Anda di halaman 1dari 28

BAB II

PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA KEKUASAAN DINASTI


AYYUBIYAH DI MESIR (1137 1193 M)

1.

Latar Belakang Berdirinya dinasti Ayyubiyah

Ayyubiyah adalah sebuah dinasti sunni yang berkuasa dimesir, suriah,


sebagian yaman, irak, mekah, hejaz dan dyarbakir. Dinasti ini didirikan
oleh salahuddin alayyubi pada tahun 1174M. nama lengkapnya adalah
salahuddin yusuf ibn ayyub ia berasal dari suku kerdi hadzbani, ia adalah
putra najmudin ayyub dan keponakan asaddudin syirkuh. Najmudin ayub
dan asadudin syirkuh hijrah dari kampung halamanya didekat danau fan
ke takrit, irak. Salahuddin lahir dibenteng takrit pada tahun 532H atau
1137M. ketika ayahnya menjadi penguasa seljuk di takrit, pada saat itu
ayah dan pamannya mengabdi kepada imaddudin zanky, seorang
gubernur seljuk untuk kota mousul, irak. Ketika imaduddin berhasil
merebut wilayah balbek, libanon pada tahun 534H (1139M). najmudin
ayub diangkat menjadi gubernur balbek dan menjadi abdi raja suryah,
yakni nuruddin mahmud. Selama dibalbek inilah salahudin menekuni
teknik dan strategi perang serta politik. Selanjutnya dia mempelajari
teologi sunni selama sepuluh tahun didamaskus, dalam lingkungan istana
nuruddin.

2.

Biografi Tokoh Salahuddin Al-Ayyubi

Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi Ayahnya


Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin
Syirkuhhijrah
(migrasi)
meninggalkan kampung halamannya dekat
Danau Fan dan pindah ke daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin
lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M, ketika ayahnya menjadi
penguasa Seljuk di Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun pamannya
mengabdi kepada 1Imaduddin Zanky, gubernur Seljuk untuk kota Mousul,
Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah 1Balbek, Lebanon tahun
534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi
gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat Raja Suriah 1Nuruddin
Mahmud. Selama di Balbek inilah, Shalahuddin mengisi masa mudanya
dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. Setelah itu,
Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari
teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin.
Pada tahun 1169, Shalahudin diangkat menjadi seorang wazir (konselor).

Bersama dengan pamannya, salahuddin melawan tentara perang salib


pada tahun 559-564H (1164-1168M). mereka berhasil mengusirnya dari
mesir sejak saat itu asaduddin syirkuh diangkat menjadi perdana menteri
khilafah fathimiyah. Setelah pamannya meninggal jabatan perdana
menteri dipercayakan kepada salahuddin al ayyubi pada tahun 1169M.
disana, ia mewarisi peranan sulit yaitu mempertahankan mesir dan
melawan penyerbuan dari kerajaan latin jerrussalem. Pada saat itu tidak
ada seorangpun yang menyangka dia dapat bertahan lama dimesir
namun keberhasilan salahuddin dalam mematahkan serangan tentara dan
pasukan romawi bzantium yang melancarkan perang salib kedua terhadap
mesir membuat para tentara mengakuinya sebagai penggganti
pamannya.

3.

Masa pemerintahan dinasti ayyubiyah

Pada awal kedudukannya sebagai perdana menteri, ia masih menghormati


simbol-simbol syiaha pada pemerintahan al adid lidinillah. Namun setelah
al adid meninggal pada tahun 1171M, salahuddin menyatakan
loyalitasnya kepada khalifah abbasiyah (al mustadi) dibagdad dan secara
formal menandai berakhirnya rezim fathimiyah di kairo. Ia tetap
mempertahankan lembaga-lembaga ilmiah yang didirikan oleh dinasti
fathimiyah tetapi mengubah orientasi keagamaannya dari syiah menjadi
sunni. Hal ini sesuai dengan perintah sultan nuruddin dia memerintahkan
salahuddin untuk mengambil kekuasaan dari tangan khilafah fathimiyah
dan mengembalikannya kepada khilafah abbasiyah di bagdad.

Penaklukan mesir oleh salahuddin pada tahun 1171M tersebut membuka


jalan bagi pembentukan mazhab-mazhab hukum sunni dimesir.
Salahuddin memberlakukan mazhab hanafi, sebelumnya mazhab syafiiyah
yang berlaku didinasti fatiniyah. Keberhasilan tersebut mendorongnya

untuk menjadi penguasa otonom dimesir. Dalam mengsolidasikan


kekuatannya, ia memanfaatkan keluarganya untuk melakukan ekspansi
kewilayah lain. Saudaranya dikirim untuk menguasai yaman pada tahun
1173M. taqiyuddin, keponakannya diperintahkan untuk melawan tentara
salib di dimyat. Adapun syihabuddin, pamannya diberi kekuasaan untuk
menduduki mesir hulu. Dari mesir, salahuddin juga dapat menyatukan
syiria dan mesofotamiya menjadi sebuah kesatuan negara muslim. Pada
tahun 1174 ia menrebut damaskus kemudian alippo tahun 1185 dan
merebut mousul pada 1186.

Pada masa pemerintahan salhudidin kekuatan militernya terkenal sangat


tangguh pasukannya diperkuat oleh pasukan Barbar turki, dan afrika ia
juga membangun tembok kota diakiro dan bukit muqattam sebagai
benteng pertahanan. Dalam hal perekonomian, ia bekerja sama dengan
penguasa muslim diwilayah lain. Disamping itu, ia juga menggalakan
perdaganggan dengan kota-kota dilaut tengah, lautan hindia dan
menyempurnakan sistem perpajakan atas dasar inilah ia melancarkan
gerakan offensif (penyerangan dengan membabibuta) untuk merebut al
quds (jerussalem) dari tangan tentara salib yang dipimpin oleh guy de
lusignan di hittin. Akhirnya pasukannya berhasil menguasai jerussalem
pada tahun 1187M. ini berarti jerussalem dapat dikuasai oleh orang
muslim untuk kedua kalinya setelah delapan puluh tahun dikuasai oleh
kaum kristiani. Setelah kejadian itu orang-orang frank tersingkirkan,
meskipun hanya untuk sementara. Usaha besar-besaran telah dilakukan
pasukan salib dari inggris, prancis dan jerman pada tahun 1189-1192M
namun tidak berhasil mengubah kedudukan salahuddin. Setelah perang
berakhir salahuddin memindahkan pusat pemerintahan ke damaskus.

Perjuangan salahuddin dalam merealisasikan tujuan-tujuan utamanya


yaitu mengeluarkan kaum salib dari baitul makdis dan mengembalikan
pada persatuan umat islam, telah menghabiskan kekuatannya dan
mengganggu kesehatannya. Ia meninggal dan dimakamkan di damaskus
pada tahun 1193M, setelah dua puluh lima tahun memerintah sebelum
meninggal ia membagikan kekaisaran ayyubiyah kepada para anggota
keluarga. Oleh karena itu, pengendalian dari pusat tetap berada dibawah
kekuasaan almalik al adil (saudaranya) dan keponakannya al kamil
mereka membagi imperiumnya menjadi sejumlah kerajaan kecil mesir,
damaskus, alleppo dan kerajaan mousul sesuai dengan gagasan saljuk
bahwa negara merupakan warisan keluarga raja. Meskipun demikian
ayyubiyah tidak mengalami perpecahan, karena dengan loyalitas

kekeluargaan mesir di integrasikan dalam berbagai imperium. Mereka


menata pemerintahan dengan sistem birokrasi masa lampau yang telah
berkembang dinegara-negara mesir dan siriya melalui distribusi iqta
kepada pejabat-pejabat militer yang berpengaruh.
Ayyubiyah secara khusus enggan melanjutkan pertempuran melawan
sisa-sisa kekuatan pasukan salib. Mereka lebih memprioritaskan untuk
mempertahankan mesir, karena kesatuan mulai melemah akhirnya pada
masa pemerintahan al kamil, dinasti ayyubiyah yang bertempat di Diyar
bakr dan al jazirah mendapat tekanan dari dinasti seljuk rum dan dinasti
khiwarazim syah. Selanjutnya, al kamil mengembalikan jerussalem
kepada kaisar fredrick II yang membawa kedamaian dan kestabilan
ekonomi bagi mesir dan syiria. Oleh karena itu, pada masa tersebut
perdagangan kembali dikuasai oleh kekuatan kristen mediterrania.
Setelah al kamil meninggal yakni pada tahun 1238M, dinasti ayyubiyah
dirongrong oleh pertentangan-pertentangan intern pemerintah.

4.

Berakhirnya Dinasti Ayyubiyah

Runtuhnya dinasti ayyubiyah dimulai pada masa pemrintahan sultan ash


shalih. Pada masa pemerintahan ash shalih terjadi serangan pasukan
budak (mamluk) dari turki yang berhasil merebut kekuasaan dimesir.
Walupun sebelumnya pasukannya berhasil menaklukan perang salib ke
enam yang dipimpin ranja perancis ST Louis, Setelah ash shalih
meninggal pada tahun 1249M, kaum mamluk mengangkat istri ash shalih,
syajarat ad durr sebagai sultan. Dengan demikian berakhirlah
pemerintahan dinasti ayyubiyah dimesir. Meskipun demikian dinasti
ayyubiyah masih berkuasa disuryah. Pada tahun 1260M tentara mongol
hendak menyerbu mesir. Komando tentara islam dipegang oleh qutuz,
panglima perang mamluk. Dalam pertempuran diain jalut, qutuz berhasil
mengalahkan tentara mongol dengan gemilang. Selanjutnya, qutuz
mengambil alih kekuasaan dinasti ayyubiyah. Sejak itu, berakhirlah
kekuasaan dinasti ayyubiyah.

5.

perkembangan dinasti ayyubiyah.

Ilmu Pengetahuan Pada Masa Dinasti Ayyubiyah


Sebagaimana dinasti-dinasti sebelumnya, dinasti ayyubiyah juga
mencapai kemajuan yang gemilang dibidang ilmu pengetahuan
diantaranya.
A.

Bidang pendidikan

Pemerintahan dinasti ayyubiyah telah berhasil menjadikan damaskus


sebagai kota pendidikan hal ini ditandai dengan dibangunnya dar al hadis
al kamilah pada tahun 1222M dan madrasha ash shauhiyyaha pada tahun
1239M. Dar al hadis al kamilah dibangun untuk mengajarkan pokok-pokok
hukum yang secara umum terdapat didalam mazhab hukum sunni.
Adapun madrasha ash shauhiyyaha berperan sebagai pusat pengajaran
empat mazhab.
B.

Bidang arsitektur

Kemajuan dalam bidang arsitektur dapat dilihat pada monumen bangsa


arab, bangunan masjid dibeirut yang mirip gereja dan istana-istana yang
menyerupai gereja.
C.

Bidang filsafat dan keilmuan

Bukti kongkrit dari kemajuan filsafat dan keilmuan pada dinasti ayyubiyah
adalah adelasd of bath, karya-karya orang arab tentang astronomi dan
geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Pada bidang kedokteran juga
telah didirikan sebuah rumah sakit bagi orang yang menderita cacat
pikiran.
D.

Bidang industri

Kemajuan dinasti ayyubiyah dibidang industri dibuktikan dengan


dibuatnya kincir oleh seorang siriya yang lebih canggih dibanding buatan
orang barat. Terdapat pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas.

E.

Bidang ekonomi dan perdagangan

Dalam hal perekonomian dinasti bekerja sama dengan penguasa muslim


diwilayah lain. Disamping itu, ia juga menggalakkan perdagangan dengan
kota-kota dilaut tengah, lautan hindia dan menyempurnakan sistim
perpajakan. Pada bidang perdagangan, dinasti ini membawa pengaruh
bagi eropa dan negara-negara yang dikuasainya. Dieropa terdapat
perdagangan agriculture dan industri. Hal ini menimbulkan perdagangan
internasional melalui jalur laut, sejak saat itu dunia ekonomi dan
perdangan sudah mengguakan sistem kredit, bank termasuk Letter of

Credit (lc), bahkan ketika itu sudah ada uang yang terbuat dari emas.
Selain itu juga dimulai percetakan mata uang dirham campuran (fulus).
Percetakan fulus yang merupakan mata uang dari tembaga dimulai pada
masa pemerintahan sultan muhammad al kamil ibn al adil al ayyubi,
percetakan unag fulus tersebut dimaksudkan sebagai alat tukar terhadap
barang-barang yang tidak signifikan denga rasio 48 fulus untuk setiap
dirhamnya.

F.

Bidang militer

Pada masa pemerintahan salahuddin, kekuatan militernya terkenal sangat


tangguh. Pasukannya diperkuat oleh pasukan Barbar, turki dan afrika. Ia
juga membangun tembok kota di kairo dan muqattam sebagai benteng
pertahanan. Selain memiliki alat-alat perang seperti kuda pedang dan
panah dinasti ini juga memiliki burung elang sebagai kepala burungburung dalam peperangan. Disamping itu adanya perang salib membawa
dampak positif, keuntungan dibidang industri, perdagangan dan
intelektual misalnya dengan adanya irigasi.

G.

Bidang kebudayaan

Salahuddin al ayyubi menjadi tokoh yang meneladankan satu konsep dan


budaya, yaitu perayaan hari lahir nabi Muhammad SAW yang kita kenal
dengan sebutan maulud atau maulid. Maulud atau maulid ini berasal dari
kata milad yang berarti tahun dan bermakna seperti pada istilah ulang
tahun.
6.

Sebab-Sebab Terjadinya Perang Salib

Perang Salib (491 H 692 H/ 1097 M 1292 M) ialah suatu


peperangan yang dilakukan oleh umat Kristen Eropa terhadap umat Islam
dengan tujuan untuk membebaskan Palestina, khususnya kota suci
Yerusalam dan kekuasaan umaat Islam. Perang Salib ini berlangsung
selama kurang 200 tahun, terdiri atas tujuh gelombang yang
menyebabkan berjuta-juta orang gugur baik dari pihak Islam maupun
pihak Kristen.
Peperangan tersebut dinamakan Perang Salib karena tentara Kristen
memakai lambang Salib dalam rangka mempersatukan umat Kristen
untuk menghadapi umat Islam. Sebenarnya Perang Salib ini bukanlah
semata-mata perang agama tetapi ada latar belakang lain yang
mempengaruhinya, antara lain

Pertama, Perebutan kekuasaan antara Timur dan Barat yang berlangsung


sejak zaman Rumawi di Barat, dan Persia (Sekarang Iran) di Timur,
padahal Persia dahulu dikenal beragama Majusi.
Kedua, Agama Kristen berkembang pesat di Eropa setelah Paus Paulus
mengalihkan kiblatnya ke Roma dan menjauhkan dari ajaran aslinya di
tempat kelahirannya di Timur. Kemudian datang agama Islam
menghancurkan penjajahan Eropa yang bertopeng agama Kristen di
Syiria, Mesir dan Afrika Utara. Islam masuk ke daratan Eropa yaitu dengan
menguasai Andalusia (Spanyol) di Barat dan Konstantinopel di Timur.
Dengan masuknya Islam ke Eropa maka orang Kristen di Eropa
menggalang persatuan untuk menghadapi kekuasaan Islam.
Ketiga, Di bidang perdagangan Eropa ingin sekali menguasai kembali
pelabuhan-pelabuhandi laut Tengah, sehingga mereka dapat menguasai
perdagangan antara Timur dan Barat.
Keempat, Sebagian pembesar Eropa ingin menguasai tanah-tanah yang
subur di negara Timur, untuk itu mereka memberikan peluang kepada
budak-budak untuk memerdekakan diri dengan jalan ikut Perang Salib.
Kelima, Para peziarah dari Eropa sering menbuat kekacauan selama
berada di Palestina. Mereka membawa obor dan pedang serta pasukan
pengawal yang bersenjata lengkap, sering menimbulkan kerusuhan di
antara mereka. Untuk lebih menganmankan suasana, penguasa Islam
melarang peziarah membawa senjata serta obor, tetapi larangan itu
mereka anggap sebagai suatu penghinaan terhadap ajaran Kristen, apa
lagi sebagian dari peziarah itu terdiri dari penjahat-penjahat yang ingin
menghapus dosanya. Para pemimpin agama Kristen mengeluarkan
pernyataan yang mengatakan bahwa para penjahat tidak akan diampuni
dosanya kecuali bila mereka melakukan ziarah ke Baitul Maqdis.

7.
Meneladani Sipat-Sipat Shalahuddin Al Ayyubi, Pahlawan Islam Dari
Seratus Medan Pertempuran (1137 1193 M) SULTAN SALAHUDDIN ALAYYUBI,
Namanya telah terpateri di hati sanubari pejuang Muslim yang memiliki
jiwa patriotik dan heroik, telah terlanjur terpahat dalam sejarah
perjuangan umat Islam karena telah mampu menyapu bersih,
menghancurleburkan tentara salib yang merupakan gabungan pilihan dari
seluruh benua Eropa.
Konon guna membangkitkan kembali ruh jihad atau semangat di kalangan
Islam yang saat itu telah tidur nyenyak dan telah lupa akan tongkat

estafet yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad saw., maka


Salahuddinlah yang mencetuskan ide dirayakannya kelahiran Nabi
Muhammad saw. Melalui media peringatan itu dibeberkanlah sikap ksatria
dan kepahlawanan pantang menyerah yang ditunjukkan melalui Siratun
Nabawiyah. Hingga kini peringatan itu menjadi tradisi dan membudaya di
kalangan umat Islam.
Jarang sekali dunia menyaksikan sikap patriotik dan heroik bergabung
menyatu dengan sifat perikemanusian seperti yang terdapat dalam diri
pejuang besar itu. Rasa tanggung jawab terhadap agama (Islam) telah ia
baktikan dan buktikan dalam menghadapi serbuan tentara ke tanah suci
Palestina selama dua puluh tahun, dan akhirnya dengan kegigihan,
keampuhan dan kemampuannya dapat memukul mundur tentara Eropa di
bawah pimpinan Richard Lionheart dari Inggris.
Hendaklah diingat, bahwa Perang Salib adalah peperangan yang paling
panjang dan dahsyat penuh kekejaman dan kebuasan dalam sejarah umat
manusia, memakan korban ratusan ribu jiwa, di mana topan kefanatikan
membabi buta dari Kristen Eropa menyerbu secara menggebu-gebu ke
daerah Asia Barat yang Islam.
Seorang penulis Barat berkata, Perang Salib merupakan salah satu
bagian sejarah yang paling gila dalam riwayat kemanusiaan. Umat
Nasrani menyerbu kaum Muslimin dalam ekspedisi bergelombang selama
hampir tiga ratus tahun sehingga akhirnya berkat kegigihan umat Islam
mereka mengalami kegagalan, berakibat kelelahan dan keputusasaan.
Seluruh Eropa sering kehabisan manusia, daya dan dana serta mengalami
kebangkrutan sosial, bila bukan kehancuran total. Berjuta-juta manusia
yang tewas dalam medan perang, sedangkan bahaya kelaparan, penyakit
dan segala bentuk malapetaka yang dapat dibayangkan berkecamuk
sebagai noda yang melekat pada muka tentara Salib. Dunia Nasrani Barat
saat itu memang dirangsang ke arah rasa fanatik agama yang membabi
buta oleh Peter The Hermit dan para pengikutnya guna membebaskan
tanah suci Palestina dari tangan kaum Muslimin.

Ayyubiyah adalah sebuah Dinasti Sunni yang berkuasa di Dyar Bakir hingga tahun 1429 M. Dinasti ini
didirikan oleh Salahuddin al Ayyubi, wafat tahun 1193 M (Glasse, 1996:143). Ia berasal dari suku
Kurdi Hadzbani, putra Najawddin Ayyub, yang menjadi abdi dari putra Zangi bernama Nuruddin.
Keberhasilannya dalam perang Salib, membuat para tentara mengakuinya sebagai pengganti dari
pamannya, Syirkuh yang telah meninggal setelah menguasai Mesir tahun 1169 M. Ia tetap
mempertahankan lembagalembaga ilmiah yang didirikan oleh Dinasti Fathimiyah tetapi mengubah
orientasi keagamaannya dari Syiah menjadi Sunni (Yatim, 2003:283).

Penaklukan atas Mesir oleh Salahuddin pada 1171 M, membuka jalan bagi pembentukan madzhabmadzhab hukum sunni di Mesir. Madzhab Syafii tetap bertahan di bawah pemerintahan Fathimiyah,
sebaliknya Salahuddin memberlakukan madzhabmadzhab Hanafi (Lapidus, 1999:545).
Keberhasilannya di Mesir tersebut mendorongnya untuk menjadi penguasa otonom di Mesir.
Najmudin Ayub adalah seorang yang berasal dari suku Kurdi Hadzbani dan menjadi panglima Turki
1138 M, di Mosul dan Aleppo, dibawa pemerintahan Zangi Ibnu Aq-Songur. Demikian juga adiknya
Syirkuh, mengabdi pada Nuruddin, putra Zangi 1169 M. Syirkuh berhasil mengusir raja Almaric
beserta pasukan salibnya dari Mesir. Kedatangan Syirkuh ke Mesir karena undangan Khalifah
Fatimiyah untuk menggusir Almaric yang menduduki Kairo. Setelah Syirkuh meninggal 1169 M
digantikan Shalahuddin (kaponakannya) sebagai pemimpin pasukan. Pertama-tama ia masih
menghormati simbol-simbol Syiah pada pemerintahan Al-Adil Lidinillah, setelah ia diangkat menjadi
Wazir (Gubernur). Tetapi setelah al-Adil meninggal 1171 M, Shalahuddin menyatakan loyalitasnya
kepada Khalifah Abbasiyah (al-Mustadi) di Bagdad dan secara formal menandai berakhirnya rezim
Fatimiyah di Kairo.

Keberhasilan Shalahuddin di Mesir mendorongnya menjadi penguasa otonom. Dalam


mengkosolidasikan kekuatannya, ia banyak memanfaatkan keluarganya untuk ekspansi ke wilayah
lain, seperti Turansyah. Saudaranya dikirim untuk menguasai Yaman 1173 M. Taqiyuddin,
keponakannya disetting untuk melawan tentara Salib yang menduduki Dimyat. Sedang Syihabuddin,
pamannya, untuk menduduki Mesir Hulu (Nubia). Kematian Nuruddin 1174 M menjadikan posisi
Shalahuddin semakin kuat, yang akhirnya memudahkan penaklukan Siria, termasuk Damaskus,
Aleppo dan Mosul. Akhirnya pada 1175 M, ia diakui sebagai sultan atas Mesir, Yaman dan Siria oleh
Khalifah Abbasiyah.

Di masa pemerintahan Shalahuddin, ia membina kekuatan militer yang tangguh dan perekonomian
yang bekerja sama dengan penguasa Muslim di kawasan lain. Ia juga mambangun tembok kota
sebagai benteng pertahanan di Kairo dan bukit Muqattam. Pasukannya juga diperkuat oleh pasukan
barbar, Turqi dan Afrika. Disamping digalakkan perdagangan dengan kota-kota dilaut tengah, lautan
Hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan. Atas dasar inilah, ia melancarkan gerakan ofensif
guna merebut al-Quds (Jerusalem) dari tangan tentara Salib yang dipimpin oleh Guy de Lusignan di

Hittin, dan menguasai Jerusalem tahun 1187 M. Inipun tetap tak merubah kedudukan
Shalahuddin,sampai akhirnya raja inggris Richard membuat perjanjian genjatan senjata yang
dimanfaatkannya untuk menguasai kota Acre. Sampai ia meninggal (1193 M), Shalahuddin
mewariskan pemerintahan yang stabil dan kokoh, kepada keturunan-keturunannya dan saudaranya
yang memerintah diberbagai kota. Yang paling menonjol ialah al-Malik al-Adil (saudaranya), dan
keponakannya al-Kamil, mereka berhasil menyatukan para penguasa Ayubi lokal dengan
memusatkan pemerintahan mereka di Mesir. Namun pada masa pemerintahan al-Kamil Dinasti
Ayubiyah bertempat di Diyarbar dan al-Josiah, mendapat tekanan dari Dinasti Seljuk Rum dan Dinasti
Khiwarazim Syah, kemudian al-Kamil mengembalikan Jerusalem kepada kaisar Frederick II yang
membawa damai dan keberuntungan ekonomi besar bagi Mesir dan Siria. Hiduplah kembali
perdagangan dengan kekuatan KRISTEN Mediterrania. Setelah al-Kamil meninggal (1238 M) Dinasti
Ayubiyah terkoyak oleh pertentangan-pertentangan intern. Pada pemerintahan Ash-Shalih serangan
Salib 6 dapat diatasi, yang pemimpinya raja Prencis St. Louis ditangkap, tetapi kemudian pasukan
budak (Mamluk) dari Turki merebut kekuasaan di Mesir. Ini secara otomatis mengakhiri pemerintahan
Ayubiyah keseluruhan.
Langkah-Langkah Yang Dilakukan Salahuddin.

a. Melancarkan jihad terhadap tentara-tentara Salib di Palestina

b. Mempersatukan tentara Turki, Kurdi, dan Arab di jalan yang sama. Dari Mesir, Shalahuddin juga
dapat menyatukan Syiria dan Mesopotamia menjadi sebuah kesatuan negara Muslim. Pada tahun
1174 ia merebut Damascus, kemudian Alippo tahun 1185, dan merebut Mosul pada 1186. Setelah
kukuh kekuasaannya Shalahuddin melancarkan gerakan ofensif guna mengambil alih al-Quds
(Jerussalem) dari tangan tentara tanpa banyak kesulitan. Ini berarti Jerussalem sekali lagi menjadi
Muslim setelah delapan puluh tahun, dan orang-orang Frank tersingkirkan, meskipun hanya untuk
sementara. Usaha besar-besaran telah dilakukan pasukan Salib dari Inggris, Perancis, dan Jerman
antara tahun 1189 1192 M, namun tidak berhasil mengubah kedudukan Salahuddin. Setelah perang
berakhir,
Salahuddin
memindahkan
pusat
pemerintahan
ke
Damascus.
Perjuangan Setelah Salahuddin.

Perjuangan Shalahuddin dalam merealisasikan tujuan-tujuan utamanya yaitu mengeluarkan kaum


Salib
dari
Baitul
Maqdis
dan
mengembalikan
pada
persatuan
umat
Islam, telah menghabiskan kekuatannya dan mengganggu kesehatannya. Ia meninggal dan
dimakamkan di Damaskus pada tahun 1193 M, setelah 25 tahun memerintah.
Sebelum meninggal, ia membagikan kekaisaran Ayyubiyah kepada para anggota keluarga. Karena itu
pengendalian dari pusat tetap berada di bawah kekuasaan Al-Adl dan Al-kamil, sampai Al-Kamil
meninggal. Di bawah kedua sultan ini, kebijaksanaan aktivis Shalahuddin memberikan tempat
sebagai hubungan detente dan damai dengan orang-orang Frank.

Setelah kematian Shalahuddin, Ayyubiyah melanjutkan pemerintahan Mesir dan pemerintahan Syiria
(sampai tahun 1260 M).
Keluarga Ayyubiyah membagi imperiumnya menjadi sejumlah kerajaan kecil Mesir, Damaskus,
Alleppo, dan kerajaan Mosul sesuai dengan gagasan Saljuk bahwa negara merupakan warisan
keluarga raja. Meskipun demikian, Ayyubiyah tidak mengalami perpecahan, karena dengan loyalitas
kekeluargaan Mesir diintegrasikan berbagai imperium. Mereka menata pemerintahan dengan system
birokrasi masa lampau yang telah berkembang di negara-negara Mesir dan Syiria melalui distribusi
iqta kepada pejabat-pejabat militer yang berpengaruh.

Ayyubiyah secara khusus enggan melanjutkan pertempuran melawan sisa-sisa kekuatan pasukan
Salib. Mereka lebih memprioritaskan untuk mempertahankan Mesir karena kesatuan mulai melemah.
Pada tahun 1229 M Ayyubiyah menegosiasikan sebuah perjanjian dengan Fedrick II. Ini adalah
puncak kebijaksanaan baru, dan pada periode damai inilah membawa keuntungan ekonomi yang
besar bagi Mesir dan Syiria, termasuk hidupnya kembali perdagangan dengan kekuatan-kekuatan
KRISTEN Mediterania (Bosworth, 1993:87)

Kemunduran Dinasti Ayyubiyah.

Sepeninggal Al-Kamil tahu 1238 M, Dinasti Ayyubiyah terkoyak oleh pertentanganpertentangan intern.
Serangan Salib keenam dapat diatasi, dan pimpinannya, Raja Perancis St. Louis ditangkap. Namun
pada tahun 1250 M keluarga Ayyubiyah diruntuhkan oleh sebuah pemberontakan oleh salah satu
resimen budak (Mamluk)nya, yang membunuh penguasa terakhir Ayyubiyah, dan mengangkat salah
seorang pejabat Aybeng menjadi sultan baru. Keruntuhan ini terjadi di dua tempat, di wilayah Barat
Ayyubiyah berakhir oleh serangan Mamluk, sedangkan di Syiria dihancurkan oleh pasukan Mongol
(Glasse, 1996:552). Dengan demikian berakhirlah riwayat Ayyubiyah oleh Dinasti Mamluk. Dinasti
yang mampu mempertahankan pusat kekuasaan dari serangan bangsa Mongol.
Kemajuan-Kemajuan Yang Diperoleh dan Peninggalan Dinasti Ayyubiyah.

