Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketika dunia Islam mengalami perpecahan politik pada awal abad ke-13,
muncul sebuah dinasti di Mesir yang membawa warna baru dalam sejarah politik
Islam. Dinasti itu bernama Mamluk, sering juga disebut mamalik. Posisi Dinasti
Mamluk dalam sejarah peradaban Islam sangatlah penting karena momentum
keberadaannya di abad pertengahan (abad ke 7-11 H/13-17 M), di mana sejarah
pada masa ini umumnya kurang mendapatkan perhatian karena banyaknya distorsi
sejarah yang terjadi, sebagaimana diungkap Maria Rosa Monecal: “In the popular
imagination and even in the vision of most well-educated people, the very
adjective ‘medieval’ is ofte a synonim for unenlihtened, backward dan intelorant
culture”. Penulis Barat ini menyatakan, abad pertengahan adalah masa kegelapan
dan keterbelakangan, sehingga para sejarawan kurang memperhatikan era ini.
Demikian ini pula dalam beberapa literatur Islam, masa ini dipersepsikan sebagai
masa kemunduran peradaban Islam.

Ketika Dinasti Abbasiyah jatuh dan secara politik kekuasaannya runtuh, para
sejarawan mengatakan bahwa masa setelah itu adalah masa kemunduran politik
Islam. Periodisasi dengan cara ini dapat dikatakan sebagai khilafah-sentris,
tentang kesatuan khilafah yang memimpin seluruh wilayah umat Islam. Tetapi
ketika wilayah Islam semakin luas dan banyak bermunculan dinasti-dinasti lain,
maka teori satu khilafah ini dengan sendirinya tidak relevan lagi. Terbukti pada
Dinasti Mamluk, politik islam masih kuat dan peradaban Islam tetap berkembang
berbagai segi kehidupan.

Karena Dinasti Mamluk terhindar dari kehancuran akibat serangan Mongol,


maka persambungan perkembangan peradaban dengan masa klasik relatif terlihat
dan beberapa di antara prestasi yang pernah dicapai pada masa klasik bertahan di
Mesir. Walaupun demikian, kemajuan yang dicapai oleh dinasti ini, masih di
bawah prestasi yang pernah dicapai oleh umat Islam pada masa klasik. Dinasti

1
mamluk memiliki sejarah yang unik dari masa pembentukan, kejayaan, dan
keruntuhannya. Sebagai dinasti yang didirikan oleh para mamluk (budak), Dinasti
Mamluk mencapai banyak prestasi. Untuk itu perlu dikaji kembali tentang sejarah
Dinasti Mamluk, khususnya sejarah sosial pendidikan yang berkembang pada
masa Dinasti Mamluk.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses berdirinya Dinasti Mamluk di Mesir?
2. Bagaimana karakter sistem pemerintahan Dinasti Mamluk?
3. Apa Saja Kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam Dinasti Mamluk?
4. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kemunduran Dinasti
Mamluk?
5. Apa saja bukti sejarah peninggalan Dinasti Mamluk?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses berdirinya Dinasti Mamluk di Mesir
2. Untuk mengetahui karakter sistem pemerintahan Dinasti Mamluk
3. Untuk mengetahui Apa Saja Kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam
Dinasti Mamluk
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemunduran
Dinasti Mamluk
5. Untuk mengetahui bukti-bukti sejarah peninggalan Dinasti Mamluk di
Mesir

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Mamluk di Mesir


Golongan budak yang menjadi cikal bakal berdirinya Dinasti Mamluk
adalah para budak yang dimiliki para sultan dan amir pada masa kesultanan
Bani Ayyub. Para budak ini berasal dari Asia Kecil, Persia, Turkistan, dan
Asia Tengah. Mereka terdiri dari suku-suku bangsa Turki, Rusia, Kurdi,
Syracuse, dan bagian kecil dari bangsa Eropa.
Pada mulanya, mereka adalah orang-orang yang ditawan oleh penguasa
Dinasti Ayyubiyah sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan tentara.
Para budak ini ditempatkan pada kelompok tersendiri yang terpisah dari
masyarakat. Oleh penguasa Ayyubiyah yang terakhir, yaitu Al-Malik al-
Shaleh, mereka dijadikan tentara dan pengawal untuk menjamin
kelangsungan kekuasaannya. Pada masa ini, mereka mendapatkan hak-hak
istimewa, baik dalam imbalan materil maupun dalam hal ketentaraan.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Dinasti Mamluk dibagi menjadi
dua periode berdasarkan daerah asalnya. Golongan pertama disebut dengan
Mamluk Bahri. Golongan pertama ini berasal dari kawasan Kipchak (Rusia
Selatan), Mongol, dan Kurdi. Mereka ditempatkan di Pulau Raudhah di
pinggiran Sungai Nil. Di sinilah mereka menjalani latian militer dan pelajaran
keagamaan. Karena penempatan mereka inilah mereka dikenal dengan
julukan Mamluk Bahri (budak laut/air).1
Adapun Mamluk Burji adalah budak-budak yang didatangkan dari
Syirkas (Turki) oleh sultan Qalawun karena ia curiga terhadap beberapa
tokoh militer dari mamluk Bahri yang dianggapnya dapat mengancam
kelangsungan kekuasaannya. Mereka di tempatkan di menara-menara benteng
(Burji). Itulah sebabnya mereka disebut dengan Mamluk Burji.2

