Anda di halaman 1dari 14

Asal Usul Bangsa Safawi

Kerajan Safawi bermula dari gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil,


sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama Safawiyah karena pendirinya
bernama Syech Safuyudin Ishaq (1252-1334) seorang guru agama yang lahir dari
sebuah keluaraga Kurdi di Iran Utara. Beliau merupakan anak murid seorang imam
Sufi yiaitu Sheikh Zahed Gilani (1216–1301, dari Lahijan.) Safi Al-Din kemudian
menukar Ajaran Sufi ini kepada Ajaran Safawiyah sebagai tindak balas kepada
pencerobohan tentera Mongol di wilayah Azerbaijan
Safi Al-Din merupakan keturunan dari imam syiah yang ke enam musa al-
kazim. gurunya bernama syaikh taj al-din Ibrahim zahidi yang terenal dengan sebutan
zahid al-gilani (1216-1301, dari Lahijan) .karena tinggi ilmu tasawufnya dan banyak
prestasi yang di raih kemudian ia di jadikan menantu oleh gurunya tersebut,kemudian
ia menggantikan gurunya setelah sepeninggal gurunya dan memimpin tarekat
syafawiah,pada awalnya gerakan ini hanya bertujuan untuk memerangi orang-orang
yang ingkar dan memerangi orang yang ahli bid’ah tarekat yang di pimpin safi al-din
ini sangat berpengaruh besar terhadap ilmu keagamaan kususnya pada daerah
syiria,Persia,Anatolia kemudian safi al-din menempatkan pemimpin di masing-masing
daerah tersebut yang memimpin murid-mutridnya (Badri, 2006).

Gerakan Safawi mewakili sebuah kebangkitan Islam Populer yang


menentang dominasi militer yang meresahkan dan bersifat eksploitatif. Tidak seperti
gerakan lainnya,gerakan Safawiyah memprakarsai penaklukan Iran dan mendirikan
sebuah baru yang berkuasa dari 1501 sampai 1722. Sang pendiri mengawali
gerakannya dengan seruan untuk memurnikan dan memulihkan kembali ajaran Islam.

Pada waktu kerajaan Turki Usmani sudah mencapai puncak kejayaan,


kerajaan Safawi di Persia masih baru berdiri. Namun pada kenyataannya, kerajaan ini
dapat berkembang dengan cepat. Nama safawi ini terus dipertahankan sampai tarekat
Sfawiyah menjadi gerakan politik dan menjadi sebuah kerajaan yang disebut kerajaan
Safawi. Dalam perkembangannya, kerajaan Safawi sering berselisih dengan kerajaan
Turki Usmani

Kerajaan Safawi mempunyai perbedaan dari dua kerjaan besarislam lainnya


seperti kerajan Turki Usmani dan Mughal. Kerajaan ini menyatakan sebagai penganut
Syi’ah dan dijadikan madzhab Negara. Oleh karena itu, kerajaan Safawi dianggap
sebagai peletak dasar pertama terbentuknya Negara Iran dewasa ini.

Perkembangan Kerajaan Safawi

Dalam perkembangannya Bangsa Safawi (tarekat Safawiyah) sangat


fanatik terhadapajaran-ajarannya. Hal ini ditandai dengan kuatnya keinginan mereka
untuk berkuasa karena dengan berkuasa mereka dapat menjalankan ajaran agama yang
telah mereka yakini (ajaran Syi’ah). Karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat
Safawiyah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang
setiap orang yang bermazhab selain Syiah.

Bermula dari perajurit akhirnya mereka memasuki dunia perpolitikan pada


masa kepemimpinan syah al junaid. Dinasti safawi memperluas geraknya dengan
menumbuhkan kegiatan politik di dalam kegiatan kegiatan keagamaan. Perluasan
kegiatan ini menimbulkan konflik dengan penguasaan kara koyunlu(domba hitam),
salah satu suku bangsa turki yang akhirnya menyebabkan kelompok junaid kalah dan
di asingkan kesuatu tempat. Di tempat baru ini ia mendapatkan perlindungan dari
penguasa Diyar bakr, AK –Koyunlu juga suku bangsa turki. Ia tinggal diistana Uzun
hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia.

