Anda di halaman 1dari 13

PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI MAMLUK

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu: Miftahul Khoiri, M. Hum.

Disusun Oleh:

Muhammad Thoriq Baihaqi 53050190008

Sofiatun Khofsoh 53050190021

Febriandika Setyo Putro 53050190005

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN HUMANIORA

IAIN SALATIGA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya,
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpahkan kepada baginda Rasulullah SAW. yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat
jasmani maupun rohani, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas
dari mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang diampu oleh: bapak Miftahul Khoiri, M.
Hum.. Penulis tentu menyadari tentunya banyak kekurangan pada penulisan makalah yang
jauh dari kata sempurna ini.

Salatiga, 14 November 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sejarah perjalanan panjang, pemerintahan Islam telah mengalami pasang
surut, silih berganti dari satu khalifah ke khalifah yang lain, dari satu dinasti ke dinasti yang
baru, mulai dari bertahtanya dinasti Amawiyah, kemudian digantikan oleh dinasti
Abbasiyah dan dinasti-dinasti berikutnya. Pada masa daulah Amawiyah belum terdapat
daulahdaulah kecil sedangkan pada masa dinasti Abbasiyah sudah ada daulah-daulah kecil
walaupun masih mengakui supremasi dan kewibawaan khalifah Abbasiyah. Misalnya
daulat Bani Buwaihi dan Bani Saljuk. Pada masa pertengahan abad ke 12 , daulah-daulah
kecil berubah menjadi kesultanan yang masing-masing berdiri sendiri tanpa suatu ikatan
spritual dengan khalifah pusat, sehingga sistem politik pemerintahan telah bergeser pula
dari dominasi Arab ke dominasi non-Arab.
Dalam proses pergantian dinasti ini, muncullah dinasti Mamluk di Mesir. Dinasti
ini berkuasa selama kurang lebih 267 tahun dari tahun 1250 M. sampai 1517 M. (Usman,
1962: 105; Mufradi, 1997:118). Priode Mamluk ini menjadi terkenal karena dinasti ini
melakukan penyempurnaan sistem militer budak pasca-Abbasiyah.1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Mamluk?
2. Bagaimana kemajuan peradaban Islam pada masa Dinasti Mamluk?
3. Bagaimana proses runtuhnya Dinasti Mamluk?

C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Mamluk.
2. Mengetahui kemajuan peradaban Islam pada masa Dinasti Mamluk.
3. Mengetahui penyebab runtuhnya Dinasti Mamluk.

1
St Aisyah Abbas, “DINASTI MAMLUK DI MESIR DAN KEJAYAANNYA” 6 (2020): 13.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Mamluk


Mamluk berasal dari kata Arab almamluk yang berarti budak atau hamba yang
dimiliki tuannya. Bentuk jamaknya adalah mamalik dan mamlukun, yang berarti para
budak. Secara terminologis, Mamluk adalah nama dua pemerintahan di dunia Islam yang
didirikan kaun Mamluk, yaiitu Dinasti Mamluk di India (1206-1290) yang dibentuk
Qutbuddin Aybak (Kesultanan Delhi dan India) dan dinasti Mamluk di Mesir (1250-
1517).2
Dinasti mamluk merupakan dinasti atau pemerintahan yang didirikan oleh para
budak. Mereka pada mulanya adalah orang-orang yang ditawan
oleh penguasa dinasti ayubiyah sebagai budak, yang kemudian di didik dan dijadikan
tentara, dan mereka ditempatkan di tempat yang tersendiri yang terpisah dari
masyarakat. Oleh penguasa ayubiyah yang terakhir, al Malik al Saleh, mereka dijadikan
pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya. Pada masa itu mereka
mendapat hak-hak istimewa, baik dalam ketentaraan maupun dalam imbalan-imbaan
meteriil.3
Ketika al-Malik al-Salih meninggal (1249 M), anaknya, Turansyah, naik tahta
sebagai Sultan. Golongan Mamalik merasa terancam karena Turansyah lebih dekat
kepada tentara asal Kurdi daripada mereka. Pada tahun 1250 M Mamalik di bawah
pimpinan Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah. Istri al-Malik al-Salih,
Syajarah al-Durr, seorang yang juga berasal dari kalangan Mamalik berusaha
mengambil kendali pemerintahan, sesuai dengan kesepakatan golongan Mamalik itu.
Kepemimpinan Syajaruh al-Durr berlangsung sekitar tiga bulan. Ia kemudian kawin
dengan seorang tokoh Mamalik bernama Aybak dan menyerahkan tampuk
kepemimpinan kepadanya sambil berharap dapat terus berkuasa di belakang tabir.
Akan tetapi segera setelah itu Aybak membunuh Syajarah al-Durr dan mengambil
sepenuhnya kendali pemerintahan. Pada mulanya, Aybak mengangkat seorang

