Anda di halaman 1dari 11

PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI BUWAIHIYAH DAN

DINASTI SALJUKIYAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas sebagai

Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu : Dr. Moh. Slamet Untung, M.Ag.

Disusun oleh :

1. Nur Indanah (2021113252)


2. Muhammad Arroyan (2021115108)
3. Muhammad Khafifudin (2021115147)
4. Muhammad Khoirul Imam (2021115196)
5. Annisa Muslimah (2021115251)

Kelas A

JURUSAN TARBIYAH / PAI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

( IAIN ) PEKALONGAN

2016
A. PENDAHULUAN

Pada masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah, umat Islam mencapai puncak


kebudayaan dan peradaban. Dimana dalam catatan sejarah Dinasti Abbasiyah
juga muncul dinasti-dinasti kecil, diantaranya ialah Dinasti Buwaihiyah dan
Dinasti Saljukiyah. Munculnya kedua dinasti tersebut tidak lepas dari
melemahnya kepemerintahan Abbasiyah.

Antara Dinasti Buwaihiyah dan Saljukiyyah masing-masing mempunyai


peran andil selama kekuasaan Dinasti Abbasiyah, yaitu dinasti Buwaihiyah
berperan dalam melemahkan dan mempersempit ruang kekuasaan dinasti
Abbasiyyah, serta dinasti Saljukiyyah mampu memperkuat serta
mempertahankan kelangsungan dinasti Abbasiyyah, disebabkan perbedaan
paham dalam keagamaan, dinasti Buwaihiyah menganut paham Syiah
sedangkan dinasti Saljukiyah menganut paham Sunni, sementara Abbasiyah
sendiri menganut paham Sunni.

Terlepas dari adanya perbedaan pemahaman serta aspek-aspek lainnya,


dari kedua dinasti tersebut banyak kemajuan-kemajuan yang dicapai pada
masa kekuasaanya.

2
B. PEMBAHASAN
1) Dinasti Buwaihi (333 H/945 M-447 H/1055 M)
a. Sejarah Berdiri Dinasti Buwaihi
Dinasti Buwaihi didirikan oleh tiga bersaudara, yaitu Ali bin
Buwaihi, Hasan bin Buwaihi, dan Ahmad bin Buwaihi, yang
mendapat gelar dari Khalifah Al-Mustakil sebagi: Imad al-Daulah
(Fondasi Negara), Rukh al-Daulah (Penyangga Negara), dan Muizz
al-Daulah (Penegak Negara).1
Perjalanan dinasti ini dapat dibagi dalam dua periode. Pertama,
merupakan periode pertumbuhan dan konsolidasi, sedangkan perode
kedua adalah periode defensif, khususnya di wilayah Irak dan Iran
Tengah. Dinasti ini mengalami perkembangan pesat ketika Dinasti
Abbasiyah di Baghdad milai melemah dan mengalamai kemunduran
ketika pengaruh Tugrul Beg dari Dinasti Saljuk mulai meningkat.
Peninggalan diansti ini antara lain berupa observatorium di Baghdad
dan sejumlah perpustakaan di Syiraz dan Isfahan.2
Dari awal dinasti ini yang berlangsung hingga satu seperempat
abad memerintah, daulah ini telah diperintah oleh 11 orang
penguasa. Para penguasa tersebut adalah sebagai berikut:
a) Ibnu Ahmad Buwaihi (Mu’iz al-Daulah) tahun 334-356 H
b) Bakhtiar (Izz al-Daulah) tahun 356-367 H
c) Abu Syuja’ Khusru (Adhdu al-Daulah) tahun 367-372 H
d) Abu Kalyajar (Shamsham al-Daulah) tahun 372-376 H
e) Abu Fawarits (Syiraf al-Daulah) tahun 376-379 H
f) Abu Nashr Fairus (Baha’ al-Daulah) tahun 379-403 H
g) Abu Syuja’ (Sulthon al-Daulah) tahun 403-411 H
h) Musyrif al-Daulah tahun 411-416 H
i) Abu Thahir (Jalal al-Daulah) tahun 416-435 H
j) Abu Kalyajar al-Marzuban (Imad ad-Daulah) tahun 435-440 H
1
Abuddin Nata, Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi Penddikannya (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2012) hlm. 224
2
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2010) hlm. 277-278

