Anda di halaman 1dari 8

DINASTI SAFAWIYAH

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Safawiyah

Cikal bakal berdirinya Dinasti Safawiyah berawal dari gerakan tarekat yang diberi nama
Safawiyah. Gerakan ini muncul di Persia, tepatnya di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan.
Wilayah ini banyak ditinggali oleh suku Kurdi dan Armen. Nama Safawiyah dinisbahkan
kepada nama salah seorang guru Sufi di Ardabil bernama Syekh Ishak Safiuddin atau Shafi Ad-
Din. Shafi Ad-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus
mertuanya yang wafat pada tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangatlah teguh memegang
ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi orang-orang
ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka sebut “Ahli Bid’ah.

Kemudian murid-murid tarekat mendukung tarekat Safawiyah untuk menghimpun


kekuatan dengan menjadi tentara dan sangat fanatik kepada keyakinannya. Bahkan, mereka juga
menentang orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka. Tarekat Safawiyah banyak diterima
oleh masyarakat sehingga tarekat ini mengubah model gerakan spiritual keagamaan menjadi
gerakan politik. Keterlibatan tarekat Safawiyah dalam perpolitikan yang semakin besar
mengantarkan tarekat Safawiyah berhadapan dengan kekuatan besar yang berkuasa saat itu yaitu
Turki Utsmani. pada tahun 1459 M, Junaid mencoba merebut Ardabil tetapi gagal. Lalu pada
tahun 1460 M Junaid mencoba merebut kota Sircassia tetapi pasukan yang dipimpinnya
dihadang oleh tentara Sirwan. Junaid pun pada akhirnya terbunuh dalam pertempuran tersebut.
Tampuk kepemimpinan gerakan Safawi selanjutnya diberikan kepada putera Junaid, Haidar,
tetapi Haidar masih sangat kecil pada waktu itu. Setelah menunggu beberapa tahun, Haidar
sudah cukup dewasa dan mempersunting salah satu putri Uzun Hasan. Dari perkawinan tersebut
lahirlah Ismail yang di kemudian hari menjadi pendiri dinasti Safawi di Persia.

B. Perkembangan dan Masa Kejayaan Dinasti Salafiyah

Kepemimpinan gerakan Safawiyah selanjutnya berada di tangan Ismail, saat masih


berusia tujuh tahun. Selama lima tahun bersama pasukannya bermarkas di Gilan,
mempersiapkan kekuatan dan mengadakan kontak dengan para pengikutnya di Azerbaijan,
Syiria dan Anatolia. Pasukan yang dipersiapkan itu dinamai Qizilbash (baret merah). Pada
tahun 1501 M. pasukan Qizilbash menumpas dan mengalahkan Ak-Koyunlu dalam
peperangan di dekat Nakhchivan. Selanjutnya, pasukan ini berhasil menaklukan Tibriz
pusat kekuasaan Ak-Koyunlu. Di kota ini Ismail memproklamirkan Dinasti Safawi
berdiri dan menobatkan dirinya sebagai raja pertama. Dinasti Safawi berhasil mencapai
puncak kejayaan ketika Abbas I naik tahta. Kemajuan-kemajuan yang telah diukir dinasti ini
tidak terbatas pada bidang politik, tetapi bidang-bidang lain turut mengalami kemajuan, antara
lain:

1. Bidang politik dan militer; Bidang ini mulai memberikan kontribusi yang sangat
besar pada masa rezim Ismail I mengadakan ekspansi wilayah kekuasaan.
Kemajuan dalam bidang ini sempat mandek pada masa pemerintahan Tahmasp
I, Ismail II dan Khudabanda. Kemandekan tersebut segera teratasi ketika Abbas I
mengambil alih pemerintahan dengan berusaha mentransformasikan seluruh sistem
politik melalui konsolidasi kekuatan militer.
2. Bidang ekonomi; Stabilitas politik Dinasti Safawi pada masa Abbas I ternyata
telah memacu perkembangan perekonomian Safawi. Ditambah lagi setelah
kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubahmenjadi Bandar Abbas.
Oleh karena itu, Safawiyah menguasai jalur perdagangan antara Barat dan Timur.
Selain sector perdagangan, Dinasti Safawi juga mengalami kemajuan dalam bidang
pertanian, terutama hasil pertanian dari Sabit yang sangat subur.
3. Bidang Pendidikan; Kemajuan ekonomi dalam negeri Safawi mengantar mencapai
kemajuan dalam pendidikan dan seni. Bangsa Persia, sepanjang sejarah Islam
dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berperan dalam mengantar
kemajuan ilmu pngetahuan pada masa Abbasiyah. Tidak mengherankan apabila
pada masa Dinasti Safawi tradisi ilmu pengetahuan terus berkembang pesat.
Sejumlah ilmuan yang dilahirkan Dinasti Safawi antara lain; Baharuddin al-Syaroezi,
Sadaruddin al-Syaroezi dan Muhammad al-Baqir ibn Muhammad Damar, masing-
masing sebagai ilmuwan dalam bidang filsafat, sejarah, teologi dan ilmu pengetahuan
umum.
4. Bidang Pembangunan Seni; Kemajuan seni arsitektur ditandai oleh sejumlah bangunan
megah yang berdiri yang memperindah Dinasti Safawi, misalnya Masjid-masjid,
sekolah, rumah sakit dan Istana Shihil Sutun. Ketika Abbas I meninggal, di Isfahan
terdapat sejumlah 162 masjid, 48 perguruan, 1802 penginapan dan 273 tempat
permandian umum.14Tentu saja atas kemajuan yang pernah diukir oleh Dinasti
Safawi di masa silam, tampak bahwa kemajuan dari bidang yang satu dengan bidang
yang lain saling terkait dan mendukung. Di samping itu dukungan dan kesadaran
masyarakat sangat tinggi.
C. Tokoh-Tokoh Dinasti Salafiyah

Dinasti Salafiyah memiliki beberapa tokoh yang berpengaruh, berikut merupakan tokoh
dari dinasti Salafiyah yang memiliki pengaruh sangat besar. Selain itu di masa dinasti safawiyah
juga memiliki beberapa ilmuwan

Nama Syah Tahun Masehi Tahun Hijriah


Ismail I 1501 907
Tahmasp I 1524 930
Ismail II 1576 984
Muhammad Khudabanda 1578 985
Abbas I 1588 996
Syafi’i 1629 1038
Abbas II 1642 1052
Sulaiman I (Syafi’i II) 1666 1077
Husain I 1694 1105
Tahmasp II 1722 1135
Abbas III 1732 1145

Ada beberapa ilmuan yang selalu hadir di majlis istana, yaitu: Baha Al-Din Al-Shaerazy,
generalis ilmu pengetahuan; Sadar Al-Din Al-Syaerazi, merupakan seorang filosof yang
mengarang buku Al-Hikmah al-Muta’aliyah; dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad,
Filosof, ahli sejarah, teolog, dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai
kehidupan lebah-lebah.  Syamsul Bakri juga memaparkan ilmuwan yang terkenal pada masa
Dinasti Safawiyah yaitu:
a. Muhammad Baqir bin Muhammad Damad, seorang ahli filsafat dan ilmu pasti
b. Bahau Al-Din Al-Amily, salah seorang ulama ternama.
c. Shadr Al-Din Asy-Syirozi, seorang tokoh filosof.
D. Masa Keruntuhan Dinasti Salafiyah

Sepeninggal Abbas I, Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi
Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husein (1694- 1722
M), Tahmasp II (1722-1732 M) dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut
kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru
memperlihatkan kemunduran, yang akhirnya membawa kepada kehancuran. Raja Safi Mirza
(cucu Abbas I) juga menjadi penyebab kemunduran Safawi, karena dia seorang raja yang lemah
dan sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Di lain sisi dia juga seorang
pencemburu yang akhirnya mengakibatkan mundurnya kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh
dalam pemerintahan sebelumnya (Abbas I).

Kota Qandahar lepas dari kekuasaan kerajaan Safawi, diduduki oleh kerajaan Mughal
yang ketika itu diperintah oleh Sultan Syah Jehan, sementara Baghdad direbut oleh kerajaan
Usmani. Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan
meninggal. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap
para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintah.
Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Ia memberi kekuasaan yang besar kepada para Ulama
Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni. Sikap ini
membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan, sehingga mereka berontak dan berhasil
mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi.

Pemberontakan bangsa Afghan tersebut terjadi pertama kali tahun 1709 M di bawah
pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar. Pemberontakan lainnya terjadi di
Heart, suku Ardabil Afghanistan berhasil menduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh Mir
Mahmud dan ia dapat mempersatukan pasukannya dengan pasukan Ardabil, sehingga ia mampu
merebut negeri-negeri Afghan dari kekuasaan Safawi. Karena desakan dan ancaman Mir
Mahmud, Shah Husein akhirnya mengakui kekuasaan Mir Mahmud dan mengangkatnya menjadi
Gubernur di Qandahar dengan gelar Husei Quli Khan (budak Husein). Dengan pengakuan ini,
Mir Mahmud makin leluasa bergerak sehingga tahun 1721 M, ia merebut Kirman dan tak lama
kemudian ia menyerang Isfahan dan memaksa Shah Husein menyerah tanpa syarat. Pada tanggal
12 Oktober 1722 M Shah Husein menyerah dan 25 Oktober Mir Mahmud memasuki kota
Isfahan dengan penuh kemenangan.