1
Abdul Syukur al-Azizi, Sejarah Terlengkap Peradaban Islam, Noktah, h.278
2
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, (Pekan Baru: CV. Asa Riau,
2017), h.320

3
B. Karakter Sistem Pemerintahan Dinasti Mamluk

Sistem pemerintah dinasti Mamluk bersifat oligarki militer, kecuali


dalam waktu yang singkat ketika Qawalun (1280-1290 M) menerapkan
pergantian khalifah secara turun menurun. Padahal sitem Oligarki Militer
memberikan kemajuan bagi Mesir. Kedudukan Amir sangat penting, para
Amir saling berkompetesi dalam prestasi karena mereka merupakan kandidat
sultan. Bahkan dinasti Mamluk juga membawa warna baru dalam sejarah
politik Islam. Pemerintahan dinasti yang bersifat oligarki militer dapat
memberikan kemajuan-kemajuan di capai dalam berbagai bidang, seperti
konsiladasi pemerintahan, perekonomian, dan Ilmu pengetahuan.3
Dinasti Mamluk pada dasarnya tidak menerapkan sistem turun-temurun
terhadap orang yang memegang jabatan sultan, sebab apabila sistem semacam
itu diterapkan maka rasa keadilan yang telah mengikat keutuhan solidaritas
kalangan para mamluk dengan sendirinya akan rusak dan menyebabkan
terjadinya disintegrasi dalam kalangan mereka.4
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan dibahas tentang dinasti mamluk
bahri dan dinasti mamluk burji.
1. Pemerintahan Pada Masa Dinasti Mamluk Bahri (1250-1389 M)
Nama Mamluk Bahri dinisbatkan pada sebuah tempat yang disediakan
oleh sultan Malik Shaleh Najmuddin Ayyub kepada para budak yang terletak
di sebuah pulau di tepi Sungai Nil, yaitu pulau Raudhah. Pulau ini dilengkapi
dengan senjata, pusat pendidikan dan latihan militer. Sejak saat itu, para
Mamluk ini dikenal dengan sebutan Al-Mamalik al-Bahriyyah (para budak
lautan).
Dalam catatan sejarah disebutkan bahwa dari sejarah pemerintahan
Dinasti Mamluk ini, seorang budak yang bernama Syajar ad-Dur sangat
berambisi menjadi sultan. Ia adalah istri Al-Shaleh, sultan Dinasti Ayyubiyah.
Syajar ad-Dur mengambil alih kekuasaan setelah suaminya meninggal dunia
dalam pertempuran melawan pasukan Louis IX di Dirnyath, Mesir. Putra
mahkota Turansyah ketika itu sedang berada di Syam. Untuk menjaga

3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada,2007), h.126
4
Abd. Kursi, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam Khilafah, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2010), h.217

4
semangat pasukan Islam, sang istri menyembunyikan berita kematian
suaminya. Setelah Turansyah tiba di Mesir unttuk berkuasa, Ia dibunuh oleh
pengikut Syajar ad-Dur. Setelah itu, Syajarad-Dur naik tahta, namun
kepemimpinannya hanya berlangsung selama 80 hari.
Kekuasaan Syajar ad-Dur karena adanya teguran dari khalifah
Abbasiyah di Baghdad, bahwa yang memerintah itu seharusnya adalah
seorang pria,bukan wanita. Syajar tidak sanggup menolak perintah khalifah
tersebut, akhirnya ia memutuskan untuk menikah dengan sultan pengganti
dirinya yang bernama Izzuddin Aybak agar dapat memerintah dari belakang
layar. Akan tetapi, Aybak membunuh Syajar dan mengambil sepenuhnya
kembali kendali pemerintahan. Pada mulanya, Aybbak mengangkat seorang
keturunan penguasa Ayyubiyah yang bernama Musa sebagai sultan syar’i
(formalitas) selain dirinya sebagai penguasa yang sebenarnya. Namun
akhirnya Aybak juga membunuh Musa. Ini sekaligus merupakan akhir dari
Dinasti Ayyubiyah di Mesir dan menandai dimulainya kekuasaan Dinasti
Mamluk.
Aybak resmi menjadi sultan pertama Dinasti Mamluk Bahri. Ia
berkuasa selama tujuh tahun (1250-1257 M). Setelah meninggal ia digantikan
oleh putranya, Ali, yang masih berusia muda. Ali kemudian mengundurkan
diri pada tahun 1259 M dan digantikan oleh wakilnya, Qutuz. Setelah Qutuz
naik tahta, Baybars yang semula mengasingkan diri ke Syiriakarena tidak
senang dengan kepemimpinan Aybak kembali ke Mesir. Pada awal tahun
1260 M, Mesir terancam serangan bangsa Mongol yang sudah berhasil
menduduki hampir seluruh dunia Islam. Kedua tentara bertemu di Ain Jalut
pada tanggal 13 september 1260 M, tentara Mamluk di bawah pimpinan
Qutuz dan Baybars berhasil menghancurkan pasukan Mongol tersebut.
Kemenangan ini membuat Mamluk menjadi tumpuan harapan umat Islam di
sekitarnya. Kemudian, penguasa-penguasa Syria segera menyatakan setia
kepada penguasa Mamluk.
Selanjutnya, pusat kekhalifahan Islam piindah ke Kairo setelah
Baghdad luluh lantak oleh tentara Mongol. Setelah itu Qutuz digulingkan