3
k) Abu Nashr Kushr (al-Malik al-Rahim) tahun 440-447 H3

b. Masa Kehancuran Dinasti Buwaihi


Ada dua faktor yang menyebabkan hancurnya Dinasti
Buwaihiyah yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara
lain:
 Perebutan kekuasaan di kalangan keturunan bani Buwaihiyah
 Pertentangan dalam tubuh militer antara golongan Dailam dan
keturunan Turki.
 Perpecahan antara kalangan anak cucu penguasa, yang berdampak
kepada peperangan di antara mereka.
 Munculnya kekuatan lain yang ingin memisahkan diri dari
kekuasaan Dinasti Buwaihiyah.
Adapun faktor eksternal antara lain:
 Semakin gencarnya serangan Byzantium ke dunia Islam.
 Banyak dinasti-dinasti kecil yang membebaskan diri dari
kekuasaan pusat di Baghdad.
 Mulai adanya serangan dari Dinasti Saljuk.4

c. Momentum-Momentum Penting Selama Dinasti Buwaihiyah


1) Bidang Ilmu Pengetahuan. Khalifah al-‘Adhud mendukung
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan sastra, yang itu
diikuti oleh putranya, Syaraf al-Daulah. Ilmuwan yang muncul
antara lain Ibnu Maskawih, Abu al-A’la al-Ma’ari, Abd al-
Rahman al-Shufi dan kelompok Ikhwan al-Shafa.
2) Bidang Pembangunan: kanal-kanal, masjid, sekolah, rumah sakit,
lembaga penyantun dan observatorium. Baha’ al-Daulah bersama
wazirnya, Sabur ibn Ardasyir membangun di Baghdad akademi

3
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Teras, 2011) hlm. 189-190
4
Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam ( Yogyakarta: Teras, 2012) hlm. 147-148

4
lengkap dengan perpustakaan yang menyimpan 10.000 buku yang
berada di Bain al-Surain, yang bernama Dar al-Ilm.
3) Pembangunan rumah sakit Bimaristan al-‘Adhudi ( Academic of
Learning) tahun 978 M yang memiliki 24 tenaga medis dan
dijadikan sebagai pusat studi kedokteran.
4) ‘Adhud al-Daulah berhasil mempersatukan beberapa wilayah
kerajaan kecil di Persia dan Irak.5
5) Banyak diskusi-diskusi ilmiah yang dilakukan tidak hanya di
masjid-masjid atau rumah-rumah pribadi, melainkan di kedai-
kedai, alun-alaun, dan taman-taman kota serta banyaknya toko
buku yang menjamur di Baghdad selama masa Abbasiyah.6
6) Pada zaman pemerintahan adhdu al-Daulah hubungan dengan
khalifah al-tha’i waktu itu dinilai harmonis. Pada masa ini pula
penguasa buwaihi mulai memakai gelar al-malik. Kota lain yang
maju pada zaman bani Buwaihi ini selain kota Baghdad adalah kota
Syiraz dan Ray.
7) Kemajuan-kemajuan di atas, juga diikuti oleh kemajuan
perdagangan, bidanng ekonomi, pertanian, dan industry. Khusus
kaitanya dengan industry ini pada saat itu industri permadani
kembali terwujud. Kemajuan-kemajuan yang dicapai tersebut tentu
ditopang oleh stabilitas politik dan keamanan yang mantap.
Sehingga dengan situasi kondusif itu menjadikan kuat danhidupnya
banyak sector perekkonommian yang menopang ekonomi dan
ketahanan negara.7

5
Khoiriyah, Ibid hlm. 146-147
6
Abuddin Nata, Op.Cit hlm. 228-229
7
Imam Fu’adi, Op.Cit hlm. 191-193

5
1) Dinasti Saljuk (469 H/1077 M-706 H/1307 M)
a. Sejarah Berdiri Dinasti Saljuk
Dinasti Saljuk merupakan salah satu dinasti yang utama dari
bangsa Turki dan banyak perkembangan yang signifikan yang terjadi
pada masa pemerintahan dinasti ini.8
Dinasti Saljuk didirikan oleh Seljuk bin Duqaq dari suku Guzz
di Turkestan, yang menguasai Asia Barat daya pada abad ke ke-11
yang akhirnya mendirikan sebuah kekaisaran yang meliputi kawasan
Mesopotamia, Suriah, Palestina, dan sebagian besar Iran. Akan
tetapi, tokoh yang dipandang sebagi pendiri Dinasti Saljuk yang
sebenarnya adalah Tugril Beg, karena ia berhasil memperluas
wilayah kekuasaan Dinasti Saljuk dan mendapat pengakuan dari
Dinasti Abbasiyah.
Dinasti ini dibagi menjadi lima cabang, yaitu Saljuk Iran, Saljuk
Turki, Saljuk Kirman, Saljuk Asia Kecil dan Saljuk Suriah.9
Peninggalan dinasti ini adalah Kizil Kule (Menara Merah) di
Alanya, Turki Selatan, yang merupakan pangkalan pertahanan Bani
Saljuk dan Masjid Jumar di Isfahan, Iran.10
b. Raja-raja yang Berkuasa
1) Thugril Bek Rahimahullah (455 H/1063 M)
2) Alp Arselan Rahimahullah (455-465 H/1063-1072 M)
3) Maliksyah (465-485 H/1072-1092 M)
4) Mahmud Al-Ghazi (485-487 H/1092-1094 M)
5) Barkiyaruq (487-498 H/1094-1103 M)
6) Maliksyah II (498 H/1103 M)
7) Abu Syuja’ Muhammad (498-511 H/1103-1117 M)
8) Abu Harits Sanjar (511-522 H/1117-1128 M)11

