Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lajunya perkembangan pemikiran Islam sepanjang sejarah, karena
adanya sikap terbuka, toleran dan akomodatif kaum muslimin terhadap
hegemoni pemikiran dan peradaban asing, cinta ilmu, budaya akademik,
kiprah cendikiawan muslim dalam pemerintahan dan lembaga sosial
kemasyarakatan, berkembangnya aliran yang mengedepankan rasio dan
kebebasan berpikir, meningkatnya kemakmuran negeri-negeri Islam, dan
permasalahan yang dihadapi umat Islam dari masa ke masa semakin
kompleks dan memerlukan solusi. Semua bidang keilmuan dijadikan objek
kajian oleh para tokoh pemikir Islam, baik ilmu agama maupun ilmu
umum. Dari perkembangan pemikiran Islam ini berimplikasi pada
perkembangan peradaban Islam di seluruh penjuru dunia Islam. 1
Peradaban Islam yaitu suatu terjeamahan yang berasal sari kata Arab al-
Hadharah al-Islamiyyah. Kata Arab ini sering juga diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan Islam. “Kebudayaan”
dalam bahasa Arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga
dia Arab dan Barat, masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata
“kebudayaan” (Arab, al-Tsaqafah; Inggris, culture) dan “peradaban”
(Arab, al-Hadharah; Inggris civilization). Diantara semua daratan yang
luasnya sebanding dengan Semenanjung Arab, dan di antara semua bangsa
yang kepentingan dan makna historisnya sejajar atau mendekati bangsa
Arab, hanya bangsa Arab yang luput dari perhatian dan kajian serius di
masa modern ini. 2,3
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penulisan makalah ini yaitu :
1. Bagaimana mekanisme kemunduran dan kehancuran Kerajaan Safawi?
2. Bagaimana proses kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Mughal ?
3. Bagaiamana kemunduran pada Kerajaan Usmani ?

1
4. Bagaimana proses sehingga Eropa (Barat) mengalami kemajuan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan mekanisme
kemunduran dan kehancuran Kerajaan Safawi
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan proses kemunduran dan
Runtuhnya Kerajaan Mughal
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan kemunduran pada
Kerajaan Usmani
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan proses sehingga Eropa
(Barat) mengalami kemajuan
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan ini yaitu untuk menambah ilmu
pengeatahuan tentang Sejarah Peradaban Islam terkhususnya
kemunduran tiga kerajaan besar (1700-1800 M) yaitu Kerajaan Safawi,
Kerajaan Mughal dan Kerajaan Usmani serta Kemajuan Eropa (Barat).

2
BAB II
ISI

A. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi

(peta Kerajaan Safawi)


Kerajaan safawi (1502-1722 M) adalah kerajaan di Persia (sekarang Iran) dan
berdiri berdasarkan paham Syi’ah. Awalnya kerajaan Safawi berasal dari sebuah
gerakan tarekat di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Nama Safawi diambil dari
nama pendirinya yakni Shafi Al-din. Puncak kejayaan kerajaan Safawi yakni
pada masa kekuasaan Abbas I. Kemajuan pada kekuasaan Abbas mencakup
berbagai bidang, mulai dari bidang politik, pendidikan, ekonomi. 4,5
a. Politik : mengatasi berbagai permasalahan di dalam negeri dan merebut
kembali wilayah yang sebelumnya direbut oleh kerajaan lain pada masa
raja-raja sebelumnya. 5
b. Pendidikan : kegiatan keilmuan banyak diadakan di Majelis Istana, seperti
kajian teologi, sejarah dan filsafat. Dimana pakar ilmuan pada saat itu
adalah Bahr al-Din al- Syaerazi Ibnu Muhammad Damad yang merupakan
ahli bidang filosof, sejarah dan teologi. Hal ini menyebabkan kerajaan
Safawi jauh lebih berbasil dari dua kerajaan besar Islam lainnya. 4,5
c. Ekonomi : perkembangan pendidikan dalam bidang ekonomi, membuat
Kerajaan Safawi semakin maju. Dengan kemajuan ini, kepulauan

3
Hurmuuz dan pelabuhan Gumrun dijadikan sebagai jalur jagang laut
antara Timur dan Barat. Kerajaan Safawi menjadi pusat tujuan politik dan
ekonomi bagi negara Iran. Kemajuan lainnya dapat dilihat dari
peningkatan fasilitas berupa mesjid, sekolah, perguruan tinggi, dan lain-
lain. 4,5
d. Arsitektur : terlihat pada Masjid Shah yang dibangun tahun 1661 M dan
Masjid Syekh Luth Ailah yang dibangun tahun 1603 M. 4,5

(Masjid Shah)
e. Seni : terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet permadani
dan tenunan, dan lain-lain. Dalam bidang seni diayomi oleh seniman
Persia genius, Syah Ismail dan Syah Tahmasp. Dalam bidang seni kaligrafi
juga nampak nyata, kaligrafer yang menjadi pujaan Syah Abbas adalah Ali
Riza. Seni lukis miniature mencapai puncaknya dengan karya lukis yang
menggambarkan naskah sastra klasik dimana salah satu pelukisnya adalah
Firdausi. 4,5
f. Tarekat : tidak hanya dalam keagamaan tetapi dalam politik dan
pemerintahan 4

 Kerajaan Safawiyah Sepeninggal Abbas I


Salah satu penyebab kehancuran Kerajaan Safawiyah adalah retak
dan patahnya pilar-pilar agung penopang kemajuan yang dimiliki
Kerajaan Safawiyah pada masa jayanya secara perlahan-lahan. Bentuk-
bentuk institusi kenegaraan, kesukuan dan institusi keagamaan yang

4
sebelumnya diciptakan oleh Abbas I mengalami perubahan mencolok
pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18. Dimana pada abad 16-17
kerajaan Safawi memperkuat kekuasaan negara dan pembentukan
keagamaan kalangan Syiah, sedangkan pada periode berikutnya terjadi
kemunduran yang tajam bagi kerajaan Safawiah, kehancurannya yang
parah terjadi pada pasukan kesukuan, dan pelepasan islam syiah dari
kekuasaan negara.
Sepeninggal Abbas I Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh
enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M),
Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp (1722-1732
M), Dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut, kerajaan
Safawi tidak menunjukkan perkembangan, tetapi justru memperlihatkan
kemunduran yang membawa kehancuran.6

a b c

d e f
( a. Abbas I, b. Abbas II, c. Sulaiman, d. Husain, e. Tahmasp, f. Abbas III)
Safi Mirza, cucu Abbas I, merupakan seorang pemimpin yang lemah.
Ia sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifat

5
pencemburunya. Kemajuan yang pernah dicapai oleh Abbas I segera
menurun. Kota Qandahar (sekarang termasuk wilayah Aghanistan) dan
Baghdad lepas dari kekuasaan kerajaan Safawi, dimana kota Qandahar
diduduki oleh kerajaan Mughal yang ketika itu diperintah oleh Sultan Syah
Jehan, sementara Baghdad direbut oleh Kerajaan Usmani. Abbas II
merupakan raja yang suka minum minuman keras sehingga jatuh sakit dan
meninggal. Namun pada masa Abbas II kerajaan Safawi dapat merebut
kota Qandahar kembali. Sulaiman juga seorang pemabuk, pecandu berat
narkotik, selalu bertindak kejam kepada para pembesar yang dicurigainya
dan menyenangi kehidupan malam beserta harem-haremnya selama tujuh
tahun. Dalam 7 tahun ia juga tidak pernah menangani pemerintahan.
Akibatnya, rakyat bersikap masa bodoh/tidak peduli terhadap pemerintah.
Kondisi ini tentu saja menjadi hal buruk bagi masa depan kerajaan Safawi.
Shah Husein merupakan orang yang alim dan lemah, sehingga ia memberi
kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi’ah yang sering memaksakan
pendapatnya dan melakukan kekejaman terhadap penganut aliran Sunni.
Hal ini yang menyebabkan kemarahan golongan Sunni di Afghanistan,
sehingga mereka memberontak dan berhasil membawa kehancuran
terhadap kerajaan Safawi mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi. 6
Diantara 3 orang syah yang sempat memimpin kerajaan Safawi, yakni
Safi Mirza (1629-1642), Syah Abbas II (1642-1667 M), dan Syah Sulaiman
(1667-1694 M), hanya Syah Abbas II yang memiliki keperibadian seperti
Syah Abbas I, dimana ia dapat menahan laju penurunan kemajuan dari
kerajaan Safawi. 6
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran dan
kehancuran kerajaan Safawi, yakni :
a. Konflik yang berkepanjangan dengan Kerajaan Usmani. Bagi Kerajaan
Usmani, berdirinya Kerajaan Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan
ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik antara dua
kerajaan tersebut pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian
pada masa Shah Abbas I. Namun, tak lama Abbas meneruskan konflik

6
tersebut, dan tidak ada lagi perdamaian antara dua kerajaan besar Islam
itu.
b. Kurangnya moral para pemimpin kerajaan Safawi. Sehingga
mempercepat proses kehancuran kerajaan tersebut.
c. Rendahnya semangat perang oleh pasukan ghulam (budak-budak) yang
dibentuk oleh Abbas I yang beda seperti Qizilbash. Hal ini disebabkan
karena pasukan tersebut tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak
melalui proses pendidikan rohani seperti Qizilbash. Sementara itu,
anggota Qizilbash yang baru ternyata tidak memiliki militansi dann
semangat yang sama dengan anggota Qizilbash sebelumnya.
d. Sering terjadi konflik intern dalam perebutan kekuasaan di kalangan
keluarga istana. 6
Seorang putera Husein, bernama Tahmasp II dengan dukungan penuh
dari suku Qazar dari Rusia memproklamirkan dirinya sebagai raja yang sah
dan berkuasa di Persia dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad.
Tahmasp II bekerja sama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk
memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan. Maka
pada tahun 1729 M pasukan Nadir Khan memerangi dan dapat mengalahkan
raja Asyraf yang berkuasa di Isfahan dan Asyraf sendiri terbunuh dalam
peperangan tersebut. Dengan demikian Daulah Safawiyah berkuasa kembali
di Persia. Akan tetapi, tiga tahun kemudian Sultan Tahmasp II dipecat oleh
Nadir Khan, tepatnya pada bulan Agustus 1732 M, dan digantikan oleh
Abbas III (anak TahmaspII) yang ketika itu masih sangat kecil. Selanjutnya
empat tahun setelah itu, tepatnya tanggal 8 Maret 1736 M Nadir Khan
mengangkat dirinya sebagai Sultan menggantikan Abbas III. Dengan
demikian berakhirlah kekuasaan Daulah Safawiyah di Persia. 7

7
B. Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Mughal

Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada di puncak


kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan
kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-
18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran. Kekuasaan
politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat pusat menjadi
ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India tengah, Sikh di belahan
utara dan Islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam.
Sementara itu, para pedagang Inggris untuk pertama kalinya diizinkan
oleh Jehangir menanamkan modal di India, dengan didukung oleh
kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.Pada masa
Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintahan pusat memang sudah
muncul, tetapi dapat diatasi. Pemberontakan itu bermula dari tindakan-
tindakan Aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran
puritanismenya. Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak
mampu menghadapi problema yang ditinggalkannya. 2

Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan dipegang oleh


Muazzam, putra tertua Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di
Kabul. Putra Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Syah (1707-1712
M). Ia menganut aliran Syi’ah. Pada masa pemerintahannya yang berjalan
yang berjalan selama lima tahun, ia dihadapkan pada perlawanan Sikh
sebagai akibat dari tindakan ayahnya. Ia juga dihadapkan pada perlawanan
penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau memaksakan ajaran
Syi’ah kepada mereka.2

Setelah Bahadur Syah meninggal, dalam jangka waktu yang cukup


lama, terjadi perebutan kekuasaan di kalangan istana. Bahadur Syah
diganti oleh anaknya, Azimus Syah. Akan tetapi, pemerintahannya oleh
Zulfiqar Khan, putra Azad Khan, wazir Aurangzeb. Azimus Syah
meninggal tahun 1712 M an diganti oleh putranya, Jihandar Syah, yang

8
mendapat tantangan dari Farukh Siyar, adiknya sendiri. Jihandar Syah apat
disingkirkan oleh Farukh Siyar tahun 1713 M. 2

