Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Berdirinya Dinasti Ayyubiyah

BAB I : PENDAHULUAN

Alhamdulillah, kita patut bersyukur pada Allah yang telah memberi nikmat, sehingga saya bisa
menyelesikan makalah ini Salahuddin Ayyubi (1137–1193) (Salah al Din Yusuf Ibn
Ayyub; (‫ )صاله الدين يوسف ابن ايوب‬mendirikan Dinasti Ayyubid bangsa Kurdi di Mesir dan
Suriah. Dia juga terkenal di kalangan Nasrani dan Muslim dengan kemampuannya sebagai pemimpin
perang dan keahliannya dalam peperangan yang disertai juga dengan sifat kesateriaan dan belas
kasihannya semasa Perang Salib. Sultan Salahuddin Al Ayyubi juga adalah seorang ulama. Beliau
memberikan catatan kaki dan berbagai macam penjelasan dalam kitab hadits Abu Dawud, ini
merupakan cerita pendeknya, semoga dengn membaca makalah ini iman kita akan Bertambah,,,
Aaaaaaaaaaaaamiiiiiiin!

BAB II
PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA KEKUASAAN
DINASTI AYYUBIYAH DI MESIR (1137 – 1193 M)

1. Latar Belakang Berdirinya dinasti Ayyubiyah


Ayyubiyah adalah sebuah dinasti sunni yang berkuasa dimesir, suriah, sebagian yaman, irak,
mekah, hejaz dan dyarbakir. Dinasti ini didirikan oleh salahuddin alayyubi pada tahun 1174M. nama
lengkapnya adalah salahuddin yusuf ibn ayyub ia berasal dari suku kerdi hadzbani, ia adalah putra
najmudin ayyub dan keponakan asaddudin syirkuh. Najmudin ayub dan asadudin syirkuh hijrah dari
kampung halamanya didekat danau fan ke takrit, irak. Salahuddin lahir dibenteng takrit pada tahun
532H atau 1137M. ketika ayahnya menjadi penguasa seljuk di takrit, pada saat itu ayah dan pamannya
mengabdi kepada imaddudin zanky, seorang gubernur seljuk untuk kota mousul, irak. Ketika
imaduddin berhasil merebut wilayah balbek, libanon pada tahun 534H (1139M). najmudin ayub
diangkat menjadi gubernur balbek dan menjadi abdi raja suryah, yakni nuruddin mahmud. Selama
dibalbek inilah salahudin menekuni teknik dan strategi perang serta politik. Selanjutnya dia
mempelajari teologi sunni selama sepuluh tahun didamaskus, dalam lingkungan istana nuruddin.

2. Biografi Tokoh Salahuddin Al-Ayyubi


Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi Ayahnya
Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuhhijrah
(migrasi) meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Fan dan pindah ke
daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M, ketika ayahnya
menjadi penguasa Seljuk di Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi
kepada 1Imaduddin Zanky, gubernur Seljuk untuk kota Mousul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil
merebut wilayah 1Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin)
diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat Raja Suriah 1Nuruddin Mahmud.
Selama di Balbek inilah, Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi,
maupun politik. Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari
teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin. Pada tahun 1169, Shalahudin
diangkat menjadi seorang wazir (konselor).

Bersama dengan pamannya, salahuddin melawan tentara perang salib pada tahun 559-564H (1164-
1168M). mereka berhasil mengusirnya dari mesir sejak saat itu asaduddin syirkuh diangkat menjadi
perdana menteri khilafah fathimiyah. Setelah pamannya meninggal jabatan perdana menteri
dipercayakan kepada salahuddin al ayyubi pada tahun 1169M. disana, ia mewarisi peranan sulit yaitu
mempertahankan mesir dan melawan penyerbuan dari kerajaan latin jerrussalem. Pada saat itu tidak
ada seorangpun yang menyangka dia dapat bertahan lama dimesir namun keberhasilan salahuddin
dalam mematahkan serangan tentara dan pasukan romawi bzantium yang melancarkan perang salib
kedua terhadap mesir membuat para tentara mengakuinya sebagai penggganti pamannya.
3. Masa pemerintahan dinasti ayyubiyah
Pada awal kedudukannya sebagai perdana menteri, ia masih menghormati simbol-simbol syiaha
pada pemerintahan al adid lidinillah. Namun setelah al adid meninggal pada tahun 1171M, salahuddin
menyatakan loyalitasnya kepada khalifah abbasiyah (al mustadi) dibagdad dan secara formal menandai
berakhirnya rezim fathimiyah di kairo. Ia tetap mempertahankan lembaga-lembaga ilmiah yang
didirikan oleh dinasti fathimiyah tetapi mengubah orientasi keagamaannya dari syiah menjadi sunni.
Hal ini sesuai dengan perintah sultan nuruddin dia memerintahkan salahuddin untuk mengambil
kekuasaan dari tangan khilafah fathimiyah dan mengembalikannya kepada khilafah abbasiyah di
bagdad.