2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,Dirasah Islamiyah II (Jakarta; Rajagrafindo Persada, 2010) h. 128
3
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (bandung : pustaka setia, 2008), h. 235.
keturunan penguasa Ayyubiyah bernama Musa sebagai Sultan "syar'i" (formal)
disamping dirinya yang bertindak sebagai penguasa yang sebenarnya. Namun, Musa
akhirnya dibunuh oleh Aybak. Ini merupakan akhir dari dinasti Ayyubiyah di Mesir
dan awal dari kekuasaan dinasti Mamluk yang diawali naik
tahtanya Izzuddin Aybak yang bergelar al-Malik al-Mu’iz. Merekalah
yang membebaskan Mesir dan Syria dari pasukan Salib, juga membendung
serangan-serangan kaum Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan dan
Timur Lenk sehingga Mesir terlepas dari penghancuran, seperti yang terjadi
di dunia Islam lainnya.
Dinasti Mamluk sendiri dibagi menjadi dua yaitu Dinasti Mamluk Bahri dan
Dinasti Mamluk Burji.

B. Kemajuan Peradaban pada Masa Dinasti Mamluk


Dinasti Mamluk membawa warna baru dalam sejarah politik Islam. Pemerintahan
dinasti ini bersifat oligarki militer. Sistem oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di
Mesir. Para amir berkompetisi dalam prestasi, karena merupakan kandidat sultan. Adanya
kompetisi semacam ini, memotivasi setiap amir untuk melakukan perubahan demi
terjadinya suatu kemajuan di Mesir. Adapun kemajuan-kemajuan yang dicapai dinasti
Mamluk adalah sebagai berikut.
1. Bidang Militer
Pemerintahan dinasti ini dilantik dari pengaruhnya dalam kemiliteran. Para tentara
yang dididik haruslah dengan tujuan untuk menjadi pasukan pendukung kebijaksanaan
pemimpin. Setelah memeluk Islam, setiap orang akan dilatih sebagai tentara berkuda.
Mereka harus mematuhi Furisiyyah, sebuah aturan perilaku yang memasukkan nilainilai
seperti keberanian dan kemurahan hati dan juga doktrin mengenai taktik perang berkuda,
kemahiran menunggang kuda, kemahiran memanah dan juga kemahiran merawat luka dan
cedera.
Setelah tamat latihan, tentara Mamluk ini dimerdekakan tetapi mereka harus setia
kepada khalifah atau sultan. Mereka mendapat perintah terus dari khalifah atau sultan.
Tentara Mamluk selalu dikerahkan untuk menyelesaikan perselisihan antara suku
setempat. Pemerintah setempat termasuk amir juga mempunyai pasukan tentara sendiri
tetapi lebih kecil dibandingkan pasukan tentara Khalifah atau Sultan.
Sebagian kawasan seperti Mesir, tentara Mamluk mulai menjalin hubungan dengan
pemerintah setempat dan akhirnya mendapat pengaruh yang luas. Pada era Dinasti Al-
Mamluk produksi buku mengenai ilmu militer itu berkembang pesat. Sedangkan, pada
zaman Shalahuddin, ada buku manual militer karya AT-Thurtusi (570 H/1174 M) yang
membahas keberhasilan menaklukan Yerussalem. Contoh buku yang yang membahas
tentang militer adalah karya Al-Aqsara’i (wafat74 H/1348 M) yang diterjemahkan kedalam
bahasa Inggris menjadi An End to Questioning and Desiring (Further Knowledge)
Concering the Science of Horsemenship. Buku ini lebih komplet karena tidak hanya
membahas soal kuda, pasukan, dan senjata, namun juga membahas mengenai doktrin dan
pembahasan pembagaian rampasan perang.4
Dinasti Mamalik terkenal karena ketangguhan pasukan militernya yang pada
umumnya berasal dari pelaut yang kuat, sehat kekar, mempunyai tubuh yang tegap tegas
dan amat disiplin (Israr, 1978:210). Sejak dari usia 10-12 tahun mereka dilatih dan dididik
dengan sempurna melalui tahapan pendidikan militer dengan loyalitas yang tinggi, dari
jenjang meliter paling awal beralih menjadi pengawal sultan, lalu naik menjadi panglima
dan akhirnya menjadi sultan. Dengan kekuatan militernya inilah selama hampir tiga abad
lamanya dinasti ini tidak pernah mengalami kekalahan dari tentara Mongol sehingga dapat
menguasai sepanjang pesisir Laut Tengah, daerah Assasin di pegunungan Syria, Cirenia
(pusat kekuasaan Armenia).
2. Bidang Pemerintahan
Dalam bidang pemerintahan, kemenangan dinasti Mamluk atas tentara Mongol di
'Ayn al-Jalut menjadi modal besar untuk menguasai daerah-daerah sekitarnya. Banyak
penguasa-penguasa dinasti kecil menyatakan setia kepada kerajaan ini. Untuk menjalankan
pemerintahan di dalam negeri, khalifah Baybars mengangkat kelompok militer sebagai elit
politik. Disamping itu, untuk memperoleh simpati dari kerajaankerajaan Islam lainnya,

