Anda di halaman 1dari 6

PERIODISASI SEJARAH ISLAM

SEJARAH ISLAM DIBAGI MENJADI 3 PERIODE YAITU :

1. Periode Klasik (650-1250 M), merupakan zaman kemajuan.


Periode klasik, yang dimulai sejak Rasulallah SAW. Menyampaikan seruannya sampai masa
runtuhnya Dinasti Abbasiyah pada tahun 656 H/1258 M. Cirinya ialah tanpa menutup mata
terhadap adanya dinasti-dinasti kecil, Dinasti Umaiyah Barat yang berkedudukan
diAndalusia dan interengum (masa peralihan pemerintahan) Dinasti Fatimah di Mesir, masih
ada satu kekuasaan politik yang kuat dan disegani. Dalam periode klasik inilah umat Islam
mencapai prestasi-prestasi puncak di bidang kebudayaan.
Periode ini dibagi dua fase:

Fase ekspansi, integrasi, dan puncak kemajuan (650-1000 M).


Pada periode klasik (650-1250 M), Islam mengalami dua fase penting:
Fase ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan (650-1000 M). Di fase inilah Islam di bawah
kepemimpinan para khalifah mengalami perluasan pengaruh yang sangat signifikan, kearah
Barat melalui Afrika Utara Islam mencapai Spanyol dan kearah Timur melalui Persia Islam
sampai ke India. Masa ini juga ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan (di bidang
agama maupun non agama) dan kebudayaan. Dalam bidang hukum dikenal para imam mazhab
seperti Malik, Abu Hanifah, Syafii, dan Ibn Hanbal. Di bidang teologi dikenal tokoh-tokoh
seperti Abu Hasan al-Asyari, al-Maturidi, Wasil ibn Atha al-Mutazili, Abu al-Huzail, al-
Nazzam dan al-Jubai. Di bidang ketasawwufan dikenal Dzunnun al-Misri, Abu Yazid al-
Bustami, al-Hallaj dan lainnya lagi. Sementara dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan kita
mengenal al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Miskawaih, Ibn al-Haytsam, Ibn Hayyan, al-
Khawarizmi, al-Masudi dan al-Razi;

Fase disintegrasi (1000-1250 M) yang ditandai dengan perpecahan dan kemunduran politik
umat Islam hingga berpuncak pada terenggutnya Baghdad oleh bala tentara Hulagu di tahun
1258 M.

2. Periode pertengahan (1250-1800 M)


Periode pertengahan yang dimulai sejak runtuhnya Dinasti Abbasiyah sampai abad ke-11
H/17 M. Ciri-cirinya ialah kekuasaan politik terpecah-pecah dan saling bermusuhan.
Osmanli Turki, Mamluk Mesir, Umaiyah Barat di Andalusia, Mamluk India, dan berdirinya
kerajaan-kerajaan Muslim yang berdaulat sendiri-sendiri. Dapat dibaca juga dalam dua fase
penting: Fase kemunduran (1250-1500 M) yang penuh diwarnai perselisihan yang terus
meningkat dengan sentiman mazhabiyah (antara Sunni dan Syiah) maupun sentimen etnis
(antara Arab dan Persia). Pada masa inilah dunia Islam terbelah yang kemudian diperparah
dengan meluasnya pandangan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Sementara perhatian
terhadap dunia ilmu pengetahuan melemah, kekuatan Kristen (dimana Perang Salib telah
dimaklumatkan oleh Paus Urbanus II sejak dalam Konsili Clermont tahun 1095 M) justru
kian menekan dunia Islam;
Fase tiga kerajaan besar (1500-1800 M). Pada masa kejayaannya, masing-masing kerajaan ini
memiliki keunggulan khas di bidang literatur dan arsitektur sebagaimana terlihat melalui
keindahan masjid-masjid dan bangunan lainnya yang lahir ketika itu. Sedangkan perhatian
pada riset ilmu pengetahuan masih terbilang sangat kurang sehingga turut memberi kontribusi
pada menurunnya kekuatan militer sekaligus politik umat Islam. Sisi lain, dunia Kristen dengan
kekayaan yang terus berlimpah yang diangkut dari Amerika dan Timur Jauh semakin maju baik
dalam bidang ilmu pengetahuan dan kekuatan militernya.

