Anda di halaman 1dari 24

DINASTI MAMLUK

PERADABAN ISLAM PERIODE PERTENGAHAN ( 1250 – 1800 M )

Oleh:

ROKHMAD AFIF (12010210008)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam
Dosen Pengampu: DR. Mukhyar Fanani, M.Ag.

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Ketika dunia Islam mengalami perpecahan politik pada awal abad ke-13, muncul sebuah
dinasti di Mesir yang membawa warna baru dalam sejarah politik Islam. Dinasti itu bernama
Mamluk, sering juga disebut Mamalik. Posisi Dinasti Mamluk dalam sejarah peradaban Islam
sangatlah penting karena momentum keberadaannya di abad pertengahan (abad ke 7-11 H/13-
17 M). di mana sejarah pada masa ini umumnya kurang mendapatkan perhatian karena
banyaknya distorsi sejarah yang terjadi, abad pertengahan adalah masa kegelapan dan
keterbelakangan, sehinga para sejarawan kurang memperhatikan era ini. Demikian pula dalam
beberapa literatur Islam, masa ini dipersepsikan sebagai masa kemunduran peradaban Islam.
Ketika Dinasti Abbasiyah jatuh dan secara politik kekuasaannya runtuh, para sejarawan
mengatakan bahwa masa setelah itu adalah masa kemunduran politik Islam. Periodisasi dengan
cara ini dapat dikatakan sebagai khilafah-sentris, tentang kesatuan khilafah yang memimpin
seluruh wilayah umat Islam. Tetapi ketika wilayah Islam semakin luas dan banyak
bermunculan dinasti-dinasti lain, maka teori satu khilafah ini dengan sendirinya tidak relevan
lagi. Terbukti pada Dinasti Mamluk, politik Islam masih kuat dan peradaban Islam tetap
berkembang di berbagai segi kehidupan.
Karena dinasti Mamluk terhindar dari kehancuran akibat serangan Mongol, maka
persambungan perkembangan peradaban dengan masa klasik relatif terlihat dan beberapa di
antara prestasi yang pernah dicapai pada masa klasik bertahan di Mesir. Walaupun demikian,
kemajuan yang dicapai oleh dinasti ini, masih di bawah prestasi yang pernah dicapai oleh umat
Islam pada masa klasik. Dinasti Mamluk memiliki sejarah yang unik dari masa pembentukan,
kejayaan dan keruntuhunnya. Sebagai dinasti yang didirikan olek para mamluk (budak),
Dinasti Mamluk mencapai banyak prestasi. Untuk itu perlu dikaji kembali tentang sejarah
Dinasti Mamluk, khususnya sejarah sosial pendidikan yang berkembang pada masa Dinasti
Mamluk.

B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses terbentuknya Dinasti Mamluk?
2.      Bagaimana Perwatakan Dinasti Mamluk dalam sistem pemerintahan?
3.      Bagaimana peran Dinasti Mamluk dalam menjaga peradaban di Mesir?

2
4.      Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kemunduran Dinasti Mamluk?
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Proses Terbentuknya Dinasti Mamluk


Kata Mamluk adalah bentuk mufrad dari kata Mamalik dan Mamlukun yang berarti
budak atau hamba yang dibeli dan dididik dengan sengaja agar menjadi tentara dan pegawai
pemerintah. Seorang Mamluk berasal dari ibu bapak yang merdeka, bukan dari budak atau
hamba sahaya. Berbeda dengan ‘abd, yang dilahirkan oleh ibu bapak yang juga berstatus
sebagai hamba yang kemudian dijual. Perbedaan lain adalah Mamluk biasanya berkulit putih,
sedangkan ‘abd berkulit hitam.1  Sebagian Mamluk berasal dari Mesir, yaitu golongan budak
yang dimiliki para sultan dan amir pada masa kesultanan Bani Ayyub. Para Mamluk Dinasti
Ayyubiyah ini berasal dari Asia Kecil, Persia, Turkistan dan Asia Tengah. Mereka terdiri dari
suku-suku bangsa Turki, Rusia, Kurdi, Syracuse dan bagian kecil dari bangsa Eropa.
Sebutan Mamluk bermakna hamba sahaya. Hal ini disebabkan para panglima yang
memegang kekuasaan ketentaraan dewasa itu berasal dari hamba sahaya yang dibeli lalu
diasuh semenjak kecil dan dilatih, terdiri atas berbagai keturunan kebangsaan. Mereka menjadi
pejuang-pejuang Islam yang perkasa.2
Kaum Mamluk berkuasa di Mesir sampai tahun 1517 M. merekalah yang membebaskan
Mesir dan Suria dari peperangan Salib dan juga membendung serangan-serangan kaum
Mongol di bawah pimpinan Hulagu dan Timur Lenk, sehingga Mesir terlepas dari
penghancuran-hancuran seperti yang terjadi di dunia Islam lain.3
Mereka pada mulanya adalah orang-orang yang ditawan oleh penguasa dinasti
Ayyubiyah sebagai budak, kemudian didik dan dijadikan tentaranya. Mereka ditempatkan pada
kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Oleh penguasa Ayyubiyah yang terakhir,
Al-Malik Al-Salih, mereka dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya.
Pada penguasa ini mereka mendapat hak-hak  istimewa, baik dalam karier ketentaraan maupun
dalam imbalan-imbalan material.4
Mamluk adalah sebuah rezim yang dikendalikan oleh pasukan budak, inemerintah Mesir,
Suria, Asia kecil tenggara dan Arab barat (hijaz).5

1
Dedi Supriyad. 2005.  Sejarah Peradaban Islam cet. I. Bandung: Pustaka Setia. Hal. 235.
2
Musyrifah Sunanto.2003.  Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Prenada Media. Hal. 205
3
Harun Nasution. 1985. Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal. 81-82
4
Dedi Supriyadi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia. Hal. 236
3
5
Dewan Redaksi Ensikiopedi Islam. 1993. Ensiklopedi Islam Cet. I. Jakarta: PT. Ikhtiyar Baru Van floeve. Hal. 339

