Nama Kelompok
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judulPerkembangan Peradaban Dan Ilmu
Pengetahuan Pada Masa Daulah Abbasyiah Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi tim penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para
pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah terungkap bahwa Islam bukan hanya sebagai konsepsi ajaran semata akan tetapi Islam telah
menjadi peradaban besar. Dunia intelektual mengakui bahwa peradaban yang tinggi tersebut ternyata banyak
memberikan konstribusi yang begitu besar terhadap lajunya perkembangan ilmu pengetahuan. Pada saat
Eropa atau peradaban barat tengah mengalami kegelapan atau ketumpulan ilmu, di daerah Islam telah berada
pada kemajuan ilmu pengetahuan yang cukup pesat seperti pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah.
Terbentuknya Daulah Abbasiyah ini adalah kelanjutan dari Daulah Bani Umaiyyah. Dinamakan Khilafah
Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas, paman Nabi Muhammad
saw. Daulah Abbasiyah ini didirikan oleh Abdullah Al-Saffah Ibnu Muhammad bin Ali Ibnu Abdullah Ibnu Al-
Abbas, dan berkuasa dalam rentang waktu yang cukup lama yakni dari tahun 132 H. / 750 M – 656 H. / 1258
M.
B. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan sebelumnya dari Bani Umayyah.
Pendiri dari Daulah Abbasiyah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas.
Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,
sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang cukup panjang, dari tahun 132 H
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa
a. Periode Pertama (132 -232 H / 750-847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
b. Periode Kedua (232- 334 H /847-945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.
c. Periode Ketiga (334- 447 H / 945-1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan
e. Periode Keempat (447- 590 H / 1055-l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan
Khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan
f. Periode Kelima (590- 656 H / 1194-1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi
kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.
Berikut ini adalah silsilah Bani Abbasiyah sampai khalifah ke-15 dari 37 khalifah secara keseluruhan.
Pada masa Daulah Abbasiyah merupakan masa keemasan (The Golden Age) bagi umat Islam. Pada masa itu
Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban, dan kekuasaan. Selain
itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya
penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke dalam bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan
cendekiawan- cendekiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu
Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu filsafat ini adalah Abu Nasyar Muhammad bin Muhammad bin Tarhan
yang dikenal dengan al-Farabi, Abu Yusuf bin Ishak yang dikenal dengan al-Kindi, Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu
Tokoh cendekiawan Islam di bidang kedokteran ini adalah Jabir bin Hayyan yang dikenal sebagai bapak ilmu
kimia, Hunaian bin Ishak yang dikenal sebagai ahli penerjemah buku-buku asing, Ibnu Sahal, ar-Razi (ahli
Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu matematika ini adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (penemu
huruf nol) yang dengan bukunya Algebra, Geometri Ilmu Matematika, Umar bin Farukhan (bukunya
Tokoh cendekiawan Islam dibidang ilmu Falak ini adalah Abu Masyar al- Falaky (bukunya Isbatul Ulum dan
Haiatul Falak), Jabir Batany (membuat teropong bintang), Raihan Bairuny (bukunya al-Afarul Bagiyah’ainil
Tokoh cendekiawan Islam di bidang Astronomi adalah al-Farazi (pencipta Astro Lobe), al-Gattani/Albetagnius,
Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu Tafsir ini adalah Ibnu Jarir at-abary, Ibnu Atiyah al-Andalusy, as-Suda,
Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu Kalam ini adalah Wasil bin Atha’, Abu Huzail al-Allaf, ad-Dhaam, Abu
Hasan al-Asy’ary, Hujjatul Islam Imam al-Gazali. Pembahasan ilmu tauhid semakin luas dibandingkan dengan
zaman sebelumnya.
Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu Tasawuf ini adalah al-Qusyairy dengan karyanya ar-RiŚalatul
Qusyairiyah, Syahabuddin dengan karyanya Awariful Ma’arif, Imam al-Gazali dengan karyanya al-Bashut, al-
Tokoh cendekiawan Islam para iman Fuqaha ini adalah Imam Abu Hanifah, Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam
Dari umat Islam munculah beberapa tokoh yang ahli di beberapa bidanga ilmu pengetahuan, seperti di
a. Kedokteran
Ibnu Sina mempunyai nama lengkap Abu Ali Al-Husaini bin Abdullah bin Sina. Beliau dibesarkan di
lembah Sungai Dajlat dan Furat, di tepi selatan Laut Kaspia. Ketika masih kecil beliau telah hafal Al-Qur’an,
menguasai bahasa Arab, serta mendalami ilmu fikih. Ia belajar ilmu Mantik pada seorang guru filsafat, bahkan
gurunya terkejut karena kecerdasannya. Pada usia 17 tahun ia telah memahami ilmu kedokteran melebihi
siapa pun. Oleh karena itu, beliau diangkat manjadi penasihat para dokter pada masa itu.
(2) Ibnu Rusyd
Nama asli Ibnu Rusyd adalah Abdul Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd. Beliau lahir diujung barat
negeri Islam, yaitu Kordoba, Spanyol. Beliau dibesarkan dalam keluarga yang teguh menegakkan agama dan
berpengetahuan luas. Ketika beliau muda, beliau belajar matematika, astronomi, filsafat, dan kedokteran. Di
Barat beliau dikenal sebagai ahli dan tokoh dibnidang kedokteran dengan karyanya Al-Kulliyyat yang telah
diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Atas kepandaiannya inilah maka pada tahun1182 ia diangkat sebagai
(3) Ar-Razi
Ar-Razi bernama lengkap abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi. Didunia Barat dikenal dengan nama
Rhazes. Beliau Lahir di Ray, dekat Teheran pada tahun 251 H dan wafat apada tahun 320 H. Beliau terkenal
sebagai dokter pertama dalam pengobatan secara ilmu jiwa, yakni pengobatan yang dilakukan dengan
b. Matematika/Geometri
(1) Al-Khawarizmi
Al-Khawarizmi hidup dari tahun 780 – 850 M. Beliau adalah peletak dasar ilmu matematika dengan
karyanya yang terkenal Al-Jabru wal Muqabbala. Dari buku itu kita mengenal ilmu aljabar yang dikenalkan
Jamsyid hidup pada abad ke-7 di kota Samarkand, salah satu provinsi di Uzbekistan. Jamsyid adalah
ulama yang sangat pandai dalam bidang agama dan ilmu pengetahuan. Beliau seorang profesor dalam bidang
matematika dan astronomi di Universitas Samarkand. Beliaulah peletak dasar aritmatik yang dilakukan atas
dasar slide rule yang dianggap sebagai penemuan ilmiah paling penting dalam matematika.
(3) Sabit bin Qurrah Al-Hirany Kitab karangannya yang terkenal adalah:
Hisabul Ahillah
Kitabul ‘Adad
c. Biologi
(1) As-Simay adalah seoranmg ahli bologi. Salah satu buku hasil karya beliau yang terkenal adalah Kitabun
Nabati wasy Syujjar. Buku ini mengupas masalah biologi, terutama bidang tumbuh-tumbuhan dan pepohonan.
(2) Ibnul Awwan adalah seorang yang ahli dalam bidang biologi, khususnya bidang pertanian. Bukunya yang
(3) Al-Jahiz seorang yang ahli dalam bidang biologi, khususnya bidang ilmu hewan. Karyanya yang terkenal
adalah Al-Hayawan.
d. Sejarah/Sosiologi
(1) Abu Abdillah Al-Qazwaini dilahirkan pada abad ke-7 hijriah. Beliau terkenal sebagai seorang ulama dan ahli
dalam bidang sejarah. Kitab yang dikarangnya merupakan kitab terbaik pada masanya dengan judul, Asarul
Bilad wa Akhbarul Ibad. Beliau meniliti sesuai dengan judul kitabnya, yaitu tabiat Negara atau daerah dan apa
yang terkenal, disamping menyelidiki keadaan penduduk dan kehidupannya. Al-Qazwaini juga telah
menyusun kitab Al-Atsar Al-Baqiah yang merupakan kitab pertama didunia yang meniliti tentang sejarah,
a. Kota Bagdad, merupakan ibu kota negara Kerajaan Abbasiyah yang didirikan oleh Khalifah Abu Ja’far al-
Mansur (754 – 775 M) pada tahun 762 M. Kota ini terletak di tepian Sungai Tigris. Masa keemasan Kota
Bagdad terjadi pada pemerintahan Khalifah Harun ar-Rasyid (786 – 809 M) dan anaknya al-Ma’mun (813 –
833M).
b. Kota Samarra, letaknya di sebelah timur Sungai Tigris yang berjarak kurang lebih 60 km dari Kota Bagdad.
Di kota ini terdapat 17 istana mungil yang menjadi contoh seni bangunan Islam di kota-kota lain. Kemajuan
yang dicapai tidak hanya mencakup kepentingan sosial saja, tetapi juga peradaban di semua aspek kehidupan,
pemerintahan, pertanian, perdagangan, dan industri, Islamisasi pemerintahan, kajian dalam bidang
kedokteran, astronomi, matematika, geografi, historiografi, filsafat Islam, teologi, hukum (fiqh), dan etika
Islam, sastra, seni, dan penerjemahan serta pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan dasar
(kuttab), menengah, dan perguruan tinggi, perpustakaan dan toko buku, media tulis, seni rupa, seni musik,
dan arsitek.
Ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah tumbuh dan berkembang dengan suburnya disebabkan oleh
empat faktor :
1). Terjadinya asimilasi budaya antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain seperti Persia, Yunani, India, yang
sudah maju Iptek-nya. Di masa ini banyak bangsa non Arab yang masuk Islam dan sangat besar sahamnya
dalam perkembangan Iptek. Bangsa Persia berjasa dalam ilmu pemerintahan, filsafat dan sastra. Pengaruh
bangsa India terlihat pada ilmu kedokteran, matematika dan astronomi. Pengaruh Yunani masuk melalui
Fase pertama, pada masa Al-Manshur sampai Harun Al-Rasyid, penterjemahan terfokus pada ilmu astronomi
Fase kedua, pada masa Al-Makmun hingga tahun 300 H, terfokus pada ilmu kedokteran dan filsafat. Dan
Fase ketiga, setelah tahun 300 H, bidang ilmu yang diterjemahkan semakin luas.
a. Imam Bukhari (810-870 M). Nama : Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin
Bardzibah al-Bukhari. Karyanya : kitab “al-Jami’ al-Shahih al-Bukhari”, “at-Tarikh as-Sagir”, “at-Tarikh al-Ausat”,
b. Imam Muslim (817 – 875 M). Nama : Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Nisaburi. Dalam
rawi hadits, Imam Bukhari dan Imam Muslim sering disebut Syaikhoni (Dua Syekh). Karyanya : kitab “al-Jami’
al-shahih al-muslim”. Para ulama’ menempatkan kitab Sahih Muslim pada peringkat kedua sesudah Sahih
Bukhari.
c. Ibnu Majah (823-887 M). Nama : Abu Abdillah Muhammad bin Yazid ar-Raba’I al-Qazwani. Karyanya: kitab
d. Abu Daud (817-888 M). Nama : Abu Dawud Sulaiman bin al-asy’as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin Amr
e. At-Tirmidzi (209-279 H). Nama : Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin Da Dahlat as-Sulami
al-Bugi. Dalam bidang hadits, at_Tirmizi adalah murid Imam Bukhari. Pendapat Imam Bukhari tentang nilai
kitab : as-Sunan al-Kubra, as-Sunan al-Mujtaba’, Kitab Tamyiz, Kitab ad-Du’afa’, Khasa’is Amirul Mu’minin Ali
Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode penafsiran: Pertama, tafsir bil-ma’tsur yaitu,
interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari hadis Nabi SAW dan para sahabatnya. Mufassir
c. al-Sud’a Muqatil bin Sulaiman yang mendasarkan penafsirannya pada Ibn Abbas, Ibn Mas’ud, dan para
sahabat lainnya.
Kedua, tafsir bil-ra’yi yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran dari
pada hadis dan pendapat sahabat. Mufassir golongan ini antara lain :
b. Abu Muslim Muhammad bin Nashr al-Isfahany (mu’tazilah) dengan kitab tafsirnya 14 jilid.
Dalam bidang fiqih, para fuqaha’ yang ada pada masa Bani Abbasiyah mampu menyusun kitab-kitab fiqih
terkenal hingga saat ini. Ada 4 fuqoha’ yang terkenal dengan sebutan “Imam mazhab empat”
a. Imam Abu Hanifah (700-767 M). Nama : Nukman bin Tsabit, dikenal sebagai pembangun madzhab Hanafi.
Pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kuffah, karena itu mazhab ini
lebih banyak menggunakan pemikiran rasional dari pada hadits. Karyanya: kitab “Musnad al-Imam al-A’dzam”
atau fiqih al-akbar. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Abu Yusuf, menjadi Qodhi Al-Qudhal di zaman Harun
Al-Rasyid.
b. Imam Malik (713-795 M). Nama: Anas bin Malik, terkenal sebagai ahli hadis dan pembangun Madzhab
Maliki. Dia lebih cenderung menggunakan dalil naqli (nash Qur'an dan hadis) dan tradisi masyarakat Madinah
daripada dalil aqli (rasional). Karyanya : yang terbesar berjudul Al-Muwattha', yang berisi kumpulan Hadits
Nabi.
c. Perkembangan madzhabnya tersebar di negara Tunisia, Libiya, Mesir, Spanyol dan daerah Afrika lainnya.
d. Imam Syafi’i (767-820 M). Nama : Muhammad bin Idris Asy-Syafi'iy, terkenal sebagai pembangun
Madzhab Syafi'iy. Corak pemikiran Madzhabnya : berusaha memadukan antara madzhab Hanafi yang
e. Imam Ahmad ibn Hambal (780-855 M). Nama : Ahmad bin Hanbal. Lahir di Baghdad. Ia terbilang murid
Imam Syafi'iy, dan pembangun Madzhab Hanbali. Karya tulis terbesarnya berjudul : ”Al-Musnad” yang berisi
Kecenderungan pemikiran yang bersifat filosofi menimbulkan gejolak pemikiran diantara umat islam, sehingga
banyak diantara para pemikir muslim mencoba mencari bentuk gerakan lain seperti tasawuf. Ilmu tasawuf
adalah ilmu hakekat yang pada intinya mengajarkan penyerahan diri kepada Allah, meninggalkan kesenangan
a. Imam Mawardi (975-1058 M). Karya tulisnya antara lain berjudul : Al-Ahkamus Sulthaniyyah (berisi
politik / tatanegara). Di bidang Akhlak, ia menulis buku yang terkenal sampai saat ini berjudul: Adabud-Dunya
wad-Din.
b. Imam Ghazali (1058-1111 M). Ia lahir di Thus (Iran) dengan nama lengkap Abu Hamid Muhamad bin
Muhammad at-Tusi asy-Syafi'iy al-Ghazali. Ia seorang multidisipliner, dan seorang penulis yang sangat
produktif dan berkualitas. Jumlah karangannya lebih dari 100 judul. Buku yang sangat terkenal di seluruh
dunia dan menjadi puncak karya intelektualnya berjudul : Ihya' 'Ulumuddin (Menghidup-hidupkan ilmu
agama), yang berisi pandangannya tentang ilmu tauhid, syariat, akhlak dan tasawwuf. Di Indonesia, buku ini
menjadi kajian para kiyai, sarjana, dan santri senior di setiap pondok pesantren.
c. Imam Ibnu Miskawaih (932-1030 M). Ia seorang filsuf muslim yang ahli di bidang etika. Bukunya berjudul :
Dia juga ahli filsafat Aristoteles. Karena keahliannya di bidang filsafat, ia mendapat julukan "Al-Mu'allimus
Tsalits" (guru ketiga). Guru pertamanya adalah Aristoteles, sedang Guru keduanya adalah Al-Farabi.Para ulama
a. Al Qusyairi. Nama : Abu Qasim Abdul Karim bin Hawazin al Qusyairi. Kitab tasawuf yang terkenal ”Ar
Risalatul Qusyairi”.
c. Imam Ghazali. Bukunya yang sangat terkenal di bidang ilmu akhlak tasawuf: Ihya’ Ulumddin.
d. Dzun-Nun Al-Mishri (190-245 M). Lahir dan wafat di Mesir. Dzunnun al-Mishri dikenal sebagai orang
e. Sirri al-Saqathi (wafat 253 H). Dia mengenalkan uzlah-uzlah yang sebelumnya hanya dikenal sebagai
tindakan menyendiri secara personal, dikembangkan oleh al-Saqathi menjadi “uzlah kolektif”, uzlah yang
f. Abu Yazid al-Bustami (wafat di Bistam Iran tahun 873 M). Nama: Abu Yazid (Bayazid)
g. Al-Junaid al-Baghdadi (909 M). Dia mencoba mengkompromikan tasawuf dengan syariat, hal ini ia lakukan
setelah melihat banyaknya pro-kontra antara sufi dan ahlu al-hadis di masanya Lagi pula al-Junaid juga
berani dan radikal dengan konsep Hulul yaitu konsep wahdatul wujud dalam versi lain, yang berangkat dari
a. Abu Hasan Al-Asy'ari (872-913 M). Ia pembangun paham Ahlussunnah wal jamaah di bidang ilmu kalam. Ia
terkenal dengan rumusannya bahwa sifat wajib bagi Alloh ada 13 sifat, mulai dari wujud, qidam baqo', sampai
kalam.
a. Karya-karya tulisnya yang dijadikan rujukan para ulama ilmu kalam sampai sekarang, diantaranya
berjudul : a). Maqolatul Islamiyyin (pendapat golongan Islam); b) Al-Ibanah 'an Ushuliddiniyyah (penjelasan
tentang dasar-dasar agama); c) Al-Luma' (sorotan) yang berisi penjelasan tentang ketuhanan, dosa besar dan
persoalan ’aqidah.
b. Abu Manshur Al-Maturidi (875-944 M). Seperti halnya Al-Asy'ari, Ia pembangun paham Ahlussunnah wal
jamaah bidang ilmu kalam. Dalam membahas sifat-sifat Allah, ia merumuskan bahwa sifat Allah berjumlah 20
sifat yang dikelompokkan menjadi 4 sifat, yaitu sifat nafsiyyah, salbiyah, ma'aniy dan ma'nawiyah.
BAB III
KESIMPULAN
Kemajuan Islam pada Masa Bani Abbasiyah Daulah Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah pada tahun132
H / 750 M. Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan Daulah Umayyah yang telah hancur di
Damaskus. Kemajuan dan perkembangan pada periode Bani Abbasiyah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor internal (dari ajaran agama Islam) dan faktor eksternal (proses sejarah umat Islam dalam
kehidupannya).
Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Abbasiyah Pada masa Daulah Abbasiyah adalah masa
keemasan bagi umat Islam atau yang sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’.
Pusat peradapan Islam pada masa Daulah Abasiyah adalah: di Kota Bagdad dan Kota Samarra. Kemajuan yang
dicapai tidak hanya mencakup kepentingan sosial saja, tetapi juga aspek peradaban dalam semua aspek
kehidupan, seperti: administrasi pemerintahan dengan biro-bironya, sistem organisasi militer, administrasi
wilayah pemerintahan, pertanian, perdagangan, dan industry, Islamisasi pemerintahan, kajian dalam bidang
kedokteran, astronomi, matematika, geografi, historiografi, filsafat Islam, teologi, hukum (fiqh), dan etika
Islam, sastra, seni, dan penerjemahan serta pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan dasar
(kuttab), menengah, dan perguruan tinggi, perpustakaan dan toko buku, media tulis, seni rupa, seni musik,
dan arsitek.
Hikmah mempelajari sejarah pertumbuhan Ilmu pada masa Daulah Abbasiyah: meningkatkan keimanan
kepada Allah Swt., dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, menumbuhkan
semangat menuntut ilmu baik ilmu agama maupun ilmu dunia seperti yang telah dicontohkan oleh para
cendekiawan Islam mengembangkan nilai-nilai kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam, membina rasa
kesatuan dan persatuan umat Islam dan kerukunan beragama di seluruh dunia yang tidak membeda-bedakan