Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jatuhnya kota Suci Baitul Maqdis ke tangan kaum Salib telah mengejutkan para
pemimpin Islam. Mereka tidak menyangka kota Suci yang telah dikuasainya selama
lebih 500 tahun itu bisa terlepas dalam sekejap mata. Mereka sadar akan kesalahan
mereka karena terpecah belah. Para ulama telah berbincang dengan para Sultan, Amir
dan Khalifah agar mengambil keputusan dalam masalah ini. Usaha mereka berhasil.
Setiap penguasa negara Islam itu bersedia bergabung tenaga untuk merampas balik kota
Suci tersebut. Di antara pemimpin yang paling gigih dalam usaha menghalau tentara
Salib itu ialah Imanuddin Zanki dan diteruskan oleh anaknya Amir Nuruddin Zanki
dengan dibantu oleh panglima Asasuddin Syirkuh . Setelah hampir empat puluh tahun
kaum Salib menduduki Baitul Maqdis, Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi baru lahir ke
dunia, yakni pada tahun 1138 M. Keluarga Shalahuddin taat beragama dan berjiwa
pahlawan. Ayahnya, Najmuddin Ayyub adalah seorang yang termasyhur dan beliau
pulalah yang memberikan pendidikan awal kepada Shalahuddin. Selain itu,
Shalahuddin juga mendapat pendidikan dari ayah saudaranya seorang negarawan dan
panglima perang Syria yang telah berhasil mengalahkan tentara Salib baik di Syria
ataupun di Mesir6 . Dalam setiap peperangan yang dipimpin oleh panglima Asasuddin,
Shalahuddin senantiasa ikut sebagai tentara pejuang sekalipun usianya masih muda
 Shalahuddin Al-Ayyubi adalah sosok pahlawan Islam yang lengkap. Ia adalah
seorang Sultan (raja) yang adil, panglima perang, mujahid Islam, ulama yang faqih,
politisi ulung, penuntut ilmu, ahli ibadah, seorang zahid (meninggalkan kemewahan
dunia), serta pemimpin yang pemurah dan penuh belas kasih.Saat baru dilahirkan, bayi
Shalahuddin telah melalui cobaan. Ketika itu keluarga besarnya mendapat ancaman
besar, sehingga harus berpindah ke Damaskus secara diam-diam. Dalam proses
perpindahan ini bayi Shalahuddin sering menangis, sehingga membuat ayahnya
kehilangan kesabaran. Namun sang ayah diingatkan, bahwa bayi (Shalahuddin) tidak
memiliki kesalahan apapun, sehingga tidak layak mendapat sanksi.
Sosok yang menjadi inspirasi Shalahuddin Al-Ayyubi adalah Nuruddin
Mahmud Zanki. Ia adalah guru, pembimbing, sekaligus teladan. Missi membebaskan
Baitul Maqdis telah dimulai oleh Asy-Syahid Nuruddin Zanki, lalu berhasil ditunaikan
Shalahuddin.
1
Shalahuddin pernah mencapai kekuasaan politik yang luas di Mesir dan Syam,
sehingga cukup mengkhawatirkan bagi Khalifah Abbasiyah. Namun dia sangat loyal
kepada Khalifah Abbasiyah, tidak berniat memberontak; bahkan dia berjasa
mengangkat wibawa Khilafah Abbasiyah di mata kaum Muslimin sedunia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Shalahuddin al-Ayyubi?
2. Apa peran Shalahuddin al-Ayyubi dalam dunia Islam?
3. Bagaimana riwayat Shalahudiin al-Ayyubi?
4. Apa nilai nilai nilai kepemimpinan Shalahuddin a;-Ayyubi?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan latar belakang Shalahuddin al-Ayyubi
2. Menjelaskan peran Shalahuddin a;-Ayyubi dalam dunia Islam
3. Menjelaskan mengenai riwayat Shlahuddin al-Ayyubi
4. Menjelaskan nilai nilai kepemimpinan Shalahuddin al-Ayyubi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi shalahuddin al-Ayyubi


Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi. Ayahnya Najmuddin Ayyub
dan pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah (migrasi) meninggalkan kampung
halamannya dekat Danau Fan dan pindah ke daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di
benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M, ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di
Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada Imaduddin
Zanky, gubernur Seljuk untuk kota Mousul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut
wilayah Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin)
diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat Raja Suriah Nuruddin
Mahmud. Selama di Balbek inilah, Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan
menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan
pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun,
dalam lingkungan istana Nuruddin. Pada tahun 1169 Shalahudin diangkat menjadi
seorang wazir (konselor).
Shalahuddin Al Ayyubi memiliki kepribadian yang bijaksana dan tegas dalam
setiap langkah kehidupannya. Sosok pemimpin atau raja yang sangat disegani oleh
masyarakat, prajurit dan para panglima perang ketika Perang Salib berkecamuk.
Keberhasilannya dalam memimpin negara dan memimpin perang telah mampu
memberikan sumbangsih dalam khazanah dunia Islam Abad Pertengahan. Namanya
besar, harum dan telah dikenal dan dikenang di dalam catatan sejarah Islam maupun
sejarah Kristen. Kebijaksanaannya sebagai seorang raja telah diakui oleh para
sejarawan dalam kisahnya. Pencapaian agungnya ketika ia telah berhasil menguasai
Baitul Maqdis dari tangan kaum Kristen Salib. Segenap kekuatan dan keyakinannya
telah mampu menjadikan dirinya seorang panglima dalam medan perang. Perlindungan
dan keadilan serta kecintaannya kepada Agama Islam menjadikan Shalahuddin Al
Ayyubi sebagai sosok yang selalu mengedepankan kemaslahatan integritas agama dan
masyarakatnya. Shalahuddin Al Ayyubi mahir dalam ilmu dan strategi berperang. Ia
sangat disegani oleh musuh yang dihadapinya. Bahkan ia sangat giat memerangi dan
memberantas orang-orang yang memberontak dan yang tidak sepemahaman
dengannya. Sosok Shalahuddin Al Ayyubi tidak hanya dikenali oleh rakyat Mesir saja,
di berbagai wilayah kekuasaannya ia sangat dikenali sebagai seorang pemimpin yang
3
mampu menjadi panutan rakyat dan para prajuritnya. Hingga pada saat kematiannya,
banyak sekali orang yang merasa sangat kehilangan akan sosoknya.