Farukh Siyar berkuasa sampai tahun 1719 M dengan dukungan


kelompok sayyid, tapi tewas di tangan para pendukungnya sendiri (1719
M). Sebagai gantinya diangkat Muhammad Syah (1719-1748 M). Namun,
ia dan pendukungnya terusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadir
Syah yang sebelumnya telah berhasil melenyapkan kekuasaan Safawi di
Persia. Keinginan Nadir Syah untuk menundukkan kerajaan Mughal
terutama karena menurutnya, kerajaan ini banyak sekali memberikan
bantual kepada pemberontak Afghan di daerah Persia. Oleh karena itu, ada
tahun 1739 M, dua tahun setelah menguasai Persia, ia menyerang kerajaan
Mughal. Muhammad Syah tidak dapat bertahan dan mengaku tunduk
kepada Nadir Syah. Muhammad Syah kembali berkuasa di Delhi setelah ia
bersedia member hadiah yang sangat banyak keada Nadir Syah. Kerajaan
Mughal baru dapat melakukan restorasi kembali, terutama setelah jabatan
wazir dipegang Chin Qilich Khan yang bergelar Nizam Al-Mulk (1722-
732 M) karena mendapat dukungan dari Marathas. Akan tetapi, tahun 1732
M, Nizam Al-Mulk meninggalkan Delhi menuju Hiderabat dan menetap di
sana. 2

Konflik-konflik yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan


terhadap daerah lemah. Pemerintahan daerah satu per satu melepaskan
loyalitasnya dari pemerintah pusat, bahkan cenderung memperkuat posisi
pemerintahannya masing-masing. Hiderabat dikuasai Nizam Al-Mulk,
Marathas dikuasai Shivaji, Rajput menyelenggarakan pemerintahan sendiri
di bawah pimpinan Jai Singh dari Amber, Punjab dikuasai oleh kelompok
Sikh. Oudh dikuasai oleh Sadat Khan, Bengal dikuasai Syuja’ Al-Din,
menantu Mursyid Qulli, penguasa Bengal yang diangkat Aurangzeb.
Sementara wilayah-wilayah pantai banyak yang dikuasai para pedagang
asing, terutama EIC dari Inggris. (Badri Yatim, 2014)

9
Desintegrasi wilayah kekuasaan Mughal ini semakin diperburuk
oleh sikap daerah, yang disamping melepaskan loyalitas terhadap
pemerintah pusat, juga mereka senantiasa melepaskan loyalitas terhadap
pemerintah pusat, juga mereka senantiasa menjadi ancaman serius bagi
eksistensi dinasti Mughal itu sendiri.Setelah Muhammad Syah meninggal,
tahta kerajaan dipegang oleh Ahmad Syah (1748-1754), kemudian,
diteruskan oleh Alamghir II (1754-1759 M), dan kemudian dilanjutkan
oleh Syah Alam (1761-1806 M). Pada tahun 1761 M, Kerajaan Mughal
tidak dapat bertahan dan sejak itu Mughal berada dibawah kekuasaan
Afghan, meskipun Syah Alam tetap diizinkan memakai gelar Sultan. 2

Ketika kerajaan Mughal memasuki keadaan yang lemah seperti ini,


pada tahun itu juga, perusahaan Inggris (EIC) yang sudah semakin kuat
mengangkat senjata melawan pemerintah Kerajaan Mughal. Peperangan
berlangsung berlarut-larut. Akhirnya, Syah Alam membuat perjanjian
damai dengan menyerahkan Oudh, Bengal, dan Orisa kepada Inggris.
Sementara itu, Najib Al-Daula, wazir Mughal dikalahkan oleh aliansi
Sikh-Hindu, sehingga Delhi dikuasai Sindhia dari Marathas. Akan tetapi,
Sindhia dapat dihalau kembali oleh Syah Alam dengan bantuan Inggris
(1803). Syah Alam meninggal tahun 1806 M. Tahta kerajaan selanjutnya
dipegang oleh Akbar II (1806-1837 M). Pada masa pemerintahan Akbar
memberi konsesi kepada EIC untuk mengembangkan usahanya di anak
benua India sebagaimana yang diinginkan Inggris, tapi pihak perusahaan
harus menjamin kehidupan raja dan keluarga istana. Dengan demikian,
kekuasaan sudah berada di tangan Inggris, meskipun kedudukan dan gelar
Sultan dipertahankan. Bahadur Syah (1837-1858), penerus Akbar, tidak
menerima isi perjanjian antara EIC dengan ayahnya itu, sehingga terjadi
konflik antara dua kekuatan tersebut. 2

Pada waktu yang sama, pihak EIC mengalami kerugian, karena


penyelenggaraan administrasi perusahaan yang kurang efisien, padahal
mereka harus tetap menjamin kehidupan istana. Untuk menutupi kerugian

10
dan seklaigus memenuhi kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan
yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena
rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik yang beragama Hindu maupun
Islam bangkit mengadakan pemberontakan. Mereka meminta kepada
Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam rangka
mengembalikan kekuasaan Kerajaan Mughal di India. Dengan demikian,
terjadilah perlawanan rakyat India terhadap kekuatan Inggris pada bulan
Mei 1857 M. Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah, karena
Inggris mendapat dukungan dari beberapa penguasa lokal Hindu dan
Muslim. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap
para pemberontak. Mereka diusir dari Kota Delhi, rumah-rumah ibadah
banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir
dari istana (1858 M). Dengan demikian, berakhirlah sejarah kekuasaan
dinasti Mughal di daratan India dan tinggalah di sana umat Islam yang
harus berjuang memeprtahankan eksistensi mereka. 2

Ada beberap faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal itu


mundur pada satu setengah abad terakhir dan membawa kepada
kehancurannya pada tahun 1858 M, yaitu:

1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi


militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau
oleh kekuatan maritim Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat.
Bahkan, mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persenjataan
buatan Mughal sendiri.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elit politik, yang
mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
3. Pendekatan Aurangzeb yanag terlampau “kasar” dalam
melakuksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya,
sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan
sesudahnya.

