Anda di halaman 1dari 12

Makalah Peradaban islam

Masa Kerajaan Safawi di persia(1501-1732)

DISUSUN OLEH :

ANUGRAH EKA SAHPUTRA 211100686

KISA KAFUKINNADA 211100715

SABILA LUTVIA ZUHROH 211100741

PROGRAM STUDI PENDIDKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ALMA ATA

YOGYAKARTA 2022
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr.wb

Alhamdulillah,segala puji hanya milik Allah swt yang telah memberikan rahmat dan
karunianya pada kita sehingga makalah ini dapat terselesaikan tak lupa juga kita panjatkan
sholawat untuk Nabi SAW,sahabat,dan keluarga tak lupa juga saya ucapkan terimakasih
kepada bapak dosen yang telah membimbing kita sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dan kepada teman anggota saya yang sudah ikut membantu mengerjakan makalah ini dengan
baik,pada kesempatan kali ini kelompok kami akan mempresentasikan makalah tentang isim
khana waakhwatuha,yang semoga dapat bermanfaat bagi kita semua aamiin dan bisa
membantu kita mengetahui informasi atau yang berkaitan dengan isim khana tersebut,dan
semoga kita selalu dilancarkan dalam mencari ilmu juga aamiin.

Wassalammualaikum wr.wb

Terimakasih
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepeninggal Rasulullah, Islam sudah tersebar di Seantero Jazirah Arab.Islam terus
melakukan ekspansi dibawah kendali pada khalifah Ar-Rasyidin danselanjutnya oleh
Dinasti Umayyah kemudian Dinasti Abbasiyah. Di akhirpemerintahan Abbasiyah, Islam
semakin merosot selama beberapa abad.
Ditengah-tengah keterpurukan Islam muncullah tiga kerajaan besar, yaituKerajaan
Turki Usmani di Turki, Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughaldi India. Ketika
Kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya, KerajaanSafawi di Persia baru
berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat dan dalamperkembangannya, Kerajaan
Safawi sering bentrok dengan Kerajaan Turki Usmani. Selain itu, Kerajaan Safawi
menyatakan Syi’ah sebagai mazhab negaranya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Kerajaan Safawi?
2. Bagaimana perkembangan Kerajaan Safawi?
3. Apa yang menjadi penyebab mundurnya Kerajaan Safawi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Kerjaan Safawi.
2. Untuk mengetahui perkembangan Kerajaan Safawi.
3. Untuk mengetahui penyebab mundurnya Kerajaan Safawi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Safawi