Sebagaimana Dinasti-Dinasti sebelumnya, Dinasti Ayyubiyah pun mencapai kemajuan yang gemilang
dan mempunyai beberapa peninggalan bersejarah. Kemajuan-kemajuan itu mencakup berbagai
bidang, diantaranya adalah
:
a. Bidang Arsitektur dan Pendidikan

Penguasa Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan. Ini ditandai
dengan dibangunnya Madrasah alShauhiyyah tahun 1239 M sebagai pusat pengajaran empat
madzhab hukum dalam sebuah lembaga Madrasah. Dibangunnya Dar al Hadist al-Kamillah juga
dibangun (1222 M) untuk mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat diberbagai
madzhab hukum sunni. Sedangkan dalam bidang arsitek dapat dilihat pada monumen Bangsa Arab,
bangunan masjid di Beirut yang mirip gereja, serta istana-istana yang dibangun menyerupai gereja.

b. Bidang Filsafat dan Keilmuan

Bukti konkritnya adalah Adelasd of Bath yang telah diterjemahkan, karya-karya orang Arab tentang
astronomi dan geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Di bidang kedokteran ini telah didirikan
sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.Dinasti Ayyubiyah akhirnya berhasil merebut Mesir
dari tangan Fathimiyyah. Dinasti ini didirikan oleh Salah Al Din Al-Ayyubi, seorang Kurdi yang
beraliran Sunni. Ketika Ayyubiyah dibawah kekuasaannya perkembagangan yang dialami cukup
pesat. Baik dibidang industri, pertanian, perdagangan, pendidikan, arsitektur, militer, dan filsafat serta
keilmuan. Sedangkan peninggalan yang terpenting adalah Dar al Hadits Al Kamiliyah yang dibangun
pada tahun 1222 M untuk mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat diberbagai
madzhab hukum sunni. Keberhasilannya yang gemilang adalah dapat menumpas tentara-tentara
Salib dan mempersatukan kembali umat Islam di jalan yang sama. Kondisi ini tidak berlangsung lama,

sepeninggal Salahuddin karena demam yang dideritanya tahun 1193 M, Ayyubiyah mulai
menampakkan kemunduran. Dinasti ini mulai terkoyak oleh perselisihan intern keluarga sepeninggal
Al-Kamil. Pada saat itu pemberontakan yang dilakukan oleh budak (Mamaliknya). Resimen inilah
yang akhirnya dapat menaklukkan Ayyubiyah di bagian Barat pada tahun 1250 M. Sedangkan
Ayyubiyah di Syiria ditaklukan oleh Mongol.

Sumber : http://sejarah-sejarahtentangislam.blogspot.com/

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DINASTI AL-AYYUBIYAH

A. SEJARAH BERDIRINYA DINASTI AL-AYYUBIYAH

1. Pendiri Dinasti Al-Ayyubiyah


Dinasti Al-Ayyubiyah (569 H/650 H s.d 1174 M/1252 M) merupakan
dinasti-dinasti yang pernah berkuasa di Mesir, dinasti ini di,mulai dengan
berkuasanya Sultan Salahuddin Yusuf Al- Salah Ad-Din Al-Ayyubi. Di Eropa
lebih dikenal dengan sebutan Saladin.
Dinasti Al-Ayyubiah berdiri di atas puing-puing Dinasti Fatimiyah di
Mesir.Setelah meninggal, Syirkuh di ganti oleh Salahuddin AlAyyubi.Kematian Khalifah Al-Adid dari Fatimiyah pada tahun 567 H/ 1171
M Al-Ayyubi. Ayyubi di akui oleh khalifah Mesir oleh al-Muhtadi, Dinasti
Bani Abbas pada tahun 1175 M. untuk mengantisifasi pemberontakan dari
pengikut Fatimiyah dan serangan dari tentara Salib. Al-Ayyubi membangun
benteng bukit di Mukattam.Tempat ini menjadi pusat pemerintahan dalam
kemiliteran.
Salahuddin Al-Ayyubi merupakan panglima perang dan pejuang
Muslim Kurdi dariTikrit (bagian utara irak sekarang).Daerah kekuasaannya
meliputi Yaman, Irak, Mekkah Hejaz, Diyar Bakr, selain itu, melebur
menguasai Aleppo dan Mosul.
Salahuddin tidak hanya terkenal di kalangan umat Muslim, tetapi
juga dikalangan Kristen karena sifatnya yang ksatria dan pengampun,
lebih-lebih pada saat ia berperang melawan tentara salib. Sultan
Salahuddin Al-Ayyubi juga adalah seorang Ulama. Beliau memberikan
catatan kaki dan berbagai macam penjelasan dalam kitab hadis Abu
Dawud.
Salahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa kurdi, ayahnya bernama
Najmuddin
Ayyub
dan
pamannya
bernama
Asadudin

Syirkuh,meninggalkan kampong halamannya dekat Danau Fan dan pindah


kedaerahTikrit (Irak). Ia dilahirkan dibenteng Tikrit Irak tahun 532 H/1138
M, ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit. Saat itu baik ayah
maupun pamannya mengabdi pada Imaduddin Zangi, Gubernur Seljuk
untuk kota Mousul Irak. Ketika Imaduddin Ayyub (ayah salahuddin)
diangkat menjadi Gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat raja
suriah, bernama Nuruddin Mahmud.Selama di Balbek inilah Salahuddin
mengisi masa mudanya dengan menekuni tekhnik perang, strategi, dan
politik.Setelah itu, Salahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus
untuk mempelajari teologi Suni selama 10 tahun.Pada tahun 1169
Salahuddin Al-Ayyubi diangkat menjadi wajir (konselor).
Dengan meninggalnya Nuruddin (1174 M), Salahuddin Al-Ayyubi
menerima gelar Sultan di Mesir.Disana dia memproklamasikan
kemerdekaan dari kaum Seljuk dan mendirikan Dinasti Al-Ayyubi serta
mengembalikan ajaran sunni ke Mesir. Selanjutnya, Salahuddin Al-Ayyubi
memperlebar wilayah kesebelah barat magreb, dan ketika pamannya
pergi ke Nil untuk mendamaikan beberapa pemberontakan dari bekas
pendudkung Fatimiyah, kemudian dia melanjutkan ke Laut Merah untuk
menaklukkan Yaman.
Selama beberapa tahun, salahuddin selalu bersama ayahnya di
medan pertempuran melawan tentara perang Salib atau menumpas para
pemberontakan terhadap pemimpinnya Sultan Nuruddin Mahmud. Ketika
Nuruddin berhasil merebut Kota Damaskus pada tahun 549 H/1154 M
maka keduanya ayah dan anak telah menunjukkan loyalitas yang tinggi
kepada pemimpinnya.
Dalam tiga pertempuran di Mesir bersama-sama pamannya,
Asaduddin melawan tentara perang Salib dan berhasil mengusirnya dari
mesir pada tahun 559-564 H / 1164-1168 M. sejak saat itu, Asaduddin
diangkat menjadi Perdana Menteri (PM) khilafah fatimiyah.
Salahuddin Al-Ayyubi berhasil mematahkan serangan Tentara Salib
dan pasukan Romawi Bizantium yang melancarkan perang Salib ke II
terhadap Mesir. Sultan Nuruddin memerintahkan Salahuddin mengambil
kekuasaan dari tangan Khalifah Fatimiyah dan mengembalikan kepada
Khalifah Al-Adid, Khalifah Fatimiyah terakhir meninggal maka kekuasaan
sepenuhnya di tangan Salahuddin al-ayyubi.
Sultan Nuruddin meninggal tahun 659 H/1174 M, kemudian
Damaskus diserahkan kepada putranya yang masih kecil bernama Sultan
Salih Ismail didampingi seorang wali. Di bawah seorang wali terjadi
perebutan kekuasaan di antara putra-putra Nuruddin dan wilayah
kekuasaan Nuruddin menjadi terpecah-pecah. Salahuddin al-ayyubi pergi
ke damaskus untuk membereskan keadaan, tetapi ia mendapat
perlawanan dari pengikut Nuruddin yang tidak ingin menginginkan
persatuan. Akhirnya salahuddin al-ayyubi melawannya dan menyatakan

diri sebagai raja untuk wilayah Mesir dan Syam pada tahun 571 H/1176 M
dan berhasil memperluas wilayahnya hingga Mousul Irak bagian utara.
2. Sejarah pribadi Salahuddin Al-Ayyubiyah
Sultan Salahuddin Al-ayyubi merupakan pahlawan dan panglima
Islam yang besar. Pada beliau terkumpul sifat-sifat berani, wara, zuhud,
khusyu, pemurah, pemaaf, tegas, dan sifat terpuji lainnya.
Seorang penulis sejarah mengatakan: Hari kematiannya merupakan
kehilangan besar bagi agama Islam dan kaum Muslimin karena mereka
tidak pernah menderita sejak kehilangan keempat khalifah yang pertama
(khulafaur rasyidin). Istana kerajaan dan dunia diliputi oleh wajah-wajah
yang tertunduk, seluruh kota terbenam dalam dukacita. Dan rakyat
mengantarkan jenazahnya sambil di iringi dengan tangisan dan ratapan.
Sultan Salahuddin menghabiskan waktunya dengan bekerja keras
siang dan malam untuk Islam, hidupnya sangat sederhana, makanannya
sederhana, pakaiannya terbuat dari bahan yang kasar.beliau seanatiasa
menjaga waktu-waktu salat dan mengerjakannya secara berjamaah.

B. PARA PENGUASA DINASTI AL-AYYUBIYAH DAN MASA PEMERINTAHANNYA


Para penguasa Dinansti Al- Ayyubiyah terdiri atas:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Salahuddin Al-Ayyubi (564 H/1169 M 589 H/1193 M)


Malik Al-Aziz Imaduddin (589 H/1193 M 595 H/1198 M)
Malik Al-Mansur Nasiruddin (595 H/1198 M 595 H/1200 M)
Malik Al-Adil Sifuddin, pemerintahan I (596 H/ 1200 M 1200 H/1218 M)
Malik Al-Kamil Muhammad (615 H/1218 M 635 H/1238 M)
Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan II (635 H/1238 M 637 H/1240 M)
Malik As-Saleh Najmudin (637 H/1240 M 647 H/1229)
Malik Al-Muazzam Turansyah (647 H/1249 M)
Malik Al-Asyraf Muzaffaruddin (647 H/1249 M 650 H/1252 M)

Perjalanan politik Slauddin Al-Ayyubi dimulai dari masa muda yang


selalu ikut berperang mendampingi ayahnya bernama Najmuddin bin Ayyub.
Lehih-lebih ketika Slahuddin ikut ekspedisi dengan pamannya ke Mesir. Lima
tahun kemudian (1169 M), ia menaklukkan khalifah terakhir dari dinasti
Fatimiyah, bernama al-addid (1160-1171).
Sejak itu, ia menghapus tradisi mendoakan khalifah Fatimiyah dalam
khotbah Jumat dan menggantikannya dengan mendoakan Khalifah
Abbasiyah, Al-Muhtadi (566 H/1170 M 575 H/1180 M).