Tahun 1459 M, Junaid mencoba merebut Ardabil tapi gagal. Pada tahun
1460 M. Ia mencoba merebut Sircasia tetapi pasukan yang dipimpinya dihadang oleh
tentara Sirwan dan ia terbunuh dalam pertempuran tersebut. Penggantinya diserahkan
kepada anaknya Haidar pada tahun 1470 M, lalu Haidar kawin dengan seorang cucu
Uzun Haisan dan lahirlah ismail dan kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi
dan mengatakan bahwa Syi’ahlah yang resmi dijaadikan mazhab kerajaan ini. Kerajaan
inilah dianggap sebagai peletak batu pertama negara Iran (Badri, 1993).

Gerakan Militer Safawi yang dipimpin oleh Haidar di pandang sebagai rival
politik olehAK Koyunlu setelah ia menang dari Kara Koyunlu (1476 M). Karena itu,
ketika Safawimenyerang wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan, AK Koyunlu
mengirimkan bantuanmiliter kepada Sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah dan ia
terbunuh.

Ali, putera dan pengganti Haidar, didesak bala tentaranya untuk menuntut
balas ataskematian ayahnya, terutama terhadap AK Koyunlu. Akan tetapi Ya’kub
pemimpin AK Koyunlu menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya,
Ibrahim, Ismail dan ibunya di Fars (1489-1493 M). Mereka dibebaskan oleh Rustam,
putera mahkota AK Koyunlu dengan syarat mau membantunya memerangi saudara
sepupunya. Setelah dapatdikalahkan, Ali bersaudara kembali ke Ardabil. Namun, tidak
lama kemudian Rustam berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara dan Ali
terbunuh (1494 M)

Periode selanjutnya, kepemimpinan gerakan Safawi di serahkan pada


Ismail. Selama 5 tahun, Ismail beserta pasukannya bermarkas di Gilan untuk
menyiapkan pasukan dan kekuatan. Pasukan yang di persiapkan itu diberi nama
Qizilbash (baret merah).

Pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash dibawah pimpinan Ismail


menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu (domba putih) di sharur dekat Nakh Chivan.
Qizilbash terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, yakni ibu kota AK
Koyunlu dan akhirnya berhasil dan mendudukinya. Di kota Tabriz Ismail
memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama Dinasti Safawi. Ia disebut juga Ismail.

IsmaiI berkuasa kurang lebih 23 tahun antara 1501-1524 M. Pada sepuluh


tahun pertama ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, Buktinya ia dapat
menghancurkan sisa-sisa kekuatan AK Koyunlu di Hamadan (1503 M), menguasai
propinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan dan Yazd (1504 M), Diyar Bakr (1505-1507
M) Baghdad dan daerah Barat daya Persia (1508 M), Sirwan (1509 M) dan Khurasan.
Hanya dalam waktu sepuluh tahun itu wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh
Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur .

Safawiah menegaskan persekutuan meraka dengan Syi’ah dan Syah Ismail


,menytakan bahwa dirinya adalah sebagai sang imam tersembunyi,sebagai reinkarnasi
dari Ali, dan sebagai simbol wujud ketuhanan. Ismail mengkelaim sebagai keturunan
dari imam ketujuh, dan sebagai generasi ketujuh dalam
garis keturunan Safawiah,dimana setiap imam secara berurutan merupakan pembawa
cahaya ketuhanan yang disampaikan dari satu generasi kegenerasi yang lainnya.
Dengan kecendrunganya kepada sin kereatisme relegius dari beberapa gerakan sufi
yangtelah berlangsung selama dua abad di Iran barat, dan dengan menggabungkan
beberapa pengaruh keagamaan yang berbeda beda, termasuk Syi’isme,
mesiannisme,Sunni dan Budhisme. Ismail juga menyatakan secara tegas bahwa dirinya
adalah reingkarnasi dari Khidir, pembawa kebijaksanaan masa lampau, dan sebagai ruh
Yesus. Dengan diterangi cahaya ketuhanan yangmana cahaya tersebut mendahului
alquran dan penciptaan alam semesta ini, yang diturunkan oleh keluarga nabi untuk
ditubuhkan didalam diri Ismail, maka ia menjadi seorang mesiah,Syah,pemilik
kekuasaan temporal dan sekaligus pemilik kerajaan mistikal. Berdasarkan beberapa
klaim keagamaan ini, tokoh tokoh Syafawiah menuntut sebuah kepatuan absolut dan
tanpa keraguan absolut dari para tokoh sufi mereka (Lapidrus, 1999) .

