Dosen Pengampu:
Nama Kelompok 8:
Farhan 220511800
Segala puji bagi Allah, tuhan seru sekalian alam atas segala rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membimbing umatnya dari kegelapan menuju masa yang terang
benderang.
Akhir kata, kami berharap semoga penulisan makalah sederhana ini dapat
bermanfaat bagi kami maupun orang yang membacanya, sehingga dapat
menambah pengetahuan kita bersama.
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembentukan dinasti syafawiyah?
2. Bagaimana kemajuan peradaban pada masa dinasti Syafawiyah?
3. Bagaimana kemunduran dan keruntuhan dinasti syafawiyah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pembentukan dinasti syafawiyah.
2. Untuk mengetahui kemajuan peradaban pada masa dinasti Syafawiyah.
3. Untuk mengetahui kemunduran dan keruntuhan dinasti syafawiyah.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum menjadi sebuah kerajaan besar, pada awalnya kerajaan Safawi hanya
merupakan gerakan atau aliran tarekat yang didirikan oleh Safi al-Din Ishak al-
Ardabily (1252-1334 M) di Ardabil, Azerbaijan. Tarekat adalah cara dan jalan
yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Tarekat ini dinamakan Safawi yang diambil dari nama pendirinya. Nama
tersebut bertahan hingga aliran ini beralih menjadi gerakan politik, bahkan
hingga berhasil mendirikan kerajaan. Safi al-Din adalah seorang sufi yang
beraliran Syi’ah. Beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa Safi al Din Al
Ardabily adalah keturunan dari Imam Syi’ah Itsna ‘Asyariah yang ketujuh yaitu
Musa al-Qasim. Jurnal tasamuhh---.1
Oleh karena itu dia masih keturunan Rasulullah dari garis puterinya Siti
fatimah 2. Gurunya bernama Syaikh Taj al-Din Ibrahim Zahid sekaligus sebagai
mertuanya. Sebelum gurunya wafat, Safi al-Din ditunjuk sebagai penggantinya
untuk memimpin tarekat Zahidiyah yang didirikan oleh gurunya. Di bawah
kepemimpinannya Zahidiyah beralih menjadi Safawiyah. Para pengikutnya
sangat teguh memegang ajaran agama. Dalam tarekat ini, apabila terjadi
pergantian pemimpin maka dilakukan dengan sistem penunjukan langsung, yaitu
apabila seorang ayah wafat, pimpinan tarekat yang dipimpinnya diambil alih
oleh putranya. Hal ini menjadi tradisi turuntemurun dalam tubuh tarekat. Setelah
Safi al-Din wafat, ia digantikan oleh putranya Sadr al-Din (1334- 1399 M) lalu
Khawaja Ali (1399-1427) M), lalu Ibrahim (1427-1447 M). Rupanya mereka
terpengaruh oleh konsep imamah syi’ah bahwa imam itu ditunjuk langsung dan
1
Desky Harjoni. “Kerajaan Safawi di Persia dan Mughal di India”. JURNAL STUDI ISLAM. Vol 8.
April 2016
2
Kerajaan Safawi di Persia : Sejarah, Kemajuan dan Kemundurannya https://an-nur.ac.id/kerajaan-
safawi-di-persia-sejarah-kemajuan-dan-kemundurannya/ diakses pada
v
secara turun temurun. Dalam perjalanannya, tarekat Safawi ini perlahan-lahan
berubah dari gerakan tarekat murni yang bersifat lokal menjadi gerakan
keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syria dan Anatolia (Asia kecil)
dan pengikutnya pun semakin bertambah. Fanatisme terhadap tarekat ini yang
menentang sikap orang yang tidak mengikuti faham mereka, memotivasi
gerakan ini memasuki dunia politik. Kecendrungan ini terwujud pada masa
kepemimpinan Junaid (1447-1460).
vi
rival politiknya dalam meraih kekuasaan. Oleh karena itu AK.Koyunlu berusaha
melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan Safawi. Dan pada tahun 1488,
ketika pasukan Haidar menyerang wilayah Sircasia dan pasukan AK.Koyunlu
memberikan bantuan militer kepada pasukan Syirwan, sehingga pasukan Haidar
kalah dan Haidar sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut. Kekalahan dan
kematian Haidar, tidak membuat pasukannya putus asa. Mereka berkumpul di
Ardabil dan membaiat Ali, putra sulung Haidar, sebagai pemimpin mereka.
Akan tetapi, karena ketidak senangan AK.Koyunlu, dibawah kepemimpinan
Ya’kub, Ali beserta ibu dan kedua adiknya ditangkap dan dipenjarakan selama
4,5 tahun (1489-1493 M). Pada tahun 1493 M, mereka dibebaskan dengan syarat
Ali harus membantu Rustam, putra mahkota AK.Koyunlu untuk menyingkirkan
rival politiknya (sepupunya sendiri) dalam menduduki tahta kekuasaan. Setelah
itu Ali kembali ke Ardabil. Karena khawatir akan pengaruh Ali semakin meluas.
Rustam menyerang Ali (1494) dan dalam serangan tersebut Ali terbunuh.
Kekuatan gerakan Safawi bangkit kembali setelah dipimpin oleh Ismail bin
Haidar (1501-1524 M), yang sebelumnya ditunjuk oleh Ali. Pada saat tentara
AK.Koyunlu menyerang Safawi (1494), Ismail meloloskan dirinya dan lari ke
Ghilan. Ditempat persembunyiannya ia menghimpun kekuatan dan memelihara
hubungan baik dengan para pengikutnya di Azerbaijan, Syiria dan Anatolia
selama lima tahun ia bersiap siaga dengan pasukan Qizilbasy nya yang
bermarkas di Gilan. Pada tahun 1501, pasukannya berhasil mengalahkan
pasukan AK.Koyunlu, dengan menaklukkan Tybriz, pusat kekuasaan
AK.Koyunlu. Di kota inilah Ismail memproklamirkan dirinya sebagai Syah
Ismail I, penguasa I kerajaan Safawi. Dan sepuluh tahun kemudian, kerajaan
Safawi menguasai seluruh Persia. Dengan demikian semakin tegaklah kerajaan
Safawi dengan sistem pemerintahan teokrat, dan menjadikan Syi’ah Itsna
Asyariah sebagai mazhab resmi Negara 3.
3
Humaidi, M. Peradaban Islam di Masa Pemerintahan Turki Utsmani. Sejarah
Peradaban Islam. 2016.
vii
Kerajaan Safawi secara resmi berdiri di Persia pada 1501 M/907, tatkala Syah
Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja atau syah di Tabriz. Selama
periode Safawiyah di Persia ini (1502-1722 M) persaingan untuk mendapatkan
kekuasaan antara Turki dan Persia menjadi kenyataan. Namun demikian, Ismail
menjumpai saingan kepala batu yaitu Sultan Salim I dari Turki. Peperangan ini,
seperti para sejarawan menduga, bisa berasal dari kebencian Salim dan
pengejaran terhadap seluruh umat muslim di Syi’ah di daerah kekuasaannya.
Fanatisme Sultan Salim memaksanya untuk membunuh 40.000 orang yang di
dakwa telah mengingkari ajaran-ajaran Sunni. Pembunuhan ini digambarkan
oleh seorang ahli sejarah dari Persia sebagai tindakan yang paling dahsyat atau
kejam, walaupun dijalankan dengan atas nama agama4. Buku h. anwar sewang
Berikut ini silsilah para pemimpin tarekat safawiyah dan dinasti safawiyah.
4
Sewang, A. Buku ajar sejarah peradaban islam. (2017).
5
Humaidi, M. Peradaban Islam di Masa Pemerintahan Turki Utsmani.
Sejarah Peradaban Islam. 2016.
viii
(4) Muhammad khudabanda (1577-1587)
7
Afkari, S. G. Dinamika Pertumbuhan Pendidikan Islam Periode Pertengahan. TANJAK: Journal
of Education and Teaching. 2020.
ix
meliputi Iran, Azerbaijan, Armenia, sebagian besar Irak, Georgia, Afganistan,
Kaukasus, dan sebagian Pakistan, Turkmenistan dan Turki. Safawiyyah
merupakan salah satu negeri mesiu Islam selain Dinasti Qajar dan Dinasti
Pahlevi. Salah satu warisan terbesarnya adalah kebangkitan Persia sebagai
benteng ekonomi antara timur dan barat, pendirian negara yang efisien dan
birokrasi yang didasarkan pada "check and balance", dan inovasi arsitektur dan
seni. Selain itu, karena Safawiyyah pula Syiah menyebar ke seluruh Iran dan
daerah sekitarnya. Dinasti itu berasal dari Kurdi yang beremigrasi dari Kurdistan
ke Ardabil8.
Pada saat Ismail I menobatkan dirinya sebagai raja yang sah, Ismail juga
memproklamirkan ”Syi'ah Itsna Asy'ariyah” sebagai agama resmi Dinasti
Safawiyah. Namun karena Persia sebelumnya berada di bawah kekuasaan
Sunni, Syah Ismail I harus mendatangkan ulama syiah dari wilayah yang kuat
untuk mempertahankan tradisi syi'ah seperti di Irak, Bahrain, terutama Jabal
Amil Libanon.
8
Dinasti Safawiyah https://id.wikipedia.org/wiki/Dinasti_Safawiyah diakses pada 25/05/2023
pukul 11.17 WITA
x
Menurut Karen Amstrong, peristiwa yang terjadi pada Dinasti Safawiyah
dengan menempatkan syiah sebagai ideologi resminya adalah perkembangan
yang menakjubkan. Sebab sampai saat ini, sebagian besar syi'ah adalah orang
Arab. Terdapat beberapa pusat syi'ah di Iran : Ray, Kashan dan Khurasan, juga
kota Gamisun tua Qun, tetapi sebagian besar orang Iran adalah Sunni. Karena
itu Ismail I melakukan penghapusan Sunnisme di Iran, tarekat sufi ditindas,
dan ulama dieksekusi dan dideportasi.
Dengan klaim tersebut di atas, Syah Ismail I dapat menuntut kepatuhan mutlak
dari pendukung dan rakyatnya. Apabila jika dikaitkan dengan Dinasti
Safawiyah sebagai kerajaan yang baru berdiri, maka kepatuhan tersebut sangat
diperlukan untuk memperkokoh eksistensi kerajaan. Klaim ini juga ditujukan
untuk mengontrol kelompok Qizilbasy yang semakin lama semakin
menampakan pengaruhnya dalam Kerajaann.
Menurut Badri Yatim, Langkah berikutnya yang dilakukan oleh Syah Ismail I
dalam membangun dan mengembangkan Dinasti Safawiyah adalah dengan
melakukan ekspansi ke beberapa wilayah yang berada di sekitar Dinasti
Safawiyah. Ismail I berkuasa memimpin Dinasti Safawiyah selama 23 tahun
(Tahun 1501-1524 Masehi). Dalam sepuluh tahun pertama , Syah Ismail I
xi
mempimpin Dinasti Safawiyah telah berhasil menghancurkan kekuasaan Alaq
Koyunlu di Hamadan (Tahun 1503 Masehi), menguasai Provinsi Kaspia di
Nazandaran, Gurgan, dan Yazid (Tahun 1504 Masehi), Diyar Bakr (Tahun
1505-1507 Masehi), Baghdad dan daerah Barat Daya Persia (Tahun 1508
Masehi), Syirwan (Tahun 1509 Masehi), dan Khurasan (Tahun 1510 Masehi).
Dengan demikian, hanya dalam waktu sepuluh tahun, wilayah kekuasaan
Dinasti Safawiyah sudah meliputi seluruh Persia dan sebagian timur Bulan
Sabit Subur.
Musuh besar yang sangat berbahaya bagi Syah Ismail I adalah pertama:
Kabilah Uzbek yang menguasai Turkistan di sebelah timur dengan rajanya
yang bernama Muhammad Syaibani. Kedua adalah Kerajaan Turki Utsmani
yang dipimpin oleh Sultan Salim. Keduanya adalah bermadzhab Sunni.
Langkah yang ditempuh oleh Syah Ismail I terhadap Muhammad Syaibani
adalah melakukan penyerangan hebat terhadap kekuasaan yang dipegang oleh
Muhammad Syaibani sehingga terjadi pertempuran pada tahun 1510 Masehi.
xii
Kerajaan Turki Utsmani yang pada saat itu di kerajaan Turki Utsmani sedang
terjadi pergolakan militer di kalangan Kerajaan Turki Utsmani sendiri.
Kekalahan yang dialami oleh Syah Ismal dari Kerajaan Turki Utsmani yang
dipimpin oleh Sultan Salim menjadi pukulan berat bagi Dinasti Safawiyah.
Syah Ismai I lebih banyak menyendiri, berburu dan berhura-hura yang
mengkibatkan Dinasti Safawiyah terbengkalai dan sering terjadi persaingan
antar tiga suku, yaitu pimpinan sukusuku Turki, pejabat-pejabat keturunan
Persia dan Qizilbasy dalam upaya merebut pengaruh untuk memimpin Dinasti
Safawiyah. Dalam keadaan Dinasti Safawiyah yang kacau dilanda konflik
internal, Syah Ismail I wafat di Ardabil pada tahun 1524 Masehi dalam usia 38
tahun.
Setelah Syah Ismail I wafat pada tahun 1524 Masehi, Dinasti Safawiyah
dipimpin oleh puteranya yang bernama Syah Tahmasp yang pada waktu itu
masih berusia 10 tahun. Syah Tahmasp memimpin Dinasti Safawiyah selama
52 tahun. ternyata tidak banyak yang dapat dilakukan oleh Syah Tahmasp
untuk mengembangkan Dinasti Safawiyah, karena Syah Tahmasp sibuk dengan
berbagai peperangan, khususnya peperangan yang terjadi antara Dinasti
Safawiyah dengan Kerajaan Turki Utsmani dan Kerajaan Uzbek. Selain itu
juga, disamping peperangan yang terjadi dengan dua kerajaan tersebut
(Kerajaan Turki Utsmani dan Kerajaan Uzbek), Syah Tahmasp juga sering
melakukan penyerangan terhadap kaum Keristen di Georgia.
xiii
Setelah Syah Tahmasp wafat pada tahun 1576 Masehi, Dinasti Safawiyah
dipimpin oleh puteranya yang bernama Ismail Il. Seharusnya yang
menggantikan kepemimpinan Dinasti Safawiyah setelah meninggalnya Syah
Tahmasp adalah putera tertuanya yang bernama Muharnmad Khudabanda.
Namun karena, kelompok Qizilbasy lebih suka kepada adiknya Muhammad
Khudabanda yang bernama Ismail II, maka yang menjadi pemimpin berikutnya
setelah Syah Tahmasp adalah Ismail II. Ismail II resmi menjadi raja Dinasti
Safawiyah pada tanggal 22 Agustus Tahun 1576 Masehi sampai 24 November
Tahun 1577 Masehi. Dalam masa yang singkat itu, Raja Ismail II sempat
melakukan pembunuhan terhadap seluruh saudaranya kecuali Muharnmad
Khudabanda dan anaknya yang bernama Abbas yang lolos dari pembunuhan
tersebut. Ismail II juga sempat mengeluarkan larangan mencela tiga khalifah
sebelum khalifah Ali Bin Abi Tholib, yaitu Khalifah Abu Bakar Shiddiq,
Khalifah Umar Bin Khattab dan Khalifah Utsman Bin Affan dalam setiap
khutbah sholat jum' at.
Setelah raja Ismail II wafat pada tanggal 24 November Tahun 1577 Masehi,
Dinasti Safawiyah dipimpin oleh kakaknya yang bernama Muhammad
Khudabanda. Muhammad Khudabanda memerintah Dinasti Safawiyah selama
10 tahun yaitu mulai dari tahun 1577 Masehi sampai dengan Tahun 1587
Masehi. Meskipun memerintah selama 10 tahun, namun tidak ada yang dapat
dilakukan oleh raja Muhammad Khudabanda untuk memajukan dan
mengembangkan Dinasti Sañwiyah. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisiknya
yang kurang dapat melihat, sehingga yang banyak menjalankan
roda.pemerintahah Dinasti Safawiyah adalah isterinya sehingga Dinasti
Safawiyah berada dalam masa disintegasi dan persaingan antar kelompok.
xiv
yang dilakukan oleh Ismail II) melakukan upaya kudeta terhadap ayahnya
(Muhammad Khudabanda) dan berhasil menguasai Dinasti Safawiyah.
xv
Pada Tahun 1602 Masehi, Khalifah Abbas I mengerahkan pasukannya untuk
menyerang Kerajaan Turki Utsmani. Pada saat Turki Utsmani dipimpin oleh
Sultan Muhammad III, pasukan Dinasti Safawiyah yang dipimpin oleh
Khalifah Abbas I menyerang pasukan Turki Utsmani dan berhasil menguasai
wilayah Tabriz, Wilayah Sirwan dan Baghdad. Pada tahun 1622 Masehi,
Khalifah Abbas I berhasil menguasai wilayah Kepulauan Hurmuz dan
mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Bandar Abbas.