Penaklukan mesir oleh salahuddin pada tahun 1171M tersebut membuka jalan bagi pembentukan
mazhab-mazhab hukum sunni dimesir. Salahuddin memberlakukan mazhab hanafi, sebelumnya
mazhab syafiiyah yang berlaku didinasti fatiniyah. Keberhasilan tersebut mendorongnya untuk menjadi
penguasa otonom dimesir. Dalam mengsolidasikan kekuatannya, ia memanfaatkan keluarganya untuk
melakukan ekspansi kewilayah lain. Saudaranya dikirim untuk menguasai yaman pada tahun 1173M.
taqiyuddin, keponakannya diperintahkan untuk melawan tentara salib di dimyat. Adapun syihabuddin,
pamannya diberi kekuasaan untuk menduduki mesir hulu. Dari mesir, salahuddin juga dapat
menyatukan syiria dan mesofotamiya menjadi sebuah kesatuan negara muslim. Pada tahun 1174 ia
menrebut damaskus kemudian alippo tahun 1185 dan merebut mousul pada 1186.

Pada masa pemerintahan salhudidin kekuatan militernya terkenal sangat tangguh pasukannya
diperkuat oleh pasukan Barbar turki, dan afrika ia juga membangun tembok kota diakiro dan bukit
muqattam sebagai benteng pertahanan. Dalam hal perekonomian, ia bekerja sama dengan penguasa
muslim diwilayah lain. Disamping itu, ia juga menggalakan perdaganggan dengan kota-kota dilaut
tengah, lautan hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan atas dasar inilah ia melancarkan gerakan
offensif (penyerangan dengan membabibuta) untuk merebut al quds (jerussalem) dari tangan tentara
salib yang dipimpin oleh guy de lusignan di hittin. Akhirnya pasukannya berhasil menguasai
jerussalem pada tahun 1187M. ini berarti jerussalem dapat dikuasai oleh orang muslim untuk kedua
kalinya setelah delapan puluh tahun dikuasai oleh kaum kristiani. Setelah kejadian itu orang-orang
frank tersingkirkan, meskipun hanya untuk sementara. Usaha besar-besaran telah dilakukan pasukan
salib dari inggris, prancis dan jerman pada tahun 1189-1192M namun tidak berhasil mengubah
kedudukan salahuddin. Setelah perang berakhir salahuddin memindahkan pusat pemerintahan ke
damaskus.

Perjuangan salahuddin dalam merealisasikan tujuan-tujuan utamanya yaitu mengeluarkan kaum


salib dari baitul makdis dan mengembalikan pada persatuan umat islam, telah menghabiskan
kekuatannya dan mengganggu kesehatannya. Ia meninggal dan dimakamkan di damaskus pada tahun
1193M, setelah dua puluh lima tahun memerintah sebelum meninggal ia membagikan kekaisaran
ayyubiyah kepada para anggota keluarga. Oleh karena itu, pengendalian dari pusat tetap berada
dibawah kekuasaan almalik al adil (saudaranya) dan keponakannya al kamil mereka membagi
imperiumnya menjadi sejumlah kerajaan kecil mesir, damaskus, alleppo dan kerajaan mousul sesuai
dengan gagasan saljuk bahwa negara merupakan warisan keluarga raja. Meskipun demikian ayyubiyah
tidak mengalami perpecahan, karena dengan loyalitas kekeluargaan mesir di integrasikan dalam
berbagai imperium. Mereka menata pemerintahan dengan sistem birokrasi masa lampau yang telah
berkembang dinegara-negara mesir dan siriya melalui distribusi iqta kepada pejabat-pejabat militer
yang berpengaruh.
Ayyubiyah secara khusus enggan melanjutkan pertempuran melawan sisa-sisa kekuatan pasukan
salib. Mereka lebih memprioritaskan untuk mempertahankan mesir, karena kesatuan mulai melemah
akhirnya pada masa pemerintahan al kamil, dinasti ayyubiyah yang bertempat di Diyar bakr dan al
jazirah mendapat tekanan dari dinasti seljuk rum dan dinasti khiwarazim syah. Selanjutnya, al kamil
mengembalikan jerussalem kepada kaisar fredrick II yang membawa kedamaian dan kestabilan
ekonomi bagi mesir dan syiria. Oleh karena itu, pada masa tersebut perdagangan kembali dikuasai oleh
kekuatan kristen mediterrania. Setelah al kamil meninggal yakni pada tahun 1238M, dinasti ayyubiyah
dirongrong oleh pertentangan-pertentangan intern pemerintah.
4. Berakhirnya Dinasti Ayyubiyah
Runtuhnya dinasti ayyubiyah dimulai pada masa pemrintahan sultan ash shalih. Pada masa
pemerintahan ash shalih terjadi serangan pasukan budak (mamluk) dari turki yang berhasil merebut
kekuasaan dimesir. Walupun sebelumnya pasukannya berhasil menaklukan perang salib ke enam yang
dipimpin ranja perancis ST Louis, Setelah ash shalih meninggal pada tahun 1249M, kaum mamluk
mengangkat istri ash shalih, syajarat ad durr sebagai sultan. Dengan demikian berakhirlah
pemerintahan dinasti ayyubiyah dimesir. Meskipun demikian dinasti ayyubiyah masih berkuasa
disuryah. Pada tahun 1260M tentara mongol hendak menyerbu mesir. Komando tentara islam dipegang
oleh qutuz, panglima perang mamluk. Dalam pertempuran diain jalut, qutuz berhasil mengalahkan
tentara mongol dengan gemilang. Selanjutnya, qutuz mengambil alih kekuasaan dinasti ayyubiyah.
Sejak itu, berakhirlah kekuasaan dinasti ayyubiyah.

