Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN SEJARAH

Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut Tarikh, berasal dari akar kata ta’rikh
dan taurikh, yang menurut bahasa berarti ketentuan masa, pemberitahuan
tentang waktu, dan kadangkala kata tarikhusy-syay-i menunjukkan arti pada
tujuan masa berakhirnya suatu peristiwa. Sedang menurut istilah berarti
“Keterangan yang telah terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampau atau
pada masa yang masih ada. Sedangkan pengertian selanjutnya memberikan
makna sejarah sebagai catatan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian
masa silam yang diabadikan dalam laporan-laporan tertulis dan dalam ruang
lingkup yang luas, dan pokok dari persoalan sejarah senantiasa akan sarat
dengan pengalaman-pengalaman penting yang menyangkut perkembangan
keseluruhan keadaan masyarakat. Oleh sebab itu, menurut Sayid Quthub
“Sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa, melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa
itu, dan pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata, yang
menjalin seluruh bagian serta memberinya dinamisme waktu dan tempat”.

2. PENGERTIAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

Peradaban Islam merupakan terjemahan dari kata Arab al-Hadharah al-


Islamiyah. Kata Arab ini sering juga diartikan ke dalam bahasa Indonesia dengan
kebudayaan Islam. “Kebudayaan” dalam bahasa Arab adalah al-Tsaqafah”. Istilah
ini sering disamakan dengan kebudayaan,namun ada juga ilmuan yang
membedakannya. Menurut Koenjaraningrat, peradaban sering digunakan untuk
menyebut suatu kebudayaan yang memiliki sitem teknologi, seni rupa, seni
bangunan system kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian sejarah peradaban Islam yaitu


peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau yang diabadikan dimana pada
saat itu Islam merupakan pokok kekuatan dan alasan timbulnya suatu
kebudayaan yang memiliki sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem
kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.
3. PERIODISASI SEJARAH PERADABAN ISLAM

1) Periode Klasik (650-1250 M)

Era ini adalah masa kemajuan, keemasasn, dan kejayaan islam. Periode ini
dibagi menjadi dua fase yaitu fase ekspensi dan disintegrasi.

Fase ekspensi, fase ini berlangsung pada 650-1000 M dengan daerah


penyebaran Islam yang makin luas, melalui Afrika utara sampai ke Spanyol di
bumi bagian barat. Islam juga melalui Persia sampai ke India di bumi sebelah
timur.Di masa inilah perkembangan ilmu pengetahuan, agama, bahasa, dan lain-
lain mencapai puncaknya. Era ini juga menghasilkan ulama besar misal Imam
Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i dan Imam Ibn Hambal dalam bidang Fiqh.
Imam al-Asya’ri, Imam al-Maturidi, Wasil ibn ‘Ata’ , Abu Huzail, Al-Nazzam dan
Al-Jubba’i dalam bidang Teologi. Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami dan
alHallaj dalam bidang Tasawuf. Al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Miskawaih
dalam bidang Falsafat. Ibn Hayyam, al-Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi dalam
bidang Ilmu Pengetahuan. Faktor-faktor tersebut seperti mulai bertambahnya
jumlah pengusaha muslim, ilmuan muslim, organisasi Islam, dan jumlah umat
Islam yang juga kian bertambah. Terlebih lagi dengan banyaknya pengusaha
muslim, karena itu juga bisa menguatkan perekonomian umat.

Fase Disintegrasi,berbeda dengan fase ekspensi, fase ini merupakan fase


kemunduran islam, dimana keutuhan umat Islam dalam bidang politik mulai
pecah. Kekuasaan khalifah menurun dan akhirnya Baghdad dapat dirampas dan
dihancurkan oleh Hulagu Khan di tahun 1258 M, khalifah sebagai lambang
kesatuan politik umat Islam hilang. Kemunduran islam pada fase ini di sebabkan
oleh dua faktor yaitu eksternal dan internal.

a. Faktor Eksternal
Faktor ini muncul dari menuatnya materialisme, yaitu kegemaran
penguasa untuk menerapkan gaya hidup bermewah-mewahan. Adapun
korupsi, kolusi, nepotisme, dan dekadensi moral kian meraja lela di badan
pemerintahan.
b. Faktor Eksternal
Faktor ini muncul akibat ketidak puasan tokoh dan intelektual di
negaranya. Akibatnya mereka yang memiliki kapabilitas dan integritas
pindah ke Negara lain yang mengurangi sumber daya manusia terampil di
negara islam. Akibatnya, orang yang mengisi posisi pemerintahan
bukanlah orang-orang yang kompeten yang menyebabkan menurunnya
produktivitas.

