PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2 Ibid.16
1
penghujung abad 17.4 Zaman ini diawali dengan kemajuan
bidang politik tiga kerajaan besar yaitu : Usmaniyah,
Syafawiyah, dan Mughal di India. Kekuasaan Usmaniyah
meliputi Asia kecil, Eropa Timur sampai ke benten
B Rumusuan masalah
1. Mengetahui sejarah peradaban islam periode
pertengahan
2. Sejarah kerajaan safawi di Persia
3. Sejarah kerajaan mughal di india
4
Ibid.16
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
di zaman ini masih dapat dilihat di Istanbul,tibriz dan Isfahan
serta kota-kota lain di iran dan delhi. Kemajuan umat islam
pada zaman ini lebih banyak ketimbang periode klasik.Namun,
menarik untuk dikaji,karena kemajuan pada masa ini terwujud
setelah umat islam mengalami kemunduraan beberapa abad
lamanya.5
5
Harun nasution,pembaharuan dalam islam:sejarah,pemikiran dan
gerakan(Jakarta:bulan bintang,1992),hlm14
6
Sayid amir ali,the spirit of islam(new delhi:idarrat al-arabiyah,t.t.)
4
berhasil merebut serta mendudukinya. Di kota inilah Ismail
memproklamirkan dirinya sebagai Raja pertama Dinasti
Safawi. Ia disebut juga sebagai Ismail I. Dan Ismail inilah yang
dipandang sebagai pendiri yang pertama dari kerajaan
Safawiyah.
Ismail memerintah selama 23 tahun (1501 – 1524). Selama
sepuluh tahun pertama pemerintahannya, Ismail berhasil
memperluas wilayah pemerintahan sampai mencakup seluruh
wilayah Persia dan sebelah Timur Fertile Creshen. Pada tahun
1502 M, Ismail telah menduduki Sirwan, Azerbaijan dan Irak.
Pada 1503 M, ia menghancurkan sisa-sisa tentara Ak Koyunlu
di Hamadzan. Pada tahun 1504 Ismail menduduki Provinsi
Kaspia dari Mazandaran dan Curgan. Diyar Bakr ditaklukkan
pada tahun 1505 M, dan Baghdad jatuh ketangannya pada
tahun 1508 M. Pada tahun 1510 M ia menguasai Khurasan
setelah terlibat dalam pertempuran dengan Syaibani Khan, raja
Uzbek. Kemenangan beruntun itu merupakan sukses
mewujudkan kerajaan Safawi yang membentang dari Heart
(Harat) di Timur sampai Diyar Bark di Barat.
Bahkan tidak sampai di situ saja, ambisi politik mendorongnya
untuk terus mengembangkan wilayah kekuasaan ke daerah-
daerah lainnya seperti Turki Usmani. Ismail Berusaha merebut
dan mengadakan expansi ke wilayah kerajaan Usmani (1514
M) tapi dalam peperangan ini Ismail mengalami kekalahan,
Turki di bawah pimpinan Sultan Salim dapat menduduki
Tabris. Kerajaan Safawi terselamatkan dengan pulangnya
Sultan Usmani ke Turki, karena terjadi perpecahan di kalangan
5
militer Turki di negerinya “ kekalahan ini membuat Ismail I
berubah, ia lebih sering menyendiri, menempuh kehidupan
hura-hura dan berburu. Keadaan ini berdampak negatif pada
Kerajaan Safawi, hingga akhirnya terjadi persaingan dalam
merebut pengaruh untuk dapat memimpin, antara pimpinan
suku-suku Turki, pejabat, keturunan Persia dan Qizilbash”.
“Penyebab utama terjadi peperangan antara Safawi dan Usmani
menurut Syalabi adalah pemaksaan faham Syi’ah terhadap
mayoritas faham Sunni, dan lebih kejam Ismail I telah
membunuh ulama Sunni di daerah Irak. Sehingga turki merasa
terpanggil dengan kebiadaban Syi’ah”.
