1.
2.
3.
4.
5.
Bidang pendidikan
Bidang arsitektur
Bukti kongkrit dari kemajuan filsafat dan keilmuan pada dinasti ayyubiyah
adalah adelasd of bath, karya-karya orang arab tentang astronomi dan
geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Pada bidang kedokteran juga
telah didirikan sebuah rumah sakit bagi orang yang menderita cacat
pikiran.
D.
Bidang industri
E.
Credit (lc), bahkan ketika itu sudah ada uang yang terbuat dari emas.
Selain itu juga dimulai percetakan mata uang dirham campuran (fulus).
Percetakan fulus yang merupakan mata uang dari tembaga dimulai pada
masa pemerintahan sultan muhammad al kamil ibn al adil al ayyubi,
percetakan unag fulus tersebut dimaksudkan sebagai alat tukar terhadap
barang-barang yang tidak signifikan denga rasio 48 fulus untuk setiap
dirhamnya.
F.
Bidang militer
G.
Bidang kebudayaan
7.
Meneladani Sipat-Sipat Shalahuddin Al Ayyubi, Pahlawan Islam Dari
Seratus Medan Pertempuran (1137 1193 M) SULTAN SALAHUDDIN ALAYYUBI,
Namanya telah terpateri di hati sanubari pejuang Muslim yang memiliki
jiwa patriotik dan heroik, telah terlanjur terpahat dalam sejarah
perjuangan umat Islam karena telah mampu menyapu bersih,
menghancurleburkan tentara salib yang merupakan gabungan pilihan dari
seluruh benua Eropa.
Konon guna membangkitkan kembali ruh jihad atau semangat di kalangan
Islam yang saat itu telah tidur nyenyak dan telah lupa akan tongkat
Ayyubiyah adalah sebuah Dinasti Sunni yang berkuasa di Dyar Bakir hingga tahun 1429 M. Dinasti ini
didirikan oleh Salahuddin al Ayyubi, wafat tahun 1193 M (Glasse, 1996:143). Ia berasal dari suku
Kurdi Hadzbani, putra Najawddin Ayyub, yang menjadi abdi dari putra Zangi bernama Nuruddin.
Keberhasilannya dalam perang Salib, membuat para tentara mengakuinya sebagai pengganti dari
pamannya, Syirkuh yang telah meninggal setelah menguasai Mesir tahun 1169 M. Ia tetap
mempertahankan lembagalembaga ilmiah yang didirikan oleh Dinasti Fathimiyah tetapi mengubah
orientasi keagamaannya dari Syiah menjadi Sunni (Yatim, 2003:283).
Penaklukan atas Mesir oleh Salahuddin pada 1171 M, membuka jalan bagi pembentukan madzhabmadzhab hukum sunni di Mesir. Madzhab Syafii tetap bertahan di bawah pemerintahan Fathimiyah,
sebaliknya Salahuddin memberlakukan madzhabmadzhab Hanafi (Lapidus, 1999:545).
Keberhasilannya di Mesir tersebut mendorongnya untuk menjadi penguasa otonom di Mesir.
Najmudin Ayub adalah seorang yang berasal dari suku Kurdi Hadzbani dan menjadi panglima Turki
1138 M, di Mosul dan Aleppo, dibawa pemerintahan Zangi Ibnu Aq-Songur. Demikian juga adiknya
Syirkuh, mengabdi pada Nuruddin, putra Zangi 1169 M. Syirkuh berhasil mengusir raja Almaric
beserta pasukan salibnya dari Mesir. Kedatangan Syirkuh ke Mesir karena undangan Khalifah
Fatimiyah untuk menggusir Almaric yang menduduki Kairo. Setelah Syirkuh meninggal 1169 M
digantikan Shalahuddin (kaponakannya) sebagai pemimpin pasukan. Pertama-tama ia masih
menghormati simbol-simbol Syiah pada pemerintahan Al-Adil Lidinillah, setelah ia diangkat menjadi
Wazir (Gubernur). Tetapi setelah al-Adil meninggal 1171 M, Shalahuddin menyatakan loyalitasnya
kepada Khalifah Abbasiyah (al-Mustadi) di Bagdad dan secara formal menandai berakhirnya rezim
Fatimiyah di Kairo.
Di masa pemerintahan Shalahuddin, ia membina kekuatan militer yang tangguh dan perekonomian
yang bekerja sama dengan penguasa Muslim di kawasan lain. Ia juga mambangun tembok kota
sebagai benteng pertahanan di Kairo dan bukit Muqattam. Pasukannya juga diperkuat oleh pasukan
barbar, Turqi dan Afrika. Disamping digalakkan perdagangan dengan kota-kota dilaut tengah, lautan
Hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan. Atas dasar inilah, ia melancarkan gerakan ofensif
guna merebut al-Quds (Jerusalem) dari tangan tentara Salib yang dipimpin oleh Guy de Lusignan di
Hittin, dan menguasai Jerusalem tahun 1187 M. Inipun tetap tak merubah kedudukan
Shalahuddin,sampai akhirnya raja inggris Richard membuat perjanjian genjatan senjata yang
dimanfaatkannya untuk menguasai kota Acre. Sampai ia meninggal (1193 M), Shalahuddin
mewariskan pemerintahan yang stabil dan kokoh, kepada keturunan-keturunannya dan saudaranya
yang memerintah diberbagai kota. Yang paling menonjol ialah al-Malik al-Adil (saudaranya), dan
keponakannya al-Kamil, mereka berhasil menyatukan para penguasa Ayubi lokal dengan
memusatkan pemerintahan mereka di Mesir. Namun pada masa pemerintahan al-Kamil Dinasti
Ayubiyah bertempat di Diyarbar dan al-Josiah, mendapat tekanan dari Dinasti Seljuk Rum dan Dinasti
Khiwarazim Syah, kemudian al-Kamil mengembalikan Jerusalem kepada kaisar Frederick II yang
membawa damai dan keberuntungan ekonomi besar bagi Mesir dan Siria. Hiduplah kembali
perdagangan dengan kekuatan KRISTEN Mediterrania. Setelah al-Kamil meninggal (1238 M) Dinasti
Ayubiyah terkoyak oleh pertentangan-pertentangan intern. Pada pemerintahan Ash-Shalih serangan
Salib 6 dapat diatasi, yang pemimpinya raja Prencis St. Louis ditangkap, tetapi kemudian pasukan
budak (Mamluk) dari Turki merebut kekuasaan di Mesir. Ini secara otomatis mengakhiri pemerintahan
Ayubiyah keseluruhan.
Langkah-Langkah Yang Dilakukan Salahuddin.
b. Mempersatukan tentara Turki, Kurdi, dan Arab di jalan yang sama. Dari Mesir, Shalahuddin juga
dapat menyatukan Syiria dan Mesopotamia menjadi sebuah kesatuan negara Muslim. Pada tahun
1174 ia merebut Damascus, kemudian Alippo tahun 1185, dan merebut Mosul pada 1186. Setelah
kukuh kekuasaannya Shalahuddin melancarkan gerakan ofensif guna mengambil alih al-Quds
(Jerussalem) dari tangan tentara tanpa banyak kesulitan. Ini berarti Jerussalem sekali lagi menjadi
Muslim setelah delapan puluh tahun, dan orang-orang Frank tersingkirkan, meskipun hanya untuk
sementara. Usaha besar-besaran telah dilakukan pasukan Salib dari Inggris, Perancis, dan Jerman
antara tahun 1189 1192 M, namun tidak berhasil mengubah kedudukan Salahuddin. Setelah perang
berakhir,
Salahuddin
memindahkan
pusat
pemerintahan
ke
Damascus.
Perjuangan Setelah Salahuddin.
Setelah kematian Shalahuddin, Ayyubiyah melanjutkan pemerintahan Mesir dan pemerintahan Syiria
(sampai tahun 1260 M).
