KELOMPOK 4
AFWANY HISAABY (1233050117)
ASFY PUTRI AISYAH (1233050083)
ALI ZAINAL MUTTAQIEN RADJA HILHAMDI (1233050113)
IRFAN FAWWAZ (1233050144)
SANTI HALIMATUSAA’ADAH (1233050102)
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejarah peradaban islam diwarnai dengan berdirinya dinasti-dinasti atau kerajaan-
kerajaan Islam yang berperan dalam penyebaran agama Islam setelah berakhirnya masa
Khulafaurrasyidin.Namun, serangan tentara Mongol menyebabkan Kerajaan Abbasiyah
hancur sehingga cahaya Islam sempat redup.Peperangan dan perebutan kekuasan untuk
mazhab Islam pun terjadi di banyak wilayah. Bahkan buku-buku ilmu pengetahuan mengenai
agama Islam telah dilenyapkan.
Secara menyeluruh, keadaan politik umat Islam baru mengalami peningkatan atau
kemajuan lagi setelah lahir dan berkembangnya tiga kerajaan yang besar yaitu Kerajaan
Usmani di Turki, Kerajaan Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India.
Kerajaan Safawi di Persia yang pertama kali di pimpin oleh Syah Ismail I dari tahun
1501 hingga 1524 memainkan peran penting dalam penyebaran Syi’ah yang berdampak pada
agama serta keyakinan masyarakat di Persia sesaat setelah gerakan tarekat Syafawiyah
berubah menjadi sebuah Kerajaan.
B. RUMUSAN MASALAH
3. Bagaimana kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan pada masa daulah syafawi?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH LAHIRNYA DAULAH SYAFAWI
Kerajaan Safawiyah berdiri sejak tahun 1501-1736 Masehi. Pada mulanya, kerajaan
Safawiyah berbentuk suatu gerakan tarekat yang berdiri di Azerbaijan, yaitu wilayah di
Rusia, tepatnya di kota Ardabil dan diberi nama tarekat Safawiyah. Nama tarekat tersebut
diambil dari nama pendirinya yaitu Syekh Ishak Safiuddin atau lebih dikenal dengan nama
Safi al-Din (1252-1334 M). (Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: penerbit
pustaka setia, 2008, p 253-254))
Safi Ad-Din atau Safi Al-Din adalah orang kaya yang merupakan keturunan dari
imam Syi’ah keenam yaitu Musa Al-Khazim dan memilih sufi sebagai jalan untuk menempuh
kehidupannya. Sufi merupakan seorang penganut sufisme, yaitu pemahaman dan ngalaman
mendalam dalam bentuk ritual-ritual atau praktik-praktik mistik untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan (Allah) yang tujuaannya untuk mencari ketenangan serta penyelesaian atau
solusi atas permasalahan -permasalahan yang ada di dalam kehidupan. Karena sifatnya yang
alim dan zuhud (sikap sederhana dan merasa cukup), serta ketekunan dan prestasi yang dia
dapatkan dalam kehidupan tasawuf (sikap aliran mistik yang bertujuan untuk mencapai
pengalaman mendalam atau mendekatkan diri kepada Tuhan melalui praktik spiritual), Safi
Al-Din dijadikan menantu oleh gurunya yang bernama Syeikh Taj al-Din Ibrahim Zahidi
(1216-1301 M) yang dikenal sebagai Zahid Al-Gilani.
Safi Al-Din mendirikan tarekat Safawiyah pada 1301 M setelah guru sekaligus
mertuanya wafat. Tarekat ini bertujuan untuk memerangi orang-orang yang ingkar atau
disebut sebagai ahlul bid’ah. Namun, karena tarekat Safawiyah adalah tarekat yang penting,
akhirnya tarekat Safawiyah berubah menjadi gerakan keagamaan yang besar di Persia, Syria
dan Anatolia, dari yang awalnya hanya sebuah tarekat kecil yang bersifat lokal. Wakil dari
Safi Al-Din yang memimpin murid-muridnya diberi gelar “Khalifah”, di luar daerah Ardabil
(Hamka,1975. p. 60) Dalam waktu yang cukup singkat, murid-murid tarekat Safawi tersebut
berubah menjadi tentara-tentara yang beraturan karena rasa penuh keyakinan dan teguh
mereka dalam memegang ajaran agama Islam Syi’ah. Dalam artian, murid-murid Safawi
tersebut berusahamempertahankan kepercayaan Mazhab Syi’ah dan melawan serta
menentang orang-orang yang di luar mazhab Syi’ah hingga membentuk tentara-tentara. Dan
pada akhirnya, gerakan keagamaan Safawiyah atau tarekat Safawiyah tersebut terus
5
berkembang dan bertambah luas hingga menjadi gerakan politik dan mendirikan sebuah
kerajaan dengan mempertahankan nama “Safawiyah”.
Namun ia tidak tinggal diam dan justru dapat menghimpun kekuatan dan beraliansi
politik bersama Uzun Hasan yaitu seorang pendiri Dinasti Aq Qoyunlu yang berkuasa dari
tahun 1453-1508 M. Juneid berhasil mempersunting saudara perempuan dari Uzun Hasan dan
mencoba merebut Ardabil meskipun akhirnya gagal. Ia juga mencoba merebut Sircassia pada
tahun 1450 M, namun pasukannya dihadang oleh tentara Sirwan hingga kemudian Juneid
terbunuh dalam pertempuran itu. Haidar yang merupakan anak dari Juneid, diasuh oleh Uzun
Hasan hingga akhirnya Haidar mempersunting putri dari Uzun Hasan. Lalu, lahirlah Ismail
yang nantinya akan menjadi pendiri kerajaan Safawi di Persia.
Itulah sejarah lahirnya Daulah Safawiyah yang pada awalnya hanya suatu gerakan
tarekat kecil yang memiliki paham agama Syi’ah hingga menjadi sebuah Daulah besar yang
memajukan perdaban Islam. (Nasution, 2017, p. 53). Kerajaan Safawi sendiri terbentuk
ketika Kerajaan Utsmani di Turki sudah mencapai kejayaannya di bawah pemerintahan
Sultan Sulaeman. (Yatim, 2002, p. 138). Di sebelah Barat, Kerajaan Safawi di Persia
berbatasan dengan Kerajaan Usmani di Turki sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan
Kerajaan Mughal di India. Meskipun Kerajaan Safawi mengalami kemajuan yang sangat
pesat, namun Kerajaan Safawi juga sering mengalami bentrok dengan Turki Utsmani dalam
perkembangannya dikarenakan Kerajaan Safawi menyatakan bahwa mereka menganut Islam
Syi’ah sebagai mazhab negara, sedangkan Kerajaan Usmani menganut Islam Sunni sehingga
menciptakan ketegangan serta konflik agama antara komunitas Muslim Syi’ah dan Muslim
Sunni di sekitaran kedua wilayah tersebut. Karena itulah, Kerajaan Safawi dianggap sebagai
peletak pertama dasar terbentuknya negara Islam di Iran dewasa atau dikenal sebagai
Republik Islam of Iran dan dalam bahasa Persia dikenal dengan “Jomhuri-ye Eslāmi-ye
Irān”. Iran sendiri merupakan negara yang berlandaskan prinsip Islam Syi’ah dalam
pemerintahannya.
6
B. STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAULAH SYAFAWI
7
Thalib, yaitu Khalifah Abu bakar as Siddiq Khalifah Umar bin Khattab dan Khalifah
Usman bin Affan dalam setiap khutbah salat Jumat.
8
Khalifah Safi Mirzan menggantikan Syah Abbas I sebagai raja Kerajaan
Safawi.Safi Mirza sendiri merupakan cucu dari Khalifah Abbas I dan pemimpin yang
sangat lemah. Sifat “pencemburu” membuat Safi Mirza sangat kejam kepada para
pembesar dan Kerajaan Safawi pun mengalami kemunduran karena lemahnya
kepemimpinan Safi Mirzan hingga Kota Qandahar (sekarang termasuk wilayah
Afghanistan) terlepas dari Kerajaan Safawi dan diduduki oleh Kerajaan Mughal di
India yang saat itu dipimpin oleh Sultan Syah Jehan. Di samping itu, Baghdad
berhasil direbut oleh Kerajaan Turki Usmani
9
dengan pasukan Ardabil. Dengan kekuasan yang cukup besar karena mempersatukan
kekuasaan, Mr. Mahmud berusaha merebut negeri-negeri Afghanistan dari Kerajaan
Safawi.
Akhirnya karena desakan Mr. Mahmud, Syah Husein pun mengakui
kekuasaan Mr. Mahmud dan mengangkatnya sebagai Gubernur Qandahar dengan
gelar Husein Quli Khan. Pada tahun 1721, wilayah Kirman dan Isfahan pun berhasil
dikuasai oleh Mr. Mahmud hingga pada tanggal 25 Oktober 1722 Masehi, Syah
Husein menyerah tanpa syarat kepada Mr. Mahmud.
1. Bidang ekonomi
10
Dalam bidang dinasti Syafawi mengalami kemajuan dalam sektor perdangan
yaitu dengan dapat menguasai salah satu jalur perdagangan laut antara Timur dan
Barat yang biasa diperebutkan oleh Inggris, Belanda dan Prancis setelah kepulauan
Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Selain
dalam sektor perdagangan, Dinasti Syafawi juga maju dalam Sektor pertaniannya
terutama di daerah Bulan Sabit Subur(Fortile Crescent). (Zaenal Abidin, 2020)
Dalam bidang seni pun kerajaan syafawi berkembang sangat pesat terutama dalam bidang
kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan, mode, tembikar dll.
Bahkan pada zaman Tahmasp I, Ismail I tahun 1522M mereka membawa pelukis timur
bernama Bizhad ke Tabriz. (Sudin, Indo, Wahyudi, 2022)
Itulah puncak kemajuan dari kerajaan Syafawi. Setelah itu kerajaan mulai mengalami
kemunduran. Walaupun tidak setara dengan perkembangan islam pada zaman klasik akan
tetapi dinasti ini cukup memberikan kontribusi dalam mengisi peradaban islam melalui
kemajuan-kemajuan nya. (Sejarah Peradaban Islam, Dr. Anwar Sewang, 2017)
11
D. KEMUNDURAN DAULAH SYAFAWI
Diantara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi ialah: Konflik
berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Dekadensi moral yang melanda sebagian besar
para pemimpin kerajaan Safawi. Lemahnya pasukan Ghulam (budak-budak) yang
diandalkan oleh safawi pasca penggantian tentara Qizilbash
2. Abbas II (1642-1667 M)
3. Sulaiman (1667-1694 M)
4. Husain (1694-1722 M)
Syah Husain adalah raja yang alim, tetapi kealiman Husain adalah suatu
kefanatikan tehadap Syi’ah. Karena dia Syi’ah berani memaksakan pendiriannya
terhadap golongan Sunni. Inilah yang menyebabkan timbulnya kemarahan
12
golongan Sunni di Afghanistan, sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri
kekuasaan Dinasti Safawi.2
5. Tamnasp II (1722-1732 M)
Pada Agustus 1732 M, Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan
oleh Abbas III yang merupakan putra Tahmasp II, padahal usianya masih sangat
muda. Ternyata ini adalah strategi politik Nadir Khan karena pada tanggal 8 maret
13
1736, dia menyatakan dirinya sebagai penguasa persia dari abbas III. Maka
berakhirlah kekuasaan dinasti Safawi di Persia. 4
Pada akhirnya, Daulah Safawi tidak mampu mengatasi berbagai tantangan ini, yang
mengakibatkan kemunduran dan jatuhnya dinasti tersebut. Dinasti Qajar kemudian
menggantikannya sebagai penguasa Persia dan memerintah hingga awal abad ke-20..
Demikianlah dinamika kekhalifahan Safawi di Persia. Sistem Syi’ah ini, diakui atau tidak,
walau safawi telah hancur, masih memiliki sisa-sisanya.
14
15
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Saat Usmani sudah mencapai puncak kemajuan nya, Kerajaan safawi di Persia
baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan sangat cepat .Dalam
perkembangannya,kerajaan safawi sering bentrok dengan Kerajaan Usmani. Berbeda
dari 2 kerajaan islam lainnya(Usmani dan Mughal),kerajaan Safawi menyatakan
Syi’ah sebagaimazhab negara. Karena itu kerajaan ini dianggap sebagai peletak
pertama dasarterbentuknya negara Iran dewasa ini.
Penyebab kemunduran kerajaan Safawi :
Sepeninggal Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja,
yaitu safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694),
Husain (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan Abbas III (1733-1736
M). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan safawi tidak menunjukkan
grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang
akhirnya membawa kepada kehancuran.
Perbedaan kemajuan masa ini dengan masa klasik :
Pada masa kejayaan tiga kerajaan besar ini, umat islam kembali mengalami kemajuan.
Akan tetapi kemajuan yang dicapai berbeda dengan kemajuan yang dicapai pada masa
klasik islam.
B. SARAN
Setelah kita simak materi tentang sejarah peradaban islam diatas, kita harus bisa
mengambil hikmah dan pelajaran yang baik untuk kita terapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Sangat kami harapkan kritik dan saran dari
pembaca supaya makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi.
16
Daftar Pustaka
Zaenal Abidin, 2020, https://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/tsaqofah/article/view/3454
Nasution, S. (2017). Sejarah Perkembangan Peradaban Islam (A. Riau, ed.). Riau.
Dedi Supriyadi. (2008) Sejarah Peradaban Islam. Bandung; Penerbit Pustaka Setia.
17
18