Anda di halaman 1dari 9

Nama:M.

Satriadi Syaputra

Kelas:8.3

Mata pelajaran: Pai dan Bp

Tahun pembelajaran:2021/2022

Judul Makalah: Pertumbuhan pada masa taula Abasiyyah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sejarah terungkap bahwa Islam bukan hanya sebagai konsepsi ajaran semata akan tetapi
Islam telah menjadi peradaban besar. Dunia intelektual mengakui bahwa peradaban yang tinggi
tersebut ternyata banyak memberikan konstribusi yang begitu besar terhadap lajunya
perkembangan ilmu pengetahuan. Pada saat Eropa atau peradaban barat tengah mengalami
kegelapan atau ketumpulan ilmu, di daerah Islam telah berada pada kemajuan ilmu pengetahuan
yang cukup pesat seperti pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah.

Terbentuknya Daulah Abbasiyah ini adalah kelanjutan dari Daulah Bani Umaiyyah. Dinamakan
Khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas, paman
Nabi Muhammad saw. Daulah Abbasiyah ini didirikan oleh Abdullah Al-Saffah Ibnu Muhammad bin
Ali Ibnu Abdullah Ibnu Al-Abbas, dan berkuasa dalam rentang waktu yang cukup lama yakni dari
tahun 132 H. / 750 M – 656 H. / 1258 M.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemerintahan Daulah Abbasiyah

Pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan sebelumnya dari Bani
Umayyah. Pendiri dari Daulah Abbasiyah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn
Abdullah ibn al-Abbas. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang
waktu yang cukup panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa
pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima periode:

a. Periode Pertama (132 -232 H / 750-847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama.

b. Periode Kedua (232- 334 H /847-945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.

c. Periode Ketiga (334- 447 H / 945-1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam
pemerintahan Khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut

d. juga masa pengaruh Persia kedua.

e. Periode Keempat (447- 590 H / 1055-l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam
pemerintahan Khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di
bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk Agung).

f. Periode Kelima (590- 656 H / 1194-1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain,
tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa
Mongol.

B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Abbasiyah

Pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan sebelumnya dari Bani
Umayyah. Pendiri dari Daulah Abbasiyah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn
Abdullah ibn al-Abbas. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang
waktu yang cukup panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa
pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima periode:

a. Periode Pertama (132 -232 H / 750-847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama.

b. Periode Kedua (232- 334 H /847-945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.

c. Periode Ketiga (334- 447 H / 945-1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam
pemerintahan Khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut
d. juga masa pengaruh Persia kedua.

e. Periode Keempat (447- 590 H / 1055-l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam
pemerintahan Khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di
bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk Agung).

f. Periode Kelima (590- 656 H / 1194-1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain,
tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa
Mongol.

Berikut ini adalah silsilah Bani Abbasiyah sampai khalifah ke-15 dari 37 khalifah secara keseluruhan.

[09.04, 21/5/2022] ..: B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Abbasiyah

Pada masa Daulah Abbasiyah merupakan masa keemasan (The Golden Age) bagi umat Islam. Pada
masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban, dan
kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi
dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke dalam bahasa Arab. Fenomena ini
kemudian yang melahirkan cendekiawan- cendekiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi
baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Adapun cendekiawan-cendekiawan Islam pada masa
Daulah Abasiyah adalah:

a. Bidang ilmu Filsafat

Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu filsafat ini adalah Abu Nasyar Muhammad bin Muhammad
bin Tarhan yang dikenal dengan al-Farabi, Abu Yusuf bin Ishak yang dikenal dengan al-Kindi, Ibnu
Sina, al-Ghazali, Ibnu Rusd, Ibnu Bajah dan Ibnu Tufail.

b. Bidang ilmu Kedokteran

Tokoh cendekiawan Islam di bidang kedokteran ini adalah Jabir bin Hayyan yang dikenal sebagai
bapak ilmu kimia, Hunaian bin Ishak yang dikenal sebagai ahli penerjemah buku-buku asing, Ibnu
Sahal, ar-Razi (ahli penyakit campak dan cacar), dan Thabit Ibnu Qurra.

c. Bidang ilmu Matematika

Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu matematika ini adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi
(penemu huruf nol) yang dengan bukunya Algebra, Geometri Ilmu Matematika, Umar bin Farukhan
(bukunya Quadripartitum), Banu Musa (ilmu mengukur permukaan, datar, dan bulat).