2) Periode Pertengahan
a. Masa Kemunduran

Awal kemunduran peradaban Islam dimulai saat Bagdad, yang merupakan


ibu kota Bani Abbasiyah dan pusat peradaban Islam, diserang dan
dihancurkan oleh tentara Mongol pimpinan Hulagu Khan pada 1258. Tentara
Mongol pimpinan Hulagu Khan menyerang Bagdad setelah Khalifah Bani
Abbasiyah saat itu, Al-Mu'tashim, menolak menyerah. Invasi yang dilakukan
Hulagu Khan berlangsung brutal dan terjadi pembantaian lebih dari satu juta
penduduk Bagdad. Tindakan brutal ini menghancurkan peradaban Islam, baik
secara fisik, psikis, sosial, politi, dan kultural. Jatuhnya Bagdad ke tangan
bangsa Mongol bukan saja mengakhiri Kekhalifahan Abbasiyah, tetapi juga
menjadi awal kemunduran peradaban Islam karena pusat keilmuan Islam
telah hancur. Setelah menguasai Baghdad dan Persia, tentara Mongol
kemudian bergerak ke Mesir untuk menaklukkan Dinasti Mamluk atau
Mamalik yang saat itu berkuasa. Namun usaha tentara Mongol gagal dalam
pertempuran di Ain Jalut yang terjadi pada 15 Ramadhan atau 13 September
1260. Setelah itu, hingga 85 tahun kemudian, dunia Arab, dikuasai oleh
bangsa Mongol di bawah pemerintahan Dinasti Ilkhan, yang kehadirannya
semakin membawa kehancuran dan kemunduran dunia Islam.

a) Dinasti Ilkhan

Di masa suram peradaban Islam, ada penguasa Dinasti Hulagu Khan


atau Dinasti Ilkhan yang memperhatian ilmu pengetahuan, yaitu Mahmud
Ghazan (1295-1305). Mahmud Ghazan adalah Raja Ilkhan pertama yang
beragama Islam, sehingga mau membangun kembali peradaban Islam
dengan mendirikan beberapa perguruan tinggi untuk mazhab Syafi'i dan
Hanafi. Selain itu, Mahmud Ghazan juga membangun perpustakaan,
laboratorium penelitian, dan beberapa gedung umum lainnya. Meski
demikian, Dinasti Ilkhan pada akhirnya terpecah menjadi beberapa
kerajaan kecil, seperti Kerajaan Jaylar di Baghdad, Kerajaan Salghari di
Fars, dan Kerajaan Muzaffari. Menjelang akhir abad ke-14, Dinasti Ilkhan
berada di bawah kekuasaan Timur Lenk, yang lebih kejam dari
pendahulunya dan selalu melakukan penaklukan dengan pembantaian
serta menghancurkan fasilitas-fasilitas Islam.

b) Peradaban Islam Mesir dan Spanyol

Pada masa Abad Pertengahan Islam, peradaban Islam di Mesir dikuasai


oleh Dinasti Mamluk, yang mengalami kemajuan di berbagai bidang, mulai
dari ekonomi, ilmu pengetahuan, budaya, filsafat, dan arsitektur.
Perkembangan ilmu pengetahuan ini kemudian melahirkan beberapa
ilmuwan besar, seperti Ibnu Khaldun, Ibnu Khalikan, Ibnu Taghribardi,
Nasir Al-Din Al-Tusi, Abu Al-Faraj, Abu Hasan Ali Al-Nafis. Meski tercatat
pernah menghancurkan tentara Mongol dan pasukan Salib, dinasti ini
akhirnya hancur. Sikap pemimpin dan gaya hidup yang royal serta tidak
memperhatikan pada perkembangan kerajaan membuat Dinasti Mamluk
runtuh. Di Spanyol, peperangan terjadi antara dinasti-dinasti Islam
dengan raja-raja Kristen. Ketika dinasti-dinasti islam sibuk berseteru, raja-
raja kristen bersatu, sehingga para penguasa islam pun dikalahkan. Pada
awal abad ke-17, kejayaan Islam di Spanyol pun resmi berakhir.

b. Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800)

Periode ini biasa disebut masa tiga kerajaan besar, yang berdiri sebagai
simbol kebangkitan peradaban Islam setelah runtuhnya Bagdad. Pada Abad
Pertengahan, Islam bukan hanya mundur dalam segi kekuatan militer dan
wilayah, tetapi juga dalam hal ilmu pengetahuan. Karena itu, pada fase
kemunduran, tidak ada sosok cendekiawan dan ilmuwan muslim yang
berhasil tampil mengagumkan, sebagaimana para pelopor kejayaan Islam di
era Klasik. Adapun tiga kerajaan besar pada masa ini yaitu:

a) Turki Utsmani (1288-1924),

Kesultanan Utsmani berawal dari keturunan suku Kabilah di


Turkmenistan pada abad ke-12, yang merupakan pengembara dari
Kurdistan ke Anatolia. Pengembara tersebut dipimpin oleh raja Erthugrul
dan anaknya, Usman I, yang pindah untuk menghindari serangan dari
Mongol di bawah pimpinan Jenghis Khan. Raja Erthuugrul dan
rombongannya akhirnya tinggal di Kota Athlah, sebelah timur Turki dan
bergabung dengan Dinasti Saljuk. Kemudian mereka membantu dinasti
Saljuk melawan Romawi hingga memenangkan pertempuran. Atas
bantuan tersebut, Raja Erthugrul diberi hadiah sebidang tanah di barat
Anatolia yang berbatasan dengan Romawi. Ia juga diberikan kekuasaan
untuk meluaskan wilayahnya hingga mendekati Romawi. Setelah dinasti
Saljuk runtuh, Usman I mendeklarasikan berdirinya kerajaan Usmani di
Turki.
Masa kejayaan Kesultanan Utsmani dimulai saat Sultan Selim I
memerintah pada abad ke-16. Selim I fokus pada perluasan wilayah ke
selatan Turki. Ia juga berhasil menguasai Baghdad, Kairo dan sisa-sisa
kekuasaan Byzantium. Hingga abad ke-17. Kesultanan Utsmani menjadi
kerajaan Islam penting di Timur Tengah dan Semenanjung Balkan. Setelah
Selim I wafat dan digantikan oleh Sultan Suleiman I pada 1520, Kesultanan
Utsmani berhasil menguasai Lembah Sungai Nil hingga ke Gibrlatar. Kala
itu, hanya Maroko daerah yang tidak berhasil dikuasai. Kerajaan Usmani
dalam menjalankan roda pemerintahan sangat menghargai agama, dengan
bukti Suleiman I membuat undang-undang bagi rakyat dari berbagai
golongan. Selain itu, di masa kejayaannya Kesultanan Utsmani
mengedepankan sikap toleransi terhadap keberagaman agama. Di era
Suleiman I ajaran Islam berkembang pesat. Begitu pula dengan
kebudayaan, perdagangan, dan ilmu pengetahuan.
Kesultanan Utsmaniyah secara resmi berakhir pada 1922, ketika gelar
Sultan Utsmaniyah ditiadakan. Adapun beberapa penyebab dari
runtuhnya Kesultanan Utsmani adalah tidak berwibawanya Sultan yang
memerintah terutama di masa krisis Perang Dunia I dan terjadi banyak
penyimpangan terkait keuangan negara. Selain itu gaya hidup yang
mewah kalangan pembesar istana menjadi salah satu faktor runtuhnya
Utsmani. Setelah Gencatan Senjata Mudros (1918), sebagian besar wilayah
Utsmaniyah dibagi antara Inggris, Prancis, Yunani, dan Rusia. Turki
dinyatakan sebagai republik pada 29 Oktober 1923, ketika Mustafa Kemal
Ataturk (1881-1938), seorang perwira militer, mendirikan Republik Turki
yang merdeka.

b) Dinasti Safawiyah di Persia (1501-1736)