Keluarga Ayyubiyah membagi imperiumnya menjadi sejumlah kerajaan kecil Mesir, Damaskus,
Alleppo, dan kerajaan Mosul sesuai dengan gagasan Saljuk bahwa negara merupakan warisan
keluarga raja. Meskipun demikian, Ayyubiyah tidak mengalami perpecahan, karena dengan loyalitas
kekeluargaan Mesir diintegrasikan berbagai imperium. Mereka menata pemerintahan dengan system
birokrasi masa lampau yang telah berkembang di negara-negara Mesir dan Syiria melalui distribusi
iqta kepada pejabat-pejabat militer yang berpengaruh.
Ayyubiyah secara khusus enggan melanjutkan pertempuran melawan sisa-sisa kekuatan pasukan
Salib. Mereka lebih memprioritaskan untuk mempertahankan Mesir karena kesatuan mulai melemah.
Pada tahun 1229 M Ayyubiyah menegosiasikan sebuah perjanjian dengan Fedrick II. Ini adalah
puncak kebijaksanaan baru, dan pada periode damai inilah membawa keuntungan ekonomi yang
besar bagi Mesir dan Syiria, termasuk hidupnya kembali perdagangan dengan kekuatan-kekuatan
KRISTEN Mediterania (Bosworth, 1993:87)
Sepeninggal Al-Kamil tahu 1238 M, Dinasti Ayyubiyah terkoyak oleh pertentanganpertentangan intern.
Serangan Salib keenam dapat diatasi, dan pimpinannya, Raja Perancis St. Louis ditangkap. Namun
pada tahun 1250 M keluarga Ayyubiyah diruntuhkan oleh sebuah pemberontakan oleh salah satu
resimen budak (Mamluk)nya, yang membunuh penguasa terakhir Ayyubiyah, dan mengangkat salah
seorang pejabat Aybeng menjadi sultan baru. Keruntuhan ini terjadi di dua tempat, di wilayah Barat
Ayyubiyah berakhir oleh serangan Mamluk, sedangkan di Syiria dihancurkan oleh pasukan Mongol
(Glasse, 1996:552). Dengan demikian berakhirlah riwayat Ayyubiyah oleh Dinasti Mamluk. Dinasti
yang mampu mempertahankan pusat kekuasaan dari serangan bangsa Mongol.
Kemajuan-Kemajuan Yang Diperoleh dan Peninggalan Dinasti Ayyubiyah.
Sebagaimana Dinasti-Dinasti sebelumnya, Dinasti Ayyubiyah pun mencapai kemajuan yang gemilang
dan mempunyai beberapa peninggalan bersejarah. Kemajuan-kemajuan itu mencakup berbagai
bidang, diantaranya adalah
:
a. Bidang Arsitektur dan Pendidikan
Penguasa Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan. Ini ditandai
dengan dibangunnya Madrasah alShauhiyyah tahun 1239 M sebagai pusat pengajaran empat
madzhab hukum dalam sebuah lembaga Madrasah. Dibangunnya Dar al Hadist al-Kamillah juga
dibangun (1222 M) untuk mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat diberbagai
madzhab hukum sunni. Sedangkan dalam bidang arsitek dapat dilihat pada monumen Bangsa Arab,
bangunan masjid di Beirut yang mirip gereja, serta istana-istana yang dibangun menyerupai gereja.
Bukti konkritnya adalah Adelasd of Bath yang telah diterjemahkan, karya-karya orang Arab tentang
astronomi dan geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Di bidang kedokteran ini telah didirikan
sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.Dinasti Ayyubiyah akhirnya berhasil merebut Mesir
dari tangan Fathimiyyah. Dinasti ini didirikan oleh Salah Al Din Al-Ayyubi, seorang Kurdi yang
beraliran Sunni. Ketika Ayyubiyah dibawah kekuasaannya perkembagangan yang dialami cukup
pesat. Baik dibidang industri, pertanian, perdagangan, pendidikan, arsitektur, militer, dan filsafat serta
keilmuan. Sedangkan peninggalan yang terpenting adalah Dar al Hadits Al Kamiliyah yang dibangun
pada tahun 1222 M untuk mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat diberbagai
madzhab hukum sunni. Keberhasilannya yang gemilang adalah dapat menumpas tentara-tentara
Salib dan mempersatukan kembali umat Islam di jalan yang sama. Kondisi ini tidak berlangsung lama,
sepeninggal Salahuddin karena demam yang dideritanya tahun 1193 M, Ayyubiyah mulai
menampakkan kemunduran. Dinasti ini mulai terkoyak oleh perselisihan intern keluarga sepeninggal
Al-Kamil. Pada saat itu pemberontakan yang dilakukan oleh budak (Mamaliknya). Resimen inilah
yang akhirnya dapat menaklukkan Ayyubiyah di bagian Barat pada tahun 1250 M. Sedangkan
Ayyubiyah di Syiria ditaklukan oleh Mongol.
Sumber : http://sejarah-sejarahtentangislam.blogspot.com/
diri sebagai raja untuk wilayah Mesir dan Syam pada tahun 571 H/1176 M
dan berhasil memperluas wilayahnya hingga Mousul Irak bagian utara.
2. Sejarah pribadi Salahuddin Al-Ayyubiyah
Sultan Salahuddin Al-ayyubi merupakan pahlawan dan panglima
Islam yang besar. Pada beliau terkumpul sifat-sifat berani, wara, zuhud,
khusyu, pemurah, pemaaf, tegas, dan sifat terpuji lainnya.
Seorang penulis sejarah mengatakan: Hari kematiannya merupakan
kehilangan besar bagi agama Islam dan kaum Muslimin karena mereka
tidak pernah menderita sejak kehilangan keempat khalifah yang pertama
(khulafaur rasyidin). Istana kerajaan dan dunia diliputi oleh wajah-wajah
yang tertunduk, seluruh kota terbenam dalam dukacita. Dan rakyat
mengantarkan jenazahnya sambil di iringi dengan tangisan dan ratapan.
Sultan Salahuddin menghabiskan waktunya dengan bekerja keras
siang dan malam untuk Islam, hidupnya sangat sederhana, makanannya
sederhana, pakaiannya terbuat dari bahan yang kasar.beliau seanatiasa
menjaga waktu-waktu salat dan mengerjakannya secara berjamaah.
kisah lahir dan hidup sang Nabi saw. Kisah perang tampaknya dianggap
tak relevan lagi.peringatan Maulid Nabi tampaknya masih perlu dilakukan,
selain dimaksudkan untuk meneladani akhlak Muhammad saw juga
diperuntukan yakni perang melawan hawa nafsu, kemungkaran, dan
kemaksiatan.
D. TOKOH
ILMUWAN
MUSLIM
DAN
PERANNYA
DALAM
KEMAJUAN
KEBUDAYAAN/ PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI AL-AYYUBIYAH
1. Sejarah kehidupan para Ilmuwan Muslim pada masa Dinasti AlAyyubiyah
Di antara para Ilmuwan itu mencakup berbagai keahlian, yaitu :
a. Ahli pertanian (botani) yaitu : Muwaaqaddin Abdul Latif Al-Bagdadi.
Hasil temuannya di teliti di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan di masjid
damaskus.
Ahli botani lainnya: Al-Idris, Ad-Dawudi, Ad-Dinuri, dan Al-Qutubi.
Selain itu mucul ahli botani lainnya, yakni: Abnu Al-Baitar.( ahli
tanaman dan obat-obatan)
b. Ahli Geografi, yaitu : Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi (10991153). Di tuliskannya dalam kitabnya al-jami li Asytat an-Nabat
(kitab kumpulan dan tanaman), Nuzhah an-Nufus al-Afkar fi Marifah
wa al-hajar wa al-Asyjar (kitab komprehensif tentang Identifikasi
Tanaman, bebatuan, dan pepohonan).
1.
Iskandariyah dikepung dari darat dan laut oleh pasukan salib, akhirnya
peperangan itu berakhir dengan perjanjian perdamaian (agustus 1167), yang
isinya antara lain pertukaran tawanan perang. Salahuddin kembali ke Suriah,
amaury kembali ke Jerussalem, dan Iskandariyah diserahkan ke Syawar.
Sambutan atas jabatan barunya pertama kali datang dari Nuruddin Zangi sendiri.
ia di anggap sebagai panglima tentara Suriah. Setelah menduduki jabatan
perdana menteri ia di perintahkan oleh Nuruddin Zangi untuk menghilangkan
nama Khalifah Al-Adid dari khotbah jumat, yang berarti berakhirnya masa
kekuasaan Dinasti Fatimiyah. Meskipun tampak enggan dan berat, akhirnya
melakukan juga tugas ini. Sebagi gantinya di sebut nama Kahalifah Abbasiyah
dan sejak itu bendera Abbasiyah mulai berkibar kembali di tanah Mesir. Khalifah
al-Mustadi (566-576 H/1170-1180 M) kemudian memberinya gelar Al-Muizz
Amirul Muminin. Sebagai imbalannya pada tahun 570 H/1175 M, khalifah
menyerahkan Mesir, An-naubah, Yaman, Tripoli, Palestina, Suriah bagian tengah,
dan Magreb (Negara-negara Islam di afrika Utara) di bawah kekuasaan
Salahuddin Yusuf Al-ayyubi sehingga semakin berkuasa untuk melaksanakan
program-program keagamaan dan politiknya. Dalam program keagamaan ia di
anggap sebagai pembaharu di mesir karena dapat mengembalikan Mazhab Suni,
membangun madrasah-madrasah yang menganut Mazhab SyafiI dan Mazhab
Maliki, mengganti kaidah Syiah dengan Sunni, mengganti pemerintahan yang
korup dan memecat pegawai yang bersekongkol dengan penjahat dan
perampok.
Melihat kebesarannya, banyak orang yang iri, misalnya dari Nuruddin Zangi
sendiri setelah ia melepas jubah kebesarannya dan menyerahkan kepada
Salahuddin Yusup Al-ayyubi. Ini disebabkan kedudukan Salahuddin Yusuf Alayyubi melebihi kedudukannya sebagai gubernur. Keirian dan kebenciannya
semakin bertambah lagi ketika Salahuddin tidak menepati janjinya untuk
mengepung Syaubak dan Karak yang di kuasai oleh pasukan Salib. Karena jasa
ayah Salahuddin al-ayyubi peperangan tidak terjadi antara mereka. Walaupun
demikian, salahuddin tetap setia kepada Nuruddin Zangi, bahkan kesetiaannya
itu di teruskan kepada anaknya, Al-Malik As-Saleh Ismail.
Kepala rumah tangga Khalifah Al-Adid, Hajib juga tidak senang kepada
Salahuddin Al-ayyubi karena hak-haknya berkurang. Ia bersekongkol dengan
tentara yang berasal dari Sudan dan An-Naubah untuk menggulingkan
Salahuddin Al-ayyubi. Demikian juga dengan para pengacau yang berasal dari
kaum Assasin yang di pimpin oleh Syekh Sinan. Di lain pihak, partai Zangi (para
pembela Al-Malik As-saleh Ismail) mengepung Salahuddin Yusuf Al-Ayubi.
Pemberontakan-pemberontakan tersebut dapat di selesaikan, baik dengan jalan
perdamaian maupun peperangan.
Kekuasaan Salahuddin yang semakin luas dan wibawanya yang semakin besar
ternyata menimbulkan kekhawatiran orang-orang Kristen Franka, nenek moyang
bangsa prancis modern yang menduduki daerah-daerah Bizantium. Untuk itu
mereka meminta bantuan Prancis, Jerman, Inggris, Bizantium, dan Paus dalam
upaya menghancurkan dan menguasai negaranya, khusunya Baitul Maqdis dan
Negara-negara lain yang dikuasai orang Islam.