5. perkembangan dinasti ayyubiyah.


Ilmu Pengetahuan Pada Masa Dinasti Ayyubiyah
Sebagaimana dinasti-dinasti sebelumnya, dinasti ayyubiyah juga mencapai kemajuan yang
gemilang dibidang ilmu pengetahuan diantaranya.
A. Bidang pendidikan
Pemerintahan dinasti ayyubiyah telah berhasil menjadikan damaskus sebagai kota pendidikan hal
ini ditandai dengan dibangunnya dar al hadis al kamilah pada tahun 1222M dan madrasha ash
shauhiyyaha pada tahun 1239M. Dar al hadis al kamilah dibangun untuk mengajarkan pokok-pokok
hukum yang secara umum terdapat didalam mazhab hukum sunni. Adapun madrasha ash shauhiyyaha
berperan sebagai pusat pengajaran empat mazhab.
B. Bidang arsitektur
Kemajuan dalam bidang arsitektur dapat dilihat pada monumen bangsa arab, bangunan masjid
dibeirut yang mirip gereja dan istana-istana yang menyerupai gereja.
C. Bidang filsafat dan keilmuan
Bukti kongkrit dari kemajuan filsafat dan keilmuan pada dinasti ayyubiyah adalah adelasd of bath,
karya-karya orang arab tentang astronomi dan geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Pada bidang
kedokteran juga telah didirikan sebuah rumah sakit bagi orang yang menderita cacat pikiran.
D. Bidang industri
Kemajuan dinasti ayyubiyah dibidang industri dibuktikan dengan dibuatnya kincir oleh seorang
siriya yang lebih canggih dibanding buatan orang barat. Terdapat pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik
gelas.

E. Bidang ekonomi dan perdagangan


Dalam hal perekonomian dinasti bekerja sama dengan penguasa muslim diwilayah lain. Disamping
itu, ia juga menggalakkan perdagangan dengan kota-kota dilaut tengah, lautan hindia dan
menyempurnakan sistim perpajakan. Pada bidang perdagangan, dinasti ini membawa pengaruh bagi
eropa dan negara-negara yang dikuasainya. Dieropa terdapat perdagangan agriculture dan industri. Hal
ini menimbulkan perdagangan internasional melalui jalur laut, sejak saat itu dunia ekonomi dan
perdangan sudah mengguakan sistem kredit, bank termasuk Letter of Credit (lc), bahkan ketika itu
sudah ada uang yang terbuat dari emas. Selain itu juga dimulai percetakan mata uang dirham campuran
(fulus). Percetakan fulus yang merupakan mata uang dari tembaga dimulai pada masa pemerintahan
sultan muhammad al kamil ibn al adil al ayyubi, percetakan unag fulus tersebut dimaksudkan sebagai
alat tukar terhadap barang-barang yang tidak signifikan denga rasio 48 fulus untuk setiap dirhamnya.