4
Abbas, A. (2020), Dinasti Mamluk Di Mesir Dan Kejayaannya, Jurnal Ash-Shahabah Jurnal Pendidikan dan Studi
Islam, Vol. 6 No. 2, hal 151-163.
khalifah Baybars membaiat keturunan Bani Abbas yang berhasil meloloskan diri dari
serangan bangsa Mongol, al-Mustanshir sebagai khalifah. Dengan demikian, khilafah
Abbasiyah, setelah dihancurkan oleh tentara Hulaghu di Baghdad, berhasil dipertahankan
oleh dinasti ini dengan Kairo sebagai pusatnya. Sementara itu, kekuatan-kekuatan yang
dapat mengancam kekuasaan khalifah Baybars dapat dilumpuhkan, seperti tentara Salib di
sepanjang Laut Tengah, Assasin di pegunungan Syria, Cyrenia (tempat berkuasanya orang-
orang Armenia), dan kapalkapal Mongol di Anatolia.
Pada tahun 1263 M. Khalifah Baybars mengangkat hakim kepala, seorang syeikh
kepala untuk kalangan sufi dan seorang pimpinan bagi sekumpulan keturunan Nabi (Naqib
al-Asyraf) di samping pengangkatan hakim ini juga diangkat administrator hukum,
professor, imam shalat dan pejabat keagamaan muslim lainnya. Rezim Mamalik ini
menggaji semua tokoh-tokoh agama dengan gaji yang memadai, juga subsidi diberikan
kepada madrasah mereka sedemikian rupa sehingga semua kegiatan keagamaan masuk ke
dalam sebuah sistem birokrasi negara.
Satu hal lagi, Dinasti Mamluk membawa warna baru dalam sejarah politik Islam.
Pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki militer. Sistem pemerintahan oligarki ini banyak
mendatangkan kemajuan di Mesir. Kedudukan Amir menjadi sangat penting. Para Amir
berkompetisi dalam prestasi, karena mereka merupakan kandidat Sultan.
Kemajuankemajuan itu dicapai dalam berbagai bidang, seperti konsolidasi pemerintahan,
perekonomian, dan ilmu pengetahuan.
3. Bidang Ekonomi
Perancis dan Italia melalui perluasan jalur perdagangan yang sudah dirintis oleh
dinasti Fathimiyah di Mesir sebelumnya. Jatuhnya Baghdad menjadikan kota Kairo
sebagai jalur perdagangan antara Asia dan Eropa, dan menjadi lebih penting karena Kairo
menghubungkan jalur perdagangan Laut Merah dan Laut Tengah dengan Eropa.
Disamping itu, hasil pertanian juga meningkat. Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini
didukung oleh pembangunan jaringan transportasi dan komunikasi antarkota, baik laut
maupun darat. Ketangguhan angkatan laut Mamalik sangat membantu pengembangan
perekonomiannya.
Pembangunan di bidang ekonomi dan perdagangan membawa kemakmuran. Jalur
perdagangan yang dibangun sejak kekhalifaan fatimiyah diperluas dengan membuka
hubungan dagang dengan Italia dan Perancis. Dalam pada itu, kedudukan Mesir menjadi
penting bagi jalur perdagangan antara Asia dan Eropa melalui laut merah dan laut tengah.
Bidang perhubungan darat dan laut yang menjadi pilar utama dan penopang
ekonomi negara menjadi lancar dengan menggali terusan-terusan, membuat pelabuhan-
pelabuhan, dan menghubungkan Kairo dengan Damaskus. Disamping itu hasil pertanian
juga meningkat. Keberhasilan ekonomi Mesir pada periode ini, didukung oleh
pembangunan jaringan transportasi dan komunikasi antar kota melalui laut dan darat. Oleh
karena itu ketangguhan angkatan laut menjadi bagian penting dalam pengembangan
perekonomiannya.5
4. Bidang Ilmu Pengetahuan
Di bidang ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuan-ilmuan asal
Baghdad dari serangan tentara Mongol. Karena itu, ilmu-ilmu banyak berkembang di
Mesir, seperti sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan ilmu agama. Dalam ilmu
sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan, Ibn Taghribardi, dan Ibn Khaldun.
Di bidang astronomi dikenal nama Nashiruddin ath-Thusi. Di bidang matematika Abul
Faraj al-'Ibry Dalam bidang kedokteran: Abul Hasan 'Ali an-Nafis, penemu susunan dan
peredaran darah dalam paru-paru manusia, Abdul Mun'im ad-Dimyathi, seorang dokter
hewan, dan Ar-Razi’, perintis psykoterapi. Dalam bidang opthalmologi dikenal nama
Shalahuddin ibn Yusuf. Sedangkan dalam bidang ilmu keagamaan, tersohor nama Syaikhul
Islam ibn Taimiyah Rahimahullah, seorang mujaddid, mujahid dan ahli hadits dalam Islam,
Imam As-SuyuthiRahimahullah yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Imam Ibn Hajar
al-'Asqalani Rahimahullahdalam ilmu hadits, ilmu fiqih dan lain-lain.6
Dasar untuk mengukur kemajuan peradaban suatu bangsa atau dinasti biasanya
diukur dari tingkat perhatian dan penghargaannya terhadap ilmu pengetahuan. Kemajuan
ilmu pengetahuan merupakan pertanda bagi kebangkitan peradaban suatu bangsa. Banyak
dinasti Islam yang sangat berprestasi dalam dunia ilmu pengetahuan sehingga menambah