B. Peran Shalahuddin al-Ayyubi dalam dunia Islam


Perang salib III terkenal dengan sebutan “Perang Salib Para Raja” karena diikuti
oleh raja raja Eropa seperti Raja Richard I dari Inggris, Raja Philiph II dari Prancis dan
Raja Frederick I dari  Kekaisaran Suci Roma. Dari pihak islam dipimpin oleh Shalah al-
Din yang berhasil menyatukan Mesir dan Suriah di bawah bendera Dinasti Ayyubiah.
Dalam mata dunia barat terkenal dengan nama Saladin, yang berasal dari Etnis
kurdi. Karir militer Salahuddin Al-Ayyubi berkembang pesat ketika mengabdikan diri
di dalam pemerintahan Kekhalifahan Fathimiyah yang dilanda krisis politik pada masa
pemerintahan Khalifah al-Adhid, pada tahun 1169, Saladin diangkat menjadi perdana
menteri pasca wafatnya Khalifah al-Adhin, pemerintahan Fathimiyah didominasi oleh
militer mengambil alih kekuasaan dan menobatkan Shalahuddin yang sebelumnya
menjadi perdana  menteri sebagai sultan. Syiah yang menjadi simbol regionalitas
Kekhalifahan Fathimiyah diganti menjadi Sunni. Berakhirlah kebesaran dan kejayaan
kekhalifahan Fathimiyah uang mendominasi perpolitikan di dunia Islam dari abad ke-
10 hingga pertengahan abad ke 12. Shalah al-Din tidak hanya menjadi menjadi sultan di
Mesir, namun juga di Syams, pemerintahan Shalah al-Din diberi nama Dinasti
Ayyubiah yang diambil dari nama ayahnya, keadaan politik di Timur Tengah Tengah
yang begejolak karena Yerussalem dikuasai kembali oleh Kristen sejak 1099 membuat
Shalah-al-Din termotivasi untuk merebut Yerussalem. Pengangkatan dirinya menjadi
Sultan Dinasti Ayyubiah pada tahun 1174 dimanfaatkan betul oleh Shalah al-Din untuk
menaklukan Yerussalem.
Shalahuuddinal-Din mempersiapkan secara matang matang dalam merebut
Yerussalem. Kerajaan Yerussalem pada tahun 1186 menobatkan Guy Lusignan sebagai
Raja Kerajaan Yerusalem. Pelantikan Guy menjadi raja sangat dipermasalahkan
sehingga membuat stabilitas politik di Kerajaan Yerusalem menjadi tidak stabil dan
raan gerakan bawah tanah utuk menurunkan Guy dari tahtanya. Pada tahun 1187, salah
satu Kesatria pasukan Salib, Reynald, menyerang rombongan orang orang Islam ketika
ketika Kerajaan Yerusalem mesih terkait perjanjian damai dengan Shlah al-Din.
Penyerangan tersebut diperparah dengan fakta bahwa rombongan tersebut terdapat
saudara perempuan Shalah al-Din yang diperkosa pada waktu penyeranga. Peristiwa
tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh Shalah al-Din untuk berperang melawan
4
Kerajaan Yerusalem. Tanpa adanya deklarasi dari paus dan bantuan pasukan Salib di
Eropa, Shalah al-Din akan dapat dengan mudah merebut kembali Yerusalem.
Sebelum Yerusalem direbut, terjadi pertempuran di Hattin. Pertempuran
tersebut diikuti dan dipimpin langsung oleh Guy. Dengan keluarnya pasukan Salib dari
Yerusalem, menjadikan pasukan Salib tanpa ada perlindungan dan otomatis menjadi
pertempuran hidup dan mati antara pasukan Salib dangan Pasukan Dinasti Ayyubiah
yang dipimpin oleh Shalah al-Din. Pertempuran Hattin hanya berlangsung selama dua
hari, yaitu tanggal 3 sampai 4 Juli 1187. Tidak hanya kekalahan yang didapatkan
pasukan Salib di Hattin, namun juga hampir semua pasukan Salib menjadi korban
dalam pertempuran tersebut, kekalahan tersebut mengakibatkan Yerusalem tidak
mendapat perlindungan yang maksimal karena pasukan terlatih Kerajaan Yerusalem
telah disibukkan oleh pertempuran. Tidak hanya Kerajaan Yerusalem, pemerintah
Kristen di Tripoli dan Antiokhia juga mengirimkan pasukan terbaiknya dalam
pertempuran Hattim. Guy menjadi raja Yerusalem menjadi tawanan perang dan
Reynald akhirnya dibunuh (Bradbury, 2004: 188). Pada 20 September 1187, pasukan
dari Shalah al-Din sampai di Yerusalem. Tanpa adanya pasukan Salib yang memadai
dan tidak adanya bantuan pasukan dari Eropa karena sifatnya mendadak, membuat
Yerusalem rapuh. Tidak terduga, dengan dibantu pertahanan kota, Yerusalem dapat
bertahan selama 12 hari dari kepungan pasukan Shalah al-Din. Pada tanggal 2 Oktober
1187, pasukan Salib menyerah dan Balian dari Ibelin menyerah pada Shalah al-
Din(Bradbury, 2004:188).[5]

C. Riwayat Shalahuddin al-Ayyubi


Shalahuddin telah membebaskan Yerusalem, tetapi orang orang Kristen masih
disana, tidak diusir ke laut karena dia tidak bisa melakukan lebi dari itu. Usianya sudah
lima puluh empat tahun, terbilang tua pada zamannya, dan lelah serta sakit sakitan.
sementara itu pernah berharap ingin menjalankan ibadah haji ke Mekah, dan terus
berharap, tetapi tugas memanggilnya pulang ke Damaskus, disana dia tiba pada 4
November 1192.
 Pada hari berikutnya, dia mengadakan sebuah pertemuan, “ dimana semua
orang diizinkan datang dan memuaskan dahaga mereka untuk menemui dirinya”. Kata
itu dituturkan Bahaudin, yang mencatat kemerosotan tuannya dengan rincian yang
hidup dan menyakitkan. Status Shalahuddin adalah Pahlawan Nasional dan orang suci.”
Orang dari semua golongan diperkenankan hadir, dan para penyair membacakan puisi
5
memujinya: bahwa dia mengembangkan sayap keadilan kepada semua, dan
mencurahkan hujan anugera kepada rakyatnya dari awan kemurahan hati dan
kebaikannya”. Kematian jauh dari pikiran Shalahuddin, dia bekerja pada siang hari, dan
sekali kali berburu rusa, suasana hatinya lebih dari penyembuan daripada kemerosotan.
Sebenarnya laporan Bahaudin di bagian ini adalah tangan kedua, karena dia
baru datang ke Damaskus dari Yerusalem pada pertengahan Februari 1193, menembus
hujan deras yang mengubah jalan menjadi lumpur. Ketika Bahaudin tiba, Shalahuddin
memanggilnya memalaui kerumunan para pejabat: “ belum pernah wajahnya
menyatakan kepuasan seperti itu saaat melohatku, matanya berlinang air mata, dan dia
mendekapku dalam pelukannya. Namun sekarang Shalahuddin hanyalah bayangan dari
dirinya yang dulu, Tidak ada lagi penyambutan, dan dia kesulitan bergerak, suatu ketika
saat dia dikelilingi oleh beberapa anaknya yang lebih muda, penampilan duta besar
dengan wajah yang dicukur dan rambut cepak membuat salah satu putranya menangis,
sehingga menurut Bahaudin, Shalahuddin menolak para pengunjung itu tanpa
mendengar apa yang akan mereka sampaikan. Katanya dengan cara ramah seperti biasa.
Kemudian dia menambahkan: ‘Ambilkan apapun yang sudah kau siapkan.’ Mereka
membawakannya beras yang dimasak dalam susu dan minuman ringan lainnya, dan dia
menyantapnya, tetapi bagiku ia keliahatan tak terlalu berselera.”
Shalahuddin menanyaklan tentang perjalanan haji ke Mekkah, ketika Bahaudin
mengatakan bahwa para peziarah haji,akan tiba melalui jalan berlumpur pada hari
berikutnya, Shalahuddin mengatakan dia akan pergi dan menemui mereka , meskipun
kenyataannya “ dia tidak lagi memiliki semangat besar seperti yangat kukenal.” Saat
mereka berkuda bersama sama dengan orang orang berkerumun disekitar untuk melihat
sekilas sosok orang besar itu  Bahaudin melihat bahwa Shalahuddin lupa mengenakan
jubahnya yang biasa. Ketika Bahaudin menyapaikan hal ini, “ dia tampak seperti
seseorang yang terbangun dari mimpi”, dan meminta  jubah itu , tetapi pengurus
pakaian tidak ada disana. Kejadian itu mengganggu Bahaudin , dia berpikir, “ sang
sultan meminta sesuatu yang biasanya tidak pernah ia tinggalkan, dan dia tidak bisa
mendapatkannya!.... Aku sedih, karena aku sangat menghawatirkan kesehatanyya,”
malam itu dan hari berikutnya, kelelahan dan demam ringan membuat kondisi sang
Sultan memburuk. Pada hari keempat penyakitnya, para dokter menganggap perlu
untuk membekamnya dan sejak itu kondisinya semakin memburuk, pada hari keenam,
dia meminum air terlalu panas, keluhnya. Saat dia mencoba cangkir berikutnya, terlalu
dingin: “ ya Allah, katanya, tetapi tidak dengan nada marah , ‘ barangkali tidak ada
6
orang yang membuat air minum dengan suhu yang tepat. Aku dan Fadhil [ sekertaris
Shalahuddin] meninggalkannya dengan air mata mengalir dari mata kami, dan dia
berkata kepadaku, ‘ sungguh umat Islam kehilangan sosok besar! Demi Allah, laki laki
manapun  yang berada di tempatnya pasti akan melempar cangkir itu ke kepala orang
yang membawannya,”
Tiga hari kemudian , pikiran Shalahuddin mulai melantur dan dia mulai tidak
sadarkan diri. Semua orang stafnya, keluargannya, seluruh kota tahu kalau ajalnya
sudah dekat, “ tidaklah mungkin menggambarkan kesedihan dan kesusahan yang
diderita seseorqang dan semua orang. Pada selasa malam, 3 Maret , malam kedua belas
dari penyakitnya yang tak dijelaskan, “ kadang kadang ia masih bersama kami, kadang
kadang melantur” seorang syech menemaninya sepanjang malam, membacakan
Alquran. Shalahuddin meninggal dunia sekitar subuh keesokan harinya, tanggal 4.
Jenazahnya dimandikan dan dibungkus kain kafan “ semua bahan yang digunakan
untuk tujuan ini harus dipinjam, karena sultan sendiri tidak memiliki apa apa.”
Bahaudin diminta untuk menyaksikan , tetapi dia tidak sanggup melakukannya. Peti
jenazah dibawah masuk, dibungkus dengan sehelai kain bergaris garis, dan dibawah
keluar melalui kerumunan yang meratap menuju istana tempat Sang Sultan
menghabiskan hari hari terakhirnya. Jarena dia tidak punya waktu atau kemauan untuk
mengatur pembangunan mausoeum untuknya sendiri, dia dimakamkan di soffa ( rumah
musim panas).

