1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada,
2011, hlm. 138
Selama dalam pengasingan, Juneid tidak tinggal diam. Ia malah dapat menghimpun
kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan. Ia juga berhasil
mempersunting salah seorang saudara perempuan Uzun Hasan. Pada tahun 1459 M, Juneid
mencoba merebut Ardabil tetapi gagal. Pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircassia
tetapi pasukan yang dipimpin dihadang oleh tentara Sirwan. Ia sendiri terbunuh dalam
pertempuran tersebut.
Ketika itu anak Juneid, Haidar, masih kecil dan dalam asuhan Uzun Hasan. Karena itu,
kepemimpinan gerakan Safawi baru bisa diserahkan kepadanya secara resmi pada tahun 1470
M. Hubungan Haidar dengan Uzun Hasan semakin erat setelah Haidar mengawini seorang putri
Uzun Hasan. Dari perkawinan ini lahirlah Ismail yang kemudian hari menjadi pendiri Kerajaan
Safawi di Persia.
Kemenangan AK Koyunlu tahun 1476 M terhadap Kera Koyunlu, membuat gerakan militer
Safawi yang dipimpin oleh Haidar dipandang sebagai rival politik oleh AK Koyunlu dalam meraih
kekuasaan selanjutnya. Padahal, sebagaimana telah disebutkan, Safawi adalah sekutu AK
Koyunlu. AK Koyunlu berusaha melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan Dinasti Safawi.
Karena itu, ketika Safawi menyerang wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan, AK Koyunlu
mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah dan Haidar sendiri
terbunuh dalam peperangan itu.
Ali, putra dan pengganti Haidar, didesak oleh bala tentara untuk menuntut balas atas
kematian ayahnya, terutama terhadap AK Koyunlu. Tetapi Ya’kub pemimpin AK Koyunlu dapat
menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya, Ibrahim dan Ismail, dan ibunya, di Fars
selama empat setengah tahun (1489-1493). Mereka dibebaskan oleh Rustam, putra mahkota
AK Koyunlu, dengan syarat mau membantunya memerangi saudara sepupunya. Setelah saudara
sepupu Rustam dapat dikalahkan, Ali bersaudara kembali ke Ardabil. Akan tetapi, tidak lama
kemudian Rustam berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara, dan Ali terbunuh dalam
serangan ini (1494 M).
Kepemimpinan gerakan Safawi selanjutnya berada ditangan Ismail, yang saat itu masih
berusia tujuh tahun. Selama lima tahun Ismail bersama pasukannya bermarkas di Gilan,
mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan,
Syiria, dan Anaotalia. Pasukan yang dipersiakan tersebut dinamakan Qizilbash (baret merah).
Di bawah kepemimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash menyerang dan
mengalahkan AK Koyunlu di Sharus, dekat Nakhchivan. Pasukan ini terus berusaha memasuki
dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK Koyunlu dan berhasil merebut dan mendudukinya. Di kota
ini Ismail memproklamirkan dirinya sebagai raja pertama Dinasti Safawi. Ia disebut juga Ismail I.