Isma’il memberlakukan faham Syi’ah sebagai madzhab resmi negara.


Untuk menerapkan keinginannya ini ia kerap mendapat tantangan dari Ulama’ Sunni.
Pertentangan ideologi muncul akibat penerapan faham Syi’ah ini. Syah Isma’l tidak
segan segan menerapkan faham ini dengan tindakan kekerasan. Di Baghdad dan Herat,
misalnya, Syah Isma’il membunuh secara kejam para Ulama’ dan sastrawan sunni yang
menolak ideologi Syi;ah. Akibatnya hinga beberapa dekade kemudian para penganut
Sunni di Kurasan, misalnya, harus menyembunyikan identitas Sunni mereka atau
mempraktekkan tradisi Sunninya secara sembunyi-sembunyi.

Ima’il adalah orang yang sangat berani dan berbakat. Ambisi politiknya
mendorong untuk menguasai negara lain sampai Turki Usmani. Namun dalam
peperangan ia dikalahkan pasukan militer Turki yang lebih unggul dalam kemiliteran.
Karena keunggulan militer kerajaan Usmani, dalam peperangan ini Isma’il mengalami
kekalahan, malah Turki Usmani dibawah pimpinan Sultan Salim dapat menduduki
Tabriz. Kerajaan Safawi terselamatkan oleh pulangnya sultan Salim ke Turki karena
terjadi perpecahan dikalangan militer Turki di negrinya

Kekalahan akibat perang dengan Turki Usmani ini membuat Isma’il


frustasi. Ia lebih senang menyendiri, menempuh kehidupan hura-hura dan berburu.
Keadan itu berdampak negatif bagi kerajaan Safawi dan pada akhirnya terjadi
persaingan dalam merebut pengaruh untuk dapat memimpin kerajaan Safawi antara
suku-suku Turki, pejabat keturunan Persia dan Qizibash (Saepudin, 2007).

Rasa pemusuhan dengan Kerajaan Usmani terus berlangsung sepeninggal


Ismail I, peperangan antara dua kerajaan besar Islam ini terjadi beberapa kali pada masa
pemerintahan Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M) dan Muhammad
Khudabanda (1577-1567M). Pada masa tiga raja tersebut kerajaan Safawi mengalami
kelemahan. Hal ini di karenakan sering terjadinya peperangan melawan kerajaan
Usmani yang lebih kuat, juga sering terjadi pertentangan antara kelompok dari dalam
kerajaan Safawi sendiri.
Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi:

Nama-nama Raja Tahun Masehi Tahun hijri


Isma’il I 1501 907
Thahmsap l 1524 930
Isma’il ll 1576 984
Muhamad Khudabanda 1578 985
Abbas l 1588 996
Shafi l 1629 1038
Abbas ll 1642 1052
Sulayman l (Shafi ll) 1666 1077
Husayn l 1694 1105
Thahmasp ll 1722 1135
Abbas lll 1732 1145
Sulayman ll 1749 1163
Isma’il lll 1750 1163
Husan ll 1753 1166
Muhammad 1786 1200
Masa Kejayaan Kerajaan Safawi

Kondisi Kerajaan Safawi yang memprihatinkan itu baru bisa diatasi setelah
raja Safawi ke lima, Abbas 1 naik tahta(1588-1628). Popularitas Abbas 1 ditopang oleh
sikap keagamaannya. Ia terkenal sebagai seorang Syi’ah yang shaleh. Sebagai bukti
atas kesalehannya adalah bahwa dia sering berziarah ketempat suci Qum dan Masyhad
Disamping itu Ia pun melakukan perubahan struktur birokasi dalam lembaga politik
keagamaaan.

Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas l dalam rangka memulihkan kerajaan


Safawi adalah:

a. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dengan cara


membentuk pasukan baru yang berasal dari budak-budak dan tawanan
perang bangsa Georgia,Armenia,dan Sircassia

b. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan jalan


menyerahkan wilayah Azerbaijan,Georgia, dan disamping itu Abbas berjanji
tidak akan menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakr,Umar,
dan Usman) dalam khutbah-khutbah Jum’at. Sebagai jaminan atas syarat itu,
Abbas memyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai sandra di
Istambul (Brokelmann 1974).

Semenjak masa Syah Abbas , pedagang-pedagang Armenia dengan


bersekutu dengan Inggris ,Prancis, Belanda,dan dengan dukungan dari samg Syah,
tengah bersaing dengan pihak Usmani dan Portugis dalam perdagangan barang-barang
sutra, karpet wool,kain selendang,dan porselin. Meskipun demikian, pada akhir abad
tujuh belas pedagang-pedagang Eropa pada dasarnya telah menguasai perdagangan
Iran dan sejumlah keuntungan Ekonomis dari perdagangan dunia agaknya telah lepas
dari Iran.

Kunci dari program administrasi dan ekonomi Syah Abbas adalah


pembentukan ibukota baru yang besar Isfahan. Isfahan merupakan kota yang sangat
penting bagi tujuan politik dan ekonomi bagi negara Iran yang memusat dan bagi
legitimasi dinasti Safawiyah.

Sejumlah bazar di Isfahan sangat penting kedudukannya bagi perokonomian


negara, sebab ia nerupakan pusat produksi dan kegiatan pemasaran dan mereka berada
didalam pengawasan petugas perpajakan negara. Ibukota tersebut juga sama
pentingnya bagi vitalitas Islam-Iran. Pada tahun 1666, menurut keterangan seorang
pengujung bangsa Eropa,Isfahan memiliki 162 masjid, 48 perguruan, dan 273 tempat
pemandian umum, yang hampir seluruhnya dibangun oleh Abbas I dan penggantinya
Abbas II (1642-1666)

Di bawah pemerintahan Abbas I Kerajaan Safawi mencapai kekuasan


politiknya yang tertinggi. Pemerintahannya merupakan sebuah pemerintahan keluarga
yang sangat dihormati dengan deorang penguasa yang didukung oleh sejumlah
pembantu,tentara administrator pribadi. Sang penguasa saecara penuh mengendalikan
birokrasi dan pengumpulan pajak, memonopoli kegiatan industri dan penjualan bahan-
bahan pakaian dan produk lainnya yang penting, membangun sejumlah kota besar , dan
memugar sejumlah tempat keramat dan jalan-jalan sebagai ekspresi dari kepeduliannya
terhadap kesejahteraan rakyatnya (Lapidrus, 1999).

Di bidang politik, keberhasilan menyatukan wilayah-wilayah Persia dibawah


satu atap, merupakan kesuksesanya di bidang politik. Betapa tidak, karena sebelumnya
wilayah Persia terpecah dalam berbagai dinasti kecil yang bertaburan dimana-mana,
sehingga para sejarawan berpendapat bahwa keberhasilan Shafawiyah itu merupakam
kebangkitan nasionalisme Persia (Brockelmann, 1947).

Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas dibidang


politik , melainkan bidang lainnya juga mengalami kemajuan . Kemajuan-kemajuan itu
antara lain:
1. Bidang Ekonomi

Kemajuan ekonomi dicapai terutama setelah kepulauan Hurmua


dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi bandar Abbas. Dengan
dikuasainya Bandar ini maka salah satu jalur dagang laut antara timur dan barat
yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Prancis sepenuhnya jadi
milik Kerajaan. Sektor pertanian juga mengalami kemajuan terutama didaerah
bulan sabit subur.

2. Bidang Ilmu Pengetahuan

Kemajuan di bidang tasawuf ditandai dengan berkembangnya filsafat


ketuhanan (al-Hikmah al-ilahiyah) yang kemudian terkenal dengan sebutan
filsafat ’’pencerahan’’. Adapun tokoh terbesarnya adalah Mulla Sadra
(Saipudin, 2007).

Sepanjang sejarah Persia dikenal sebagai bangsa yang telah


berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu hadir di majlis istana yaitu Baha al-
Din al-Sayrazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi, filosof,
dan Muhammad al-Baqir ibn Muhammad Damad,filosof,ahli sejarah, teolog
dan seorang yang pernah mengadakan obdervasi tentang kehidupan lebah
(Brockelman, 1974). Selain itu ada juga Bahauddin al-’Amali bukan saja
seorang ahli teolog dan sufi, tapi ia juga ahli matematika, arsitek, ahli kimia
yang terkenal. Ia menghidupkan kembali studi matematika dan menulis naskah
tentang matematika dan astronomiuntuk menyimpulkan ahli-ahli terdahulu.Ia
ahli agama terhir dalam idlam yang juga ahli matematika ternama. Dalam
bidang ilmu pengetahuan , kerajaaan Safawi dapat dikatakan lebih maju
dibanding Mughal dan Usmani (Nasr, 1986)
3. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni

Kemajuan bidang seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah


bangunan megah yang memperindah Isfahan sebagai ibukota kerajaan.
Sejumlah Masjid,sekolah, rumah sakit, jembatan yang memenjang diatas Zende
Rud dan isana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan kebun wisata
yang tertata apik.

Sejumlah kekurangan yang menyertai keberhasilan Syah Abbas yaitu,


Abbas tidak pernah berhasil dalam menegakkan sebuah rezim yang benar-benar
memusat. Beberapa kebijakannya dalam bidang administratif dan kemiliteran
yang mengurangi tokoh-tokoh Turki tidak pernah berhasil
menggeser kedudukan mereka. Kebijakannya dalam pergdagangan hanya
berhasil dalam sesaat; beberapa progam keagamaan dan artistiknya mestilah
disesuaikan dengan kebijakan yang lain . Akhirnya para elite perkotaan dan
tuan tanah perkampungan juga terlalu lemah untuk mendukung sebuah negara
yang memusat.

Beberapa perayaaan di bulan Muharram menjadi pusat seremonial


dalam kalender keagamaan Syi’ah. Pembacaan kisah Hasan yang sangat
memilukan hati, beberapa mata acara meliputi arak-arakan masa, pertunjukan
yang sangat mengasyikkan, pidato dan pembacaan sya’ir-sya’ir ratapan,
melambangkan rasa berkabung dan perasaan bersalah atas kematiannya.
Beberapa kelompok ketetanggaam, geng-geng pamuda, dan beberapa faksi
keagamaan berlomba-lomba dalam pemujaan terhadap Husayn bahkan sampai
menimbulkan pertumpahan darah. Demikianlah Syi’isme telah menyalin
seluruh sensibilitas keagamaan yang kompleks yang sebelumnya telah
berkembang dalam Sunnisme. Dengan demikian ia telah menjadi sebuah
alternatif versi Islam yang kompherensif (Lapidrus, 1999).
A. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan safawi

Kemunduran pemerintahan pusat telah berlangsung sepeninggal Abbas l.


Setelah Abbas I tidak ada seorang pun yang memiliki visi ataun kecakapan
sebagaimana Abbas, lebih- lebih setelah perjanjian dengan pihak Usmani pada tahun
1639, pasukan militer Safawiyah terbengkalai dan terpecah menjadi sejumlah resimen
kecil dan lemah. Pada akhir abad tujuh belas, pasukan militer Safawiyah tidak lagi
menjadi sebuah mesin militer yang berguna. Adminitrasi pusat juga mengalami
perpecahan, dan beberpa prosedur penertiban pajak dan distribusi pendapatan negara
menjadi tidak terkendalikan. Melemahnya pemerintahan pusat memungkinkan
bangkitnya sejumlah pemberontakan otoritas Safawiyah. Pada abad delapan belas Iran
telah dilanda kondisi anarkis. Di antara pihak yang memperebutkan kekuasaan politik
yang paling besar adalah rezim Afghan,Afshar, Zand, dan Qajar. Pada tahun 1724,
Ghalzai Afghan mengambil alih kekuasaan atas Isfahan. Selanjutnya Iran diserang oleh
Usmani dan bangsa Rusia yang berbatasan dengannya (Lapidrus, 1999).

Pemberontakan bangsa Afghan tersebut terjadi pertama kali pada tahun 1709
M ,dibawah pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar.
Pemberontakan lainnya terjadi di Heart, suku Ardabil di Afghanistan berhasil
menduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh Mir mahmud dan ia dapat memperasatukan
pasukan Ardabil, sehimgga ia mampu merebut negri-negri Afghan dari kekuasaan
Safawi.