Dinasti Mamluk di Mesir adalah adalah dinasti terakhir di dunia Arab untuk abad
pertengahan (1250-1800 M). Philip K. Hitti menyebutkan bahwa dinasti Mamluk adalah
dinasti yang luar biasa karena dinasati di dihimpun dan budak-budak yang berasal dan berbagai
ras yang dapat membentuk suatu pemerintahan oligarki di suatu negara yang bukan tumpah
darah mereka. Sultan-sultan yang berasal dan budak-budak inii pantas diacungi jempol karena
keberhasilannya mendirikan suatu kerajaan yang kokoh dan kuat. Dinasti Mamluk di Mesir
rnulai bangkit bersamaan dengan runtuhnya kekuasaan Islam di Bagdad dan pengunduran
Islam di Spanyol. Dinasti ini dikenal pula dengan nama Daulat al-Atrak yang pada
perkembangan selanjutnya, wilayah kekuasaannya meiiputi Mesir dan Syiria.
Kaum Mamluk adalah para imigran Mesir yang pada awalnya merupakan budak-budak
yang datang dan daerah pegunungan Kaukasus dan laut Kaspia. Mereka ditempatkan di barak-
barak militer pulau Raudoh di sungai Nil untuk dilatih dan dididik secara baik. Ditempat inilah
mereka diajari membaca, menulis dan pengetahuan kemiliteran, bahkan diberi pendidikan
agama. Kaum Mamluk yang ditempatkan di sungai Nil disebut Mamluk al-Bahriyun dan kaum
Mamluk yang ditempatkan di benteng-benteng istana dikota Kairo disebut Mamluk al-
Burjiyun.
Terbentuknya dinasti Mamluk di Mesir tidak dapat dipisahkan dan dinasti Ayyubiyah
ketika terjadi perebutan kekuasaan antara al-Malik as-Shalih dan al-Malik al-Kamil. Dalam
perebutan kekuasaan ini, para tentara yang berasal dan suku Kurdi memihak kepada al-Malik
al-Kamil, sementara para budak yang tergabung dalam Mamluk Bahri mendukung al-Malik as-
Shalih. Dalam perebutan kekuasaan ini, al-Malik as-Shalih mampu mengalahkan al-Malik al-
Kamil. Sejak saat itulah kaum Mamluk rnempunyai pengaruh yang besar dalam bidang
kemiliteran dan pemerintahan. Perhatian al-Malik as-Shalib begitu besar kepada kaum Mamluk
sehingga banyak di antara mereka ditempatkan pada kelompok-kelompok elit yang terpisah
dan masyarakat atau kelompok meliter lainnya. Perlakuan ini sebenarnya menguntungkan
kedua belah pihak karena kehadiran kaum Mamluk memberikan jaminan bagi berlangsungnya
kekuasaan al-Malik as-Shalib, sedangkan periakuan yang istimewa terhadap budak-budak itu
bisa membenikan kemudahan dalam peningkatan karir mereka dan imbalan-imbalan materil
lainnya
Al-Malik as-Shalih rneninggal pada 1429 M setelah menderita sakit dan timbul
kekacauan-kekacauan di berbagai daerah. Kematian as-Shalih dirahasiakan oleh isterinya
(Syajarat al-Dur), kemudian putera mahkota as-Shalih yang bernama Turansyah memegang
tampuk kekuasaan. Namun, kaum Mamluk Bahri menganggap bahwa Turansyah bukan orang
4
yang dekat dengan mereka. Selain itu, Turansyah juga dianggap tidak tepat untuk rnenduduki
pucuk kekhalifàhan karena lebih banyak bermukim di Euprat. Oleh karena itu ia dianggap
tidak menguasai seluk beluk Mesir secara keseluruhan. Setelah itu diangkatlah Syajarat al-Dur
sebagai Sultan mereka. Dan sinilah awal terbentuknya dinasti Mamluk di Mesir yang dipimpin
oleh seorang budak dan berakhirlah dinasti Ayyubiyah menguasai Mesir.6
Para budak mengangkat Syajarat al-Dur sebagai pemimpin mereka dengan pertimbangan
sama-sama berdarah budak dan diharapkan akan membela kepentingannya. Alasan lain
pengangkatan Syajarat al-Dur karena adanya pertentangan atau persaingan di kalangan kaum
Mamluk itu sendiri. Sebenarnya terdapat beberapa orang yang berambisi untuk menjadi sultan,
seperti Aybak, Baybar dan Qutuz. Dengan dukungan para Amir Aybak disepakati menjadi
wakil al-Dur dalam mengendalikan tugas-tugas pemerintahannya. Namun, dikemudian dan
Aybak pun mengawini al-Dur dan bertindak sebagi Sultan dengan gelar al-Muiz al-Din. Tetapi
akhirnya Aybak dibunuh di kamar mandi oleh al-Dur karena ia ketahuan ingin menyingkirkan
al-Dur sendiri. Kemudian kekuasaan berpindah ke tangan anak Aybak yang bernama Ali bin
Aybak dalam usia yang sangat muda, akan tetapi kekuasaannya hanya sekedar mengisi
kekosongan karena yang memegang kendali pemerintahan adalah Qutuz yang bertindak
sebagai wakil sultan. Akhirnya Ali bin Aybak pun mengundurkan diri karena merasa tidak
mampu untuk menduduki jabatannya dan secara otomatis Qutuzlah yang menjadi penguasa.
Dimasa pemerintahan Qutuz, dinasti Mamluk mendapat ancaman dan tentara Mongol.
Mereka telah menghancurkan Bagdad dan maju ke sungai Euprat menuju Syiria dan
selanjutnya melintasi gurun Sinai menuju Mesir. Sebelum menyerbu Mesir, tentara Mongol
yang dipimpin Kitbuga meminta kepada Qutuz untuk menyerah kepada Hulagu di Bagdad,
akan tetapi Qutuz menolak perrnintaan itu bahkan membunuh utusannya.Tentara Mongol
dengan diperkuat oleh Armenia dan Georgia melintasi Yordania menuju Galilea, tentara
Mamluk di bawah komando Qutuz dan aybar bergerak ke arah teuggara menghadang tentara
Mongol sampai kemudian terjadilah perang di Ainjalut yang berakhir dengan kekalahan tentara
Mongol. Peristiwa di Ainjalut ini sekaligus menghapus mitos bahwa tentara Mongol tidak
dapat dikalahkan. Kemenangan di Ainjalut juga membangkitkan semangat Islam di wilayah-
wilayah lain untuk melawan tentara Mongol di sekitarnya. Sejak saat itu, nama dinasti Mamluk
membumbung tinggi di mata dunia Islam sehingga penguasa-penguasa di Syiria ketika itu
menyatakan kesetiaannya kepada dinasti Mamluk7.

6
Badri Yatim. 1998. Sejarah Peradaban Islam Cet. VII. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hal. 125

5
7
Musyrifah Sunanto.2003. Sejarah Islam Klasik Cet. I. Bogor: Kencana. Hal. 210

Tidak lama setelah itu Qutuz meninggal dunia. Baybars, seorang pemimpin militer yang
tangguh dan cerdas, diangkat oleh pasukannya menjadi Sultan (1260- 1277 M) dengan gelar al-
Malik al-Zahir. Ia adalah sultan terbesar dan termasyhur di antara Sultan Mamalik. Ia pula
yang dipandang sebagai pembangun hakiki dinasti Mamalik kerana kerajaannya yang begitu
utuh dan kuat. Sebelum wafat, Baybar berwasiat agar putranya pangeran Said, dinobatkan
menjadi penggantinya.
Kerajaan Mamluk dibagi menjadi dua periode berdasarkan daerah asalnya. Golongan
pertama disebut dengan Mamluk bahri. Golongan pertama ini berasal dari kawasan Kipchak
(Rusia Selatan), Mongol, dan Kurdi. Mereka ditempatkan di Pulau Raudhah di Sungai Nil. Di
sinilah mereka menjalani latihan militer dan pelajaran keagamaan. Karena penempatan mereka
inilah mereka dikenal dengan julukan Mamluk Bahri (budak lalut/air). Golongan kedua
dinamakan Mamluk Burji, yang berasal dari etnik Syracuse di wilayah Kaukakus. Golongan
kedua inilah yang berhasil bertahan untuk berkuasa pada Dinasti Mamluk.8

B.       Perwatakan Dinasti Mamluk dalam Sistem Pemerintahan


Sebagaiamana dijelaskan di atas, Dinasti Mamluk adalah para imigran mesir yang pada
awalnya merupakan budak-budak yang datang dari daerah pengunungan kaukasus  (kemudian
disebut Al-mamalik Al-Burjiun) dan laut Kaspi ( al-mamalik al bariyyun ). Oleh dinasti Al-
ayyubiyah para budak-budak ini di tempatkan di sungai Nil di sebut Al-mamalik Al bahriyun
yang memerintah pada 1250 M/ 648 H sampai dengan 1390 M/ 792 H. Selanjutnya kaum
mamluk yang ditempatkan di benteng istana kota Kairo di sebut al-mamalik al-Burjiun yang
memerintah pada 1382M/922M.
Sistem pemerintah dinasti Mamluk bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu yang
singkat ketika Qawalun (1280-1290 M) menerapkan pergantian khalifah secara turun menurun.
Padahal sitem Oligarki Militer memberikan kemajuan bagi Mesir. Kedudukan Amir sangat
penting, para Amir saling berkompetesi dalam prestasi karena mereka merupakan kandidat
sultan. Bahkan dinasti Mamluk juga membawa warna baru dalam sejarah politik Islam.
Pemerintahan dinasti yang bersifat oligarki militer dapat memberikan kemajuan-kemajuan di
capai dalam berbagai bidang, seperti konsiladasi pemerintahan, perekonomian, dan Ilmu
pengetahuan.9

8
Dedi Supriyadi.2008. Sejarah Peradaban Islam cet I. Bandung: Pustaka Setia. Hal.236
9
Badri Yatim. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal.126

6
Dinasti Mamluk pada dasarnya tidak menerapkan sistem turun-temurun terhadap orang
yang memegang jabatan sultan, sebab apabila sistem semacam itu diterapkan maka rasa
keadilan yang telah mengikat keutuhan solidaritas kalangan para mamluk dengan sendirinya
akan rusak dan menyebabkan terjadinya disintegrasi dalam kalangan mereka.10
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan dibahas tentang dinasti mamluk bahri dan dinasti
mamluk burji.
1.    Dinasti Mamalik Bahri
Nama Mamluk Bahriyah dinisbatkan pada sebuah tempat yang disediakan oleh Sultan
Malik Al-Saleh Najmudin Ayyub kepada para Mamluk. Tempat ini berada di pulau Raudhah di
tepi sungai Nil yang dilaengkapi dengan senjata, pusat pendidikan, dan latihan materi-materi
sipil dan militer. Sejak itu, para Mamluk dikenal dengan Al-Mamalik Al-Bahriyyah (para
budak lautan).11
Al-Malik as-Shalih rneninggal pada 1429 M setelah menderita sakit dan timbul
kekacauan-kekacauan di berbagai daerah. Kematian as-Shalih dirahasiakan oleh isterinya
(Syajarat al-Dur), kemudian putera mahkota as-Shalih yang bernama Turansyah memegang
tampuk kekuasaan. Namun, kaum Mamluk Bahri menganggap bahwa Turansyah bukan orang
yang dekat dengan mereka. Selain itu, Turansyah juga dianggap tidak tepat untuk rnenduduki
pucuk kekhalifàhan karena lebih banyak bermukim di Euprat. Oleh karena itu ia dianggap
tidak menguasai seluk beluk Mesir secara keseluruhan. Setelah itu diangkatlah Syajarat al-Dur
sebagai Sultan mereka. Dan sinilah awal terbentuknya dinasti Mamluk di Mesir yang dipimpin
oleh seorang budak dan berakhirlah dinasti Ayyubiyah menguasai Mesir.12
Aybak berkuasa selama tujuh tahun (1250-1257 M). Setelah meninggal ia digantikan
oleh anaknya, Ali yang masih berusia muda. Ali kemudian mengundurkan diri pada tahun 1259
M dan digantikan oleh wakilnya, Qutuz. Setelah Qutuz naik tahta, Baybars yang mengasingkan
diri ke Syria karena tidak senang dengan kepemimpinan Aybak kembali ke Mesir. Di awal
tahun 1260 M Mesir terancam serangan bangsa Mongol yang sudah berhasil menduduki
hampir seluruh dunia Islam. Kedua tentara bertemu di Ayn Jalut, dan pada tanggal 13
September 1260 M, tentara Mamalik di bawah pimpinan Qutuz, Baybars dan Syaikhul Islam
Ibn Taimiyyah Rahimahullah berhasil menghancurkan pasukan Mongol tersebut.

10
Abd. Chair, et. al. 2010. Ensiklopedia Tematis Dunia Islam Khilafah. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Hal. 217
11
Dedi Supriyad. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: pustaka setia. Hal. 236.
12
Badri Yatim. 1998. Sejarah Peradaban Islam Cet. VII. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hal. 125

7
Kemenangan atas tentara Mongol ini membuat kekuasaan Mamalik di Mesir menjadi
tumpuan harapan umat Islam di sekitarnya. Penguasa-penguasa di Syria segera menyatakan
sumpah setia kepada penguasa Mamalik.
Pusat kekhalifahan Islam akhirnya berada di kairo setelah Baghdad hancur total oleh
tentara Mongol. Setelah Qutuz digulingkan oleh Baybars, kerajaan Mamluk bertambah kuat.
Bahkan, Baybars, mampu berkuasa selama tujuh belas tahun (657 H./1260 M.-676 H./1277
M.)
Karena mendapat dukungan militer dan tidak ada Mamluk yang senior lagi, selain
Baybars. Ia adalah sultan terbesar dan termasyhur di antara Sultan Mamalik. Ia pula yang
dipandang sebagai pembangun hakiki dinasti Mamalik.Kejayaan yang diraih pada masa
Baybars adalah memporak-porandakan tentara salib di sepanjang Laut Tengah, Assasin di
Pegunungan Siria, Cyrenia (tempat berkuasanya orang-orang Armenia dan kapal-kapal Mongol
di Anatolia). Terlebih lagi prestasi Baybars adalah menghidupkan kembali kekhalifahan
Abbasiyah di Mesir setelah Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol di bawah Hulagu
Khan pada tahun 1258.
Pemerintah Mamluk selanjutnya dipimpin oleh Bani Bibarisiah. Diawali oleh Azh-
Zhahir Bibaris mengundang Ahmad, anak Khalifah Bani Abbasiyah Al-Zhahir ke Kairo.
Sebelumnya, Ahmad melarikan diri dari Baghdad setelah dihancur leburkan oleh orang-orang
Mongolia, kemudian dia dibaiat sebagai khalifah dan diberi gelar Al-Mustanshir pada tahun
659 H./1260 M.Tujuan dilakukannya hal itu oleh Babiris adalah untuk menguatkan pusat
kekuasaan di Kairo dan menarik dukungan negeri-negeri Islam yang lain serta melindungi
kursi kekuasaan Mamluk dengan legalitas syariah.
Tidak begitu banyak yang berarti Kerajaan Mamluk di bawah pimpinan Bani Babiris.
Sultan Al-Mansur Qalawun (678 H./1280 M.-689H./1290 M.) yang telah menyumbangkan
jasanya dalam pengembangan administrasi pemerintah, perluasan hubungan luar negeri untuk
memperkuat posisi Mesir dan Syam di jalur perdagangan internasional. Sultan Qalawun
berhasil mewariskan tahtanya kepada keturunannya. Hal ini terjadi berkat keberadaan 12.000
Mamluk Burji yang memang dipersiapkan untuk melindungi kepentingan pribadinya.
Sultan Mamluk yang memiliki kejayaan dan prestasi lainnya dari garis Bani Qalawun
adalah putra pengganti Qalawun, yakni Nashir Muhammad (696 H./1296 M.). Sultan
memegang tampuk pemerintahan selama tiga kali dan mengalami dua kali turun tahta.Masa
setelah Bani Qalawun, tampuk pemerintahan Mamluk dipimpin oleh Mamluk keturunan

