepentingannya
masalah demi masalah terus muncul di hadapan khalifah-khalifah Abbasiyah. Masalah-
masalah itu termasuk menumpas golongan alawiyah yang bangkit menetang golongan
Abbasiyah dari waktu ke waktu, begitu juga gerakan memadamkan api pemberontakan
yang meletus di kalangan golongan Abbasiyah sendiri dikalangan orang-orang yang
keturunan parsi yang bermula membantu usaha untuk mendirikan kerajaan Abbasiyah,
kemudian berpaling dan membuat kekacauan, dan lain-lain pemberontakan lagi.

Sikap para khalifah Abbasiyah ini telah diterangkan oleh Ibnu Taba-tiba katanya,
“kerajaan Abbasiyah adalah suatu kerjaan yang mempunyai tokoh penipu dan pintar
memutar balik fakta. Unsur tipu daaya dan memperdayakan adalah lebih banyak daripada
unsur kekuatan dan kekerasan.

Terdapat suatu hakikat yang patut di tonjolkan yaitu pemberontakan demi


pemberontakan dan kekacauan demi kekacauan yang meletus dizaman pemerintahan
Abbasiyah merasa bahwa kerajaan mereka senantiasa terancam, dan sebagai langkah
untuk memelihara kestabilannya, mereka mengambil tindakan membunuh yang kadang-
kadang hanya karena curiga semata-mata. Dengan demikian muncul gerakan demi gerakan
anti kerajaan, dan seterusnya tindakan-tindakan pembalasan kerajaan dengan membunuh
dan menindas. Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di zaman Abbasiyah :

1. Golongan Alawiyah
Golongan ini telah berjuang sangat lama dan mengalami kesukaran, tetapi dalam
sekejap mata perjuangan mereka berhasil terlepas dari tangan orang lain, walaupun
dibayar dengan darah dan nyawa. Karena itulah mereka bangkit dan semangat dan
menggoncang istana pemerintahan Abbasiyah serta mencoba meruntuhkannya,
untungnya tapak pemerintahan Abbasiyah itu amat kukuh adan tidak mudah
diruntuhkan. Sehingga, timbulah pertarungan diantar kedua kekuatan tersebut.
Golongan Alawiyah terus melakukan pemberontakan dan perlawanan sementara

9
golongan Abbasiyah menggunakan seluruh tenaga dan kekuatan untuk menindas
dan menekan. Sehingga ahli-ahli sejarah menyebut bahwa penderitaan golongan
Alawiyah akibat kekejaman yang dilakukan oleh golongan Abbasiyah lebih
daripada penderitaan sewaktu bani Ummaiyah.
2. Golongan Khawarij
Golongan khawarij mulai muncul di zaman pemerintahan Abbasiyah yang
pertama, setelah mereka mengalami mereka mengalami keganasan dan kekejaman
golongan Bani Umaiyah. Golongan khawarij dikenal sebagai golongan yang berani
mati dan tidak gentar kepada pertumpahan darah. Kelompok seperti mereka ini
senantiasa menumpas musuh dan menimbulkan ketakutan di kalangan pihak yang
menentang. Gerakan-gerakan mereka muncul dari masa ke masa di sepanjang
zaman pemerintahan Abbasiyah.
Di zaman pemerintahan khalifah Abu Ja’far al-Masur, negeri-negeri di
Afrika Utara merupakan gelanggang bagi gerakan-gerakan khawarij. Umar bin
Hafs yang menjadi pegawai pemerintah di negeri-negeri tersebut orang-orangnya
telah mengalami kesulitan yang besar dalam usaha melawan golongan khawarij.
Begitu juga penduduk di negeri-negeri berkenan mengalami berbagai intervensi
dan penindasan dari golongan tersebut Abu Hatim, seorang pemimpin golongan
khawarij dan pengikut-pengikutnya mengepung kota Qairawan sehingga keadaan
penduduknya semakin sulit, perbendaharaan Negara tidak mempunyai uang lagi
untuk dibelanjakan dan rakyat semakin kurang mendapat bahan makanan.
Pengepungan itu berjalan selama 8 bulan. Tentara kerajaan berusaha pagi dan
petang untuk bertempur dengan tentara khwaraij itu, guna mematahkan
pengepungan sehingga mereka terancam kelaparan dan terpaksa memakan
binatang-binatang tunggangan dan anjing yang mera bawa. Umar bin haft terbunuh
dalam salah satu pertempuran dengan golongan khawarij tersebit ketika mendengar
hal itu, khalifah Abu Ja’far al-Mansur segera mengirimkan sepasukan tentara
sebanyak 60 ribu orang yang dipimpin Yazid bin Hatim. Tentara khalifah itu
berhadapan muka dengan tentara khawarij yang bibantu oleh orang barbardan
berhasil menumpaskan serta menomptak-poeandakannya. Kurang lebih sebanyak
30 orang diantar kaum khawarij sambil beteriak untuk menuntut balasan kematian
umar bin hafs
3. Kelompok Zindiq
10
Pada mulanya perkataan Zindiq itu sebutan untuk penganut-penganutnya
ajaran Mani atau Tsanwi, yaitu penyembah-penyembah cahaya terang dan gelap
kemudian pengertiannya menjadi luas dan meliputi setiap mulhid atau pembuat
bid’ah. Kemudian berubah lagi dan menjadi sebutan untuk pihak yang
bermahzabnya bertentangan dengan mahzab Ahlus-Sunnah, dan kadang-kadang
menjadi sebutan untuk para penyair dan penulis yang menghayati kehidupan
berhibur-hibur dan berfoya-foya sengan meminum khamar, dan akhlak yang
rendah.
Gerakan zindiq telah muncul sebelum kedatangan Agama Islam. Ia bukan
saja bertentangan dengan ajaran Islam, bahkan juga dengan semua agama serta
nilai-nilai dan norma-norma akhlak yang sehat. Kelompoknya yang paling terkenal
dipelopori oleh Mazdak, yang muncul di zaman Qabaz bin Fairuz bapak dari Anu
Syirwan Maharaja Parsi. Mazdak telah menyeru orang banyak berzindiqm
menghalalkan perkara-perkara yang haram dan jangan melarang saudara-
saudaranya yang berbuat demikian. Golongan Zindiq berpegang teguh dengan apa
yang dianutnya. Sehingga khalifah al-mahdi merupakan khalifah Abbasiyah yang
paling kuat menindas dan menghukum golongan zindiq. Beliau telah melantik
seorang pegawai yang khusus untuk tujuan ini. Diantara yang menyandang jawatan
tersebut ialah Umar al-Khalwidani dan Muhammad bin Isa Hamdawaih yang telah
membunuh banyak orang-orang zindiq, sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu-
Atsir.
4. Kelompok Khurramiyah
Kelompok ini berasal dari nama sebuah kota parsi, yaitu khurramah. Juga di
namakan Hurramiyah karena ia mengharamkan pembunuhan, pencabulan,
peperangan, dan penyeksiaan. Kelompok ini telah ada sebelum kemunculan babuk,
san merupakan lanjutan dari ideologi mazdak yang mempercayai tentang
kembalinya roh ke dunia dalam jasmani lain, menikmati kelezatan nafsu syahwat,
dan menghalalkan perkongsian isteri, tetapi sebagaimana yang dikatakan, ia
mengharamkan pembunuhan, peperangan, dan penyiksaan.
Dizaman babuk, telah menghalalkan apa yang diharapkan apa yang di haramkan,
babuk ini telah mengambil kesempatan dari kesulitan-kesulitan yang timbul
sebelum zaman pemerintahan Khalifah al-Ma’mun dan di masa-masa
kebelakangan pemerintahannya. Babuk telah muncul di Azarbaijan pada tahun 201
11
H, dan pengaruhnya kian meluas sehingga hampir dapat memisahkan wilayah-
wilayah Parsi pemerintahan Arab. (Syalabi, 2003, p. 137)