Pada bulan Mei 1175 M, Salahuddin mendapat pengakuan dari Khalifah


Abbasiyah sebagai penguasa Mesir, Afrika utara, Nubia, hedzjaz, dan suriah
tengah. Ia menyebut dirinya sebagai Sultan. Sepuluh tahun kemudian, ia
menaklukkan daerah Mesopotamia dan menjadikan penguasa-penguasa
setempat sebagai pemimpinnya.
Sebagian besar hidup salahuddin dicurahkan untuk melawan pasukan
Salib. Dalam hal ini pada tahun 1170 M. salahuddin berhasil menaklukkan
wilayah Masyhad dari tangan Rasyidin Sinan. Kemudian, pada tanggal 1, 3
dan 4 Juli 1187 M, ia berhasil merebut Tiberias dan melancarkan Hattin untuk
menangkis serangan pasukan Salib.
Dalam peperangan ini, pasukan Prancis berhasil dihancurkan.
Jerussalem sendiri menyerah tiga bulan berikutnya, tepatnya 2 Oktober 1187
M. pada saat itulah suara Azdan terdengar kembali di Masjidil Aqsa,
menggantikan suara lonceng gereja. Jatuhnya ibu kota hattin ini memberi
peluang baginya untuk lebih lanjut menaklukkan kota-kota lain di Suriah dan
Palestina.
Salahuddin melancarkan serangan ke dua arah, yaitu ke utara meliputi
Al-Laziqiyyah (Laodesia), Jabalah, dan Sihyawan, serta ke selatan meliputi alkarak dan as-saubak. Semua wilayah itu jatuh ke tangan salahuddin sebelum
tahun 1189 M. akan tetapi sampai pada tahun 1189 M, Tripolli, Antioka
(Antakia, Turki), Tyre, dan beberapa kota kecil lainnya masih berada di bawah
kekuasaan pasukan Salib.
Setelah perang besar memperebutkan Kota Akka (Acre) yang
berlangsung 1189-1191 M dan dimenangkan oleh tentara Salib, kedua belah
pihak hidup dalam keadaan damai tanpa perang. Perjanjian damai secara
penuh dicapai pada tanggal 2 November 1192 M. dalam perjanjian tersebut,
disetujui bahwa daerah pesisir dikuasai pasukan Salib, sedangkan daerah
paedalaman oleh kaum Muslimin. Dengan demikian, tidak akan ada lagi
gangguan terhadap orang Nasrani yang akan berziarah ke Jerussalem.
Salahuddin dapat menikmati suasana perdamamian ini hingga menjelang
akhir hayatnya karena pada 19 Februari 1193 M, ia jatuh sakit di Damaskus
dan wafat 12 hari kemudian dalam usia 55 tahun.
Setelah Salahuddin al-ayyubi meninggal dunia, daerah kekuasaanya
yang terbentang dari sungai Tigris hingga sungai Nil itu dibagikan kepada
keturunannya, antara lain:
a.
b.
c.
d.

Al-Malik Al-Afdal Ali untuk wilayah Damaskus


Al-Aziz untuk wilayah Kairo
Al-Malik Al-Jahir untuk wilayah Aleppo
Al-Adil adik Salahuddin untuk wilayah Al-Karak dan Asy-Syaubak.

Al-Adil yang bergelar (Saifuddin) itu mengutamakan perdagangan


dengan koloni Prancis. Setelah ia wafat pada 1218, beberapa cabang Bani
Ayub menegakkan kekuasaan sendiri di mesir, damaskus, Mesopotamia,
Hims, Hamah, dan Yaman.salah satunya untuk memperebutkan Suriah.

Al-Kamil Muhammad, putera Al-adil yang menguasai Mesir (615


H/1218 M 635 H/1238 M), termasuk tokoh Bani Ayub yang menonjol. Ia
bangkit untuk melindungi daerah kekuasaannya dari ronrongan tentara Salib
yang telah menaklukkan Dimyati atau Damiette (tepi sungai Nil, utara Kairo)
pada masa pemerintahan ayahnya, tentara salib tampaknya memang
berusaha untuk menaklukkan Mesir dengan bantuan Italia. Penaklukan Mesir
menjadi penting karena dengan demikian mereka dapat menguasai jalur
perdagangan Samudera HIndia melalui jalaur Laut Merah. Setelah hamper
dua tahun (November 1219 M/agustus 1221 M) terjadi konflik antara tentara
Salib dan pasukan Mesir, Al kamil berhasil memaksa tentara salib untuk
meninggalkan Dimyati.
Al-Kamil juga dikenal sebagai penguasa yang memberikan perhatian
terhadap pembangunan dalam negeri. Program pemerintahanya yang cukup
menonjol adalah membangun saluran Irigasi dan membuka lahan-lahan
pertanian serta menjalin hubungan perdagangan dengan Eropa. Ia dapat
menjaga kerukunan hidup beragama antara orang muslim dan orang koptik
Kristen, bahkan sering mengadakan diskusi dengan pemimpin-pemimpin
Koptik. Pada masa itu tentara salib masih berkuasa sampai tahun 1244 M.
Ketika Malik As-Saleh, putra Malik Al-Kamil memerintah pada 1240
H/1249 M, pasukan Turki dari Khawarizm mengembalikan kota itu ke tangan
Islam.
Pada tanggal 6 Juni 1249 M, pelabuhan Dimyati di tepi sungai Nil di
taklukan kembali oleh tentara Salib yang dipimpin oleh Raja Lois IX dari
prancis.
Pada April 1250 M, akhirnya dapat dikalahkan oleh pasukan Ayyubiah.
Raja Lois IX dan beberapa bangsawan lainnya di tawan, tetapi kemudian di
bebaskan kembali setelah Dimyati dan dikembalikan ke tangan tentara
Muslim disertai dengan beberapa bahan makanan sebagai tebusan.
Pada tanggal November 1249 M, Malik as-Saleh meninggal dunia.
Semula ia akan di gantikan oleh putera mahkota Turansyah. Untuk itu
Turansyah dipanggil pulang dari Mesopotamia (suriah) untuk menerima
tampuk kekuasaan ini. Untuk menghidari kepakuman kekuasaan sebelum
turansyah tiba di mesir, kekuasaan untuk sementara dikendalikan oleh ibu
tirinya, yaitu Syajar ad-Durr akan tetapi, ketika Turansyah mengambil
kekuasaan, ia mendapat tantangan dari para Mamluk (Ar: mamluk: seorang
budak atau hamba yang di miliki oleh tuannya; jamaknya mamalik dan
mamlukan yang tidak menyenanginya).
Belum genap satu tahun Turansyah berkuasa, kemudian di bunuh oleh
para Mamluk atas perintah Syajar Ad-Durr. Sejak itu, Syajar Ad-Durr
mengatakan dirinya sebagai Sultan wanita pertama Mesir. Pada saat yang
sama seorang pemimpin Ayyubiah Al-asyraf Musa dari damaskus juga
menyatakan dirinya sebagai sultan Ayyubiah, meskipun hanya sebatas
lambang saja tanpa kedaulatan atau kekuasaan yang nyata. Kekuasaan

sebenarnya ada di tangan seorang mamluk Izzudin Aybak pendiri dinasti


Mamluk (1250-1257 M), akan tetapi sejak Al-asyraf Musa meninggal pada
1252 M, berakhirlah masa pemerintahan Dinasti Ayyubiah.
C. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN/ PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI ALAYYUBIYAH
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan
Salahuddin Al-Ayyubi bukan hanya dikenal sebagai panglima perang
yang ditakuti, melainkan lebih dari itu ia adalah seorang yang sangat
memperhatikan kemajuan pendidikan, mendorong studi keagamaan,
membangun bendungan, menggali terusan, serta mendirikan sekolah dan
masjid. Salah satu karya yang sangat monumental ialah Qalah Al-Jabal,
sebuah benteng yang di bangun di Kairo pada 1183 M.
Salahuddin membangun kerajaan sesuai dengan cita-citanya,
baginda mendirikan Madrasah-madrasah dan kurikulumnya di sesuaikan
dengan paham sunni. Guru-guru di datangkan ke mesir untuk mengajar
dengan gaji yang tinggi. Setelah mendapatkan sertifikasi uji kelayakan
mengajar. Dalam bidang Arsitektur dapat diperhatikan dengan berdirinya
masjid agung di sulaiman yang dimulai pembangunannya sejak Dinasti
Umayyah pada tahun 717 M, yakni masjid agung Aleppo.
Seiring dengan bergulirnya kekuasaan di Aleppo pada tahun 1158
M, Masjid agung Aleppo diperluas oleh Nur Al-Din Zangi. Kebanyakan
Ilmuwan menyatakan masjid agung damaskus dan Aleppo sebagai masjid
kembar dari sisi bentuk arsitektur. Keduanya terletak di bekas kekuasaan
Romawi dan Bizantium.Di masjid agung Aleppo terdapat makam Nabi
Zakariya dan di damaskus terdapat makam Nabi Yahya.
Masjid agung Aleppo sudah banyak mengalami perubahan dari
bentuk aslinya, sempat di guncang gempa bumi dan di hancurkan oleh
serangan-serangan Bizantium dan tentara Mongol. Tapi masih terjaga
hingga kini.
Menurut sejarahwan Al-Ghazi, perubahan pada masjid agung
Aleppo terjadi ketika Daulah Abbasiyah mengambil mozaik, ukiran, dan
aksesori masjid itu.
Tetapi menurut sejarahwan Al-Adhim, hilangnya mozaik Masjid
Agung
Aleppo
akibat
ulah
Bizantium
pada
962
M. Kaisar
Nichephorus melakukan pengrusakan dan aksi vandalisme ketika
Bizantium mencoba menguasai Aleppo. Mereka membakar dan
menghancurkan mozaik masjid Aleppo.
Masjid agung Aleppo kembali di bangun pada masa kekuasaan Emir
Syaft a-Daulah dari Dinasti Hamanid. Di bawah kekuasaannya Aleppo
mencapai kejayaannya dan menjelma menjadi negeri yang makmur, di
jadikan ibu kota pemerintahan Hamanid dan menjadi pusat kebudayaan
yang penting.
Meski tak lagi mewarisi struktur masjid peninggalan Umayyah,
namun masjid agung Aleppo sangat dikenal sebagai masterpiece dalam
dunia Islam. Pada abad ke-15 M. masjid agung Aleppo bersaing dengan
masjid damskus dalam hal dekorasi, cat, serta mozaik papar Ibnu AlShihna.

