Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

PADA MASA DINASTI SYAFAWI

DOSEN PENGAMPU : AHMAD DAMIRI, S.Sy., M.Ag

KELOMPOK 4
AFWANY HISAABY (1233050117)
ASFY PUTRI AISYAH (1233050083)
ALI ZAINAL MUTTAQIEN RADJA HILHAMDI (1233050113)
IRFAN FAWWAZ (1233050144)
SANTI HALIMATUSAA’ADAH (1233050102)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Kami ucapkan puji syukur serta nikmat kepada Allah SWT atas rahmat-Nya yang
melimpah sehingga kami kelompok kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul Sejarah
Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Syafawi.
Makalah ini dibuat untuk mengetahui sejarah peradaban islam pada masa pertengahan
dan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam di Fakultas Syariah dan
Hukum Jurusan Ilmu Hukum Universitas UIN Sunan Gunung Djati.
Pada kesempatan ini, kami ingin berterimakasih kepada semua pihak yag telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini, kepada teman-teman sekelompok dan
dosen yang selalu membimbing kami yaitu Bapak Ahmad Damiri,S.Sy., M.Ag.
Karena kebaikan semua pihak yang telah kami sebutkan tadi sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini memang masih jauh dari
kesempurnaan, tetapi kami sudah berusaha sebaik mungkin. Sekali lagi terimakasih. Semoga
makalah kami bermanfaat bagi kita semua.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ......................................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................. 4
LATAR BELAKANG ....................................................................................................................... 4
RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 5
SEJARAH LAHIRNYA DAULAH SYAFAWI........................................................................................ 5
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAULAH SYAFAWI ................................................... 7
KEMAJUAN PERADABAN DAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA DAULAH SYAFAWI ................. 10
KEMUNDURAN DAULAH SYAFAWI ............................................................................................ 12
BAB IV ............................................................................................................................................. 16
PENUTUP ..................................................................................................................................... 16
KESIMPULAN ........................................................................................................................... 16
SARAN ..................................................................................................................................... 16
Daftar Pustaka ................................................................................................................................. 17

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejarah peradaban islam diwarnai dengan berdirinya dinasti-dinasti atau kerajaan-
kerajaan Islam yang berperan dalam penyebaran agama Islam setelah berakhirnya masa
Khulafaurrasyidin.Namun, serangan tentara Mongol menyebabkan Kerajaan Abbasiyah
hancur sehingga cahaya Islam sempat redup.Peperangan dan perebutan kekuasan untuk
mazhab Islam pun terjadi di banyak wilayah. Bahkan buku-buku ilmu pengetahuan mengenai
agama Islam telah dilenyapkan.

Secara menyeluruh, keadaan politik umat Islam baru mengalami peningkatan atau
kemajuan lagi setelah lahir dan berkembangnya tiga kerajaan yang besar yaitu Kerajaan
Usmani di Turki, Kerajaan Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India.

Kerajaan Safawi di Persia yang pertama kali di pimpin oleh Syah Ismail I dari tahun
1501 hingga 1524 memainkan peran penting dalam penyebaran Syi’ah yang berdampak pada
agama serta keyakinan masyarakat di Persia sesaat setelah gerakan tarekat Syafawiyah
berubah menjadi sebuah Kerajaan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah lahirnya daulah syafawi?

2. Apa saja strategi dan kebijakan pemerintahan daulah syafawi?

3. Bagaimana kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan pada masa daulah syafawi?

4. Bagaimana proses terjadinya kemunduran daulah syafawi?

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. SEJARAH LAHIRNYA DAULAH SYAFAWI
Kerajaan Safawiyah berdiri sejak tahun 1501-1736 Masehi. Pada mulanya, kerajaan
Safawiyah berbentuk suatu gerakan tarekat yang berdiri di Azerbaijan, yaitu wilayah di
Rusia, tepatnya di kota Ardabil dan diberi nama tarekat Safawiyah. Nama tarekat tersebut
diambil dari nama pendirinya yaitu Syekh Ishak Safiuddin atau lebih dikenal dengan nama
Safi al-Din (1252-1334 M). (Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: penerbit
pustaka setia, 2008, p 253-254))