8
Abdul Syukur al-Azizi, Kitab Peradaban Islam Terlengkap (Jogjakarta: Saufa, 2014) hlm.
394
9
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2010) hlm. 278
10
Ibid, hlm. 278
11
Khoiriyah, Op.Cit hlm. 160-161

6
c. Masa Kehancuran Dinasti Saljuk
Dinasti Saljuk mengalami masa kehancuran tatkala
meninggalnya Sultan Maliksyah disusul oleh perdana menterinya
Nizam al-Mulk pada tahun 1092 M.12
Setelah kematian Sultan Maliksyah maka kepemimpinan
dilanjutkan oleh Burqiyaraq, kemudian silih berganti kepemimpinan
hingga pada masa Muhammad Abu Syuja’ (1117-1128 M) inilah
Dinasti Saljuk mengalami kehancuran, ditandai dengan jatuhnya
kekuasaan Saljuk di Turkistan oleh Khawarizm. Dari sinilah maka
kesultanan Saljuk yang dahulu besar kini menjadi kesultanan-
kesultanan kecil, yang mereka tidak menyatakan tunduk di bawah
satu kesultanan besar, sebagaimana yang terjadi pada masa
pemerintahan Thugrul Baek I, Aib Arselan dan Sultan Maliksyah.13
Adapun faktor-faktor kehancuran Dinasti Saljuk antara lain:
1) Perselisihan yang terjadi di dalam keluarga Saljuk.
2) Masuknya pengaruh kaum wanita dalam pemerintahan.
3) Munculnya api fitnah oleh para pejabat negara.
4) Ketidakmampuan pemerintahan Saljuk dalam menyatukan
wilayah Syam, Mesir dan Irak di bawah panji kekuasaan
Bani Abbas.
5) Terjadinya friksi di dalam kekuasaan Saljuk hingga
menimbulkan bentrok militer yang terus menerus.
6) Konspirasi orang-orang aliran Bathiniyah terhadap Dinasti
Saljuk.
7) Terjadinya perang Salib.14

12
Khoiriyah, Ibid, hlm. 163
13
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah Terj. Samson
Rahman (Jakarta: Pustaka Kautsar, 2004 cet. II) hlm. 35-36
14
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Ibid. hlm. 36-37

7
d. Momentum-Momentum Penting Selama Dinasti Saljuk
1) Dalam bidang keagamaan, Nidham al-Muluk mendirikan
sekolah-sekolah yang disebut dengan, Madaris Nidhamiyyah. Al-
Ghazali merupakan salah satu pengajar di sekolah-sekolah ini dan
berjasa dalam memformulasikan paham Sunni.15
2) Terdapat dua aliran besar yang memandang dunia dengan cara
berbeda, yang oleh Watt disebut dengan mentalitas Arab dan
mentalitas Persia.
3) Perkawinan antara kalangan kaum Saljuk dengan kalangan bani
Abbasiyah terjadi ketika Khalifah Al-Qa’im menikah dengan anak
saudara Tughrul Bey, Al-Asfahani mengatakan bahwa pada bulan
Muharram tahun 448 H, Khalifah telah berakad untuk menikah
dengan saudara Tughrul Bey, Khadijah binti Daud bin Mika’il,
dengan tujuan untuk memuliakan serta menyanjung Tughrul Bey,
serta Khalifah al-Muqtadi juga telah mengawini putri Sultan
Maliksyah tahun 475 H.
4) Penaklukkan Asia Kecil di antara pertempuran-pertempuran
bersejarah ialah pertempuran Malazkurd, antara Saljuq melawan
Romawi. Dimana sebelumnya Maharaja Romanus Diogeses
menolak untuk berdamai dan menentang Alb Areslan.
Sikap Maharaja tersebut telah mendorong kaum Saljuk untuk
mati-matian bertempur, hingga akhirnya kemenangan berada di
tangan kaum Saljuk, dan Romanus bersedia untuk mengikat
perdamaian.16
5) Dinasti Saljuk mampu mencegah rencana penyatuan wilayah
Timur Arab oleh pemerintahan Fathimiyah/Ubaidiyah di Mesir
untuk berada di bawah satu payung pemerintahan mereka yang
Syiah.