Perang antara tentara Islam dan tentara Salib yang sewaktu-waktu diselingi
dengan perdamaian yang sering dilanggar tentara Salib itu mengisi lembaran
perjuangan.
Lebih buruk lagi Raynald mengancam menyerang dua kota suci tersebut.
Akhirnya, Salahuddin menyerang kembali Kingdom of Jerussalem pada tahun
1187 pada perang Battle of Hattin, sekaligus mengekseskusi Raynald dan
menangakap rajanya, Guy of Lusignan.
Pada tahun 1192, Salahuddin dan Richard sepakat dalam perjanjian Ramla,
Jerussalem tetap dikuasai Muslim dan terbuka kepada para peziarah Kristen.
Setahun berikutnya salahuddin meninggal dunia di damaskus setelah Raja
Richard kemabli ke Inggris. Bahkan, ketika rakyat membuka peti hartanya,
ternyata ta mencukupi untuk biaya pemakamannya, hartanya banyak dibagikan
kepada mereka yang mebutuhkannya.
2.
Pada tahun 1145-1147, pecah perang Salib II, namun perang besar-besaran
terjadi pada perang Salib III, di pihak Kristen dipimpin Philip Augustus dari
prancis dan Richard Si hati Singa dari Inggris, sementara kaum muslimin
dipimpin Salahuddin Al-Ayyubi. Pada tahun itu kekhalifahan Islam terbagi dua,
yaitu; dinasti Fatimiyah di Ciro (bermazdhab Syiah) dan Dinasti Seljuk yang
berpusat di Turki (bermazdhab Sunni), kondisi ini membuat Salahuddin prihatin,
menurutnya, Islam harus bersatu untuk melawan eropa-Kristen yang juga bahu
membahu.
Pria keturunan Seljuk ini kebetulan mempunyai paman yang menjadi petinggi
Dinasti Fatimiyah. Melalui serangkaian lobi, akhirnya Salahuddin Al-Ayyubi
berhasil menyatukan kedua kubu dengan damai.
Salahuddin kini dihadapkan pada perilaku kaum Muslimin yang tampak loyo dan
tak punya semangat jihad. Mereka dihinggapi penyakit wahn (cinta dunia dan
takut mati). Spirit perjuangan yang pernah dimiliki tokoh-tokoh terdahulu tak lagi
membekas dihati. Salahuddin lantas menggagas sebuah festival yang diberi
nama PERINGATAN MAULID NABI SAW. Tujuannnya untuk menumbuhkan dan
membangkitkan spirit perjuangan. di festival ini dikaji habis-habisan sirah
nabawiyyah (sejarah nabi) dan atsar (perkataan) sahabat, terutama berkaitan
dengan nilai-nilai jihad. Festival berlangsung selama dua bulan berturut-turut
dan hasilnya luar biasa. Banyak pemuda Muslim mendaftar untuk berjihad
membebaskan palestina.
Kaum muslimin meraih kemenangan pada tahun 1187. Dua pemimpin tentara
perang Salib, Raynald dari Chatillon (Prancis) dan raja Guy, dibawa kehadapan
Salahuddin. Raynald akhirnya dijatuhi hukuman mati terbukti memimpin
pembantaian yang sangat keji kepada orang-orang Islam. Namun Raja Guy
dibebaskan karena tidak melakukan kekejamana yang serupa. Tiga bulan setelah
peperangan Hattin, pada hari yang tepat sama ketika Nabi Muhammad saw
diperjalankan dari mekkah ke jerussalem dalam Isra Miraj, Salahuddin
memasuki Baitul Maqdis. Kawasan ini akhirnya direbut kembali setelah 88 tahun
berada dalam cengkraman musuh.
dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi
Allah semata. Jika mereka berhenti, maka tidak ada (lagi) permusuhan, kecuali
terhadap orang-orang zalim. Qs. Al Baqarah: 193.
Kaum Salib segera mendatangkan bala bantuan dari Eropa. Datanglah pasukan
besar dibawah komando Philip Augustus dan Richard si hati singa
Pada tahun 1194, Richard yang di gambarkan sebagai seorang pahlawan dalam
sejarah Inggris, memerintahkan untuk menghukum mati 3000 orang Islam yang
kebanyakan wanita dan anak-anak. Tragedi ini berlangsung di kastil Acre.
Meskipun orang islam menyaksikan kekejaman ini, mereka tidak pernah memilih
cara yang sama.
Ketika pasukan Salib pada Perang Salib Pertama berhasil mengalahkan Kekhalifahan Fatimiyah dan merebut Yerusalem pada tahun 1099 M,
Mesir dan Suriah merasa bahwa Fatimiyah sudah melemah. Salah satu jenderalnya, Salahuddin Al Ayyubi, merebut kekuasaan dari Fatimiyah
dan mendirikan diansti Ayyubiyah.
Saladin adalah orang Kurdi yang berasal dari Tikrit di Irak utara. Dia datang ke Mesir pada tahun 1168 M sebagai asisten pamannya, yang
merupakan seorang jenderal dan kemudian menjadi wazir dari khalifah Fatimiyah terakhir. Setelah paman Salahuddin meninggal setahun
kemudian, Salahuddin pun memperoleh kekuasaan atas Mesir. Pada tahun 1173 M, kakak Salahuddin, Turansyah, menaklukan Yaman di Jazirah
Arab, yang memberikan Salahuddin kendali atas perdagangan dari India melalui Laut Merah. Dia adalah jenderal yang amat sukses yang
mengikuti jenderal Mamluk Zangi dan Nureddin dalam merebut kembali sebagian besar wilayah yang hilang pada Perang Salib Pertama. Dia
merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187 M.
Salahuddin Al Ayyubi
Berbeda dengan dinasti Fatimiyah yang Syi'ah, Salahuddin adalah seorang Muslim Sunni, jadi dia kembali menyebarkan ajaran Sunni di Mesir
dan Suriah. Dia membuka sejumlah madrasah yang menyebarkan ajaran Sunni kepada orang-orang, dan juga mengajarkan ilmu dari Iran ke
Mesir dan Suriah. Ini membuat dinasti Ayyubiyah dekat dengan para khalifah Abbasiyah di Baghdad. Ketika Salahuddin meninggal pada tahun
1193 M, dia dimakamkan di Damaskus, di dekat Masjid Agung Umayyah.
Setelah kematiannya, para putra dan kerabat Salahuddin membuat wilayah Ayyubiyah terpecah menjadi diansti-dinasti kecil. Muncul
pemerintahan-pemerintahan tersendiri di Damaskus, Aleppo, Hims, Hamat, dan Diyar Bakr. Namun para sultan Ayyubiyah di Kairo adalah yang
paling kaya dan mereka mengendalikan sebagian besar pemerintahan kecil tersebut. Para cendekiawan dan pendakwah Yahudi dan Kristen
seperti Maimonides dan Francis dari Assisi pernah mengunjungi dan tinggal di Mesir. Beberapa dari para cendekiawan ini pernah tinggal di Kairo
yang merupakan kota terkaya di Kesultanan Ayyubiyah. Ketika Paus Honorius menyerang Mesir pada Perang Salib Kelima, Ayyubiyah berhasil
menghalaunya. Pada Perang Salib Keenam, untuk memperoleh kembali Yerusalem, para tentara Salib bertempur sebagai tentara bayaran bagi
Ayyubiyah dalam melawan Mamluk.
Para pemimpin Ayyubiyah akhir memasukkan para budak Turk dan Mongol ke dalam pasukan mereka. Para budak ini disebut Mamluk dan
seiring perkembangannya orang-orang Mamluk menjadi lebih berperan dalam militer Ayyubiyah daripada orang Ayyubiyah sendiri. Sedikit demi
sedikit orang Maluk merebut kekuasaan dari para sultan Ayyubiyah. Pada akhirnya pada tahun 1250 M, Mamluk menguasai seluruh Mesir. Pada
rahun 1260 M, nyaris seluruh wilayah Ayyubiayh sudah direbut oleh Mamluk.