F. Bidang militer
Pada masa pemerintahan salahuddin, kekuatan militernya terkenal sangat tangguh. Pasukannya
diperkuat oleh pasukan Barbar, turki dan afrika. Ia juga membangun tembok kota di kairo dan
muqattam sebagai benteng pertahanan. Selain memiliki alat-alat perang seperti kuda pedang dan panah
dinasti ini juga memiliki burung elang sebagai kepala burung-burung dalam peperangan. Disamping itu
adanya perang salib membawa dampak positif, keuntungan dibidang industri, perdagangan dan
intelektual misalnya dengan adanya irigasi.

G. Bidang kebudayaan
Salahuddin al ayyubi menjadi tokoh yang meneladankan satu konsep dan budaya, yaitu perayaan
hari lahir nabi Muhammad SAW yang kita kenal dengan sebutan maulud atau maulid. Maulud atau
maulid ini berasal dari kata milad yang berarti tahun dan bermakna seperti pada istilah ulang tahun.
6. Sebab-Sebab Terjadinya Perang Salib
Perang Salib (491 H – 692 H/ 1097 M – 1292 M) ialah suatu peperangan yang dilakukan oleh
umat Kristen Eropa terhadap umat Islam dengan tujuan untuk membebaskan Palestina, khususnya kota
suci Yerusalam dan kekuasaan umaat Islam. Perang Salib ini berlangsung selama kurang ± 200 tahun,
terdiri atas tujuh gelombang yang menyebabkan berjuta-juta orang gugur baik dari pihak Islam maupun
pihak Kristen.
Peperangan tersebut dinamakan Perang Salib karena tentara Kristen memakai lambang Salib
dalam rangka mempersatukan umat Kristen untuk menghadapi umat Islam. Sebenarnya Perang Salib
ini bukanlah semata-mata perang agama tetapi ada latar belakang lain yang mempengaruhinya, antara
lain
Pertama, Perebutan kekuasaan antara Timur dan Barat yang berlangsung sejak zaman Rumawi di
Barat, dan Persia (Sekarang Iran) di Timur, padahal Persia dahulu dikenal beragama Majusi.
Kedua, Agama Kristen berkembang pesat di Eropa setelah Paus Paulus mengalihkan kiblatnya ke
Roma dan menjauhkan dari ajaran aslinya di tempat kelahirannya di Timur. Kemudian datang agama
Islam menghancurkan penjajahan Eropa yang bertopeng agama Kristen di Syiria, Mesir dan Afrika
Utara. Islam masuk ke daratan Eropa yaitu dengan menguasai Andalusia (Spanyol) di Barat dan
Konstantinopel di Timur. Dengan masuknya Islam ke Eropa maka orang Kristen di Eropa menggalang
persatuan untuk menghadapi kekuasaan Islam.
Ketiga, Di bidang perdagangan Eropa ingin sekali menguasai kembali pelabuhan-pelabuhandi laut
Tengah, sehingga mereka dapat menguasai perdagangan antara Timur dan Barat.
Keempat, Sebagian pembesar Eropa ingin menguasai tanah-tanah yang subur di negara Timur,
untuk itu mereka memberikan peluang kepada budak-budak untuk memerdekakan diri dengan jalan
ikut Perang Salib.
Kelima, Para peziarah dari Eropa sering menbuat kekacauan selama berada di Palestina. Mereka
membawa obor dan pedang serta pasukan pengawal yang bersenjata lengkap, sering menimbulkan
kerusuhan di antara mereka. Untuk lebih menganmankan suasana, penguasa Islam melarang peziarah
membawa senjata serta obor, tetapi larangan itu mereka anggap sebagai suatu penghinaan terhadap
ajaran Kristen, apa lagi sebagian dari peziarah itu terdiri dari penjahat-penjahat yang ingin menghapus
dosanya. Para pemimpin agama Kristen mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa para
penjahat tidak akan diampuni dosanya kecuali bila mereka melakukan ziarah ke Baitul Maqdis.

7. Meneladani Sipat-Sipat Shalahuddin Al Ayyubi, Pahlawan Islam Dari Seratus Medan


Pertempuran (1137 – 1193 M) SULTAN SALAHUDDIN AL-AYYUBI,
Namanya telah terpateri di hati sanubari pejuang Muslim yang memiliki jiwa patriotik dan heroik,
telah terlanjur terpahat dalam sejarah perjuangan umat Islam karena telah mampu menyapu bersih,
menghancurleburkan tentara salib yang merupakan gabungan pilihan dari seluruh benua Eropa.
Konon guna membangkitkan kembali ruh jihad atau semangat di kalangan Islam yang saat itu telah
tidur nyenyak dan telah lupa akan tongkat estafet yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad saw., maka
Salahuddinlah yang mencetuskan ide dirayakannya kelahiran Nabi Muhammad saw. Melalui media
peringatan itu dibeberkanlah sikap ksatria dan kepahlawanan pantang menyerah yang ditunjukkan melalui
“Siratun Nabawiyah”. Hingga kini peringatan itu menjadi tradisi dan membudaya di kalangan umat Islam.
Jarang sekali dunia menyaksikan sikap patriotik dan heroik bergabung menyatu dengan sifat
perikemanusian seperti yang terdapat dalam diri pejuang besar itu. Rasa tanggung jawab terhadap agama
(Islam) telah ia baktikan dan buktikan dalam menghadapi serbuan tentara ke tanah suci Palestina selama
dua puluh tahun, dan akhirnya dengan kegigihan, keampuhan dan kemampuannya dapat memukul
mundur tentara Eropa di bawah pimpinan Richard Lionheart dari Inggris.
Hendaklah diingat, bahwa Perang Salib adalah peperangan yang paling panjang dan dahsyat penuh
kekejaman dan kebuasan dalam sejarah umat manusia, memakan korban ratusan ribu jiwa, di mana topan
kefanatikan membabi buta dari Kristen Eropa menyerbu secara menggebu-gebu ke daerah Asia Barat
yang Islam.
Seorang penulis Barat berkata, “Perang Salib merupakan salah satu bagian sejarah yang paling gila
dalam riwayat kemanusiaan. Umat Nasrani menyerbu kaum Muslimin dalam ekspedisi bergelombang
selama hampir tiga ratus tahun sehingga akhirnya berkat kegigihan umat Islam mereka mengalami
kegagalan, berakibat kelelahan dan keputusasaan. Seluruh Eropa sering kehabisan manusia, daya dan
dana serta mengalami kebangkrutan sosial, bila bukan kehancuran total. Berjuta-juta manusia yang tewas
dalam medan perang, sedangkan bahaya kelaparan, penyakit dan segala bentuk malapetaka yang dapat
dibayangkan berkecamuk sebagai noda yang melekat pada muka tentara Salib. Dunia Nasrani Barat saat
itu memang dirangsang ke arah rasa fanatik agama yang membabi buta oleh Peter The Hermit dan para
pengikutnya guna membebaskan tanah suci Palestina dari tangan kaum Muslimin.
Sejarah Dan Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti Ayyubiyah
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beralihnya tampuk kekuasaan dari dinasti Fathimiyyah ke tangan dinasti Ayyubiyyah mengakhiri
berkembang luasnya paham syi’ah di Mesir. Shalahuddin membawa pembaharuan bagi mesir dan
merupakan angin segar bagi para penganut Ahli Sunnah wal Jama’ah.

Perkembangan Dinasti Ayyubiyyah tidak terlepas dari peran besar Shalahudin sendiri. Shalahudin
mempunyai dua tugas utama sebagai khalifah Ayyubiyyah. Pertama, sebagai seorang negarawan
yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah. Kedua, sebagai panglima perang salib yang telah
berhasil mengalahkan tentara salib.

Untuk tugas pertama, beliau telah banyak mengadakan pembangunan, membangun administrasi
negara, ekonomi, perdagangan, memajukan ilmu pengetahuan, membangun madrasah dan
sekolah, mengembangkan dalam bidang kegamaan mazhab Ahli Sunnah wal Jama’ah. Dan untuk
tugas kedua beliau telah membangun persatuan bangsa Arab di bawah naungan Abbasiyah di
Baghdad untuk menghadapi agresi tentara salib, membangun benteng pertahanan militer yang
terkenal dengan benteng Solahudin.

BAB II

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DINASTI AL AYYUBIYAH

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Al-Ayyubiyah

Pendiri Dinasti Ayyubiyah (567 – 648 H / 1171 – 1250 M) adalah Shalahudin Yusuf al-Ayyubi putra
dari Najamuddin bin Ayyub lahir di Takriet 532 H/1137 M meninggal 589 H/ 1193 M dimasyurkan
oleh bangsa Eropa dengan nama Saladin pahlawan perang salib dari keluarga Ayyubiyah suku
kurdi. Dinasti ini berdiri di atas sisa-sisa Dinasti Fatimiyah di Mesir yang bercorak Syi’i dan ia ingin
mengembalikannya ke faham sunni-Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Pada masa Nuruddin Zanki
(gubernur Suriah dari bani Abbasiyah), Shalahuddin diangkat sebagai panglim tentara di Balbek,
kehidupannya penuh dengan perjuangan dan peperangan karena ditugaskan untuk menghadapi
tentara salib dalam merebut kembali Baitul Maqdis (kota Yerussalem) yang sudah dikuasai selama
92 tahun (perhitungan tahun hijriyah) atau selama 88 tahun (perhitungan tahun masehi) oleh tentara
salib.