8
Muhammad hingga 9 sultan. Kesembilan sultan ini hanyalah simbul nama dan tidak
berpengaruh terhadap masyarakat umum lainnya.
Adapun sultan-sultan yang pernah menjadi penguasa dinasti Mamluk bahri adalah
sebagai berikut:
No. Nama Sultan (Hijriyah) (Masehi)
1. Syajar al-Dur 648 1250
2. Muiz Aybak 648 1250
3. Nur Al-Din Ali 655 1257
4. Syaf al-Din Qutuz 657 1259
5. Zahir Bayabars 658 1260
6. Baraka Khan 678 1277
7. Bar al-Din Salamish 678 1279
8. Mansur Qalawun 678 1279
9. Asyraf Khalil 689 1290
10. Nasir al-Din Muhammad 693 1293
11. Zayn al-Din Kitbugh 694 1294
12. Husam al-Din Lajim 696 1296
13. Nasir Muhammad 698 1298
14. Rukh al-Din Baybar 708 1308
15. Nasir Muhammad 709 1309
16. Sayf al-Din Abu Bakar 741 1340
17. Shihab al-Din  Ahmad 742 1342
18. Imad al-Din Ismail 742 1342
19. Sayf al-Din Sya’ban 746 1345
20. Sayf al-Din Hajji 747 1346
21. Nasir al-Din Hassan 748 1347
22. Salah al-Din Shalih 752 1351
23. Nasir Hassan 1354 755 1354
24. Mansur Muhammad 762 1361
25. Ashraf Sya’ban 764 1363
26. ‘Ala al-Din Ali 778 1367
27. Salah al-Din Hajji 783 1381
9
2.    Dinasti Mamalik Burji
Masa pemerintahan Mamluk Burji diawali dengan berkuasanya Sultan Brquq (784
H./1382 M.-801 H./1399 M.) setelah berhasil menggulingkan sultan terakhir dari Mamluk
Bahri, Shalih Haj bin Asyraf Sya’ban. Sesungguhnya tidak ada perbedaan pemerintahan
Mamluk Bahri dan Burji, baik dari segi status para sultan yang dimerdekakan atau pun dari
segi sistem pemerintahan yang oligarki. Hal-hal yang membedakan kedua pemerintah tersebut
adalah sukses pemerintahan Mamluk Bahri lebih banyak terjadi dengan turun-temurun,
sedangkan pada masa Mamluk Burji suksesi lebih banyak terjadi karena perang saudara dan
huru-hara. Pertentangan ini disebabkan sistem pendidikan bagi para Mamluk tidak ketat, dan
mereka diperbolehkan untuk tinggal di luar pusat-pusat latihan bersama rakyat biasa.
Pemerintahan selanjutnya dipimpin oleh Sultan Al-Nashir Faraj (801 H./1399 M.-808
H./1405 M.), putra sultan Barquq dan merupakan salah seorang cucu jengis khan yang telah
masuk Islam dan berkuasa di wilayah Samarkand dan Khurasan, Timur Lenk (771 H./1370 M.-
807 H./1405 M.), melakukan penyerangan ke wilayang Suriah. Timur Lenk tampaknya
mengulang kembali sejarah keberingasan pasukan Mongol pada zaman Hulagu Khan ketika
menguasai wilayah-wilayah tetangganya yang muslim. Pasukan Mamluk pun menyiapkan diri
untuk menghadang serangan Timur Lenk tersebut. Pada tahun 1401, Aleppo dapat dikuasai
oleh pasukan Timur Lenk dan disusul dengan Damaskus yang menyerah setelah tentara
Mamluk dapat dikalahkan. Kota Damaskus dibumihanguskan, baik sekolah maupun masjid
dibakar. Ketika pasukan Mamluk disiagakan kembali untuk merebut Damaskus, Timur Lenk
sudah meninggalkan kota itu dan akhirnya diadakanlah perjanjian perdamaian serta bertukar
tawanan perang.
Banyak dari sultan-sultan Mamluk Burji naik tahta pada usia muda. Hal ini menjadi
salah satu faktor penyebab melemahnya Dinasti Mamluk. Para Mamluk selalu disibukkan
dengan gejolak atau pertentangan yang terjadi. Dana kesultanan lebih banyak dikeluarkan
untuk aksi-aksi militer, sementara itu pemasukan semakin menipis. Rongrongan dari luar
wilayah Mamluk pun datang beruntun karena para Mamluk tidak mengutamakan persatuan dan
banyak yang meminta bantuan dari luar. Sebagai contoh pada masa pemerintahan Sultan
Asyraf Qaitbay (872 H./1468 M.-901 H./1496 M.), terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh
para amir Mamluk di wilayah Syam dan Aleppo, dan gerakan pengacau keamanan dari orang
Arab di selatan Mesir. Pada masa pemerintahan ini, terjadi penyerangan pasukan Turki

10
Utsmani terhadap wilayah Mamluk yang merupakan cikal-bakal permusuhan antara Dinasti
Mamluk dan tentara Turki Utsmani.
Begitulah seterusnya para Sultan Mamluk dilanda krisis dan perang, baik dari dalam
(Mamluk) maupun dari pihak luar seperti serangan tentara Turki Utsmani, orang portugis yang
melarang dan mengusik jalur perdagangan Mamluk di Laut Tengah hingga tewasnya Sultan
Qanshus Al-Guri ketika berperang melawan tentara Turki Utsmani pada tahun 922 H./1516 M.
sejak saat itu, Dinasti Mamluk di bawah bayang-bayang tentara Turki Utsmani.
Adapun sultan-sultan yang pernah menjadi penguasa dinasti Mamluk bahri adalah
sebagai berikut:
No. Nama Sultan (Hijriyah) (Masehi)
1. Sayf al-Din Barquq 784 1382
2. Nasir Faraj 801 1398
3. Mansur Abd. Azis 808 1405
4. Nasir Faraj 809 1405
5. Musta’in 815 1412
6. Muayyad Shaukh 815 1412
7. Muzaffar Ahmad 824 1421
8. Safy al-Din Attar 824 1421
9. Nasir al- Din Muhammad 824 1421
10. Sayf al-Din Barsbay 825 1422
11. Jamal al-Din 1q 1433
12. Syaf al-Din Jaqmafy 842 1433
13. Sayf al-Din Inal 857 1453
14. Fakrul al-Din Ahmad 863 1460
15. 865Shihab al-Din Ahmad 865 1460
16. Sayf al-Din Khushaq 865 1461
17. Sayf al-Din Bilbey 872 1468
18. Zahir Timurbugha 872 1468
19. Sayf al-Din Qait Bay 873 1478
20. Nasir Muhammad 901 1495
21. Zahir Qansuh 904 1498
22. Asgraf Janbalat 905 1499

