Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Dinasti Seljuk merupakan salah satu suku yang berasal dari Turki, Suku
Ghuzz. Nama Dinasti Seljuk dinisbatkan kepada tokoh pendahulunya, Saljuq ibn
Dukak (Tukak). Beliau merupakan salah satu anggota suku ghuzz yang kemudian
diangkat menjadi pemimpin suku tersebut yang dihormati dan disegani serta
perintahnya ditaati. Mereka terbiasa dengan hidup dengan berpindah-pindah untuk
mencari penghidupan.
Kedatangan Bangsa Turki Seljuk membawa angin segar kepada
pemerintahan Islam dan kekhalifahan pada masa itu, Dinasti Abbasiyah. Sebelum
datangnya Bangsa Turki Seljuk, Abbasiyah sempat dipengaruhi oleh Dinasti
Buwaihi, yang mana pada masa itu khalifah hanya menjadi bayangan semu saja.
Dinasti Buwaihi ini berdiri dengan dipelopori oleh Ahmad bin Buwaihi yang
berasal dari Dailam. Ia sering pergi dari tempat yang satu ke tempat lainnya untuk
menaklukkan wilayah-wilayah kecil dengan kekuatan tentara yang dimilikinya.
Hingga suatu saat berita itu didengar oleh khalifah yang kemudian ia diundang
untuk mengusir para tentara Turki yang mendominasi pemerintahan pada masa itu.
Dari hal tersebut, dapat ditarik suatu rumusan masalah tentang bagaimana
sejarah berdirinya dinasti ini, siapa tokoh pendirinya, bagaimana masa kejayaan dan
kemunduran dinasti Seljuk, serta siapa saja yang menjadi tokoh-tokoh penting pada
dinasti ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Dinasti Seljuk


Dinasti Seljuk merupakan salah satu suku yang berasal dari Turki, Suku
Ghuzz. Nama Dinasti Seljuk dinisbatkan kepada tokoh pendahulunya, Saljuq ibn
Dukak (Tukak). Beliau merupakan salah satu anggota suku ghuzz yang kemudian
diangkat menjadi pemimpin suku tersebut yang dihormati dan disegani serta
perintahnya ditaati. Mereka terbiasa dengan hidup dengan berpindah-pindah untuk
mencari penghidupan.1
Pada mulanya Saljuk ibn Tuqaq mengabdi kepada Bequ, seorang raja daerah
Turkoman yang meliputi wilayah sekitar laut Arab dan laut kaspia. Saljuk diangkat
sebagai pemimpin tentara. Pengaruh Saljuk sangat besar sehingga Raja Bequ
khawatir kedudukannya terancam. Sehingga Raja Bequ bermaksud untuk
menyingkirkan Saljuk. Namun, sebelum rencana itu terlaksana Saljuk
mengetahuinya. Ia tidak mengambil sikap melawan atau memberontak tetapi
bersama dengan para pengikutnya ia berimigrasi ke daerah Jand atau disebut juga
daerah muslim di wilayah Transoxiana antara sungai Ummu Driya dan Syrdarya
atau Jihun.2
Bangsa Turki Saljuk adalah pemeluk Islam yang militan. Masyarakat Turki
Saljuk memeluk Islam diperkirakan jauh sebelum mereka memasuki daerah Jand,
tetapi kemungkinan besar mereka memeluk agama Islam setelah terjadinya
interaksi sosial dengan masyarakat Islam di Jand itu sendiri.3
Kedatangan Bangsa Turki Seljuk membawa angin segar kepada
pemerintahan Islam dan kekhalifahan pada masa itu, Dinasti Abbasiyah. Sebelum
datangnya Bangsa Turki Seljuk, Abbasiyah sempat dipengaruhi oleh Dinasti
Buwaihi, yang mana pada masa itu khalifah hanya menjadi bayangan semu saja.
Dinasti Buwaihi ini berdiri dengan dipelopori oleh Ahmad bin Buwaihi yang

1
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, (Jakarta: Logos, 1999), 13
2Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada,1998) 73
3Mughni, Sejarah Kebudayaan, ..., 14.
berasal dari Dailam. Ia sering pergi dari tempat yang satu ke tempat lainnya untuk
menaklukkan wilayah-wilayah kecil dengan kekuatan tentara yang dimilikinya.
Hingga suatu saat berita itu didengar oleh khalifah yang kemudian ia diundang
untuk mengusir para tentara Turki yang mendominasi pemerintahan pada masa itu.
Dapat dikatakan bahwa berdirinya Dinasti Seljuk berawal dari melemahnya
Dinasti Buwaihi. Melemahnya pengaruh Dinasti Buwaihi terhadap Dinasti
Abbasiyah ini berawal dari konflik internal yang terjadi didalam nasti Buwaihi itu
sendiri. Diantaranya adalah pertikaian antar anggota keluarga untuk menentukan
siapa yang akan menjadi penerus kekhalifahan. 4 Tak kalah pentingnya juga
runtuhnya Dinasti Buwaihiyah disebabkan oleh Kecenderungan Dinasti Buwaihi
yang menganut paham syiah membuat masyarakat Baghdad yang umumnya adalah
sunni benci terhadap mereka. Al-Basasiri selaku Amir Al-Umara’ pada waktu itu
juga ingin mengundang Dinasti Fatimiyah untuk berkuasa di Baghdad, akan tetapi
usulan ini ditentang oleh Al-Qaim, karena Abbasiyah dan Fatimiyah sangat bertolak
belakang, ditambah lagi paham yang dianut oleh kedua dinasti ini berbeda, yang
mana Dinasti Abbasiyah menganut paham Sunni sedangkan Dinasti Fatimiyah
menganut paham Syiah.5
Untuk menjaga stabilitas kekhalifahan, maka Al-Qaim mengundang
Thughril Beg untuk mengusir orang-orang Buwaihi dari Baghdad. Pada saat itulah
secara resmi Thugrhil diangkat sebagai Amir Al-Umara’ dibawah khalifah Al-Qaim,
serta sebagai awal mula berdirinya Dinasti Seljuk. Hal itu membuat Dinasti Seljuk
mempunyai tempat untuk menguasai Baghdad dan menjadikan kekuasan khalifah
sekedar simbol saja.
Namun, tidak serta merta pada waktu itu juga Tughril menguasai Baghdad.
Tughril kemudian kembali melanjutkan ekspansinya ke wilayah-wilayah lain.
Dengan kepergian tughril dari Baghdad itu, membuat Al-Basasiri mempunyai
kesempatan untuk kembali lagi ke Baghdad. Kemudian Al-Baasiri memaksa Al-
Qaim untuk menandatangani berkas yang berisi tentang ketetapan untuk melucuti

4
Philip K. Hitti, History of the Arabs; From the Earliest Times to the Present, terj. Cecep Lukman
Hakim dan Dedi Slamet Riyadi, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013), 601
5
Ibid.
seluruh hak pribadinya dan hak seluruh orang Abbasiyah. Sehingga Al-Qaim
dipaksa turun dari kursi kekhalifahannya yang kemudian diganti oleh Al-
Mustanshir.6
Mendengar tentang hal itu, kemudian tughril kembali ke baghdad yang
kemudian disambut dengan besar-besaran oleh masyarakat. Setelah itu Al-Qaim
diangkat lagi menjadi Khalifah dan Al-Basasiri menjadi buronan yang kemudian
dibunuh oleh Tughril serta seluruh antek-anteknya dimusnahkan.
Dinasti Seljuk yang berpusat di baghdad (meliputi wilayah Irak dan Persia)
sering dikenal dengan sebutan Seljuk Raya. Adapun khalifah yang pernah
memerintah di masa Dinasti Seljuk adalah :7
- Rukn Al-Dunya wa Al-Din Tughril I (429-455 H / 1038-1063 M)
- ‘Adud Al Dawlah Alp Arslan (455-465 H / 1063-1072 M)
- Jalal Al-Dawlah Malik Syah I (465-485 H / 1072-1092 M)
- Nashiruddin Mahmud I (485-487 H / 1092-1094 M)
- Ruknuddin Berk Yaruq (Barkiyaruq) (487-498 H / 1094-1105 M)
- Mu’izzuddin Malik Syah II (498 H / 1105 M)
- Ghiyazuddin Muhammad I (498-511 H / 1105-1118 M)
- Mu’izuddin Sanjar (511-552 H / 1118-1157 M)

B. Puncak Kejayaan
Sejak berdirinya dinasti Saljuk di bawah kekuasaan Tughril Beg sampai ke
Malik Syah sungguh terdapat kemajuan dan puncak keemasan dari Dinasti Seljuk.
Kemajuan-kemajuan yang telah dicapai antara lain adalah :
1. Bidang Politik
Puncak kejayaan Dinasti Seljuk bermula pada masa kekhalifahan Alp
Arslan yang kemudian dilanjutkan oleh putranya, Malik Syah. Pada masa
kekhalifahan kedua khaliah ini, mereka banyak bergantung kepada Nizam Al-
Mulk, seorang menteri yang berasal dari Persia.

6
Ibid, 603
7
G. E. Gosworth, Dinasti-Dinasti Islam, terj. Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 1993), 141
Kemajuan di bidang politik terlihat pada terkendalinya stabilitas politik
dalam negeri. Di samping itu juga adanya ekspansi ke beberapa daerah
kekaisaran Bizantium yang dapat di porak-porandakan oleh Alp Arselan pada
tahun 1871 M, sehingga membuka peluang bagi Saljuk untuk dapat menguasai
Asia kecil yang pada waktu sebelumnya (bangsa Arab) selalu gagal
menguasainya.
Pada masa Malik Syah ini Dinasti Seljuk melakukan invasi besar-
besaran ke berbagai wilayah. Di timur, Khwarazm dan Afghanistan dapat
direbut dari tangan Ghaznawiyah, serta di waktu menjelang akhir
kekhalifahannya ia berhasil menundukkan Transoxania dan Qarahaniyyah. Di
barat, Ia berhasil menundukkan Caucasus yang dikuasai oleh Kristen georgia,
serta dinasti-dinasti yang berbau syiah pun dimusnahkan.8
Kala itu, Dinasti Saljuk semakin besar dan meluas wilayahnya hingga
daerah Nur Bukhara (sekarang Nur Ata) dan sekitar Samarkand. Hal itu karena
koalisinya dengan Dinasti Samaniyyah ketika terjadi persaingan politik dengan
dinasti Khainiyyah. Keberpihakan ini dilakukan dengan alasan dinasti
Samaniyyah membawa paham yang sama (Sunni) dan dengan niat untuk
memperoleh wilayah di mulut sungai Jaihan sebagai pemukiman dan
menjadikan kota Jand sebagai pusat kegiatan sosial politik mereka.9
2. Bidang Intelektual
Tidak hanya di bidang perluasan wilayah, kemajuan Dinasti Seljuk juga
dapat kita saksikan di bidang keintelektualan, hal ini dapat diketahui dengan
upaya yang dilakukan oleh Wazir Nidzam Al-Mulk dan pakar-pakar Teologi
seperti seorang Ulama’ ternama dunia yang terkenal dengan kesufiannya, yaitu
Imam Al-Ghazali serta para ilmuwan dan para ulama’ disaat itu.10
Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa Malik Syah merupakan
seorang cendikiawan yang sangat cerdik dan pelindung pengetahuan.
Sedangkan Nizam Malik adalah seorang wazir yang berasal dari keturunan

8
Ibid, 143
9
Yousouf Sou’yb, Sejarah Daulah Abbasiyah II (Jakarta: Bulan Bintang, t. th.), 14.
10
Gosworth, Dinasti-Dinasti, ..., terj. Ilyas Hasan, 144
Persia yang sangat berjasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan ketika itu.
Ia adalah tokoh yang sangat cemerlang pada masa pemerintahan Alp Arselan
dan Malik Syah.11
Bukti perkembangan keintelektualan pada masa Dinasti Seljuk ini
adalah dengan didirikannya sebuah lembaga perguruan tinggi Islam yang
dikenal dengan nama al-Madrasah al-Nizhamiyah di Baghdad oleh Nizam al-
Mulk (1065-1067) dan menjadi model bagi lembaga-lembaga perguruan Islam
masa itu.
3. Bidang Sosial dan Infrastruktur
Reputasi Malik Syah dan wazir Nizam al-Mulk ternyata tidak hanya
pada keberhasilan memancangkan kekuasaannya sebagai suatu kekuatan yang
besar dalam wilayah yang luas. Tetapi keduanya juga berhasil membangun
negara dan masyarakat, serta berbagai fasilitas-fasilitas umum. Seperti
membangun sejumlah ruas jalan, memperbaiki dinding-dinding kota, menggali
kanal dan menghabiskan banyak dana untuk mengamankan para kafilah yang
akan menempuh rute ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Beberapa
referensi menyebutkan bahwa semua jalan besar yang sering dilalui baik oleh
para kafilah dagang maupun pejalan kaki itu cukup aman tanpa adanya
perlindungan khusus. Pada masa itu juga muncul suatu alat untuk mengukur
tigkat kebersihan, alat ini berupa alat yang dapat membersihkan air kotor di
pemandian umum dari Tigris ke tempat pembuangan khusus.12
Tak lupa juga kemajuan dalam bidang sosial (keagamaan) seperti
terlihat pada pembangunan sarana-sarana peribadatan, misalnya masjid al-Jami
di Isfahan, masjid Mahmud Syahdi Garyaikan, masjid Burjian, masjid Industan
dibangun pada tahun 1158, dan masih banyak lagi masjid-masjid yang lainnya.
Yang mana keberhasilan ini tentu tidak lepas dari faktor stabilitas politik dan
ekonomi yang mantap.13

11
W. Montgomery Watt, Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, terj. Hartono Hadikusumo
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), 294
12
Hitti, History of the, ..., terj. Cecep Lukman Hakim, 606
13
Sou’yb, Sejarah Daulah, ..., 15
C. Kemunduran
Ada banyak faktor yang menyebabkan kemunduran Dinasti Saljuk. Namun
secara umum terdapat dua faktor yang melatarbelakangi mundurnya dinasti ini,
diantaranya adalah :
1. Faktor Internal
Pada masa Malik Syah dalam kepemimpinannya ia dibantu oleh
seorang penasehat, Nizam Al-Mulk. Akan tetapi, hubungan diantara keduanya
dibenci oleh mereka yang membencinya, yang pada akhirnya berujung pada
terbunuhnya Nidam Al-Mulk. Tidak lama setelah kematian Nizam Al-Mulk,
Malik Syah pun meninggal. Terdapat bebeapa pendapat yang mengatakan
penyebab kematiannya, ada yang mengatakan karena terbunuh, ada yang
mengatakan diracun, serta ada yang mengatakan bahwa beliau meninggal
secara normal.14
Setelah ditinggal oleh Malik Syah inilah, amir al-umara’ Dinasti Seljuk
digantikan oleh putranya, Sanjar. Pada masa itulah Dinasti Seljuk mulai
mengalami kemerosotan salah satunya adalah masalah yang timbul di dalam
tubuh mereka sendiri dengan terjadinya berbagai macam pertikaian diantar
warga sipil.15
Hal tersebut terjadi karena amir al umara’ pada saat itu kurang cakap
dalam memerintah Dinasti Seljuk. Oleh karena itu, Dinasti bagian yang di
bentuk pada masa Malik Syah merasa memiliki kesempatan untuk memisahkan
diri dan memberontak dari Seljuk Raya. Misal di Irak, kekasaan Seljuk kembali
di pengaruhi oleh politik Abbasiyah. Di Persia, AL-Jazirah, dan Suriah ruang
gerak para sultan di batasi oleh atabeg. Mereka merupakan panglima budak
turki yang diutus sebagai wali pembimbing dari Pangeran Seljuk yang pada
waktu itu ditugaskan di wilayah provinsi.16

14
Mughni, Sejarah Kebudayaan, ..., 24
15
Gosworth, Dinasti-Dinasti, ..., terj. Ilyas Hasan, 144
16
Ibid.
Kemudian wilayah-wilayah taklukan Seljuk kembali memisahkan diri,
seperti Khurasan yang memisahkan diri dri kendali Seljuk dengan mengadakan
pemberotakan karena hak-hak mereka diabaikan oleh pemerintah. Dan pada
saat itulah kekuasan Dinasti Seljuk berakhir.17
2. Faktor Eksternal
Dinasti Seljuk mengalami disintegrasi yang ditandai dengan terjadinya
perang salib yang pecah pada tahun 1097 M, dan pemberontakan yang
dilakukan oleh kaum Hasassiyyin yang mendapat dukungan dari Bani
Fatimiyah di Mesir yang telah berhasil membunuh Nizam al-Mulk seeorang
pedana menteri pada masa kekuasaan Alp Arselan dan Sultan Malik Syah.
Setelah kematian Malik Syah, Dinasti Saljuk mengalami perpecahan
dan kemunduran drastis. Hal ini membuka peluang bagi dinasti lainnya seperti
Khawarijan Shakis yang semula merupakan wilayah kekuasaan Dinasti Saljuk
untuk melakukan pemberontakan. Ditambah dengan datangnya pasukan
Mongol di bawah pimpinan Jengis Khan yang menyerbu dan menguasai daerah
kekuasaan Islam yang pernah dikuasai oleh Dinasti Saljuk.
Sehingga adminstrasi pemerintahan dinasti Saljuk diambil alih oleh
para gubernur dan jenderal Mongol dan para pegawai dan tentara Saljuk
dibubarkan, dan kondisi ini diperburuk lagi dengan beban pajak yang terlalu
tinggi bagi masyarakat Turki, yang pada gilirannya nampaklah gejala
kemiskinan dalam kehidupan sosial.

D. Tokoh-Tokoh Penting
1. Thugril Beq
Saljuq bin Duqaq meninggalkan empat putra, yakni Israil, Musa Bigu,
Yunus dan Mikail. Israil yang menggantikan kedudukan ayahnya tidak mampu
menghadapi serangan penguasa Daulah Ghaznawiyah (367 H/977 M-583

17
Ibid.
H/1187 M). Di bawah penggantinya, Mikail membawa orang Saljuk melintasi
daerah Jihun, kemudian menetap di Khurasan.18
Dalam peperangan yang sering terjadi antara 6 raja Samaniyah dan
Khaniyah, Saljuk berpihak pada raja Samaniyah. Untuk membalas budi mereka,
kerajaan Samaniyah memperkenankan mereka menyeberangi wilayahnya
untuk menuju daerah pinggiran Sungai Sihun (Sungai Syirdarya, Kazakhstan),
kemudian mengambil alih kota Jund (Daerah di sekitar Transoksania) untuk
dijadikan pangkalan.19
Tatkala Kerajaan Samaniyah jatuh ke tangan Ghaznawiyah pada tahun
389 H, kaum Saljuq menggunakan kesempatan itu untuk melepaskan diri.
Keturunan Saljuq bin Duqaq ini pada tahun 420 H/1092 M mulai menjelajahi
Iran bagian utara dan barat. Thughril Beg, cucu Saljuq bin Duqaq yang
memulai penampilan kaum Saljuk dalam panggung sejarah, pada tahun
429/1037 ia teratat sudah menguasai Marw dan Naisabur dari genggaman
penguasa Ghaznawi. Segera setelah itu mereka juga merebut Balkh, Jurjan,
Thabaristan dan Khawarizm, Hamadhan, Rayyi, dan Isfahan. Pemerintah
Buwaihi tunduk di bawah kendali mereka.20
Di bawah Panglima Tughril Beq, orang Saljuk berhasil menghancurkan
Daulah Ghaznawiyah dan menduduki singgasana kerajaan Naisabur pada
tahun 429 H/1038 M. Oleh karena itu Tughril Beq dipandang sebagai pendiri
Dinasti Saljuk yang sebenarnya.21
Tughril Beg telah berhasil mengembangkan kerajaan Saljuq di wilayah
Khurasan dan Transoxania. Sewaktu Saljuq di Fars, kedudukan Bani Buwaih
di Baghdad sangat lemah. Sultannya ketika itu adalah al-Malik al-Rahim.
Panglima tentaranya bernama al-Basarsiri mencoba mempertahankan
kekuasaannya dengan meminta bantuan Dinasti Fatimiyah yang bernama al-
Muntasir. Sementara pihak Khalifah al-Qaim dari Khilafah Abbasiyah yang

18
Zuhad, Ensiklopedi Islam. vol. 6. ed. bahasa: Nina M. Armando dkk., (Jakarta: PT Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2005), 194
19
Ibid.
20
Hitti, History of the, ..., terj. Cecep Lukman Hakim, 603.
21
Zuhad, Ensiklopedi Islam, ..., 194
telah lemah secara politik, ekomoni dan militer yang tidak suka terhadap
pemerintahan Bani Buwaih yang menguasai Baghdad meminta bantuan kaum
Saljuq pimpinan Tughril Beq.
Pada 18 Desember 1055, Thughril Beg masuk kota Baghdad. Al-
Basasiri, seorang jenderal berkebangsaan Turki sekaligus gubernur milter
Baghdad meninggalkan ibukota dan Khalifah al-Qa’im (1031-1075) segera
menyambut para penyerang Saljuk itu dan menganggapnya sebagai utusan.22
Kemudian Thugrul diberi gelar “Yamin Amir al-Mu’minin” (tangan kanan
Amiril mukminin).
Panglima Al-Basasir berhasil melarikan diri ke utara Jazirah dan
bersepakat dengan Quraish bin Badran pemimpin Kerajaan Uqailiyah. Tughril
Beg mengejarnya hingga ke Mosul. Akan tetapi terjadi konflik perpecahan
akibat desersi dalam tubuh tentara Thugril yang dipimpin oleh Ibrahim bin Inal
yang merupakan saudara angkat Thugril. Dengan bantuan Alp Asrlan
keponakan Tuhgril, anak saudarannya Daud yang memerintah Sijistan Ibrahim
dapat ditangkap dan dijatuhi hukuman mati pada 3 Agustus 1059 M.
Kondisi krisis dalam keluarga Saljuq ini dimanfaatkan oleh al-Basasiri
untuk mengepung dan menguasai Baghdad kemudian mengusir Khalifah al-
Qa’im serta memproklamasikan diri sebagai wakil Dinasti Fatimiyyah di
Baghdad. Al-Basasiri memerintah Baghdad sekitar satu tahun (450-451 H).
Setelah Thugril Beq mengkonsolidasikan pasukannya, ia mampu merebut
kembali Baghdad dan mengembalikan Khalifah al-Qa‟im ke Baghdad.23
Sementara al-Basasiri yang sempat melarikan diri ke Wasit, dapat
ditangkap dan dibunuh oleh tentara Saljuq pada tahun 452 H/1060 M. Setelah
absen satu tahun, Thugril kembali ke Baghdad dan disambut dengan upacara
besar-besaran. Thughril dielu-elukan sebagai “Raja Timur dan Barat” (Malik
al-Sharq wa al-Gharb). Gelar kenegaraan yang digunakannya adalah al-Sulthan.
Para ahli sejarah mencatat bahwa dialah yang menjadi penguasa muslim
pertama yang menggunkan gelar ini. Tughril menjalin hubungan yang erat

22
Hitti, History of the, ..., terj. Cecep Lukman Hakim, 603
23
Ibid., 309.
dengan Khalifah dengan mengawini putrinya dan memboyongnya ke ibukota
kerajaan di Rayy pada 1062.
2. Alp Arslan (1063-1072 M)
Setelah berkuasa selama 26 tahun dan baru menikahi putri Khalifah
setahun, Thugril Beq meninggal dunia pada tahun 1063. Thugril Beq
meninggal tanpa meninggalkan keturunan dan digantikan oleh keponakannya,
Alp Arselan bin Daud. 24 Naiknya Alp Arslan mendapat perlawanan dari
saudara-audaranya yang dipelopori Syihabuddaulah Qutulmisy, anak
pamannya, musa Cagri. Pada 457 H/1064 M. Alp Arslan berhasil
menyelesaikan konflik intern dan memerintah dengan pusat pemerintahannya
di Ibukota Rayy. 25 Pada masa kekuasaan Alp Arslan (1060/1063-1072 M)
inilah kerajaan Saljuk berhasil mencapai puncak keemasannya.
Prestasi Saljuk menjadi keompok muslim pertama yang merebut
wilayah kekuasaan Romawi. Pada tahun kedua pemerintahannya, Alp-Asrlan
(singapahlawan) merebut Ani, ibukota Armenia Kristen, lalu menduduki
sebuah provinsi Bizantium. Segera setelah itu dia mengobarkan kembali
peperangan melawan Binzantium, sanga musuh abadi. Pada tahun 1064 M,
Dinasti Saljuk berhasil menguasai Armenia dan terus meluas hingga mencapai
kawasan Hijaz serta bebrapa tempat suci Islam lainnya pada tahun 1070 M.
Alp Arsalan, sebagai pengganti Tughril berhasil memberikan andil
dalam berbagai bidang. Secara militer, kehebatan bani Saljuk dibuktikannya
dengan memberikan pukulan-pukulan hebat atas pasukan Bizantium dalam
perang Mazikert pada tahun 1071 (464 H).
Sementara itu dalam bidang pemerintahan Alp Arsalan beruntung
mendapatkan seorang wazir yang bijak dan ulet, Nizam al-Mulk. Berkat
kelangsungan kebijaksanaan Nizam al-Mulk, kekuasaan Saljuk terus berjalan
mulus, bahkan telah berhasil mencakup Afganistan, Iran, Mesopotamia, Syiria,
Palestina, dan belahan barat Asia kecil.26

24
Zuhad, Ensiklopedi Islam, ..., 195
25
Zuhad, Ensiklopedi Islam, ..., 195
26
Tim penulis IAIN Syarif hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992),
838-839.
Pada masa Alp Arselan, ilmu pengetahuan dan agama mulai
berkembang dan mengalami kemajuan pada zaman Sultan Maliksyah yang
dibantu oleh perdana menterinya Nizham al-Mulk. Perdana menteri ini
memprakarsai berdirinya Universitas Nizhamiyah (1065 M) dan Madrasah
Hanafiyah di Baghdad. Hampir di setiap kota di Irak dan Khurasan didirikan
cabang Nizhamiyah. Menurut Philip K. Hitti, Universitas Nizhamiyah inilah
yang menjadi model bagi segala perguruan tinggi di kemudian hari. 27 Alp
Arslan meninggal karena dibunuh di benteng di Oxus, pada bulan Desember
1072.
3. Maliksyah (1072-1092)
Periode kekuasaan Thughril (1037-1063), keponakan sekaligus
penerusnya, Alp Arslan (1063-1072), dan periode putra terakhirnya, Maliksyah
mewakili periode-periode paling cemerlang dalam masa kekuasaan Saljuk atas
dunia Islam di Timur. 28 Pada masa Sulthan Maliksyah wilayah kekuasaan
Daulah Saljuk ini sangat luas, membentang dari Kashgor, sebuah daerah di
ujung daerah Turki, sampai ke Yerussalem. Wilayah yang luas itu dibagi
menjadi lima bagian:29
a. Saljuk Besar yang menguasai Khurasan, Rayy, Jabal, Irak, Persia, dan
Ahwaz. Ia merupakan induk dari yang lain. Jumlah Syekh yang
memerintah seluruhnya delapan orang.
b. Saljuk Iraq dan Kurdistan, pemimpin pertamanya adalah Mughirs al-Din
Mahmud. Saljuk ini secara berturut-turut diperintah oleh sembilan syekh.
c. Saljuk Kirman berada di bawah kekuasaan keluarga Qawurt Bek ibn
Dawud ibn Mikail ibn Saljuk. Jumlah syekh yang memerintah dua belas
orang.
d. Saljuk Syria, diperintah oleh keluarga Tutush ibn Alp Arselan ibn Daud
ibn Mikail ibn Saljuk, jumlah syekh yang memerintah lima orang.

27
Philip K. Hitti, History of the Arabs, (London: Macmillan, 1970), 410.
28
Hitti, History of the, ..., 410
29
Muhammad al Khudhari Bek, Muhadharat al-Tarikh al- Umam al Islamiyah, (Kairo: Al Maktabah
Al-Kubra, 1970), 418.
e. Saljuk Ruum, diperintah oleh keluarga Qutlumish ibn Israil ibn Saljuk
dengan jumlah syeikh yang memerintah seluruhnya 17 orang.
Bukan hanya pembangunan mental spiritual, dalam pembangunan fisik
juga dinasti saljuk banyak meninggalkan jasa. Maliksyah terkenal dengan
usaha pembangunan di bidang yang terakhir ini. Ia telah membangun banyak
masjid, jembatan, irigasi dan jalan raya. 30 Pada saat itu ilmu pengetahuan
berkembang dengan sangat pesat pula, diantara tokohnya adalah Umar
Khayanm, seorang penyair, ahli astronomi dan ahli matematik.31
Pembunuhan pada tahun 1092 yang menimpa seorang wazir kondang
kekhalifan Saljuk, Nizham al-Mulk, oleh seorang fidai yang menyamar
menjadi sufi, menjadi awal dari rangkaian pembunuhan misterius yang
meneror dunia muslim. (Hitti, 566 mengutip dari Ibnu Khallikan). Fidai adalah
pasukan benari mati kelompok hasyasyin (yang berasal dari kata hasyasy,
ganja. Pecandu ganja). Sekte neo-Isma‟iliyah yang didirikan oleh Hasan ibn
al-Shabbah (w. 1124) pasca hancurnya negara Qaramitah.32
Seiring kematiannya, berakhrirlah periode keemasan yang meliputi tiga
penguasa pertama Dinasti Saljuq. Dalam waktu yang singkat, tetapi
sebagaimana diakui Hitti, adalah periode yang cemerlang. Ketiga sultan
tersebut telah mempersatukan sampai daerah-daerah independen terjauh yang
pernah membentuk negara Islam.

Wilayah
Dinasti Tahun Abad Durasi
kekuasaan
Dinasti Seljuk 429-552 H / Abad ke V-VI H / 123 tahun Baghdad,
1038-1157 M Abad ke XI-XII M Kirman,
Iraq,
Damaskus

30
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid 1, (Jakarta: UI Press, 1985), 77.
31
M. Masyhur Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Indonesian Spirit Fondation, 2004), 136-
137.
32
Hitti, History of the, ..., terj. Cecep Lukman Hakim, 564-566
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dinasti
seljuk berdiri dilatarbelakangi oleh khalifah Al-Qaim yang mengundang tughril beg
untuk mengusir Al-basasiri, amir al-umara’ Dinasti Buwaihi, yang berujung
dengan berdirinya Dinasti Seljuk. Adapun pendiri dinasti ini adalah Tughril beg.
Dinasti ini mulai mengalami perkembangan pada akhir masa Alp Arslan yang
kemudian puncak kejayaannya terjadi pada Maliksyah.
Adapun kemunduran dari dinasti ini bermula dari wafatnya Maliksyah, para
amir yang menggantikan Maliksyah diknilai kurang cakap dalam mengatur
kekhalifahan, sehingga membuat wilayah maupun dinasti lain yang awalnya berada
dalam kuasa Dinasti Seljuk memberanikan diri untuk memberontak dan
memisahkan diri.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah disebutkan, maka yang dapat penulis
ambil adalah :
1. Bagi pembaca agar dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
pembaca tentang Dinasti Seljuk. Agar lebih luasnya pengetahuan pembaca,
maka diharapkan untuk membaca lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan
dengan hal ini.
2. Saran buat pemakalah berikutnya mungkin agar lebih detail dan referensi yang
lebih banyak. Sehingga dapat menemukan suatu penjelasan yang lebih
memuaskan.
3. Penulis sebagai manusia biasa tidak terlepas dari salah dan dosa, sehingga
ketika ada kekurangan dalam penulisan makalah ini maka penulis meminta
masukan kepada pembaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. Masyhur. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Indonesian Spirit


Fondation, 2004.

Bek, Muhammad al Khudhari. Muhadharat al-Tarikh al-Umam al Islamiyah,


Kairo: Al Maktabah Al-Kubra, 1970.

Glosse, Cyril. Ensiklopedi Islam, terj. Ghufron A. Mas’adi, Jakarta: PT.


RajaGrafindo Persada, cet. 2, 1999.

Gosworth, G. E. Dinasti-Dinasti Islam, terj. Ilyas Hasan, Bandung: Mizan, 1993.

Hitti, Philip K. History of the Arabs, London: Macmillan, 1970.

Hitti, Philip K. History of the Arabs; From the Earliest Times to the Present, terj.
Cecep Lukman Hakim dan Dedi Slamet Riyadi, Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2013.

Maghluts (al), Sami bin Abdullah. Atlas Perang Salib, Jakarta Timur: Almahira,
2009.

Mughni, Syafiq A. Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, Jakarta: Logos,


1999.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid 1, Jakarta: UI Press,
1985.

Sou’yb, Yousouf. Sejarah Daulah Abbasiyah II, Jakarta: Bulan Bintang, t. th.

Tim penulis IAIN Syarif hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta:


Djambatan, 1992.

Watt, W. Montgomery. Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, terj. Hartono Hadikusumo,
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1998.

Zuhad. Ensiklopedi Islam, vol. 6. ed., bahasa: Nina M. Armando dkk., Jakarta: PT
Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005.

Anda mungkin juga menyukai