Salah seorang putera Husein, bernama Tahmasp II, mendapat dukungan penuh dari suku
Qazar dari Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah dan berkuasa atas Persia
dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad. Tahun 1726 M, Tahmasp II bekerjasama dengan
Nadir Khan dari suku Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki
Isfahan. Asyraf, pengganti Mir Mahmud, yang berkuasa di Isfahan digempur dan dikalahkan
oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan itu, dengan
demikian Dinasti Safawi kembali berkuasa. Namun, pada bulan Agustus 1732 M, Tahmasp II
dipecat oleh Nadir Khan, dan digantikan oleh Abbas III (anak Tahmasp II) yang ketika itu masih
sangat kecil. Empat tahun setelah itu, tepatnya tanggal 8 Maret 1736, Nadir Khan mengangkat
dirinya sebagai raja menggantikan Abbas III. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Dinasti
Safawi di Persia.

Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi adalah:

1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan


Safawi yang bermadzhab Syi’ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani, sehingga
tidak pernah ada perdamaian antara dua kerajaan besar ini.
2. Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan Safawi, yang
juga ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini. Raja Sulaiman yang pecandu
narkotik dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun
menyempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan Sultan Husein.
3. Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat
perjuangan yang tinggi seperti semangat Qizilbash. Hal ini dikarenakan mereka tidak
memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki
bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap
lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
4. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga
istana.
E. Peninggalan Dinasti Salafiyah

1. Naqsh-e Jehaan Square (Maidan Imam)

Dibangun antara 1598- sampai 1629, Maidan Iman merupakan salah satu
lapangan terbesar di dunia yang terletak di pusat Kota Isfahan, Iran. Area ini juga
dikelilingi oleh bangunan Dinasti Safawi lainnya seperti Masjid Shah di sisi selatan,
Masjid Syekh Lutfallah di sisi timur, Istana Ali Qafu di barat. Bangunan yang sekarang
sudah ditetapkan UNESCO sebagai situs sejarah penting dalam daftar warisan dunia ini
memiliki pintu masuk utama yang terkenal dengan sebutan Bazar Isfahan di bagian utara.
Bazar Isfahan adalah pasar yang menjual macam-macam cendera mata khas Isfahan,
seperti mutiara istana, seni kaligrafi, dan lukisan. 

2. Jembatan Khaju 

Jembatan ini dibangun oleh Shah Abbas II yang memiliki fungsi ganda sebagai
bendungan untuk mengurai taman di sepanjang Sungai Zayandeh. Jembatan yang
melintang di atas sungai Zayandeh ini dibangun pada abad ke-17 M dan memiliki lorong
beratap yang dihiasai dengan keramik warna-warni. Jembatan Khaju memiliki luas 23
meter persegi dengan panjang 105 meter dan lebar 14 meter. Pada prasasti yang terdapat
di jembatan tersebut terlihat bahwa jembatan itu pernah diperbaiki pada 1873. 

3. Gedung Chahar Bagh 

Gedung yang dibangun Dinasti Safawiyah pada masa Shah Husein 1706 ini
diperuntukkan untuk sarana pendidikan. Letaknya di jalan Chahar-Bagh, salah satu jalan
utama di Kota Isfahan. Jika dilihat dari luar bangunan ini hanya tampak pintu gerbang
yang terbuat dari besi dengan tinggi menjulang dan besar. Sementara, dinding kuba dan
sebagian besar dinding terbuat dari batu bata dan lapisan keramik bermotif bunga dengan
dominasi warna biru dan kuning terang. Shah Husein memerintahkan pembangunan
sekolah ini sebagai pusat pendidikan agama dan ilmu pengetahuan di Isfahan. Sehingga,
bangunan ini dikenal sebagai kawah candradimuka bagi orang-orang yang belajar ilmu
agama pada zaman tersebut.
Daftar Pustaka

Manan, A., & Taran, J. P. (2020). The Sunni-Shia Conflict in the History of Islam: An Analytical Descriptive
Study. Palita: Journal of Social Religion Research, 5(2), 165-182.

ISLAM, J. S. D. K., & DJATI, S. G. KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN KERAJAAN SAFAWIYAH.

Kusdiana, A., & Saebani, B. A. (2013). Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan.

Badwi, A. (2018). SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI KERJAAN TURKI USMANI. Ash-Shahabah, 4(1), 92-


97.

https://www.republika.co.id/berita/nzaq8q1/jejak-peninggalan-dinasti-safawiyah

https://wawasansejarah.com/dinasti-safawiyah-di-persia/#_ftn2

https://republika.co.id/berita/qav9y5385/sejarah-isam-masa-kerajaan-safawi-di-persia-part2

Anda mungkin juga menyukai