5
Damalaksana, W. (2009), Dinasti Mamalik Di Mesir, Jurnal el-Harakah, Vol. 2 No. 2, hal 119-128.

6
Nur, A. (2005), Dinasti Mamalik Di Mesir, Jurnal Hunafa, Vol. 2 No. 2, hal 145-158.
khazanah keintelektualan yang mewarnai corak rasionalistik masa klasik Islam. di antara
dinasti Islam yang sangat mengutamakan ilmu pengetahuan adalah dinasti Mamluk.
Kemajuan ilmu pengetahuan pada masa dinasti Mamluk disebabkan oleh jatuhnya
Baghdad yang mengakibatkan sebagian ahli ilmu pengetahuan melarikan diri ke Mesir.
Dengan demikian Mesir berperan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan,
melanjutkan kedudukan kota-kota Islam lainnya setelah dihancurkan oleh bangsa Mongol.
Di Mesir, para ilmuan tersebut memperoleh perlindungan dan kehidupan yang terjamin
sehingga ilmu pengetahuan dapat berkembang dengan pesat, seperti dalam bidang ilmu
sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan ilmu agama. Ketika para ulama Baghdad
kehilangan semangat pintu ijtihad dan lari ke dunia tasawuf dan tarekat dan umat hidup
dalam taqlid, maka di wilayah Mesir yang dikuasai dinasti Mamluk bermunculan ulama-
ulama besar. Ulama-ulama tersebut antara lain Ibnu Taimiyah (1263-1328), penganjur
kemurnian ajaran Islam untuk kembali pada al-Qur’an dan Hadis dan membuka pintu
ijtihad; Jalaluddin alSuyuti, seorang ulama yang produktif menulis, baik di bidang tafsir
maupun sejarah.
5. Bidamg Seni dan Budaya
Perhatian terhadap kondisi arsitektur melambangkan kejayaan kerajaan. Hal
tersebut dapat dilihat dari setiap sultan berusaha lebih berhasil dari pendahulunya meskipun
semuanya tidak terpenuhi, sehingga ada keinginan mengabadikan sesuatu yang bersifat
monumental dari kepemimpinannya sebagai warisan sejarah.
Pengembangan arsitektur yang sangat tinggi tersebut ditopang oleh datangnya
beberapa insinyur tehnik yang melarikan diri ke Mesir untuk mencari perlindungan kepada
sultan akibat kejaran tentara Mongol. Kedatangan arsitek tersebut membawa Mesir
mengalami perkembangan seni dan budaya secara cepat, dengan prestasi-prestasi tersendiri
seperti arsitektur, keramik, dan karya arsitek dalam logam.
Desain arsitektural yang khas muncul sebagai seni arsitektur keagamaan pada
periode ini. beberapa mesjid dan madrasah biasanya dibangun dengan sebuah ruang tengah
yang terbuka yang dikelilingi empat serambi pada setiap sisi utama dari ruang tengah
tersebut, dengan beberapa ruang yang berhubungan dilengkapi dengan kamar-kamar untuk
para pelajar. Bangunan makam biasanya diberi atap dengan sebuah kubah. Bangunan-
bangunan yang lain yang didirikan pada masa ini adalah rumah sakit umum, perpustakaan,
kubah dan menara mesjid. Bangunan-bangunan ini berderetan di sepanjang jalan utama
dan di tempat-tempat pemakaman sehingga menciptakan sebuah pertunjukan visual yang
sangat luas, membentuk tatanan fisik kota yang melambangkan hubungan integral antara
negara, Islam dan masyarakat Urban. Kondisi kejayaan arsitektur Mamluk masa klasik
digambarkan oleh beberapa ahli sejarah sebagai kota yang kaya akan pertunjukan visual
ala kota klasik yang sangat luas, membentuk tatanan fisik kota dan melambangkan
hubungan integral antara negara-negara Islam dan masyarakat urban.7