Berkembangnya peradaban turut melahirkan sejumlah penulis,


sastrawan dan Ilmuwan terkemuka seperti Abu Firais Al Hamadani dan
abu Tayyeb Al mutanabbi. Kota Aleppo pun bertambah luas meliputi :
Kelikia, Malatya, Diarbekir, Antioch, Tarsus, mardin, dan Roum Qala. dan
pada tahun 353 H Aleppo di serang imperium Romawi.
Selanjutnya kota Aleppo dikuasai dinasti Fatimiyah, Mirdassid, Turki,
dan jatuh ke pangkuan Seljuk. Setelah itu Alepoo kembali di ambil alih
Romawi dan pada 1108 M dan di serbu pasukan Perang Salib (Crusader).
Kota yang diliputi anarki itu kembali pulih ketika Imad ad-di Zangi
menjadi pangeran Aleppo. Semenjak di kuasai pangeran Imad ad-din dan
anaknya Nur ad-din Mahmud, Aleppo berada di bawah kekuasaan Negara
Nurid (523-579 H/1128 M 1260 M) kondisi Aleppo mulai pulih sayangnya
pada 1170 M kota Aleppo hancur diguncang gempa bumi.
Aleppo kembali mencapai kejayaannya pada zaman Dinasti
ayyubiah (579-659 H/1183 1260 M). salah satu raja yang tersohor waktu
itu bernama Salahuddin Al-Ayyubi, dia melindungi Aleppo dan kembali
membuat nama Aleppo haru dan di segani.
Era keemasan itu berakhir pada 1260 M, ketika bangsa mongol di
bawah pimpinan Hulagu khan menghancurkan Aleppo.

2. Perkembangan Agama Islam


Sebelum Salahuddin Al-Ayyubi memerintah di mesir, sebenarnya
perkembangan agama Islam sudah berkembang dengan baik. Lebih-lebih
setelah adanya Universitas Al-Azhar yang dijadikan sebagai pusat
pengkajian sehingga memperlihatkan dinamika pemikiran-pemikiran
dalam masalah agama Islam. Para pemikir Islam banyak yang
bermunculan dalam berbagai bidang ilmu keislaman, seperti fikih, tarikh,
tauhid, ilmu al quran dsb.
Untuk mendukung itu, Slahuddin Al-Ayyubi juga mendirikan tiga
buah madrasah di Kairo dan Iskandariyah untuk mengembangkan mazhab
suni. Masih dalam rangkaian Dinasti Ayyubiah, Al-Kamil mendirikan
Sekolah Tingggi Al-Kamiliyah (Kamiliyah College) yang sejajar dengan
perguruan tinggi lainnya.
Kekhidmatan kepada Nabi Muhammad saw bagi Salahuddin AlAyyubi, merupakan salah satu wujud kecintaannya pada ajaran Islam, dan
di adakakanlah peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Pertama kali di
selenggarakan oleh Muzaffar ibn Baktati, Raja Mesir yang terkenal arif dan
bijaksana. Sementara itu pencetus peringatan ialah panglima perangnya,
Salahuddin Al-Ayyubi.
Mengapa Salahuddin merasa perlu mengadakan peringatan Maulid?
Sang panglima berpendapat, ketika perang Salib terjadi, motivasi umat
Islam sangat menurun, sementara motivasi pasukan Salib (Kristen)
meningkat. Slahuddin merasa perlu membangkitkan kembali semangat
umat Islam sebagaimana umat Kristen dengan perayaan Natalnya.
Dalam peringatan Maulid, Salahuddin menggemkan kisah perang
yang dilakukan Nabi Muhammad saw, namun yang dibacakan pada acara
peringatan Maulid tersebut berubah, bukan lagi kisah perang, melainkan

kisah lahir dan hidup sang Nabi saw. Kisah perang tampaknya dianggap
tak relevan lagi.peringatan Maulid Nabi tampaknya masih perlu dilakukan,
selain dimaksudkan untuk meneladani akhlak Muhammad saw juga
diperuntukan yakni perang melawan hawa nafsu, kemungkaran, dan
kemaksiatan.

D. TOKOH
ILMUWAN
MUSLIM
DAN
PERANNYA
DALAM
KEMAJUAN
KEBUDAYAAN/ PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI AL-AYYUBIYAH
1. Sejarah kehidupan para Ilmuwan Muslim pada masa Dinasti AlAyyubiyah
Di antara para Ilmuwan itu mencakup berbagai keahlian, yaitu :
a. Ahli pertanian (botani) yaitu : Muwaaqaddin Abdul Latif Al-Bagdadi.
Hasil temuannya di teliti di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan di masjid
damaskus.
Ahli botani lainnya: Al-Idris, Ad-Dawudi, Ad-Dinuri, dan Al-Qutubi.
Selain itu mucul ahli botani lainnya, yakni: Abnu Al-Baitar.( ahli
tanaman dan obat-obatan)
b. Ahli Geografi, yaitu : Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi (10991153). Di tuliskannya dalam kitabnya al-jami li Asytat an-Nabat
(kitab kumpulan dan tanaman), Nuzhah an-Nufus al-Afkar fi Marifah
wa al-hajar wa al-Asyjar (kitab komprehensif tentang Identifikasi
Tanaman, bebatuan, dan pepohonan).

2. Para Ilmuwan Muslim yang berjasa dalam penembangan kebudayaan


dan
Ilmu
pengetahuan
Adapun para Ilmuwan yang berjasa dalam pengembangan
kebudayaan, antara lain:
a. Al-Qadhi al-Fadl, dia seorang penulis pribadi Syirkuh dan membantu
Salahuddin dalam menghancurkan kekhalifahan dinasti Fatimiyah.
Sebagai balas jasanya dia di angkat sebagai Menteri dan penasihat
ahli di lingkugan Istana.
b. As-Suhrawardi al-maqtul, seorang ahli filsafat. Karyanya al-hikam
al-Isyraq
c. Al-Bushiri (610-695 H/1213-1296 M), selain seorang Ilmuwan dia
juga ahli sastra.
Salah satu karyanya yakni Kasidah Burdah
Kasidah Burdah adalah salah satu karya paling popular dalam
khzanah sastra Islam. Isinya : sajak-sajak pujian kepada Nabi
Muhammad saw, pesan moral, nilai-nilai spiritual, dan semangat
perjuangan. Pengarang kasidah burdah ialah Al-Bushiri (610-695
H/1213-1296 M0. Nama lengkapnya Syafaruddin Abu Abdillah
Muhammad bin Zaid al-Bushiri. Keturunan berber lahir di dallas,
Maroko, dibesarkan di Bushir Mesir. Dia sorang sufi besar, imam AsSyadzli dan penerusnya yang bernama Abdul Abbas Al-Mursi angota

Tarekat Syadziliyah, dibidang ilmu fiqih, al-Bushiri menganut


mazhab SyafiI mazdhab mayoritas mesir.
Kasidah burdah terdiri atas 160 bait (sajak), ditulis dengan
gaya bahasa (usib) yang menarik, lembut, dan elegan. karya ini
berisi panduan ringkas mengenai kehidupan Nabi Muhammad saw,
cinta kasih, pengendalian hawa nafsu, doa, pujian terhadap alquran Isra Miraj, jihad, dan tawasul.
Kasidah burdah senantiasa dibacakan di pesantren-pesantren
salaf, bahkan di ajarkan pada tiap kamis dan jumat di Universitas
Al-Azhar, Kairo.

E. MENGAMBIL IBRAH DARI PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN / PERADABAN ISLAM


PADA MASA DINASTI AL-AYYUBIYAH UNTUK MASA KINI DAN YANG AKAN
DATANG

1. Semangat Kebudayaan Islam


Semangat menegakkan kebudayaan Islam sangat menakjubkan,
bagaimana para khalifah sekaligus juga sebagai pencinta Ilmu dapat
berjalan beriringan. Kehendak khalifah akan sama dengan kehendak
rakyatnya. Lagi pula pengembangan ilmu pengetahuan (sains) dalam
sejarah Islam sejalan dengan perintah al-quran untuk mengamati alam
dan menggunakan akal. Di nyatakan dalm Qs. An-Nisa: 82
Artinya: maka tidaklah mereka menghayati (mendalami) Al-quran ?
sekiranya al-quran itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan
banyak hal yang bertentangan di dalamnya. (Qs. An-Nisa:82)
Perintah Al-quran itu diperkuat oleh hadist-hadist nabi Muhammad
saw. Yang mewajibkan umat Islam untuk menuntut Ilmu, menuntut ilmu
itu wajib bagi kaum muslimin lelaki dan perempuan (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dari pemahaman keagamaan dan kebudayaan Islam disertai
dengan keyakinan bahwa ilmu pengetahuan merupakan khzananh
pemberian dari Allah swt. Untuk menyejahterakan umat manusia, dengan
bermodalkan keyakinan tersebut, maka para ilmuwan muslim berlomba
mencari dan menggali khazanah ilmu pengetahuan yang hingga kinidapat
dirasakan manfaatnya.
2. Teladan bagi generasi yang akan datang
Di atas telah disebutkan, perkembangan ilmu agama dan
pengetahuan lainnya berjalan besama-sama. Artinya, ilmu pengetahuan
berkembang tidak meninggalkan ajaran agama, bahkan agama menjadi
semangat dalam mendalami ilmu pengetahuan.
Dari sisi kepemimpinan, salahuddin bisa menjadi contoh yag patut
ditiru, misalnya ketika menyatukan kaum muslimin dari keruntuhan
setelah Fatimiyah tidak berkuasa lagi, maka di tangannyalah islam bisa
bangkit kembali ke mesir.
Begitu pula dalam memperluas wilayah kekuasaannya, Salahuddin
selalu berhasil mengalahkan serbuan para Crusader dari Eropa, kecuali
satu hal yang tercatat ialah Salahuddin sempat mundur dari peperangan

Battle of montgisard melawan Kingdon of Jerussalem (kerajaan jerussalem


selama perang salib). Mundurnya Salahuddin tersebut mengakibatkan
Raynald of Chatilan, pimpinan perang The Holy Land Jerussalem,
memprovokasi Muslim dengan mengganggu perdagangan dan jalur laut
merah yang digunakan sebagai jalur jamaah haji ke mekkah dan
madinah.hal ini dilakukan Salahuddin demi kelancaran para jamaah yang
akan melakukan ibadah haji, bukan semata-mata menyerang tanpa ada
alasan.
F.

1.

MENELADANI SIKAP KEPERWIRAAN SALAHUDDIN AL-AYYUBIYAH

Sikap keperwiraan Salahuddin Al-Ayyubiyah

Liku-liku hidup Salahuddin Al-Ayyubi penuh dengan perjuangan dan peperangan,


perang hanya dilakukannya sebagai pembelaan dan pertahanan agama, baik
secara ajaran maupun politik. Ia sebenarnya lebih mengutamakan perdamaian
dari pada perang.