D. NILAI NILAI KEPEMIMPINAN SHALAHUDDIN


Shalahuddin merupakan sosok teladan sepanjang masa dan sepanjang muslim,
baik di Eropa maupun diseluruh dunia Islam. Karakternya dapat dijadikan sebagai
bahan teladan dan motivasi pemimimpin pemimpin sekarang dan masa depan dalam
membangun sebuah peradaban Islam, salah satu kuncinya kesuksesannya yaitu karena
dia menggabungkan dua gaya kepemimpinan, menerapkan apa yang oleh para
teoretikus modern disebut sebagai kekuatan keras dan lembut. Unsur utama yang lain
dalam kepemimpinannya adalah kesiapannya untuk menanggung kesulitan sifat
kepemimpinan revulusioner dalam hal itu.dalam kata kata James macgregor Burns, “
pemimpin harus benar benar mengabdi pada tujuannya dan mampu mampu
menunjukan komitmen tersebut dengan meluangkan waktu dan usaha untuk itu,
mempertaruhkan nyawa mereka , menjalani hukuman penjara, pengasingan,
penganiayaan, dan kesulitan tanpa henti.” Shalahuddin melakukan ekspedisi ,
7
bertempur dan mempertaruhkan nyawannya, dan nyaris meninggal dunia karena
penyakit. Penderitaan yang ditanggung bersama tidak menjamin kesuksesan, dan
banyak pemimpin pemberani dan banyak pemimpin pemberani tetapi salah langkah dan
meninggal sia sia dan terlupakan, tetapi penolakan untuk turut menanggung penderitaan
merupakan jaminan kegagalan yang hampir pasti.
Shalahuddin juga nampaknya memiliki keseimbangan yang sangat penting
antara rasa aman dan rasa tak aman itu, rasa aman yang dekat berupa keluarga dan
agamannya, rasa aman yang lebih luas berupa konflik agama, Sunni versus Syiah, Islam
versus Kristen, pemimpin lokal vs pemimpin yang lain. Ayahnya, Ayyub, digambarkan
sebagai sosok yang baik , tulus, dan dermawan. Shalahuddin pastinya tumbuh menjadi
sosok yang “ulet”, dalam pengertian yang disukai oleh psikologi modern. Shalahuddin
juga mewariskan teladan yang dapat kita ambil suapaya menjadi pribadi yang ulet,
yakni:
1. Kemampuan memecahkan masalah
2. Kopetensi sosial
3. Kesadaran akan tujuan
4. Kemampuan untuk tetap berjarak dari perselisihan keluarga
5. Kemampuan untuk menjaga diri sendiri
6. Harga diri yang tinggi
7. Kemampuan untuk membentuk hubungan pribadi yang erat
8. Cara pandang yang positif
9. Pengasuhan terfokus yakni kehidupan rumah tangga yang medukung
10. Ekspektasi yang tinggi tetapi dapat dicapai dari orang tua

     

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Shalahuddin Al Ayyubi disamping dirinya adalah seorang raja, akan tetapi dia juga
sangat mencintai Ilmu Pengetahuan, Sastra, dan juga keistimewaan dari sifat pribadinya.
Pribadi Shalahuddin Al Ayyubi menjadi istimewa dengan keseimbangan moral luar biasa
yang membantunya dalam mewujudkan berbagai tujuan agung, Sosok pemimpin yang
harus dijadikan teladan atas nilai nilai perjuangan yang telah ditorehkan dalam
memperjuangkan Agama.

B. Saran
Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan.  dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan
dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah tersebut . Oleh sebab itu
penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
di atas.

9
DAFTAR PUSTAKA

Jati, P. (2019). sejarah perang salib membara. yogyakarta:Unicorn: 2019.


Toha Adi. (1 juni 2017). John Man Shalahuddin a-lAyyubi. Jakarta:PT    pustaka Alvabet
anggota IKAPI: 2017.
https://id.wikipedia.org/wiki/Salahuddin_Ayyubi_dikutippada Senin, 19 November 2019
pukul 09.21
http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314113150005.pdf dikutip pada senin, 19
Nop. 19 pukul 09:50

10

Anda mungkin juga menyukai