11
23. Qunsuh al-Ghuri 905 1500
24. Tuman Bay 923 1517
Dari sekian banyak sultan pada dinasti mamluk yang disebutkan di atas, baik pada masa
dinasti mamluk bahri sampai pada dinasti mamluk burji, terdapat beberapa sultan yang
meninggalkan jejak besar pada masa dinasti mamluk. Adapun sultan-sultan yang sempat
meninggalkan jejak besar dalam sejarah Islam disaat pemerintahan Dinasti Mamluk diantaranya
yaitu :
a.    Sultan Qutuz
Di awal tahun 1260 M, Mesir terancam serangan bangsa mongol yang sudah berhasil
mengalahkan Abbasyiah dan menduduki hampir seluruh Dunia Islam. Kedua tentara ini
bertemu di ‘Ayn jalut. Tentara Mamluk yang dibawah pimpinan Qutuz dan Baybars
berhasil mengalahkan pasukan mongol tersebut. Daulah Mamluk di Mesir ini lah yang
satu-satunya penguasa yang berhasil mengalahkan pasukan mongol sehingga menjadi
tumpuan harapan umat Islam sekitar.
b.    Sultan Baybars
Setelah kemenangan di ‘Ayn jalut, mulai memalingkan perhatian untuk merebut kembali
kota-kota benteng yang dikuasai tentara Salib, seperti kota benteng Arsulf, Safad, Arkad,
kota Antioch dan mengepung kota Okka hingga pada akhirnya pada tahun 1272 pimpinan
tentara Salib perancis, Edward of Egland, meminta genjatan senjata 10 tahun dengan
kesediaan membayar upeti tahunan ke Mesir. Sultan Baybrs juga melanjutkan
pembangunan di Mesir, Palestina, dan Syiria.
c.     Sultan Qolawun
Sultan Qolawun juga banyak mendirikan bangunan di Mesir yang masih di kagumi sampai
sekarang, baik bangunan keagamaan maupun bangunan sosial. Sultan Qolawun juga dapat
menghancurkan serangan bangsa mongol yang di pimpin oleh Abaga khan (anak hulago
khan) yang ingin menebus kekalahan ayahnya. Pertenpuran pecah di wilayah Homs, Syiria
Utara dan pasukan mongol hancur. Qolawun juga menghancurkan serangan tentara salib
yang berjalan dua abad lamanya sehingga tamatlah kekuasaan salibiyah dan angan-
angannya untuk menguasai makam Suci dan membebaskan kota kelahiran nabi Isa
penebus dosa mereka.13

12
13
Musyrifah Sunanto.2003.   Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Prenada Media. Hal. 206-208.

C.      Peran dinasti Mamluk dalam Menjaga Peradaban di Mesir


Dinasti Mamluk telah membawa warna baru dalam sejarah politik Islam sekaligus
mebawa kemajuan bagi Mesir. Pemerintahan dinasti yang bersifat oligarki militer dapat
memberikan kemajuan-kemajuan bagi peradaban Mesir dalam berbagai bidang.
Adapun kemajuan-kemajuan yang telah dicapai pada masa Dinasti Mamluk ini adalah
sebagai berikut:
1.    Bidang Militer
Pemerintahan dinasti ini dilantik dari pengaruhnya dalam  kemiliteran. Para Mamluk
yang dididik haruslah dengan tujuan untuk menjadi pasukan pendukung kebijaksanaan
pemimpin. Ketua Negara atau sultan akan diangkat di antara pemimpin tentara yang
terbaik, yang paling berprestasi, dan mempunyai kemampuan untuk menghimpun
kekuatan. Walaupun mereka adalah pendatang di wilayah Mesir
Pada mulanya, status tentara Mamluk ini tidak boleh diwariskan dan anak lelaki tentara
Mamluk dilarang mengikuti jejak langkah ayahnya. Di sebagian kawasan seperti Mesir,
tentara Mamluk mulai menjalin hubungan dengan pemerintah setempat dan akhirnya
mendapat pengaruh yang luas. Pada era Dinasti Al-Mamluk produksi buku mengenai ilmu
militer itu berkembang pesat. Sedangkan, pada zaman Shalahuddin, ada buku manual
militer karya AT-Thurtusi (570 H/1174 M) yang membahas keberhasilan menaklukan
Yerussalem.
Kaum muslim sebenarnya pun sudah menulis berbagai karya mengenai soal perang dan
ilmu militer. Berbagai jenis buku mengenai 'jihad' dan pengenalan terhadap seluk beluk
kuda, panahan, dan taktik militer. Salah satu buku yang terkenal dan kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris The Catologue yang merupakan karya Ibnu Al-
Nadim (wafat antara 380H-338 H/990-998 M).
Karya semacam ini pun kemudian banyak muncul dan disusun pada masa Khalifah
Abbasiyah, misalnya oleh Khalifah al-Manshur dan al-Ma’mun. Bahkan, pada periode
kekuasaan Daulah Al-Mamluk produksi buku mengenai ilmu militer itu berkembang
sangat pesat. Minat para penulis semakin terpacu dengan keinginan mereka untuk
mempersembahkan sebuah karya kepada kepada para sultan yang menjadi penguasa saat

13
itu. Pembahasan sering dibahas adalah mengenai seluk beluk yang berkaitan dengan
serangan bangsa Mongol.

2.    Bidang Pemerintahan
Dalam bidang pemerintahan, kemenangan dinasti Mamalik atas tentara Mongol di 'Ayn
al-Jalut menjadi modal besar untuk menguasai daerah-daerah sekitarnya. Banyak
penguasa-penguasa dinasti kecil menyatakan setia kepada kerajaan ini. Untuk menjalankan
pemerintahan di dalam negeri, Baybars mengangkat kelompok militer sebagai elit politik.
Disamping itu, untuk memperoleh simpati dari kerajaan-kerajaan Islam lainnya, Baybars
membaiat keturunan Bani Abbas yang berhasil meloloskan diri dari serangan bangsa
Mongol, al-Mustanshir sebagai khalifah. Dengan demikian, khilafah Abbasiyah, setelah
dihancurkan oleh tentara Hulaghu di Baghdad, berhasil dipertahankan oleh daulah ini
dengan Kairo sebagai pusatnya. Sementara itu, kekuatan-kekuatan yang dapat
mengancam  kekuasaan Baybars dapat dilumpuhkan, seperti tentara Salib di sepanjang
Laut Tengah, Assasin di pegunungan Syria, Cyrenia (tempat berkuasanya orang-orang
Armenia), dan kapal-kapal Mongol di Anatolia.14
3.    Bidang Ekonomi
Kemajuan dalam bidang ekonomi yang dicapai o!eh dinasti Mamluk lebih besar
diperoleh dan sektor perdagangan dan pertanian. Di sektor perdagangan, pemerintah
dinasti Mamluk memperluas hubungan dagang yang telah dibina sejak masa Fatimiyah,
misalnya dengan membuka jalur dagang dengan Italia dan Prancis. Setelah jatuhnya
Bagdad, Kairo menjadi kota yang penting dan strategis karena jalur perdagangan dan Asia
Tengah dan Teluk Persia hampir dipastikan melalui Bagdad. Keadaan ini menjadikan
berlimpahnya devisa negara terutama dan sektor perdagangan.
Untuk mendukung kelancaran sektor ini, dinasti Mamluk memperbaiki sarana
transportasi untuk memperlancar perjalanan pedagang-pedagang terutama antara Kairo
dan Damaskus. Dalam sektor pertanian, pemerintah mengambil kebijakan pasar bebas
kepada petani, artinya petani diberi kebebasan untuk memasarkan sendiri hasil
pertaniannya.
4.    Bidang Arsitektur

14
Karakter mewah dan halus dalam berkesenian tidak hanya diterapkan pada obyek-
obyek yang dianggap suci seperti hiasan kotak Al qur’an dan masjid akan tetapi di
terapkan juga pada berbagai perlengkapan rumah tangga seperti cangkir, mangkok, baki,
pedupan, yang mana semua itu menjadi saksi tentang gambaran hidup mewah
sebagaimana dilukiskan oleh para penulis kronik kontemporer.