Di saat Mesir mengalami krisis di segala bidang maka orang-orang Nasrani memproklamirkan
perang Salib melawan Islam, yang mana Mesir adalah salah satu Negara Islam yang diintai oleh
Tentara Salib. Shalahudin al-Ayyubi seorang panglima tentara Islam tidak menghendaki Mesir jatuh
ke tangan tentara Salib, maka dengan sigapnya Shalahudin mengadakan serangan ke Mesir untuk
segera mengambil alih Mesir dari kekuasaan Fatimiyah yang jelas tidak akan mampu
mempertahankan diri dari serangan Tentara Salib. Menyadari kelemahannya Dinasti Fatimiyah tidak
banyak memberikan perlawanan, mereka lebih rela kekuasaannya diserahkan kepada Shalahudin
dari pada diperbudak tentara salib yang kafir. Maka sejak saat itu selesailah kekuasaan Dinasti
Fatimiyah di Mesir, berpindah tangan ke Shalahudin al-Ayyubi. Shalahuddin al Ayyubi yang telah
menguasai Halb dan Maushil, menjadikan pasukan salib terkepung di Baitul Maqdis oleh pasukan
Shalahuddin al Ayyubi. Di utara oleh pasukan Shalahuddin al Ayyubi di Suriah, dari selatan oleh
pasukan di Mesir, dan dari timur pasukan di Yordania. Jadi berdirilah negara Ayyubiyah dengan
kepala pemerintahan Shalahuddin al Ayyubi yang wilayahnya mencakup Mesir, Suriah, sebagian
wilayah Irak dan Yaman.

.
B. Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa Dinasti Al-Ayyubiyah

Shalahudin panglima perang Muslim yang berhasil merebut Kota Yerusalem pada Perang Salib itu
tak hanya dikenal di dunia Islam, tetapi juga peradaban Barat. Sosoknya begitu mempesona. Ia
adalah pemimpin yang dihormati kawan dan dikagumi lawan. Di era keemasannya, dinasti ini
menguasai wilayah Mesir, Damaskus, Aleppo, Diyarbakr, serta Yaman. Masa dinasti ini pula
perkembangan wakaf sangat menggembirakan, wakaf tidak hanya terbatas pada benda tidak
bergerak, tapi juga benda bergerak semisal wakaf tunai. Tahun 1178 M/572 H, dalam rangka
menyejahterakan ulama dan kepentingan misi mazhab Sunni, Salahuddin Al-Ayyubi menetapkan
kebijakan bahwa orang Kristen yang datang dari Iskandar untuk berdagang wajib membayar bea
cukai. Tidak ada penjelasan, orang Kristen yang datang dari Iskandar itu membayar bea cukai
dalam bentuk barang atau uang, namun lazimnya bea cukai dibayar dengan menggunakan uang.
Uang hasil pembayaran bea cukai itu dikumpulkan dan diwakafkan kepada para fuqaha’ dan para
keturunannya.

Sebagaimana dinasti-dinasti sebelumnya, Dinasti Ayyubiyah pun mencapai kemajuan yang


gemilang dan mempunyai beberapa peninggalan bersejarah. Kemajuan-kemajuan itu mencakup
berbagai bidang, diantaranya adalah :

1. Bidang Arsitektur dan Pendidikan

Penguasa Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan. Ini ditandai
dengan dibangunnya Madrasah al–Shauhiyyah tahun 1239 M sebagai pusat pengajaran empat
madzhab hukum dalam sebuah lembaga Madrasah. Dibangunnya Dar al Hadist al-Kamillah juga
dibangun (1222 M) untuk mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat diberbagai
madzhab hukum sunni. Sedangkan dalam bidang arsitek dapat dilihat pada monumen Bangsa
Arab, bangunan masjid di Beirut yang mirip gereja, serta istana-istana yang dibangun menyerupai
gereja. Shalahuddin juga membangun benteng setelah menyadari bahwa ancaman pasukan salib
akan terus menghantui, maka tugas utama dia adalah mengamankan Kairo dan sekitarnya (Fustat).
Penasihat militernya saat itu mengatakan bahwa Kairo dan Fustat masing-masing membutuhkan
benteng pertahanan, tapi Shalahuddin memiliki ide brilian, bahwa dia akan membangun benteng
strategis yang melindungi secara total kotanya. Selanjutnya, dia memerintahkan untuk membangun
benteng kokoh dan besar diatas bukit Muqattam yang melindungi dua kota sekaligus Kairo dan
Fustat.