3. Periode Modern (1800-sekarang), merupakan periode kebangkitan umat Islam.

A. Keultanan Umani
Didirikan oleh Usman, putra Artogol dari kabilah Oghuz di Mongol. Awalnya datang ke Turki
untuk meminta suaka politik kepada penguasa Seljuk dari serangan tentara Mongol. Usman
dipercaya menjadi panglima perang Dinasti Seljuk menggantikan ayahnya. Setelah Sultan
Alauddin wafat, Usman mengambil alih kekuasaan, sejak itu berdirilah Dinasti Usmani
Dinasti Usmani berbentuk kesultanan yang beribukota di Istanbul, Turki. Berasal dari suku
bangsa pengembara yang bermukim di wilayah Asia Tengah, salah satunya suku Kayi. Usman
bergelar Pedisyah Al-Usman, dibawah kepemimpinannya wilayah kesultanan semakin luas
dengan menaklukan beberapa wilayah, seperti Azmir (1327 M), Tharasyanli (1356 M),
Iskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Galipoli (1356 M). Pada masa pemerintahan
Muhammad Al-Fatih Kesultanan Usmani mengalami puncak kejayaan, dan dapat menaklukan
wilayah Byzantum serta Konstantinopel (1453 M).

1. Pemerhan dan Militer


Tingkatan paling tinggi dipegang oleh Sultan, tingkat kedua perdana menteri atau Sadrazan,
tingkat ketiga gubernur atau Pasya, tingkat keempat bupati atau As-sawaziq atau Al-alawiyah
Sistem pemerintahan dan kekuasaan militernya berjalan baik. Muncul kelompok elite militer
yang disebut janissary atau inkrisyriyah pada masa Orkhan bin Usman, kelompok ini
merupakan kelompok penghancur negeri non-muslim.
2. Pengetahuan dan Budaya
Terjadi akulturasi dari beberapa negara seiring dengan meluasnya wilayah, yaitu kebudayaan
Persia, Byzantium, dan Arab. Rakyat Usmani mengambil ajaran tentang etika dan tat krama
dari kebudayaan Persia, organisasi dan kemiliteran dari Byzantum, dan ilmu arsitektur dari
Arab. Dari ilmu arsitektur tersebut, berdirilah berbagai masjid yang bagus serta kaligrafi indah
3. Agama
Muncul dua aliran tarekat, yaitu Bektsyi yang banyak pengaruhnya dibidang militer, dan
Maulawiyah yang banyak pengaruhnya di lingkungan pejabat pemerintahan