Safi Ad-Din atau Safi Al-Din adalah orang kaya yang merupakan keturunan dari
imam Syi’ah keenam yaitu Musa Al-Khazim dan memilih sufi sebagai jalan untuk menempuh
kehidupannya. Sufi merupakan seorang penganut sufisme, yaitu pemahaman dan ngalaman
mendalam dalam bentuk ritual-ritual atau praktik-praktik mistik untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan (Allah) yang tujuaannya untuk mencari ketenangan serta penyelesaian atau
solusi atas permasalahan -permasalahan yang ada di dalam kehidupan. Karena sifatnya yang
alim dan zuhud (sikap sederhana dan merasa cukup), serta ketekunan dan prestasi yang dia
dapatkan dalam kehidupan tasawuf (sikap aliran mistik yang bertujuan untuk mencapai
pengalaman mendalam atau mendekatkan diri kepada Tuhan melalui praktik spiritual), Safi
Al-Din dijadikan menantu oleh gurunya yang bernama Syeikh Taj al-Din Ibrahim Zahidi
(1216-1301 M) yang dikenal sebagai Zahid Al-Gilani.

Safi Al-Din mendirikan tarekat Safawiyah pada 1301 M setelah guru sekaligus
mertuanya wafat. Tarekat ini bertujuan untuk memerangi orang-orang yang ingkar atau
disebut sebagai ahlul bid’ah. Namun, karena tarekat Safawiyah adalah tarekat yang penting,
akhirnya tarekat Safawiyah berubah menjadi gerakan keagamaan yang besar di Persia, Syria
dan Anatolia, dari yang awalnya hanya sebuah tarekat kecil yang bersifat lokal. Wakil dari
Safi Al-Din yang memimpin murid-muridnya diberi gelar “Khalifah”, di luar daerah Ardabil
(Hamka,1975. p. 60) Dalam waktu yang cukup singkat, murid-murid tarekat Safawi tersebut
berubah menjadi tentara-tentara yang beraturan karena rasa penuh keyakinan dan teguh
mereka dalam memegang ajaran agama Islam Syi’ah. Dalam artian, murid-murid Safawi
tersebut berusahamempertahankan kepercayaan Mazhab Syi’ah dan melawan serta
menentang orang-orang yang di luar mazhab Syi’ah hingga membentuk tentara-tentara. Dan
pada akhirnya, gerakan keagamaan Safawiyah atau tarekat Safawiyah tersebut terus

5
berkembang dan bertambah luas hingga menjadi gerakan politik dan mendirikan sebuah
kerajaan dengan mempertahankan nama “Safawiyah”.

Terdapat wujud konkrit kecenderungan memasuki dunia politik Safawiyah adalah


pada masa kepemimpinan Juneid yaitu keturunan dari Safi Al-Din pada 1447-1460 M dengan
adanya perluasan kegiatan politik pada kegiataan keagamaan yang menimbulkan konflik
antara Juneid dengan salah satu bangsa Turki yang berkuasa di wilayah Kara Qoyunlu
(domba hitam), hingga Juneid mengalami kekalahan dan diasingkan ke suatu tempat dan
mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, Aq-Qoyunlu (domba putih).

Namun ia tidak tinggal diam dan justru dapat menghimpun kekuatan dan beraliansi
politik bersama Uzun Hasan yaitu seorang pendiri Dinasti Aq Qoyunlu yang berkuasa dari
tahun 1453-1508 M. Juneid berhasil mempersunting saudara perempuan dari Uzun Hasan dan
mencoba merebut Ardabil meskipun akhirnya gagal. Ia juga mencoba merebut Sircassia pada
tahun 1450 M, namun pasukannya dihadang oleh tentara Sirwan hingga kemudian Juneid
terbunuh dalam pertempuran itu. Haidar yang merupakan anak dari Juneid, diasuh oleh Uzun
Hasan hingga akhirnya Haidar mempersunting putri dari Uzun Hasan. Lalu, lahirlah Ismail
yang nantinya akan menjadi pendiri kerajaan Safawi di Persia.

Itulah sejarah lahirnya Daulah Safawiyah yang pada awalnya hanya suatu gerakan
tarekat kecil yang memiliki paham agama Syi’ah hingga menjadi sebuah Daulah besar yang
memajukan perdaban Islam. (Nasution, 2017, p. 53). Kerajaan Safawi sendiri terbentuk
ketika Kerajaan Utsmani di Turki sudah mencapai kejayaannya di bawah pemerintahan
Sultan Sulaeman. (Yatim, 2002, p. 138). Di sebelah Barat, Kerajaan Safawi di Persia
berbatasan dengan Kerajaan Usmani di Turki sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan
Kerajaan Mughal di India. Meskipun Kerajaan Safawi mengalami kemajuan yang sangat
pesat, namun Kerajaan Safawi juga sering mengalami bentrok dengan Turki Utsmani dalam
perkembangannya dikarenakan Kerajaan Safawi menyatakan bahwa mereka menganut Islam
Syi’ah sebagai mazhab negara, sedangkan Kerajaan Usmani menganut Islam Sunni sehingga
menciptakan ketegangan serta konflik agama antara komunitas Muslim Syi’ah dan Muslim
Sunni di sekitaran kedua wilayah tersebut. Karena itulah, Kerajaan Safawi dianggap sebagai
peletak pertama dasar terbentuknya negara Islam di Iran dewasa atau dikenal sebagai
Republik Islam of Iran dan dalam bahasa Persia dikenal dengan “Jomhuri-ye Eslāmi-ye
Irān”. Iran sendiri merupakan negara yang berlandaskan prinsip Islam Syi’ah dalam
pemerintahannya.

6
B. STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAULAH SYAFAWI

1. Syah Ismail I (Tahun 1501-1524 M)


Syah Ismail I menobatkan dirinya sebagai pemimpin atau raja dari Kerajaan
Safawi setelah memproklamirkan Safawi sebagai sebuah Kerajaan.
Selama menjadi pemimpin Kerajaan Safawi, Syah Ismail I melakukan beberapa
kebijakan, yaitu menetapkan Syi’ah sebagai mazhab atau ideologi yang bersifat resmi
di Kerajaan Safawi serta melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah yang berada di
sekitaran Kerajaan Safawi.
Ismail I juga memproklamirkan “Syi’ah Itsna Asy’ariyah” sebagai agama resmi di
Kerajaan Safawi.

2. Syah Tahmasp (Tahun 1524-1576 M)


Setelah Syah Ismail I wafat, Kerajaan Safawi dipimpin oleh Syah Tahmasp
yaitu putra dari Syah Ismail I sendiri yang saat itu masih 10 tahun, selama 52 Tahun.
Selama memimpin Kerajaan, tak banyak yang dilakukan Syah Tahmasp karena ia
sibuk dengan peperangan melawan Kerajaan Turki Usmani dan Kerajaan Uzbek. Syah
Tahmasp juga seringkali melakukan penyerangan terhadap kaum Kristen di Georgia.
Sebagaimana ayahnya (Syah Ismail I), Syah Tahmasp juga menganut faham Syi’ah.
Di akhir masa pemerintahannya, Syah Tahmasp banyak mengurung diri, dan yang
menjalankan pemerintahan Kerajaan Safawi adalah para pejabat yang berada di
bawah kekuasaannya. Hingga pada akhirnya Syah Tahmasp wafat pada tanggal 14
Mei tahun 1576 Masehi.

3. Ismail II (Tahun 1576-1577 Masehi)


Setelah syah tahmasp wafat pada tahun 1576 Masehi dinasti syafawiyah
dipimpin oleh putranya yang bernama Ismail 2. Ismail 2 resmi menjadi raja dinasti
syafawiyah pada tanggal 22 Agustus tahun 1576 masehi sampai 24 November tahun
1577 Masehi, dan dalam masa yg singkat itu, raja Ismail 2 sempat melakukan
pembunuhan terhadap seluruh saudaranya kecuali Muhammad Huda Banda dan
anaknya yang bernama Abbas yang lolos dari pembunuhan tersebut. Ismail 2 juga
sempat mengeluarkan larangan mencela 3 khalifah sebelum khalifah Ali bin Abi

7
Thalib, yaitu Khalifah Abu bakar as Siddiq Khalifah Umar bin Khattab dan Khalifah
Usman bin Affan dalam setiap khutbah salat Jumat.