Proyek besar Citadel dimulai pada 1176 M dibawah Amir Bahauddin Qaraqush. Shalahuddin juga
membangun dinding yang memagari Kairo sebagai kota residen bani Fatimiyyah, sekaligus juga
memagari benteng kebesarannya serta Qata’i-al Fustat yang saat itu merupakan pusat ekonomi
Kairo terbesar. Selain itu, juga berdiri masjid agung di Sulaiman yang dimulai pembangunannya
sejak dinasti Umayyah pada 717 M, masjid agung Aleppo hingga kini masih menjadi salah satu
karya besar arsitektur di dunia muslim. Di masjid agung Aleppo terdapat makam Nabi Zakaria dan
di Damaskus terdapat makam Nabi Yahya. Bentuk dan konstruksi masjid agung Damaskus dari
dulu hingga kini masih terjaga, sementara masjid Aleppo sudah banyak mengalami perubahan dari
bentuk aslinya karena sempat diguncang gempa bumi dan dihancurkan oleh serangan Bizantium
dan tentara Mongol. Meski tak lagi mewarisi struktur masjid peninggalan bani umayyah, namun
masjid agung Aleppo sangat dikenal sebagai masterpiece dalam dunia islam, karena mewarisi
sentuhan beragam dinasti islam yang pernah Berjaya.

2. Bidang Filsafat dan Keilmuan

Bukti konkritnya adalah Adelasd of Bath yang telah diterjemahkan, karya-karya orang Arab tentang
astronomi dan geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Di bidang kedokteran ini telah didirikan
sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.

3. Bidang Industri

Kemajuan di bidang ini dibuktikan dengan dibuatnya kincir oleh seorang Syiria yang lebih canggih
dibanding buatan orang Barat. Terdapat pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas.
4. Bidang Perdagangan

Bidang ini membawa pengaruh bagi Eropa dan negara–negara yang dikuasai Ayyubiyah. Di Eropa
terdapat perdagangan agriculture dan industri. Hal ini menimbulkan perdagangan internasional
melalui jalur laut, sejak saat itu Dunia ekonomi dan perdagangan sudah menggunakan sistem
kredit, bank, termasuk Letter of Credit (LC), bahkan ketika itu sudah ada uang yang terbuat dari
emas.

5. Bidang Militer

Selain memiliki alat-alat perang seperti kuda, pedang, panah, dan sebagainya, ia juga memiliki
burung elang sebagai kepala burung-burung dalam peperangan. Disamping itu, adanya perang
Salib telah membawa dampak positif, keuntungan di bidang industri, perdagangan, dan intelektual,
misalnya dengan adanya irigasi.

C. Tokoh Ilmuwan Muslim dan Perannya dalam Kemajuan Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa
Dinasti Al Ayyubiyah

Pada masa dinasti Ayyubiyah, Shalahuddin al Ayyubi beserta keluarga dan pendiri-pendiri dinasti
sangat memperhatikan kelangsungan berbagai bidang termasuk bidang pendidikan dan
pengetahuan. Sehingga bermunculan tokoh-tokoh ilmuwan yang sangat berpengaruh pada
perkembangan kebudayaan atau peradaban Islam, mereka di antaranya adalah:

1. Abdul Latif al Bagdadi dan Al - Hufi, ahli ilmu mantiq dan bayan (bahasa)

2. Syekh Abul Qasim al Manfalubi, ahli Fiqih

3. Syamsudin Khalikan, ahli sejarah

4. Abu Abdullah al Quda’i, ahli Fiqih, Hadits dan Sejarah

5. Abu Abdullah Muhammad bin Barakat, ahli nahwu

6. Hasan bin Khatir al Farisi, ahli Fiqih dan Tafsir

7. Maimoonides, ahli ilmu astronomi, ilmu ke-Tuhanan, tabib, dan terutama sebagai ahli filsafat.

8. Ibn al Baytar (1246 M), dokter hewan dan medikal. Beberapa karyanya yang sampai saat ini
masih terkenal di wilayah Eropa tentang buku ramuan obat Islam “ Management Of The Drug Store”