14
Badri Yatim. 2007. Sejarah Peradaban Islam Cet. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hal. 126.

Di antar karya-karya seni terapan itu, yang menjadi ciri Khas Mesir-Mamluk
adalab seni dekorasi kitab suci. Bidang kesenian ini mendapatkan kedudukan terhormat
karena berhubungan dengan “firman Allah” dan tingkat tingkat kesulitannya juga jauh
tebih tinggi.
Karakter mewah dan halus dalam berkesenian tidak hanya diterapkan pada objek-
objek yang dianggap suci. Berbagai perlengkapan rumah tangga seperti cangkir, mangkok,
baki, pedupaan juga rnerupakan gambaran hidup mewah sebagaimana dilukiskan oleh para
penulis kronik kontemporer. Di samping yang telah disebutkan tadi, masih banyak karya-
karya seni yang lain yang berkembang pada masa dinasti Mamluk.16

5.    Bidang Pendidikan
Setelah Baghdad hancur dan kekuasaan Abbasiyah runtuh, maka ibu kota alam
Islami berpindah ke Kairo, Mesir. Begitu juga pusat pendidikan dan pengajaran berpindah
pula ke Kairo, ke Jami’ Al-Azhar. Pada masa Sultan Baybars, Al-Azhar mengalami
peningkatan yang gemilang, menjadi pusat ilmu pengetahuan, terutama ilmu-ilmu agama
dan bahasa Arab. Mesir pada masa itu adalah masa keemasan dalam sejarahnya. Al-Azhar
masa itu dikunjungi oleh ulama-ulama dan pelajar-pelajar dari seluruh dunia, sebagaimana
halnya kota Baghdad dahulu.
Pada masa Sultan An-Nashir (693 H-741 H/ 1293 M-1341 M) kebudayaan Islam di
Mesir mencapai tingkat yang tertinggi. Kekayaan negeri masa itu bertambah besar dengan
biaya cukai barang-barang perdagangan dari India ke Eropa dengan melalui Mesir.
Masa Mamluk adalah masa mengarang matan-matan yang pendek dan mengarang
syarahnya. Ulama meringkas kitab-kitab lama yang panjang, sehingga menjadi ringkas
seringkas-ringkasnya, yang disebut matan. Maka lahirlah kitab-kitab pendek (mukhtashar)
dalam ilmu fiqhi, nahwu, sharaf, balaghah dan lain-lain. Akhirnya matan-matan tersebut
dikumpulkan menjadi satu buku besar bernama Majma’ Mutun. Yang lebih ahli dalam
15
meringkaskan dan mengarang matan-matan itu adalah ulama Syafiiyah. Di antara matan-
matan itu juga ada yang berupa syair. Tujuan dibuatnya matan-matan tersebut adalah agar
pelajar mudah menghafalnya.16

15
Philip K. Hitti. 2008. History of the Arabs Cet. I. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. Hal. 886
16
Mahmud Yunus. 1990. Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. Hal. 162-167

Di antara kemajuan pada bidang pendidikan pada masa Dinasti Mamluk, dapat
ditinjau dari berbagai aspek, antara lain:
a.     Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa dinasti mamluk antara lain
sejarah, kedokteran, asrtonomi, matematika dan ilmu agama. Di masa ini pula muncul
tokoh-tokoh ilmu pengetahuan yang hasil karyanya mampu di jadikan rujukan oleh
para ilmuan dunia. Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwan-ilmuwan asal Baghdad
dari serangan tentara Mongol. Di samping itu Mesir dengan perguruan tinggi Al ashar
serta perpustakaan Dar al Hikmahnya yang selamat dari serangan Mongol
menyebabkan kesinambungan ilmu jaman klasik tetap berkembang. Mesir menjadi
pusat peradaban islam berintikan kebudayaan arab.
Ilmuan-ilmuan besar yang lahir pada masa dinasti mamluk di antaranya adalah :
1)  Ibnu Nafis yang oleh pengagumnya digelari The second Avisenna ( Ibn Sina
kedua ) karena reputasinya sebagai seorang dokter yang terkemuka dan seorang
penulis yang serba bisa pada abad ke-7 H/13 M. Ia belajar  ilmu kedokteran di
tempat kelahirannya yang mana gurunya berasal dari perguruan “ Ibn at-Tilmidz”.
selain itu ia juga belajar tata bahasa arab, logika dan ilmu keislaman lainnya . Salah
satu karyanya yang terkenal adalah as Shamil fi at Thibb sebuah ensiklopedia
kedokteran yang lengkap, terdiri kurang lebih 27.000 folio yang tersebar dalam 8
jilid dan dia juga penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia  .
2)  Abu al Fida, dia adalah seorang geografi dan sejarah terkenal. Abu al Fida
merupakan keturunan keluarga ayyub yaitu Shalahuddin al Ayyubi. Karyanya yang
terkenal Al-Nujum al Zhahiroh fi muluk Meshir wa al Qohiroh ( bintang terang
raja-raja Mesir dan Kairo) sebuah sejarah tentang mesir dan periode penaklukan
bangsa arab sampai 1453.

16
3)  Ibnu Khaldun, dia adalah seorang ilmuan islam yang sangat cemerlang dan  yang
paling di hargai oleh dunia intelektual modern karena  karya-karyanya yang sangat
monumental, salah satu karyanya adalah Philosophi of history yaitu filsafat
sejarah  terbesar yang pernah duciptakan manusia dari Negara dan bangsa
manapun.17

17
Musyrifah Sunanto. 2003. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Kencana. Hal. 221-222.

Kitab-kitab pelajaran di Al-Azhar pada masa Dinasti Mamluk yaitu:[20]


1)      Kitab Hadits yang enam (al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-
Nasai, Ibnu Majah) dan Musnad Ahmad dan Syafi’i.
2)      Umdatul Ahkam (Hafiz Abdul Ghani).
3)      Syuzur az-Zahab (Ibnu Hisyam).
4)      Jam’ul Jawami’.
5)      Al-Badrul Munir.
6)      As-Syarhul Kabir (ar-Rafi’i)
7)      Al-Minhaj (An-Nawawi).
8)      Hadits Arbain.
9)      Al-Waraqat (Ushul).
10)   Al-Lamhatul Badriyah (Nahwu).
b.    Sistem Pengajaran
Sistem pengajaran pada masa Mamluk ialah dengan menghafal matan-matan,
meskipun murid-murid tidak mengerti maksudnya, seperti menghafal matan
Ajrumiyah, matan Taqrib, matan Alfiyah, matan Sullan dan lain-lain. Setelah murid-
murid menghafal matan-matan itu barulah mereka mempelajari syarahnya, kadang-
kadang serta hasyiahnya. Dengan demikian pelajaran bertambah berat dan bertambah
sulit untuk menghafalnya.Selain itu, juga diterapkan sistem praktikum untuk
praktikum kimia dan kedokteran.18
c.       Lembaga Pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan pada masa Dinasti Mamluk yaitu:
1)      Masjid, di antaranya adalah masjid yang besar di Husainiyah bernama Jami’ Az-
Zahir.
2)      Madrasah, dalam madrasah diajarkan ilmu fiqhi dalam empat madzhab.

17
3)      Perpustakaan, berisi berbagai macam kitab dalam berbagai ilmu pengetahuan.
4)      Rumah sakit, dibangun oleh Qallawun yang terdapat bilik untuk tempat
praktikum kimia dan alat-alat kedokteran.
5)      Observatorium, sebagai pusat penelitian.
6)      Jami’ Al-Azhar, sebagai pusat pendidikan dan pengajaran Islam, memelihara
dan mengembangkan syariat Islam dan Bahasa Arab selama zaman pertengahan.