Sepeninggal Ismail I, permusuhan dengan Kerajaan Usmani
terus berlanjut, terjadi beberapa perang antara keduanya yaitu
pada masa Tahmasp 1 (1524-1576), Isamail II (1576-1577) dan
Muhammad Khudabanda (1577-1587) pada masa tiga Raja
Safawi mengalami kelemahan, karena sering berperang dengan
kerajaan Usmani yang lebih kuat, dan juga sering terjadi
pertentangan antara kelompok dari dalam kerajaan Safawi
sendiri.
Kerajaan Safawi bertahan lebih 2 abad dengan pemimpin
sebagai berikut:
1) Ismail I (1501-1524 M)
2) Tahmasap I (1524-1576 M)
3) Ismail II (1576-1577 M)
4) Muhammad Khudabanda ( 1577-1587 M)
5) Abbas I ( 1587-1628 M)
6) Safi Mirza (1628-1642 M)
6
7) Abbas II (1642-1667 M)
8) Sulaiman (1667-1694 M)
9) Husein I (1694-1722 M)
10) Tahmasap II (1722-1732 M)
11) Abbas III (1732-1736 M)
Usaha-usaha yang dilakukan oleh Abbas 1 merupakan puncak
kejayaan Kerajaan Safawi menjadi lebih kuat. Setelah itu
Abbas 1 mulai memusatkan perhatiaannya keluar dengan
berusah merebut kembali wilayah-wilayah kekuasaannya yang
hilang. Pada tahun 1578 M ia menyerang dan menaklukkan
Herat. Dari sana ia melanjutkan serangan merebut Marw dan
Balk. Setelah kekuatan terbina dengan baik, ia juga berusaha
mendapatkan kembali wilayah kekuasaannya dari Turki
Usmani.
1. Faktor Kemajuan safawiyah
Adapun kemajuan yang dicapai dalam kerajaan Safawiyah
adalah sebagai berikut:
a. Bidang Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah Islam bangsa Persia dikenal sebagai yang
berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika masa
kerajaan Safawi tradisi keilmuan itu terus berlanjut. Beberapa
tokoh Ilmuan yang terkenal antara lain: Bahauddin Syehrozi
seorang generalis ilmu pengetahuan, Muhammad Baqir bin
Muhammad Damad seorang Filsuf ahli sejarah, teolog dan
seorang yang pernah mengobservasi kehidupan lebah. Dalam
7
bidang ilmu pengetahuan dan sains Safawiyah lebih maju
daripada kerajaan lain pada masa yang sama.
Beberapa tokoh filsafat yang muncul pada masa Safawi antara
lain Mir Damad alias Muhammad Baqir Damad 1631 M yang
dianggap sebagai guru ketiga setelah Aristoteles dan Al-farabi,
dan Mulla Shadra atau Shadr Al-din Al-Syirazi. “Menurut amir
Ali ia adalah seorang dialektikus yang paling cakap di
zamannya”, dan Baha Al-Syerazi seorang generalis Ilmu
Pengetahuan. “Dalam pengembangan ilmu pengetahuan Syah
Abbas sendiri ikut aktif dalam penelitian ilmu-ilmu tersebut,
Kota Qumm pada saat itu menjadi pusat pengembangan
kebudayaan dan penyelidikan mazhab Syiah terbesar”
b. Bidang Ekonomi
Keberadaan stabilitas politik erajaan Safawi pada masa Abbas 1
ternyata telah memacu perkembangan perekonomian. Terlebih
setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gurmus
dirubah menjadi bandar Abbas. Dengan dikuasainya Bandar ini
maka salah satu jalur dagang laut anatara timur dan barat yang
biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Perancis
sepenuhnya menjadi milik kerajaan Safawi. Disamping bidang
perdagangan, kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan dalam
sektor pertanian terutama didaerah Sabit Subur (Fortile
Crescent)
c. Bidang Arsitektur dan Seni
Penguasa kerajan Safawi telah berhasil menciptakan Isfahan,
ibukota kerajaan menjadi kota yang sangat Indah. Dikota
Isfaham ini berdiri bangunan-bangunan besar dengan arsitektur
8
bernilai tinggi dan indah seperti masjid, rumah sakit, sekolah,
jembatan raksasa di atas Zende Rud, dan istana Chihil Sutun.
Disebutkan dalam kota Isfaham terdapat 162 masjid, 48
akademi, 1802 penginapan, dan 273 pemandian umum. Dalam
bidang kesenian, kemajuan tampak begitu kentara dalam gaya
arsitektur banguanan-banguananya, seperti terlihat pada masjid
Shah yang dibangun tahun 1611 M, dan masjid Syaikh
Lutfillah yang dibangun tahun 1603 M.
Demikianlah puncak kemajuan yang dicapai oleh Kerajaan
Safawi, kemajuan yang dicapainya membuat kerajaan ini
menjadi salah satu dari tiga kerajaan besar Islam yang disegani
oleh lawan-lawannya, terutama dalam bidang politik dan
militer. Kerajaan ini telah memberikan kontribusinya mengisi
peradaban Islam melalui kemajuan-kemajuan dalam bidang
ekonomi, ilmu pengetahuan, peninggalan seni dan gedung-
gedung bersejarah.
d. Bidang Politik
Masa kemajuan Kerajaan Safawi tidak langsung terjadi pada
masa Ismail, Raja pertama (1501-1524 M) kejayaan Safawi
yang gemilang baru di capai pada masa Syah Abbas yang
Agung (1587-1628 M) Raja yang kelima. Walaupun begitu,
peran Ismail sebagai pendiri Safawi sangat besar sebagai
peletak pondasi bagi kemajuan Safawi di kemudian hari. Dia
telah memberikan corak yang khas bagi Safawi dengan
menetapkan Syiah sebagai mazhab negara. Syah Ismail juga
telah memberikan dua karya besar bagi negaranya, yaitu
9
perluasan wilayah dan penyusunan struktur pemerintahan yang
unik pada masanya.
Seperti di katakan sebelumnya Safawi jaya pada masa Abbas I
(1587-1628). Syah Abbas yang Agung naik tahta pada usia 17
tahun. Ketika Abbas memerintah kerajaan Safawi berada dalam
keadaan tidak stabil. Syah Abbas menempuh beberapa langkah
untuk memperbaiki situasi tersebut, antara lain:
1) Menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan
Safawi dengan membentuk pasukan baru yang terdiri dari
bekas tawanan perang bekas orang-orang Kristen di Georgia
dan Circhasia yang sudah mulai di bawa ke Persia sejak Syah
Tahmasap I (1524-1576) di beri nama “ Ghulam”.
2) “Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani
dengan cara berjanji menyerahkan wilayah Azerbaizan,
Georgia dan sebagian wilayah Luristan, dan tidak akan
menghina tiga khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar,
Umar, Usman) dalam khutbah jum’atnya”
Secara politik Syah Abbas I sangat maju, karena ia mampu
mewujudkan integritas wilayah negara yang luas yang di kawal
oleh suatu angkatan bersenjata yang tangguh. Angkatan
bersenjata yang di sebut “ghulam”, dalam proses
pembentukannya di katakan bahwa Syah Abbas I mendapat
dukungan dari dua orang Inggris yaitu Sir Antoni Sherly dan
saudaranya Sir Rodet Sherly. Mereka mengajari tentara Safawi
untuk membuat meriam sebagai pelengkapan negara yang
modern. Kedatangan kedua orang Inggris itu oleh sebagian
sejarawan di pandang sebagai upaya strategi Inggris untuk
10
melemahkan pengaruh Turki Usmani di Eropa yang menjadi
musuh besar Inggris saat itu. Bagaimanapun dengan bantuan
dua orang Inggris itu Syah Abbas memiliki tentara dapat
diandalkan. Hal ini terbukti sekitar 3.000 Ghulam di jadikan
“Cakrabirawa” oleh Syah sendiri. Kemajuan lain di bidang
politik yang di tunjukkan Syah Abbas, yaitu keberhasilannya
merebut kembali daerah-daerah yang pernah di rebut Turki
Usmani.
11
Kerajaan Usmani, berdirinya Kerajaan Safawi yang beraliaran
Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah
kekuasaannya. Konflik antara kedua kerajaan tersebut
berlangsung lama, meskipun konflik itu pernah berhenti
sejenak ketika tercapai perdamaian antara keduanya pada masa
Raja Shah Abbas I, namun tak lama kemudian Abbas
meneruskan konflik tersebut, dan setelah itu dapat dikatakan
tida ada lagi perdamaian antara kedua kerajaan besar Islam itu.
2) Adanya dekadensi moral yang melanda sebagaian
para pemimpin Kerajaan Safawi.
3) Pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I
tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qilzibash
(baret merah) hal ini dikarenakan pasukan tersebut tidak
disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses pendidikan
rohani. Seperti yang di alami oleh pasukanQilzibash, sementara
anggota pasukan Qilzibash yang baru tidak memiliki militansi
dan semangat yag sam,a dengan anggota Qilzibash
sebelumnya.Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk
perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
12
memusatkan kekuasaan negara, tetapi tidak satu pun dari
mereka mencapai kekuasaan politik yang absolut, masing-
masing menghadapi problem pembentukan negara Islam di
dalam sebuah daerah yang sangat menonjol kultur Budha dan
Hindunya.Kerajaan Mughal berasal dari tentara
nomadik (penjelajah) dari Afghanistan sehingga
pemerintahan dijalankan oleh elit militer dan politisi.
Mereka terdiri dari para pembesar Iran, Afghanistan, Turki dan
India. Kerajaan ini berpusat di India dengan ibukota
pemerintahan di Delhi dan merupakan kelanjutan dari
Kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak perjuangan
panjang untuk membentuk sebuah kerajaan India yang
memusat, puncak dari usaha untuk membentuk sebuah kultur
Islam yang didasarkan pada sebuah sintesa antara warisan
bangsa Persia dan bangsa India, dan puncak dari
pergumulan antara identitas Persi-Indian dan identitas Islam
bagi negara dan masyarakat.7Di bawah Kerajaan Mughal inilah
pemerintahan muslim di India akhirnya diperkokoh. Walaupun
ada penaklukan baru di daerah Selatan, pusat kekuasaan
Mughal tetap di Utara, karena mereka datang dari Asia
Tengah ialah daerah seedaran pengaruh kebudayaan Turki-
Iran. Jika pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum
menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini justru bersinar
dan berjaya.
Raja-raja yang memimpin mughal:
1. Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530),
2. Nasirudin Humayyun (1530-1556)
13
3. Sultan Akbar Agung (1556-1605)
4. Jihangir (1605-1627)
5. Syah Jehan (1627-1658)
6. Aurangzeb (1658-1707)
7
Moh nurhakim,jatuhnyasebuah tamadun(menyingkapsejarah
kegemilangan dan kehancuran imperium khalifahislam) Jakarta
pusat:kementerian agama republic Indonesia Direktorat jendral pendidikan
islam,2012,hlm165
14
5.Kerajaan Mughal yang begitu luas, membuka peluang
terjadinya disintegrasi, karena pada masa itu sistem komunikasi
sangat buruk. Ketika kerajaan telah mencakup wilayah yang
sangat luas, kerajaan menjadi lemah8
6.Kelemahan ekonomi dan semua pewaris tahta kerajaan pasca
Aurangzeb merupakan orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan. Kemuduran politik Mughal sangat
menguntungkan bangsa-bangsa Barat untuk menguasai jalur
perdagangan. Akhirnya terjadilah persaingan antara India dan
Inggris, Portugis, Belanda dan Perancis yang dimenangkan oleh
Inggris. Banyak orang Inggris mendirikan perusahaan,
kemudian menjadi pabrik, dan tidak lama kemudian diubah
menjadi benteng pertahanan militer India-Inggris9
8
Akbar s ahmed,citra muslim(terj:nunding ram)Jakarta
erlangga,1990,hlm85
9
Akbar s ahmed,citra muslim(terj:nunding ram)Jakarta,
erlangga,1990,hlm86
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Yatim,Badri.Dr.M.A.2003.Sejarah Peradaban
Islam.(Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.
17