15
Dudung Abdurrahman, dkk., Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga
Modern (Yogyakarta: Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, 2003), hlm. 136-137
16
Ahmad Shalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 3 Terj. Muhammad Labib Ahmad
(Jakarta: PT. Pustaka Al Husna, 2003) hlm. 285-286

8
6) Mampu menghadang gerakan Salibisme yang dipimpin
imperium Byzantium, sebagaimana mereka juga telah berusaha
untuk menghadang gelombang serbuan Mongolia.
7) Mampu mengangkat tingi-tinggi panji-panji madzhab Sunni di
wilayah-wilayah kekuasaannya.17
8) Terdapat kelompok-kelompok yang menimbulkan ketakutan di
negeri-negeri wilayah Saljuk, diantaranya ialah kelompok
Hasysyasyin yang terkenal dengan perbuatan kejam, menipu dan
membunuh yang di ketuai oleh Hasan bin Sabah, yang dalam
bahasa Inggris disebut dengan Assasins yang berarti pembunuh
atau penumpah darah.
9) Pembangunan gedung-gedung besar yang dihiasi oleh ukiran-
ukiran cantik dan gambar-gambar yang warna-warni, juga
pembangunan kota Bukhara dan Tembok Madinah, serta
membangun sebuah masjid di Samarkand yang indah dan dua buah
mahligai yang besaar. 18

17
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Loc. Cit hlm. 37
18
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Op.Cit hlm. 287-289

9
C. PENUTUP
Berdasarkan uraian dan paparan di atas, dapat dikemukakan analisis dan
catatan penutup sebabagi berikut.
Pertama, Dinasti Buwaihi merupakan bani perpaham Syi’ah yang telah
berkuasa secara defacto atas dinasti Abbasiyah selama satu seperempat Abad.
Namun dalam kekuasaannya pada masa khalifah-khalifah Abbasiyah tertentu
melebihi khalifah Abbasiyah, hal ini disebabkan karena lemahnya figur
kepemimpinan khalifah-khalifah Abbasiyah. Bahkan khalifah bagi mereka
hanyalah seperti boneka. Dinasti ini hanya mengalami kejayaan pada 3 anak
Buwaihi dan Adhdu al-Daulah. Namun mengalami kehancuran karena
banyaknya pertikaian dan saling menggulingkan antara sesama amîr.
Kedua, Dinasti Saljuk dirintis oleh Saljuk ibn Tuqaq, yang kemudian
dideklarasikan pada masa Thugrul Bek yang mendapat pengakuan dari
khalifah al-Qaim. Dinasti ini telah memberikan sumbangan yang besar
terhadap peradaban Islam, yang telah menjadikan dunia Islam sebagai pusat
ilmu pengetahuan dan peradaban. Dinasti Saljuk mengalami masa
kemunduran yang disebabkan oleh faktor internal, terjadi perebutan
kekuasaan antara anggota keluarga. Disamping itu faktor ekstemal juga yaitu
terjadinya penyerangan oleh tentara Romawi.
Kehancuran Dinasti Saljuk merupakan tonggak kehancuran Daulah
Abbasiyah secara nyata, walaupun dalam 400 tahun sebelum itu benih-benih
kemundurannya ini sudah terlihat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung (et.al). 2003. Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik
Hingga Modern. Yogyakarta: Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga
Fu’adi, Imam. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Teras
Khoiriyah. 2012. Reorientasi Wawasan Sejarah Islam. Yogyakarta: Teras
Muhammad Ash-Shalabi, Ali. 2004. Bangkit dan Runtuhnya Khilafah
Utsmaniyah Terj. Samson Rahman. Jakarta: Pustaka Kautsar, cet. II
Munir Amin, Samsul. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah
Nata, Abuddin. 2012. Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi
Penddikannya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Syalabi, A. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam 3 Terj. Muhammad Labib
Ahmad. Jakarta: PT. Pustaka Al Husna
Syukur al-Azizi, Abdul. 2014. Kitab Peradaban Islam Terlengkap. Jogjakarta:
Saufa.

11

Anda mungkin juga menyukai