18
Mahmud Yunus. 1990. Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. Hal. 168

Salah satu anak Sultan an-Nashir bernama Sultan Hasan, mendirikan madrasah
yang besar yang termasyhur sampai sekarang, yaitu Jami’ Sultan Hasan. Selain itu,
banyak juga sultan-sultan Mamluk yang mendirikan bangunan-bangunan besar,
masjid-masjid dan madrasah-madrasah seperti:
1)      Barquq, ia mendirikan gedung-gedung besar dan madrasah besar yang
termasyhur sampai sekarang dengan nama Jami’ Barquq.
2)      Al-Muaiyad Syekh, ia mendirikan masjid yang besar bernama Jami’ Al-
Muaiyad.
3)      Qayutbai (873-902 H/ 1468-1496 M), ia membangun masjid-masjid dan
madrasah-madrasah, serta benteng-benteng dan jalan-jalan raya, di antara
bangunannya yang termasyhur ialah Jami’ Qayutbai.
4)      Al-Ghuri (906-922 H/ 1501-1516 M), ia juga banyak membangun gedung-
gedung, di antaranya Jami’ Al-Ghuri dan madrasah Al-Ghuriyah.19
D.      Zaman Kemunduran Dinasti Mamluk
Seperti halnya dinasti-dinasti yang lain, dinasti Mamluk juga mengalami pasang surut.
Setelah mengalami kemajuan dalam berbagai bidang, dinasti ini mengalami masa kemunduran
yang pada akhirnya membawa pada masa kehancuran. Faktor-faktor yang menyebabkan dinasti
mi mengalarni kemunduran dan kehancuran di antaranya adalah sebagai berikut:
1.      Faktor Internal
a.   Perebutan Kekuasaan
Pada masa penierintahan Qalawun, sultan Mamluk ke-8 melakukan perubahan
dalam pemerintahan, yaitu pergantian sultan secara turun menurun dan tidak lagi
memberikan kesempatan kepada pihak meliter untuk memilih sultan sebagai
pemimpin mereka. Di samping itu, Qalawun juga telah mengesampingkan kelompok
Mamluk Bahri sehingga makin lama pejabat dan Mamluk Bahriy semakin berkurang

18
dan digantikan oleh Mamluk Burjiy. Perpindahan kekuasaan ke tangan Marniuk
Burjiy membawa banyak perubahan gaya pernerintahan dalam dinasti ini.
Sistem baru yang diterapkan Qalawun ternyata telah menimbulkan kericuhan
dalam pemerintahan. Pada masa ini Qalawun mengalami dua kali turun tahta karena
perebutan kekuasaan dengan Kitbuga dan Najim al-Mansur Hisamudin. Pada 1382
M. Barquk al-Dzahir Saef al-Din dan Mamluk Burjiy berhasil merebut kekuasaan
dan tangan as-Salih Salahuddin, sultan terakhir dan keturunan Qalawun. Sejak saat
itulah mulai periode kekuasaan Mamluk Burjiy.
19
Mahmud Yunus. 1990. Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. Hal. 172

Ada pula seorang sultan yang lain yang tidak dapat berbahasa Arab sama sekali.
Adapun sultan yang memerintah pada tahun 1453 adalah orang yang tidak pandai
membaca dan menulis. Bahkan ada di antara sultan Mamluk burji yang bukan saja
buta huruf melainkan juga gila. Seorang sultan lainnya yang dibeli seharga lima
puluh dinar, telah mengorek mata dan dipotong lidahnya karena gagal mengubah
logam rongsokan menjadi emas.20
b.      Kemewahan dan Korupsi
Sejak pemerintahan Qalawun, pola hidup mewah telah menjalar di kalangan
penguasa istana, hahkan di kalangan para amir. Hal mi membuat keuangan negara
sernakin merosot dan untuk mengatasinya, pendapatan dan sektor pajak dinaikkan
sehIngga penderitaan rakyat semakin bertambah. Di samping itu, perdagangan pun
semakin sulit, seperti komoditi utama dan Mesir yang selama mi yang selama mi
diperjualhelikan bebas oleh para petani, diambil alih oleh sultan-sultan dan
keuntungannya digunakan untuk berfoya-foya. Korupsi, baik banyak maupun sedikit
tidak hanya dilakukan oleh para sultan, namun para pejabat rendahan pun melakukan
hal yang sama.
Situasi ekonomi kerajaan yang sangat buruk diperparah oleh kebijakan politik
para sultan yang mementingkan din sendiri. Para sultan menaikkan pajak yang
tinggi, baik pada orang-orang muslim maupun non muslim, sebab pajaklah satu-
satunya jalan untuk mendapatkan penghasilan yang banyak guna membiayai
kegiatan pemerintahan, menggaji pegawai-pegawai, melengkapi istana-istana dengan
berbagai kemewahan dan membangun bangunan monumental.21
c.       Merosotnya Perekonomian

19
Sikap penguasa Dinasti Mamluk yang memeras pedagang membelenggu
kebebesan petani menyebabkan lunturnya gairah dan semangat kerja mereka.
Keadaan ini semakin memperburuk musim kemarau panjang dan wabah penyakit
menjalar di Negeri ini.
Selain itu, sejak Vasco da Gama menemukan Tanjung Harapan di tahun 1498 M,
jalur perdagangan dari Timur jauh ke Eropa yang asalnya melalui Kairo, berpindah
ke tempat itu. Hal ini berdampak besar pada pendapatan devisa Negara yang
selanjutnya melemahkan perekonomian.

20
Ajid Thohir. 2004. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: Graha Gratindo Persada. Hal.130
21
Philip K. Hitti. 2008. History of the Arabs Cet. I. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. Hal 695

2.      Faktor Eksternal
Penyebab Iangsung runtuhnya dinasti Mamluk adalah terjadinya peperangan dengan
tentara Turki Utsmani yang terjadi dua kali.[20] Pada tahun 1516 M, terjadilah
peperangan di Aleppo yang berakhir dengan kekalahan total tentara Mamluk. Setelah
menang di Aleppo, tentara Turki (Usmani malanjutkan perjalanannya untuk masuk ke
daerah Mesir yang dalam perjalanan mi terjadi lagi pertempuran yang sengit antara
tentara Turki Utsmani dengan tentara Mamluk.
Pertempuran ini terjadi ketika Mamluk diperintah oleh Tuman Bay II (al-Asyrof)
yang merupakan sultan terakhir dinasti Mamluk. Dengan demikian, berakhirlah
kekuasaan dinasti Mamluk di Mesir yang berlangsung cukup lama dan sebagai akibatnya
tampuk pemerintahan kekhalifahan dipindahkan dan Kairo ke Istambul. Kairo yang
sebelumnya menjadi ibi kota kerajaan, sekarang tidak lebih dan sebuah kota protinsi dan
kesultanan Turki Utsmani.