Salauddin Al-Ayyubi mempunyai toleransi yang tinggi terhadap agama lain.


Ketika menguasai Iskandariyah ia mengunjungi orang-orang Kristen. Setelah
perdamaian tercapai dengan pasukan salib, ia mengijinkan mereka berziarah ke
Baitul maqdis.

Salahuddin Al-Ayyubi meniti karier dengan lancar sampai ke puncak prestasinya.


Keberhasilannya sebagai tentara pejuang pertama kali terlihat ketika ia pergi ke
mesir mendampingi pamannya Asadudin Syirkuh yang mendapat tugas dari
Nuruddin Zangi untuk membantu Dinasti Fatimiyah mengembalikan
kekuasaannya.

Perdana Menteri Syawar yang di kudeta Dirgam menjanjikan imbalan sepertiga


pajak tanah mesir. Dirgam dapat dibunuh dan Syawar dapat kembali ke posisi
semula (560 H/1164 M).

Tiga tahun kemudian, Salahuddin Al-Ayyubi kembali menyertai pamannya ke


Mesir. Ketika Nuruddin Zangi mengirim Asaduddin Syirkuh ke Mesir karena
Syawar mengadakan perjanjian baru dengan Amauri, yang dahulu pernah akan
membantu Dirgam, akan membahayakan posisi Nuruddin Zangi khususnya dan
islam pada umumnya. Walaupun telah tejadi peperangan yang sengit antara
kedua belah pihak, bahkan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi yang telah menduduki

Iskandariyah dikepung dari darat dan laut oleh pasukan salib, akhirnya
peperangan itu berakhir dengan perjanjian perdamaian (agustus 1167), yang
isinya antara lain pertukaran tawanan perang. Salahuddin kembali ke Suriah,
amaury kembali ke Jerussalem, dan Iskandariyah diserahkan ke Syawar.

Kunjungan salahuddin ketiga kalinya ke Mesir adalah mengusir tentara Amaury


yang berusaha menguasai Mesir secara keseluruhan yang dapat membahayakan
dunia Islam, khususnya rakyat mesir yang banyak di bunuh, dan khalifah Al-Adid
(khalifah Fatimiyah yang terakhir). Amaury dapat dikalahkan dan Mesir berhasil
diselamatkan dari cengkraman pasukan Salib. Syawar tidak senang kepada
Asaduddin syirkuh dan salahuddin al-ayyubi yang mendapat sambutan khalifah
dan masyarakat. Oleh karena itu, ia berusaha membunuhnya. Namun, tentara
syirkuh lebih jeli, akhirnya syawar dapat di tangkap dan di bunuh atas perintah
khalifah.

Sebagai imbalan, khalifah mengangkat Asaduddin syirkuh sebagai perdana


menteri Mesir (564 H/1169 M). ini untuk pertama kalinya keluarga Al-Ayyubi
menjadi perdana menteri. Asaduddin berkuasa hanya dua bulan, kemudian
khalifah mengangkat Salahuddin Al-Ayyubi sebagai perdana menteri dengan
gelar Al-Malik An-Nasr (25 Jumadil akhir 564/26 Maret 1169). Pada waktu ia
berumur 32 tahun.

Sambutan atas jabatan barunya pertama kali datang dari Nuruddin Zangi sendiri.
ia di anggap sebagai panglima tentara Suriah. Setelah menduduki jabatan
perdana menteri ia di perintahkan oleh Nuruddin Zangi untuk menghilangkan
nama Khalifah Al-Adid dari khotbah jumat, yang berarti berakhirnya masa
kekuasaan Dinasti Fatimiyah. Meskipun tampak enggan dan berat, akhirnya
melakukan juga tugas ini. Sebagi gantinya di sebut nama Kahalifah Abbasiyah
dan sejak itu bendera Abbasiyah mulai berkibar kembali di tanah Mesir. Khalifah
al-Mustadi (566-576 H/1170-1180 M) kemudian memberinya gelar Al-Muizz
Amirul Muminin. Sebagai imbalannya pada tahun 570 H/1175 M, khalifah
menyerahkan Mesir, An-naubah, Yaman, Tripoli, Palestina, Suriah bagian tengah,
dan Magreb (Negara-negara Islam di afrika Utara) di bawah kekuasaan
Salahuddin Yusuf Al-ayyubi sehingga semakin berkuasa untuk melaksanakan
program-program keagamaan dan politiknya. Dalam program keagamaan ia di
anggap sebagai pembaharu di mesir karena dapat mengembalikan Mazhab Suni,
membangun madrasah-madrasah yang menganut Mazhab SyafiI dan Mazhab
Maliki, mengganti kaidah Syiah dengan Sunni, mengganti pemerintahan yang
korup dan memecat pegawai yang bersekongkol dengan penjahat dan
perampok.

Melihat kebesarannya, banyak orang yang iri, misalnya dari Nuruddin Zangi
sendiri setelah ia melepas jubah kebesarannya dan menyerahkan kepada
Salahuddin Yusup Al-ayyubi. Ini disebabkan kedudukan Salahuddin Yusuf Alayyubi melebihi kedudukannya sebagai gubernur. Keirian dan kebenciannya
semakin bertambah lagi ketika Salahuddin tidak menepati janjinya untuk
mengepung Syaubak dan Karak yang di kuasai oleh pasukan Salib. Karena jasa
ayah Salahuddin al-ayyubi peperangan tidak terjadi antara mereka. Walaupun
demikian, salahuddin tetap setia kepada Nuruddin Zangi, bahkan kesetiaannya
itu di teruskan kepada anaknya, Al-Malik As-Saleh Ismail.

Kepala rumah tangga Khalifah Al-Adid, Hajib juga tidak senang kepada
Salahuddin Al-ayyubi karena hak-haknya berkurang. Ia bersekongkol dengan
tentara yang berasal dari Sudan dan An-Naubah untuk menggulingkan
Salahuddin Al-ayyubi. Demikian juga dengan para pengacau yang berasal dari
kaum Assasin yang di pimpin oleh Syekh Sinan. Di lain pihak, partai Zangi (para
pembela Al-Malik As-saleh Ismail) mengepung Salahuddin Yusuf Al-Ayubi.
Pemberontakan-pemberontakan tersebut dapat di selesaikan, baik dengan jalan
perdamaian maupun peperangan.

Kekuasaan Salahuddin yang semakin luas dan wibawanya yang semakin besar
ternyata menimbulkan kekhawatiran orang-orang Kristen Franka, nenek moyang
bangsa prancis modern yang menduduki daerah-daerah Bizantium. Untuk itu
mereka meminta bantuan Prancis, Jerman, Inggris, Bizantium, dan Paus dalam
upaya menghancurkan dan menguasai negaranya, khusunya Baitul Maqdis dan
Negara-negara lain yang dikuasai orang Islam.

Perang antara tentara Islam dan tentara Salib yang sewaktu-waktu diselingi
dengan perdamaian yang sering dilanggar tentara Salib itu mengisi lembaran
perjuangan.

Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi, pertama kali terjadi perang dengan Amalric I,


raja jerussalem.

Perang selanjutnya dengan Baldwin IV (putra Almaric I) dan dengan Raynald


de Chatilan (penguasa benteng Karak, sebelah timur laut mati).

Kemudian dengan Raja Baldwin V sehingga kota-kota Tiberias, Nasirah,


Samaria, Sidon, Beirut, Batrum, Akka, Ramulah, Gaza, Hebron, Baitul Maqdis,
Bat-lahn, Busniayah, dan gunung zaitun jatuh ke tangannya pada tahun 583
H/1187 M.

Setelah Baitul Maqdis dikuasai salahuddin Al-ayyubi, Paus Gregori


mengumandangkan perang Salib yang di sambut oleh raja dan masyarakat
eropa, khususnya kaum miskin. Perang ini diteruskan oleh Clement III, pengganti
Gregory. Raja Philip II (raja prancis) dan Raja Richard I (raja inggris) langsung
memimpin pasukan, yang di dahului Raja William dari Sicilia. Banyak para
penguasa lain terlihat dalam peperangan ini, seperti Raja Guy de Lusignan,
Pangeran Monferrat, dan Ratu Sybil.

Peperangan yang memakan waktu bertahun-tahun itu akhirnya sampai pada


perdamaian, walaupun hanya sementara. Adik Raja Richard I dinikahkan dengan
adik Salahuddin al-ayyubi, Al-Adil selanjutnya menjadi penguasa Baitul Maqdis.
Orang nasrani bebas pergi beribadah dengan syarat tidak membawa senjata,
adapun Raja Richard yang kejam dan telah membunuh 3000 tawanan Muslim
pulang ke negerinya.

Setelah peperangan berkahir, Salahuddin Yusuf Al-ayyubi memindahkan pusat


pemerintahannya ke Damaskus. Tidak lama setelah itu, ia sakit selama 14 hari
dan akhirnya wafat dalam usia 57 tahun, setelah memerintah selama 25 tahun.
Ia tidak meninggalkan harta kekayaan kecuali hanya beberapa dinar dan dirham.
Bekas kekuasaannya di bagikan kepada anak-anaknya dan saudaranya.

Salahuddin selalu berhasil mengalahkan serbuan para Crusader dari Eropa,


kecuali satu hal yang tercatat ialah Salahuddin sempat mundur dari peperangan
Battle of montgisard melawan Kingdon of Jerussalem (kerajaan jerussalem
selama perang salib). Mundurnya Salahuddin tersebut mengakibatkan Raynald of
Chatilan, pimpinan perang The Holy Land Jerussalem, memprovokasi Muslim
dengan mengganggu perdagangan dan jalur laut merah yang digunakan sebagai
jalur jamaah haji ke mekkah dan madinah.hal ini dilakukan Salahuddin demi
kelancaran para jamaah yang akan melakukan ibadah haji, bukan semata-mata
menyerang tanpa ada alasan.

Lebih buruk lagi Raynald mengancam menyerang dua kota suci tersebut.
Akhirnya, Salahuddin menyerang kembali Kingdom of Jerussalem pada tahun
1187 pada perang Battle of Hattin, sekaligus mengekseskusi Raynald dan
menangakap rajanya, Guy of Lusignan.

Akhirnya, seluruh Jerussalem kembali ke tangan muslim dan Kingdom of


Jeurussalem pun runtuh. Selain Jerussalem, kota-kota lainnya pun ditaklukan.
Kecuali tyres/tyrus. Jatuhnya jerussalem ini menjadi pemicu Kristen Eropa
menggerakan Perang Salib ketiga atau Third Crusade.

Perang salib ke tiga ini menurunkan Richard I of England ke medan perang di


Battle of arsuf. Salahuddin pun terpaksa mundur, dan untuk pertama kalinya
Crusader merasa bisa menjungkalkan invincibility Salahuddin. Dalam kemiliteran,
salahuddin di kagumi ketika Richhard cedera, Salahudin menawarkan
pengobatan saat peperangan, yang ketika itu ilmu kedokteran kaum muslim
sudah maju dan dipercaya.

Pada tahun 1192, Salahuddin dan Richard sepakat dalam perjanjian Ramla,
Jerussalem tetap dikuasai Muslim dan terbuka kepada para peziarah Kristen.
Setahun berikutnya salahuddin meninggal dunia di damaskus setelah Raja
Richard kemabli ke Inggris. Bahkan, ketika rakyat membuka peti hartanya,
ternyata ta mencukupi untuk biaya pemakamannya, hartanya banyak dibagikan
kepada mereka yang mebutuhkannya.

Selain di kagumi Muslim, Salahuddin atau Saladin mendapat reputasi besar di


kaum Kristen Eropa, kisah perang I dan kepemimpinannya banyak ditulis dalam
karya puisi dan sastra Eropa, salah satunya ialah The Talisman (1825) karya
Walter Scott untuk melihat kisah perang salib yang bisa di lihat di film Kingdom
of Heaven

2.

Ibrah bagi generasi Muslim tentang keperwiraan Salahuddin Al-Ayyubi,

Pada tahun 1145-1147, pecah perang Salib II, namun perang besar-besaran
terjadi pada perang Salib III, di pihak Kristen dipimpin Philip Augustus dari
prancis dan Richard Si hati Singa dari Inggris, sementara kaum muslimin
dipimpin Salahuddin Al-Ayyubi. Pada tahun itu kekhalifahan Islam terbagi dua,
yaitu; dinasti Fatimiyah di Ciro (bermazdhab Syiah) dan Dinasti Seljuk yang
berpusat di Turki (bermazdhab Sunni), kondisi ini membuat Salahuddin prihatin,
menurutnya, Islam harus bersatu untuk melawan eropa-Kristen yang juga bahu
membahu.

Pria keturunan Seljuk ini kebetulan mempunyai paman yang menjadi petinggi
Dinasti Fatimiyah. Melalui serangkaian lobi, akhirnya Salahuddin Al-Ayyubi
berhasil menyatukan kedua kubu dengan damai.

Salahuddin kini dihadapkan pada perilaku kaum Muslimin yang tampak loyo dan
tak punya semangat jihad. Mereka dihinggapi penyakit wahn (cinta dunia dan

takut mati). Spirit perjuangan yang pernah dimiliki tokoh-tokoh terdahulu tak lagi
membekas dihati. Salahuddin lantas menggagas sebuah festival yang diberi
nama PERINGATAN MAULID NABI SAW. Tujuannnya untuk menumbuhkan dan
membangkitkan spirit perjuangan. di festival ini dikaji habis-habisan sirah
nabawiyyah (sejarah nabi) dan atsar (perkataan) sahabat, terutama berkaitan
dengan nilai-nilai jihad. Festival berlangsung selama dua bulan berturut-turut
dan hasilnya luar biasa. Banyak pemuda Muslim mendaftar untuk berjihad
membebaskan palestina.

Kaum muslimin meraih kemenangan pada tahun 1187. Dua pemimpin tentara
perang Salib, Raynald dari Chatillon (Prancis) dan raja Guy, dibawa kehadapan
Salahuddin. Raynald akhirnya dijatuhi hukuman mati terbukti memimpin
pembantaian yang sangat keji kepada orang-orang Islam. Namun Raja Guy
dibebaskan karena tidak melakukan kekejamana yang serupa. Tiga bulan setelah
peperangan Hattin, pada hari yang tepat sama ketika Nabi Muhammad saw
diperjalankan dari mekkah ke jerussalem dalam Isra Miraj, Salahuddin
memasuki Baitul Maqdis. Kawasan ini akhirnya direbut kembali setelah 88 tahun
berada dalam cengkraman musuh.

Sejarawan Inggris, Karen Amstrong, menggambarkan pada tanggal 2 Oktober


1187 itu, Salahuddin dan tentaranya memsuki Baitul Maqdis sebagai penakluk
yang berpegang teguh pada ajaran Islam yang mulia.tidak ada dendam untuk
membalas pembantaian tahun 1099, seperti anjuran Al-quran surat An Nahl 127
:dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan
pertolongan Allah dan janganlah engkou bersedih hati terhadap (kekapiran)
mereka dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka
rencanakan.

dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi
Allah semata. Jika mereka berhenti, maka tidak ada (lagi) permusuhan, kecuali
terhadap orang-orang zalim. Qs. Al Baqarah: 193.

Salahuddin meminta agar semua orang Nasrani Latin (Katolik) meninggalkan


Baitul Maqdis. Sementara kalangan Nasrani Ortodoks-bukan bagian dari tentara
Salib dibiarkan tinggal dan beribadah di kawasan itu.

Kaum Salib segera mendatangkan bala bantuan dari Eropa. Datanglah pasukan
besar dibawah komando Philip Augustus dan Richard si hati singa

Pada tahun 1194, Richard yang di gambarkan sebagai seorang pahlawan dalam
sejarah Inggris, memerintahkan untuk menghukum mati 3000 orang Islam yang
kebanyakan wanita dan anak-anak. Tragedi ini berlangsung di kastil Acre.
Meskipun orang islam menyaksikan kekejaman ini, mereka tidak pernah memilih
cara yang sama.

ini, Salahuddin secara sembunyi-sembunyi berusaha mendatanginya. Ia


mengendap-ngendap ke tenda Richard. Begitu tiba, bukannya membunuh, malah
dengan ilmu kedokteran yang hebat, salahuddin mengobati Richard hingga
akhirnya
sembuh.
Richard terkesan dengan kebesaran hati Salahuddin, ia pun menawarkan damai
dan berjanji akan menarik mundur pasukan Kristen pulang ke Eropa. Merekapun
menanda tangani perjanjian damai (1197). Dalam perjanjian itu Salahuddin
membebaskan orang Kristen untuk mengunjungi Palestina, asal mereka datang
dengan damai dan tidak membawa senjata. Selama delapan abad berikutnya,
palestina berada dibawah kendali kaum Muslimin.

Ketika pasukan Salib pada Perang Salib Pertama berhasil mengalahkan Kekhalifahan Fatimiyah dan merebut Yerusalem pada tahun 1099 M,
Mesir dan Suriah merasa bahwa Fatimiyah sudah melemah. Salah satu jenderalnya, Salahuddin Al Ayyubi, merebut kekuasaan dari Fatimiyah
dan mendirikan diansti Ayyubiyah.
Saladin adalah orang Kurdi yang berasal dari Tikrit di Irak utara. Dia datang ke Mesir pada tahun 1168 M sebagai asisten pamannya, yang
merupakan seorang jenderal dan kemudian menjadi wazir dari khalifah Fatimiyah terakhir. Setelah paman Salahuddin meninggal setahun
kemudian, Salahuddin pun memperoleh kekuasaan atas Mesir. Pada tahun 1173 M, kakak Salahuddin, Turansyah, menaklukan Yaman di Jazirah
Arab, yang memberikan Salahuddin kendali atas perdagangan dari India melalui Laut Merah. Dia adalah jenderal yang amat sukses yang
mengikuti jenderal Mamluk Zangi dan Nureddin dalam merebut kembali sebagian besar wilayah yang hilang pada Perang Salib Pertama. Dia
merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187 M.

Salahuddin Al Ayyubi

Berbeda dengan dinasti Fatimiyah yang Syi'ah, Salahuddin adalah seorang Muslim Sunni, jadi dia kembali menyebarkan ajaran Sunni di Mesir
dan Suriah. Dia membuka sejumlah madrasah yang menyebarkan ajaran Sunni kepada orang-orang, dan juga mengajarkan ilmu dari Iran ke
Mesir dan Suriah. Ini membuat dinasti Ayyubiyah dekat dengan para khalifah Abbasiyah di Baghdad. Ketika Salahuddin meninggal pada tahun
1193 M, dia dimakamkan di Damaskus, di dekat Masjid Agung Umayyah.

Wilayah terluas dinasti Ayyubiyah

Setelah kematiannya, para putra dan kerabat Salahuddin membuat wilayah Ayyubiyah terpecah menjadi diansti-dinasti kecil. Muncul
pemerintahan-pemerintahan tersendiri di Damaskus, Aleppo, Hims, Hamat, dan Diyar Bakr. Namun para sultan Ayyubiyah di Kairo adalah yang
paling kaya dan mereka mengendalikan sebagian besar pemerintahan kecil tersebut. Para cendekiawan dan pendakwah Yahudi dan Kristen
seperti Maimonides dan Francis dari Assisi pernah mengunjungi dan tinggal di Mesir. Beberapa dari para cendekiawan ini pernah tinggal di Kairo
yang merupakan kota terkaya di Kesultanan Ayyubiyah. Ketika Paus Honorius menyerang Mesir pada Perang Salib Kelima, Ayyubiyah berhasil
menghalaunya. Pada Perang Salib Keenam, untuk memperoleh kembali Yerusalem, para tentara Salib bertempur sebagai tentara bayaran bagi
Ayyubiyah dalam melawan Mamluk.
Para pemimpin Ayyubiyah akhir memasukkan para budak Turk dan Mongol ke dalam pasukan mereka. Para budak ini disebut Mamluk dan
seiring perkembangannya orang-orang Mamluk menjadi lebih berperan dalam militer Ayyubiyah daripada orang Ayyubiyah sendiri. Sedikit demi
sedikit orang Maluk merebut kekuasaan dari para sultan Ayyubiyah. Pada akhirnya pada tahun 1250 M, Mamluk menguasai seluruh Mesir. Pada
rahun 1260 M, nyaris seluruh wilayah Ayyubiayh sudah direbut oleh Mamluk.

Anda mungkin juga menyukai