C. Runtuhnya Dinasti Mamluk


Dinasti Mamluk telah menorehkan tinta sejarah keemasan Islam dan telah
memberikan sumbangsih terhadap peradaban Islam dengan berbagai kejayaan yang pernah
diraihnya. Namun, seperti kisah kerajaan-kerajaan yang pernah kita dengar bahwa adanya
masa jaya maka akan diakhiri masa purna atau masa-masa kemunduran hingga runtuhnya
kerajaan tersebut, hal ini berlaku juga untuk dinasti Mamluk.
Dinasti Mamluk mulai mengalami kemunduran saat dipimpin oleh kelompok
Mamluk Burji. Hal ini bisa dilihat dari para sultan Mamluk Burji yang tidak memiliki
wawasan dalam mengatur roda pemerintahan, mereka hanya mempunyai pengetahuan
dalam bidang kemiliteran. Misalnya dalam hal memonopoli pabrik gula, melarang kaum
wanita keluar rumah, dan memecat orang-orang non-Muslim dari struktur pemerintahan.
Selain kondisi pemerintah yang rapuh, masyarakat juga banyak yang terjangkit penyakit
epidemi yang memakan banyak korban ditambah lagi banyak penguasa Mamluk Burji yang
bermoral rendah dan tidak menyukai sesuatu hal yang berbau pengetahuan. Mereka
memiliki kebiasaan hidup berfoya-foya yang mengakibatkan pajak melambung tinggi,
sehingga menyengsarakan rakyat dan membuat mereka putus asa serta hilang kepercayaan
terhadap penguasanya sendiri. Keadaan ini diperparah dengan adanya musim kemarau
panjang yang mengakibatkan pertanian tidak berproduksi.