B. Kerajaan Safawi
Didirikan oleh Syah Ismail pada 907 H/1500 M di Tabriz, Persia (Iran). Awalnya sebuah
gerakan tarekat yang bernama Safawiyah yang menjadi gerakan politik, dipimpin oleh Syekh
Safifuddin Ishaq. Gerakan ini memasuki wilayah politik dan pemerintahan karena merupakan
tarekat militer yang para pengikutnya berkeinginan memainkan peran politik untuk
memperkokoh kekuasaannya. Kegiatan politik dipertajam pada pemerintahan Ismail, sehingga
Ismail dianggap sebagai pendiri Kerajaan Safawi. Dibentuk semacam kesatuan tentara agama
atau Qizilbasy (si kepala merah) pada pemerintahan Haidar
Ismal menerapkan Syiah Isra Asyariah sebagai agama negara. Sebelumnya Persia berada di
bawah kekuaaan Suni, maka ia mendatangkan ulama Syiah dari Iraq, Bahrein, dan Libanon
untuk tujuannya. Program ini mengalami pertentangan yang berat, karena tidak mudah
mengubah ideologi rakyat dari Suni ke Syiah. Banyak pula sastrawan dan ulama Suni yang
dibunuh demi penerapan Syiah ini. Syah Ismail terus melanjutkan penaklukan sampai ke
seluruh Iran, Heart maupun Diyarbakr (Turki), dan Baghdad dengan dukungan pasukan
Qizilbasy.
Pada masa pemerintahan Syah Abbas (1588-1629) Kerajaan Safawi mengalami puncak
keemasaan. Tidak hanya meredam konflik internal dan merebut wilayah yang melepaskan diri,
tetapi Syah Abbas juga mampu melebarkan wilayahnya ke Tabriz, Sirwan, dan kep.Harmuz,
bahkan pelabuhan Bandar Abbas. Syah Abbas ingin melepaskan diri dari ketergantungan
dukungan kekuatan militer Qizilbasy, maka ia membentuk kekuatan militer yang terdiri dari
budak Kaukakus dan Georgia. Strategi ini berhasil mengusir kekuatan Uzbek di Khirazan pada
tahun 1598.
1. Pemerintahan dan Politik
Terbagi secara horozontal, yaitu didasarkan pada garis kesukuan atau kedaerahan, dan
pembagian secara vertikal, yaitu mencakup dua jenis, istana (dargah) dan sekretariat negara
(divan atau mamalik). Penyelenggaraan negara dipercayakan kepada para amir (kepala suku)
tingkat atas dan wazir (menteri) yang tergabung dalam suatu dewan (jangi). Terdapat lembaga
yang tercakup dalam dewan tersebut (majelis nivis) yang terdiri dari sejarawan istana,
sekretaris pribadi Syah, dan kepala intelejen
2. Ekonomi
Ekonomi dikendalikan langsung oleh pusat. Banyak memperkuat di bidang pertanian dengan
memperbanyak pengalihan tanah negara menjadi tanah raja. Pertumbuhan ekonominya
semakin baik karena stabilitas keamanan yang dinamis dan situasi dalam negeri yang terkendali.
Pelabuhan Bandar Abbas menjadi jalur perdagangan antara Timur dan Barat sehingga sektor
perdagangan semakin maju. Di bidang pertanian mengalami kemajuan terutama di daerah
Bulan Sabit yang subur
3. Ilmu Pengetahuan
Didirikan lembaga pendidikan Syiah oleh Syah Abbas, yaitu sekolah teologi untuk lebih
memantapkan akan aliran Syiah. Beberapa nama ilmuwan, sastrawan, dan sejarawan Safawi
antara lain, Muhammad bin Husain Al-Amili Al-Jubai, Muhammad Baqir Astarabadi, Sarudin
Muhammad bin Ibrahim Syirazi, dan Muhammad Baqir Majlisi.
4. Bangunan dan Seni
Kantor, masjid, rumah sakit, dan jembatan raksasa dibangun dengan gaya arsitektur yang indah.
Di bidang seni, terlihat dalam kegiatan dan hasil dari kerajinan tangan, keramik, karpet, dan
seni lukis.
C. Kerajaan Mogul
Didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M) di India. Babur diwarisi daerah Ferghana dari
ayahnya ketika berusia 11 tahun. Berdirinya Kerajaan Mogul di India menimbulkan serangan
dari Kerajaan Hindu, serangan ini dapat dikalahkan oleh Babur. Babur memerintah selama 30
tahun, setelah wafat digantikan putranya, Humayun yang hanya memerintah selama 9 tahun
karena kondisi dalam negeri tidak aman dengan munculnya pemberontakan. Humayun
meninggal dan digantikan oleh anaknya yang berusia 14 tahun, Akbar. Urusan pemerintahan
diserahkan kepada Bairam Khan. Ketika Akbar dewasa, ia memperluas wilayah dengan
menaklukan daerah Chundar, Ghond, Orisa, dan Asingah. Pemerintahan dijalankan secara
militeristik, pemimpin daerah dipimpin ileh seorang komandan (sipah saleh). Terjadi kemajuan
di berbagai bidang, misalnya ekonomi dan pertanian, yang dipacu oleh stabilitas politik yang
aman dan pemerintahan yang stabil. Karya Malik Muhammad Jayadi yang berjudul Padmayat
menjadi karya sastra yang paling menonjol. Demikian juga pembangunan masjid indah dan
megah yang berlapis mutiara yang disebut Taj Mahal.

TOKOH-TOKOH PADA MASA KEJAYAAN ISLAM

Tokoh-Tokoh pada Masa Kejayaan Islam


Banyak sekali tokoh Islam yang memiliki keahlian dalam berbagai bidang ilmu. Di sini akan dijelaskan
sebagian biografi beberapa tokoh secara singkat. Selanjutnya, tokoh-tokoh yang tidak dijelaskan
biografinya, bisa dicari melalui buku-buku lain yang membahasnya. Berikut ini tokoh-tokoh muslim
yang telah menyumbangkan karyanya untuk peradaban umat manusia.

1. Ibnu Rusyd (520595 H)

Ibnu Rusyd

Ibnu Rusyd merupakan salah satu tokoh pada masa kejayaan Islam. Nama lengkapnya Abu Al-Walid
Muhammad Ibnu Rusyd, lahir di Cordova (Spanyol) pada tahun 520 H. dan wafat di Marakesy
(Maroko) pada tahun 595 H. Beliau menguasai ilmu fiqh, ilmu kalam, sastra Arab, matematika, fisika
astronomi, kedokteran, dan filsafat. Karya-karya beliau antara lain: Kitab Bidayat Al- Mujtahid (kitab
yang membahas tentang fiqh), Kuliyat Fi At-Tib (buku tentang kedokteran yang dijadikan pegangan
bagi para mahasiswa kedokteran di Eropa), Fasl al-Magal fi Ma Bain Al-Hikmat wa Asy-Syariat. Ibnu
Rusyd berpendapat antara filsafat dan agama Islam tidak bertentangan, bahkan Islam menganjurkan
para penduduknya untuk mempelajari ilmu Filsafat.