Kerajaan dan Dinasti Sawafi bermula dari gerakan tarekat Safawiyah


yang didirikan oleh Shafi Al-Din (1253-1334) di Azerbaijan. Dalam
perkembangannya mazhab ini memperoleh banyak pengikut, bahkan
sampai kepemimpinan Sadr al-Din Musa, yang menggantikan Shafi Al-Din.
Namun, gerakan tarekat Safawiyah mulai berubah pada pertengahan abad
ke-15, ketika dipimpin oleh cicit Sadr al-Din Musa yang bernama Syekh
Junayd. Syekh Junayd adalah figure yang haus kekuasaan, sehingga
mazhab safawiyah berubah menjadi militan danpengaruhnya mulai
meluaskan pada bidang politik dan militer. Safawiyah kemudian bergerak
ke wilayah Iran, hingga berhasil merebut iran dari pemerintahan
Timuriyah yang didirikan oleh Timur Lenk pada abad ke-14. Setelah
kemunduran dinasti Timuriyah, politik Iran telah terpecah, dan lahirlah
gerakan-gerakan keagamaan beraliran Syiah.

Di era pemerintahan Abbas I (1587–1629) kerajaan Safawi mengalami


masa kejayaan yang berhasil mengatasi gejolak politik dalam negeri dan
merebut beberapa wilayah. Pada puncak kejyaannya, kerajaan ini
menguasai wilayah yang sekarang dikenal sebagai Iran, Republik
Azerbaijan, Bahrain, Armenia, Georgia timur, sebagian Kaukasus Utara
termasuk Rusia, Irak, Kuwait, dan Afghanistan, serta sebagian Turki,
Suriah, Pakistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan.

Kemajuan juga dialami pada bidang ekonomi, yang ditandai dengan


penguasaan atas Kepulauan Hurmuz dan Pelabuhan Gumrun, yang diubah
menjadi Bandar Abbas. Hasilnya, Safawi menguasai perdagangan antara
Barat dan Timur. Kehidupan perekonomian kerajaan juga ditopang oleh
hasil pertanian yang melimpah. Pada bidang ilmu pengetahuan, dihasilkan
beberapa imuwan hebat dari era kerajaan Safawi, yakni Baha al-Dina al-
Syaerazi, Sadar al-Din al-Syaerazi, dan Muhammad al-Baqir Ibn
Muhammad Damad. Sedangkan kemajuan Kerajaan Safawi bidang
arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah, seperti
masjid, sekolah, rumah sakit, dan berbagai fasilitas publik.

Kemunduran kerajaan Safawi dirasakan setelah Abbas I turun takhta


pada 1628. Lantaran para pemimpin setelahnya kurang memperhatikan
kemajuan pemerintahan dan rakyatnya. Selain itu, kontroversi antara
golongan islam syiah dan sunni juga menjadi penyebab kerajaan
mengalami kemerosotan. Kemudian pada 1722, terjadi pemberontakan
Afghanistan yang dipimpin oleh Mir Mahmud, yang berhasil menduduki
ibu kota Isfahan. Pada 1729, Tahmasp II, sempat merebut istana Isfahan
dengan bantuan Jenderal Nadir dari suku Qazar di Rusia, dan merestorasi
kerajaan. Namun, pada 8 Maret 1736, Raja Abbas III akhirnya lengser, dan
sekaligus menandai runtuhnya Kerajaan Safawi.
c) Dinasti Mughal di India (1526-1857)

Kesultanan Mughal adalah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di


India dari abad ke-16 hingga abad ke-19. Meski bukan kerajaan Islam
pertama di India, kerajaan ini memberikan pengaruh yang besar terhadap
perkembangan Islam di tanah Hindu tersebut.

Zahiruddin Muhammad Babur adalah putra Umar Sheikh Mirza,


penguasa Ferghana, dan Qutlugh Nigar Khanum, keturunan Chagatai Khan,
anak Genghis Khan. Babur telah mewarisi daerah Ferghana dari ayahnya
dusianya yang masih 11 tahun, Sejak muda, ia telah berambisi
menaklukkan Samarkand, kota penting di Asia tengah kala itu. Babur
berhasil menaklukkan Samarkand pada 1494 M. dengan bantuan Raja
Ismail I dari Kerajaan Safawi,

Satu dekade kemudian, ia menduduki kekuasaan di Kabul, ibu kota


Afghanistan, dan segera memusatkan perhatiannya pada India. Saat itu,
India dikuasai oleh Ibrahim Lodi dari Kesultanan Delhi yang
pemerintahannya sedang tidak stabil. Kemudian Babur memimpin bala
tentaranya menuju Delhi sehingga terjadilah pertempuran Panipat I pada
21 April 1526 M. Dalam serangan itu. Brahim Lodi bersama ribuan
pasukannya meninggal dan tidak lama kemudian Babur mendirikan
Kesultanan Mughal.

Di bawah kendali Akbar, kesultanan ini tidak hanya maju di bidang


politik dan militer, tetapi juga di bidang ekonomi, pendidikan, arsitektur,
seni dan budaya, serta keagamaan. ejayaan yang diraih Akbar masih dapat
dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu Jahangir (1605-1628 M),
Shah Jahan (1628-1658 M) dan Alamgir atau Aurangzeb (1658-1707 M).
Pada periode ini, Kesultanan Mughal memiliki pertahanan militer yang
tangguh dansulit dikalahkan. Karena sistem pemerintahan yang
diterapkan Akbar juga membawa kemajuan dalam segala bidang lainnya.
Dalam bidang ekonomi, kesultanan Mughal berhasil mengembangkan
program pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Selain untuk
kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu juga diekspor ke Eropa,
Afrika, Arabia, dan Asia tenggara, bersamaan dengan hasil kerajinan
seperti kain tenun serta kain tipis berbahan gordyin yang banyak
diproduksi di Bengal dan Gujarat.
Pada masa pemerintahan Aurangzeb, pajak dihapuskan, harga bahan
pangan diturunkan,dan korupsi diberantaskan. Kesultanan Mughal
menjadi Negara adikuasa yang menguasai perekonomian dunia selama
satu setenah abad, mengalahkan dinasti Qing di China dan Eropa barat.
Awal abad ke-18, wilayah kekuasaannya membentang dari Bengal di
Timur ke Kabul dan Sindh di Barat, Kashmir di utara ke lembah Kaveri di
selatan. Diperkirakan penduduknya saat itu mencapai 150 juta jiwa, atau
sekitar seperempat dari populasi dunia saat itu. Dengan berbagai
pencapaian itu, Mughal dapat dianggap sebagai salah satu kekaisaran
terbesar di dunia kala itu.

Setelah satu setengah abad berada dalam kejayaannya, Kesultanan


Mughal mulai mengalami kemunduran. Sepeninggal Aurangzeb, para
penerus kerajaan tersebut tidak sanggup mempertahankan kebesaran
para pendahulunya. Militer dan pertanian merupakan bidang yang
menjadi tumpuan kebesaran Mughal tidak lagi dikembangkan. Kejayaan
Mughal pun secara perlahan hilang akibat satu per satu daerah
kekuasaannya melepaskan diri dan mendirikan kerajaan baru. Memasuki
pertengahan abad ke-19, Inggris telah mengendalikan sebagian besar
wilayah kekuasaan Mughal. Mughal, Bahadur Shah II, yang merupakan
raja terakhir kesultanan yang hanya memiliki otoritas atas kota
Shahjahanabad, akhirnya diturunksn secara paksa setelah pemberontakan
India pada 1857.  Bahadur Shah II kemudian diasingkan ke Myanmar oleh
Inggris, ini berarti berakhirnya sultanan Mughal.

4. PERIODE MODEREN (1800-sekarang)


Masa modern dimulai sejak 1800 M sampai sekarang. Pada masa
ini ummat islam mulai sadar akan kelemahandirinya dan memiliki
dorongan untuk memperoleh kemajuan. Pada masa ini islam mulai
berkembang baik dalam bidang pendidikan, politik, perdagangan,
bahkan sampai ke kebudayaan. Adapun inspirasi kebangkitan islam
yaitu pada saat Napoleon Bonaparte menduduki Mesir di tahun 1798 M.
walaupun Napoleon Bonaparte menduduki Mesir tidak berlangsung
lama, namun hal tersebut meninggalkan kesan yang mendalam bagi
ummat islam tentang kemajuan Eropa dan ketertinggalan peradaban
kaum musli. Sehingga kaum muslim memiliki dorongan untung
melakukan perubahan dan moderenisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Zubaidah, S. (2016). Sejarah Peradaban Islam, Nasution, S. (2013). Sejarah


Peradaban Islam, https://eprints.umm.ac.id,
https://tirto.id/,https://www.kompas.com/

Anda mungkin juga menyukai