5
oleh Baybars, Dinasti Mamluk bertambah kuat. Bahkan, Baybars mampu
berkuasa selama 17 tahun (1260-1267 M) karena mendapat dukungan dari
militer, dan tidak ada lagi Mamluk senior selain Baybars. Kejayaan yang
diraih pada masa ini adalah memporak-porandakan tentara Salib di sepanjang
Laut Tengah dan Pegunungan Syria. Pasukan Baybars juga berhasil
menaklukkan daerah Nubia (Sudan) dan sepanjang Laut Merah. Tidak hanya
itu, Baybars juga mampu menghidupkan kembali kekhalifahan Abbasiyah di
Mesir setelah Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol di bawah pimpinan
Hulagu Khan. Selain itu Baybars meminta legalitas dari khalifah atas
kekuasaannya untuk mendapatkan simpati rakyat Mesir sebagaimana Dinasti
Ayyubiyah.
Dinasti Mamluk mulai mengalami kejayaannya ketika dipimpin oleh
Baybars. Ia adalah orang yang cerdas dan dianggap sebagai sultan terbesar
dari 47 sultan dalam sejarah Dinasti Mamluk. Dalam bidang agama, Baybars
menjadi sulta Mesir pertama yang mengangkat empat orang hakim yang
mewakili empat madzha. Ia juga mengatur keberangkatan haji secara
sistematis dan permanen. Selain itu, ia dikenal sebagai sultan yang shalih
dalam menjalankan perintah agama.
Pada masa pemerintahannya, perekonomian dan perdagangan Dinasti
Mamluk mengalami kemajuan pesat sehingga rakyatnya hidup dalam
kemakmuran. Jalur perdagangan yang sudah dibangun sejak Dinasti
Fatimiyah, diperluas dengan membuka hubungan dagang dengan Italia dan
Prancis. Setelah runtuhnya kota Baghdad, kota Kairo menjadi kota penting
dan strategis sebagai jalur perdagangan Asia Barat dan Laut Tengah dengan
pihak Barat.
Baybars dan beberapa sultan setelahnya memberikan kebebsan kepada
petani untuk memasarkan hasil pertanian mereka. Hal inni mendorong petani
untuk meningkatkan hasil pertaniannya sehingga bisa meningkatkan
pertumbuhan pertanian eknomi Mesir secara umum.
Masa pemerintahan Baybars juga sukses meningkatkan perkembangan
ilmu pengetahuan. Hal ini disebabkan jatuhnya Baghdad yang mengakibatkan

6
sebagian ahli ilmu pengetahuan melarikan diri ke Mesir. Dengan demikian,
Mesir berperan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, melanjutkan
perjuangan kota-kota Islam lainnya setelah dihancurkan oleh tentara Mongol.
Sementara dibidang sejarah, tercatat nama-nama beberapa pakar, seperti Ibnu
Khalikan, Ibnu Khaldun, Abu al-Fida’, Ibnu Tagri Bardi Atabaki, Al-Maqrizi
yang terkenal sebagai seorang penuis sejarah kedokteran.
Bidang ilmu kedokteran juga mengalami kemajuan dengan adanya
penemuan-penemuan baru. Abu Hasan Al Nafis seorang kepala rumah sakit
Kairo, menemukan susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia,
tiga abad lenih dahulu dari servetus (orang Portugis). Selain itu, juga terdapat
tokoh-tokoh lain, seperti Nasiruddin at-Tusi (1201- 1274), ahli
observatorium, dan Abu Faraj Tabari (1226-1286 M ), ahli matematika.
Dinasti Mamluk juga menunjukkan kemajuan yang luar biasa dalam
bidang seni arsitektur. Saat itu, para sultan berlomba mendirikan bangunan-
bangunan monumental yang berseni tinggi sehingga bermunculanlah
bangunan sekolah-sekolah, serta masjid-masjid yang indah dan megah.
Sebagian dari karya mahabesar tersebut masih bisa kita saksikan hingga
sekarang.
Setelah Baybars meninggal dunia, pemerintahan Dinasti Mamluk
dipimpin oleh Bani Bibarisiyah. Sultan pertama adalah Az-Zhahier Bibaris.
Namun, tidak banyak kemajuan yang dicapai di bawah kekuasaan Bani
Bibaris. Di antara sultan Bani Bibarisiyah adalah Al-Mansur Qalawun (1280-
1290 M) yang telah menyumbangkan jasanya dalam pengembangan
administrasi pemerintah, perluasan hubungan luar negeri untuk memperkuat
posisi Mesir dan Syam di jalur perdagangan internasional. Sultan Mamluk
yang memiliki kejayaan dan prestasi lainnya dari garis Bani Qalawun adalah
pengganti Qalawun, yaitu Nashir Muhammad (1296 M).
Masa setelah Bani Qalawun, tampuk pemerintahan Mamluk Bahri
dipimpin oleh Mamluk keturunan Muhammad hingga sembilan sultan. Sultan
terakhir dari Dinasti ini berasal dari Bani Sya’baniyah, Al-Shalih Hajj
Asyyraf bin Sya’ban, sekitar tahun 1388 M. Ia digulingkan oleh sultan