7
Zubaidillah, H. Sejarah Kemajuan Dan Kemunduran Dinasti Mamalik Di Mesir, Makalah dalam bentuk PDF,
melalui laman web https://osf.io/6zuky/download diakses pada Senin, 15 November 2021 pukul 21:18 WIB.
Disamping kondisi internal tersebut di atas, kondisi yang tak kalah pentingnya
yang mewarnai kemunduran dan kehancuran dinasti Mamluk adalah faktor eksternal.
Pada tahun 1498 Vasco Da Gama, seorang navigator yang berkebangsaan Portugis,
mendapat jalan ke Timur melalui Tanjung Pengharapan di Afrika Selatan. Dengan
penemuan ini, orang Portugis dan Eropa lainnya bersatu untuk mendatangi daerahdaerah
penghasil rempah-rempah di Timur. Akibatnya adalah kapal-kapal yang
biasanya melintas di daerah Mesir dan Syiria kini baralih ke Tanjung Pengharapan,
sehingga penghasilan Mamluk menjadi berkurang.8 Dengan ditemukannya Tanjung
Harapan sistem perdagangan dinasti Mamalik mulai runtuh secara berangsur-angsur.
Di pihak lain suatu kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tantangan
bagi dinasti Mamalik, yakni kerajaan Usmani. Kerajaan inilah yang mengakhiri riwayat
Mamalik di Mesir. Datangnya kekuatan baru tersebut diperparah dengan bergolaknya
daerah kekuasaan Mamluk di Syiria. Selain karena penyerbuan tentara Mongol, juga
karena ulah penguasa-penguasa setempat yang ingin melepaskan diri dari
pemerintahan pusat. Kekuatan Turki Usmani yang masuk Syiria itu berasal dari
Anatolia yang memberikan perlawanan yang berarti terhadap pasukan Mamluk.
Dari Syiria, tentara Usmaniyah melaju ke Mesir. Pada waktu itu yang menjadi
sultan di Mesir adalah Tumam Bey, bekas budak Qunshawh. Kedua belah pihak
berhadapan di kota Kairo pada tanggal 28 Zulhijjah923 H/ 22 Januari 1417M,. kondisi
pasukan Mamalik tidak dapat mengimbangi pasukan Turki Usmaniyah. Sehari setelah
itu, sultan Salim dengan mudah memasuki Kairo. Orang-orang Mamalik menyerah
kalah. Tumam Bey, sultan terakhir Mamalik akhirnya terbunuh pada bulan rabiul Awal
923H/April 1517M. Dengan demikian, berakhirlah masa pemerintahan dinasti Mamalik,
Kairo yang sebelumnya menjadi ibu kota kerajaan, sekarang tidak lebih dari sebuah kota
propinsi dari kesultanan Turki Usmaniyah.

8
Muh Haris Zubaidillah, “SEJARAH KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN DINASTI MAMALIK DI MESIR,” preprint (Open
Science Framework, July 17, 2018), https://doi.org/10.31219/osf.io/6zuky.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dinasti Mamluk (1250-1517 M) merupakan dinasti yang didirikan oleh para budak. Dinasti
ini terbagi menjadi dua bagian yaitu dinasti Mamluk Bahri dan dinasti Mamluk Burji. Dinasti
Mamluk didirikan oleh Izzudin Aybak dan diakhiri oleh sultan terakhir Tuman Bay II.

Adapun kemajuan yang dicapai oleh dinasti Mamluk pada saat itu pada bidang militer,
bidang pemerintahan, bidang ekonomi, bidang seni dan budaya, dan tentunya dalam bidang ilmu
pengetahuan dibuktikan dengan bermunculnya ulama-ulama besar yang berasal dari wilayah Mesir
yang merupakan kekuasaan dari dinasti Mamluk, diantaranya Ibnu Taimiyah dan Jalaluddin as-
Suyuti.

Adapun hal yang menjadi faktor runtuhnya dinasti Mamluk adalah kurang cakapnya para
sultan mamluk Burji dalam mengatur roda pemerintahan dan munculnya kekuatan politik baru
yaitu Kerajaan Usmani.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A. (2020), Dinasti Mamluk Di Mesir Dan Kejayaannya, Jurnal Ash-Shahabah Jurnal
Pendidikan dan Studi Islam, Vol. 6 No. 2

Muh Haris Zubaidillah, “SEJARAH KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN DINASTI MAMALIK DI


MESIR,” preprint (Open Science Framework, July 17, 2018),
https://doi.org/10.31219/osf.io/6zuky.

Zubaidillah, H. Sejarah Kemajuan Dan Kemunduran Dinasti Mamalik Di Mesir, Makalah dalam
bentuk PDF, melalui laman web https://osf.io/6zuky/download diakses pada Senin, 15
November 2021 pukul 21:18 WIB.

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,Dirasah Islamiyah II (Jakarta; Rajagrafindo Persada,


2010)
Damalaksana, W. (2009), Dinasti Mamalik Di Mesir, Jurnal el-Harakah, Vol. 2 No. 2,
Nur, A. (2005), Dinasti Mamalik Di Mesir, Jurnal Hunafa, Vol. 2 No. 2.
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (bandung : pustaka setia, 2008).
Siti Aisyah Abbas, “DINASTI MAMLUK DI MESIR DAN KEJAYAANNYA” 6 (2020).

Anda mungkin juga menyukai