E.     Analisis
Dinasti Mamluk adalah dinasti yang berasal dari budak-budak atau hamba sahaya yang
pada mulanya mereka adalah orang-orang yang ditawan oleh penguasa Dinasti Ayyubiyah.
Dinasti Mamluk adalah kerajaan Islam yang mampu bertahan dari serangan Mongol dan Timur
Lenk serta mereka juga mampu memporak-porandakan tentara Salib. Dengan kemenangan itu
Dinasti Mamluk mampu menyatukan kembali Mesir dan Syam di bawah naungan Dinasti
Mamluk.
Dinasti Mamluk berkuasa kurang lebih selama 265 tahun yang dimulai pada tahun 1250
M sampai tahun 1517 M. Di mana jumlah sultannya sebanyak 47 sultan. System pemerintahan

20
dinasti ini bersifat oligarki militer dan ada juga yang bersifat turun temurun. Kerajaan Dinasti
Mamluk terbagi menjadi dua periode yaitu periode pertama dinamakan dengan Mamluk Bahri
yang berkuasa mulai tahun 1250 – 1389 M. Pada masa ini banyak sultan-sultan yang terkenal
diantaranya adalah Quruz, Baybars, Qalawun dan Nasir Muhammad bin Qalawun. Namun
diantara sultan-sultan tersebut yang paling lama memerintah adalah Baybars yang mampu
berkuasa selama tujuh belas tahun. Kemudian periode kedua yaitu Mamluk Burji yang
berkuasa mulai tahun 1389 – 1517 M. Pada masa ini Dinasti Mamluk mulai mengalami
kelemahan dikarenakan terjadi perang saudara dan huru-hara dan solidaritas antara militer
menurun, banyak penguasa Mamluk Burji yang bermoral rendah dan tidak menyukai ilmu
pengetahuan. Dari situlah salah satu faktor yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Mamluk dari
dalam, dan dari luar sendiri adanya tantangan baru dari kerajaan Usmani yang pada akhirnya
mengalahkan Dinasti Mamluk.
Sedangkan peradaban yang dapat pada Dinasti Mamluk yaitu diantara yaitu dalam
bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, dan pemerintahan. Dalam bidang ekonomi Dinasti
Mamluk membuka hubungan dagang dengan bangsa lain yaitu dengan Perancis dan Italia. Di
bidang ilmu pengetahuan setelah Baghdad hancur disebabkan adanya serangan tentara Mongol
banyak ilmuan-ilmuan asal Baghdad lari ke Mesir dari situlah ilmu-ilmu banyak berkembang
di Mesir. Ilmu-ilmu itu adalah sejarah, kedokteran, astronomi, dan ilmu agama.
Masa Mamluk adalah masa mengarang matan-matan yang pendek dan mengarang
syarahnya agar pelajar mudah menghafalnya. ilmu yang dikembangkan bangsa Arab saat itu
adalah astronomi, matematika, termasuk trigonomentri, ilmu kedokteran khususnya kedokteran
mata, bidang biografi dan sejarah.
Sistem pengajaran pada masa Mamluk ialah dengan menghafal matan-matan dan
praktikum. Lembaga-lembaga pendidikan pada masa Dinasti Mamluk yaitu masjid, madrasah,
perpustakaan, rumah sakit, obsevatorium dan Jami’ Al-Azhar. Madrasah-madrasah di Mesir
pada masa ini berjumlah 45 madrasah dan jumlah seluruhnya 70 madrasah beserta wilayah-
wilayah lain. Pada masa Dinasti Mamluk, muncul beberapa ulama terkenal dengan beberapa
karyanya yang masyhur di antaranya; Ibnu Khaldun, Ibnu Taimiyah, Jalaluddin al-Mahalli,
Jalaluddin as-Suyuthi dan lain-lain.
Dalam bidang pemerintahan kemenangannya atas Mongol mampu menyatukan kembali
Mesir dan Syam di bawah naungan Dinasti Mamluk. Dan pemerintahannya yang bersifat
oligarki militer merupakan warna baru dalam sejarah politik Islam. Dalam bidang
pemerintahan, kemenagan dinasti Mamluk atas Mongol di ‘Ayn Jalut menimbulkan harapan

21
baru bagi daerah sekitar sehingga mereka meminta perlindungan, menyatakan kesetian kepada
dinasti ini sehingga wilayah dinasti ini bertambah luas.
Pada intinya, sitem Oligarki Militer memberikan kemajuan bagi Mesir. Bahkan, dinasti
Mamluk juga membawa warna baru dalam sejarah politik Islam. Pemerintahan dinasti yang
bersifat oligarki militer dapat memberikan kemajuan-kemajuan.
Dinasti Mamluk pada dasarnya tidak menerapkan sistem turun-temurun terhadap orang
yang memegang jabatan sultan, sebab apabila sistem semacam itu diterapkan maka rasa
keadilan yang telah mengikat keutuhan solidaritas kalangan para mamluk dengan sendirinya
akan rusak dan menyebabkan terjadinya disintegrasi dalam kalangan mereka.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dinasti Mamluk adalah sebuah dinasti yang didirikan oleh para budak yang berasal dan
Turki yang dijadikan tentara oleh Malik as-Shalih Najamuddin Ayyub sebagai pengawal
kerajaan, akan tetapi mereka diberi kebebasan dan kesempatan yang luas untuk mencapai
kedudukan dalam jajaran militer. Mereka akhimya mendirikan suatu kelompok militer yang
terorganisir lalu kemudian merebut kekuasaan, sehingga menjadikan Syajarat al-Dur sebagai
orang pertama yang memegang jabatan sultan pada dinasti Mamluk.
Perwatakan pada sistem pemerintah dinasti Mamluk bersifat oligarki militer, kecuali
dalam waktu yang singkat ketika Qawalun (1280-1290 M) menerapkan pergantian khalifah
secara turun menurun. Padahal sitem Oligarki Militer memberikan kemajuan bagi Mesir.
Kedudukan Amir sangat penting, para Amir saling berkompetesi dalam prestasi karena mereka
merupakan kandidat sultan. Bahkan dinasti Mamluk juga membawa warna baru dalam sejarah
politik Islam. Pemerintahan dinasti yang bersifat oligarki militer dapat memberikan kemajuan-
kemajuan di capai dalam berbagai bidang, seperti konsiladasi pemerintahan, perekonomian,
dan Ilmu pengetahuan.
Peran dinasti Mamluk dalam menjaga peradaban di Mesir dibuktikan dengan kemajuan-
kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahannya. Pada masa dinasti Mamluk berkuasa
benyak kemajuan yang dicapai, hal tersebut memberikan sumbangan yang besar bagi
perkembangan dunia Islam. Adapun kemajuan yang dicapai pada saat itu adalah di bidang
militer, politik, ekonomi,pendidikan dan ilmu pengetahuan dan seni arsitektur. Pada masa
22
itulah banyak sekali ilmuan handal yang lahir dan memberi sumbangan pemikiran yang begitu
besar terhadap peradaban Islam
Kemunduran dinasti Mamluk dikarenakan berbagai faktor antara lain faktor internal yaitu
perebutan kekuasaan, kehidupan yang bermewa-mewahan dikalangan pemimpin, korupsi,
merosotnya sistem ekonomi. Dan faktor eksternal penyebab kemunduran dinasti Mamluk
adalah munsulnya gejolak politik baru yakni Turki usmani kemudian menguatnya Turki
Usmani dalam berbagai bidang sehingga dapat memukul mundur kekuatan dinasti mamalik
sampai menghancurkannya. Sehingga berakhirlah kekuasaan dinasti Mamalik.

DAFTAR PUSTAKA
Abd. Chair. 2010. Ensiklopedia Tematis Dunia Islam Khilafah. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
Ajid Thohir. 2004. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: Graha Gratindo
Persada.
Badri Yatim. 1998. Sejarah Peradaban Islam Cet. VII. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Badri Yatim. 1998. Sejarah Peradaban Islam Cet. VII. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Dedi Supriyad. 2005.  Sejarah Peradaban Islam cet. I. Bandung: Pustaka Setia.
Dedi Supriyadi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Dewan Redaksi Ensikiopedi Islam. 1993. Ensiklopedi Islam Cet. I. Jakarta: PT. Ikhtiyar Baru Van
floeve.
Harun Nasution. 1985. Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Mahmud Yunus. 1990. Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Hidakarya Agung.
Musyrifah Sunanto.2003.  Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Prenada Media.
Philip K. Hitti. 2008. History of the Arabs Cet. I. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.

23
24

Anda mungkin juga menyukai