7
Barquq yang menjadi cikal bakal sultan pertama pada pemerintahan Mamluk
Burji.5
Adapun sultan-sultan yang pernah menjadi penguasa Dinasti Mamluk
Bahri adalah sebagai berikut:

Tahun Tahun
No. Nama Sultan Pemerintahan Pemerintahan
(Hijriyah) (Masehi)
1. Syajar al-Dur 648 1250
2. Muiz Aybak 648 1250
3. Nur Al-Din Ali 655 1257
4. Syaf al-Din Qutuz 657 1259
5. Zahir Bayabars 658 1260
6. Baraka Khan 678 1277
7. Bar al-Din Salamish 678 1279
8. Mansur Qalawun 678 1279
9. Asyraf Khalil 689 1290
10. Nasir al-Din Muhammad 693 1293
11. Zayn al-Din Kitbugh 694 1294
12. Husam al-Din Lajim 696 1296
13. Nasir Muhammad 698 1298
14. Rukh al-Din Baybar 708 1308
15. Nasir Muhammad 709 1309
16. Sayf al-Din Abu Bakar 741 1340
17. Shihab al-Din Ahmad 742 1342
18. Imad al-Din Ismail 742 1342
19. Sayf al-Din Sya’ban 746 1345
20. Sayf al-Din Hajji 747 1346
21. Nasir al-Din Hassan 748 1347

5
Abdul Syukur al-Azizi, Sejarah Terlengkap Peradaban Islam, Noktah, h.279-283

8
22. Salah al-Din Shalih 752 1351
23. Nasir Hassan 1354 755 1354
24. Mansur Muhammad 762 1361
25. Ashraf Sya’ban 764 1363
26. ‘Ala al-Din Ali 778 1367
27. Salah al-Din Hajji 783 1381

2. Pemerintahan Pada Masa Dinasti Mamluk Burji (1389-1517 M)


Masa pemerintahan Mamluk Burji diawali dengan berkuasanya Sultan
Barquq (784 H./1382 M.-801 H./1399 M.) setelah berhasil menggulingkan
sultan terakhir dari Mamluk Bahri, Shalih Hajj bin Asyraf Sya’ban.
Sesungguhnya tidak ada perbedaan pemerintahan Mamluk Bahri dan Burji,
baik dari segi status para sultan yang dimerdekakan atau pun dari segi sistem
pemerintahan yang oligarki. Hal-hal yang membedakan kedua pemerintah
tersebut adalah sukses pemerintahan Mamluk Bahri lebih banyak terjadi
dengan turun-temurun, sedangkan pada masa Mamluk Burji suksesi lebih
banyak terjadi karena perang saudara dan huru-hara. Pertentangan ini
disebabkan sistem pendidikan bagi para Mamluk tidak ketat, dan mereka
diperbolehkan untuk tinggal di luar pusat-pusat latihan bersama rakyat biasa.
Pemerintahan selanjutnya dipimpin oleh Sultan Al-Nashir Faraj (801
H./1399 M.-808 H./1405 M.), putra sultan Barquq dan merupakan salah
seorang cucu jengis khan yang telah masuk Islam dan berkuasa di wilayah
Samarkand dan Khurasan, Timur Lenk (771 H./1370 M.-807 H./1405 M.),
melakukan penyerangan ke wilayang Suriah. Timur Lenk tampaknya
mengulang kembali sejarah keberingasan pasukan Mongol pada zaman
Hulagu Khan ketika menguasai wilayah-wilayah tetangganya yang muslim.
Pasukan Mamluk pun menyiapkan diri untuk menghadang serangan Timur
Lenk tersebut. Pada tahun 1401, Aleppo dapat dikuasai oleh pasukan Timur
Lenk dan disusul dengan Damaskus yang menyerah setelah tentara Mamluk
dapat dikalahkan. Kota Damaskus dibumihanguskan, baik sekolah maupun
masjid dibakar. Ketika pasukan Mamluk disiagakan kembali untuk merebut
Damaskus, Timur Lenk sudah meninggalkan kota itu dan akhirnya
diadakanlah perjanjian perdamaian serta bertukar tawanan perang.