9. Sejumlah penulis, sastarawan, dan ilmuwan termuka, seperti Abu Firas Al Hamadani dan
Thayib al Mutanabbi.

D. Ibrah Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa Dinasti Al-Ayyubiyah untuk Masa
Kini dan Yang Akan Datang

Shalahuddin al Ayyubi sangat berusaha keras dalam menghadapi perang salib, dan dalam
membentengi umat Islam dari kristenisasi. Misalnya memberi sumber untuk pembangunan masjid,
pembuatan sekolah gratis kepada siswa muslim yang tidak mampu, dan pemberian sandang
pangan bekas namun masih layak pakai. Sikap seorang negarawan yang tegas dan berani
sepertinya patut dicontoh apalagi pada saat sekarang ini yang lebih mementingkan kepentingan
pribadi daripada kepentingan bersama. Seperti sikap tegas Shalahuddin yang langsung mencopot
jabatan para amir yang lemah di mana keberadaan mereka justru mengganggu gerakan jihad yang
mulai digelar olehnya, para aparatur yang melakukan korupsi, dan yang bersekongkol dengan
penjahat dan perampok.
Rasa yang sangat mengutamakan pendidikan dan pengetahuan juga penting untuk dilanjutkan
pada setiap generasi. Karena ilmu dan pendidikan merupakan modal utama untuk menjaga dan
mempertahankan kebudayaan atau peradaban Islam. Ilmu juga mendapat tempat yang sama
pentingnya dengan agama, yaitu untuk mengetahui ajaran-ajaran agama dan hukum-hukum Islam.

Melihat perjuangan yang sangat heroik dari Shalahuddin al Ayyubi, hendaklah kita berusaha
dengan tekad dan kuat dalam mensyiarkan agama Islam agar upaya kristenisasi tidak akan
berkembang lagi, dan Islam juga tetap konsisten di zaman yang sudah modern sekarang.
Sebaliknya, kehidupan umat manusia saat ini justru hawa nafsu lebih mendonasi ketimbang moral
dan akal. Peran dalam bentuk non fisik inilah apalagi di tengah perkembangan globalisasi saat ini,
yang terkadang memperlemah semangat keimanan umat Islam. Maka dari itu, sebagai langkah awal
yang sederhana peringatan maulid Nabi Muhammad SAW menjadi sangat penting.

E. Meneladani Sikap Keperwiraan Shalahuddin al-Ayyubi

Shalahudin al Ayyubi adalah seorang muslim yang tahu akan agamanya dan kosekuen dengannya.
Ia tahu hak tanah airnya kemudian mempertahankannya. Ia tahu hak-hak saudaranya kaum
Muslimin kemudian menunaikan hak-hak tersebut dengan sebaik-baiknya. Shalahudin al Ayyubi
juga merupakan panglima perang Muslim yang dihormati kawan dan dikagumi lawan karena
akhlaknya dan tindakannya yang tangguh tetapi tetap mengakui hak asasi manusia dalam setiap
peperangan yang dilakukannya. Sikap keperwiraan Shalahudin al Ayyubi lainnya yang baik
dicontoh adalah:

1. Membela agama dan rakyat

2. Memadamkan pemberontakan

3. Menghadapi tentara salib

4. Mempertahankan agama dan negara

Beliau juga sosok yang memiliki toleransi tinggi terhadap umat beragama, seperti contohnya:

1. Ketika beliau menguasai Iskandariyah, ia tetap mengunjungi orang-orang kristen

2. Ketika perdamaian dengan tentara salib tercapai, beliau masih mengizinkan orang-orang
kristen berziarah ke Baitul Maqdis.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Shalahudin Yusuf al-Ayyubi adalah Pendiri Dinasti Ayyubiyah (567 – 648 H / 1171 – 1250 M)
yang berdiri di atas sisa-sisa Dinasti Fatimiyah di Mesir yang bercorak Syi’i dan ia ingin
mengembalikannya ke faham sunni Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Shalahudin mengadakan serangan
ke Mesir untuk segera mengambil alih Mesir dari kekuasaan Fatimiyah yang jelas tidak akan
mampu mempertahankan diri dari serangan Tentara Salib.

2. Dinasti Ayyubiyah mencapai kemajuan yang gemilang mencakup di berbagai bidang, yaitu:
bidang arsitektur dan pendidikan, bidang filsafat dan keilmuan, bidang industri, perdagangan, dan
militer.
3. Shalahudin al-Ayyubi sangat memperhatikan pendidikan dan pengetahuan. Sehingga
bermunculan tokoh-tokoh ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu seperti ilmu Fiqih, kedokteran,
filsafat, bahasa, sejarah, dan lain-lain.

4. Sikap tegas Shalahuddin yang langsung mencopot jabatan para amir yang lemah di mana
keberadaan mereka justru mengganggu gerakan jihad yang mulai digelar olehnya, para aparatur
yang melakukan korupsi, dan yang bersekongkol dengan penjahat dan perampok.

5. Shalahudin al Ayyubi adalah seorang muslim yang tahu akan agamanya dan kosekuen
dengannya, tahu hak-hak saudaranya kaum Muslimin kemudian menunaikannya, dan hak tanah
airnya kemudian mempertahankannya.

Anda mungkin juga menyukai