II.8 Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Abbasiyah

Semenjak awal pemerintahan Harun al-Rasyid (786-809) problem suksesi


menjadi sangat kritis. Harun telah mewasiatkan tahta kekhilafahan kepada putra
tertuanya, al-Amin dan kepada putranya yang lebih muda bernama al-Ma’mun,
seorang gubernur Khurasan dan orang yang berhak menjabat tahta khilafah
sepeninggal kakaknya. Setelah kematian Harun, al-Amin berusaha mengkhianati hak
adiknya dan menunjuk anak laki-lakinya sebagai penggantinya kelak. Akibatnya
pecahlah perang sipil. Al-Amin didukung oleh militer Abbasiyah di Baghdad,
sementara al-Ma’mun harusberjuang untuk memerdekakan Khurasan dalam rangka
untuk mendapatkan dukungan dari pasukan perang Khurasan. Al-Ma’mun berhasil
mengalahkan saudara tuanya, al-Amin dan mengklaim khilafah pada tahun 813,
namun peperangan sengit tersebut tidak hanya melemahkan kekuatan militer
Abbasiyah melainkan juga melemahkan warga Irak dan sejumlah propinsi lainnya.
(Dalimunthe, 2015)
Pada masa kemunduran dan kehancuran dinasti Abbasiyah dikarenakan beberapa
faktor, antara lain :
a. Faktor intern, yaitu kemewahan hidup dikalangan penguasa memberi peluang
kepada para tentara profesional dan bangsa lain untuk mengambil alih kekuasaan,
perebutan ke kuasaan antara keluarga (pengganti lemah) yang ditambah dengan
masuknya unsur bangsa lain sehingga terjadi persaingan, kemerosotan ekonomi,
konflik keagamaan terutama kelompok Sunni dan Syi’ah, dan wilayah ke
khalifahan Abbasiyah yang terlalu luas menyebabkan tidak terjangkaunya
pemerintahan dan kemudian banyak dinasti yang muncul melepaskan diri dari
Abbasiyah.
b. Faktor ekstern dengan persaingan antarbangsa, ancaman dari luar : banyaknya
pemberontakan, Bani Fatimiyah (Syi’ah) berdiri di Mesir, serangan dinasti mongol
dipimpin Hulagu Khan, yang menyebabkan Baghdad rata dengan tanah dan
berakhirlah dinasti Abbasiyah (Khoiriyah, 2012, p. 114)

12

Anda mungkin juga menyukai