9
Sementara itu, dua Sultan Mamluk Burji, yakni Al-Asyraf Baribai (825
H./1422 M.-841 H./1437 M.) dan Al-Zahir Khusyqadam (865 H./1461 M.-
872 H./1467 M.) masih harus terus mempertahankan wilayahnya dari
serangan pasukan salib di kepulauan Cyprus dan Rhodos (Laut Aegea,
sekarang milik Yunani). Kedua ekspedisi militer ini berhasil menahan
kekuatan kaum Nasrani dan dengan demikian, pasukan Mamluk kembali
membuktikan keunggulanya untuk dapat menguasai jalur perdagangan di
Laut Tengah.
Banyak dari sultan-sultan Mamluk Burji naik tahta pada usia muda. Hal
ini menjadi salah satu faktor penyebab melemahnya Dinasti Mamluk. Para
Mamluk selalu disibukkan dengan gejolak atau pertentangan yang terjadi.
Dana kesultanan lebih banyak dikeluarkan untuk aksi-aksi militer, sementara
itu pemasukan semakin menipis. Rongrongan dari luar wilayah Mamluk pun
datang beruntun karena para Mamluk tidak mengutamakan persatuan dan
banyak yang meminta bantuan dari luar. Sebagai contoh pada masa
pemerintahan Sultan Asyraf Qaitbay (872 H./1468 M.-901 H./1496 M.),
terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh para amir Mamluk di wilayah
Syam dan Aleppo, dan gerakan pengacau keamanan dari orang Arab di
selatan Mesir. Pada masa pemerintahan ini, terjadi penyerangan pasukan
Turki Utsmani terhadap wilayah Mamluk yang merupakan cikal-bakal
permusuhan antara Dinasti Mamluk dan tentara Turki Utsmani.
Begitulah seterusnya para Sultan Mamluk dilanda krisis dan perang,
baik dari dalam (Mamluk) maupun dari pihak luar seperti serangan tentara
Turki Utsmani, orang portugis yang melarang dan mengusik jalur
perdagangan Mamluk di Laut Tengah hingga tewasnya Sultan Qanshus Al-
Guri ketika berperang melawan tentara Turki Utsmani pada tahun 922
H./1516 M. sejak saat itu, Dinasti Mamluk di bawah bayang-bayang tentara
Turki Utsmani.

10
Sultan terakhir Dinasti Mamluk Burji adalah Al-Asyraf Tumanbai. Ia
adalah seorang pejuang yang gigih. Namun, pada saat itu ia tidak memperoleh
dukungan dari golongan Mamluk sehingga ia harus menghadapi sendiri
pasukan Turki Utsmani. Akhirnya, Tumanbai ditangkap oleh pasukan Turki
Utsmani atas bantuan beberapa amir Mamluk dan kemudian digantung di
salah satu gerbang kota Kairo, pada tahun 923 H./1517 M. Sejak saat itu,
berakhirlah masa pemerintahan Dinasti Mamluk dan dimulainya masa
penguasaan Turki Utsmani di Mesir dan Syam.6
Adapun syltan-sultan yang pernah menjadi penguasa Dinasti Mamluk Burji
adalah sebagai berikut:

Tahun Tahun
No. Nama Sultan Pemerintahan Pemerintahan
(Hijriyah) (Masehi)
1. Sayf al-Din Barquq 784 1382
2. Nasir Faraj 801 1398
3. Mansur Abd. Azis 808 1405
4. Nasir Faraj 809 1405
5. Musta’in 815 1412
6. Muayyad Shaukh 815 1412
7. Muzaffar Ahmad 824 1421
8. Safy al-Din Attar 824 1421
9. Nasir al- Din Muhammad 824 1421
10. Sayf al-Din Barsbay 825 1422
11. Jamal al-Din 1q 1433
12. Syaf al-Din Jaqmafy 842 1433
13. Sayf al-Din Inal 857 1453
14. Fakrul al-Din Ahmad 863 1460
15. 865Shihab al-Din Ahmad 865 1460
16. Sayf al-Din Khushaq 865 1461

6
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia,2008), h.241-243

11
17. Sayf al-Din Bilbey 872 1468
18. Zahir Timurbugha 872 1468
19. Sayf al-Din Qait Bay 873 1478
20. Nasir Muhammad 901 1495
21. Zahir Qansuh 904 1498
22. Asgraf Janbalat 905 1499
23. Qunsuh al-Ghuri 905 1500
24. Tuman Bay 923 1517
Dari sekian banyak sultan pada dinasti mamluk yang disebutkan di atas,
baik pada masa dinasti mamluk bahri sampai pada dinasti mamluk burji,
terdapat beberapa sultan yang meninggalkan jejak besar pada masa dinasti
mamluk. Adapun sultan-sultan yang sempat meninggalkan jejak besar dalam
sejarah Islam disaat pemerintahan Dinasti Mamluk diantaranya yaitu :
a. Sultan Qutuz
Di awal tahun 1260 M, Mesir terancam serangan bangsa mongol yang
sudah berhasil mengalahkan Abbasyiah dan menduduki hampir
seluruh Dunia Islam. Kedua tentara ini bertemu di ‘Ayn jalut. Tentara
Mamluk yang dibawah pimpinan Qutuz dan Baybars berhasil
mengalahkan pasukan mongol tersebut. Daulah Mamluk di Mesir ini
lah yang satu-satunya penguasa yang berhasil mengalahkan pasukan
mongol sehingga menjadi tumpuan harapan umat Islam sekitar.
b. Sultan Baybars
Setelah kemenangan di ‘Ayn jalut, mulai memalingkan perhatian
untuk merebut kembali kota-kota benteng yang dikuasai tentara Salib,
seperti kota benteng Arsulf, Safad, Arkad, kota Antioch dan
mengepung kota Okka hingga pada akhirnya pada tahun 1272
pimpinan tentara Salib perancis, Edward of Egland, meminta genjatan
senjata 10 tahun dengan kesediaan membayar upeti tahunan ke Mesir.
Sultan Baybrs juga melanjutkan pembangunan di Mesir, Palestina, dan
Syiria.
c. Sultan Qolawun
Sultan Qolawun juga banyak mendirikan bangunan di Mesir yang