11
4. Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang
lemah dalam bidang kepemimpinan. 2

Dan adapun dua faktor kemunduran dan kehancuran kerajaan Mughal,


yaitu faktor internal dan eksternal. Kedua faktor ini memiliki hubungan
yang sangat erat antara satu dengan yang lain.
 Faktor Internal
a. Tidak Adanya Kejelasan Lajur Suksesi
Ketidakjelasan suksesi menimbulkan berbagai kemelut
berkepanjangan di antara para anggota keluarga kerajaan yang
merasa mempunyai wewenang dan kemampuan untuk menjadi
raja. Akibatnya, perebutan kekuasaan melalui kekerasan dan
bahkan perang saudara sering tidak terhindarkan lagi. Misalnya
Aurangzeb, ia menjadi raja setelah melakukan perang saudara
dengan melibatkan banyak pangeran, seperti Murad, Syuja’ dan
Syikoh.
Sepeninggal Aurangzeb, kekuasaan diperebutkan oleh ketiga
orang anaknya dan akhirnya dimenangkan oleh Bahadur Syah
dengan bantuan bangsa Rayput yang dahulunya justru menjadi
musuh besar bagi kerajaan Mughal. Demikian halnya sepeninggal
Bahadar Syah, penggantinya Azimuz Syah yang merupakan
anaknya ternyata telah ditentang oleh Zulkifar Khan, anak Azad
Khan, Wazir Aurangzeb. Setelah Azimuz Syah meninggal,
anaknya yang bernama Jihandar Syah menggantikannya menjadi
raja, namun ditentang oleh adiknya Farukh Syah dan berhasil
menyingkirkannya pada tahun 1713 M. Kekuasaan Farukh Syah
tidak pula bertahan lama, karena pada tahun 1719 ia tewas di
tangan para pendukungnya sendiri, dan kedudukannya digantikan
oleh Muhammad Syah yang bertahan sampai tahun 1748 M.
sebelum kemudian diusir oleh Nadir Syah dari suku Afsyar yang
sebelumnya berhasil mengalahkan dinasti Safawiyah di Persia.

12
Adanya konflik-konflik intern yang berkepanjangan tersebut
mengakibatkan dan melemahkan pengawasan terhadap
pemerintahan daerah sehingga akhirnya terjadi disintegrasi, selain
merusak persatuan dan kesatuan. Beberapa daerah mulai
melepaskan loyalitasnya kepada pemerintah pusat, bahkan
cenderung memperkuat posisi pemerintahan masingmasing seperti,
Hiderabat dan Nizam al Mulk, Marathas oleh Shivaji, Rajput oleh
Si Jai Singh, Punjab oleh kelompok Sikh, Oudh oleh Sadat Khan,
Bengal oleh Syuja’ al Din, selain wilayah-wilayah pantai yang
mulai dikuasai oleh para pedagang asing, terutama EJC dari
Inggris. 8
b. Lemahnya Para Pewaris Tahta Kerajaan
Kebanyakan pewaris tahta kerajaan, terutama setelah
Aurangzeb adalah orang-orang yang lemah dalam kepemimpinan.
Hal ini terbukti, bahwa dari 29 Sultan yang pernah memimpin
kerajaan Mughal hanya beberapa saja yang tercatat mampu
bertahan lebih dari 20 tahun. Sedangkan selebihnya hanya mampu
berkuasa dalam waktu yang relatif singkat, bahkan ada yang hanya
beberapa bulan saja.
Orang-orang yang berakuasa hanya beberapa orang saja yang
mampu bertahan lama. Selain itu, walaupun mereka mampu
bertahan lama, namun tidak semuanya berada dalam masa
kejayaan. Beberapa di antaranya berada dalam masa sulit, seperti
Nashir al Din Muhammad Syah yang sejak tahun 1739 M. menjadi
kerajaan boneka dari Nashir Syah yang melakukan penaklukan ke
kerajaan Mughal dan Jalal al-dina Alam berada dalam kekuasaan
Ahmad Khan Durrani dari Afghan, meskipun tetap diizinkan
memakai gelar Sultan.
Demikian halnya pada Sultan Akbar II, pemerintahannya telah
memberikan konsesi kepada IEC untuk mengembangkan usahanya
di India dengan konpensasi jaminan kehidupan bagi raja dan

13
keluarga istana. Hal ini berarti, kekuasaan sebenarnya sudah berada
di tangan Inggris, meskipun kedudukan dan gelar Sultan masih
boleh dipertahankan. 8
c. Pola Kehidupan Mewah dan Boros
Pola kehidupan mewah dan boros banyak dilakukan oleh elite
penguasa, sehingga banyak membebani anggaran belanja negara
yang kemudian mengakibatkan kenaikan pajak, baik terhadap para
petani di pedesaan maupun masyarakat kota.
Berbagai kemewahan tersebut antara lain sebagaimana yang
dilakukan oleh Sultan Akbar dengan banyak membangun masjid-
masjid dan istana-istana yang sangat indah, seperti Fadifur
(Fathpur) Sikri pada tahun 1560 M. Demikian halnya dengan Syah
Jehan, sebagian besar harta kekayaan negara untuk membangun
masjid dan istana yang super indah, dan bahkan untuk
singgasananya saja telah dibuat menyerupakan burung merak
berlapiskan emas dan berbagai permata yang sangat mahal.8
d. Kebijakan Puritanisme
Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman
orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India
sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek sosial
keagamaan yang dikembangkan oleh masyarakat Hindu, di
samping memperlakukan diskriminasi yang mencolok terhadap
masyarakat Hindu dan membri hak-hak istimewa kepada
masyarakat Islam, telah menyebabkan kalangan Hindu memusuhi
dan bersekongkol dengan musuh-musuh Mughal, sehingga
akhirnya meletuslah berbagai pemberontakan-pemberontakan
seperti yang dilakukan oleh kalangan Marathas di bawah pimpinan
Santaji Ghjorpade dan Dhanaji Jadev. 8
e. Pemaksaan Ajaran Syi’ah
Pemaksaan ajaran Syi’ah diberlakukan oleh Muazzam, putera
tertua Sultan Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di

14
Kabul bergelar Bahadur Syah (1707-1712 M). Pemaksaan ini
bertentangan dengan kebijaksanaan para Sultan Mughal
sebelumnya, seperti Syah Jehan yang justru berkeinginan
mempersatukan Asia Tengah dan India dalam sebuah kekaisaran
Sunni. Akibat dari pemaksaan tersebut, maka Mughal dihadapkan
pada perlawanan penduduk Lahore di saat harus berharapan pula
dengan perlawanan yang dilakukan oleh kaum Syikh sebagai akibat
dari tindakan Sultan sebelumnya. 8
 Faktor Eksternal
a. Adanya pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh
orang-orang Hindu dan Sikh, selain akibat dari kebijakan politik
dan ekonomi para penguasa Mughal, seperti puritanisme dan
pungutan pajak yang sangat tinggi untuk membiayai kegemaran
hidup mewah dan boros para penguasa, kemungkinan juga oleh
sebab-sebab lain, seperti perasaan dendam kesumat sebelumnya
berkaitan dengan penaklukan kota Khithor oleh Sultan Akbar
(1556-1605 M) yang memusnahkan seluruh penduduknya
berjumlah 30.000 jiwa. Kota ini dapat direbut setelah seluruh
penduduknya mengorbankan diri termasuk wanita dan anak-anak,
dengan memilih membunuh diri melompot ke dalam nyala api
yang amat besar daripada menjadi tawanan Sultan Akbar. 8
b. Adanya serangan-serangan dari luar, seperti yang dilakukan oleh
Nadir Syah pada tahun 1739 M. karena menganggap kerajaan
Mughal telah banyak sekali memberikan bantuan kepada para
pemberontak Afghan di daerah Persia.8
c. Demikian halnya dengan serangan yang dilakukan oleh Ahmad
Khan Durrani dari Afghan tahun 1761 M. sehingga membuat
Mughal akhirnya menjadi kerajaan boneka, meskipun Syah Alam
selaku raja ketika itu masih diperkenankan untuk memakai gelar
Sultan. 8
d. Datangnya kekuatan Inggris dengan perusahaan dagangnya IEC. 8

15
Ada dua periode penyerangan yang dilakukan oleh Inggris:
 Pertama, ketika kerajaan Mughal dalam keadaan lemah saat berada
di bawah kekuasaan Ahmad Khan Durrani dari Afghan tahun 1671
M. Setelah melakukan peperangan yang berlangsung berlarut-larut,
akhirnya Syah Alam membuat perjanjian damai dengan
menyerahkan Qudh, Bengal dan Orisa kepada Inggris. 8
 Kedua, pada masa Bahadur syah pada tahun 1857 M. periode ini,
Bahdur Syah (1837-1858 M) sebenarnya tampil sebagai lambang
perlawanan bagi pemberontakan rakyat melawan Inggris akibat
pungutan pajak yang sangat tingi yang diberlakukan oleh IEC.
Namun pemberontakan tersebut dengan mudah dapat dipadamkan
oleh Inggris karena mendapat dukungan dari beberapa penguasa
lokal Hindu dan Muslim. 8
Bahadur Syah kemudian dapat ditangkap dan diasingkan ke Burma
sampai wafat. Jenazahnya dimakamkan di dekat sebuah masjid di
kota Rangoon (Israr, 1978: 108). Sejak penangkapannya tersebut,
maka berakhirlah sejarah kekuasaan Mughal setelah berjaya lebih
dari tiga abad di India dengan banyak meninggalkan kenangan
indah tiada tara, terutama di bidang seni. 8

16
Raja Aurangzeb Peta Kerajaan Mughal

Istana-istana Peninggalan Kerajaan Mughal

Lahore Fort

17
Taj Mahal

C. Kemunduran Kerajaan Usmani

Setelah Sultan Sulaiman Al-Qunani wafat (1566 M) ,Kerajaan Turki


Usmani memulai memasuki fase kemunduran .Akan tetapi ,sebagai sebuah
kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu langsung
terlihat.Sultan Sulaian Al-Qanuni diganti oleh sultan Salim II (1566-1573
M).Di masa pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada laut
Kerajaan Usmani dengan armada laut Kerajaan Usmani dengan armada
laut Kristen yang terdiri dari angkatan laut Spanyol ,anagkatan laut
bundukia ,Angkatan laut Sri Paus dan sebagian kapal para pendeta Malta
yang dipimpin oleh dua juan dari Spanyol. 4

18
Pertempuran ini terjadi diselat limponto (yunani).Dalam pertempuran
ini Turki Usmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat
direbut oleh musuh .Baru pada masa Sultan berikutnya,Sultan Murad III
,pada atahun 1579 M Tunisia dapat direbut kembali. 4
Pada masa Sultan Murad III (1574-1595M)Kerajaan Usmani pernaha
berhasisl menyerbu kau kasus daan menguasai Tiflis dilaut Hitam(1577),
merampas kembali Tibris, ibu kota kerajaan Safawi, menundukan Georgia
,mencampuri urusan dalam negri Polandia dan mengalahkan Gubernur
Bosnia pada tahun 1593M. 4
Namun karena kehidupan moral sultan Ahmad I (1603-1617M )
situasi semakin memburuk dengan naiknya Mustafa I (1603-1617 M)
situasi semakin memburuk dengan naiknya Mustafa I ((1617-1623
M).Karena gejolok politik dalam negeri tidak dapat diatasinya,Syaikh Al-
Islam,mengeluarkan fatwa agar iya turun dari tahta dan diganti oleh
usman II(1618-1622 M). 4

Namun, yang tersebut juga tidak mampu memperbaiki keadaan.


Dalam situasi demikian, bangsa Persia bangkit mengadakan perlawanan
merebut wilayahnya kembali. Kerajaan Usmani sendiri tidak mampu
berbuat banyak dan terpaksa melepaskan wilayah Persia tersebut.
Langkah-langkah perbaikan kerajaan mulai diusahakan oleh Sultan Murad
IV (1623-1640). Pertama-tama ia mencoba menyusun dan menertibkan
pemerintahan. Pasukan Jennisari yang pernah menumbangkan Usman II
dapat dikuasainya. Akan tetapi, masa pemerintahannya berakhir sebelum
ia berhasil menjernihkan situasi negara secara keseluruhan. 6

Situasi politik yang sudah mulai membaik itu kembali merosot pada masa
pemerintahan Ibrahim (1640-1648 M), karena ia termasuk orang yang
lemah. Pada masanya ini, orang-orang Venetia melakukan peperangan laut
melawan, dan berhasil mengusir orang-orang Turki Usmani dari Cyprus
dan Creta tahun 1645 M. kekalahan itu membawa Muhammad Koprulu
(berasal dari Kopru ekat Amasia di Asia Kecil) pada kedudukan sebagai

19
wazir atau shadr al-a’zham (perdana menteri) yang diberi kekuasan
absolut. Ia berhasil mengembalikan peraturan dan mengkonsolidasikan
stabilitas keuangan negara. Setelah Koprulu meningga (1661 M),
jabatannya dipegang oleh anaknya, Ibrahim. Ibrahim menyangka bahwa
kekuatan militernya sudah pulih sama sekali. Karena itu, ia menyerbu
Hongaria dan mengancam Vienna. Namun, perhitungan Ibrahim meleset,
ia kalah dalam pertempuran itu secara berturut-turut. Pada masa-masa
selanjutnya, wilayah Turki Usmani yang luas itu sedikit demi sedikit
terlepas dari kekuasaannya, direbut oleh negara-negara Eropa yang baru
mulai bangun. Pada tahun 1699 M, terjadi “Perjanjian Karlowith” yang
memaksa Sultan untuk menyerahlan seluruh Hongaria, sebagian besar
Slovenia dan Croasia kepada Hapsburg dan Hemenietz, Padolia, Morea,
dan sebagian Dalmatia kepada orang-orang Venetia. 2

Pada tahun 1770 M,tentara Rusia mengalahkan armada kerajaan


Usmani disepanjang pantai Asia kecil.Akan tetapi tentara Rusia ini dapat
dikalahkan kembali oleh sultan Mustafa III (1757-1774 M )yang segera
mengkonsolidasi kekuatannya.Pengganti Sultan Mustafa III adalah Sultan
Abdul Hamid mengadakan perjanjian dengan Catherine II dari Rusia yang
diberi nama perjanjian Kinarja .Prjanjiana itu antara lain : (1) Kerajaan
usmani harus menyerahkan benteng-benteng yang berada dilaut Hitam
kepada Rusia dan member izin kepada Armada Rusia u ntuk melintas
selat yang menghubungkan laut hitam dan laut putih dan (2) Kerajaan
Usmaani mengakui kemerdekaan Kiriman (Crimea ). 4

Demikianlah proses kemunduran yang terjadi dikerajaan Usmani


pada akhir-akhir keberadaan Dinasti Turki Usmani.Akhirnya satu persatu
negeri di Eropa yang perna dikuasai kerajaan ini memerdekakan diri.
Bahkan beberapa daerah di Timur tengah mencoba bangkit
memberontakk.Di Mesir Dinasti Mamalik akhirnyaa melepaskan diri di
baah Ali Bey tahun 1770 M. Di Lebanon dan Syiria,Fakharuddin seorang
pemimpin Druze ,berhasil menguasai Palestina ,dan pada tahun 1610 M

20
merampas Ba’albak dan mengancam Damaskus .Di Persia Kerajaan safawi
juga mengadakan perlawanan terhadap Usmani. Dan Arabia juga bangkit
melepaskan diri dari Usmani dengan aliansi antara Muhammad bin Abdul
Wahab dengan penguasa local Ibnu Sa’ud pada awal paruh kedua abad
ke-18 M.Dengan demikian pemberontakan –pemberontakan terjadi di
Kerajaan Usmani ketika ia sedang mengalami kemunduran ,bukan hanya
terjadi didaerah-daerah yang tidak beragama islam seperti di Wilayah
Eropa Timur ,tetapi juga terjadi didaerah-daerah berpenduduk muslim. 4

Gerakan-gerakan spratisme terus berlamnjut hingga pada abad ke 19


dan ke 20 .Ditambah dengan munculnya gerakan mordenisasi politik
dipusat pemerintahan ,Kerajaan Usmani akhirnya berakhir dengan
berdirinya Repoblik Turki pada tahun 1924 M,dan mengangkat Mustafa
Kamal Ataturk sebagai Presiden pertama di Republik Turki .Dalam
pencaturan politik selanjutnya Turki tidak begitu memiliki pengaruh yang
dominan bahkan orang Eropa meneyebutnya The sick man of the Europa.
(si sakit yang ada di Eropa). 4

Menurut Dr. Badri Yatim, faktor yang menyebabkan Kerajaan Usmani


itu mengalami kemunduran, di antaranya adalah:2

1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas


Administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang amat luas
wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi
pemerintahan Kerajaan Usmani tidak beres. Di pihak lain, para
penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas,
sehingga mereka terliat perang terus-menerus dengan berbagai
bangsa. Hal ini tentu menyedot banyak potensi yang seharusnya
dapat digunakan untuk membangun negara.
2. Heterogenitas penduduk
Sebagai kerajaan besar, Turki Usmani menguasai wilayah yang amat
luas, Asia Kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia;

21
Mesir, Libia. Tunis, dan Al-Jazair di Afrika; dan Bulgaria, Yunani,
Yugoslavia, Albania, Hungaria, dan Rumania di Eropa. Wilayah
yang luas itu didiami oleh penduduk yang beragam, baik dari segi
agama, ras, etnis maupun adat istiadat. Untuk mengatur penduduk
yang beragam dan tersebar di wilayah yang luas itu, diperlukan suatu
organisasi pemerintahan yang teratur. Tanpa didukung oleh
administrasi yang baik, Kerajaan Usmani hanya akan menanggun
beban yang berat akibat heterogenitas tersebut. Perbedaan bangsa
dan agama acap kali melatarbelakangi terjadinya pemberontakan dan
peperangan.
3. Kelemahan para penguasa
Sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni, Kerajaan Usmani diperintah oleh
sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian terutama
kepemimpinannya. Akibatnya pemerintahan menjadi kacau,
kekacauan itu tidak pernah dapat diatasi secara sempurna, bahkan
semakin lama semakin menjadi parah.
4. Budaya pungli
Pungli merupakan perbuatan yang suadah umum terjadi pada
Kerajaan Usmani. Setiap jabaan yang hendak diraih oleh seseorang
haru sibayar dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan
jabatan tersebut. Berjamgkitmya budaya pungli ini mengakibatkan
dekadensi moral kian merajalela yang membuat pejabat semakin
rapuh.
5. Pemberontakan tentara Jenissari
Kemajuan ekspansi kerajaan Usmani banyak ditentukan oleh
kuatnya tentara Jenissari. Dengan demikian, dapat dibayangkan
bagaimana kalua tentara ini yang memberontak. Pemberontakan
tentara Jenissari terjadi sebnayak empat kali, yaitu pada tahun 1525
M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M.

22
6. Merosotnya ekonomi
Akibat perang yang tak pernah berhenti, perekonomian negara
merosot. Pendapatan berkurang, sementara belanja negara sangat
besa termasuk untuk biaya perang.
7. Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi

Kerajaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan Ilmu


dan teknologi, karena hanya mengutamakan perkembangan kekuatan
militer. Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu
dan teknologi menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup menghadapi
persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.2

Sedangkan menurut Setyadi Rahman, faktor kemunduran dan


keruntuhan Kerajaan Usmani adalah:

1. Luasnya wilayah kekuasaan Turki Usmani tapi mengabaikan sistem


dan tata pemerintahan yang baik.
2. Timbulnya pemberontakan pasukan elit/pasuukan khusus Yennisary
3. Penguasa tidak cakap dan lemah dalam memimpin kerajaan.
4. Merosotnya perekonomian negara akibat sejumlah peperangan.
5. Adanya heteroginitas penduduk.
6. Meratanya budaya pungli (pungutan liar) sebagai wujud terjadinya
dekadensi moral di kalangan penguasa.
7. Terjadinya stagnasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
8. Perang Crimea dan penandatanganan Perjanjian San Stefano (Maret
1878 M) dan Perjanjian Berlin (Juni-Juli 1878 M) antara Turki
Usmani dan Rusia.
9. Keterlibatan Turki Usmani bersama Jerman dan Austria dalam Perang
Dunia I (1914-1918 M).
10. Munculnya gerakan nasionalisme di negara-negara yang berada di
bawah kekuasaan Turki Usmani

23
11. Intensifnya gerakan pembaruan di dalam negeri yang berusaha
membatasi kekuasaan khalifah yang absolut.9

Menurut Ricki Soenoko, ada tiga faktor pendukung yang menyebabkan


runtuhnya Kerajaan Usmani yaitu Ada tiga faktor pendukung yang
menyebabkan runtuhnya Kesultanan Turki Usmani. Pertama, munculnya
konflik intern yang tidak dapat diselesaikan. Kedua, serangan pasukan
negara-negara Eropa. Ketiga, gerakan makar politik Zionis dan
Freemasonry terhadap Kesultanan Turki Usmani. Di antara tiga faktor itu
maka faktor yang terakhirlah yang memainkan peranan paling panting
sebagai penyebab utama runtuhnya Kesultanan Turki Usmani. Walaupun
konflik dan serangan militer negara-negara Eropa membuat Kesultanan
Turki Usmani lemah, namun kedua hal ini tidak menjadikannya runtuh.
Runtuhnya Kesultanan Turki Usmani adalah hasil dari, usaha gerakan-
gerakan politik yang muncul di Turki, yaitu Gerakan Turki Muda, Gerakan
Ijtihad Wattaroqqi dan gerakan politik yang dipimpin oleh Mustafa Kemal
Pasha. Ketiga gerakan di atas adalah merupakan 'Mantel' dari gerakan
Freemasonry yang ada di Turki. Ketiga gerakan itu mempunyai ciri yang
sama dengan Gerakan Freemasonry yaitu mendirikan negara nasional yang
sekuler. Freemasonry termasuk salah satu ciptaan kaum Yahudi. Ia
organisasi global yang bertujuan memecah belah umat menjadi sejumlah
kelompok dan bangsa. Dari sini, timbullah permusuhan sejumlah
kelompok dan bangsa. Dari sini, timbullah permusuhan abadi
antarkelompok di tubuh umat tersebut. Jika itu terjadi, tujuan Yahudi
tercapai. Bangsa-bangsa di dunia akan binasa hingga menyisakan satu
bangsa saja, yaitu Yahudi. 10

Karena faktor-faktor tersebut ,Turki usmani menjadi lemah dan


kemudiaan mengalami kemunduran dalam berbagaia bidang. pada periode
selanjutnya di masa modern, kelemahan Kerajaan Usmani ini
menyebabkan kekuatan Eropa tanpa segan-segan menjajah dan menduduki

24
daerah-daerah muslim yang dulunya berada dibawah kekuasaan kerajaan
Usmani,terutama di Timur Tengah dan Afrika Utara. 4

D. Kemajuan Eropa (Barat)


Dengan waktu yang bersamaan kemunduran tiga kerajaan Islam di periode
pertengahan sejarah Islam, Eropa Barat (biasa di sebut dengan “Barat
saja), sedang mengalami kemajuan dengan pesat. Hal ini berbanding
terbalik dengan masa klasik sejarah Islam. Ketika itu, peradaban Islam
dapat dikatakan paling berkembang pada saat itu, memancarkan sinarnya
ke seluruh dunia, sementara Eropa berada dalam kebodohan dan
keterbelakangan. Kemajuan Eropa merupakan sumber dari khazanah ilmu
pengetahuan dan metode berpikir yang Islam yang rasional. Di antara
saluran masuknya Peradaban Islam ke Eropa itu adalah Perang Salib,
Sicilia dan yang terpenting adalah Spanyol Islam. 2

Di Prancis, pernah terdapat perang salib yang panjang melawan sekte


Kristen bernama Albigensian. Lalu ada Iberia, tempat umat Kristen terus
melakukan penginjilan sampai 1492, ketika menyerbu Granada akhirnya
dan mengusir umat islam yang terakhir keluar dari semenanjung itu. 11
Semangat Perang Salib terus bertahan sebagian karena selama perang
Salib yang sesungguhnya, sebuah motivasi baru telah menyusup ke dalam

25
untuk bepergian ke timur: selera terhadap barang-barang dagangan yang
berasal dari tempat-tempat seperti India dan pulau-pulau di luarnya, yang
oleh orang Eropa disebut Hindia. Dari Malaysia dan Indonesia di peroleh
merica, pala dan banyak rempah-rempah lainnya. Perang Salib ini
memunculkan selera terhadap barang-barang itu tetapi juga memisahkan
pedagang Eropa dari barang-barang tersebut dengan menciptakan sabuk
kebencian anti-Kristen yang membentang dari Mesir hingga Azerbaijan.
Pengusaha Eropa tidak bisa melewati dinding itu untuk berdagang
langsung dengan sumber : mereka harus berurusan dengan tengkulak
muslim. Sementara itu, di ujung timur Dunia Tengah, umat Islam sudah
menemukan apa yang pada awalnya di cari orang-orang Eropa : pedagang
muslim telah berlayar ke Malaysia dan Indonesia selama berabad-abad.
Banyak pedagang muslim yang mengarungi perairan ini adalah anggota
terekat-terekat sufi, dan melalui Islam Mulai berakar di Hindia (timur)
lama sebelum perang Eropa pertama tiba. 11
Pencarian Rute laut ke Hindia oleh Eropa, akibat langsung dari Perang
Salib, mencapai tahap kritis persis ketika negara bangsa sedang muncul di
Eropa. Pada 1488, penjelajah Portugis Bartholomew Diaz mengitari
Tanjung Harapan, pada akhirnya membuktikan bahwa sebuah kapal bisa
berlayar dari pantai Atlantik ke Samudera Hindia. Sebuah aliran lalu lintas
mengukuti rutenya. Pada 1492, Christoper Columbus berlayar ke barat
melintasi Samudera Atlantik dan menemukan dua benua besar yang
sampai saat itu belum diketahui Eropa. Sebuah arus lalu lintas segera akan
pergi bolak-balik ke Amerika. 11

26
Karena pada saat itu Spanyol membiayai Columbus, Spanyol yang
mendapat kesempatan pertama menggali kekayaan Amerika. Nasib baik
ini membuat Spanyol bangsa yang paling kaya di Eropa untuk sementra
waktu. Banyak pedagang Islam yang berbondong- bondong masuk ke
Spanyol dan Islam dan ketika Islam mengalami kejayaan di Spanyol,
banyak orang Eropa yang datang belajar kesana, kemudian
menerjemahkan karya-karya ilmiah umat Islam. Hal ini di mulai sejak
abad ke 12 M. Setelah itu mereka pulang ke negara masing-masing,
mereka mendirikan universitas dengan meniru pola Islam dan mengajarkan
ilmu-ilmu yang dipelajari di Universitas islam itu. Dalam perkembangan
selanjutnya, keadaan ini melahirkan renaissance, reformasi dan
rasionalisme di Eropa. 11
Gerakan-gerakan renaisans melahirkan perubahan-perubahan besar dalam
sejarahdunia. Abad ke 16dan 17 M merupakan abad yang penting bagi
Eropa , sementara pada akhir abad ke-17 itu pula, dunia Islam mulai
mengalami kemunduruan. Dengan lahirnya renaisans, Eropa bangkit
kembali untuk mengejar ketinggalan mereka pada masa kebodohan dan
kegelapan. Mereka menyelidiki rahasia alam, menaklukan lautan, dan
menjalajahi benua yang sebelumnya masih diliputi kegelapan. Banyak
penemuan-penemuan dalam segala lapangan ilmu pengetahuan dan
kehidupan yang mereka peroleh. Christoper Colombus pada tahun 1492

27
M, menemukan Benua Amerika dan Vasco da Gama tahun 1498 M,
menemukan jalan ke Timur melalui Tanjung Harapan. Dengan temuan ini,
Eropa memperoleh kemajuan dalam dunia perdagangan, karena tidak
tergantung lagi kepada jalur lama yang dikuasai umat Islam. Terangkatnya
perekenomian bangsa-bangsa Eropa disusul pula dengan penemuan dan
perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Perkembangan itu
semakin dipercepat setelah mesin uap ditemukan yang kemudian
melahirkan revolusi industri di Eropa. Teknologi perkelapan dan militer
berkembang dengan pesat. Dengan demikian, Eropa menjadi penguasa
lautan dan bebas melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan dari dan
ke seluruh dunia, tanpa mendapat hambatan berarti dari lawan-lawan yang
masih menggunakan persenjataan tradisional. 2

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimupulan
Peradaban Islam yaitu suatu terjeamahan yang berasal sari kata Arab al-
Hadharah al-Islamiyyah. Kata Arab ini sering juga diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan Islam. “Kebudayaan”
dalam bahasa Arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga
dia Arab dan Barat, masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata
“kebudayaan” (Arab, al-Tsaqafah; Inggris, culture) dan “peradaban”
(Arab, al-Hadharah; Inggris civilization).
 Salah satu penyebab kehancuran Kerajaan Safawiyah adalah retak dan
patahnya pilar-pilar agung penopang kemajuan yang dimiliki Kerajaan
Safawiyah pada masa jayanya secara perlahan-lahan.
 Adapun dua faktor kemunduran dan kehancuran kerajaan Mughal,
yaitu faktor internal dan eksternal. Kedua faktor ini memiliki
hubungan yang sangat erat.
 Menurut Ricki Soenoko, ada tiga faktor pendukung yang
menyebabkan runtuhnya Kerajaan Usmani yaitu Ada tiga faktor
pendukung yang menyebabkan runtuhnya Kesultanan Turki Usmani.
Pertama, munculnya konflik intern yang tidak dapat diselesaikan.
Kedua, serangan pasukan negara-negara Eropa. Ketiga, gerakan makar
politik Zionis dan Freemasonry terhadap Kesultanan Turki Usmani.
Di antara tiga faktor itu maka faktor yang terakhirlah yang memainkan
peranan paling panting sebagai penyebab utama runtuhnya Kesultanan
Turki Usmani
 Dengan renaisans, Eropa bangkit kembali untuk mengejar ketinggalan
mereka pada masa kebodohan dan kegelapan. Mereka menyelidiki
rahasia alam, menaklukan lautan, dan menjalajahi benua yang
sebelumnya masih diliputi kegelapan. Banyak penemuan-penemuan

29
dalam segala lapangan ilmu pengetahuan dan kehidupan yang mereka
peroleh.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Mugiyono.2013. Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam dalam


Perspektif Sejarah. Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam IAIN Raden
Fatah Palembang. JIA/Juni 2013/Th.XIV/Nomor 1/1-20.
2. Yatim, Badri. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Jakrata: Penerbit PT Raja
Gravindo Persada.
3. Hitti, Philip K. 2002. History Of The Arabs. Jakarta : PT Serambi Ilmu
Semesta.
4. Amir, Samsul Munir. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH.
Halaman 187-192
5. Usman, Ismail. 2018. Pendidikan Pada Tiga Kerajaaan Besar (Kerajaan
Turki, Usmani, Safawiy di Persia dan Moghul di India). IAIN Manado:
Jurnal Pendidikan Islam Iqra’ Vol. 11. Nomor 1
6. Yatim, Badri. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada. Halaman 156-157
7. Nasution, Syamruddin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru:
Yayasan Pusaka Riau. Halaman 310
8. Miri, M. Djamaluddin. 2009. Kemunduran Dan Kehancuran Kerajaan
Mughal. el-Harakah. 11(3); 218-223.
9. Rahman, Setyadi. 2016. Aplikasi Konsep “Ajal” dalam Al-Quran Menurut
Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Misbah Terhadap Keruntuhan Bangsa-
Bangsa Muslim. Universitas Mumahammadiyah Surakarta Prodi Magister
Pemikiran Islam
10. Ibrahim, Qasim A. dan Saleh, Muhammad A.2014. Buku Pintar Sejarah
Islam (Jejak Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa
Kini). Jakarta : Penerbit Zaman.
11. Ansary, Tamim. 2015. Dari Puncak Bagdad Sejarah Dunia Versi Islam.
Jakarta : Penerbit Zaman.

31
LAMPIRAN FOTO KELOMPOK

32

Anda mungkin juga menyukai