Dinasti Safawiyah di Persia berkuasa antara tahun 1502-1722 M.
DinastiSafawiyah merupakan kerajaan Islam di Persia yang cukup besar.
AwalnyaKerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di
Ardabil,sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama Tarekat Safawiyah,
yangdiambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama Safawi
ituterus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan nama
ituterus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan, yakni
KerajaanSafawi.
Safi Al-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi
sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan dari Imam Syi’ah yang keenam, Musa Al -
Kazhim. Gurunya bernama Syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M)yang
dikenal dengan julukan Zahid Al-Gilani. Karena prestasi dan ketekunannyadalam
kehidupan tasawuf, Safi Al-Din diambil menantu oleh gurunya tersebut.Safi Al-Din
mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dansekaligus mertuanya
yang wafat tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangat teguhmemegang ajaran agama.
Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah bertujuanmemerangi orang-orang ingkar,
kemudian memerangi golongan yang mereka sebut “ahli -ahli bid’ah”. Tarekat yang
dipimpin Safi Al -Din ini semakin penting,terutama setelah ia mengubah bentuk
tarekat itu dari pengajian tasawuf murniyang bersifat lokal menjadi gerakan
keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia,Syria, dan Anatolia. Di negeri-negeri
diluar Ardabil, Safi Al-Din menempatkanseorang wakil yang memimpin murid-
muridnya. Wakil itu diberi gelar “khalifah”.
Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya
kerapkalimenimbulkan keinginan dikalangan penganut ajaran itu untuk berkuasa.
Olehkarena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah berubah menjadi
tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan, dan menentang setiap orang
bermazhab selain Syi’ah.
Kecenderungan memasuki dunia politik itu dapat terwujud konkretnyapada
masa kepemimpinan Juneid (1447-1460 M). Dinasti Safawi memperluasgerakannya
dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan.Perluasan kegiatan
ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan penguasa KaraKoyunlu (domba
hitam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayahitu. Dalam konflik
tersebut, Juneid kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Ditempat baru ini ia mendapat
perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, AK-Koyunlu(domba putih), juga satu suku
bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan, yangketika itu menguasai sebagian
besar Persia.
Selama dalam pengasingan, Juneid tidak tinggal diam. Ia malah
dapatmenghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan
UzunHasan. Ia juga berhasil mempersunting salah seorang saudara perempuan
UzunHasan. Pada tahun 1459 M, Juneid mencoba merebut Ardabil tetapi gagal.
Padatahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircassia tetapi pasukan yang
dipimpindihadang oleh tentara Sirwan. Ia sendiri terbunuh dalam pertempuran
tersebut.
Ketika itu anak Juneid, Haidar, masih kecil dan dalam asuhan Uzun
Hasan.Karena itu, kepemimpinan gerakan Safawi baru bisa diserahkan kepadanya
secararesmi pada tahun 1470 M. Hubungan Haidar dengan Uzun Hasan semakin erat
setelah Haidar mengawini seorang putri Uzun Hasan. Dari perkawinan ini
lahirlahIsmail yang kemudian hari menjadi pendiri Kerajaan Safawi di Persia.
Kemenangan AK Koyunlu tahun 1476 M terhadap Kera Koyunlu,membuat
gerakan militer Safawi yang dipimpin oleh Haidar dipandang sebagairival politik oleh
AK Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Padahal,sebagaimana telah
disebutkan, Safawi adalah sekutu AK Koyunlu. AK Koyunluberusaha melenyapkan
kekuatan militer dan kekuasaan Dinasti Safawi. Karenaitu, ketika Safawi menyerang
wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan, AK Koyunlumengirimkan bantuan militer
kepada Sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah danHaidar sendiri terbunuh dalam
peperangan itu.
Ali, putra dan pengganti Haidar, didesak oleh bala tentara untuk menuntut