12
masih di kagumi sampai sekarang, baik bangunan keagamaan maupun
bangunan sosial. Sultan Qolawun juga dapat menghancurkan serangan
bangsa mongol yang di pimpin oleh Abaga khan (anak hulago khan)
yang ingin menebus kekalahan ayahnya. Pertenpuran pecah di wilayah
Homs, Syiria Utara dan pasukan mongol hancur. Qolawun juga
menghancurkan serangan tentara salib yang berjalan dua abad lamanya
sehingga tamatlah kekuasaan salibiyah dan angan-angannya untuk
menguasai makam Suci dan membebaskan kota kelahiran nabi Isa
penebus dosa mereka.7
C. Kemajuan-Kemajuan yang Dicapai Dinasti Mamluk
Selama masa pemerintahannya, Dinasti Mamluk telah mencapai
berbagai kemajuan penting di antaranya adalah konsolidasi pemerintahan
perekonomia, ilmu pengetahuan, militr, kesenian, dan arsitektur.
1. Bidang Pemerintahan
Unuuk menjalankan pemerintahan dalam negeri, Baybars mengangkat
anggota militer sebagai elit politik. Pada tahun 1263 M Baybars mengangkat
hakim kepala untuk masing-masingempat madzhab hukum yang utama,
seorang syeikh untuk kalangan sufi dan seorang pemimpin untuk sekumpulan
keturunan Nabi. Di samping pengangkatan hakim ini juga diangkat
administrator hukum, profesor, imam sholat, dan pejabat keagamaan muslim
lainnya. Rezim Mamluk ini menggaji semua tokoh-tokoh agama dengan gaji
yang memadai, juga subsidi diberikan kepada madrasah mereka sehingga
semua kegiatan keagamaan masuk ke dalam sebuah sistem birokrasi negara.8
2. Bidang Militer
Dinasti Mamluk terkenl ketangguhan pasukan militernya yng sebagian
besar berasal dari pelaut yang kuat, kekar, mempunyai tubuh yang tegap, dan
disiplin. Sejak dari usia 10-20 tahun mereka dilatih dan dididik menjadi
pengawal suntan, kemudian menjadi panglima, dan yang terakhir menjadi

7
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Prenada Media), h.206-208
13
8
Abdullah Nur, Dunasti Mamalik di Mesir,Jurnal Hunafa, Vol. 2, No. 2,2005, h.152

14
sultan. Dalam Dinasti Mamluk tidak dikenal sistem kekuasaan secarra turun-
temurun. Tetapi siapa yang berprestasi dan pantas akan dianngkat menjadi
sultan. 9
3. Bidang Ekonomi
Pada saat Dinasti Mamluk berkuasa, Mesir dan Syria mengalami
kemakmuran ekonomi yang pesat. Pertumbuhan ini berdampak pada
perkembangan pesat dibidanng seni dan budaya dengan prestasi-prestasi
khusus dibidang-bidang seperti arsitektur keramik dan karya arsitek dalam
logam dan lain-lain. Selain itu, posisi Kairo yang menghhubungkan Laut
Merah dengan Laut Tengah dan kota-kota sepanjang pesisir selatan ke Eropa
menjadi sangat penting sehingga hubungan dengan Timur Barat berada di
bawah penguasaan Mamluk. Letak dan kondisi geografis yang strategis ini
yang menopang ekonomi Mesir mencapai tingkat pertumbuhan yang pesat.10
4. Bidang Ilmu Pengetahuan
Sejak jatuhnya Bani Abbas oleh Hulagu Khan, banyak ilmuan
melarikan diri menuju Mesir dan Syria. Dengan demikian maka pusat
kemajuan ilmu pengetahuan beralih dari Baghdad ke Mesir. Sultan Baybars
selain dikenal sebagai ahli perang juga orang yang cinta ilmu pengetahuan. Di
bidang kedokteran ada ilmuann terkemuka Abu al-Hasan Ali bin al-Nafis
yang menemukan sistem peredaran darah, Fadail Ibn al-Naqid seorang ahli
mata dan optical dengan karyanya “mujarabad”. Sedangkan di bidang ilmu
agama ada beberapa intelektual terkemuka antara lain Jalal al-Din al-Suyuti
al-Tabary, sejarawan dan mufassir. Di bidang hadits muncul nama Ibnu
Hajar al-Asqalani.11
5. Bidang Arsitektur

9
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta: Teras, Cet
1,2012), h.153
10
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta: Teras, Cet
1,2012), h.147-148
11
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta: Teras, Cet
1,2012, h.148-149
15
Bidang arsitektur juga mengalami kemajuan, banyak arsitek yang
didatangkan ke negeri Mesir untuk membangun sekolah-sekolah dan masjid-
masjid yang indah. Ada juga bangunan lain yang didirikan, yaitu museum,
perpustakaan, vila-vila, kubah, dan juga menara masjid. Universitas al-Azhar
yang telah lama ditutup kegiatan intelektualnya karena perbedaan teologis di
masa Dinasti Mamluk dibuka kembali untuk belajar.12

D. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Mamluk


Seperti halnya dinasti-dinasti yang lain, dinasti Mamluk juga
mengalami pasang surut. Setelah mengalami kemajuan dalam berbagai
bidang, dinasti ini mengalami masa kemunduran yang pada akhirnya
membawa pada masa kehancuran. Faktor-faktor yang menyebabkan dinasti
mi mengalarni kemunduran dan kehancuran di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Faktor Internal
a. Perebutan Kekuasaan
Pada masa penierintahan Qalawun, sultan Mamluk ke-8 melakukan
perubahan dalam pemerintahan, yaitu pergantian sultan secara turun
menurun dan tidak lagi memberikan kesempatan kepada pihak meliter
untuk memilih sultan sebagai pemimpin mereka. Di samping itu,
Qalawun juga telah mengesampingkan kelompok Mamluk Bahri
sehingga makin lama pejabat dan Mamluk Bahriy semakin berkurang
dan digantikan oleh Mamluk Burjiy. Perpindahan kekuasaan ke
tangan Marniuk Burjiy membawa banyak perubahan gaya
pernerintahan dalam dinasti ini.
Sistem baru yang diterapkan Qalawun ternyata telah menimbulkan
kericuhan dalam pemerintahan. Pada masa ini Qalawun mengalami
dua kali turun tahta karena perebutan kekuasaan dengan Kitbuga dan
Najim al-Mansur Hisamudin pada 1382 M. Barquk al-Dzahir Saef al-

Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta:


12

Teras, Cet 1,2012), h.149

16
Din dan Mamluk Burjiy berhasil merebut kekuasaan dan tangan as-
Salih Salahuddin, sultan terakhir dan keturunan Qalawun. Sejak saat
itulah mulai periode kekuasaan Mamluk Burjiy.
Meskipun sultan-sultan Mamluk Burji menerapkan kembali sistem
pemerintahan secara oligarki seperti yang diterapkan Mamluk Bahri
sebelumnya, kekacauan tetap berlanjut sehingga situasi mi
dimanfaatkan oleh para amir untuk saling berebut kekuasaan dan
memperkuat posisinya di pemerintahan. Di samping itu, sultan yang
memerintah dar tahun 1412 sampai 1421 M adalah seorang pemabuk.
Sultan inilah yang melakukan berbagai perbuatan yang melampaui
batas.
Ada pula seorang sultan yang lain yang tidak dapat berbahasa Arab
sama sekali. Adapun sultan yang memerintah pada tahun 1453 adalah
orang yang tithk pandai membaca dan menulis. Bahkan ada di antara
sultan Mamluk burji yang bukan saja buta huruf melainkan juga gila.
Seorang sultan lainnya yang dibeli seharga lima puluh dinar, telah
mengorek mata dan dipotong lidahnya karena gagal mengubah logam
rongsokan menjadi emas.13
b. Kemewahan dan Korupsi
Sejak pemerintahan Qalawun, pola hidup mewah telah menjalar di
kalangan penguasa istana, hahkan di kalangan para amir. Hal mi
membuat keuangan negara sernakin merosot dan untuk mengatasinya,
pendapatan dan sektor pajak dinaikkan sehIngga penderitaan rakyat
semakin bertambah. Di samping itu, perdagangan pun semakin sulit,
seperti komoditi utama dan Mesir yang selama mi yang selama mi
diperjualhelikan bebas oleh para petani, diambil alih oleh sultan-sultan
dan keuntungannya digunakan untuk berfoya-foya. Korupsi, baik
banyak maupun sedikit tidak hanya dilakukan oleh para sultan, namun
para pejabat rendahan pun melakukan hal yang sama.

13
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam,(Jakarta: Graha Gratindo
Persada, 2004), h.130

17
Situasi ekonomi kerajaan yang sangat buruk diperparah oleh kebijakan
politik para sultan yang mementingkan din sendiri. Para sultan
menaikkan pajak yang tinggi, baik pada orang-orang muslim maupun
non muslim, sebab pajaklah satu-satunya jalan untuk mendapatkan
penghasilan yang banyak guna membiayai kegiatan pemerintahan,
menggaji pegawai-pegawai, melengkapi istana-istana dengan berbagai
kemewahan dan membangun bangunan monumental.
c. Merosotnya Perekonomian
Sikap penguasa Dinasti Mamluk yang memeras pedagang
membelenggu kebebesan petani menyebabkan lunturnya gairah dan
semangat kerja mereka. Keadaan ini semakin memperburuk musim
kemarau panjang dan wabah penyakit menjalar di Negeri ini.
Selain itu, sejak Vasco da Gama menemukan Tanjung Harapan di
tahun 1498 M, jalur perdagangan dari Timur jauh ke Eropa yang
asalnya melalui Kairo, berpindah ke tempat itu. Hal ini berdampak
besar pada pendapatan devisa Negara yang selanjutnya melemahkan
perekonomian.
2. Faktor Eksternal
Penyebab Iangsung runtuhnya dinasti Mamluk adalah terjadinya
peperangan dengan tentara Turki Utsmani yang terjadi dua kali. Pada tahun
1516 M, terjadilah peperangan di Aleppo yang berakhir dengan kekalahan
total tentara Mamluk. Setelah menang di Aleppo, tentara Turki (Usmani
malanjutkan perjalanannya untuk masuk ke daerah Mesir yang dalam
perjalanan mi terjadi lagi pertempuran yang sengit antara tentara Turki
Utsmani dengan tentara Mamluk.
Pertempuran mi terjadi ketika Mamluk diperintah oleh Tuman Bay II
(al-Asyrof) yang merupakan sultan terakhir dinasti Mamluk. Dengan
demikian, berakhirlah kekuasaan dinasti Mamluk di Mesir yang berlangsung
cukup lama dan sebagai akibatnya tampuk pemerintahan kekhalifahan
dipindahkan dan Kairo ke Istambul. Kairo yang sebelumnya menjadi ibi kota