4. Muhammad Khudabanda (Tahun 1577-1587)


Setelah raja Ismail II wafat, Kerajaan Safawi dipimpin oleh kakaknya yaitu
Muhammad Khudabanda selama 10 tahun. Tidak ada yang dapat dilakukan
Khudabanda untuk memajukan serta mengembangkan Kerajaan Safawi meskipun ia
memerintah selama 10 tahun. Hal ini terjadi dikarenakan kondisi fisiknya yang kurang
dapat melihat dengan jelas.
Melihat pemerintahan Kerajaan Safawi yang dipimpin oleh Khudabanda, Syah Abbas
I yang merupakan putra dari Khudabanda melakukan kudeta terhadap ayahnya sendiri
sehingga berhasil menguasai Kerajaan Safawi

5. Syah Abbas I (Tahun 1588-1628 Masehi)


Setelah Muhammad khudabanda wafat pada tahun 1588 masehi, pemerintahan
dinasti syafawiyah dipimpin oleh khalifah Syah Abbas yang memerintah dinasti
syafawiyah mulai dari tahun 1588 masehi sampai dengan tahun 1628 Masehi. Ada
beberapa langkah langkah yang dilakukan oleh khalifah Abbas 1 dalam rangka
memulihkan kondisi dinasti syafawiyah, yaitu :
- khalifah Abbas 1 berusaha menghilangkan dominasi pasukan kizil basyi dari
kekuasaan dinasti syafawiyah dengan cara membentuk pasukan baru yang anggotanya
terdiri dari budak-budak yang berasal dari para tawanan perang bangsa Georgia
Armenia dan sircacia.
- khalifah abad 1 mengadakan perjanjian damai dengan Kerajaan Turki Usmani untuk
mewujudkan perjanjian ini, khalifah Abah 1 terpaksa harus menyerahkan wilayah
Azerbaijan giorgia dan sebagian wilayah luriston titik di samping itu, khalifah
abbasyah itu berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pertama yaitu Khalifah Abu
bakar as Siddiq Khalifah Umar bin Khattab dan Khalifah Usman bin Affan dalam
setiap khutbah-khutbah salat Jumat. sebagai jaminan atas syarat-syarat perjanjian
dinasti syafawiyah dengan Kerajaan Turki Usmani khalifah, Abbas 1 menyerahkan
saudara sepupunya yang bernama Haidar Mirza sebagai Sandra di Istanbul.

6. Safi Mirzan (Tahun 1628-1642 Masehi)

8
Khalifah Safi Mirzan menggantikan Syah Abbas I sebagai raja Kerajaan
Safawi.Safi Mirza sendiri merupakan cucu dari Khalifah Abbas I dan pemimpin yang
sangat lemah. Sifat “pencemburu” membuat Safi Mirza sangat kejam kepada para
pembesar dan Kerajaan Safawi pun mengalami kemunduran karena lemahnya
kepemimpinan Safi Mirzan hingga Kota Qandahar (sekarang termasuk wilayah
Afghanistan) terlepas dari Kerajaan Safawi dan diduduki oleh Kerajaan Mughal di
India yang saat itu dipimpin oleh Sultan Syah Jehan. Di samping itu, Baghdad
berhasil direbut oleh Kerajaan Turki Usmani

7. Syah Abbas II (Tahun 1642-1667 Masehi)


Syah Abbas II menggantikan posisi Safi Mirzan sebagai raja. Syah Abbas II
adalah raja yang sering minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal.
Meskipun demikian, pada masa pemerintahan Khalifah Abbas II yang dibantu oleh
para wazirnya kota Qandahar berhasil direbut kembali oleh Kerajaan Safawi dari
Kerajaan Mughal di India.

8. Sulaiman (Tahun 1667-1694 Masehi)


Khalifah Sulaiman naik tahta menggantikan Khalifah Abbas II sebagai raja di
Kerajaan Safawi. Khalifah Sulaiman juga seorang pemabuk seperti Khalifah Abbas II.
Ia juga sangat kejam terhadap para pembesar Kerajaan Safawi yang ia curigai hingga
para rakyat pun bersikap masa bodoh saat kepemimpinan Khalifah Sulaiman.

9. Syah Husein (Tahun 1694-1722 Masehi)


Setelah menggantikan tahta Kerajaan Safawi dari Sulaiman, Syah Husein
memberikan kekuasaan pada para ulama Kerajaan Safawi yang menganut faham
Syi’ah dan memaksakan pendapatnya terhadap penganut faham Sunni hingga
menghidupkan kemarahan para golongan Sunni di Afghanistan. Akhirnya para
golongan Sunni pun memberontak dan menguasai Kerajaan Safawi saat pimpinan
Syah Husein.
Pemberontakan terjadi pertama kali pada tahun 1709 dengan pimpinan Mr.
Vays dan berhasil menguasai wilayah Qandahar. Pemberontakan selanjutnya terjadi di
wilayah Heart, Suku Ardabil berhasil menduduki Mahad. Mr. Mahmud menggantikan
Mr. Vays sebagai penguasa Qandahar dan berhasil mempersatukan pasukan Qandahar

9
dengan pasukan Ardabil. Dengan kekuasan yang cukup besar karena mempersatukan
kekuasaan, Mr. Mahmud berusaha merebut negeri-negeri Afghanistan dari Kerajaan
Safawi.
Akhirnya karena desakan Mr. Mahmud, Syah Husein pun mengakui
kekuasaan Mr. Mahmud dan mengangkatnya sebagai Gubernur Qandahar dengan
gelar Husein Quli Khan. Pada tahun 1721, wilayah Kirman dan Isfahan pun berhasil
dikuasai oleh Mr. Mahmud hingga pada tanggal 25 Oktober 1722 Masehi, Syah
Husein menyerah tanpa syarat kepada Mr. Mahmud.

10. Tahmasp II (Tahun 1722-1732 Masehi)


Tahmaps II memproklamasikan sebagai Khalifah yang syah dan berkuasa atas
Persia dengan pusat kekuasaan di Astarabad dan didukung oleh Suku Qazar dari
Rusia. Tahun 1726 Masehi, Khalifah Tahmasp II bekerjasama dengan Nadhir Khan
yang berasal dari Suku Afshar untuk mengusir bangsa Afghanistan yang menduduki
Isfahan. Pada tahun 1729 Masehi, Mr. Mahmud digantikan oleh Asyraf yang
menguasai Isfahan akhirnya dikalahkan oleh pasukan Nadhir Khan. Dalam
pertempuran tersebut, Asyraf terbunuh hingga Kerajaan Safawi dapat dikuasai
kembali.

11. Abbas III (tahun 1732-1736 Masehi)


Khalifah tahmasp II di turunkan dan digantikan oleh anaknya yang masih
berusia sangat kecil yaitu Khalifah Abbas III pada bulan Agustus tahun 1732. Akan
tetapi pada tanggal 8 Maret 1736 setelah empat tahun pengangkatan Khalifah Abbas
III menjadi Khalifah dinasti Syafawi, berakhir dinasti Syafawi di Persia dengan
pengangkatan diri Nadzir Khan yang menggantikan Kekhalifahan Abbas III.

C. KEMAJUAN PERADABAN DAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA DAULAH


SYAFAWI
Kemajuan dinasti syafawi sangatlah terasa pada zaman kepemimpinan Abbas I, ia
mampu membawa negeri yang ia pimpin menjadi lebih maju dalam berbagai bidang, bidang-
bidang tersebut antara lain:

1. Bidang ekonomi

10
Dalam bidang dinasti Syafawi mengalami kemajuan dalam sektor perdangan
yaitu dengan dapat menguasai salah satu jalur perdagangan laut antara Timur dan
Barat yang biasa diperebutkan oleh Inggris, Belanda dan Prancis setelah kepulauan
Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Selain
dalam sektor perdagangan, Dinasti Syafawi juga maju dalam Sektor pertaniannya
terutama di daerah Bulan Sabit Subur(Fortile Crescent). (Zaenal Abidin, 2020)

2. Bidang Ilmu Pengetahuan


Dalam sejarah Islam, bangsa persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban
tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Jadi tidak heran
apabila dinasti syafawi merupakan dinasti yang maju dan terus berkembang.
Terdapat tokoh-tokoh yang selalu hadir di majelis istana yaitu Baha Al-Din Syaerazi
sebagai seorang generalis ilmu pengetahuan, Sadar Al-Din Zaerazi sebagai seorang
filosof dan Muhammad Bakir Ibnu Muhammad Damai yaitu seorang filosof, ahli
sejarah, teolog dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai
kehidupan lebah-lebah. Dinasti Syafawi dapa dikatakan lebi berhasil dibanding tiga
kerajaan lain pada masa yang sama. (Nazimul, Esa, Siska, 2018)

3. Bidang Arsitektur dan Seni


Setelah berhasil menguasai isfahan, para penguasa dinasti membangun isfahan
menjadi ibukota yang sangat indah. Dikota ini berdiri bangunan-bangunan dengan
arsiteksur yang bernilai tinggi dan bangunan-bangunan besar seperti masjid,
sekolah, rumah sakit, jembatan raksasa penghubung zende rud dan istana chihil
sutun.

Dalam bidang seni pun kerajaan syafawi berkembang sangat pesat terutama dalam bidang
kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan, mode, tembikar dll.
Bahkan pada zaman Tahmasp I, Ismail I tahun 1522M mereka membawa pelukis timur
bernama Bizhad ke Tabriz. (Sudin, Indo, Wahyudi, 2022)

Itulah puncak kemajuan dari kerajaan Syafawi. Setelah itu kerajaan mulai mengalami
kemunduran. Walaupun tidak setara dengan perkembangan islam pada zaman klasik akan
tetapi dinasti ini cukup memberikan kontribusi dalam mengisi peradaban islam melalui
kemajuan-kemajuan nya. (Sejarah Peradaban Islam, Dr. Anwar Sewang, 2017)

11
D. KEMUNDURAN DAULAH SYAFAWI
Diantara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi ialah: Konflik
berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Dekadensi moral yang melanda sebagian besar
para pemimpin kerajaan Safawi. Lemahnya pasukan Ghulam (budak-budak) yang
diandalkan oleh safawi pasca penggantian tentara Qizilbash

Kerajaan safawi di Persia meraih puncak keemasan dibawah pemerintahan Syah


Abbas I selama periode 1588-1628 M. Abbas I berhasil membangun kerajaan safawi
sebagai kompetitor seimbang bagi Kerajaan Turki Usmani. Sepeninggal Abbas I kerajaan
Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu:

1. Safi Mirza (1628 – 1642 M)

Safi Mirza merupakan pemimpin yang lemah dan kelemahan ini


dilengkapinya oleh kekejaman yang luar biasa terhadap pembesar-pembesar
kerajaan karena sifatnya yang pecemburu. Pada masa pemerintahan Mirza inilah
kota Qandahar lepas dari penguasaan Safawi karena direbut oleh kerajaan Mughal
yang pada saat itu dipimpin oleh Syah Jehan. Baghdad sendiri direbut oleh
Kerajaan Usmani

2. Abbas II (1642-1667 M)

Abaas II konon seorang raja pemabuk, akan tetapi di tangannya dengan


bantuan wazir-wazirnya kota Qandahar bisa direbut kembali.

3. Sulaiman (1667-1694 M)

Sulaiman adalah seorang pemabuk dan selalu bertindak kejam terhadap


pembesar istana yang dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh terhadap
pemerintahan.1

4. Husain (1694-1722 M)

Syah Husain adalah raja yang alim, tetapi kealiman Husain adalah suatu
kefanatikan tehadap Syi’ah. Karena dia Syi’ah berani memaksakan pendiriannya
terhadap golongan Sunni. Inilah yang menyebabkan timbulnya kemarahan

12
golongan Sunni di Afghanistan, sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri
kekuasaan Dinasti Safawi.2

Pemberontakan bangsa Afghan dimulai pada 1709 M di bawah pimpinan


Mir Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar. Lalu disusul oleh
pemberontakan suku Ardabil di Herat yang berhasil menduduki Mashad. Mir Vays
digantikan oleh Mir Mahmud sebagai penguasa Qandahar. Dibawahnyalah,
keberhasilan menyatukan suku Afghan dengan suku Ardabil. Dengan kekuatan
yang semakin besar, Mahmud semakin terdorong untuk memperluas wilayah
kekuasaannya dengan merebut wilayah Afghan dari tangan Safawi.

Bahkan ia melakukan penyerangan terhadap Persia untuk menguasai


wilayah tersebut. Penyerangan ini memaksa Husain untuk mengakui kekuasaan
Mahmud. Oleh Husain, Mahmud diangkat menjadi gubernur di Qandahar dengan
gelar husain Quli Khan yang berarti Budak Husain. Dengan pengakuan ini semakin
mudah bagi Mahmud untuk menjalankan siasatnya. Pada 1721 M ia berhasil
merebut Kirman. Lalu menyerang Isfahan, mengepung ibu kota Safawi itu selama
enam bulan dan memaksa Husain menyerah tanpa syarat. Pada 12 Oktober 1722 M
Syah Husain menyerah dan 25 Oktober menjadi hari pertama Mahmud memasuki
kota Isfahan dengan kemenangan.3

5. Tamnasp II (1722-1732 M)

Tahmasp II yang merupakan salah seorang putra Husain dengan dukungan


penuh suku Qazar dari Rusia, memproklamirkan diri sebagai penguasa Persia
dengan ibu kota di Astarabad. Pada 1726 M, Tahmasp bekerja sama dengan Nadir
khan dari suku Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang
menduduki Isfahan. Asyraf sebagai pengganti Mir Mahmud berhasil dikalahkan
pada 1729 M, bahkan Asyraf terbunuh dalam pertempuran tersebut. Dengan
kematian Asyraf, maka dinasti Safawi berkuasa lagi.

6. Abbas III (1733-1736 M)

Pada Agustus 1732 M, Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan
oleh Abbas III yang merupakan putra Tahmasp II, padahal usianya masih sangat
muda. Ternyata ini adalah strategi politik Nadir Khan karena pada tanggal 8 maret

13
1736, dia menyatakan dirinya sebagai penguasa persia dari abbas III. Maka
berakhirlah kekuasaan dinasti Safawi di Persia. 4

Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkan


perkembangan, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa pada
kehancuran.. Masa kemunduran Daulah Safawi terjadi pada akhir abad ke-18 dan awal abad
ke-19, yang disebabkan oleh sejumlah faktor:

- Konflik Internal: Konflik internal, termasuk persaingan kekuasaan di antara


anggota keluarga Safawi, melemahkan pemerintahan dan stabilitas dinasti.
Perseteruan suksesi dan intrik-intrik politik mengganggu pemerintahan yang kuat.
- Ekspansi Asing: Daulah Safawi terlibat dalam konflik panjang dengan Kekaisaran
Ottoman. Perang-perang ini menguras sumber daya dan melemahkan kemampuan
Safawi untuk mempertahankan wilayah-wilayahnya.
- Invasi Asing: Pada awal abad ke-18, dinasti Afshar dan kemudian Zand merebut
kekuasaan di Persia, mengakhiri masa pemerintahan Safawi. Kemudian, dalam
pertengahan abad ke-18, Kekaisaran Qajar merebut kekuasaan dari dinasti Zand,
dan Persia menjadi dikenal sebagai Dinasti Qajar.
- Kemunduran Ekonomi: Safawi menghadapi tantangan ekonomi, termasuk
kemunduran perdagangan, inflasi, dan masalah keuangan. Hal ini melemahkan
stabilitas ekonomi kerajaan.
- Isolasi Internasional: Setelah kemunduran, Daulah Safawi menjadi semakin
terisolasi dari negara-negara Barat yang berkembang pesat. Ini mengakibatkan
kurangnya akses terhadap teknologi, perdagangan, dan budaya Eropa yang dapat
memperbarui dan memperkuat negara.
- Perubahan Dinamika Regional: Perubahan dalam dinamika kekuasaan regional,
seperti ascension Rusia sebagai kekuatan regional yang signifikan di wilayah
sekitar Laut Kaspia, juga berdampak pada kemunduran Daulah Safawi. 6

Pada akhirnya, Daulah Safawi tidak mampu mengatasi berbagai tantangan ini, yang
mengakibatkan kemunduran dan jatuhnya dinasti tersebut. Dinasti Qajar kemudian
menggantikannya sebagai penguasa Persia dan memerintah hingga awal abad ke-20..
Demikianlah dinamika kekhalifahan Safawi di Persia. Sistem Syi’ah ini, diakui atau tidak,
walau safawi telah hancur, masih memiliki sisa-sisanya.

14
15
BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Saat Usmani sudah mencapai puncak kemajuan nya, Kerajaan safawi di Persia
baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan sangat cepat .Dalam
perkembangannya,kerajaan safawi sering bentrok dengan Kerajaan Usmani. Berbeda
dari 2 kerajaan islam lainnya(Usmani dan Mughal),kerajaan Safawi menyatakan
Syi’ah sebagaimazhab negara. Karena itu kerajaan ini dianggap sebagai peletak
pertama dasarterbentuknya negara Iran dewasa ini.
Penyebab kemunduran kerajaan Safawi :
Sepeninggal Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja,
yaitu safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694),
Husain (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan Abbas III (1733-1736
M). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan safawi tidak menunjukkan
grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang
akhirnya membawa kepada kehancuran.
Perbedaan kemajuan masa ini dengan masa klasik :
Pada masa kejayaan tiga kerajaan besar ini, umat islam kembali mengalami kemajuan.
Akan tetapi kemajuan yang dicapai berbeda dengan kemajuan yang dicapai pada masa
klasik islam.

B. SARAN
Setelah kita simak materi tentang sejarah peradaban islam diatas, kita harus bisa
mengambil hikmah dan pelajaran yang baik untuk kita terapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Sangat kami harapkan kritik dan saran dari
pembaca supaya makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi.

16
Daftar Pustaka
Zaenal Abidin, 2020, https://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/tsaqofah/article/view/3454

Nazimul, Esa, Siska, 2018, https://mpikelasa.files.wordpress.com/2018/05/s-p-i-kerajaan-safawi.pdf

Sudin, Indo, Wahyudi, 2022, https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/download/3632/pdf/8868

Sewang, Anwar (2017). Sejarah Peradaban Islam. Parepare; Wineka Media.

Zaenal Abidin, 2013,


https://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/tsaqofah/article/download/3454/2568/9703

Ismi Lathifah (2021)


https://www.jurnal.medanresourcecenter.org/index.php/IE/article/download/51/104

Wasisto Raharjo Jati, 2015


https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/40962584/URBAN_SUFISME_DI_PERKOTAAN-
libre.pdf?1451962274=&response-content-
disposition=inline%3B+filename%3DUrban_Sufisme_Konstruksi_Keimanan_Baru_K.pdf&Expires=
1696297240&Signature=C1Vp2QvHJygtGpCYCfSQzvbVcvsqpl0fmjt8ITwR734p1hu5UCXwIeU6er
~GN6xMofPqZaP0f~Pkx-
MnAizAK4ojeyg4l9h6AJDH3i1Y15lQmENlXb4gVB141oOhPVObD5K7xvAPBBNp91a6Yl2E8uX
cIO~UPSiclz3eyCdQkbE42cs7n27jkFtFDdAIPVMDqyFok6fj~mQTPlJMwqyVDpFqVbo-
aHPR~EtSVYjjv38~MOxjUNuFZeFpSBPcpVGWuU223M39wXHa64kI3HuiYKjV6-
mAxlgZF~mqWI0V-f8YL6b5K36DY3iq3y2lLTCbjWYkq4vMf6LMamG6hZRlaw__&Key-Pair-
Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA

Pasmah Chandra, 2020 https://core.ac.uk/download/pdf/327263982.pdf

Nasution, S. (2017). Sejarah Perkembangan Peradaban Islam (A. Riau, ed.). Riau.

Dedi Supriyadi. (2008) Sejarah Peradaban Islam. Bandung; Penerbit Pustaka Setia.

Hamka. (1975). Sejarah Ummat Islam III. Jakarta: Bulan Bintang.

Yatim, B. (2002). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali .

17
18

Anda mungkin juga menyukai