d. Bidang ilmu Falak

Tokoh cendekiawan Islam dibidang ilmu Falak ini adalah Abu Masyar al- Falaky (bukunya Isbatul
Ulum dan Haiatul Falak), Jabir Batany (membuat teropong bintang), Raihan Bairuny (bukunya al-
Afarul Bagiyah’ainil Khaliyah, Istikhrajul Autad dan lain-lain).

e. Bidang ilmu Astronomi

Tokoh cendekiawan Islam di bidang Astronomi adalah al-Farazi (pencipta Astro Lobe), al-
Gattani/Albetagnius, al-Farghoni atau Alfragenius.
f. Bidang ilmu Tafsir

Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu Tafsir ini adalah Ibnu Jarir at-abary, Ibnu Atiyah al-
Andalusy, as-Suda, Mupatil bin Sulaiman, Muhammad bin Ishak dan lain-lain.

g. Bidang ilmu Hadis

Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu Hadis ini adalah Imam Bukhari, Imam Muslim, Ibnu Majah,
Abu Daud, at-Tarmidzi, dan lain-lain

h. Bidang ilmu Kalam (tauhid)

Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu Kalam ini adalah Wasil bin Atha’, Abu Huzail al-Allaf, ad-
Dhaam, Abu Hasan al-Asy’ary, Hujjatul Islam Imam al-Gazali. Pembahasan ilmu tauhid semakin luas
dibandingkan dengan zaman sebelumnya.

i. Bidang ilmu Tasawuf (ilmu mendekatkan diri pada Allah Swt.)

Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu Tasawuf ini adalah al-Qusyairy dengan karyanya ar-RiŚalatul
Qusyairiyah, Syahabuddin dengan karyanya Awariful Ma’arif, Imam al-Gazali dengan karyanya al-
Bashut, al-Wajiz, dan lain-lain.

j. Para imam Fuqaha (ahli fiqh)

Tokoh cendekiawan Islam para iman Fuqaha ini adalah Imam Abu Hanifah, Imam Maliki, Imam
Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambali, dan para Imam Syi’ah.

Tokoh Ilmuwan Muslim dan Perannya sampai Masa Abbasiyah

Dari umat Islam munculah beberapa tokoh yang ahli di beberapa bidanga ilmu pengetahuan,
seperti di bidang kedokteran, matematika, biologi, dan sejarah.

a. Kedokteran

(1) Ibnu Sina

Ibnu Sina mempunyai nama lengkap Abu Ali Al-Husaini bin Abdullah bin Sina. Beliau dibesarkan
di lembah Sungai Dajlat dan Furat, di tepi selatan Laut Kaspia. Ketika masih kecil beliau telah hafal Al-
Qur’an, menguasai bahasa Arab, serta mendalami ilmu fikih. Ia belajar ilmu Mantik pada seorang
guru filsafat, bahkan gurunya terkejut karena kecerdasannya. Pada usia 17 tahun ia telah memahami
ilmu kedokteran melebihi siapa pun. Oleh karena itu, beliau diangkat manjadi penasihat para dokter
pada masa itu.

(2) Ibnu Rusyd

Nama asli Ibnu Rusyd adalah Abdul Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd. Beliau lahir
diujung barat negeri Islam, yaitu Kordoba, Spanyol. Beliau dibesarkan dalam keluarga yang teguh
menegakkan agama dan berpengetahuan luas. Ketika beliau muda, beliau belajar matematika,
astronomi, filsafat, dan kedokteran. Di Barat beliau dikenal sebagai ahli dan tokoh dibnidang
kedokteran dengan karyanya Al-Kulliyyat yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Atas
kepandaiannya inilah maka pada tahun1182 ia diangkat sebagai dokter pribadi khalifah di Maroko.

(3) Ar-Razi

Ar-Razi bernama lengkap abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi. Didunia Barat dikenal
dengan nama Rhazes. Beliau Lahir di Ray, dekat Teheran pada tahun 251 H dan wafat apada tahun
320 H. Beliau terkenal sebagai dokter pertama dalam pengobatan secara ilmu jiwa, yakni
pengobatan yang dilakukan dengan memberi sugesti bagi para penderita psikomatis.

b. Matematika/Geometri

(1) Al-Khawarizmi

Al-Khawarizmi hidup dari tahun 780 – 850 M. Beliau adalah peletak dasar ilmu matematika
dengan karyanya yang terkenal Al-Jabru wal Muqabbala. Dari buku itu kita mengenal ilmu aljabar
yang dikenalkan diseluruh dunia, yang kini diubah menjadi matematika.