18
kerajaan, sekarang tidak lebih dan sebuah kota protinsi dan kesultanan Turki
Utsmani.14
E. Bukti Sejarah Peninggalan Dinasti Mamluk di Mesir
Dinasti Mamluk cukup lama berkuasa di Mesir. Meskipu akhirnya
runtuh, ada beberapa peninggalan besar dari Dinasti ini terhadap peradaban
Islam. Di antara peninggalan tersebut, sebagian masih kita saksikan hingga
sekarang.
1. Masjid Sultan Hasan
Masjid Sultan Hasan terletak di bundaran Shalahuddin, berhadapan
dengan Bab Al Izb di belakang benteng Shalahuddin. Masjid Sultan Hasan
merupakan pembangunan proyek palig ambisius dalam zamannya dan salah
satu bangunan terbesar yang pernah dibangun oleh penguasa Mamluk yang
pernah berkuasa di Mesir. Masjid ini dibangun atas perintah dari sultan Hasan
bin Al-Nasir Muhamad bin Qalawun pada1356 M. Proses pengerjaan Masjid
Sultan Hasan memakan waktu 7 tahun, yang dimulai pada 1356 M dan selesai
1363 M.
2. Mausoleum Sultan Qalawun
Mausoleum Sultan Qalawun dibangun di kota Kairo, Mesir dan dikenal
sebagai mausoleum yang terindah setelah Mausoleum Taj Mahal di India.
Setelah meninggal, jasad Sultan Qalawun dimakamkan di Benteg Kairo
selama dua bulan. Baru setelah selesai Mausoleum Qalawun selesai
dibangun, jasadnya dipindahkan ke mausoleum tersebut. Ketika putra Sultan
Qalawun meninggal, ia juga dikuburkan di Mausoleum ini.15

14
Philip K. Hitti, Sejarah Bangsa Arab Cet 1, (Jakarta:PT Serambi Ilmu Semesta,2008), h.695
15
Abdul Syukur al-Azizi, Sejarah Terlengkap Peradaban Islam, Noktah, h.289-290

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulam
Dinasti Mamluk adalah sebuah dinasti yang didirikan oleh para budak
yang berasal dan Turki yang dijadikan tentara oleh Malik as-Shalih
Najamuddin Ayyub sebagai pengawal kerajaan, akan tetapi mereka diberi
kebebasan dan kesempatan yang luas untuk mencapai kedudukan dalam
jajaran militer.
Perwatakan pada sistem pemerintah dinasti Mamluk bersifat oligarki
militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qawalun (1280-1290 M)
menerapkan pergantian khalifah secara turun menurun. Padahal sitem
Oligarki Militer memberikan kemajuan bagi Mesir.
Pada masa dinasti Mamluk berkuasa banyak kemajuan yang dicapai,
hal tersebut memberikan sumbangan yang besar bagi perkembangan dunia
Islam. Adapun kemajuan yang dicapai pada saat itu adalah di bidang militer,
politik, ekonomi,pendidikan dan ilmu pengetahuan dan seni arsitektur.
Kemunduran dinasti Mamluk dikarenakan berbagai faktor antara lain
faktor internal yaitu perebutan kekuasaan, kehidupan yang bermewa-
mewahan dikalangan pemimpin, korupsi, merosotnya sistem ekonomi. Dan
faktor eksternal penyebab kemunduran dinasti Mamluk adalah munsulnya
gejolak politik baru yakni Turki usmani kemudian menguatnya Turki Usmani
dalam berbagai bidang sehingga dapat memukul mundur kekuatan dinasti
mamluk sampai menghancurkannya. Sehingga berakhirlah kekuasaan dinasti
Mamluk.

B. Saran
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kiranya
pembaca berkenan menyampaikan kritik dan sarannya untuk perbaikan
makalah yang akan datang.

20
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Kursi, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam Khalifah, (Jakarta: PT


Ichtiar Baru Van Hoeve, 2010)

Al-Azizi Abdul Syukur,Sejarah Terlengkap Peradaban Islam,


(Noktah)
Fu’adi Imam,Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II,
(Yogyakarta: Teras, Cet 1,2012)
Nasution Syamruddin, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam,
(Pekan Baru: CV. Asa Riau, 2017)
Nur Abdullah, Dinasti Mamalik di Mesir, Jurnal Hunafa,Vol. 2, No. 2.
Philip K. Hitti,Sejarah Bangsa Arab Cet 1, (Jakarta:PT Serambi Ilmu
Semesta, 2008)
Sunanto Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta:Prenada
Meedia,2003)
Supriyadi Dedi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung:Pustaka Setia,
2008)
Thohir Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam,
(Jakarta: Graha Gravindo Persada, 2004)
Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:PT Raja Gravindo
Persada, 2007

21

Anda mungkin juga menyukai