Karna desakan dan ancaman Mir Mahmud, Syah Husain akhirnya mengakui
kekuasaan Mir Mahmud dan mengangkatnya menjadi gubernur di Qandahar dengan
gelar Husai Quli Khan (budak husain).dengan pengakuan ini, Mir Mahmud makin
leluasa bergerak sehingga tahun 1721 M, ia dapat merebut Kirman dan tak lama
kemudian ia menyerang Isfahan dan memaksa Syah Husain menyerah tanpa syarat.
Pada tanggal 12 oktober 1722 M Syah Husain menyerah dan 25 oktober Mir Mahmud
memasuki kota Isfahan dengan penuh kemenangan (Holt, 1970).
Salah seorang putra Husain,bernama Tahmasp II, mendapat dukungan penuh
dari suku Qazar dari Rusia,memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah dan
berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaanya di kota Astarabat. Tahun 1726 M,
Tahmasp ll bekerjasama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk memerangi dan
mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan. Asyraf, pengganti Mir
Mahmud,yang berkuasa di Isfahan di gempur dan dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan
tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan itu. Dengan demikian dinasti
Syafawi mulai berkuasa. Namun,pada bulan Agustus 1732 M, Thahmasap ll dipecat
oleh Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas lll (anak Tahmasp ll) yang ketika itu masih
sangat kecil. Empat tahun setelah itu,tepatnya tanggal 8 Maret 1736, Nadir Khan
mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Abbas lll. Dengan demikian
berakhirlah kekuasaan dinasti safawi di Persia (Holt, 1970).

Adapun sebab- sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi adalah:

a. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya


kerajaan Safawi yang bermadzhab Syi’ah merupakan ancaman bagi kerajaan
Usmani

b. Terjadinya degradasi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaan Safawi,


yang juga ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini.

c. Pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas l ternyata tidak memiliki


semangat perjuangan yang tingi.

d. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan


dikalangan keluarga istana.

e. Selain hal tersebut di atas,pada abad 17 beberapa kalangan Ulama Syiah tidak
lagi mau mengakui bahwa Safawiyah telah mewakili pemerintahan sang imam
tersembunyi. Pertama, Ulama mulai meragukan otoritas Syah yang berlangsung
secara turun temurun tersebut sebagai penanggung jawab pertama atas ajaran
islam Syiah. Kedua, selaras dengan keyakinan Syiah,bahkan semenjak masa
keghaiban besar tahun 941 sang imam tersembunyi tidak lagi terwakili di muka
bumi oleh Ulama.Selanjutnya Ulama menegaskan bahwasannya Mujtahid
menduduki otoritas keagamaan yang tertinggi.

f. Kehancuran rezim ini juga di sebabkan sejumlah perubahan yang luar biasa
dalam hal hubungan negara dan agama.Safawiyah semula merupakan sebuah
gerakan,tetapi setelah berkuasa rezim ini justru menekan bentuk bentuk
millenarian islam sufi seraya cenderung kepada pembentukan lembaga ulama
negara. Safawiyah menjadikan Syiisme sebagai agama resmi Iran, dan
mengeliminir pengikut sufi mereka sebagai mana yang dilakukanya terhadap
ulama sunni.

g. Krisis abad 18 mengantarkan kepada berakhirnya sejarah Iran pramodern.


Hampir diseluruh wilayah muslim, priode pramodern yang berakhir dengan
Interfensi, penaklukan bangsa eropa, dan dengan pembentukan beberapa razim
kolonial, maka dalam hal ini konsolidasi ekonomi dan pengaruh politik bangsa
eropa telah didahului dengan kehancuran Inperium Safawiyah dan dengan
liberalisasi ulama.

Demikianlah, Rezim safawiyah telah meninggalkan warisan kepada Iran


modern berupa tradisi persia perihal sistem kerajaan yang agung, yakni sebuah rezim
yang dibangun berdasarkan kekuatan uymaq atau unsur unsur kesukuan yang utama,
dan mewariskan sebuah kewenangan keagamaan syiah yang kohesif, monolitik dan
mandiri (Lapidrus, 1999).
Daftar Pustaka:
Badri, Yatim. 1993. Sejarah Peradaban Islam,Jakarta :Rajawali Pers
Badri,Yatim. 2006. Sejarah Peradapan Islam dirasah islamiyah ii. Jakarta:,PT Raja
grafindo persada
Carl Brockelmann. 1974. Tarikh asy-Syu’ub al-Islamiyah. Beirut: Dar
Lapidus,Ira m. 1999. Sejarah Sosoial Umat Islam. Jakarta: Rajawalipers
Holt, P.M. 1970. The Cambrigde History Of Islam. Vol 2. Cambridge: Cambridge
University Press
Saepudin, Didin. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Uin Jakarta press
SH Nasr. 1986. Sains dan Peradaban di Dalam Islam. Bandung

Anda mungkin juga menyukai