(2) Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi

Jamsyid hidup pada abad ke-7 di kota Samarkand, salah satu provinsi di Uzbekistan. Jamsyid
adalah ulama yang sangat pandai dalam bidang agama dan ilmu pengetahuan. Beliau seorang
profesor dalam bidang matematika dan astronomi di Universitas Samarkand. Beliaulah peletak dasar
aritmatik yang dilakukan atas dasar slide rule yang dianggap sebagai penemuan ilmiah paling penting
dalam matematika.

(3) Sabit bin Qurrah Al-Hirany

Kitab karangannya yang terkenal adalah:

Hisabul Ahillah

Kitabul ‘Adad

(4) Ibnu Haitsam

Kitab karangannya yang terkenal adalah:

Qaulun fi Halli Masalatil ‘Adadiah

Muqaddimah Dalilul Musaba

Ta’liqun fil Jabr

c. Biologi

(1) As-Simay adalah seoranmg ahli bologi. Salah satu buku hasil karya beliau yang terkenal adalah
Kitabun Nabati wasy Syujjar. Buku ini mengupas masalah biologi, terutama bidang tumbuh-
tumbuhan dan pepohonan.

(2) Ibnul Awwan adalah seorang yang ahli dalam bidang biologi, khususnya bidang pertanian.
Bukunya yang terkenal adalah Al-Fallah.
(3) Al-Jahiz seorang yang ahli dalam bidang biologi, khususnya bidang ilmu hewan. Karyanya yang
terkenal adalah Al-Hayawan.

d. Sejarah/Sosiologi

(1) Abu Abdillah Al-Qazwaini dilahirkan pada abad ke-7 hijriah. Beliau terkenal sebagai seorang
ulama dan ahli dalam bidang sejarah. Kitab yang dikarangnya merupakan kitab terbaik pada
masanya dengan judul, Asarul Bilad wa Akhbarul Ibad. Beliau meniliti sesuai dengan judul kitabnya,
yaitu tabiat Negara atau daerah dan apa yang terkenal, disamping menyelidiki keadaan penduduk
dan kehidupannya. Al-Qazwaini juga telah mendahului ilmu modern dalam rincian ilomiahnya dalam
kitabnya itu.

(2) Abu Ar-Raihan Al-Bairuni. Al-Bairuni dilahirkan pada tahun 364 m dan hidup 75 tahun. Beliau
telah menyusun kitab Al-Atsar Al-Baqiah yang merupakan kitab pertama didunia yang meniliti
tentang sejarah, perbedaan bulan, tahun, penanggalan, sebab, dan cara mengistinbatkannya.

C. Perkembangan Kebudayaan pada Masa Bani Abbasiyah

Pusat peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyah adalah:

a. Kota Bagdad, merupakan ibu kota negara Kerajaan Abbasiyah yang didirikan oleh Khalifah Abu
Ja’far al-Mansur (754 – 775 M) pada tahun 762 M. Kota ini terletak di tepian Sungai Tigris. Masa
keemasan Kota Bagdad terjadi pada pemerintahan Khalifah Harun ar-Rasyid (786 – 809 M) dan
anaknya al-Ma’mun (813 – 833M).

b. Kota Samarra, letaknya di sebelah timur Sungai Tigris yang berjarak kurang lebih 60 km dari Kota
Bagdad. Di kota ini terdapat 17 istana mungil yang menjadi contoh seni bangunan Islam di kota-kota
lain. Kemajuan yang dicapai tidak hanya mencakup kepentingan sosial saja, tetapi juga peradaban di
semua aspek kehidupan, seperti: administrasipemerintahan dengan biro-bironya, sistem organisasi
militer, administrasi wilayah pemerintahan, pertanian, perdagangan, dan industri, Islamisasi
pemerintahan, kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi, historiografi,
filsafat Islam, teologi, hukum (fiqh), dan etika Islam, sastra, seni, dan penerjemahan serta
pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan dasar (kuttab), menengah, dan perguruan
tinggi, perpustakaan dan toko buku, media tulis, seni rupa, seni musik, dan arsitek.

Ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah tumbuh dan berkembang dengan suburnya
disebabkan oleh empat faktor :

1). Terjadinya asimilasi budaya antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain seperti Persia, Yunani,
India, yang sudah maju Iptek-nya. Di masa ini banyak bangsa non Arab yang masuk Islam dan sangat
besar sahamnya dalam perkembangan Iptek. Bangsa Persia berjasa dalam ilmu pemerintahan,
filsafat dan sastra. Pengaruh bangsa India terlihat pada ilmu kedokteran, matematika dan astronomi.
Pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan berbagai bidang ilmu, terutama filsafat.

2). Gerakan penterjemahan

berjalan melalui 3 fase:


Fase pertama, pada masa Al-Manshur sampai Harun Al-Rasyid, penterjemahan terfokus pada ilmu
astronomi dan logika (mantiq).

Fase kedua, pada masa Al-Makmun hingga tahun 300 H, terfokus pada ilmu kedokteran dan filsafat.
Dan

Fase ketiga, setelah tahun 300 H, bidang ilmu yang diterjemahkan semakin luas.

3). Perkembangan Bidang Ilmu Naqli :

1). Ilmu Hadis

Diantara tokoh yang terkenal di bidang ini adalah:

a. Imam Bukhari (810-870 M). Nama : Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-
Mughirah bin Bardzibah al-Bukhari. Karyanya : kitab “al-Jami’ al-Shahih al-Bukhari”, “at-Tarikh as-
Sagir”, “at-Tarikh al-Ausat”, “Tafsir al-Musnad al-Kabir”, dll.

b. Imam Muslim (817 – 875 M). Nama : Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Nisaburi.
Dalam rawi hadits, Imam Bukhari dan Imam Muslim sering disebut Syaikhoni (Dua Syekh). Karyanya :
kitab “al-Jami’ al-shahih al-muslim”. Para ulama’ menempatkan kitab Sahih Muslim pada peringkat
kedua sesudah Sahih Bukhari.

c. Ibnu Majah (823-887 M). Nama : Abu Abdillah Muhammad bin Yazid ar-Raba’I al-Qazwani.
Karyanya: kitab “Sunan Ibnu Majah”.

d. Abu Daud (817-888 M). Nama : Abu Dawud Sulaiman bin al-asy’as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad
bin Amr bin Amran al-Azdi as-Sijistani. Karyanya: kitab “Sunan Abu Dawud”.

e. At-Tirmidzi (209-279 H). Nama : Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin Da Dahlat
as-Sulami al-Bugi. Dalam bidang hadits, at_Tirmizi adalah murid Imam Bukhari. Pendapat Imam
Bukhari tentang nilai hadits sering ditampilkan dalam karyanya, “Sunan at-Tirmizi”.

f. An-Nasa’i (830-915 M). Nama : Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Bahr bin sinan. An-Nasa’i menulis
beberapa kitab : as-Sunan al-Kubra, as-Sunan al-Mujtaba’, Kitab Tamyiz, Kitab ad-Du’afa’, Khasa’is
Amirul Mu’minin Ali bin Abi thalib, Musnad Ali, dan Musnad Malik.

2). Ilmu Tafsir

Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode penafsiran: Pertama, tafsir bil-ma’tsur
yaitu, interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari hadis Nabi SAW dan para
sahabatnya. Mufassir masyhur golongan ini antara lain

a. Ibn Jarir at-Thabary dengan tafsirnya sebanyak 30 juz

b. Ibn Athiyah al-Andalusy (Abu Muhammad bin Athiyah)

c. al-Sud’a Muqatil bin Sulaiman yang mendasarkan penafsirannya pada Ibn Abbas, Ibn Mas’ud,
dan para sahabat lainnya.
Kedua, tafsir bil-ra’yi yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan
pikiran dari pada hadis dan pendapat sahabat. Mufassir golongan ini antara lain :

a. Abu Bakar Asma (mu’tazilah),

b. Abu Muslim Muhammad bin Nashr al-Isfahany (mu’tazilah) dengan kitab tafsirnya 14 jilid.

3). Ilmu Fiqih

Dalam bidang fiqih, para fuqaha’ yang ada pada masa Bani Abbasiyah mampu menyusun kitab-kitab
fiqih terkenal hingga saat ini. Ada 4 fuqoha’ yang terkenal dengan sebutan “Imam mazhab empat”

a. Imam Abu Hanifah (700-767 M). Nama : Nukman bin Tsabit, dikenal sebagai pembangun
madzhab Hanafi. Pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di
Kuffah, karena itu mazhab ini lebih banyak menggunakan pemikiran rasional dari pada hadits.
Karyanya: kitab “Musnad al-Imam al-A’dzam” atau fiqih al-akbar. Muridnya dan sekaligus
pelanjutnya, Abu Yusuf, menjadi Qodhi Al-Qudhal di zaman Harun Al-Rasyid.

b. Imam Malik (713-795 M). Nama: Anas bin Malik, terkenal sebagai ahli hadis dan pembangun
Madzhab Maliki. Dia lebih cenderung menggunakan dalil naqli (nash Qur'an dan hadis) dan tradisi
masyarakat Madinah daripada dalil aqli (rasional). Karyanya : yang terbesar berjudul Al-Muwattha',
yang berisi kumpulan Hadits Nabi.

c. Perkembangan madzhabnya tersebar di negara Tunisia, Libiya, Mesir, Spanyol dan daerah Afrika
lainnya.

d. Imam Syafi’i (767-820 M). Nama : Muhammad bin Idris Asy-Syafi'iy, terkenal sebagai
pembangun Madzhab Syafi'iy. Corak pemikiran Madzhabnya : berusaha memadukan antara
madzhab Hanafi yang rasionalis dan Maliki yang ortodoks (salafi).

e. Imam Ahmad ibn Hambal (780-855 M). Nama : Ahmad bin Hanbal. Lahir di Baghdad. Ia terbilang
murid Imam Syafi'iy, dan pembangun Madzhab Hanbali. Karya tulis terbesarnya berjudul : ”Al-
Musnad” yang berisi kumpulan hadis Nabi, dan kitab ”An-Nasikh wal Mansukh”.

4). Ilmu Akhlak dan Tasawuf

Kecenderungan pemikiran yang bersifat filosofi menimbulkan gejolak pemikiran diantara umat islam,
sehingga banyak diantara para pemikir muslim mencoba mencari bentuk gerakan lain seperti
tasawuf. Ilmu tasawuf adalah ilmu hakekat yang pada intinya mengajarkan penyerahan diri kepada
Allah, meninggalkan kesenangan dunia dan hidup menyendiri untuk beribadah kepada Allah.
BAB III

KESIMPULAN

Kemajuan Islam pada Masa Bani Abbasiyah Daulah Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah pada
tahun132 H / 750 M. Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan Daulah Umayyah
yang telah hancur di Damaskus. Kemajuan dan perkembangan pada periode Bani Abbasiyah
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal (dari ajaran agama Islam) dan faktor eksternal
(proses sejarah umat Islam dalam kehidupannya).

Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Abbasiyah Pada masa Daulah Abbasiyah adalah
masa keemasan bagi umat Islam atau yang sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’.

Pusat peradapan Islam pada masa Daulah Abasiyah adalah: di Kota Bagdad dan Kota Samarra.
Kemajuan yang dicapai tidak hanya mencakup kepentingan sosial saja, tetapi juga aspek peradaban
dalam semua aspek kehidupan, seperti: administrasi pemerintahan dengan biro-bironya, sistem
organisasi militer, administrasi wilayah pemerintahan, pertanian, perdagangan, dan industry,
Islamisasi pemerintahan, kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi,
historiografi, filsafat Islam, teologi, hukum (fiqh), dan etika Islam, sastra, seni, dan penerjemahan
serta pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan dasar (kuttab), menengah, dan
perguruan tinggi, perpustakaan dan toko buku, media tulis, seni rupa, seni musik, dan arsitek.

Hikmah mempelajari sejarah pertumbuhan Ilmu pada masa Daulah Abbasiyah: meningkatkan
keimanan kepada Allah Swt., dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya,
menumbuhkan semangat menuntut ilmu baik ilmu agama maupun ilmu dunia seperti yang telah
dicontohkan oleh para cendekiawan Islam mengembangkan nilai-nilai kebudayaan yang sesuai
dengan ajaran Islam, membina rasa kesatuan dan persatuan umat Islam dan kerukunan beragama di
seluruh dunia yang tidak membeda-bedakan suku, bangsa, negara, warna kulit, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai