Anda di halaman 1dari 4

Bani Saljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah Turkistan.

Pada abad
kedua, ketiga, dan keempat Hijrah mereka pergi ke arah barat menuju Transoxiana dan Khurasan.
Ketika itu mereka belum bersatu. Mereka dipersatukan oleh Saljuk ibn Tuqaq. Karena itu, mereka
disebut orang-orang Saljuk. Pada mulanya Saljuk ibn Tuqaq Rahimahullah mengabdi kepada Bequ,
raja daerah Turkoman yang meliputi wilayah sekitar laut Arab danlaut Kaspia.
Saljuk Rahimahullah diangkat sebagai pemimpin tentara. Pengaruh Saljuk Rahimahullah sangat besar
sehingga Raja Bequ khawatir kedudukannya terancam. Raja Bequ bermaksud menyingkirkan Saljuk.
Namun sebelum rencana itu terlaksana, Saljuk Rahimahullahmengetahuinya. Ia tidak mengambil
sikap melawan atau memberontak, tetapi bersama pengikutnya ia bermigrasi ke daerah LAND, atau
disebut juga Wama Wara'a al-Nahar, sebuah daerah muslim di wilayah Transoxiana (antara sungai
Ummu Driya dan Syrdarya atau Sihun). Mereka mendiami daerah ini atas izin penguasa  daulah
Samaniyah yang menguasai daerah tersebut. Mereka masuk Islam dengan manhaj Sunni Salafy.
Ketika daulah Samaniyah dikalahkan olehdaulah Ghaznawiyah, Saljuk Rahimahullah menyatakan
memerdekakan diri. Ia berhasil menguasai wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh daulah
Samaniyah. Setelah Saljuk Rahimahullah meninggal, kepemimpinan dilanjutkan oleh anaknya, Israil
Ibn Saljuk dan kemudian penggantinya Mikail Ibn Israil Ibn Saljuk, namun sayang saudaranya dapat
ditangkap oleh penguasa Ghaznawiyah.
Kepemimpinan selanjutnya dipegang oleh Thugril Bek Rahimahullah. Pemimpin Saljuk terakhir ini
berhasil mengalahkan Mas'ud al-Ghaznawi, penguasa dinasti Ghaznawiyah, pada tahun 429 H/1036
M, dan memaksanya meninggalkan daerah Khurasan. Setelah keberhasilan tersebut, Thugril
memproklamasikan berdirinya daulah Saljuk. Pada tahun 432 H/1040 M daulah ini mendapat
pengakuan dari khalifah Abbasiyah di Baghdad. Di saat kepemimpinan Thugril Bek inilah, dinasti
Saljuk memasuki Baghdad menggantikan posisi Bani Buwaih. Sebelumnya, Thugril Rahimahullah
berhasil merebut daerah-daerah Marwadan Naisabur dari kekuasaan Ghaznawiyah, Balkh, Urjan,
Tabaristan, Khawarizm, Rayy, dan Isfahan [1].
Posisi dan kedudukan khalifah lebih baik setelah dinasti Saljuk berkuasa; paling tidak kewibawaannya
dalam bidang agama dikembalikan setelah beberapa lama "dirampas" orang-orang Syi'ah.
Meskipun Baghdad dapat dikuasai, namun ia tidak dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Thugrul
Bek Rahimahullahmemilih kota Naisabur dan kemudian kota Rayy sebagai pusat pemerintahannya.
Daulah-daulah kecil yang sebelumnya memisahkan diri, setelah ditaklukkan daulah Saljuk ini,
kembali mengakui kedudukan Baghdad, bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan
keamanan Abbasiyah untuk membendung faham Syi'ah dan mengembangkan manhaj Sunni
Salafy yang dianut mereka.
Thugril Bek dikenal sebagai sosok yang memiliki kepribadian yang kokoh dan kecerdasan yang tinggi
serta sosok pemberani. Disamping itu dia juga dikenal sebagai sosok yang religious, wara’, dan adil.
Oleh sebab itu dia mendapat dukungan yang kuat dari rakyatnya. Dia telah mempersiapkan tentara
yang kuat dan berusaha untuk menyatukan orang – orang Saljuk-Turki dalam sebuah pemerintahan
yang kuat.
2.2.Kesultanan Bani Saljuk
Sepeninggal Thugril Bek Rahimahullah (455 H/1063 M), daulah Saljuk  berturut-turut diperintah
oleh :
1. Alib Arselan Rahimahullah (455-465 H/1063-1072),
2. Maliksyah (465-485 H/1072-1092),
3. Mahmud al- Ghozi (485-487 H/1092-1094 M),
4. Barkiyaruq (487 -498 H/1 094-1103),
5. MalikSyah II (498 H/ 1103 M),
6. Abu Syuja’ Muhammad (498-511 H/11 03-1117 M),dan
7. Abu Haris Sanjar (511-522H/1117-1128 M).

Pada masa Alib Arselan  Rahimahullah perluasan daerah yang sudah dimulai oleh Thugril Bek
Rahimahullah dilanjutkan ke arah barat sampai pusat kebudayaan Romawi di Asia Kecil, yaitu
Bizantium. Peristiwa penting dalam gerakan ekspansi ini adalah  yang dikenal dengan Peristiwa
Manzikert.

Dengan dikuasainya Manzikert tahun 1071 M itu, terbukalah peluang baginya untuk melakukan
gerakan Penturkian (Turkification) di Asia Kecil. Gerakan ini dimulai dengan mengangkat Sulaiman
Ibn Qutlumish, keponakanAlib Arselan sebagai gubernur di daerah ini. Pada tahun 1077 M (470 H),
didirikanlah kesultanan Saljuk Rumm dengan ibu kotanya Iconim. Sementara itu putera
Arselan, Tutush Rahimahullah, berhasil mendirikan dinasti Saljuk di Syria pada tahun 1094 M/487 H.

Pada masa Sulthan Maliksyah wilayah kekuasaan Daulah Saljuk ini sangat luas, membentang dari
Kashgor, sebuah daerah di ujung daerah Turki, sampai ke Yerussalem. Wilayah yang luas itu dibagi
menjadi lima bagian:

1. Saljuk Besar yang menguasai Khurasan, Rayy, Jabal,Irak, Persia, dan Ahwaz. Ia merupakan induk
dari yang lain. Jumlah Syekh yang memerintah seluruhnya delapan orang.
2. Saljuk Kirman berada di bawah kekuasaan keluarga Qawurt Bek ibn Dawud ibn Mikail ibn Saljuk.
Jumlah syekh yang memerintah dua belas orang.
3. Saljuk Irak dan Kurdistan, pemimpin pertamanya adalah Mughris al-Din mahmud. Saljuk ini
secara berturut-turut diperintah oleh sembilan syekh.
4. Saljuk syiri’a diperintahkan oleh keluarga Tutush ibn Alp Arselan ibn Daud ibn Mikail ibn saljuk,
jumlah syekh yang memerintah lima orang.
5. Saljuk Rumm diperintahkan  oleh keluarga Qutlumish ibn Israil ibn Saljuk dengan jumlah syeikh
yang memerintah seluruhnya 17 orang.

Disamping membagi wilayah menjadi lima, dipimpin oleh gubernur yang bergelar Syeikh atau Malik
itu, penguasa Bani Saljuk juga mengembalikan jabatan perdana menteri yang sebelumnya dihapus
oleh penguasa Bani Buwaih. Jabatan ini membawahi beberapa departemen. Pada masa Alib Arselan
Rahimahullah, ilmu pengetahuan dan agama mulai berkembang dan mengalami kemajuan pada
zaman Sultan Maliksyah yang dibantu oleh perdana menterinya Nizham al-Mulk. Perdana menteri ini
memprakarsai berdirinya Universitas Nizhamiyah (1065 M) dan Madrasah Hanafiyah di Baghdad.
Hampir di setiap kota di Irak dan Khurasan didirikan cabang Nizhamiyah. Menurut Philip K. Hitti,
Universitas Nizhamiyah inilah yang menjadi model bagi segala perguruan tinggi di kemudian hari.

Perhatian pemerintah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan banyak ilmuwan


muslim pada masanya. Diantara mereka adalah az-Zamakhsyari dalam bidang tafsir, bahasa, dan
teologi; al-Qusyairy dalam bidang tafsir; Abu Hamid al-Ghazali Rahimahullah dalam bidang teologi;
dan Farid al-Din al-'Aththar dan Umar Khayam dalam bidang sastra. Bukan hanya pembangunan
mental spiritual, dalam pembangunan fisik pun dinasti Saljuk banyak meninggalkan
jasa. Maliksyah terkenal dengan usaha pembangunan di bidang yang terakhir ini. Banyak masjid,
jembatan, irigasi dan jalan raya dibangunnya.

Setelah Sultan Maliksyah dan perdana menteri Nizham al-Mulk wafat Saljuk Besar mulai mengalami


masa kemunduran di bidang politik. Perebutan kekuasaan diantara anggota keluarga timbul. Setiap
propinsi berusaha melepaskan diri dari pusat. Konflik-konflik dan peperangan antar anggota keluarga
melemahkan mereka sendiri. Sementara itu, beberapa dinasti kecil memerdekakan diri,
seperti Syahat Khawarizm, Ghuz, dan al-Ghuriyah. Pada sisi yang lain, sedikit demi sedikit kekuasaan
politik khalifah juga kembali, terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan dinasti Saljuk di Irak berakhir di
tangan Khawarizm Syah pada tahun 590 H/l199 M. ( Wallahul Musta’an ).

2.3.Masa Kejayaan Bani Saljuk

Dinasti Saljuk mencapai puncak kejayaannya ketika menguasai negeri-negeri di kawasan Timur
Tengah seperti Irak, Persia, Suriah serta Kirman. Sebagai negara yang sangat kuat, Dinasti, Pada
tahun 1055 M, Kerajaan Saljuk sudah mampu menembus kekuasaan Dinasti Abbasiyah, dan Dinasti
Fathimiyya .

Kehadirannya seakan menjadi penerang bagi rakyatnya. Meski berasal dari salah satu suku di Turki,
para penguasa Saljuk sangat menghargai perbedaan ras, agama, dan jender.

Di bawah bendera Saljuk, umat Islam dapat hidup dalam kedamaian, keadilan serta kemakmuran.
Pada era dinasti ini aktivitas keagamaan berkembang dengan pesat.

Kesultanan Saljuk telah ikut membangkitkan semangat ilmiyah di wilayah yang menjadi
kekuasaannya. Mereka juga telah mampu menyebarkan rasa aman diwilayah itu.

Mereka mampu menghadang gerakan salibisme yang di pimpin Imperium Byzantium,sebagaimana


mereka juga telah berusaha untuk menghadang gelombang sebuah Mongolia. Mereka mampu
mengangkat tinggi-tinggi panji-panji Madzhab Sunni di wilayah wilayah kekuasaanya.

Dinasti Saljuk juga memiliki kemajuan yang sangat pesat dalam Bidang Arsitektur. Diantaranya:

1. Caravanserai Saljuk (Khan) Penguasa Dinasti Saljuk begitu banyak membangun caravanserai


atau tempat singgah bagi para pendatang atau pelancong. Caravanserai dibangun untuk
menopang aktivitas perdagangan dan bisnis. Para pelancong dan pedagang dari berbagai
negeri akan dijamu di caravanserai selama tiga hari secara cuma-cuma (gratis).
2. Masjid Saljuk Inovasi para Arsitektur Dinasti Saljuk yang lainnya tampak pada bangunan
masjidnya. Masjid Saljuk sering disebut Masjid Kiosque. Bangunan masjid ini biasanya lebih
kecil yang terdiri dari sebuah kubah, berdiri melengkung dengan tiga sisi yang terbuka.
Itulah ciri khas masjid Kiosque. Model masjid khas Saljuk ini seringkali dihubungkan dengan
kompleks bangunan yang luas seperti caravanserai dan madrasah.
3. Menara Saljuk Bentuk menara masjid-masjid di Iran yang dibanguan Dinasti Saljuk secara
subtansial berbeda dengan menara di Afrika Utara. Bentuk menara masjid Saljuk
mengadopsi menara silinder sebagai ganti menara berbentuk segi empat.
4. Madrasah Saljuk Menurut Van Berchem, para arsitektur di era Dinasti Saljuk mulai
mengembangkan bentuk, fungsi dan karakter masjid. Bangunan masjid diperluas menjadi
madrasah. Bangunan madrasah pertama muncul di Khurasan pada awal abad ke-10 M
sebagai sebuah adaptasi dari rumah para guru untuk menerima murid.Pada pertengahan
abad ke-11 M, bangunan madrasah diadopsi oleh penguasa Saljuk Emir Nizham Al-
Mulk menjadi bangunan publik. Sang emir terinspirasi oleh penguasa Ghaznawiyyah dari
Persia. Di Persia, madrasah dijadikan tempat pembelajaran teknologi. Madrasah tertua
yang dibangun Nizham Al-Mulk terdapat di Baghdad pada tahun 1067 M.
5. Makam Saljuk

 Pada era kejayaan Dinasti Saljuk pembangunan makam mulai dikembangkan. Model
bangunan makam Saljuk merupakan pengembangan dari tugu yang dibangun untuk
menghormati penguasa Umayyah pada abad ke-8 M. Namun, bangunan makam yang
dikembangkan para arsitek Saljuk mengambil dimensi baru. Bangunan makam yang megah
dibangun pada era Saljuk tak hanya ditujukan untuk menghormati para penguasa yang
sudah meninggal.Namun, para ulama dan sarjana atau ilmuwan terkemuka pun
mendapatkan tempat yang sama.

Tak heran, bila makam penguasa dan ilmuwan terkemuka di era Saljuk hingga kini masih berdiri
kokoh. Bangunan makam Saljuk menampilkan beragam bentuk termasuk oktagonal (persegi
delapan), berbentuk silinder dan bentuk-bentuk segi empat ditutupi dengan kubah (terutama di
Iran). Selain itu ada pula yang atapnya berbentuk kerucut (terutama di Anatolia). Bangunan makam
biasanya dibangun di sekitar tempat tinggal tokoh atau bisa pula letaknya dekat masjid atau
madrasah.

2.4.Penyebab Kemunduran Bani Saljuk

Banyak faktor yang menyebabkan kehancuran kesultanan Saljuk yang juga dengan kejatuhannya
menyebabkan kejatuhan dinasti Abbasiyah.

Faktor – faktor itu antara lain:

1. Perselisihan yang terjadi di dalam keluarga Saljuk antara saudara mereka, paman,
keponakan dan cucu.
2. Masuknya pengaruh kaum wanita dalam pemerintahan.
3. Dimunculkan api fitnah oleh para pejabat dan menteri.
4. Lemahnya para Khalifah Bani Abbas dalam menghadapi kekuatan militer Saljuk. Sehingga
pemerintahan Bani Abbas tidak mampu menolak siapapun yang duduk di kursi kesultanan
Saljuk dan mendengungkan khutbah untuk semua pemenang yang kuat.
5. Ketidak mampuan pemerintahan Saljuk dalam menyatukan wilayah Syam, Mesir dan Irak di
bawah panji kekuasaan Bani Abbas.
6. Terjadinya friksi di dalam kekuasaan Saljuk sehingga menimbulkan bentrokan militer yang
terus menerus. Inilah yang menghancurkan kekuatan Saljuk hingga dia harus kehilangan
kesultanannya di Irak.
7. Konspirasi orang – orang aliran Bathiniyah terhadap kesultanan Saljuk yang mereka lakukan
dengan cara membunuh dan menghabisi para sultan dan pemimpin – pemimpin mereka.
8. Perang Salib yang datang dari belakang samudera serta pertempuran kesultanan Saljuk
dengan pasukan Barbarik yang berasal dari Eropa.

Anda mungkin juga menyukai