Khalifah Safi Mirza naik tahta Dinasti Safawiyah meggantikan Khalifah Syah
Abbas I. Safi Mirza ( cucu Khalifah Abbas I ) adalah seorang pemimpin yang
sangat lemah. Khalifah Safi Mirza sangat kejam terhadap para pembesar
karena sifat "pencemburuya". Selaman pemerintahannya, ia tidak mampu
mewarisi kemampuan bahkan sebaliknya Dinasti Safawiyah mengalami
kemunduran. Ini salah satunya disebabkan ia suka minum khamar (mabuk-
xvi
mabukan, kejam dan tidak memiliki perhatian terhadap masalah politik).
Kemajuan Dinasti safawiyah yang pernah dicapai oleh Khalifah Syah Abbas I
mengalami penurunan yang sangat drastis. Kota Kandahar (sekarang masuk
wilayah Afghanistan) lepas dari Dinasti Safawiyah dan diduduki oleh Kerajaan
Mughol India yang ketika itu dipimpin oleh Sultan Syah Jehan. Sementara
wilayah Baghdad yang pernah dikuasai oleh kekhalifahan Dinasti Safawiyah
berhasil direbut oleh Kerajaan Turki Utsmani.
Setelah kematian Syah Safi Mirza, kemudian digantikan oleh puteranya yang
bernama Sultan Muhammad Mirza yang dikenal dengan sebutan Syah Abas II.
la sedikit banyak mewarisi tradisi yang dikembangkan oleh Syah Abbas I. Pada
masanya, ia berhasil menata kembali kekuasaannya yang pada gilirannya
memungkinkan dirinya untuk memberikan perhatian terhadap masalah
keagamaan dan pemerintahan. Kegiatan Filsafat juga berkembang. Kandahar,
berhasil direbut kembali oleh kekhalifahan Dinasti Safawiyah dari kekuasaan
Dinasti Mughol India. Pemberontakan Georgia juga dapat dipadamkan. la juga
memberikan keleluasaan kepada umat Nasrani. Khalifah Abbas II adalah raja
atau khalifah yang suka minum-minuman keras, sehingga Khalifah Abbas II
jatuh sakit dan meninggal dalam usia muda yaitu usia 34 tahun.
xvii
para ulama syi'ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut
aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan sunni di
Afganistan, sehingga mereka memberontak dan berhasil menguasai Dinasti
Safawiyah pimpinan Shah Husein.
Karena desakan dan ancaman Mir. Mahmud, khalifah Shah Husein akhirnya
mengakui kekuasaan Mr. Mahmud dan mengangkatnya sebagai Gubernur di
Kandahar dengan gelar Husein Quli Khan. Dengan pengakuan ini, Mr.
Mahmud menjadi lebih leluasa bergerak . Pada tahun 1721 Masehi, Mr.
Mahmud berhasil merebut wilayah Kirman, Isfahan dan memaksa Shah Husein
untuk menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 25 Oktober 1722 Masehi Khalifah
Shah Husein menyerah kepada Mr. Mahmud.
Tahmasp II yang merupakan salah satu putra Khalifah Shah Husein dengan
penuh dukungan Suku Qazar dari Rusia memproklamasikan dirinya sebagai
khalifah yang sah dan berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaannya di
Astarabad. Pada Tahun 1726 Masehi, Khalifah Tahmasp II bekerjasama
dengan Nadhir Khan dari Suku Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa
Afganistan yang berhasil menduduki Isfahan. Asyraf yang menggantikan Mr.
Mahmud, yang berkuasa di Isfahan digempur dan dikalahkan oleh pasukan
Nadhir Khan pada tahun 1729 Masehi. Dalam pertempuran ini, Asyraf
terbunuh. Dengan demikian, Dinasti Safawiyah kembali berkuasa.
xviii
Pada Bulan Agustus Tahun 1732 Masehi, Khalifah Tahmasp II dipecat oleh
Nadhir Khan dan digantikan oleh Khalifah Abbas III yang merupakan anak
Tahmasp II.
Khalifah Abbas III naik tahta, pada saat itu masih berusia sangat kecil. Empat
tahun setelah pengangkatan Khalifah Abbas III menjadi Khalifah Dinasti
Safawiyah, pada tanggal 8 Maret 1736, Nadhir Khan mengangkat dirinya
sebagai khalifah pengganti Khalifah Abbas III. Dengan demikian berakhirlah
riwayat Dinasti Safawiyah di Persia9.
B. Kemajuan Peradaban
Selama Daulah Safawiyah berkuasa di Persia (Iran) di sekitar abad ke-16 dan
ke-17 M, masa kemajuannya hanya ada di tangan dua Sultan, yaitu: Ismail I
(1501-1524 M), dengan puncak kejayaannya pada masa Sultan Syah Abbas I
(1558- 1622 M) raja yang kelima.
1. Sistem pemerintahan
xix
Ismail I juga menjalin hubungan dengan inggris, spanyol dan potugis.
Sedangkan lembaga pemerintahan yang dibuat oleh Syah Ismail adalah
Lembaga Mullah Basyi (dimana lembaga ini yang bertugas sebagai pembaca
doa-doa dalam persoalan keagamaan), Diwan Basyi merupakan sebuah
lembaga yang di bentuk sebagai pengadilan tingkat tinggi yang ada di dinasti
Syafawiyah dan lembaga Shadr (ditugaskan untuk mengurusi bagian bentuk
rumah) Ismail juga memutuskan untuk berperang dikarenakan dia tidak bisa
tinggal di Ardabil untuk menarik pengikut militer dari para tarekat yang ia
butuhkan dikarenakan seorang gubernur yang terpilihnya oleh bantuan Aq
Qoyunlu yang menyebabkan mengahalangi dari kalangan tarekat yang secara
terang-terangan mendukung Syah Ismail. Akhirnya secara siginifikan untuk
Syah Ismail memimpin perang suci (Shaza-yi-Kiran) melawan Georgia, namun
perang itu di batalkan pada musim semi dimana dimulai dari kamp musim
dinginnya Ismail di Mahmudabad untuk langkah-langkah menyelesaikan
penaklukan Shirvan. Namun karna berita sampai kepada Alvand sultan dari Aq
Qoyunlu bahwa kemenangan Ismail atas Shirvan dan mulai bergerak melawan
Aq Qoyunlu. Keadaan di tempat Alvand pun menjadi kacau dan membuat
Ismail menghentikan usahanya di Shirvan dan untuk sementara waktu juga
membatalkan rencananya ke Georgia. Namun selanjutnya peperangan terjadi
dan dimenangkan oleh Ismail yang akhirnya membukakan jalan untuk Ismail
ke kota Tabriz yang berhasil menaklukan Azarbaijan dan Anatolia timur Ismail
mengalihkan perhatiannya ke Mesopotamia yang mana penaklukannya di
mulai sebelum 1507 M dengan berhasil merebut Mardin yang merupakan
benteng terakhir dari Aq Qoyunlu dan di akhiri dengan mengambil alih
Baghdad di tahun berikutnya.
Kemudian pada masa pemerintahan Syah Abbas yang di kenal dengan “Abbas
Agung” jalan sejarah mempromosikan cara yang baru tentang bagaimana
kedaulatan kekaisaran dan pemerintahan Dinasti, cara ini dibentuk oleh
Transformasi dalam struktur sosial Syafawiyah dan Klaim politik, dimana Syah
Abbas di awal abad ke 17 M Dinasti Syafawiyah yang berada di bawah
xx
kepemimpinannya, yang membuat kekaisaran Syafawiyah mengalami penataan
kembali agar struktur dan tatananya baik dan kuat dari militer Qizilbash,
penyerahan kekuasaan Negara yang di tandai dengan adanya pungutan pajak
terhadap suku-suku , pengurangan penduduk secara besar-besaran, Ekspansi
Militer, dan pertumbuhan Ekonomi, Syah Abbas melenyapkan beberapa
komandan dan dewan tentara Qizilbash yang sudah menghasut para budak
kerajaan Gergoia, Sirkasia, Kaukasia, dan Armeinia (Ghulaman). Yang status
dan kepentingan utamanya berasal dari kesetiaan mereka kepada Syah Abbas.
Syah Abbas membuat perubahan yang struktural pada basis kekuatan keuangan
dan militer mereka namun masih tetap mengandalkan mereka untuk kampanye
Militer untuk proses perekrutan Ghulaman terutama dari tahanan Georgia,
kedalalam militer Syafawiyah sudah di mulai dari masa Thamsap tetapi
menjadi sebuah praktir yang sistemastis dan sadar pada Syah Abbas, alih-alih
menyebabkan terjadinya matinya unsur-unsur suku turkoman, namun
Reformasi besar dari Syah Abbas ini meminggirkan mereka dalam system
Militer dan Admiinistrasi.
Bidang politik dan kemiliteran, dalam bidang politik yang di lakukan Syah
Ismail ialah agresivitas ekspansi kebijakan terhadap Negara nya untuk
melakukan tindakan ekspansi dimana Ismail sudah mendorong perbatasan
Syafawiyah di asia kecil bahkan lebih kebarat. yang dilakukan dimasa sebelum
dan masa setalah Syah Ismail I menciptakan dinasti ini, Syah Ismail harus
melakukan pertempuran dengan dinasti-dinasti kecil lainnya seperti Aq
Qoyunlu, Kara Qoyunlu, dinasti Turki Utsmani. Dan untuk wilayah-wilayah
penaklukannya pasukan Syafawiyah melakukan pendoktrinan terhadap
masyarakat Persiadengan konsep Imamah dan Mahdisme dalam upaya agar
mendapatkan kekuasaan di Persia. Syah Ismail juga membentuk birokrasi
xxi
pemerintahan yang mengangkat kepala-kepala suku yang turut berjuang
menjadi wakil yang mengatur pemerintahan, memimpin militer dan
mengepalai agama10 (Rizqiah et al., 2021).
Masa Syah abas dalam bidang politik dan kemiliteran yang ia lakukan adalah :
b. Merenovasi militer dengan mengambil dari para tawanan perang yang terdiri
dari bangsa Georgia, Armenia, Circassia, Syah abbas juga menghilangkan
dominasi pasukan Qizhilbah terhadap dinasti Syafawiyah dengan membuat
pasukan yang baru dan di beri nama Ghulam. 79 Fatihatur Rizqiah, Fimeir
Liyadi, Muhammad Husni
c. Juga membuat toleransi terhadap penganut paham sunni bahwa Syah Abbas
tidak akan mencaci maki tiga Khalifah islam (Abu Bakar ashidiq, Umar bin
Khatab, dan Usman bin Affan.)
d. Syah abbas memindahkan pusat pemerintahan Qazwin ke Isfahan.
e. Menyerang kekuatan Uzbekistan dengan mengadakan perluasan wilayah
sehingga menguasai Heart, Marv dan Balk.
f. Menggunkan politik luar negri yang terbuka sehingga mewujudkan
hubungan yang diplomatik dengan eropa, sehingga dilakukan kerjasama dan
kontak dagang. Syah abas juga mewujudkan keamanan di dalam negri
sehingga dapat mencapai kemajuan di segala bidang dan memperkuat
pertahanan dalam negeri.
g. Mengadakan pembenahan administrasi dengan cara pengaturan dan
pengontrolan dari pusat.
Rizqiah, F., Liadi, F., & Husni, M. Transformasi Gerakan Sosial Dinasti
10
xxii
Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi.
Secara politik dia mampu mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri yang
mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wilayah-wilayah
yang pernah direbut oleh kerajaan lain di masa raja-raja sebelumnya, dengan
reformasi politiknya.
Pada masa pemerintahan Syah Ismail I belum begitu terlihat pengaruh yang
besar dari aspek sosial, politik, ekonomi dan budaya terhadap pendidikan,
sekalipun ia termasuk orang sangat cinta ilmu pengetahuan. Bahkan, ia
memiliki kebiasaan menulis puisi dengan menggunakan bahasa Turki. Dinasti
ini begitu memperhatikan aspek pendidikan. Kejayaan Dinasti Safawi dalam
bidang pengembangan ilmu pengetahuan di masa pemerintahan Syah Abbas I
juga terlihat dari segi fisik bangunan. Hal ini ditunjukkan dengan didirikannya
162 masjid dan 48 pusat pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut
sebagian didirikan atas inisiatif para kerabat kerajaan. Di antaranya adalah
Dilaram Khanun (nenek dari Syah Abbas II) yang mendirikan madrasah
“Nenek Kecil” (small grandmother) pada tahun 1645 dan madrasah “Nenek
Besar” (large grandmother) tahun 1647. Terdapat pula putri Syah Safi, yakni
Maryam Begun yang mendirikan madrasah pada tahun 1703. Shahr Banu, adik
perempuan Syah Husain mendirikan madrasah bagi para pangeran pada tahun
1694 M. Selain madrasah yang didirikan oleh para kerabat kerajaan, ada juga
madrasah didirikan oleh para orang kaya Dinasti Safawi. Dua di antaranya
xxiii
adalah Zinat Begum, istri seorang fisikawan Hakim al-Mulk Ardistani,
mendirikan madrasah Nim Avard (1705 M.). Izzat al-Nisa Khanum, putri
pedagang dari Qum Mirza Khan, yang juga istri dari Mirza Muh. Mahdi yang
mendirikan madrasah Mirsa Husain tahun 1687. Adanya bangunan madrasah
tersebut menunjukkan perhatian yang serius dari pemerintahan dalam
memajukan gagasan ilmu pengetahuan. Adapun karya intelektual terkenal pada
masa ini adalah dua belas tulisan Sadr al-Din yang mencakup komentar dan
saran terhadap AlQur’an, disertai dengan kehidupan tradisi, cerita-cerita
polemik dalam bidang teologi dan metafisika dan catatan perjalannya.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Dinasti Safawiyah, Rizki Laelatul
Azizah, Kholid Mawardi 1477 Sistem dan praktik pendidikan pada masa
Dinasti Safawi ini secara umum didominasi oleh tiga jenis pendidikan.
Pertama, pendidikan indoktrinatif sebagai kurikulum inti dalam seluruh pusat
pendidikan untuk memantapkan paham Syi’ah demi terwujudnya patriotisme
masyarakat dalam mengabdi kepada mahzab keagamaan.
xxiv
pernah tertutup. Di antara ulama ternama adalah Bahau al-Din al-Amily.
Selain itu, hidup pula filosof Shadr al-Din al-Syirozi. Pada masa Dinasti
Safawi ini kota Qumm dijadikan sebagai pusat kebudayaan dan penelitian
mahzab Syi’ah. Pengajaran pendidikan Islam lahir ditandai dengan
didirikannya lembaga-lembaga yang bertujuan untuk memberikan dasar
pendidikan Islam, tetapi masih fokus pada mengutamakan ajaran paham
Syiah.
Dalam sejarah Islam, bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang peradaban
tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
tidak mengherankan apabila pada masa Kerajaan Safawi tradisi keilmuan ini
terus berlanjut. Ada beberapa ilmuwan yang selalu hadir di majlis istana yaitu
Baha Al-Din Al-Syaerazi (generalis iptek), Sadar Al- 201 DinAl-Syaerazi
(filosof), dan Muhammad Baqir bin Muhammad Damad (teolog, filosof).
Dalam bidang ilmu pengetahuan, Safawi lebih mengalami kemajuan dari
pada kerajaan Mughal dan Turki Usmani. Pada masa Safawi Filsafat dan
Sains bangkit kembali di dunia Islam, khususnya dikalangan orang-orang
persia yang berminat tinggi pada perkembangan kebudayaan. Perkembangan
baru ini erat kaitannya dengan aliran Syiah yang ditetapkan Dinasti Safawi
sebagai agama resmi Negara. Dalam Syiah Dua Belas ada dua golongan,
yakni Akhbari dan Ushui. Mereka berbeda didalam memahami ajaran agama.
Yang pertama cenderung berpegang kepada hasil ijtihad para mujtahid Syiah
yang sudah mapan. Sedang kedua mengambil dari sumber ajaran Islam, Al-
Qur’an dan Hadits, tanpa terikat kepada para mujthadi. Golongan Ushuli
inilah yang palling berperan pada masa Safawi. Menurut Hodhson, ada dua
aliran filsafat yang berkembang pada masa Safawi tersebut. Pertama, aliran
filsafat “Perifatetik” sebagaimana yang dikemukakan oleh Aristoteles dan Al-
Farabi. Kedua filsafatI “syraqi” yang dibawa oleh Syahrawadi pada abad ke-
12. Kedua aliran ini banyak dikembangkan di perguruan Isfahan dan Syiraj.
Di bidang filosof ini muncul beberapa orang filosof diantaranya Muhammad
xxv
Baqir Damad yang dianggap guru ketiga sesudah Aristoteles dan Al-Farabi,
tokoh lainnya misalnya Mulla Shadra yang menurut sejartah ia adalah
seorang dialektikus yang palingcakap di zamannya. Sejumlah ilmuan yang
selalu hadir di majlis istana yaitu Baha al-Dina al-Syaerazi, generalis ilmu
pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn
Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah
pernah mengadakan observasi tentang kehidupan lebah.
xxvi
Keadaan taman kota nampak indah di mata pengunjung. Kemajuan ini juga
ditandai dari penampakan kota Isfahan sebagai ibu kota kerajaan Safawi dan
merupakan kota yang sangat indah. Di kota ini berdiri bangunan-bangunan
yang megah lagi indah seperti mesjid, rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah,
jembatan raksasa dan istana Chihil Sutun, dari segi arsitekturnya nampak
jelas keindahannya. Kota ini diperindah oleh taman wisata yang ditata
secara apik. Dan ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat 162 mesjid, 48
akademi 1802 penginapan dan 273 permandian umum. Unsur seni lain
terdapat pula dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet permadani,
pakainan tenunan, tembikar dan lain-lain. Selai itu, terdapat bangunan yang
terkenal adalah bangunan dengan nama Cehel Sultun yang berada di atas
empat puluh pilar yang kokoh. Mereka juga berhasil memproduksi karpet
dan permadani yang istimewa. Selanjutnya, pada periode Syah Abbas II,
kemerdekaan berpikir atau liberalitas intelektual memperoleh puncaknya.
Hal ini ditunjukkan dengan diberlakukannya “kebijakan toleransinya” yakni
toleransi bukan hanya antar sekte Syi’ah melainkan juga toleransi antar
agama. Seluruh perbedaan paham yang terdapat dalam masyarakatnya
diletakkan di bawah supremasi keadilan, yang sangat bersesuaian dengan
salah satu prinsip dasar dalam ajaran mazhab Syi’ah yakni prinsip al-adl.
Pada masa Abbas II ini, wanita memperoleh kebebasan dalam berekspresi
atau memainkan perannya dalam segala bidang termasuk dunia pendidikan.
Kesejajaran para wanita pada masa ini seperti terlukiskan pada ilustrasi yang
ada pada manuskrip Shahnama (puisi terpanjang sejarah dunia
kesusateraan). Para wanita sengaja dilukiskan secara terpisah dengan kaum
lak-laki (biasanya dipisahkan oleh gambar tenda). Pemisahan ini dapat
dimaknai bahwa para wanita didudukkan secara setara dan diberi ruang
partisipasi dalam mengelola aspek-aspek kehidupan secara sama.
Lingkungan sosial yang tergambarkan dalam manuskrip tersebut oleh
beberapa ahli dimaknai bahwa para wanita masa Safawi memperoleh
kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan sains, keagamaan
dan seni.
xxvii
Perkembangan arsitektur antara lain:
d. Pendidikan militer
Dinasti syafawi yang dipimpim oleh Ismail I memiliki kekuatan yang sangat
berpengaruh di bidang pertahanan dan kemiliteran. Pendidikan militer ini,
yang ditujukan untuk lebih memperkuat armada perang untuk keperluan
pertahanan pemerintahan dan profesionalisme pengelolaan administrasi
pemerintahan.
(2) Pada masa Syah Abas I, ilmu pengetahuan dan pendidikan telah
berkembang dengan ditandai oleh bangunan, seperti dibangunnya 162
masjid dan 48 pusat pendidikan, dalam data versi lain menyebutkan 162
masjid dan 446 sekolah.
xxviii
(3) Lembaga pendidikan bukan hanya dibangun oleh para kerabat kerajaan,
tetapi juga oleh para hartawan, seperti: Zinat Begum mendirikan madrasah
Nim Advard (1705), Izzat Khanum mendirikan madrasah Mirza Husain
(1687).
xxix
tidak bisa dipisahkan dari “tujuan-keagamaan”, dan jejaring lintas wilayah
yg dimilikinya di saat berlangsung proses pembentukan geographical
schools menuju personal schools telah menempatkan institusi ini pada
fungsi “ideologis-politis”. Maka semakin jelas keinginan penguasa untuk
tetap mendapat simpatik dan mengakar kekuasaannya dengan adanya
madrasah, kajian, dan lembaga pendidikan lainya11. (rizal, 2022).
4. Bidang Ekonomi
Keberadaan stabilitas politik kerajaan safawi pada masa abbas I ternyata telah
memacu perkembangan perekonomian. Terlebih setelah kepulauan hurmuz dan
pelabuhan gumrun diubah menjadi bandar abbas. Dengan dikuasainya bandar
ini maka salah satu jalur dagang laut antara timur dan barat yang biasa di
perebutkan oleh belanda, inggris dan perancis sepenuhnya menjai kerajaan
safawi. Di samping bidang perdagangan, kerajaan safawi juga mengalami
kemajuan dalam sektor pertanian terutama di daerah sabit subur12. buku siti
zubaidah--.
5. Bidang Tarekat
11
rizal. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Dinasti Abbasiyah. 2022
12
Dr. Siti Zubaidah, M. A. Buku SPI. In Sejarah Peradaban Islam (Vol. 1, Issue ISBN 978-602-
6462-15-2). 2016
xxx
politik dan militer13 (Sewang, 2017). – 4 dan 5 dri buku sejarah Dr H. Ahmad
Sewang
Kota Kandahar lepas dari kekuasaan kerajaan Safawi, diduduki oleh kerajaan
Mughal yang ketika itu diperintah oleh Sultan Syah Jehan, sementara Baghdad
direbut oleh kerajaan Usmani. Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman
keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman
juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang
dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintah. Ia
diganti oleh Shah Husein yang alim. Ia memberi kekuasaan yang besar kepada
para Ulama Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut
aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan,
sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi.
Pemberontakan bangsa Afghan tersebut terjadi pertama kali tahun 1709 M di
bawah pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah Kandahar.
Pemberontakan lainnya terjadi di Heart, suku Ardabil Afghanistan berhasil
13
Sewang, A. Buku ajar sejarah peradaban islam. (2017).
xxxi
menduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh Mir.Mahmud dan ia dapat
mempersatukan pasukannya dengan pasukan Ardabil, sehingga ia mampu
merebut negeri-negeri Afghan dari kekuasaan Safawi. Karena desakan dan
ancaman Mir Mahmud, Shah Husein akhirnya mengakui kekuasaan Mir Mahmud
dan mengangkatnya menjadi Gubernur di Qandahar dengan gelar Husein Quli
Khan (budak Husein). Dengan pengakuan ini, Mir Mahmud makin leluasa
bergerak sehingga tahun 1721 M, ia merebut Kirman dan tak lama kemudian ia
menyerang Isfahan dan memaksa Shah Husein menyerah tanpa syarat. Pada
tanggal 12 Oktober 1722 M Shah Husein menyerah dan 25 Oktober Mir Mahmud
memasuki kota Isfahan dengan penuh kemenangan. Salah seorang putera Husein,
bernama Tahmasp II, mendapat dukungan penuh dari suku Qazar dari Rusia,
memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah dan berkuasa atas Persia dengan
pusat kekuasaannya di kota Astarabad. Tahun 1726 M, Tahmasp II bekerjasama
dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa
Afghan yang menduduki Isfahan. Asyraf, pengganti Mir Mahmud, yang berkuasa
di Isfahan digempur dan dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M.
Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan itu, dengan demikian Dinasti Safawi
kembali berkuasa. Namun, pada bulan Agustus 1732 M, Tahmasp II dipecat oleh
Nadir Khan, dan digantikan oleh Abbas III (anak Tahmasp II) yang ketika itu
masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu, tepatnya tanggal 8 Maret 1736, Nadir
Khan mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Abbas III. Dengan demikian
berakhirlah kekuasaan Dinasti Safawi di Persia.
xxxii
tujuh tahun tidak pernah sekalipun menyempatkan diri menangani pemerintahan,
begitu pula dengan Sultan Husein.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
14
Dr. Siti Zubaidah, M. A. Buku SPI. In Sejarah Peradaban Islam (Vol. 1, Issue
ISBN 978-602-6462-15-2). 2016
xxxiii
dilihat dari lembaga pendidikan yang didirikan, di mana pejabat kerajaan dan
tokoh-tokoh masyarakat yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan lembaga
pendidikan. Meskipun pendidikan difokuskan untuk pengembangan paham Syiah,
tetapi dalam hal ini tidak menutup pintu ijtihad dan sangat terbuka pemikirannya
demi kemajuan peradabam Islam.
Persia dikenal sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi dan memberikan
kontribusi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Sejumlah ilmuwan yang
selalu hadir di majlis istana dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan.
Kemajuan pendidikan juga dapat dilihat dalam perkembangan seni. kota Isfahan
sebagai ibu kota kerajaan Safawi dan merupakan kota yang sangat indah. Di kota
ini berdiri bangunan-bangunan yang megah lagi indah seperti mesjid, rumah-
rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa dan istana Chihil Sutun, dari segi
arsitekturnya nampak jelas keindahannya. Kota ini diperindah oleh taman wisata
yang ditata secara apik. Dengan demikian, kemajuan dalam bidang pendidikan
Islam juga diwarnai dengan bangunan dan arsitektur yang menghiasi kota.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal. (2013). Dinasti Safawiyah. Jurnal Agama Dan Budaya Tsaqofah.
Vol. 11
xxxiv
Dr. Siti Zubaidah, M. A. (2016). Buku SPI. In Sejarah Peradaban Islam (Vol. 1,
Issue ISBN 978-602-6462-15-2).
Rizqiah, F., Liadi, F., & Husni, M. (2021). Transformasi Gerakan Sosial Dinasti
Syafawiyah di Persia, 1301-1629. Syams: Jurnal Kajian Keislaman, 2(2),
68–84. https://doi.org/10.23971/js.v2i2.3875
xxxv