balas atas kematian ayahnya, terutama terhadap AK Koyunlu. Tetapi Ya’kub
pemimpin AK Koyunlu dapat menangkap dan memenjarakan Ali bersamasaudaranya,
Ibrahim dan Ismail, dan ibunya, di Fars selama empat setengah tahun(1489-1493).
Mereka dibebaskan oleh Rustam, putra mahkota AK Koyunlu,dengan syarat mau
membantunya memerangi saudara sepupunya. Setelah saudarasepupu Rustam dapat
dikalahkan, Ali bersaudara kembali ke Ardabil. Akan tetapi,tidak lama kemudian
Rustam berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara,dan Ali terbunuh dalam
serangan ini (1494 M).
Kepemimpinan gerakan Safawi selanjutnya berada ditangan Ismail, yangsaat
itu masih berusia tujuh tahun. Selama lima tahun Ismail bersama
pasukannyabermarkas di Gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan
denganpara pengikutnya di Azerbaijan, Syiria, dan Anaotalia. Pasukan yang
dipersiakantersebut dinamakan Qizilbash (baret merah).
Di bawah kepemimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash
menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu di Sharus, dekat Nakhchivan. Pasukanini
terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK Koyunlu danberhasil
merebut dan mendudukinya. Di kota ini Ismail memproklamirkan dirinyasebagai raja
pertama Dinasti Safawi. Ismail inilah yang yang dipandang sebagaipendiri yang
pertama dari Kerajaan Safawiyah.
B. Perkembangan Kerajaan Safawi
Ketika gerakan Safawiyah dipimpin oleh Ismail I, eksistensi gerakan
inisemakin kuat. Inilah kemudian ia memproklamirkan dirinya sebagai
pendiriKerajaan Safawiyah setelah Qizilbash sukses mengalahkan pasukan AK
Koyunluyang semula sebagai sekutunya, dan akhirnya menjadi rival politiknya, di
Sharurdekat Nakhchivan pada tahun 1501 M dan menguasai Tabriz, pusat
kekuasaandinasti AK Koyunlu.
Pemerintahan Ismail I berlangsung selama 23 tahun yaitu sejak 1501-1524.
Sepuluh tahun pertama, dikonsentrasikan untuk ekspansi keluar. Ismail Isukses
menghancurkan sisa-sisa kekuatan AK Koyunlu di Hamdan (1503), menduduki
propinsi Kapsis di Nazandaran, Gurgan dan Yazd (1504), Diyar Bakr(1505-1507),
Baghdad dan daerah barat daya Persia (1508), Sirwan (1509) danKhurasan (1510).
Karena itu, wilayah kekuasaan Ismail I meliputi seluruh Persiadan bagian timur Bulan
Sabit Subur (Fertile Crescent), yaitu di Asia Tengah yangmembentang mulai dari Laut
Tengah melalui daerah antara Sungai Tigris danSungai Euphart, hingga ke Teluk
Persia. Ini merupakan capaian yang cukup luasuntuk sebuah penguasaan yang
berlangsung selama sepuluh tahun.
Sebenarnya, kekuatan besar yang menjadi pesaing Kerajaan Safawiyah saat itu
adalah dua kekuatan penting yaitu Uzbeg di sebelah timur yang dikuasaioleh Khan
Muhammad Syaibani dan Turki Usmani di barat yang dikuasai SultanSalim. Ismail
melakukan penyerangan terhadap kelompok pertama membawakemenangan di pihak
Ismail. Tetapi ketika pada peperangan dengan kelompokkedua, Turki Usmani yang
dipimpin Sultan Salim dan kemenangan beradadipihak Sultan Salim. Pertempuran ini
tidak hanya bermotif politis semata, tetapi juga bermotif agama. Salim benci terhadap
orang-orang Syi’ah yang berada di wilayah kekuasaannya, sehingga ia mengadakan
pengejaran terhadap orang-orangyang dipandangnya telah meninggalkan faham
Sunninya. Angkatan perang Turkiyang melangkah ke wilayah Azerbaijan dan Persia
Barat akhirnya berhasilmengalahkan orang-orang Persia. Pada saat itu Turki Usmani
memang dalammasa-masa yang kuat, dan capaian ekspansinya sangat luas, termasuk
mileternya juga tangguh.
Oleh karena itu, kemenangan Turki Usmani atas Persia ini bisa
dibilangkarena sejumlah faktor, diantaranya adalah karena memang jumlah
pasukannyalebih besar dan dilengkapi dengan persenjataan yang cenderung lebih
canggih. Kekalahan dipihak Safawiyah, tetapi tidak sampai menjatuhkan
KerajaanSafawiyah. Setelah pertempuran tersebut, Sultan Salim dan pasukannya
kembalike Turki dan dalam tubuh tentaranya terdapat konflik internal yang
menimbulkan perpecahan. Tetapi kondisi demikian tidak bisa dimanfaatkan oleh
Ismail karenakekalahan yang dideritanya dari pasukan tersebut.
Kekalahan tersebut meruntuhkan kebanggaan dan kepercayaan diri
Ismail.Akibatnya, kehidupan Ismail I berubah. Ia lebih senang menyendiri,
menempuh kehidupan hura-hura dan berburu. Keadaan ini menimbulkan dampak
negatif bagi Kerajaan Safawi, yaitu terjadinya persaingan segitiga antara pimpinan
suku-suku Turki, pejabat-pejabat keturunan Persia, dan Qizilbash dalam merebut
pengaruhuntuk memimpin Kerajaan Safawi.
Ismail meninggal dunia pada tahun 1524 M. Kendali pemerintahan kemudian
dipegang oleh putranya, Tahmasp I yang berkuasa pada tahun 1524-1576 M.
Meskipun dia seorang pertapa, namun ia juga dikenal sebagai seorangahli strategi
militer. Hal itu dibuktikan dengan kemampuan Tahmasp Imematahkan lima serangan
orang Uzbeg Khurasan dan empat serangan pasukan Turki Usmani Azerbaijan.
Setelah Tahmasp I wafat, kepemimpinan dipindahkan kepada Syah Ismail II (1576-
1577) dan kemudian dipegang oleh Syah Muhammad Khuda banda (1577-1587).
Tetapi kedua raja ini tidak mampu mengembalikan kondisi pemerintahan yang begitu
memprihatinkan, yang disebabkan oleh karena sering terjadinya konflik politik
dengan Turki Usmani disamping diperburuk dengan adanya pertentangan internal
lingkungan wilayah Kerajaan Safawi sediri, yang justru merugikan Safawiyah secara
politis.
Situasi seperti ini kemudian berakhir ketika Syah Abbas naik menjadi
pimpinan Safawiyah. Ia memerintah dari tahun 1558 sampai dengan 1628 M. Pada
masa inilah Kerajaan Safawi mengalami masa keemasannya, ada kemajuan-kemajuan
pada masa Abbas I, yaitu:
1. Bidang Politik
Pada saat Abbas I memulai memegang kepemimpinan, sebenarnya
kondisiSafawiyah berada pada situasi yang memprihatinkan. Abbas I kemudian
mengambil sejumlah langkah penting diantaranya:
a. Abbas I membentuk pasukan baru yang direkrut dari para budak dan
tawananperang yang berkebangsaan Georgia, Armenia dan Sircassia,
untukmenghilangkan dominasi pasukan Qizilbash. Dalam kenyataannya,
ternyatalangkah ini cukup strategis bagi tegaknya kekuasaan Abbas I. Langkah
inidilakukan karena pasukan Qizilbash merasa telah banyak berjasa
sebelumnya,sekaligus sebagai penguasa pemerintahan. Oleh karena itu
rekrutmen kelompok budak dan tawanan perang ini dimaksudkan untuk
menciptakanpasukan yang memilki posisi fungsional dan strategis sebagai
pasukan intidan penjaga garda terdepan dalam pemerintahannya. Pasukan
inilah yangnantinya disebut Ghulam.
b. Jalin hubungan dengan Turki Usmani. Dalam usaha untuk
membangunstabilitas politik negerinya, Abbas I menempuh langkah
diplomatik denganKerajaan Turki Usmani. Langkah ini dimaksudkan sebagai
upaya untukmengurangi permusuhan dengan pihak lawan. Namun demikian,
untukkepentingan ini Abbas I harus menyerahkan sebagian kekuasaannya
yaituAzerbaijan, Georgia dan Luristan kedalam cakupan wilayah Turki
Usmani.Bahkan lebih juh dari itu, sebagai jaminannya Abbas
mengirimkansaudaranya Haidar Mirza sebagai sandera di Istambul. Satu hal
yang agaknya tidak bisa dilupakan adalah pengorbanan faham Syi’ah yang
selama ini salahsatu ajarannya adalah memaki-maki khalifah Abu Bakar,
Umar dan Usmandalam setiap khutbah, maka dihapuskanlah caci makian
tersebut. Sehinggatidak ada lagi caci makian kepada para sahabat Rasul
tersebut kala itu.
c. Aliansi dengan Inggris. Sebagai sebuah pemerintahan besar kala itu,
TurkiUsmani memilki sejumlah musuh, diantaranya adalah Inggris yang
sulitdikalahkan. Inggris membuat strategi untuk menghancurkan musuhnya,
yaitudengan jalan menyulut peperangan antara Safawiyah dan Turki
Usmani.Untuk mewujudkan upayanya, Inggris mengirimkan dua orang
utusannya,yaitu Sir Anthony Shearly dan Sir Robert Shearly untuk
memperkenalkanstrategi perang dan pembuatan senjata canggih untuk
menghancurkanlawannya. Ketika terjadi peperangan antara Turki dengan
Austria, moment tersebut dimanfaatkan Abbas untuk mengalahkan Turki
Usmani dan berhasilmerebut wilayah Tibbiz, Syirwan, Kaukasus, Balkh,
Marw dan Baghdad padatahun 1602 M. Sedangkan kota Nachivant, Erivan,
Ganja dan Tiflis dikuasaipada tahun 1605-1606 M. Pada tahun 1622 M,
pasukan Abbas I berhasilmerebut kepulauan Hurmuz, basis kekuatan Portugis
dan menjadikanpelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Bandar Abbas, yang
merupakanpelabuhan penting Kerajaan safawi.

2. Bidang Ekonomi
Sejak dikuasainya kepulauan Hurmuz dan dibukanya Bandar Abbas,
makaSafawiyah akhirnya menjadi pemegang kunci perdagangan Internasional
lewat jalur laut saat itu. Ternyata Bandar Abbas merupakan jalur dagang laut
potensialdan strategi yang posisinya mempertemukan antara timur dan barat yang
telahdiperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Prancis. Demikian juga jalur
daratnya,arus perdagangannya tetap melewati kota-kota penting yang dikuasai
Safawiyah,seperti Marw dan Baghdad.
Barang-barang yang diperdagangkan waktu itu antara laina adalah rempah-
rempah dan hasil industri Persia yang berupa logam, sutera, permadani
dankeramik. Selain itu, kemajuan juga terjadi di sektor pertanian yang sering
disebutdaerah Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent).
3. Bidang Fisik dan Seni
Pada masa Abbas I menjadi penguasa, ia memindahkan kekuasaannya
dariQazwin ke Isfahan. Kebujaksanaan dilakukan untuk memudahkan
pengontrolan terhadap seluruh daerah kekuasannya serta untuk memperlancar
hubungan dengan pintu perdagangan di Teluk Persia. Sebagai pusat kota
Kerajaaan Safawi sekaligus sebagai lambang kejayaan dan kewibawannya, maka
Syah Abbas I melengkapidan mempercantik kota Isfahan.
Isfahan sebagai ibu kota Kerajaan Safawi yang indah sesungguhnya
jugadidukung keindahan bangunan-bangunan lain seperti masjid, rumah
sakit,sekolah, jembatan raksasa diatas Zende Rud dan istana Chihil Sutun. Kota
Isfahan juga dipercantik dengan taman-taman wisata yang ditata dengan indah.
Jumlahbangunan yang didirikan di Isfahan itu mencapai 162 masjid, 48 akademi,
1802penginapan, 2073 pemandian umum. Adapun diantara karya seni
denganarsitektur megah yang monumental adalah masjid Shakh Luthf Allah
yangdibangun pada tahun 1603 M, dan masjid Shah yang didirikan pada tahun
1611M. Disamping itu, dipugar pula makam Ali al-Ridha di Mashhad.
Dengandemikian Isfahan betul-betul tertopang oleh bangunan-bangunan lain yang
indahyang turut menghiasi keindahan kota ini.
4. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Agama
Dalam sejarah Islam, bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yangberperadaban
tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
tidaklah mengherankan apabila pada masa Kerajaan Safawi, khususnya ketika
Abbas I berkuasa, tradisi keilmuwan terus berkembang.
Berkembangnya ilmu pengetahuan masa Kerajaan Safawi tidak lepas dari
suatu doktrin mendasar bahwa kaum Syi’ah tidak boleh taqlid dan pintu ijtihad
selamanya terbuka. Kaum Syi’ah tidak seperti kaum Sunni yang mengatakan
bahwa ijtihad telah terhenti dan orang mesti taqlid saja. Kaum Syi’ah tetap
berpendirian bahwasannya mujtahid tidak terputus selamanya.
Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembanagn pemikiran
Islam ini, doktrin keagamaan metafisika Syi’ah dapat dijumpai dalam karya tulis
yang disumbangkan oleh pemikir besar seperti Mir Damad, Baha’ al -Din al-
Amili, salah seoramg Syi’i dari Jabal Amil di Lebanon yang datang ke Persia,
danSadr al-Din al-Syirazi yang lebih populer dengan nama Mulla Sadra,
seorangteosof dan filosof muslim yang telah memadukan konsep antara teori Ibnu
Arabi,Al- Suhrawardi, Ibnu Sina dan Nashir al-Din al- Thusi ke dalam perspektif
Syi’ah. Dan semenjak itulah pemikiran- pemikiran Syi’ah terus berkembang di
Persia, Irak, Lebanon dan beberapa daerah di India, dan bisa pula ke wilayah yang
lebihdari itu. Dalam kaitannya dengan kemajuan ilmu pengetahuan ini,
KerajaanSyafawiyahlah yang paling maju dibanding dengan kerajaan-kerajaan
lain dimasanya.
Pada masa Abbas I, kebijakan keagamaan tidak lagi seperti masa khalifah-
khalifah sebelumnya yang senantiasa memaksakan agar Syi’ah menjadi agama
negara, tetapi ia menanamkan sikap toleransi. Menurut Hamka, terhadap
politikkeagamaan beliau tanamkan paham toleransi atau lapang dada yang amat
besar. Paham Syi’ah tidak lagi menjadi paksaan, bahkan orang Sunni dapat hidup
bebas mengerjakan ibadahnya. Bukan hanya itu saja, pendeta-pendeta
Nasranidiperbolehkan mengembangkan ajaran agamanya dengan leluasa sebab
sudahbanyak bangsa Armenia yang telah menjadi penduduk setia di kota Isfahan.

C. Sebab-Sebab Mundurnya Kerajaan Safawi


Sepeninggal Abbas I, Kerajaan Safawi berturut-turut diperintahkan olehenam
raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-
1694 M), Husein (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan AbbasIII
(1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut, kondisi Kerajaan Safawi
tidakmenunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru
memperlihatkankemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.
Safi Mirza, cucu Abbas I, adalah seorang pemimpin yang lemah. Ia
sangatkejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifat
pencemburunya.Kemajuan yang pernah dicapai oleh Abbas I segera menurun.
Kota Qandahar(sekarang termasuk wilayah Afghanistan) lepas dari kekuasaan
Kerajaan Safawi,diduduki oleh Kerajaan Mughal yang ketika itu diperintah oleh
Sultan Syah Jehan,sementara Baghdad direbut oleh Kerajaan Usmani. Abbas II
adalah raja yangsuka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan
meninggal. Meskipundemikian, dengan bantuan wazir-wazirnya, pada masa itu
kota Qandahar dapatdirebut kembali. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga
seorang pemabuk. Iabertindak kejam terhadap para pembesar yang dicuranginya.
Akibatnya, rakyatbersikap masa bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah
Husein yangalim. Pengganti Sulaiman ini memberi kekuasaan yang besar kepada
para ulama Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran
Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan,
sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi.
Pemberontakan bangsa Afghan tersebut terjadi pertama kali pada tahun1709
M dibawah pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah
Qandahar.Pemberontakan lainnya terjadi di Herat, suku Ardabil Afghanistan
berhasilmenduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh Mir Mahmud sebagai
penguasaQandahar. Ia berhasil mempersatukan pasukannya dengan pasukan
Ardabil.Dengan kekuatan gabungan ini, Mir Mahmud berusaha memperluas
wilayahkekuasaannya dengan merebut negeri-negeri Afghan dari kekuasaan
Safawi. Iabahkan berusaha menguasai Persia.
Karena desakan dan ancaman Mir Mahmud, Shah Husein akhirnyamengakui
kekuasaan Mir Mahmud dan mengangkatnya sebagai gubernur diQandahar
dengan gelar Husein Quli Khan (budak Husein). Dengan pengakuan ini Mir
Mahmud menjadi lebih leluasa bergerak. Pada tahun 1721 M, ia dapat merebut
Kirman. Tak lama kemudian, ia dan pasukannya menyerang
Isfahan,mengepungnya selama enam bulan dan memaksa Shah Husein untuk
menyerahtanpa syarat. Pada tanggal 12 Oktober 1722 M, Shah Husein menyerah
dan 25 Oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh kemenangan.
Salah seorang putra Husein, bernama Tahmasp II, dengan dukungan
penuhsuku Qazar dari Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah
dan berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad. Pada
tahun1726 M Tahmasp II bekerja sama dengan Nadir Khan dari suku Afshar
untukmemerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan.
Asyraf,pengganti Mir Mahmud, yang berkuasa di Isfahan digempur dan
dikalahkan olehpasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh
dalam peperanganitu. Namun pada bulan Agustus 1732 M Tahmasp II dipecat
oleh Nadir Khan dandigantikan oleh Abbas III (anak Tahmasp II) yang ketika itu
masih sangat kecil.Empat tahun setelah itu, tepatnya, 8 Maret 1736, Nadir Khan
mengangkat dirinyasebagai raja menggantikan Abbas III. Dengan demikian,
berakhirlah kekuasaanDinasti Safawi di Persia.
Diantara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi
ialahkonflik berkepanjangan dengan Kerajaan Usmani. Bagi Kerajaan Usmani,
berdirinya Kerajaan Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung
terhadap wilayah kekuasaan. Konflik antara dua kerajaan tersebut
berlangsunglama, meskipun pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian
pada masaShah Abbas I. Namun, tak lama kemudian, Abbas meneruskan konflik
tersebut,dan setelah itu dapat dikatakan tidak ada lagi perdamaian antara dua
kerajaan besar Islam tersebut.
Penyebab lainnya adalah dekadansi moral yang melanda sebagian para
pemimpin Kerajaan Safawi. Ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan
tersebut. Sulaiman, disamping pecandu berat narkotik, juga menyenangi
kehidupan beserta harem-haremnya selama tujuh tahun tanpa sekali pun
menyempatkan diri menangani pemerintahan. Begitu juga Sultan Husein.
Penyebab penting lainnya adalah karena pasukan Ghulām (budak-budak)yang
dibentuk oleh Abbas I tidak memilki semangat perang yang tinggi seperti
Qizilbash. Hal ini disebabkan karena pasukan tersebut tidak disiapkan
secaraterlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohani seperti yang dialami
oleh Qizilbash. Sementara itu, anggota Qizilbash yang baru ternyata tidak
memilkimilitansi dan semangat yang sama dengan anggota Qizilbash sebelumnya.
Tidakkalah penting dari sebab-sebab diatas adalah seringnya terjadi konflik
interndalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri diArdabil,
sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama TarekatSafawiyah, yang
diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334M) dan nama Safawi itu
terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadigerakan politik. Bahkan nama itu
terus dilestarikan setelah gerakan iniberhasil mendirikan kerajaan, yakni Kerajaan
Safawi.

2.Pemerintahan Ismail I berlangsung selama 23 tahun yaitu sejak 1501-


1524.Sepuluh tahun pertama, dikonsentrasikan untuk ekspansi keluar. Ismail
Isukses menghancurkan sisa-sisa kekuatan AK Koyunlu di Hamdan
(1503),menduduki propinsi Kapsis di Nazandaran, Gurgan dan Yazd (1504),Diyar
Bakr (1505-1507), Baghdad dan daerah barat daya Persia (1508),Sirwan (1509)
dan Khurasan (1510). Ketika Syah Abbas naik menjadipimpinan Safawiyah dari
tahun 1558 sampai dengan 1628 M, KerajaanSafawi mengalami masa
keemasannya, ada kemajuan-kemajuan pada masaAbbas I, baik di bidang politik,
ekonomi, fisik dan seni, maupun di bidangilmu pengetahuan dan agama.

3.Diantara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi


ialahkonflik berkepanjangan dengan Kerajaan Usmani. Bagi Kerajaan Usmani,
berdirinya Kerajaan Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung
terhadap wilayah kekuasaan. Penyebab lainnya adalah dekadansimoral yang
melanda sebagian para pemimpin Kerajaan Safawi.
B. Saran
Setelah kita mengetahui mengenai uraian tentang Kerajaan Safawi,
kitahendaknya lebih menghargai sejarah, karena lewat sejarahlah muncul
berbagaimacam kebudayaan yang mengalami peradaban sampai saat ini. Selain itu
kitahendaknya dapat mengembil hikmah sehingga dapat di implementasikan
padakehidupan sekarang ini.

Anda mungkin juga menyukai