2. Al-Ghazali (450505 H)

Al-Ghazali

Al-Ghazali merupakan salah satu tokoh pada masa kejayaan Islam. Nama lengkapnya Abu Hamid al-
Ghazali, lahir di Desa Gazalah, dekat Tus, Iran Utara pada tahun 450 H dan wafat pada tahun 505 H
di Tus juga. Beliau dididik dalam keluarga dan guru yang zuhud (hidup sederhana dan tidak tamak
terhadap duniawi). Beliau belajar di Madrasah Imam AI-Juwaeni. Setelah beliau menderita sakit,
beliau ber-khalwat (mengasingkan diri dari khalayak ramai dengan niat beribadah mendekatkan diri
kepada Allah Swt.) dan kemudian menjalani kehidupan tasawuf selama 10 tahun di Damaskus,
Jerusalem, Mekah, Madinah, dan Tus. Adapun jasa- jasa beliau terhadap umat Islam antara lain
sebagai berikut.

1. Memimpin Madrasah Nizamiyah di Bagdad dan sekaligus sebagai guru besarnya.


2. Mendirikan madrasah untuk para calon ahli fiqh di Tus.
3. Menulis berbagai macam buku yang jumlahnya mencapai 288 buah, mengenai
tasawwuf, teologi, filsafat, logika, dan fiqh.
Di antara bukunya yang terkenal, yaitu Ihya 'Ulum ad-Din, yakni membahas masalah-masalah ilmu
akidah, ibadah, akhlak, dan tasawwuf berdasarkan al- Qur'an dan hadis. Dalam bidang filsafat, beliau
menulis Tahafut al-Falasifah (tidak konsistennya para filsuf). Al-Ghazali merupakan ulama yang
sangat berpengaruh di dunia Islam sehingga mendapat gelar Hujjatul Islam (bukti kebenaran Islam).

3. AI-Kindi (805873 M)

AI-Kindi

Al-Kindi merupakan salah satu tokoh pada masa kejayaan Islam. Nama lengkapnya Yakub bin Ishak
AI-Kindi, lahir di Kufah pada tahun 805 M dan wafat di Bagdad pada tahun 873 M. AI-Kindi termasuk
cendekiawan muslim yang produktif. Hasil karyanya di bidang-bidang filsafat, logika, astronomi,
kedokteran, ilmu jiwa, politik, musik, dan matematika. Beliau berpendapat, bahwa filsafat tidak
bertentangan dengan agama karena sama-sama membicarakan tentang kebenaran. Beliau juga
merupakan satu-satunya filosof Islam dari Arab. Ia disebut Failasuf al-Arab (filosof orang Arab).

4. AI-Farabi (872950 M)
AI-Farabi

Al-Farabi merupakan salah satu tokoh pada masa kejayaan Islam. Nama lengkapnya Abu Nashr
Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Uzlag AI-Farabi, lahir di Farabi Transoxania pada tahun 872 M dan
wafat di Damsyik pada tahun 950 M. Beliau keturunan Turki. Al-Farabi menekuni berbagai bidang
ilmu pengetahuan, antara lain: logika, musik, kemiliteran, metafisika, ilmu alam, teologi, dan
astronomi. Di antara karya ilmiahnya yang terkenal berjudul Ar- Royu Ahlul al-Mad3nah wa aI-
Fad3lah (pemikiran tentang penduduk negara utama).

5. Ibnu Sina (9801037 M)

Ibnu Sina

Ibnu Sina merupakan salah satu tokoh pada masa kejayaan Islam. Nama lengkapnya Abu Ali AI-
Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina, lahir di Desa Afsyana dekat Bukhara, wafat dan dimakamkan di
Hamazan. Beliau belajar bahasa Arab, geometri, fisika, logika, ilmu hukum Islam, teologi Islam, dan
ilmu kedokteran. Pada usia 17 tahun, ia telah terkenal dan dipanggil untuk mengobati Pangeran
Samani, Nuh bin Mansyur. Beliau menulis lebih dari 200 buku dan di antara karyanya yang terkenal
berjudul Al-Qanun Fi At-Tibb, yaitu ensiklopedi tentang ilmu kedokteran dan Al-Syifa, ensiklopedi
tentang filsafat dan ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai