Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 11

DINASTI
SHAFAWIYYAH
Alifa Farahdina Asy’ari Putri
Azmil Khafidzoh Munir
SEJARAH BERDIRINYA DINASTI
SHAFAWIYYAH
Pada masa Khalifah Abu Bakar, tepatnya pada tahun 637 M, umat Islam berhasil
menaklukkan kota Qadisah, ibukota Dinasti Sasan. Sehingga menyebabkan Persia
menjadi wilayah Islam sampai menjadi wilayah salah satu dinasti besar diantara tiga
dinasti terbesar dalam peradaban islam pertengahan, yaitu Dinasti Shafawiyyah.
Namun sebelum adanya Dinasti Shafawi, di Persia telah menjadi wilayah beberapa
dinasti, seperti dinasti Saljuk, Thahiriyah, Syafariyah dan Buwaihi. Di masa Timur
Lenk wilayah tersebut bernama Dinasti Timuriah (1370-1506). Sepeninggal Timur
Lenk, dinasti itu terbagi menjadi dua bagian yang dipimpin oleh Ulugh bek dan Sultan
Husen. Kemudian dinasti ini tidak stabil karena ada campur tangan oleh Mongol dan
Turki. Hal ini menyebabkan adanya kelompok-kelompok yang tidak puas, mereka
mencoba melakukan gerakan-gerakan. Salah satu dari kelompok yang tidak puas itu
adalah gerakan tarekat Shafawi yang dipimpin oleh Syeikh Syafi’ al-Din (1252-1334)
KHALIFAH-KHALIFAH DINASTI SHAFAWIYYAH

01
ISMAIL I (1501-1524 M) 04
MUHAMMAD
02 TAHMASP I (1524-1576 M) KHUDABANDA (1577-1587 M)

03 ISMAIL II
M)
(1576-1577 ABBAS I (1587-1628 M) 05
KHALIFAH-KHALIFAH DINASTI SHAFAWIYYAH

06
SAFI MIRZA
(1628-1642 M)
09
TAHMASP II (1722-1732 M)
07 ABBAS II
SULAIMAN
(1642-1667 M)

10
(1667-1694

HUSAIN I ABBAS III (1732-1736


08
M) (1694-1722
M) M)
Perkembangan dan
Kemajuan Dinasti
Shafawiyyah
Dalam perkembangan Dinasti
Shafawiyyah mengalami pasang surut. Namun
dalam waktu yang relatif panjang, dinasti ini
telah berperan besar terhadap kemajuan
peradaban Islam. Terutama pada masa
pemerintahan khalifah Abbas I (1585-
1628).Diantara kemajuan-kemajuan yang diraih
oleh dinasti Shafawiyyah sebagai berikut:
Bidang Politik dan Militer
Sebagai khalifah pertama yang berkuasa, Ismail I berusaha membangun
politik dasar dinasti Shafawiyyah. Ia membentuk birokrasi pemerintahan dengan
mengangkat para kepala suku menjadi wakil untuk mengatur pemerintahan,
memimpin militer dan sebagai kepala agama. Pemberian wewenang kepada para
kepala suku ini dimaksudkan untuk mempertahankan solidaritas dan ashabiyah. Ini
dilakukan Ismail I, sebagai balasan karena telah membantunya memperluas
kekuasaan.

Bidang
Stabilitas politik Dinasti Shafawiyyah Ekonomi
pada masa Khalifah Abbas I ternyata
telah memacu perkembangan perekonomian Dinasti Shafawiyyah, terlebih
setelah Kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi
Bandar Abbas. Dengan dikuasainya bandar ini, maka salah satu jalur
perdagangan laut antara timur dan barat yang biasanya diperebutkan oleh
Belanda, Inggris dan Perancis berhasil menjadi milik Dinasti Shafawiyyah.
Bidang Ilmu
Pengetahuan
Dalam sejarah Islam, bangsa Persia dikenal sebagai
Bidang Pembangunan Fisik dan
bangsa yang memiliki peradaban tinggi dan ikut andil dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak
Seni
mengherankan jika pada masa Dinasti Shafawiyyah, khususnya Para penguasa Dinasti Shafawiyyah telah berhasil
ketika Khalifah Abbas I berkuasa, keilmuan terus menciptakan Isfahan (ibu kota kerajaan), menjadi kota
yang sangat indah. Di kota itu berdiri bangunan-
dikembangkan.[1] Menurut Badri Yatim (1993), pada masa
bangunan besar lagi indah seperti masjid, rumah-rumah
Dinasti Shafawiyyah, dunia ilmu pengetahuan berkembang sakit,sekolah-sekolah, jembatan raksasa diatas Zende
dengan pesat. Hal ini dapat terlihat dengan munculnya tokoh Rud ,dan istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga
diperindah dengan taman-taman wisata yang ditata
yang selalu hadir di majelis istana, seperti Baha al-Din Syaerazi
secara indah. Ketika Abbas I wafat di Isfahan terdapat
yang merupakan salah seorang filosof dan Muhammad Baqir 162 mesjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273
Ibnu Muhammad Damad yang merupakan ahli sejarah dan pemandian umum.

theolog.
KEMUNDURAN DINASTI
SHAFAWIYYAH
Faktor Internal
a. Kerusakan moral sebagian penguasa yang disebabkan oleh minuman keras dan narkotika

b. Pasukan Ghulam yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat berperang lagi sebagaimana
pasukan Qizilbash. Hal ini disebabkan pasukan Ghulum tidak disiapkan secara terlatih dan tidak
dibekali pendidikan rohani secara mantap.

c. Adanya perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana

d. Bangkitnya pemimpin-pemimpin suku dan beberapa golongan yang mengurangi otoritas


pemerintah pusat
Faktor Eksternal
Adanya konflik berkepanjangan antara Dinasti Shafawiyyah dan Turki
Usmani. Bagi Dinasti Turki Usmani, berdirinya Dinasti Shafawiyyah yang
beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah Dinasti
Usmani. Konflik antara dua dinasti ini berlangsung sangat lama, meskipun
pernah berhenti pada masa Khalifah Abbas I. Namun tidak lama kemudian.
Abbas I kembali meneruskan konflik dan setelah itu tidak ada lagi perdamaian
antara Dinasti Shafawiyyah dan Dinasti Usmani.
"Sejarah bukanlah beban
ingatan melainkan penerangan
jiwa." - John Dalberg-Acton

SEMANGAT BELAJAR SEJARAHNYA!


“ Silahkan yang mau
bertanya.”

—TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai